X
Erasmus Reyhan Irvandy. (NRP 6032212019), Kholifatur Robbaniyah Musthofa (NRP 6032212074),
Muhammad Farhan Ismail (NRP 6032212076)
Magister Manajemen Teknologi
Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
1 PENDAHULUAN
Revolusi Industri 4.0 dapat menyatukan dunia digital dan fisik serta menawarkan
peluang baru untuk mengumpulkan, menyebarkan dan menggunakan informasi. Hal ini
berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong inovasi dalam skala besar didalam
perusahaan. Dengan munculnya Revolusi Industri 4.0 akan banyak teknologi membantu
pekerjaan-pekerjaan manusia untuk meningkatkan produksi didalam perusahaan, serta dapat
mempercepat proses pekerjaan dan memaksimalkan jam dalam bekerja. Dari penjelasan
tersebut Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah revolusi baru yang muncul, revolusi berbasis
teknologi yang dapat secara langsung membantu manusia dalam menyelesaikan
pekerjaannya, dengan munculnya teknologi baru maka akan berdampak bagi dunia
perindustrian, bisnis, dan sumber daya manusia. bukan hanya teknologi di dalam pabrik yang
akan berubah, namun sistem pengelolaan dari sebuah perusahaan seperti sistem teknologi,
bisnis, dan sumber daya manusia juga akan berubah [1]. Revolusi Industri 4.0 muncul
ditandai dengan adanya terobosan-terobosan baru di bidang teknologi yang meliputi bidang
luas salah satunya seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence-AI) [2].
2. STUDI LITERATUR
2.1 Globalisasi
Globalisasi adalah suatu kondisi di era modern yang dapat ditandai dengan bebasnya
interaksi antarnegara di berbagai bidang, baik sosial, budaya ekonomi, dan tentu saja
teknologi. Di era ini, interaksi antarnegara dimungkinkan karena kemudahan akses yang
diakibatkan oleh kemajuan teknologi [3].
Sejarah globalisasi terjadi dalam tiga periode: Globalisasi 1.0, Globalisasi 2.0, dan
Globalisasi 3.0. Setiap periodisasi globalisasi tersebut selalu tersingkap kekuatan yang
membuat dunia terus menerus berubah. Dunia yang bulat dan memiliki geografi yang luas,
dalam perkembangannya berangsur-angsur menjadi datar karena beberapa peristiwa sejarah,
sehingga pada akhirnya membuat bumi semakin datar (The World Is Flat), karena sudah tidak
ada lagi sekat-sekat penghalang yang membatasi interaksi.
Globalisasi 2.0 berlangsung dari sekitar tahun 1800 hingga 2000 diselingi oleh masa
depresi besar serta Perang Dunia I dan II. Masa ini menyusutkan dunia dari ukuran sedang ke
ukuran kecil. Dalam era ini, pelaku utama perubahan atau kekuatan yang mendorong proses
penyatuan global adalah perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan ini mendunia
demi pasar dan tenaga kerja, dengan dipelopori oleh Revolusi Industri serta ekspansi
perusahaan-perusahaan yang bermodal dari Belanda dan Inggris. Kekuatan yang
menggerakkan globalisasi ini adalah terobosan di bidang perangkat keras, yang berawal dari
kapal uap dan kereta api, hingga kemudian telepon dan komputer.
Disruptif pada awalnya merupakan fenomena yang terjadi dalam dunia ekonomi,
khususnya di bidang bisnis. Disruptif sendiri merupakan kondisi ketika sebuah bisnis dituntut
untuk terus berinovasi mengikuti perkembangan, sehingga bisnis tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekarang, namun dapat mengantisipasi kebutuhan di masa
mendatang [5].
Di era sekarang, disrupsi tidak hanya berlaku pada dunia bisnis. Fenomena disrupsi
memberikan dampak perubahan yang besar dalam berbagai bidang. Disrupsi tidak hanya
mengubah bisnis, tapi fundamental bisnisnya. Mulai dari struktur biaya sampai ke budaya,
dan bahkan ideologi dari sebuah industri [6].
Internet of Things atau dikenal juga dengan singkatan IoT, merupakan sebuah konsep
yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara
terus menerus yang memungkinkan kita untuk menghubungkan mesin, peralatan, dan benda
fisik lainnya dengan sensor jaringan dan aktuator untuk memperoleh data dan mengelola
kinerjanya sendiri, sehingga memungkinkan mesin untuk berkolaborasi dan bahkan bertindak
berdasarkan informasi baru yang diperoleh secara independen. Internet Of Things atau sering
disebut IoT adalah sebuah gagasan dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi
satu dengan yang lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan
jaringan internet sebagai penghubung. misalnya CCTV yang terpasang di sepanjang jalan
dihubungkan dengan koneksi internet dan disatukan di ruang kontrol yang jaraknya mungkin
puluhan kilometer. atau sebuah rumah cerdas yang dapat di manage lewat smartphone dengan
bantuan koneksi internet. pada dasarnya perangkat IoT terdiri dari sensor sebagai media
pengumpul data,sambungan internet sebagai media komunikasi dan server sebagai
pengumpul informasi yang diterima sensor dan untuk analisa [7].
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dimasa kini telah membuka suatu
fenomena yang baru di bidang korporasi bisnis dan juga pemerintahan. Kecerdasan buatan
umumnya dikaitkan dengan sebuah alat bantu untuk menemukan sebuah permasalahan dan
menyelesaikan permasalahan yang kompleks pada berbagai permasalahan di bidang bisnis,
korporasi, dan juga pemerintahan. Konsep utama dari kecerdasan buatan adalah menciptakan
sebuah alat bantu ataupun mesin yang dapat berpikir seperti manusia [8].
2.5 Konsistensi
Konsisten adalah istilah yang berakar dari bahasa Latin consistentem yang berarti
"berdiri diam". Menurut KBBI, konsisten adalah tetap, tidak berubah-ubah, taat asas, atau
ajek. Konsisten juga berarti selaras atau sesuai. Cambridge Dictionary mendefinisikan
konsisten sebagai sifat yang selalu berperilaku atau terjadi dengan cara yang serupa. Menurut
Kamus Merriam Webster, konsisten ditandai oleh harmoni, keteraturan, atau kontinuitas yang
mantap. Sementara Lexico mendefinisikan konsisten sebagai tindakan atau sesuatu yang
dilakukan dengan cara yang sama dari waktu ke waktu, terutama agar adil atau akurat.
Konsistensi adalah atribut yang berhubungan dengan ketegasan atau ketebalan. Istilah
ini sering digunakan untuk material yang mengalir hanya dengan penerapan gaya gravitasi.
Mengamati luas atau jarak aliran selama periode waktu tertentu adalah prinsip pengukuran
ini. Istilah pengukuran biasanya merupakan turunan dari waktu dan jarak dan menentang
konversi ke istilah reologi standar [9].
Konsistensi diukur dengan ASTM Cone Penetrometer. Ini merupakan cara ilmiah
dengan memasukkan jari anda ke dalam minyak untuk melihat seberapa lunak atau kerasnya.
Metode ini terdiri dari membiarkan kerucut logam berbobot meresap ke dalam minyak
selama lima detik dan mengukur, dalam sepersepuluh milimeter, kedalaman titik yang
ditembus di bawah permukaan. Kedalaman ini dikenal sebagai "penetrasi" gemuk. Dengan
demikian semakin tinggi penetrasinya, semakin lembut gemuknya [10].
2.5 Suspensi
Suspensi adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat, dengan kata
lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut.
Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup
besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi [11].
3. IMPLEMENTASI
Sebelum adanya aplikasi ini, setiap karyawan yang mau melakukan kegiatan
pengecekan konsistensi pada suatu kertas memerlukan kalkulator dimanapun dan kapanpun.
Hal fatal bisa terjadi jika saat di lapangan dan ingin melakukan pengecekan konsistensi tetapi
tidak ada satupun karyawan yang membawa kalkulator. Hal itu dapat menyebabkan
penundaan waktu dalam kegiatan pengecekan konsistensi dan dapat berakibat tertunda nya
juga kegiatan kegiatan lain yang baru bisa dilakukan saat pengecekan konsistensi telah
dilakukan. Sehingga muncullah aplikasi ini untuk menjadi solusi dari permasalahan yang
dijelaskan diatas. Aplikasi ini mempunyai konsep untuk mengetahui konsistensi yang
terdapat pada suatu bahan kertas.
Input dari kegiatan ini adalah kertas filter atau yang biasa disebut whatman, dan
buburan kertas yang masih basah. 2 Benda itu ditimbang dahulu dan setelah itu dilakukan
proses pengeringan yang pada biasanya dilakukan menggunakan oven. Setelah proses
pengeringan dilakukan didapatkan berat buburan after oven yang akan ditimbang kembali.
Berat dari 3 input tadi yaitu kertas filter, buburan yang masih basah dan yang sudah kering itu
akan dimasukkan ke dalam aplikasi Check Consistency untuk mendapatkan kandungan atau
konsistensi dari buburan itu berapa persen pada berat yang ditimbang. Aplikasi ini dapat
diakses dengan mudah melalui smartphone, sehingga dapat diperoleh hasil persen konsistensi
yang akurat secara cepat, tepat dan mudah.
Selain membantu pekerjaan pengecekan kadar konsistensi lebih cepat dan praktis
tanpa menggunakan rumus manual, aplikasi ini juga memiliki kelebihan lain yaitu dapat
menyimpan data secara otomatis karena sudah terhubung dengan internet. Penyimpanan data
dapat disesuaikan sesuai kebutuhan perusahaan, dapat menggunakan hardisk perusahaan
maupun terhubung pada cloud storage sehingga dapat mengakses data kapanpun dan
dimanapun dengan mudah. Namun aplikasi ini juga memiliki kekurangan, karena
menggunakan perhitungan rumus yang sederhana sehingga hanya dapat digunakan untuk
mengetahui konsistensi suatu bahan khusus nya bahan kertas, satuannya juga masih
menggunakan satu satuan yaitu gram. Selain itu aplikasi check consistency ini juga tidak
dapat digunakan di sistem OS IOS.
4.2 Dampak Implementasi
5. KESIMPULAN
6. REFERENSI
[1] Savitri, Astrid. Revolusi Industri 4.0 Mengubah Tantangan Menjadi Peluang Di Era Disrupsi 4.0. Yogyakarta: Genesis
Learning, 2019
[2] Schwab, Klaus. The Fourth Industrial Revolution. Germany: World Economic Forum, 2017.
[3] Fund, I. M. Globalization: Threats or Opportunity. Washington: Oxford University Press, 2000.
[4] Friedman, T. L. The lexus and the olive tree. London: Harper Collins, 2000.
[7] Arafat, M. K. SISTEM PENGAMANAN PINTU RUMAH BERBASIS Internet Of Things ( IoT ) Dengan ESP8266.
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik “Technologia,”: 7(4), 262–268, 2016.
[8] Goralski, M. A., & Tan, T. K. Artificial intelligence and sustainable development. The International Journal of
Management Education, 18(1), 100330, 2020.
[9] Gatenby, Art. Viscosity, Consistency, and Surface Tension. Fairfax: CSC Scientific Company Inc, 2014.
[10] Bloch, H. E. Oil Mist Lubrication Handbook. Houston: Gulf Publishing Company, 1987.
[11] Vans, Vladimir. Viscosity of Solutions and Suspensions. Cheshire: Lever Brothers and Unilever Limited, 1947.