PENDAHULUAN
Globalisasi telah memasuki era baru yang bernama revolusi industri 4.0
dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Seperti yang
telah diketahui banyak orang bahwa zaman sekarang segala sesuatunya telah
menggunakan teknologi yang canggih, mulai dari sektor industri hingga
perdagangan sudah menggunakan teknologi yang canggih. Banyak yang
mengatakan bahwa di era revolusi industri 4.0 ini menguntungkan berbagai pihak,
tetapi tidak sedikit pula yang menganggap ini merugikan.
1
itu sendiri merupakan kondisi dimana bisnis harus terus berinovasi sejalan dengan
perkembangan, sehingga bisnis tidak hanya dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan sekarang melainkan kebutuhan dimasa yang akan datang. Adanya
fenomena disrupsi membuat paradigma bisnis pun bergeser dari penekanan
owning menjadi sharing (kolaborasi). Contohnya terjadi pada bisnis sektor ritel
yang berpindah pada e-commerce yang menawarkan kemudahan dalam jual beli.
2
Secara umum bisnis ritel fashion dan konsumen masih prospektif
kedepannya. Dan dampak dari e-commerce ini memang dibilang masih kecil bagi
toko-toko ritel yang seharusnya tidak berdampak buruk besar bagi kinerja. Tetapi
memang persaingan di sektor ritel ini semakin ketat, sehingga jika toko-toko ritel
ini tidak berinovasi tetap saja akan ditinggal oleh konsumen.
3
“Kinerja Efisiensi Sektor Ritel Sesudah dan Sebelum Era Revolusi Industri
4.0 Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA)”.
BAB II
LANDASAN TEORI
4
melalui internet of thing (IoT), prinsip ini membutuhkan
kolaborasi keamanan dan standar.
b. Transparansi informasi merupakan kemampuan sistem
informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan
memperkaya model digital dengan data sensor termasuk data
dan penyediaan informasi.
c. Bantuan teknis yang meliputi kemampuan sistem bantuan
untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan
mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan
yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu
singkat.
d. Keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan
sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan
menjalankan tugas seefektif mungkin.
Revolusi industri 4.0 dikenal dengan revolusi digital karena
terjadi proliferasi komputer danotomatisasi pencatatan disemua
bidang, karena otomatisasi dan konektivitas disebuah bidang
akanmembuat perubahan secara signifikan di dunia industri dan
persaingan kerja menjadi tidak linier.Salah satu karakteristik dari
revolusi industri 4.0 menerapkan pengaplikasikan
kecerdasanbuatan atau artificiall intellegent.
5
input yang sama dapat memproduksi output lebih banyak (Hayati,
2015).
1.1.5 Efisiensi
a. Konsep efisiensi
Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel
pada tahun 1957 yang merupakan tindak lanjut dari model yang
diajukan oleh Debreu dan Koopmans tahun 1951.Farrel (1957:11)
menyatakan bahwa “Efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua
komponen, yaitu efisiensi teknis (technical efficiency) dan efisiensi
alokatif (allocative efficiency). Efisiensi teknis menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk mencapai output semaksimal
mungkin dari sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input
dengan proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input
tertentu. Kedua komponen ini kemudian dikombinasikan untuk
menghasilkan ukuran efisiensi total atau efisiensi ekonomis
(economic efficiency)”(Saifi, 2015).
Efisiensi merupakan indikator penting dalam mengukur
kinerja keseluruhan dari aktivitas suatu perusahaan. Efisiensi
sering diartikan bagaimana suatu perusahaan dapat berproduksi
dengan biaya serendah mungkin, tetapi tidak sekedar itu efisiensi
6
juga menyangkut pengelolaan hubungan input dan output yaitu
bagaimana mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia
secara optimal untuk dapat menghasilkan output yang maksimal.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang lebih
tinggi jika dengan jumlah input tertentu dapat menghasilkan
jumlah output lebih banyak atau pada jumlah output tertentu bisa
menggunakan input lebih sedikit (Abidin, 2007).
Perusahaan agar efisien dapat dilakukan dengan
mamaksimumkan output dengan input yang sudah ditetapkan atau
meminimumkan input dengan output yang sudah ditetapkan.
Pilihan perusahaan terhadap suatu diantara dua hal tersebut
ditentukan oleh reaksi pasar yang ada (Hartono, 2008).
b. Kinerja
Istilah kinerja digunakan untuk mengukur hasil yang telah
dicapai sehubungan dengan kegiatan atau aktivitas perusahaan,
apakah kinerja perusahaan telah baik atau perlu adanya evaluasi-
evaluasi kebelakang mengenai hasil yang dicapai (Sofyan &
Masalah, 2013).
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Istilah kinerja sering
digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan
individu maupun kelompok (Abdullah, 2014).
7
perusahaan manufaktur atau distributor besar dan menjualnya
kembali kepada konsumen. Peritel bekerjasama erat dengan para
pemasok dan distributor (Bisnis, 2008).
Toko-toko yang menjalankan bisnis ritel memiliki bernagai
fungsi di dalam pasar konsumen individu. Adapun fungsi tersebut
yaitu sebagai berikut:
1. Menjual secara eceran
Toko ritel membeli produk (kulakan) dalam jum-lah besar
dari grosir atau pemasok atau pihak perantara lain untuk
kemudian dijual kembali kepada konsumen secara eceran.
2. Menyediakan ragam pilihan produk
Toko ritel melakukan penyimpanan stok barang dalam
berbagai jenis kategori dan ragam untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen yang berbeda-beda.
3. Memberikan layanan tambahan
Toko ritel tidak hanya sekadar melakukan penjualan kepada
konsumen, tetapi juga memberikan layanan tambahan
seperti cicilan pembayaran, garansi produk, layanan
antargratis, dan sebagainya. Hal ini dilakukan toko untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen dan menciptakan
loyalitas terhadap toko.
8
Yumanita dan Rokhimah, 2009: 14 dalam Pratikto & Sugianto,
2011).
Data Envelopment Analysis diperkenalkan oleh
Charnes,Coopers, & Rhodes (CCR) tahun 1978. Data Envelopment
Analysis adalah sebuah metode optimasi program matematika yang
mengukur efisiensi teknik suatu decision making unit (DMU) dan
membandingkan secara relatif terhadap DMU yang lain. DEA
dapatmengatasi keterbatasan yang dimiliki analisis rasio parsial
maupun regresiberganda. Menurut Hadaddkk (2003:11) “Skor
efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat
efisiensi dari unit-unit lainnya di dalam sample. Setiap unit dalam
sample dianggap memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif, dan
nilainya antara 0 hingga 1, dimana satumenunjukkan efisiensi yang
sempurna. Kemudian unit-unit yang memiliki nilai satu ini
digunakan dalam membuat envelope untuk frontier efisiensi. Unit-
unit lainnya yang ada di dalam envelope menunjukkan tingkat
inefisiensi”(Saifi, 2015).
b. Model DEA
Terdapat dua model dari DEA yang dikenalkan oleh
Cooper yaitu model CCR atau sering disebut dengan Constant
Return to Scale dan model BCC atau sering disebut dengan
Variable Return to Scale. Model CCR/VRS mengasumsikan bahwa
rasio antara penambahan input dan output adalah sama (constant
return to scale). Asumsi tersebut mengartikan bahwa setiap ada
penambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat
sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini
adalah bahwa setiap perusahaan beroperasi pada skala optimal.
Perkembangan lebih lanjut, model BCC/VRS
dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (BCC) pada
tahun 1984 yang merupakan pengembangan model CCR. Model
ini berasumsi bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada
skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio
9
antara penambahaninputdan outputtidak sama (variable return to
scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan
menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau
lebih besar dari xkali.
Hasil perhitungan DEA dengan pendekatan VRS disebut
juga dengan Efisiensi Tekhnik (Technical Efficiency). Dari kedua
model pendekatan itu dapat diformulasikan perhitungan kinerja
efisiensi skala atau Scale Efficiency (SE).
10
lain, media digital membuat logika bisnis sosial menjadi kelaziman
yang mudah diterima. Kedua, kehadiran media digital mendorong
berkembangnya storytelling marketing. Jika bisnis komersial harus
menggali ceritanya, bisnis sosial selalu hadir membawa cerita.
3. Banu Prasetyo dan Umi Trisyanti (2018)
Penelitian mengenai era revolusi industri 4.0 ini menunjukan bahwa
globalisasi itu tidak hanya berdampak pada bidang teknologi saja.
Tetapi juga bidang lainnya, seperti hukum, ekonomi, dan sosial.
4. Dewi Irmawati (2013)
Peneliti pada penelitian ini mengharapkan dengan adanya teknologi
bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya salah satunya pada bidang
ekonomi. Selain itu Salah satu jenis implementasi teknologi dalam hal
meningkatkan persaingan bisnis dan penjualan produk-produk adalah
dengan menggunakan electronic commerce (e-commerce) untuk
memasarkan berbagai macam produk atau jasa, baik dalam bentuk
fisik maupun digital.
Dan bisa dilihat bahwa pada tahun 2011 teknologi sudah
mempengaruhi berbagai hal salah satunya pada bidang ekonomi.
5. Tri Joko Utomo (2010)
Dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa ketidakseimbangan
terjadi pada persaingan ritel modern dan ritel tradisional. Hal tersebut
diakibatkan dimana peritel modern dengan modal yang begitu luar
biasa sehingga bisa berkembang lebih pesat dari peritel tradisional.
Selain itu ritel modern slalu memikirkan lokasi yang strategi, dapat
menekan harga jualnya sesuai keinginan peritel serta pemanfaatan
teknologi yang dilakukan peritel modern. Berbeda dengan peritel
tradional yang tidak memikirkan hal-hal tersebut.
6. Heri Pratikto, Iis Sugianto (2011)
Penelitian ini menganalisis kinerja efisien pada bank yang ada, data
yang diambil menggunakan purposive sampling. Metode yang
digunakan pada analisis ini yaitu melalui pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan variable inputnya berupa
11
simpanan, aktiva tetap, dan biaya tenaga kerja dan variable outputnya
berupa pembiayaan dan pendapatan operasional. Dan hasil yang
didapat menunjukkan bahwa: (1) kondisi variabel input dan output
memiliki pertumbuhan cenderung meningkat, (2) kinerja efisiensi
perbankan syariah dalam kondisi baik, (3) tidak terdapat perbedaan
yang signifikan kinerja efisiensi antara sebelum dan sesudah krisis
global, baik dengan model CRS maupun VRS, (4) terdapat perbedaan
kinerja efisiensi sebelum dan sesudah krisis global menurut model
skala.
7. Afifatur Rohimah (2018)
Pada penelitian ini peneliti menganalisis dampak dari era digital
terhadap gugurnya pasar ritel tradisional. Hasil dari penelitian ini yaitu
memang benar bahwa di era digital ini berdampak pada sector ritel
dan tidak hanya pada peritel tradisional saja bahkan peritel modern
juga terkena dampak dari era digital ini. Selain itu di era digital ini
orang-orang lebih memilih aktivitas berbelanja online daripada
berbelanja tradisional. Dampak lainnya yaitu dengan adanya era
digital jatuhnya pasar-pasar tradisional dan mulai terkikis hingga
diprediksi bahwa pasar tradisional akan mengalami penutupan.
8. Salwis, Fitria Ayu Lestari Niu
Hasil dari penelitian ini yaitu adanya perbedaan yang signifikan
setelah dan sebelum adanya menerapkan E-commerce pada harga
saham.
9. BanuPrasetyo dan Umi Trisyanti (2018)
Hasil studi menunjukkan Industri 4.0 memiliki empat belas aspek.
Ditinjau dari aspeknya, aspek bisnis dan teknologi menjadi fokus riset
para peneliti. Ditinjau dari bidang industri penerapannya, sebagian
besar riset dilakukan di bidang manufaktur. Ditinjau dari jumlahnya,
riset terkait Industri 4.0 mengalami tren kenaikan yang signifikan.
12
PENELITIAN
1 Andi Fuji Rahman/ Metode Penjualan secara
DEFINISI KEMBALI pengumpulan data, online secara
BUSINESS PROCESS teknik pengolahan signifikan
PENJUALAN RITEL data, teknik analisis mengalami
AKIBAT PENGARUH data. perkembangan
TEKNOLOGI INFORMASI/ yang pesat
Jurnal STEI Ekonomi, Vol. Alat Ukur perpindahan
26 No. 2 Kolerasi konsumen dari
manual
Variabel Independen penjualan secara
Teknologi Informasi ritel ke online,
yang membuat
Variabel Dependen mereka
Business Process mengalami
Penjualan Ritel performa usaha
yang kondisi
sulit bahkan
akhirnya tutup.
Ada beberapa
perusahaan
walaupun tidak
melakukan
penjualan secara
online namun
bertahan
2. Lisa Lindawati /Kekuatan Metode Bagi bisnis
Cerita dalam Bisnis Sosial/ Kualitatif, deskriptif konvensional, konsep
Volume 7 Nomor 2 tahun ini sekaligus
2018 memangkas keuntungan
mereka. Namun, bagi
bisnis sosial, efisiensi
bermakna positif karena
13
bukan keuntungan
tujuannya. Dengan kata
lain, media digital
membuat logika bisnis
sosial menjadi
kelaziman yang mudah
diterima. Kedua,
kehadiran media digital
mendorong
berkembangnya
storytelling marketing.
Jika bisnis komersial
harus menggali
ceritanya, bisnis sosial
selalu hadir membawa
cerita.
3. Banu Prasetyo dan Umi Metode revolusi industri tidak
Trisyanti/REVOLUSI Kuisoner hanya mendisrupsi
INDUSTRI 4.0 DAN bidang teknologi saja,
TANTANGAN namun juga bidang
PERUBAHAN lainnya, seperti hukum,
SOSIAL/2018 ekonomi, dan sosial,
Untuk mengatasi era
disrupsi tersebut maka
diperlukan revitalisasi
peran ilmu sosial
humaniora
4. Dewi Irmawati/ Variabel Independen teknologi
PEMANFAATAN E- E-Commerce internet
COMMERCE DALAM diharapkan
DUNIA BISNIS/ Jurnal Variabel Dependen dapat
Ilmiah Orasi Bisnis Edisi Ke- Dunia Bisnis memberikan
VI, November 2011 manfaat yang
14
besar terhadap
dunia bisnis
yang kompetitif
Salah satu jenis
implementasi
teknologi dalam
hal
meningkatkan
persaingan
bisnis dan
penjualan
produk-produk
adalah dengan
menggunakan
electronic
commerce (e-
commerce)
untuk
memasarkan
berbagai macam
produk atau
jasa, baik dalam
bentuk fisik
maupun digital.
5. Tri Joko Metode Persaingan
Utomo/LINGKUNGAN pendekatan sistem bisnis ritel dapat
BISNIS DAN dilihat dari
PERSAINGAN BISNIS Alat Ukur berbagai segi,
RITEL/Fokus Ekonomi Vol. Structure-Conduct- yaitu persaingan
5 No. 1 Juni 2010 : 70 - 80 Performance antara ritel
modern dan
Variabel Independen tradisional,
Lingkungan Bisnis
15
persaingan antar
Variabel Dependen sesama ritel
Bisnis ritel modern,
persaingan antar
sesama ritel
tradisional, dan
persaingan antar
supplier.
6. Heri Pratikto, Iis Sugianto Variabel input Hasil penelitian
/Kinerja Efisiensi Bank yang digunakan menunjukkan bahwa:
Syariah Sebelum dan Sesudah terdiri dari (1) kondisi variabel
Krisis Global Berdasarkan simpanan, aktiva input dan output
Data Envelopment Analysis/ tetap, dan biaya memiliki pertumbuhan
Vol. 16 No.2, 2011 tenaga kerja. cenderung meningkat,
Sedangkan (2) kinerja efisiensi
variabel output perbankan syariah
yang digunakan dalam kondisi baik, (3)
terdiri dari tidak terdapat
pembiayaan dan perbedaan yang
pendapatan signifikan kinerja
operasional. efisiensi antara sebelum
Data yang dan sesudah krisis
terkumpul global, baik dengan
dianalisis model CRS maupun
berdasarkan VRS, (4) terdapat
pendekatan Data perbedaan kinerja
Envelopment efisiensi sebelum dan
Analysis sesudah krisis global
menurut model skala.
7. Afifatur Rohimah/Era Metode Tidak hanya
Digitalisasi Media Pemasaran deskriptif kualitatif pasar
Online dalam Gugurnya Pasar tradisional,
Ritel Konvensional/KANAL Alat Ukur pasar ritel
16
(JURNAL ILMU - modern menjadi
KOMUNIKASI), 6 (2), Maret dampak dari era
2018 Variabel Independen digital
Era Digitalisasi Media komunikasi
Pemasaran Online Di era digital,
Variabel Dependen orang cenderung
Pasar Ritel menghabiskan
aktivitas belanja
online dari
melakukan
kegiatan belanja
konvensional.
Dampaknya
adalah jatuhnya
pasar pasar
konvensional,
kejayaan pasar
konvensional
secara bertahap
mulai terkikis
dan diprediksi
akan mengalami
penutupan masif
di masa depan
8. Salwis, Fitria Ayu Lestari Metode PT. Matahari
Niu/ Analisis Harga Saham kuantitatif Departement
Perusahaan Ritel Di Bursa Store Tbk
Efek Indonesia Yang Alat Ukur terdapat
Menerapkan E- Paired Samples T-Test perbedaan
Commerce/Journal Economic negatif
and Business of Islam Vol.3 Variabel Independen signifikan
No.1 E-commerce terhadap harga
17
saham sebelum
Variabel Dependen dan setelah
Harga Saham menerapkan E-
Perusahaan Ritel commerce
PT. Sumber
Alfaria Trijaya
Tbk
menunjukkan
bahwa terdapat
perbedaan
negatif tidak
signifikan
terhadap harga
saham sebelum
dan setelah
menerapkan E-
commerce
PT. Mitra
Adiperkasa Tbk
menunjukkan
bahwa terdapat
perbedaan
positif
signifikan
terhadap harga
saham sebelum
dan setelah
menerapkan E-
commerce
9. BanuPrasetyo dan Umi metode deskriptif dan Hasil studi
Trisyanti /REVOLUSI konseptual menunjukkan Industri
INDUSTRI 4.0 DAN 4.0 memiliki empat
18
TANTANGAN belas aspek. Ditinjau
PERUBAHAN dari aspeknya, aspek
SOSIAL/2018 bisnis dan teknologi
menjadi fokus riset para
peneliti. Ditinjau dari
bidang industri
penerapannya, sebagian
besar riset dilakukan di
bidang manufaktur.
Ditinjau dari
jumlahnya, riset terkait
Industri 4.0 mengalami
tren kenaikan yang
signifikan.
Penelitian ini bertujuan tidak jauh beda dengan penelitian-
penelitian yang telah ada sebelumnya. Peneliti menganalisis kinerja yang
efisien pada sector ritel apakah ada perbedaan yang signifikan setelah dan
sesudah era revolusi indstri 4.0 atau era digitial pada saat ini dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
19
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas yang telah diuraikan,
maka penulis merumuskan hipotesis penelitan sebagai berikut:
H0 : Era revolusi industri 4.0 tidak mempengaruhi kinerja efisiensi
sector ritel
H1 : Terdapat perbedaan kinerja efisiensi sector ritel sebelum dan
sesudah era revolusi industri 4.0 berdasarkan DEA model CRS
H2 : Terdapat perbedaan kinerja efisiensi sector ritel sebelum dan
sesudah era revolusi industri 4.0 berdasarkan DEA model CRS
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
Sugiyono (2007, hlm. 9) penelitian evaluasi dapat dinyatakan
sebagai evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai
penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses
pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian,
kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan.
Evaluasi sebagai penelitian berarti berfungsi untuk menjelaskan fenomena.
Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk menganalisis efisiensi suatu kinerja
yang nantinya akan digunakan sebagai evaluasi untuk kedepannya. Disini
dilakukan evaluasi terhadap sector ritel dilihat dari sebelum dan sesudah
era revolusi industri 4.0.
Sugiyono (2007, hlm. 11) penelitian komparatif adalah suatu
penelitian yang bersifat membandingkan. Di sini variabelnya masih sama
dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari
satu, atau dalam waktu yang berbeda. Metode komparatif dalam penelitian
ini dilakukan dengan membandingkan efisiensi dari kinerja sector ritel
sebelum dan sesudah era revolusi industri 4.0 terjadi.
22
a. Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penjualan, biaya tenaga kerja dan biaya operasional.
b. Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendapatan dan hutang usaha.
23
a. Penjualan
Penjualan ritel adalah data hasil penghitungan jumlah keseluruhan
penjualan barang secara eceran (ritel) dalam suatu periode. Penjualan
ritel berupaya mengukur permintaan konsumen akan produk-produk
yang telah diproduksi, sekaligus mengetahui kuat-lemahnya detak
ekonomi, serta memproyeksikan apakah ke depan akan berekspansi
atau berkontraksi.
b. Biaya tenaga kerja
Merupakan suatu biaya yang akan dikeluarkan untuk membayar para
karyawan maupun pegawai yang bekerja pada suatu perusahaan
tertentu.
c. Biaya operasional
Beban operasional dalam perusahaan ritel terdiri atas beban penjualan
dan beban administrasi umum.
d. Pendapatan
Pendapatan perusahaan ritel berasal dari hasil penjualan barang
dagangan kepada masyarakat.
e. Utang Usaha
Merupakan hutang kepada seseorang atau perusahaan atas barang dan
jasa yang sudah diterima tetapi belum dibayar. Hutang usaha berkaitan
dengan pembelian barang atau jasa secara kredit.
∑ UiYis
i=1
Hs = n
∑ ViSis
i=1
24
Dimana :
Hs : Efisiensi
Ui : Bobot Output i
∑ UiYis
i=1
n
≤1 ; r=1 , … . , N
∑ ViSis
i=1
Dimana: Ui dan Vj ≥ 0
Dimana n menunjukkan jumlah sektor ritel dalam sampel.
Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya rasio efisiensi perusahaan
tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif.
Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai 1 atau 100%. Sebaliknya jika
mendekati 0 menunjukkan efisiensi sektor ritel yang semakin rendah atau
terjadi inefisiensi. Analisis efisiensi dalam penelitian ini menggunakan dua
model, yakni model Constant Return to Scale (CRS) disebut juga Efisiensi
Keseluruhan (Overall Efficiensy) dan model Variabel Return to Scale
(VRS) disebut juga dengan Efisiensi Tekhnik (Technical Efficiency). Dari
kedua model pendekatan itu diformulasikan perhitungan kinerja efisiensi
25
skala atau Scale Efficiency (SE),dengan mengunakan persamaan sebagai
berikut:
SE = OE / TE
Dimana:
SE = Scale Efficiency
OE = Overall Efficiency (model CRS)
TE = Technical Efficiency (model VRS)
Ketika hasil perhitungan DMU efisien menurut model VRS tapi
inefisiensi menurut model CRS, hal ini berarti bahwa DMU tersebut
memiliki inefisiensi skala.
3.7 Uji T
Selanjutnya, untuk menguji hipotesis digunakan pengukuran Uji t
yaitu menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata
(independent sample t-test). Untuk melihat perbedaan nilai efisiensi. Uji
beda digunakan untuk menguji nilai tengah atau rata-rata dari satu atau
beberapa kelompok sampel. Uji t digunakan jika standar deviasi populasi
tidak diketahui dan sampelnya kecil (n < 30).
Uji beda independent sample T test digunakan untuk
membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel yang berbeda
(independent). Prinsipnya ingin megetahui apakah adaperbedaan mean
antara dua populasi dan membandingkan dua mean sampel. Tujuan dari uji
hipotesis berupa uji beda independent t test pada penelitian ini adalah
untuk memverifikasi kebenaran atau kesalahan hipotesis, dan menentukan
apakah menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat pada bab
sebelumnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Akuntansi, J., Universitas, P., Kuala, S., & Abdullah, S. (2014). Pengaruh
kompetensi dan motivasi terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah
pada pemerintah daerah kabupaten pidie jaya. 3(1), 133–139.
Pratikto, H., & Sugianto, I. (2011). Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan
Sesudah. Ekonomi Bisnis, 16(2).
Revolusi, P., Pada, I., & Untuk, K. (2019). Pengaruh revolusi industri 4.0 pada
kewirausahaan untuk kemandirian ekonomi. 226–232.
Utami, N. S. (2018). Analisa kinerja sektor ritel indonesia. Ecopreneur, 1(1), 43–
48.
27
Glienmourinsie, D. (2016). Industri Nasional Harus Siap Hadapi Era Industri 4.0.
https://ekbis.sindonews.com/read/1141743/34/industri-nasional-harus-
siap-hadapi-era-industri-40-1474630359, Diakses pada 9 Maret 2017.
Michael Adiwijaya, 2010, 8 Jurus Mengelola Bisnis Ritel Ala Indonesia, PT. Elex
28