Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan dalam masa


membenahi program pembangunan di berbagai bidang. Pembangunan di berbagai
bidang dan sektor tersebut merupakan upaya untuk menunjang kemajuan
perekonomian negara, yang nantinya akan meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan negara juga rakyatnya. Maka dari itu, hasil pembangunan harus
mampu dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya dinikmati oleh
golongan-golongan tertentu saja. Karena pembangunan merupakan usaha untuk
menciptakan kemakmuran rakyat, maka dari itu berhasilnya pembangunan
tergantung partisipasi seluruh rakyat, yang berarti pembangunan harus
dilaksanakan secara merata oleh segenap masyarakat.1

Sekalipun Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, tetapi tidak


tidak menutup kemungkinan dan bahkan teknologi sudah sangat mempengaruhi
segala aspek kehidupan di Indonesia. Globalisasi dan kemajuan teknologi telah
membawa banyak sekali dampak juga perunahan terhadap Indonesia. Globalisasi
dapat dipahami sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan dan
mengkonsolidasikan suatu unifikasi dunia ekonomi, satu sistem ekologi, dan satu
jaringan komunikasi yang melingkupi seluruh dunia.2

Pengaruh dari globalisasi salahs satunya yaitu pola kerja secara global telah
berubah secara drastis dalam waktu tiga puluh tahun terakhir. Hal ini terjadi
akibat adanya peurbahan gelombang besar yang mengakibatkan gangguan baru (a
new wave of disruption) yang saat ini melanda dunia. Fenomena ini disebut
revolusi Industri 4.0 atau revolusi digital. Proses relokasi industri dari Eropa dan
Amerika menuju Asia (Indonesia, Vietnam, Thailand, Pakistan, India, dll) dan
Amerika Latin (diwakili oleh Brazil) dimulai sejak tahun 1970-an. Dampak

1 FX Djumiadji, Perjanjian Pemborongan (Jakarta: Penerbit Bina Aksara, 1987), hlm. 1.


2 Danrivanto Budhijanto, Teori Hukum dan Revolusi Industri 4.0 (Bandung: Logoz Publishing, 2018),
hlm. 110.

1
relokasi industri adalah aplikasi otomatisasi yang intensif dan massif yang
merubah persyaratan pekerjaan yang bersifat digital. Sumber daya manusia (SDM)
yang tidak menguasai literasi digital cepat atau lambat akan tersingkir.3

Faktor penting lain penyebab terjadinya revolusi industri 4.0 adalah akibat
pengaruh kapitalisme keuangan (financial capitalism). Thompson dan harley,
didukung Lazonick menyatakan bahwa situasi bisnis saat ini telah keluar dari
tatanan Knowledge Based Economics (KBE). dampak dari revolusi industri 4.0
adalah terbentuknya pasar yang hiperkompetitif. Menurut Handy, pasar
hiperkompetitif menuntut kreatifitas dan inovasi, menguras sumber daya
keuangan dan dapat mengucilkan SDM dari lingkungan industri karena alasan
efisiensi.4

Memasuki era globalisasi, otomatisasi, dan revolusi industri 4.0, disamping


mengandung banyak positif, tentu dapat menimbulkan masalah baru diberbagai
sektor, salah satunya yaitu sektor ketenagakerjaan. Di tambah lagi dengan
masuknya Indoesia ke dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN. Maka
dari itu, timbul juga tantangan baru bagi para tenaga kerja Indonesia untuk
meningkatkan posisi tawar mereka juga mempertahankan posisi dan kedudukan
mereka supaya sektor-sektor pekerjaan di Indonesia tidak dikuasi asing, atau
bahkan pekerja Indonesia harus menjadi kompetitor yang unggul dalam dunia
kerja di luar Indonesia dan memiliki posisi tawar yang baik. Indonesia harus
mampu menjawab dan mengantisipasi segala tantangan dan masalah yang timbul
di era revolusi industri 4.0 ini.

Revolusi industri 4.0 memberi banyak tantangan transformasi


ketenagakerjaan yang harus diantisipasi semua pihak. Tantangan transformasi
ketenagakerjaan diantaranya adalah tantangan transformasi keterampilan,
tantangan transformasi pekerjaan, dan transformasi masyarakat. Pekerja sebagai
sumber daya manusia yang menghasilkan jasa, tentunya harus mampu

3 Siswoyo Haryono, Re-Orientasi Pengembangan SDM Era Digital pada revolusi Industri 4.0,

Makalah pada The Nation Conference on Management and Business (NCMAB) 2018 Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta , (Yogyakarta: UMY, 2018), hlm. 3.
4 Siswoyo Haryono, Ibid.

2
menghadapi berbagai tranformasi ketenagakerjaan yang merupakan tantangan di
era pasar bebas dan revolusi industri 4.0 ini.

Untuk meningkatkan dan memperkuat posisi tawar tenaga kerja Indonesia


baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri, akses peningkatan kompetensi
yang massif serta kehadiran negara melalui jaminan sosial yang mampu
melindungi pekerjaan dan pendapatan warga negaranya menajdi sangat krusial
dalam menghadapi revolusi industri 4.0.5 Selain itu, peran pemerintah juga sangat
menentukan nasib para tenaga kerja di Indonesia. Pemerintah juga harus bekerja
sama dengan dunia industri dalam mengantisipasi semua tantangan
ketenagakerjaan yang muncul di era revolusi industri ini.

Pemerintah Indonesia memiliki tugas dalam melindungi warga negaranya,


salah satunya yaitu tenaga kerja dan harus melakukan upaya agar tenaga kerja
Indonesia menjadi kompetitor yang unggul dan memiliki posisi tawar yang kuat di
dunia ketenagakerjaan pada era pasar global dan revolusi indusri 4.0, agar tidak
tergantikan oleh tenaga kerja asing yang notabene-nya memiliki kompetensi yang
baik. Bentuk perlindungan pemerintah terhadap tenaga kerja Indonesia dapat
berupa kebijakan-kebijakan dan regulasi yang nantinya akan menjadi kaidah
penuntun dan kaidah pelindung bagi tenaga kerja Indonesia juga pemerintah itu
sendiri. Selain itu, upaya tersebut juga akan menjadi jawaban atas segala
tantangan di era revolusi industri 4.0 agar tenaga kerja Indonesia memiliki posisi
tawar yang kuat baik itu sektor ketenagakerjaan di Indonesia maupun di pasar
global.

Berdasarkan pemaparan latas belakang masalah diatas, maka Penulis lebih


lanjut akan membahas dalam makalah ini, yang berjudul Upaya Hukum dan
Regulasi Pemerintah untuk Memperkuat Posisi Tawar Pekerja Indonesia
Menghadapi Arus Perubahan Global dan Kemajuan Teknologi Era Revolusi
Industri 4.0.

5 Lihat pendapat Khairul Anwar, Sekretaris Jenderal Kemernterian Ketenagakerjaan Indonesia dalam

“Pemerintah Ajak Industri Antisipasi Tantangan Ketenagakerjaan Revolusi Industri 4.0”,


http://www.tribunnews.com/kilas-kementerian/2018/11/26/pemerintah-ajak-industri-antisipasi-tantangan-kete
nagakerjaan-revolusi-industri-40, diakses 30 Desember 2018.

3
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya diatas, maka yang menjadi


pokok permasalahan dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana upaya hukum pemerintah untuk memperkuat posisi tawar pekerja


Indonesia dalam menghadapi arus perubahan global dan revolusi industri 4.0?

2. Bagaimana upaya mempersiapkan pekerja Indonesia dalam menghadapi


pasar global dan revolusi industri 4.0?

4
BAB II

Upaya Hukum dan Regulasi Pemerintah untuk Memperkuat Posisi Tawar


Pekerja Indonesia Menghadapi Arus Perubahan Global dan Kemajuan
Teknologi Era Revolusi Industri 4.0

A. Tinjauan terhadap Era Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 tidak hanya berpotensi luar biasa dalam merombak
industri, tetapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Kita telah
melihat banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang, yang telah
memasukkan gerakan ini ke dalam agenda nasional mereka sebagai salah satucara
untuk meningkatkan daya saing di kancah pasar global. Revolusi Industri 4.0
pasti akan menuju Indonesia dan kita siap untuk mengimplementasikannya.6

Istilah Industri 4.0 secara resmi lahir di Jerman saat diadakan Hannover Fair
pada tahun 2011. Industri 4.0 ini menjadi bagian dari kebijakan pembangunan
Jerman yang disebut High-Tech Strategy 2020. Kebijakan tersebut bertujuan
untuk mempertahankan Jerman agar selalu menjadi yang terdepan dunia
manufaktur.7

Kagermann mengartikan bahwa Industri 4.0 adalah integrase dari Cyber


Physical System (CPS) dan Internet of Thing nd Services (LoT dan LoS) ke dalam
proses industri meliputin manufaktur dan logistik serta proses lainnya. CPS adalah
teknologi untuk menggabungkan antara dunia nyata dengan dunia maya.
Penggabungan ini dapat terwujud melalui integrase antara proses fisik dan
komputasi (teknologi embedded computers dan jaringan) secara close loop. 8
Hoedi Praseto dan Wahyudi Sutopo mengartikan Industri 4.0 sebagai era industri
dimana seluruh entitas yang ada di dalamnya dapat saling berkomunikasi secara
real time kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan

6Lihat kata sambutan dari Manteri Perindustrian Republik Indonesia dalam “Making Indoesia 4.0”,
www.kemenperin.go.id/download/18384, diakses pada tanggal 30 Desember 2018.
7 Hoedi Prasetyo, “Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset”, Jurnal

Teknik Industri UNDIP Vol. 13 No. 1 (Januari 2018), hlm. 18.


8 Ibid., hlm. 19.

5
Cyber Physical System (CPS) guna mencapai tujuan tercapainya kreasi nilai baru
ataupun optimasi yang sudah ada dati setiap proses industri.9

Menurut Herman, ada empat desain prinsip inudstri 4.0. Pertama,


interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang
untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things
(IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi,
keamanan, dan standar. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan
sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan
memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan
penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi: (a) kemampuan
sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan
mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan
memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem
untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak
menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual
dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan
sistem fisik maya untuk mebuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas
seefektif mungkin.10

Kemajuan teknologi pada era Industri 4.0 ini tentu membawa perubahan yang
sangat pesat pada pola pikir dan aktivitas secara keseluruhan. Tentu ini
merupakan tantagan seluruh negara dunia saat ini. Mau tidak mau, semua negara
harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Espon
tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai
dari sektor publik, swasta, akdemisi, hingga masyarakat sipil, sehingga tantangan
industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.11

9 Ibid.
10 Muhammad Yahya, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan
Indonesia, Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Profesor Tetap dalam Bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Tanggal 14 Maret 2018, hlm. 3.
11 Marojahan JS Panjaitan, Politik, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi dalam Bingkai Negara
Kesejahteraan dan Kebahagiaan Menurut UUD 1945 (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2018), hlm. 207.

6
Baik teknlogi maupun disrupsi, adalah kekuatan eksogen dimana manusia
tidak memiliki kendali terhadapnya. Manusia secara keseluruhan bertanggung
jawab untuk membimbing evolusinya, dalam keputusan yang dibuat setiap
harinya sebagai warga negara, konsumen, dan investor. Sehingga masyarakat
harus memahami peluang dan kekuatan yang dimiliki untuk membentuk Revolusi
Industri 4.0 dan mengarahkannya menuju masa depan yang mencerminkan tujuan
dan nilai bersamanya sebagai manusia. Namun untuk melakukan hal dimaksud
perlu dikembangkan pandangan bersama yang komprehensif dan global tentang
bagaimana teknologi memengaruhi kehidupan dan membentuk kembali
lingkungan ekonomi, sosial, budaya, dan manusia.12

B. Upaya Hukum Pemerintah untuk Memperkuat Posisi Tawar Pekerja


Indonesia dalam Menghadapi Arus Perubahan Global dan Revolusi
Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 dapat dikatakan sebagai masalah, dapat juga dikatakan
sebagai tantangan. Dengan masuknya Indonesia ke dalam revolusi industro 4.0
dan pasar global, sudah tentu keadaan industri di Indonesia akan berubah,
disamping itu, karena teknologi dan informasi yang berkembang dengan pesat,
maka karakter pekerjaan pun akan berubah. Selain karakternya yang berubah, pola
kerjanya pun pasti akan berubah. Revolusi industri 4.0 dapat diakui memang akan
menghilangkan profesi dan pekerjaan tertentu karena diambil alih dengan metode
komputasi, robotisasi, dan otomatisasi. Namun demikian, tak menutup
kemungkinan era revolusi industri 4.0 ini juga akan melahirkan profesi baru yang
sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi.

Berkaca dari masalah yang sudah diuraikan dalam latar belakang masalah dan
paragraf di atas, sudah pasti pekerja Indonesia akan mengalami
tantangan-tantangan yang ditimbulkan karena era revolusi industri 4.0 ini. Pekerja
Indonesia harus mampu bersaing dan berusaha dengan maksimal supaya memiliki
kompetensi yang mumpuni, keahlian yang baik sesuai bidangnya, mampu

12 Danrivanto, Teori Hukum ... op.cit., hlm. 206.

7
menyesuaikan dan mau belajar dengan segala bentuk perubahan teknologi, serta
memiliki keberanian untuk bersaing dan menjadi kompetitor pekerja asing.

Di era milenial ini, pekerja Indonesia tidak bisa lagi hanya berkutat pada
isu-isu kovensional yang sudah tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman.
Pekerja Indonesia harus memperhatikan dan mempelajari untuk memulai
memasuki pasar tenaga kerja yang mampu bersaing dengan pekerja asing yang
memiliki kompetensi dan keahlian lebih bagus dan mampu menguasai teknologi.
Apabila pekerja Indonesia tidak mampu bersaing, maka kedudukannya dan
keberadaannya akan dalam bahaya, salah satunya yaitu tergantikan oleh pekerja
asing. Maka dari itu pekerja Indonesia harus berjuang supaya mamiliki kedudukan
yang kuat dan memiliki posisi tawar yang meningkat di pasar global.

Untuk mencapai hal tersebut, tentu harus ada peran serta dari pemerintah
sebagai pengambil kebijakan dan pembentuk regulasi. Pemerintah harus
melakukan upaya supaya pekerja Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat dan
terus meningkat, sehingga dengan masuknya Indonesia ke dalam Revolusi
Industri 4.0 ini pekerja Indonesia tetap bisa bekerja sesuai dengan keahliannya
dan tidak terganti posisinya oleh pekerja-pekerja asing. Dan pekerja Indonesia
juga harus mampu masuk ke dalam pasar global sehingga mampu bersaing
dengan pekerja asing di negara lain. Pekerja Indonesia harus lebih kreatif, inovatif,
kompetitif, dan terampil.

Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka menghadapi era


revolusi industri ini yaitu, pada tanggal 30 April sampai dengan 4 Mei 2018,
Menteri Perindustrian, melakukan kunjungan kerja ke dua negara, Ceko dan
Jerman. Kunjungan ini dilakukan untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia
menerapkan Industri 4.0 dan meningkatkan investasi. Jerman merupakan negara
pertama yang membuat roadmap mengenai implementasi ekonomi digital.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah melaksanakan langkah-langkah strategis
yang ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Upaya ini
dilakukan untuk mempercepat terwujudnya visi nasional yang telah ditetapkan
untuk memanfaatkan peluang di era revolusi industri keempat. Salah satu visi

8
penyusunan Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia masuk dalam 10
besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.13

Banyak sekali strategi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam


melindungi dan meningkatkan posisi tawar dan keahlian pekerja Indonesia di era
revolusi industri 4.0 ini. Dalam Making Indonesia 4.0 ada 10 prioritas nasional
yang merupakan roadmap atau peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam
implementasi memasuki industri 4.0 untuk mencapau 10 besar ekonomi terkuat
dunia di tahun 2030. Dalam 10 prioritas tersebut, ada beberapa strategi yang dapat
meningkatkan posisi tawar pekerja Indonesia, atau bahkan melahirkan pekerjaan
baru yang bisa mengurangi masalah pengangguran, yaitu: (1) memberdayakan
UMKM; (2) menarik minat investasi asing; (3) Peningkatan kualitas SDM; dan (4)
harmonisasi aturan dan kebijakan.

4 poin di diatas merupakan upaya-upaya hukum pemerintah dalam


meningkatkan dan memperkuat posisi tawar pekerja Indonesia di era globalisasi
ini. Pemerintah harus membentuk regulasi dengan melakukan harmonisasi sesuai
dengan keadaan ketenagakerjaan di Indonesia dengan teknologi era revolusi
inudstri 4.0. Kementerian-kementerian terkait harus bekerjasama dalam
membentuk regulasi untuk mendukung daya saing pekerja Indonesia baik itu di
dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu, Pemerintah juga harus
bekerjasama dan berkoordinasi dengan industri-industri dalam membuat dan
menetukan kebijakan yang diperlukan sektor ketenagakerjaan di era revolusi
industri 4.0 ini. Apabila regulasi sudah baik, SDM memiliki kualitas yang baik
dan memiliki posisi tawar yang kuat, maka sudah pasti investor asing akan tertarik
untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan memperkerjakan pekerja
Indonesia.

Pemerintah disamping harus membuat regulasi dan kebijakan, juga harus


memastikan kompetensi sumber daya manusia apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja dengan industri yang berbasis teknologi atau belum. Maka
dari itu, kerjasama pemerintah dengan kementerian-kementerian terkait juga

13 Venti Eka Satya, “Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0”, Info Singkat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI Vo. X No. 09/I/Puslit/Mei/2018 (Mei 2018), hlm. 19.

9
dengan dunia industri dan pengusaha sangatlah penting dan dibutuhkan untuk
mempertahankan dan meningkatkan posisi tawar pekerja Indonesia baik itu di
dunia kerja di Indonesia atau di pasar global.

C. Upaya Mempersiapkan Pekerja Indonesia dalam Menghadapi Pasar


Global dan Revolusi Industri 4.0

Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya


saing global melalui implementasi revolusi industri 4.0. Banyak sekali stratgei
yang harus dipersiapkan dalam menghadapinya, terlebih lagi pekerja Indonesia
harus dipersiapkan sebaik mungkin untuk menghadapi pasar global dan revolusi
industri 4.0 ini. Wajah dunia ketenagakerjaan dan sumber daya manusia sudah
pasti harus berubah seiirng dengan berjalannya pasar global dan kemajuan
teknologi. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor kunci dari keberhasilan
dalam meningkatkan laju perekonomian Indonesia dalam menghadapi dan
masuknya Indonesia ke dalam revolusi industri 4.0. maka dari itu, revolusi
industri 4.0 ini harus dijadikan peluang oleh pemerintah dan pekerja Indonesia
agar menjadi pekerja yang berdaya saing tinggi baik itu di pasar global MEA
maupun di mata dunia.

Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah startegis dalam


menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan tersebut
adalah: Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama dalam
menggunakan teknologi internet of things atau meningatkan kemampuan
internet dengan lini produksi di industri. Kedua, pemanfaatan teknologi digital
untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah
(IKM) akan mampu menembus pasar ekspor melalui program E-smart IKM.
Ketiga, pemanfaatan teknologi digital yang lebih optimal dalam perindutrian
nasional seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan
Augmented Reality. Keempat, mendorong inovasi teknologi melalui
pengembangan start up dengan memfasilitasi inkubasi bisnis agar lebih banyak

10
wirausaha berbasis agar lebih banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah
Indonsia.14

Era revolusi industri 4.0 menjadi tantangan sekaligus peluang. Maka dari itu
pemerintah memandang sangat perlu untuk menyaipakn tenaga kerja dan sumber
daya manusia yang mumpuni dan terampil. Salah satunya dengan penguatan
sekolah vokasi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan telah
membuat Grand Design Pelatihan Vokasi. Pemerintah memberikan akses yang
seluas-luasnya untuk tenaga kerja atau pencari kerja mengikuti pelatihan baik di
Balai Latihan Kerja (BLK), industri, atau program magang yang diharapkan bisa
masuk ke pasar kerja adn berwirausaha.15

Selain itu, untuk meningkatkan daya tarik terhadap tenaga kerja Indonesia,
pemerintah juga harus mengeluarkan kebijakan kerja inklusif (inclusive labor
market policy). Kemudian, disamping itu pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan tngkat kompetensi serta, redistribusi pendapatan dan aset, yang
berarti lebih banyak jaminan sosial untuk individu yang lemah dan Usaha Mikron,
dan Menengan (UMKM) menjadi faktor penting. Kementerian Ketenagakerjaan
telah menggelar program-program pelatihan dan sertifikasi APBN di Balai
Latihan Kerja (BLK) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).16

Salah satu lembaga yang mendukung kegiatan sertifikasi tenaga kerja


yaitu Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), yang dibentuk melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi,
yang bertugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja untuk seluruh profesi.
BNSP merupakan badan independen yang bertanggungjawab kepada Presiden
yang memiliki kewenangan sebagai otoritas sertifikasi personil dan bertugas
melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi bagi tenaga kerja. Pembentukan
BNSP merupakan bagian integral dari pengembangan baru dalam sistem
penyiapan tenaga kerja yang berkualitas. Terdapat 2 prinsip yang menjadi

14 Venti Eka Satya, Strategi Indonesia ... op.cit., hlm. 21.


15 Hadapi Revolusi Industri 4.0, Siapkan Tenaga Kerja Terampil, https:// ekbis. sindonews. com /read

/1350016/34/hadapi-revolusi-industri-40-siapkan-tenaga-kerja-terampil-1540779103, diakses 2 Januari 2019.


16 Tiga Tantangan Pekerja Era Revolusi Industri 4.0, https:// ekbis.sindonews. com/read /1350016 /34/
hadapi-revolusi-industri-40-siapkan-tenaga-kerja-terampil-1540779103, diakses 2 Januari 2019.

11
dasarnya, pertama, penyiapan tenaga kerja didasarkan atas kebutuhan pengguna
(demand driven), kedua, proses diklat sebagai wahana penyiapan tenaga kerja
dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelatihan berbasis kompetensi
(Comptency Based Training/CBT).17
Dengan demikian, dalam rangka menghadapi iklim ekonomi di era globalisasi
harus menciptakan Competitive Advantage atau keunggulan daya saing melalui
peningkatan kualitas dan produktivitas produk jasa yang upayanya adalah dengan
sistem standarisasi dan sertifikasi bagi Tenaga Kerja Indonesia.18

Selain upaya-upaya yang sudah disebutkan di atas, pemerintah juga harus


menerapkan kebijakan link and match untuk memastikan kompetensi sumber daya
manusia/tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pasar dengan industri yang
berbasis teknologi. Pemerintah mengambil pula kebijakan masifikasi pelatihan
kerja dan sertifikasi profesi. Strategi ini dibingkai dalam kebijakan triple skilling,
yaitu skilling, up skilling, dan re-skilling. Ketiga kebijakan ini menjadi penting
untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja terampil (skilled workers)
sekarang dan di masa yang akan datang. 19 Selain itu, pemerintah juga harus
bekerjasama dan mengajak dunia industri untuk menghadapi tantangan dan
menciptakan peluang ketenagakerjaan di era revolusi industri 4.0 agar tenaga
kerja Indonesia kompeten dan memiliki posisi tawar yang tinggi.

Menteri Perindustrian, mengatakan selain perlu penguasaan teknologi,


sumber daya manusia terampil juga berperan penting dalam upaya menyukseskan
implementasi industri generasi keempat atau biasa disembut industri 4.0. wawasan
dan pengetahuan akan dapat memahami peluang serta mampu menghadapi
tantangan saat ini. Bahkan mereka akan menjadi agen perubahan dalam
mentransformasika ke arah ekonomi digital. Jadi, soft skills dalam hal
17
Apklindo, “Sertifikasi Kompetensi Kerja Bagi TKI di Luar Negeri”,
http://apklindo.org/sertifikasi-kompetensi-kerja-bagi-tki-di-luar-negeri/, diakses 14 Oktober 2018.
18
Budi Astuti, Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Tenaga
Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita Penata Laksana Rumah Tangga (TKI/TKW PLRT), Tesis
pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, (Semarang: UNDIP, 2008),
hlm. 3.
19 Soft Skill Jadi Kunci Generasi Z Bisa Hadapi Revolusi Industri 4.0, https://ekonomi. kompas .com

/read/2018/10/19/155500826/soft-skill-jadi-kunci-generasi-z-bisa-hadapi-revolusi-industri-4.0, diakses 2
Januari 2019.

12
pengembangan kemampuan dan kepemimpinan juga diperlukan untuk dapat
mengambil keuntungan dari penerapan industri 4.0. maka dari itu, salah satu
langkah prioritas dan menjadi kunci impelemntasi dari peta jalan Making
Indonesia 4.0 adalah membangun SDM berkualitas. Apalagi Indonesia akan
menikmati dominasi jumlah penduduk usia produktif pada 10 tahun ke depan.
Bonus demografi ini diyakini dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional.20

20 Airlangga: Tenaga Kerja jadi Tantangan Industri 4.0, https://www.wartaekonomi. co.id/read 206452/
airlangga-tenaga-kerja-jadi-tantangan-industri-40.html, diakses 2 Januari 2019.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, simpulan yang dapat ditarik yaitu sebagai


berikut:

1. Revolusi Industri 4.0 bukan hanya menimbulkan masalah, tetapi juga menjadi
tantangan baik itu bagi pemerintah maupun bagi para pekerja di Indonesia.
Maka dari itu, untuk dalam meningkatkan posisi tawar pekerja Indonesia agar
mampu bersaing dengan pekerja-pekerja asing di era globalisasi dan revolusi
industri ini, pemerintah melakukan upaya hukum melalui pembentukan
kebijakan dan regulasi sesuai yang diamanatkan dalam 10 prioritas pada
roadmap Making Indonesia 4.0, yang dibentuk oleh pemerintah. Kebijakan
dan regulasi yang dibentuk pemerintah tersebut, tidak hanya untuk
meningkatkan posisi tawar pekerja Indonesia baik itu di dalam maupun di
luar negeri, tetapi juga melindungi kedudukan pekerja Indonesia supaya
Indonesia tidak di dominasi oleh pekerja-pekerja dari luar Indonesia.

2. Banyak sekali upaya-upaya yang harus dipersiapkan oleh pemerintah dalam


menghadapi revolusi industri 4.0, salah satunya di sektor tenaga kerja. Di era
yang berbasis teknologi ini, pemerintah mempersiapkan pekerja Indonesia
dengan cara seperti mendorong pekerja supaya meningkatkan kompetensi dan
keahliannya, melakukan program-program pelatihan dan sertifikasi profesi,
meningkatkan keahlian di bidang vokasi, serta membuat kebijakan-kebijakan
skilling, up skilling, dan re-skilling. Ketiga kebijakan ini menjadi penting
untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja terampil (skilled
workers) sekarang dan di masa yang akan datang. Upaya-upaya inilah yang
bisa menjadi jawaban dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dan bisa
meningkatkan posisi tawar pekerja Indonesia sehingga mampu menjadi
kompetetior yang berkualitas bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di pasar
global.

14
B. Saran

1. Sebaiknya pemerintah segera melakukan harmonisasi regulasi dan kebijakan


sesuai dengan perkembangan dalam revolusi industri 4.0, supaya dalam
pengimplementasiannya ada kaidah penuntun yang bisa menjadi pedoman
dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dan pasar global dalam
meningkatkan posisi tawar pekerja Indonesia. Karena dalam 10 prioritas
roadmap Making Indonesia 4.0 diamanatkan perlu adanya harmonisasi aturan
dan kebijakan yang merupakan salah satu startegi dalam menghadapi revolusi
industri 4.0.

2. Dalam rangka mempersiapkan pekerja Indonesia dalam menghadapi era


revolusi 4.0 dan pasar global supaya memiliki posisi tawar yang tinggi dan
berkompeten, pemerintah perlu bekerjasama bukan hanya dengan
kementerian-kementerian atau instansi terkait, tetapi juga perlu adanya
kerjasama dengan dunia industri juga, serta dengan institusi-instusi
pendidikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

“Airlangga: Tenaga Kerja jadi Tantangan Industri 4.0”,


https://www.wartaekonomi. co.id/read 206452/ airlangga-tenaga-kerja-
jadi-tantangan-industri-40.html, diakses 2 Januari 2019.

“Hadapi Revolusi Industri 4.0, Siapkan Tenaga Kerja Terampil”, https:// ekbis.
sindonews. com /read /1350016/34/hadapi- revolusi-industri-40-siapkan
-tenaga-kerja-terampil-1540779103, diakses 2 Januari 2019.

“Making Indoesia 4.0”, www.kemenperin.go.id/download/18384, diakses pada


tanggal 30 Desember 2018.

“Pemerintah Ajak Industri Antisipasi Tantangan Ketenagakerjaan Revolusi


Industri 4.0”, http://www.tribunnews.com /kilas-kementerian/2018/11/26
/pemerintah-ajak-industri-antisipasi-tantangan-ketenagakerjaan-revolusi-ind
ustri-40, diakses 30 Desember 2018.

“Soft Skill Jadi Kunci Generasi Z Bisa Hadapi Revolusi Industri 4.0”.
https://ekonomi. kompas .com /read/2018/10/19/155500826/soft-
skill-jadi-kunci -generasi-z-bisa-hadapi-revolusi-industri-4.0, diakses 2
Januari 2019.

“Tiga Tantangan Pekerja Era Revolusi Industri 4.0”, https:// ekbis.sindonews.


com/read /1350016 /34/ hadapi-revolusi-industri -40-siapkan-tenaga-kerja
-terampil-1540779103, diakses 2 Januari 2019.

Apklindo. “Sertifikasi Kompetensi Kerja Bagi TKI di Luar Negeri”.


http://apklindo.org/sertifikasi-kompetensi-kerja-bagi-tki-di-luar-negeri/,
diakses 14 Oktober 2018.

Astuti, Budi. Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum


Bagi Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita Penata Laksana
Rumah Tangga (TKI/TKW PLRT). Tesis pada Program Studi Magister Ilmu
Hukum Universitas Diponegoro. Semarang: UNDIP, 2008.

Budhijanto, Danrivanto. Teori Hukum dan Revolusi Industri 4.0. Bandung: Logoz
Publishing, 2018.

Djumiadji, FX . Perjanjian Pemborongan. Jakarta: Penerbit Bina Aksara, 1987.

16
Haryono, Siswoyo. Re-Orientasi Pengembangan SDM Era Digital pada revolusi
Industri 4.0, Makalah pada The Nation Conference on Management and
Business (NCMAB) 2018 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta: UMY, 2018.

Panjaitan, Marojahan JS. Politik, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi dalam
Bingkai Negara Kesejahteraan dan Kebahagiaan Menurut UUD 1945.
Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2018.

Prasetyo, Hoedi. “Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan
Riset”. Jurnal Teknik Industri UNDIP Vol. 13 No. 1 (Januari 2018).

Satya, Venti Eka. “Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0”. Info Singkat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI Vo. X No. 09/I/Puslit/Mei/2018 (Mei
2018).

Yahya, Muhammad. Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan


Pendidikan Kejuruan Indonesia. Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan
Profesor Tetap dalam Bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar Tanggal 14 Maret 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai