Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MKDU

PERAN DOKTER DALAM SOCIETY 5.0

Oleh :

INDRAMAWAN SETYOJATMIKO, dr

NIM : 1971151003

PPDS – 1 MIKROBIOLOGI KLINIK


Pada era sekarang ini teknologi sudah semakin maju dalam bidang apapun,
perkembangan teknologi tidak bisa kita hindari karena perkembangan ini akan berjalan dengan
sendirinya sesuai dengan kemajuan ilmu yang berkembang. Teknologi sudah tak asing lagi bagi
kita untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi pun telah masuk ke dalam
sendi-sendi kehidupan kita. Setiap orang pasti menggunakan teknologi dalam aktivitasnya.
Sesuai tujuan awal terciptanya, teknologi adalah alat yang digunakan untuk mempermudah
aktivitas dan membuat pekerjaan manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Hal tersebut yang
membuat Teknologi akan terus ada dan tak dapat kita hindari. Pada mulanya teknologi hanya
berupa kapak yang terbuat dari kayu dan batu yang digunakan untuk memburu dan memecahkan
sesuatu. Seiring berjalannya waktu dan kebutuhan manusia yang terus meningkat, teknologi terus
mengalami perkembangan yang pesat dan signifikan

Berbeda pada era dahulu ketika teknologi bukan segala sesuatu yang menjadi keharusan
bagi kehidupan manusia, manusia lebih menikmati segala kegiatannya dengan memanfaatkan
pikiran mereka dan melakukan suatu hal yang terlepas dari teknologi. Teknologi bukan suatu alat
yang sangat penting bagi kehidupan mereka saat itu. Tetapi berbeda dengan era sekarang yang
memanfaatkan segala teknologi dalam kehidupan manusia dan dalam kegiatan apapun.

Manusia sudah sangat menikmati adanya teknologi dibuktikan dengan sekarang mereka
lebih membutuhkan teknologi dan tidak terlalu memikirkan suatu hal yang bersifat sewajarnya,
mereka lebih menyukai suatu hal yang instan. Tanpa kita sadari saat kita menggunakan teknologi
dapat menimbulkan dampak yang akan merusak kehidupan kita. Seperti contohnya dalam buku
yang berjudul High Tech High Touch menjelaskan bahwa ketika manusia memakai teknologi
mereka lupa akan segala hal, seperti pada halnya ketika kita berkumpul dengan teman kita
membicarakan suatu hal tanpa memperdulikan teknologi tetapi pada era sekarang pada saat
berkumpul dengan teman tidak bisa terlepas dari hp atau teknologi yang lainnya. Pada era ini kita
sudah memasuki Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan
berbagai kehidupan manusia, Revolusi ini ditandai dengan adanya lebih banyak penggunaan
internet dengan sensor yang lebih kuat. Revolusi keempat ini juga menciptakan dunia dimana
virtual dan fisik sistem manufaktur secara global saling bekerja sama dengan fleksibel. Dan pada
revolusi ini muncul teknologi serta inovasi yang berbasis luas menyebar jauh lebih cepat dan
lebih luas dari sebelumnya.

Perubahan yang mendalam dan sistemik di revolusi ini adalah teknologi dan digitalisasi
merevolusi segalanya, dijelaskan bahwa kita bisa mengetahui faktanya ketika unit kekayaan
diciptakan dengan pekerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan 10-15 tahun yang lalu ,
mungkin karena bisnis digital memiliki biaya marginal yang cenderung nol. Selain itu banyak
bisnis baru yang menyediakan barang informasi dan penyimpanan biaya transportasi dan
replikasi yang memiliki marginal nol. Revolusi Industri 4.0 dinilai unik karena terjadi saling
ketergantungan tetapi dalam revolusi ini juga memiliki manfaat dan tantangan yang besar.

Mayoritas dari kita adalah konsumen dan produsen, jadi inovasi dan gangguan akan
secara positif dan negative mempengaruhi standar hidup dan kesejahteraan dalam kehidupan kita
di masa yang akan datang. Pada society 5.0 bertujuan menciptakan masyarakat dimana kita akan
menyelesaikan berbagai tantangan social dengan memasukkan inovasi revolusi industry ke
empat ke dalam setiap industry dan kehidupan social. Dengan melakukan hal itu, masyarakat
dimasa depan akan menjadi satu tempat dimana nilai dan layanan baru diciptakan secara terus
menerus dan membuat kehidupan manusia menjadi selaras dan berkelanjutan.

Saat kita memasuki Society 5.0 kehidupan semua manusia akan terasa lebih nyaman
karena kita hanya diberi produk dan layanan dalam jumlah dan waktu yang dibutuhkan. Pada
Revolusi Industri 4.0 dan society 5.0 memiliki persamaan antara kekurangan tenaga kerja karena
didalam Revolusi Industri 4.0 tenaga kerja berkurang dengan adanya teknologi dan internet yang
semakin maju sedangkan pada Society 5.0 kekurangan tenaga kerja yang terampil. Selain itu
penggunaan teknologi yang semakin banyak, contohnya robot yang digunakan di semua sektor
untuk berbagi tugas. Dalam Society 5.0 dijelaskan bahwa robot digunakan untuk memeriksa dan
memelihara jalan, jembatan, terowongan dan bendungan.

Dari penjelasan tersebut bisa dikatakan bahwa dengan Revolusi Industri 4.0 akan banyak
timbulnya pekerjaan baru sehingga menyebabkan dampak ekonomi yang semakin buruk, dan
dijelaskan bahwa berpotensi pekerjaan akan hilang. Tetapi dengan adanya Society 5.0 itu
menjadi solusi untuk mengantisipasi Revolusi Industri 4.0 yang akan menggantikan peran
manusia. Society 5.0 menciptakan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan teknologi.
Revolusi industri 4.0 ini semula memancing kekhawatiran banyak negara yang memiliki
jumlah penduduk sangat banyak, karena menghadirkan otomasi robotik dan optimasi komputer
dan internet. Lalu apa yang akan terjadi dengan begitu banyak tenaga kerja, apakah banyak orang
yang akan tidak memiliki pekerjaan? Di sisi lain, pengembangan robotika dan artificial
intelligence memakan biaya yang sangat tinggi, yang tidak mungkin dilakukan dan
dikembangkan oleh negara berkembang yang memiliki dana riset yang terbatas. Dalam
pendekatan ekonomi inovatif yang dikembangkannya ini, segala hal akan berlangsung secara
lebih otomasi dengan menggunakan data biometrik dan kependudukan hanya melalui sistem
pengenalan sidik jari. Society 5.0 ini merupakan jawaban dari kecemasan yang muncul saat
dunia secara global merasa takut akan apa yang dapat terjadi dalam revolusi industri 4.0.

Pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss melahirkan kejutan besar
buat negeri matahari terbit. Disampaikan melalui Perdana Menterinya, Shinzo Abe. Bahwa
Jepang akan melakukan disrupsi besar di dunia teknologi dan sisi humanisme. Perdana Menteri
Jepang, Shino Abe meluncurkan apa yang dinamakan sebagai Society 5.0 di tahun 2017. Konsep
itu mengedepankan dalam mengintegrasikan dunia maya dengan ruang fisik. Peran manusia di
dalamnya sebagai pusat kontrol (human-centered) dan menghapus kesenjangan antar setiap
manusia. Ada banyak alasan Jepang menerapkan Society 5.0, jumlah penduduk mengalami
penyusutan dalam beberapa dekade terakhir. Ada lebih dari 5 juta penduduk Jepang atau setara
26% yang berusia lebih dari 65 tahun, jelas saja akan berpengaruh pada sejumlah pekerjaan.
Pemerintah Jepang memutar otak menghadapi itu semua, dengan sumber daya manusia yang
sedikit Jepang tetap jadi cahaya Asia.

Negara Jepang mencanangkan akan menjadi penggerak terdepan dalam sistem


masyarakat berbasis artificial intelligence berorientasi kemasyarakatan ini, karena memiliki
teknologi teratas dalam advance biometrik dan budaya monozukuri (ketelitian dan kesungguhan)
dalam industri manufakturnya. Bersama dalam forum ekonomi dunia (world economic forum),
sejumlah ahli dari eropa dan amerika bertemu di jepang untuk merumuskan sejumlah solusi
untuk menghadirkan robotika ke dunia keseharian masyarakat disana.

Namun negara asia lainnya terutama Asia Tenggara, telah juga menghadirkan layanan
yang telah menjadikan society 5.0 ini terwujud di masyarakat, dengan tetap mempertahankan
kearifan lokal. Bahkan, apa yang dilakukan oleh para inventor dan innovator Indonesia dan
Malaysia, telah dapat mendatangkan solusi yang mudah dan murah. Indonesia dan Malaysia
telah memiliki Society 5.0 dalam versinya sendiri.

Dalam segi kesehatan, Jepang terkenal dengan jumlah angka harapan hidup yang tinggi
sehingga dalam umur tua rentan terjangkit penyakit yang tidak sedikit, dan hal itu akan sulit bagi
mereka disaat harus pergi ke klinik atau rumah sakit untuk berobat. Jepang telah menciptakan
berbagai teknologi untuk membuat orang tua dapat mendapatkan layanan kesehatan dan
pengobatan tanpa perlu mendatangi dokter di rumah sakit.. Maka, Society 5.0 menerapkan sistem
berobat secara jarak jauh, dokter dapat memeriksa pasien dengan mendeteksi pasien agar tahu
betul apa yang dikeluhkan. Dan aktivitas bagi orang tua juga akan memudahkan mereka dalam
mencapai umur yang sehat sentosa. Namun Jepang masih harus menunggu beberapa tahun lagi
untuk bisa menciptakan kendaraan swa kemudi dan menciptakan robot scanner penyakit untuk
dapat mewujudkan impian Society 5.0 menjadi kenyataan yang dapat dinikmati banyak orang.
Padahal, solusi yang sama dengan konsep Jepang ini telah berlangsung di Indonesia
melalui layanan gojek yang telah merambah ke dunia kedokteran dengan integrasi aplikasi
halodoc. Dalam mengakses aplikasi ini, kita tinggal curhat ke dokter yang tepat, dan kita akan
mendapatkan obat yang diperlukan untuk penyakit yang dirasakan. Bahkan, karena halodoc
terintegrasi dengan gojek, tanpa perlu kita kemana-mana, pengemudi gojek akan mengetuk pintu
rumah kita dan mengantarkan obatnya.
Karena itu, seorang guru besar dari Malaysia, Prof Revany Bustami meramalkan bahwa
Asia Tenggara akan memimpin penerapan Society 5.0 ini. Hal ini tak lain dan tak bukan karena
Malaysia telah menciptakan aplikasi Grab dan Indonesia telah menciptakan Gojek. Aplikasi yang
semula hanya berupa ride hailing ini telah merambah berbagai solusi yang bersifat empowering
atau memberdayakan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh David Aikman dalam Robot
Revolution Innitiative dalam World Economic Forum di Jepang di tahun 2017. Saat itu Aikman
menyatakan bahwa kita seharusnya membuat teknologi memberdayakan manusia, dan bukan
mendikte manusia. Ia menyatakannya sebagai Empowering, not Directing.
Society 5.0 diharapkan mampu menyelesaikan masalah di tengah masyarakat yang timbul
akibat ketidakseimbangan antara teknologi yang berkembang sangat pesat dan kemampuan
manusia yang terbatas. Society 5.0 mampu membuat perubahan tatanan masyarakat baru yang
baik. Teknologi juga diharapkan mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya, yaitu
hanya sebatas alat untuk mempermudah tugas manusia. Sehingga manusia dapat menjalankan
hidupnya dengan baik dan lebih bermakna. Kecerdasan buatan(artificial intelligence) menjadi
tumpuan utama di era ini. Internet of things akan membangun peradaban baru yang dapat
mengakselerasi kemampuan individu untuk lebih membuka kesempatan dan peluang baru untuk
berbagai isu kemanusiaan. Era ini bicara tentang peradaban masyarakat yang berorientasi dan
berpusat pada peran manusia yang mahir mengendalikan, mengontrol, dan memonitor robot atau
perangkat digital sejenis, bukan sebaliknya. Konsep 5.0 mengedepankan peran mesin yang
bertujuan untuk menghasilkan tindakan yang lebih solutif, tidak hanya menyediakan
pengetahuan dan informasi semata. Dengan begitu, 5.0 merupakan antitesis dari 4.0 yang justru
berpotensi mengurangi, bahkan meniadakan, peran manusia. Cara kerja Society 5.0 dengan
mengedepankan pengelolaan data ruang fisik yang disimpan dalam dunia maya, lalu diproses
oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk hasil interpretasinya dikembalikan lagi ke
ruang fisik untuk diberikan kepada manusia. Proses analisis semua dilakukan melalui peran
kecerdasan buatan (AI). Hal ini yang membedakan 5.0 dari 4.0, di mana pengumpulan informasi
hingga analisis masih dilakukan oleh manusia sebagai basis mengambil keputusan dan
tindakan.Era di mana peranti teknologi dapat merekonstruksi dan memperbaiki secara otomatis
ketika terjadi kesalahan teknis dalam sistem kerjanya.
Masyarakat 5.0 berperan lebih memanusiakan industri 4.0 dan berfokus bagaimana peran
terobosan dalam bidang teknologi dapat menghadirkan lebih banyak solusi dari berbagai masalah
yang sebelumnya rumit untuk diselesaikan.Masyarakat 5.0 bicara tentang kehadiran sistem
integrasi terpadu antara ruang dunia maya atau virtual (cyber space) dan ruang fisik atau nyata.
Kolaborasi antar “dua dunia” (on - line–offline). Ketika mesin dan manusia bekerja sama dengan
tujuan mulia, menyelesaikan masalah dan memecahkan berbagai problematika umat manusia.
Dokter, pelaku usaha, perangkat hukum (polisi dan tentara), guru, dosen, pengacara, petani,
peternak, arsitek, arkeolog, akuntan, hingga pelancong akan bersahabat dengan robot, big data,
dan kecerdasan buatan. Tugas manusia agar tetap menjadi “ man behind the gun” dan arsitek
utama dari kecanggihan algoritma yang mengatur sistem di era ini. Sentuhan kemanusiaan dalam
konsep Masyarakat 5.0 ini akan membantu milenial yang akan menjadi pemimpin bangsa kelak
dapat mengawal serta memanusiakan zaman. Kelak, transformasi big data akan membantu
manusia memiliki hidup yang lebih praktis, efisien, dan juga bermakna. Hootsuite (2019)
mencatat bahwa jumlah pengguna internet Indonesia sudah mencapai 150 - 175 juta dari 268 juta
penduduk atau naik sebesar 13% (17 juta) dari 2018. The Global State of Digital Report (2019)
juga menyebutkan jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia ada sekitar 150 juta dan
mengakses dan terkoneksi dengan internet hampir 24 jam penuh. Angka ini menjadi tolok ukur
penting bahwa Indonesia memiliki modal demografi yang besar untuk menghadirkan peradaban
Masyarakat 5.0 dalam beberapa tahun depan.Akses komunikasi penduduk Indonesia sudah
sangat terbuka kepada dunia global dan semakin merata di seluruh pelosok negeri. Pemerintah
Indonesia didukung oleh swasta pada 2019 ini tengah merampungkan megaproyek Palapa Ring.
Jaringan internet kabel fiber optic Palapa Ring sudah hampir 100% terhubung keseluruh wilayah
Indonesia. Proyek ini merupakan program perbaikan kualitas dan kecepatan interaksi komunikasi
melalui teknologi digital (internet).
Akhir-akhir ini publik dihebohkan dengan munculnya konsep baru yang disebut Society
5.0 atau “Super Smart Society”. konsep ini diklaim merupakan pengembangan dari revolusi
industry 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. hal ini didasarkan karena
Society 5.0 dirancang sebagai konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human –
centered) dan berbasis teknologi (technology based). Serta agar manusia berperan lebih besar
dengan mentransformasi Big Data untuk menjadi suatu kearifan baru yang pada akhirnya
meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan demi
tercapainya kehidupan bermakna.
Konsep Society 5.0 sebenarnya sudah mulai diusulkan Jepang pada tahun 2015 dalam
Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai masyarakat masa depan yang dicita-citakan
oleh pemerintah Jepang. Pada usulan tersebut, dibandingan dengan Industry 4.0 yang lebih
berfokus pada proses produksi, Society 5.0 lebih menekankan untuk berusaha menempatkan
manusia pada pusat inovasi (human centered) dengan pendalaman integrasi teknologi dalam
meningkatkan kualitas hidup, tanggung jawab social dan berkelanjutan.
Alasan pemerintah Jepang untuk segera menginisiasi lahirnya Society 5.0 di era Industry
4.0 bukan tanpa sebab atau sekedar menjadi leader untuk mendahului Negara lain di dunia.
Mereka saat ini sedang menghadapi masalah dengan tingginya generasi tua yang mana
pengeluaran untuk biaya pengobatan serta pelayanan menjadi semakin meningkat. Selain itu,
kemajuan Jepang membuat minimnya ketersediaan tenaga buruh ahli dan tingginya biaya
perawatan infrastruktur. Sehingga Society 5.0 diharapkan menjadi solusi masalah kesehatan dan
penduduk dengan mengunakan data medical records untuk membantu mempercepat penanganan
kesehatan, membuat sistem remote untuk pelayanan kesehatan, dan menggunakan AI dan robot
sebagai perawat. Sensor,AI dan robot juga nantinya akan digunakan untuk membantu
pemeliharaan jalan, terowongan, jembatan dan infrastruktur lainnya. Selain mengatasi masalah
tadi, Jepang juga mengklaim bahwa Society 5.0 nantinya akan menjadi peradaban baru manusia
dalam bersosial menjadi masyarakat yang cerdas (smart society). Konsep sistematikanya adalah
sebagai berikut. Sebagai langkah awal, dalam membangaun Society 5.0 diperlukan Big Data
yang dikumpulkan oleh para pengguna IoT. Kumpulan informasi baru yang besar ini akan
dikonversi menjadi suatu tipe intelijen baru atau yang dikenal sebagai Artificial Inteeligent (AI).
AI inilah yang akan menjadi landasan kunci Society 5.0 dan akan menyentuh setiap sudut
masyarakat. Ini berarti, pada dasarnya warga Negara Jepang akan diberikan hanya produk dan
layanan yang mereka butuhkan, dalam jumlah yang tepat dan pada waktu tertentu yang
diperlukan. Yang lebih konstruktif mungkin adalah upaya Jepang untuk secara praktis
meningkatkan ambang batas standar hidup yang nyaman dan berkelanjutan dengan adaptasi
teknologi yang lebih tinggi. Sebuah konsep yang brilian.
Peluang Society 5.0 di Indonesia. Berkaca dari konsep Society 5.0, maka sebenarnya
kondisi Indonesia pun sangat membutuhkan penerapan konsep ini sehingga perlu penyusunan
blueprint pengembangan menuju Society 5.0, seperti halnya Negara Jepang. Tidak masalah bagi
Indonesia langsung bepijak pada dua kaki, Industry 4.0 dan Society 5.0. Justru kedua momentum
ini harus digabungkan pada perencanaan nasional sehingga nantinya akan terjadi transformasi
yang matang dengan mitigasi faktor resiko yang dapat ditimbulkan.
Meskipun urgensi yang dihadapi oleh Jepang dan Indonesia agak berbeda, khususnya
terkait demografi penduduk, namun masalah kesehatan dan infrastruktur yang dihadapi kurang
lebih sama. Pada isu kesehatan, Society 5.0 dapat menyelesaikan masalah jumlah harapan hidup
masyarakat. Solusi yang ditempuh dengan Society 5.0 adalah seluruh data kesehatan masyarakat
disimpan dalam satu pusat data besar untuk dianalisis oleh kecerdasan buatan atau AI, kemudian
ditindaklanjuti melalui program preventif kesehatan.
Selanjutnya pada isu infrastruktur, tingginya dan cepatnya kerusakan infrastruktur publik
yang dapat berpotensi memperlambat kegiatan ekonomi masyarakat. Solusi yang ditempuh
dengan Society 5.0 adalah memanfaatkan Sensor dan robot untuk menginspeksi sarana
infrastruktur dan sanitasi yang rusak. Dan menggunakan AI untuk mengidentifikasi, mana
infrastruktur dasar yang prioritas diperbaiki dengan merujuk pada aktivitas ekonomi masyarakat
pengguna sarana prasarana. Isu tambahan yang tentunya dapat juga diatasi dengan Society 5.0
adalah terkait informasi dan logistic. Saat ini, masyarakat kita hanya berbagi pengetahuan dan
informasi antar lintas bagian dimana sumber informasi belum diwujudkan dalam bentuk tindakan
yang solutif. Pada Society 5.0, dengan menggunakan teknologi AI, data nantinya dikumpulkan
dan difilter untuk mencegah pemanfaatan sebagai ruang yang buruk dalam menyampaikan
informasi tidak bermutu seperti hoax atau misinformasi. Sedangkan untuk isu distribusi barang
yang lambat akibat sistem transportasi barang secara kolektif dan memanfaatkan teknologi Quad
Copter/ Drone sebagai alternative sarana distribusi barang.
Kesimpulan dan pembahasan, sangat jelas bahwa setiap Revolusi Industri melahirkan
Society baru disetiap eranya. Revolusi Industri yang dimulai pada akhir abad ke-18 di Inggris
melahirkan Society 3.0, suatu peradaban baru setelah populernya era pertanian dan
pertambangan. Era yang disebut-sebut sebagai milestone perpindahan dari middle age ke era
modern. Selanjutnya pada Revolusi Industri ke-2 dan ke-3 atau era penemuan komputer pasca
Perang Dunia ke-2 komputer yang saat itu disebut sebagai teknologgi antara sebelum penemuan
teknologi berikutnya, ternyata berkembang demikian pesat dan memicu munculnya cara
bermasyarakat yang baru melalui teknologi daring (Society 4.0). Dan saat ini, di era Revolusi
Industri ke-4 atau Industry 4.0, teknologi komputer berkembang menjadi IoT (Internet of Things)
dan AI (artificial intelligence) dengan mengubah fasilitas industry sebagai smart factory (pabrik
cerdas). Konsep ini diklaim memiliki potensi inovasi social karena bisnis yang berhasil di
Industry 4.0 akan menjadi bisnis yang menawarkan kemajuan social dan manfaat ekonomi.
Konteks ini melahirkan usulan dari pemerintah Jepang untuk segera membentuk Society 5.0
dalam menciptakan nilai-nilai baru dengan kolaborasi antar beberapa sistem yang berbeda dan
merencanakan standarisasi format data, model, arsitektur sistem dll. Diharapkan bahwa
peningkatan properti intelektual, standarisasi internasional, teknologi konstruksi sistem IoT,
teknologi analisis Big Data, teknologi AI dan sebagainya mendorong daya saing Jepang untuk
menjadi super smart Society (masyarakat super pintar).
Sementara itu pemerintah Indonesia baru memulai perencanaan implementasi Industry
4.0 di tahun 2017. Penerapan Industry 4.0 diyakini akan mampu untuk meningkatkan posisi daya
saing dari urutan ke-41 menjadi urutan ke-39 dunia dari 138 negara yang tercatat ada Global
Competitiveness Report tahun 2016-2017. Untuk itu, Kemenperin saat ini tengah
mengidentifikasi kesiapan seluruh sektor industri di Indonesia untuk mengimplementasikan
sistem Industry 4.0 dalam aktivitas industrinya. Namun dengan lahirny konsep Society 5.0 yang
mulai dijalankan Jepang, seyogyanya menjadi pertimbangan pemerintah untuk merevisi strategi
atau roadmap pengembangan perekonomian Indonesia. Hal ini karena kemungkinan dalam
beberapa tahun kedepan akan terjadi dinamika pasar kerja dan peran manusia dengan perluasan
isu Society 5.0 ini keseluruh dunia. Apalagi Indonesia akan mengalami apa yang disebut sebagai
bonus Demografi pada 2020-2045. Mengapa disebut bonus? Karena pada saat itu angkatan usia
produktif (15-64 tahun) diprediksi mencapai 68% dari total populasi dan angkatan tua (65+)
sekitar 9%. Setelah tahun 2045 dan seterusnya akan terjadi penurunan dan memasuki era aging
society (generasi tua).
Bayangkan ada 52,6 juta pekerjaan di Indonesia berpotensi hilang sementara pekerjaan
baru yang akan muncul hanya 3,7 juta, mengutip kajian McKinsey Global Institute. Konsep
Society 5.0 yang digagas Jepang mungkin merupakan solusi bagi pemerintah Indonesia untuk
mengntisipasi Industry 4.0 yang berpotensi mendegradasi peran manusia dengan menggunakan
basis teknologi. Konsep yang menyebabkan manusia tidak kehilangan perannya dalam era
digital. Manusia sebagai masyarakat tetap hidup sebagai pusat peradaban.
Konsep yang menyebabkan manusia tidak kehilangan perannya dalam era digital. Dunia
akademisi di Indonesiapun, sebagai pencetak SDM, diharapkan untuk segera merevisi rancangan
kurikulumnya untuk lebih berpusat ke Society 5.0, bukannya dominan ke Industry 4.0 mengikuti
banyak usulan yang muncul belakangan ini. Karena ideology Industry 4.0 lebih ke teknologinya,
bukan pada manusia sebagai pusatnya dimana AI atau IoT yang sebenarnya hanya sebagai
perangkat bantuan. Jangan sampai terbalik manusia menjadi korban teknologi yang tumbuh.

Anda mungkin juga menyukai