MIKROBIOLOGI UMUM
Disusun oleh:
TEOFILUS B ELVA
19/20860/THP/STIPP A
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
I. Morfologi Jamur Benang
Morfologi Jamur Benang
Gambar: Rhizopus Sp
Morfologi Jamur Benang
Gambar: Aspergillus Sp
B. Pembahasan
Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang- benang sel tunggal panjang
sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa
benang yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur
tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya. Jamur benang
terdiri atas massa benang yang bercabang- cabang yang disebut miselium.
Miselium tersusun dari hifa filamen yang merupakan benang-benang tunggal.
Badan vegetatif jamur tersusun dari filamen- filamen disebut thallus.
Jamur berkembangbiak dengan membentuk spora kecil yang dapat dengan
mudah tumbuh di udara. Kepala konidia atau tubuh menghasilkan spora.
Morfologi Rhizopus sp yaitu terdiri dari benang hifa bercabang membentuk
miselium, hifa tidak bersekat (bersifat sinositik), hifa atau sekat antar hifa tidak
ditemukan pada saat sel reproduksi terbentuk. Morfologi Aspergillus sp secara
mikroskopis yaitu memiliki hifa bersepta dan bercabang, konida muncul dari foot
cell (miselium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa sterigmata dan
akan muncul konida membentuk rantai berwarna hijau, coklat dan hitam.
Secara morfologis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya
menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klasifikasi dapat
ditentukan, secara visual jamur dilihat seperti kapas atau benang berwarna/tidak
berwarna yang disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia terbentuk
dengan adanya nifa, baik yang bersepta atau tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi
beberapa familia antara lain Moniliaceae (aspergillus, phenicilium, trichothecium,
geotrichum, monilia, sporatrichum, botrytis, dll), dematiaceae (cladosporium,
helminthosporium, dll). Dan tuberculariaceae.
Isolasi jamur dapat dilaksanakan dengan menggunakan media PDA (Potato
Dextrose Agar). Teknik isolasi jamur harus dilakukan secara aseptic agar tidak
terkontaminasi mikroba. Dapat juga digunakan antimikrobia pada media. Media
berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. Media yang digunakan untuk mengisolasi
bakteri dan jamur tidak sama, bakteri harus diisolasi pada media NA (Nutrient
Agar) sedangkan jamur diisolasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar).
B. Saran
Untuk Praktikan agar lebih teliti dalam menggunakan mikroskop agar gambar
yang diperoleh bisa lebih jelas, dan praktikan diharapkan lebih serius untuk
praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Cahyanti, N. 2018. Identifikasi Jamur Dermatofita pada Kuku Perajin Batu-bata
yang Mengalami Kerapuhan di Dusun Karanganyar Kabupaten
Magetan. Surakarta.
[4] Prasetyaningsih, Y., Nadifah, F., dkk. 2015. Distribusi Jamur Aspergillus Flavus
pada Petis Udang Yogyakarta. Yogyakarta
Yogyakarta, 1 Mei 2020
Mengetahui,