Anda di halaman 1dari 6

REVOLUSI INDUSTRI 4.

Transformasi teknologi dunia pada era ini sedang berkembang, di mana globalisasi
telah berada pada tahap Revolusi Industri 4.0 atau biasa disebut era disrupsi. Sebelum
membahas lebih lanjut tentang konsep Revolusi Industri 4.0, alangkah lebih baik kita
harus mengetahui apa itu Revolusi Industri. Menurut Klaus Schwab, yaitu seorang ketua
dan pendiri Eksekutif World Economic Forum (WEF) dalam bukunya yang berjudul
"The Fourth Industrial Revolution" menyatakan bahwa dunia telah mengalami empat
tahapan revolusi. Sejarah Revolusi Industri dimulai pada abad ke 18 dengan sebutan
Revolusi Industri 1.0, ditandai dengan penemuan mesin uap yang mendukung untuk
proses produksi barang secara masal.

Selanjutnya, Revolusi Industri 2.0 terjadi pada awal abad ke 20 dengan ditemukannya
energi listrik yang membuat biaya produksi menjadi murah, serta adanya konsep
pembagian tenaga kerja yang dapat menghasilkan sekelompok tim produksi dalam
jumlah besar. Kemudian, Revolusi Industri 3.0 terjadi awal tahun 1970 yang dimulai
dengan adanya penggunaan elektronik dan teknologi informasi sehingga dapat
membuat produksi secara otomatis. Terakhir, perubahan drastis terjadi pada masa
Revolusi Industri 4.0, di mana menurut Klaus Schwab konsep Revolusi Industri 4.0 ini
akan merubah hidup dan kerja manusia secara mendasar.

Revolusi Industri 4.0 ini ditandai dengan kehadiran Internet of Things (IoT), Artificial
Intelligence (AI), 3d Printing Technology, big data, serta Robotic and Sensor
Technology. Pada tahapan ini, dunia tidak lagi terletak pada suatu garis lurus,
melainkan akan bergerak dengan cepat dan berusaha untuk mengubah pola yang sudah
tertanam. Secara fundamental Revolusi Industri 4.0 akan mengakibatkan berubahnya
cara berpikir manusia, cara manusia berhubungan dengan orang lain, serta akan
mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dari berbagai bidang. Adanya perubahan secara
besar-besaran dalam bidang industri yang dampaknya dapat meluas pada suatu kondisi
atau keadaan dalam berbagai bidang bukan hanya teknologi saja, tetapi bisa juga pada
bidang sosial, ekonomi, dan politik.
Sehingga sosialisasi revolusi Industri 4.0 ini dilakukan sebagai program mempersiapan
masyarakat desa Kedung Sumber menghadapi era Digitalisasi saat ini.
Bentuk Transformasi Digital Era Revolusi Industri 4.0
28 Mei 2019 06:23 Diperbarui: 28 Mei 2019 06:38 7456 0 1

Revolusi Industri 4.0 merupakan bentuk kemajuan teknologi yang mengintegrasikan


dunia fisik, digital, dan biologis, sehingga terjadi perubahan mendasar dalam cara hidup
manusia. Industri 4.0 melanjutkan dari era revolusi sebelumnya yaitu Industri 3.0,
dimana teknologi yang ada semakin berkembang dan terintegrasi. Istilah industri 4.0
muncul dari Jerman pada saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 (Kagerman,
dkk, 2011).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transformasi merupakan perubahan rupa, baik
dari segi bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya. Jadi, transformasi digital merupakan
perubahan dalam bidang teknologi digital. Dalam proses revolusi, pasti ada suatu hal
yang berubah sesuai dengan inovasi dan kebutuhan hidup manusia.

Menurut Ray Wang, Pendiri dan Analisis Utama Constellation Research Inch., setidaknya
ada lima teknologi digital yang menjadi dasar dari transformasi digital, diantaranya
yaitu: Mobile, Social, Cloud, Big Data, dan Unified Communications.

Beberapa bentuk teknologi digital diantaranya seperti kecerdasan buatan (AI), Internet
of Things (IoT), dan chatbot.

Kecerdasan buatan atau disebut Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu bagian
komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) agar dapat
melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia.

AI bekerja secara otomatis dan dengan kecepatan tinggi. Umumnya AI berbentuk


software, namun ada pula yang berbentuk humanoid atau seperti manusia sehingga
bisa berkomunikasi dengan manusia dan mengingat apapun yang dibuat oleh
pemiliknya.

Karena kemampuan AI yang bisa mengingat secara permanen, maka AI bisa digunakan
untuk menyimpan jadwal dan jawaban dari para pemiliknya atau para pelanggan serta
untuk menghitung probabilitas lainnya.

Internet of Things (IoT) yaitu bentuk network atau jaringan dari peralatan fisik,
sehingga memungkinkan benda-benda teknologi terhubung dengan jaringan internet.
IoT ditemukan oleh Kevin Ashton di tahun 1999. Salah satu produk IoT yang ada adalah
layanan GPS (Global Positioning System).

Chatbot (Chatterbot), atau pembalas pesan otomatis adalah salah satu program
komputer yang dirancang untuk mensimulasikan sebuah percakapan atau komunikasi
yang interaktif kepada pengguna (manusia) melalui bentuk teks, suara, dan atau visual.

Chatbot disebut sebagai customer service yang handal karena kemampuannya dalam
menyimpan data informasi yang banyak sehingga dapat merespon pertanyaan dari
pengguna sesuai dengan hasil pemindaian kata kunci.

Pada umumnya chatbot bekerja dengan melakukan pendekatan Natural Language


Proccessing (NLP), yakni bagaimana komputer dapat digunakan untuk memahami dan
memanipulasi teks bahasa alami untuk mendapatkan informasi tertentu.

Dari ketiga bentuk teknologi digital diatas, maka dapat disimpulkan bahwa transfomasi
digital saat ini semakin maju. Beberapa negara di dunia seperti Indonesia sudah
menggunakan teknologi digital dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Teknologi di era revolusi industri 4.0 dapat menciptakan dan memfasilitasi pekerjaan,
namun bisa juga digunakan untuk mengambil alih pekerjaan. Karena itulah, masyarakat
Indonesia harus melek teknologi dan bijak dalam menggunakan teknologi yang ada.
Jangan sampai karena hidup berdampingan dengan teknologi, kita menjadi orang yang
malas dan pada akhirnya akan menjadi kalah bersaing dengan orang yang lebih intelek.

"Kata kunci untuk perubahan Revolusi Industri 4.0 adalah the near future. Bukan
perubahan dalam waktu 50 tahunan, tapi hitungan bulanan. Jangan sampai kita
tertinggal dari kata kunci itu. Kedua, membangun ekosistemnya saat ini. Kita lihat,
dengan Go-Jek ini saja sudah mengubah kebiasaan kita," tuturnya.

Pentingnya Membangun Ekosistem

Richard pun menegaskan, kehadiran ekosistem sangat penting sekali untuk mendorong
Revolusi Industri 4.0. Itu sebabnya, ia mau ikut bergabung dalam forum Indonesia
Digital Business Ecosystem (Indibest Forum).

"Ekosistem yang alami itu bisa digambarkan seperti sebuah pohon. Pohon itu akan
subur kalau disiram, diberi pupuk. Begitu pun kalau kita tidak membuat ekosistem,
tidak akan subur industrinya," jelasnya.

Baca juga:
Ini Dia 5 Sektor Revolusi Industri 4.0

Indibest Forum yang ia maksud tak hanya beranggotakan para pemain industri seperti
Telkomsel, BNI, Alfamart, Qualcomm, IMX, dan WIN/PASSBAYS, tapi juga lembaga
pemerintahan seperti Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Dalam forum itu, semua stakeholder sepakat bahwa dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0 harus terlebih dahulu memahami pasar dan memetakan karakteristik dari
'the underserved market' alias pasar yang belum terlayani dengan baik oleh
pemanfaatan teknologi.
Caroline Mangowal, peneliti dari RISE Research menambahkan, Indonesia menjadi salah
satu target bagi para pemain industri dunia yang tengah berebut masuk pasar
Indonesia. Karena itu, harus ada regulator yang dapat memproteksi serta menjaga
keseimbangan di berbagai parameter.

"Inklusi finansial yang masih relatif rendah di Indonesia menggambarkan besarnya


potensi yang belum tergali. Sementara layanan yang terbatas dan pemanfaatan layanan
yang ada belum maksimal," ujar Caroline.

Dari sisi pemerintah, Bank Indonesia, menurutnya punya kewajiban menjaga arah
kebijakannya. Khususnya untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan pemain asing
dan lokal, dengan menyesuaikan aturan untuk menghadapi inovasi teknologi dan
karakter pasar yang berubah cepat.

Kolaborasi di Era Digital

Masih dalam kesempatan yang sama, Strategic Planning Director Berakar Komunikasi
Satriyo Wibowo menjelaskan, Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perubahan yang
begitu cepatnya di era digital saat ini.

"Poinnya adalah, perubahan yang mengubah kita sendiri, dan revolusi industri itu mau
tak mau harus kita hadapi sekarang," kata Satriyo.

Lalu lanjut, Satriyo mempertanyakan kesiapan Indonesia mengimplementasikan


perubahan di era digital tersebut. "Satu hal penting adalah menyikapinya dan
menjadikan tantangan itu sebagai peluang," imbuhnya.

Baca juga:
Soal Industri 4.0, Jokowi: Mungkin Tukang Sapu akan Diganti Robot

Satriyo pun memandang, untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, seharusnya para
pelaku ekonomi kreatif bisa berpikir out of the box secara maksimal.
"Kita seharusnya berpikir secara maksimal apa yang kita punya, inilah dasar pikiran
Indibest Forum dibentuk. Kita sharing, berbagi pengetahuan yang mungkin berguna.
Tak hanya untuk kita sendiri, tapi buat kita semua," ucapnya.

Menurut Satriyo, sejalan dengan industri 4.0 yang tengah bergulir, sangat sulit berjalan
secara sendirian. "Kita harus menghadapi ini bersama-sama. Harus berkolaborasi agar
bisa membentuk ekosistem digital yang lebih kuat di tengah gempuran ekspansi asing,"
pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai