Disusun Oleh :
Nama : Teofilus B Elva
Nim : 20860/TP
Golongan : STIPP A
JURUSAN
2019
Hari-hari terakhir ini kita dihebohkan dengan berita kesiapan dan kesigapan
pemerintah menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang sebenarnya sudah masuk dan kita
praktekkan dengan maraknya ekspansi dunia digital dan internet ke kehidupan
masyarakat , terutama dalam lima tahun terakhir. Pertanyaannya apakah "kesadaran"
pemerintah terhadap Revolusi Industri ke 4 ini memang benar-benar dalam posisi
stand by atau baru persiapan?
Hal ini patut digarisbawahi karena produk revolusi industri 4.0 banyak yang
menekankan kepada kemampuan Artificial Inteligence(Kecerdasan Buatan) yang
mampu menggerakkan robot-robot yang "lebih pintar" dan "tidak pernah mengeluh"
sehingga banyak pekerjaan yang dikerjakan tenaga manusia digantikan dengan yang
lebih murah, efisien dan berkualitas lebih tinggi. Lantas apakah Revolusi Industri 4.0
akan membuat pengangguran makin masif?
Kita sudah mafhum revolusi industri bagian pertama dimulai pada abad 17-19 dimana
banyak terjadi penemuan-penemuan teknologi yang menggantikan fungsi manusia
seperti yang dilakukan penemuan mesin uap (James Watt),lokomotif (Richard
Trevethiek), kereta api penumpang (George Stepenson), kapal perang dengan mesin
uap (Robert Fulton),telpon ( Alexander Graham Bell) dll. Lalu dilanjutkan oleh
revolusi industri tahap kedua dan tahap ketiga dengan ditemukannya listrik,mobil
pesawat terbang, komputerdan sebagainya.
Dari Revolusi Industri 1 hingga 3 sepertinya refleksinya dengan peran bangsa ini
adalah sebagian besar negeri ini hanya mampu memproduksi barang setengah jadi
menjadi jadi dan lucunya ada komoditas produknya dari luar sehingga kita tergantung
produk luar dalam memproduksinya. Belum lagi hingga hari ini ekonomi negeri ini
masih juga tergantung dengan ekspor komoditas asli tanpa diolah dulu, seperti jaman
Penjajahan Belanda, dan lebih lucu lagi ada produk asli di Indonesia diekspor ke
negeri lain, lalu diimpor ke negeri ini dengan nilai jual berkali lipat sehingga devisa
kita bukannya berambah malah defisit.
Menghadapi Revolusi Industri 4.0 saya yakin pemerintah dan rakyat Indonesia tahu
apakah layak kita bersaing dengan bangsa lain yang lebih dulu berinvestasi dalam
sumber daya manusia yang lebih banyak menggunakan kreativitas otak dalam
membuat dan merancang aplikasi internet dan digital? Mengaca pada hasil riset
Bank Dunia (World Bank) baru-baru ini menyatakan bahwa Indonesia perlu 45 tahun
(hampir setengah abad) mengejar ketertinggalan dalam bidang pendidikan dan perlu
75 tahun untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu Artinya pengetahuan.
Sementara daya saing Indonesia tahun 2017 masih ada diurutan 36 dari 137 negara.
masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikejar bila Indonesia mau eksis di
Revolusi Industri tahap 4 ini.
Langkah pemerintah juga seharusnya lebih cerdas dengan melindungi industri lokal
dan berkembang dan memberikan kesempatan banyak tenaga kerja muda untuk
magang dan berkarya dan ini seharusnya tercermin dengan cetak biru industri
Indonesia yang harus dipenuhi dan ditenggat waktunya (deadline) dan tidak perlu
meniru langkah departemen lain seperti Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan) yang setiap ganti pemerintahan dan menteri berganti kurikulum.
Ya semoga Pemerintah sudah lebih sigap untuk menghadapi revolusi industri gress
ini yang dampaknya sangat masif dan "berbahaya" karena dengan jumlah populasi
Indonesia yang tidak lama mengarah ke 300 juta orang , perlu kecerdasan dan
ketulusan parpol siapapun yang memegang pemerintahan dan pemangku kepentingan
untuk mengarahkan secara visioner mau dibawa kemana Indonesia ini terutama daya
tahan dan masa depan ekonominya yang selama ini masih mengandalkan komoditas
asli negeri ini yang makin lama makin berkurang jumlahnya dan nilai ekonominya.
Mahasiswa yang tengah menuntut ilmu harus bersiap menghadapi tantangan besar
yang terjadi era Revolusi Industri 4.0 yang terjadi saat ini. Perubahan pola baru ini
membawa dampak terciptanya jabatan dan keterampilan kerja baru dan hilangnya
beberapa jabatan lama.
Oleh karena itu. katanya, lembaga pendidikan dan pelatihan Indonesia harus mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki nilai tambah sesuai kebutuhan pasar kerja.
"Lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berkarakter,
kompeten, dan inovatif," jelas Maruli.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
Ferry Sofyan Arif mengatakan, sebanyak 30% dari 22 juta angkatan kerja di Jawa
Barat adalah lulusan SMA/SMK.
"Kegiatan jobfair semacam ini adalah kegiatan yang sangat bagus untuk penyerapan
angkatan kerja. Selain itu, kedepannya kita juga akan mengarahkan angkatan kerja
untuk menjadi wirausaha," kata Sofyan.
Dengan tanpa kita sadari hampir semua kehidupan sehari-hari kita ditunjang oleh
kecanggihan teknologi, contoh sederhananya robot vacuum cleaner, berkembangnya
teknologi autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone, aplikasi media sosial,
bioteknologi dan nanoteknologi dan masih banyak lagi.
Bahkan saat ini sudah banyak sekali benda-benda baik benda kebutuhan rumah
tangga, kebutuhan sekolah, pekerjaan, yang semuanya serba digital dan berteknologi
wireless.
Dunia saat ini sudah memasuki era revolusi industri generasi keempat atau biasa
disebut dengan Revolusi Industri 4.0. Konsep revolusi industri 4.0 ini pertama kali
diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab, seorang ahli ekonomi ternama didunia
yang berasal dari Jerman sekaligus sebagai Founder dan Executive Chairman of the
World Economic Forum pada tahun 2015, dalam bukunya yang berjudul The Fourth
Industrial Revolution.
Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi
industri yang dimulai pada abad ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami
empat revolusi industri. Yaitu terjadi sekitar tahun 1760-1840 atau pada abad ke-18.
Revolusi industry pertama ini dipicu oleh pembangunan rel kereta api dan penemuan
mesin uap.
Kemudian revolusi industri kedua yang dimulai pada akhir abad ke-19 dan awal abad
20. Yaitu munculnya pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam
(combustion chamber). Dengan adanya penemuantersebut ini memicu terciptanya
penemuan-penemuan lain yang sangat mengubah dunia. Selanjutnya di revolusi
ketiga yang terjadi pada akhir abad 20 ini, yaitu berkembangnya teknologi digital dan
internet.
Konsep revolusi industry 4.0 ini yaitu tentang mesin yang cerdas dan terhubung
dengan system dengan teknologi dan inovasi berbasis luas yang dapat menyebarkan
jauh lebih cepat dan lebih luas dari sebelumnya dan akan terus berkembang.
Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis
telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah.
Di era revolusi industri keempat ini menjadikan lompatan besar di bidang teknologi
informasi dan komunikasi yang dimana di era ini dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak
hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai industri sehingga
melahirkan model bisnis yang baru dengan berbasis digital.
Hal ini mendorong setiap kegiatan atau aktivitas dengan sistem otomatisasi dengan
teknologi internet yang tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia
tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara
online.
Hal tersebut menjadikan revolusi industri 4.0 ini membuka peluang yang sangat
besar, terutama pada lapangan pekerjaan. Dengan adanya terobosan teknlogi baru
terutama pada lima teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industry
4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface,
teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing ini tentu menimbulkan
banyaknya potensi pekerjaan baru dalam jumlah yang besar.
Peluang lain dari revolusi industri 4.0 ini yaitu ketermudahan manusia dalam
mengakses teknologi informasi kemanapun hingga daerah terpelosok sekalipun.
Sehingga setiap orang diberbagai dunia dapat berkomunikasi dan terhubung melalui
jejaring sosial dengan adanya internet.
Di era revolusi industri keempat ini harus dihadapi dengan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, kreatif, dan berinovasi yang mempunyai daya saing. Karena
seperti yang kita ketahui revolusi industri 4.0 telah membawa inovasi teknologi yang
membawa dampak disrupsi atau perubahan fundamental terhadap kehidupan
masyarakat. Dimana saat ini sudah banyak aktivitas manusia yang sudah tergantikan
oleh teknologi digital bahkan ada beberapa yang sudah digantikan dengan robot.
Adanya pergeseran tenaga kerja manusia kea rah digitalisasi merupakan bentuk
tantangan yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Peran manusia setahap demi setahap
diambil alih oleh mesin otomatis. Sebagai generasi penerus mahasiswa harus dapat
menjadi personal yang siap untuk bersaing tidak hanya di Negara sendiri, namun juga
di ranah global. Karena di era ini terlebih dengan adanya MEA dimana pasar-pasar
dari berbagai Negara ikut bersaing. Kita tidak bisa menjadi pribadi yang biasa-biasa
aja,
Seperti yang dikatakan oleh Prof Dwikorita Karnawati (2017), “Revolusi industri 4.0
dalam lima tahun mendatang akan menghapus 35 persen jenis pekerjaan. Dan bahkan
pada 10 tahun yang akan datang jenis pekerjaan yang akan hilang bertambah menjadi
75 persen.” Hal ini akan menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia akan terus
bertambah jika SDMnya tidak berkualitas.
Untuk menjadi mahasiswa yang siap dan matang untuk menghadapi revolusi industri
keempat ini, mahasiswa tidak boleh hanya menyerap ilmu dari dosen secara mentah
di perkuliahan saja namun mahasiswa juga perlu memiliki keterampilan lebih diluar
kegiatan akademik seperti keterampilan berkomunikasi, public speaking,
berorganisasi, dan lainnya.
Mahasiswa aadalah orang-orang yang hakikatnya kaum intelektual yang terdidik dan
terpelajar.
Pendidikan
Pengabdian masyarakat
Negara indonesia telah meresmikan sistem masyarakat ekonomi asean (mea) pada
november 2015 di bali, dan langsung disaksikan oleh presiden republik indonesia,
bapak ir.h. Jokowidodo secara tertulis.
Sistem ini banyak di ikuti oleh masyarakat indonesia terkhusus para pengusaha
ataupun para investor investor local maupun luar negeri.
Akhir 2018 indonesia dikejutkan dengan hadirnya sistem revolusi industri 4.0 yang
mana banyak pendapat menyatakan bahwasanya ini adalah salah satu momok yang
sangat menyeramkan dikalangan mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di indonesia.
Artinya sistem ini akan banyak dampak yang tidak baik terhadap masyarakat negara
indonesia . Oleh karena itu perlunya peran mahasiswa untuk memnberikan
pemahaman yang lebih kepada masyrakat , sebelum benar-benar menerima sistem ini
dengan mentah-mentah.
Pertanyaan ini dapat dikatakan sebagai salah satu gagal memahami perkembangan
yang ada. Melihat database yang ada, bahwasanya negara indonesia adalah negara
urutan 5 terbesar di dunia yang menggunakan jaringan internet. Kurang lebih dari 8
jam 36 menit dalam satu hari masyarakat indonesia menggunakan internet.
Artinya apa, bahwasanya kita sudah dapat menerima revolusi industri 4.0 ini, karena
salah satu sistem ini menggunakan yang namanya internet of things.
Itu kita lihat dari kacamata penggunaan social media dan game saja,bukan
memanfaatkan dalam dunia berbisnis atau keperluan kerja lainnya.
Disisi lain ada bentuk keuntungan terbesar dalam sdm di era revolusi industry 4.0 ini,
memang benar bahwasanya tenaga manusia akan digantikan dengan tenaga robotic.
Akan tetapi ada salah satu factor yang mendukung menurut saya, yaitu system boss
akan diganti dengan unboss , semua orang dapat bekerja dengan efektif dan efisien,
setiap lokasi bisa dijadikan sebagai kantor,semua akan dipertemukan dalam satu
jaringan.
Dapat saya katakana bahwasanya sistem ini bukan sistem yang menakutkan,
melainkan sistem yang dapat memberikan perubahan dan perkembangan.
Akan tetapi perlunya sosialisi sebelum kita terapkan di negara kita secara universal.
Artinya apa seharusnya kita jangan membiasakan memberi makan buah mentah
kepada masyarakat indonesia.
Karena masyarakat kita banyak yang apatis tentang apa yang terjadi di negara kita,
kita juga perlu meyakinkan bahwasanya sistem ini akan banyak meberikan perubahan
perekonomian dinegara kita.
Oleh karena itu saya menawarkan beberapa solusi yang kiranya akan membantu kita :
Solusi yang saya tawarkan adalah mahasiswa yang merujuk pada tri dharma
perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat seharusnya terlaksana dan membantu
kinerja pemerintah dalam menggaungkan sistem revolusi industry 4.0
Barangkali kita semua sepakat bahwa gerakan mahasiswa hari ini masih terlalu
identik dengan aksi turun ke jalan, dan dianggap masih terjebak dengan romantisme
era 1998 sehingga dianggap kurang terasa dampak nyatanya di masyarakat. Sekalipun
ada mengenai gerakan kreatif di sosial media, hal itu dirasa masih kurang dirasa
kehadirannya, terlalu monoton, kurang kreatif dalam pengemasan aksi digital, dan
juga dianggap sebagai “pemanis” belaka.
Revolusi industri generasi keempat merupakan tantangan besar untuk mahasiswa saat
ini. Tantangan besar ini bisa menjadi potensi besar untuk membangun gerakan
mahasiswa. Akan tetapi, juga dapat menjadi ancaman untuk gerakan mahasiswa. Itu
semua tergantung bagaimana kita melihat, mengolah dan menghadapinya.
Apabila mahasiswa zaman ini gagal beradaptasi dan membangun strategi, maka
revolusi industri generasi keempat ini dapat menjadi suatu ancaman yang nyata dan
membuat gerakan mahasiswa hari ini ditinggalkan karena dianggap tidak relevan.
Seperti yang penulis uraikan diatas bahwa pergerakan mahasiswa saat ini masih
monoton mengandalkan aksi turun kejalan/demonstrasi. Sedangkan zaman semakin
hari semakin berubah dan terus maju. Lantas timbul pertanyaan, apakah gerakan
mahasiswa saat ini masih relevan dan mampu beradaptasi menghadapi revolusi
industri generasi keempat?
Dan bagaimanakah seharusnya mahasiswa mengemas pergerakannnya sehingga bisa
bertahan dan mampu menghadapi fenomena revolusi industri 4.0? Maka melalui
tulisan ini penulis akan mencoba menjawab terhadap kedua pertanyaan diatas.
Aksi turun kejalan tidak bisa kita remehkan dan dikesampingkan begitu saja. Karena
melalui aksi turun kejalan memberikan isyarat kepada penguasa yang zalim bahwa
kebenaran itu masih ada dan kebenaran itu harus ditegakan. Karena mahasiswa
merupakan bagian dari masyarakat. Maka dari itu, mahasiswa bertugas untuk
membela kepentingan masyarakat terhadap kesewenangan yang dilakukan oleh
penguasa.
Membuat arah baru pergerakan adalah pilihan yang harus dilakukan mahasiswa agar
tidak tersingkir dari perkembangan zaman. Malahan dengan adanya revolusi industri
4.0 ini sebenarnya memberikan begitu kemudahan bagi mahasiswa dalam
menentukan arah baru pergerakan mahasiswa. Dengan memanfaatkan kecanggihan
teknologi dan informasi ini nantiya membuat pergerkan mahasiswa lebih tertata, lebih
menarik dan kreatif.
Hal-hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk mengemas pergerakannya agar
lebih menarik adalah dengan mengemas pergerakan tersebut dengan berbasis
teknologi. Ada beberapa aspek yang bisa diinovasikan oleh mahasiswa dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi yang berlangsung saat ini.
Pertama, dalam aspek perencanaan mahasiswa akan lebih mudah mendapatkan
informasi-informasi atau berita-berita terbaru terhadap perkembangan situasi bangsa
terkini.
Era kemajuan teknologi dan informasi tersebut sangat memberi kemudahan bagi
siapa pun termasuk mahasiswa dalam mendapatkan dan mengakses segala bentuk
informasi. Maka dengan kemudahan memperoleh informasi tersebut memungkinkan
mahasiswa untuk memperisapkan aksi-aksi dengan lebih terencana dan lebih tertata
rapi. Dengan kemudahan akses informasi tersebut itu pula mahasiswa dapat
menyaring segala informasi yang ada agar tidak terjebak kedalam informasi yang
palsu/hoax.
Kedua, era revolusi industri 4.0 ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam
menyusun strategi penyebarluasan isu-isu sentral kepada masyarakat. Dengan
kemajuan teknologi dan informasi membuat mahasiswa lebih mudah bergerak dan
lebih cepat dalam mempropogandakan isu-isu ataupun permasalahan-permasalahan
rakyat yang ingin disuarakan kepada pemerintah. Sehingga dengan begitu isu-isu
yang ingin diangkatkan atau ingin disuarakan kepada pemerintah dapat lebih mudah
disampaikan kepada masyarakat luas.
Kemudahan dalam menggalang massa untuk terjun aksi adalah keuntungan ketiga
bagi pergerakan mahasiswa. Di era yang berbasis kemajuan teknologi dan informasi
berbasis internet ini membuat lebih mudah dalam menggalang massa. Hal itu dapat
dilakukan dengan mempropogandakannya melalui media social yang ada seperti:
Facebook. Twitter, Instagram, WhatsApp, dan lain-lain.
Maka dalam melakukan aksi tidak perlu susah-susah dan menghabiskan banyak
tenaga. Cukup dengan memberikan broadcast atau pesan seruan ajakan aksi ke semua
akun media social. Selain itu juga cangkupannya bisa jauh lebih luas. Maka, dalam
menggalang massa aksi akan lebih mudah diperoleh. Selain itu juga hasil yang dicita-
citakan dalam aksi tersebut akan lebih mudah dicapai jika peserta aksinya banyak.
Melalui ketiga poin diatas, gerakan mahasiswa akan lebih mampu untuk memberikan
peran dan kontribusi nyata untuk masyarakat sesuai dengan kebutuhan zamannya.
Akan tetapi, itu semua tidak akan pernah terwujud apabila hal yang paling
fundamental dari gerakan mahasiswa tidak dibenahi, yakni masalah eksklusivisme
dan gerakan mahasiswa yang tidak solid dan mudah dipecah belah.
Oleh sebab itu, dengan bersatu maka kita dapat memanfaatkan semua peluang
tersebut sehingga gerakan mahasiswa masih relevan sesuai dengan perkembangan
zaman dan dapat memberikan manfaat yang nyata untuk masyarakat.
Saat ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk ikut berperan dalam
era industri ini dan mengambil langkah dan tempat sebagai kaum penggerak negeri
ini. Pertama mengembangkan pola fikir kritis dan serta tidak tergerus dalam pengaruh
negative. Hal ini berarti dengna banyaknya informasi yang bisa didapat mahasiswa
harus mampu melihat manakah informasi yang dapat dipercaya dan tidak serta tidak
langsug percaya dengan segala informasi yang belum tentu kebenaranya.
Selanjutnya yang paling penting adalah mahasiswa harus memberikan langkah nyata
untuk mewujudkan setiap ide dan aspirasinya, sehingga setiap perencanaan bukan
hanya sekadar rencana tak terlaksana namun paling tidak menjadi sebuah batu
loncatan untuk memulai yang lebih baik lagi.
Kesimpulan
Revolusi industri telah memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan
kehidupan masyarakat Inggris maupun masyarakat di dunia. Revolusi industri
menghasilkan cara-cara menggunakan metode-metode produksi dan pola-pola baru
dalam kehiduoan ekonomi dan memberikan beberapa peruabahan dalam industri
barang dan dalam perdagangan.
Hal ini memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Berbagai
perusahaan yang dihasilkan oleh proses industrialisasi berpengaruh bagi
perkembangan transportasi, komunikasi dan perdagangan. Meskipun kekayaan yang
besar telah dihasilkan namun distribusi kekayaan tidak dapat dicapai secara merata
dan terjadi kesenjangan sosial. Masyarakat yang hidup di kawasan industri
menghadapi berbagai problem seperti polusi, kemacetan, kebisingan, dan
perkampungan kumuh. Dengan revolusi industri maka zaman mesin telah dimulai.
Irama mesin telah mengubah corak kehidupan dunia kita sampai saat ini.
Mahasiswa aadalah orang-orang yang hakikatnya kaum intelektual yang terdidik dan
terpelajar.
Pendidikan
Pengabdian masyarakat
Akhir 2018 indonesia dikejutkan dengan hadirnya sistem revolusi industri 4.0 yang
mana banyak pendapat menyatakan bahwasanya ini adalah salah satu momok yang
sangat menyeramkan dikalangan mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di indonesia.
Mahasiswa berfikir bahwasanya masyarakat belum mampu mengikuti sistem
tersebut.dikarenakan masyarakat indonesia tidak bisa menerima kebijakan ini secara
mentah-mentah,perlu adanya sosialisasi untuk mendudukan pemahaman kita
bersama.