Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TEOFILUS B.

ELVA

NIM : 20860

KELAS : STIPP A

TUGAS LOGISTIC & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Manajemen Risiko Rantai Pasok Tebu (Studi Kasus di PTPN X)

Industri tebu (gula) pada saat ini banyak melibatkan komponen yaitu petani tebu, pabrik
gula, perusahaa penyedia suplai pertanian, dan sebagainya. Supply chain manajemen pada rantai
pasok perusahaan menjadikan perusahaan mampu menyajikan produk yang dikehendaki dengan
cepat dan tepat serta sesuai dengan kemauan konsumen akhir. Manajemen rantai pasok yang
handal adalah bagaimana mampu mengelola risiko yang ada pada rantai pasok. Manajemen
risiko rantai pasok produk pertanian menjadi lebih sulit, karena beberapa sumber ketidakpastian
dan hubungan yang kompleks antara pelaku dalam rantai pasok tersebut. Dimana tujuan
penelitian rantai pasok tebu dari data yang saya ambil adalah untuk mengidentifikasi risiko
dalam rantai pasok tebu di PTPN X, menganalisis implikasi managerial yang dilakukan dalam
menghadapi risiko dalam rantai pasok tebu di PTPN X, dan mensintesis upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja rantai pasok tebu di wilayah kerja PTPN X.

Rantai pasok tebu dari hulu hingga hilir melibatkan (petani tebu-pabrikgula-petani tebu-
pedagang gula besar-agen-pengepul-ritail-konsumen). Sinergi kinerja antara pabrik gula ; petani
tebu, dan pedagang saling berkesinambungan. Faktor kendala kinerja dari petani tebu yaitu
terdiri dari, penataan varietas tidak sesuai, produktivitas produk tebu rendah (rata-rata 70-80 Ha),
luas areal tebu kurang dari 1 Ha (70%), Rendemen dibawah 10% (60% kualitas bahan baku tebu
mutu C), dan manajemen tebang angkut tidak tertata baik. Faktor kendala kinerja pabrik gula
yaitu terdiri dari, Mill Extraction 92% (standart 95%), bolting house recovery 82% (standart
90%), overall recovery 74% (standart 85%), POL 10% (standart 14%), dan rendemen 7%
(standart 12%). Faktor kendala kinerja pedagang yaitu terdiri atas, harga gula fluktuatif pasar
jenuh ditengarai banyak masuk gula impor, gula tidak sesui GKP 1 dan GKP 2 (68% melampaui
GKP 1 dan GKP 2, artinya gula yang dihasilkan tidak memenuhi , perrsyaratan warna larutan/
[CUMSA] sehingga gula tidak terserap pasar.

Kekurangan pasokan bahan baku tebu biasanya terjadi pada hari-hari tertentu PG harus
berhenti giling (jamti A), ialah jam yang harus berhenti disebabkan keterlambatan suplai bahan
baku tebu, yang mengakibatkan kegiatan giling terkendala lalu juga dapat menyebabkan
inefisiensi produktivitas pabrik gula. Dimana pada suplai bahan baku tebu pada PG di
lingkungan PTPN X yang belum optimal dikarenakan karenaka bahan baku tebu lebih cenderung
fluktuatif dan jumlahnya masih belum dapat memenuhi kapasitas giling pada PG.
Upaya menanggulangi risiko yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja rantai
pasok tebu di PTPN X yaitu satu, meningkatkan manajemen usaha petani (on-farm). Dimana
upaya ini ditujukan untuk meningkatkan produktivitas gula dan eifisiensi usaha petani. Yang
harus dibenahi yaitu pengelolaan kebun secara keseluruhan seperti optimasi budidaya,
manajemen tebang angkut, perencanaan pembibitan dimulai dari penyediaan bibit yang
berkualitas dan sosialisasi kepada para petani, konsistensi konsolidasi areal, dan penggunaan
Sistem Informasi Geografi (SIG). Dua, mekanisasi tenaga tebang angkut, dimana tebang angkut
disini bertujuan supaya tebu tidak terlambat untuk digiling, sehingga potensi dari rendemen
tinggi tetap terjaga. Tiga, memerlukan kebijakan integrasi manajemen industri gula. Integrasi
bisa dilakukan melalui upaya kelembagaan seperti petani dengan pabrik gula tersebut dalam
menanam tebu sehingga ketidakefisienan yang bisa dikurangi; dan juga budidaya petani dengan
lahan hamparan dapat bisa lebih ditingkatkan. Para petani bisa lebih efisien ketika adanya upaya-
upaya manajemen petani untuk meningkatkan lahan sehingga menjadi running system
pengelolaan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Magfiroh, S, I., Wibowo, R. Manajemen Risiko Rantai Pasok Tebu (Studi Kasus di PTPN X).
ARTIKEL, Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai