Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklampsia adalah keracunan kehamilan yang dapat mengancam nyawa ibu

dan janin yang merupakan masalah kebidanan yang belum terpecahkan secara tuntas.

Lebih dari 4 juta wanita hamil mengalami preeklampsia setiap tahun, dan diperkirakan

sebanyak 50.000 sampai 70.000 wanita meninggal karena preeklampsia serta 500.000

bayi meninggal. Preeklampsia merupakan penyebab utama mortalitas dan mordibitas

pada janin (Raghupathy, 2013)

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan kematian perinatal tinggi, tertinggi ketiga di ASEAN dan tertinggi

kedua di South East Asian Nation Regional Organization (WHO, 2013). AKI di

Indonesia ini masih sangat tinggi mengingat target SDG’s (Sustainable Development

Goals) pada tahun 2030 mengurangi aki hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran

hidup (Kemenkes RI, 2015). Penyebab tertinggi kematian ibu di Indonesia tahun 2016,

26% diakibatkan oleh preeklampsia / eklampsia (Profil Kesehatan Indonesia , 2016).

Di Jawa Timur sendiri penyebab tertinggi kematian ibu pada tahun 2016 adalah

preekalmpsia / eklampsia yaitu sebesar 30,90% atau sebanyak 165 orang (Profil

Kesehatan Jawa Timur, 2016)


Dampak preeklampsia / eklampsia pada janin dapat mengakibatkan berat

badan lahir rendah akibat spasmus arteriol spinalis decidua menurunkan aliran darah

ke plasenta, yang mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Kerusakan plasenta ringan

dapat menyebabkan hipoksia janin, keterbatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR),

dan jika kerusakan makin parah maka dapat berakibat preamaturitas, dismaturitas, dan

IUFD atau kematian janin dalam kandungan. Dampak preeklampsia / eklampsi pada

ibu yaitu solution plasenta, abruption plasenata, hipofibrinogrmia, hemolisis,

perdarahan otak, kerusakan pembuluh kapiler mata hingga kebutaa, edema par,

nekrosis hati,kerusakan jantung, sindrom HELLP, kelainan ginjal. Komplikasi terberat

terjadinya preeklampsia / eklampsia adalah kematian ibu (Devi dan Fiki, 2015).

Upaya dalam pencegahan preeklampsia salah satunya yaitu melalui penguatan

Asuhan Antenatal Care yang terfokus, antara lain dengan diagnose dini preeklampsia,

yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penangannya perlu segera

dilaksankaan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Penatalaksanaan

preeklampsia dan eklampsia dengan penatalaksanaan awal dan manajemen

kegawatdaruratan dengan menggunakan magnesium sulfat. (Maisuri, 2017).

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu ibu hamil diharapkan dapat melakukan

kunjungan antenatal care secara rution minimal empat kali sesuai dengan standart

pelayanan minimal Asuhan antenatal care, istirahat cukup, diet tinggi protein, rendah

lemak, karbohidart dan garam.


Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan usia suami dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil

primigravida.

1.2 Batasan Masalah

Sehubungan banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsi, maka

peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan mengenai hubungan antara usia suami

dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil primigravida di Puskesmas…………..

tahun 2019. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan sumber data

sekunder sehingga data yang dapat dikaji terbatas yang terekam di rekma medik. Hal

ini bertujuan agar pembahasan dan analisis yang dilakukan lebih terarah dan jelas.

1.3 Rumusan Masalah

Adakah hubungan usia suami dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil

primigravida?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan usia suami dengan kejadian preeklampsia pada

ibu hamil primigravida.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi usia suami ibu hamil primigravida

2. Mengidentifikasi ibu hamil dengan preeklampsia


3. Menganalisa hubungan antara usia suami dengan kejadian preeklampsia pada ibu

hamil primigravida

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Memberika informasi ilmiah bagi pembaca khususnya tenaga kesehatan

tentang hubungan usia suami dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil

primigravida.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi

Sebagai media untuk memperdalam pengetahuan mengenai preeklampsia dan

sebagai sumber informasi wacana kepustakaan, juga dapat dimanfaatkan sebagai

sumber pemikiran dan acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagi masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk melakukan usaha

promotif dan preventif terhadap preeklampsi.

3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang kejadian preeklampsia yang terjadi di

masyarakat sehingga ibu hamil dengan preeklampsiadapat memeriksakan

kehamilannya secara rutin di tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai