Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH ELEKTRONIK DI NEGARA JEPANG

OLEH

NAMA : BONAR LUMBAN TOBING

NPM : 221021062

KELAS :A

DOSEN PENGAMPU : Dr. Hj. Sri Wahyuni S.H., M.Si.

MATA KULIAH : HUKUM LINGKUNGAN

PROGAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3

C. Tujuan Makalah .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Jepang ........................................................... 4

1. Sumber Limbah Elektronik .................................................................................................... 4

2. Pengolahan ............................................................................................................................. 4

3. Proses Daur Ulang .................................................................................................................. 5

4. Penggunaan dan Alternatif di Masa Mendatang .................................................................... 6

B. Regulasi Pengaturan Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Jepang ....................... 7

1. Undang-Undang Pemberdayaan Pemanfaatan Sumber Daya yang Efektif ............................. 7

2. Undang-undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu ................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Jepang saat ini dalam pengelolaan sampah tidak hanya menekankan
pengumpulan sampah yang efisien dan sanitasi, tetapi juga pengurangan dan daur
ulang sampah jika memungkinkan. Hal ini dipengaruhi oleh sejarah, terutama
periode ekspansi ekonomi yang signifikan, serta geografi Jepang sebagai negara
pegunungan dengan ruang terbatas untuk tempat pembuangan sampah. Bentuk
pembuangan sampah utama termasuk insinerasi, daur ulang, serta tempat
pembuangan akhir dan reklamasi daratan untuk sebagian kecil. Meskipun Jepang
telah membuat kemajuan sejak tahun 1990-an dalam mengurangi dan daur ulang
samoah, masih memerlukan kemajuan lebih lanjut dalam mengurangi ketergantungan
pada insinerator dan tempat pembuangan sampah. Tantangan juga terdapat dalam
pengolahan sampah elektronik dan puing-puing sisa bencana alam.

Pada tahun 1990-an, tujuan pengurangan sampah mulai mendapat


perhatian. Pada tahun 1991, Undang-Undang Pengelolaan Sampah direvisi kembali
untuk menambahkan pengurangan produksi sampah sebagai tujuan nasional. Undang-
undang berikutnya berusaha untuk mengurangi sampah yang dihasilkan selama
produksi dan mempromosikan daur ulang.[1] Pada tahun 2000, Undang-Undang Dasar
untuk Pembangunan Masyarakat Daur Ulang atau Undang-Undang Dasar Daur Ulang
dibentuk, yang menetapkan kerangka kerja yang menekankan pengurangan produksi
sampah dan daur ulang, dan menetapkan target numerik untuk mengukur kemajuan

Limbah Elektronik di Jepang adalah masalah lingkungan utama. Meskipun


Jepang adalah salah satu negara pertama yang menerapkan program daur ulang
limbah elektronik, program ini masih memiliki masalah serius. Pada masa ini,
pembuangan limbah elektronik menjadi sangat penting karena meningkatnya

1
permintaan elektronik pada skala dunia. Pada tahun 2013, pemerintah Jepang
melaporkan bahwa sekitar 550 ribu ton (540.000 ton panjang; 610.000 ton pendek)
limbah elektronik dikumpulkan dan diolah di Jepang, yang setara dengan sekitar 24-
30% dari total limbah elektronik. Limbah elektronik jika tidak ditangani tidak hanya
merusak lingkungan, tetapi juga menjadi kerugian fiskal karena kerugian materi yang
sebenarnya dapat diamankan.

Sebagian besar limbah elektronik Jepang sebenarnya diekspor ke negara


tetangga. Dengan mengembangkan inisiatif daur ulang baru, Jepang dapat mengubah
sampah menjadi harta karun sekaligus membantu lingkungan.Inisiatif daur ulang ini
penting karena penanganan limbah elektronik bukanlah proses yang mudah atau
aman. Selama bertahun-tahun, Jepang berusaha untuk mengembangkan program
pengelolaan sampah yang aman dan efisien untuk menangani limbah elektronik ini.
Terlepas dari upaya ini, masih terdapat masalah serius seputar masalah lingkungan
dan kesehatan terkait limbah elektronik di Jepang.

Pembuangan dan daur ulang limbah elektronik merupakan pertimbangan


penting bagi Jepang, yang menghasilkan 2,2 juta ton pada tahun 2014, peringkat
ketiga menurut volume di belakang Amerika Serikat dan Tiongkok.[7] Pada tahun
1990-an, peningkatan jumlah peralatan besar membebani fasilitas pengolahan sampah
yang tidak mampu menyimpannya dengan aman dan benar atau mengekstrak material
berharga dari peralatan tersebut. Hal ini menyebabkan pembentukan Undang-Undang
Daur Ulang Peralatan Rumah Tangga pada tahun 2001, yang mencakup tanggung
jawab konsumen dan bisnis untuk mengembalikan barang elektronik bekas mereka
dan membayar biaya kepada produsen, yang pada akhirnya mengatur pembuangan
yang benar. Hal ini menerapkan prinsip yang disebut Tanggung Jawab Produsen yang
Diperluas. Diperkirakan bahwa 50% hingga 66% dari peralatan target didaur ulang
dengan benar melalui cara ini, dengan sepertiga diekspor secara ilegal ke luar negeri
untuk dibuang, dan kurang dari 1% dibuang secara ilegal. Berdasarkan Pemaparan
latar belakang diatas maka dapat dimuat rumusan masalah sebagai berikut :

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Cara Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Jepang ?

2. Apa Regulasi Pengaturan Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Jepang/?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk Mengetahui cara Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Jepang

2. Untuk Mengetahui Regulasi tentang Pengaturan Pengelolaan Limbah Elektronik


di Negara Jepang

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Jepang

1.Sumber Limbah Elektronik

Jepang menjadi salah satu negara yang paling boros di dunia menurut direktur
eksekutif Basel Action Network Jim Puckett. Karena negara ini terus memproduksi
dan mengonsumsi lebih banyak barang elektronik secara progresif, limbah elektronik
yang dihasilkan dari barang-barang ini juga meningkat. Jepang menempati urutan
ketiga negara paling boros di dunia menurut volume di belakang Amerika Serikat dan
Tiongkok.Sampah secara umum dibagi menjadi tiga kategori yang terdiri dari
industri, non-industri, dan berbahaya. Limbah elektronik termasuk ke dalam kategori
sampah non-industri dan dikenal sebagai "limbah listrik dan elektronik", atau
"rongsokan besar". Beberapa sumber limbah elektronik termasuk kulkas, televisi,
penyejuk udara, dan mesin cuci.1

2.Pengolahan

Asosiasi untuk Peralatan Listrik Rumah Tangga mengembangkan sistem tiket


daur ulang peralatan rumah tangga yang merupakan dasar dari daur ulang dan
pengolahan limbah elektronik. Sistem tiket ini dibuat untuk memastikan bahwa pihak
terkait akan meneruskan kelancaran kegiatan daur ulang peralatan rumah tangga di
bawah Undang-Undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu.[5]

1
"E-waste recycling still falling short | The Japan Times". The Japan Times (dalam bahasa
Inggris). Diakses tanggal 10 Juni 2023

4
Meskipun merupakan satu sistem, terbagi dalam dua jenis. Jenis pertama
mengharuskan konsumen membayar biaya daur ulang dan transportasi kepada
pengecer dan jenis kedua mengharuskan mereka membayar biaya daur ulang melalui
transfer pos. Biaya transportasi serta daur ulang limbah elektronik merupakan
tanggung jawab konsumen dengan biaya daur ulang berkisar dari 2.500 sampai 5.000
yen. Pabrikan bertanggung jawab untuk membangun fasilitas daur ulang sendiri.2

Meskipun produsen bertanggung jawab untuk membangun infrastruktur daur ulang


untuk peralatan rumah tangga, metode tertentu tidak diatur. Oleh karena itu,
tanggapan dapat dibagi menjadi dua kelompok yang tidak jelas: Grup A dan Grup B.
Dua metode berbeda membantu mengaktifkan persaingan dan menciptakan proses
daur ulang baru dengan menyediakan sekitar 200 tempat pengumpulan nasional
dengan sudut pandang yang berbeda dalam mengurangi biaya. Dalam arti luas, Grup
A memiliki tujuan untuk menekan biaya melalui pemanfaatan maksimum dari
perusahaan pengelolaan sampah yang ada, sementara Grup B mencoba untuk
memotong biaya dengan mengadopsi sistem logistik yang efisien.

3.Proses daur ulang

Pemanfaatan sumber daya limbah elektronik sekitar 50% saat ini dan terus
meningkat. Undang-undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu
menyatakan bahwa konsumen bertanggung jawab atas biaya daur ulang sebagian
besar peralatan rumah tangga. Hal ini termasuk biaya transportasi dan biaya daur
ulang. Konsumen membayar pengecer untuk mengambil sampah. Setelah itu
pengecer mendaur ulang dan konsumen membayar biaya terkait. Untuk membuat
sistem lebih seimbang, jika konsumen meminta pengecer untuk mengambil peralatan
rumah bekas dengan alasan apapun, pengecer wajib mengambilnya. Pengecer
biasanya akan membawanya kembali kepada produsen. Pabrikan diharuskan memiliki

2
"E-waste recycling still falling short | The Japan Times". The Japan Times (dalam bahasa
Inggris). Diakses tanggal 10 Juni 2023

5
sistem untuk mendaur ulang limbah elektronik, dan sistem ini juga harus
mempertahankan persentase tertentu pemanfaatan dari sumber daya ini. Bagian dari
proses ini tidak diatur oleh pemerintah, yaitu proses memperoleh fasilitas daur ulang
dan/atau prosedur daur ulang dilakukan. Pabrikan dapat mempekerjakan siapa pun
yang mereka inginkan untuk membangun fasilitas dan mendaur ulang limbah
elektronik dengan cara apa pun yang dianggap sesuai. Satu-satunya hal yang harus
diperhatikan adalah jumlah utilisasi dari setiap material yang masuk ke dalam
fasilitas. Pabrikan sering kali ingin mendaur ulang produk dengan cara termurah dan
hal ini meninggalkan banyak ruang untuk perbaikan.

4.Penggunaan dan alternatif di masa mendatang

Saat ini negara Jepang memiliki salah satu tingkat daur ulang tertinggi di
Asia, tetapi angka ini lebih terkait dengan daur ulang plastik, kertas, dan kaca. Dari
650.000 ton peralatan rumah tangga dan elektronik kecil yang dibuang per tahun,
kurang dari 100.000 ton peralatan rumah tangga bekas yang benar-benar
dikumpulkan untuk didaur ulang.

Undang-undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu juga


bertanggung jawab dalam menetapkan standar daur ulang. Semua peralatan rumah
tangga yang diambil kembali harus memenuhi persyaratan tingkat daur ulang
minimum. Sehubungan dengan undang-undang ini, tingkat daur ulang mengacu pada
berat bahan yang didaur ulang dibagi dengan berat unit yang diproses untuk didaur
ulang. Tingkat daur ulang minimum yang diperlukan adalah 70% untuk penyejuk
udara, 55% untuk televisi, 60% untuk lemari es dan pembeku, dan 65% untuk mesin
cuci.3 Dengan demikian, gagasan dan inisiatif baru dikembangkan untuk mengatasi
kesenjangan besar ini.

3
1. "Japan may use e-waste for 2020 medals". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2016-
08-23. Diakses tanggal 10 Juni 2023.

6
Dengan penyelenggaraan Olimpiade di Jepang pada tahun 2020, terdapat
saran yang kuat untuk menggunakan limbah elektronik dalam medali emas.
Meskipun IOC mensyaratkan bahwa setiap medali mengandung setidaknya enam
gram emas, panitia penyelenggara Olimpiade Jepang percaya bahwa gagasan itu
dapat dilaksanakan.

B. Regulasi Pengaturan Pengelolaan Limbah Elektronik di Negara Jepang

Landasan dari daur ulang limbah elektronik Jepang memiliki dua unsur;
Undang-Undang Pemberdayaan Pemanfaatan Sumber Daya yang Efektif dan
Undang-undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu. Undang-
undang yang pertama terakhir direvisi pada tahun 2001, disebut Undang-Undang
Pemberdayaan Pemanfaatan Sumber Daya yang Efektif.[7] Undang-undang ini
mendorong produsen untuk secara sukarela membantu mendaur ulang barang dan
mengurangi produksi sampah. Undang-undang yang kedua mulai berlaku pada 1
April 2009, disebut Undang-Undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga
Tertentu.[8] Undang-undang ini memberlakukan lebih banyak persyaratan pada
upaya daur ulang dari konsumen dan produsen peralatan rumah tangga. Pada Oktober
2003, pajak dikenakan pada setiap komputer yang dibeli setelah tanggal tersebut. Jika
komputer dibeli sebelum tanggal tersebut, mereka yang ingin mendaur ulang
komputer akan membayar biaya nominal untuk mengimbangi biaya daur ulang.

1.Undang-Undang Pemberdayaan Pemanfaatan Sumber Daya yang Efektif

Undang-Undang Pemberdayaan Pemanfaatan Sumber Daya yang Efektif


dibentuk pada tahun 2000 sebagai sarana untuk mempromosikan pengurangan
produksi sampah, penggunaan kembali suku cadang, dan daur ulang.[9] Lebih
spesifik lagi, undang-undang ini bertujuan untuk membangun sistem ekonomi
berbasis daur ulang dengan menggunakan kembali bagian dari produk yang

7
dikumpulkan, memperkuat metode pengumpulan, dan memperkenalkan langkah-
langkah baru untuk mengurangi sampah dan memperpanjang masa pakai produk.[10]
Kebijakan dasar ini dirumuskan dan dipublikasikan oleh menteri terkait, seperti
menteri pengusaha dan Menteri Lingkungan Hidup serta diikuti oleh pihak-pihak
yang terkait dengan limbah elektronik. Keempat pihak terkait tersebut adalah pelaku
usaha, konsumen, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.

Pelaku usaha harus merasionalisasi penggunaan bahan mentah serta


menggunakan bagian yang dapat digunakan kembali dan sumber daya yang dapat
didaur ulang. Konsumen bertanggung jawab untuk memfasilitasi penggunaan barang
daur ulang ini dan menggunakan produk selama masa pakainya. Pemerintah pusat
memegang tanggung jawab paling besar karena mengurus pendanaan yang tepat
untuk daur ulang dan pengolahan, mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mempromosikan penelitian dan pengembangan, dan mendorong masyarakat untuk
melakukan penelitian, daur ulang, dan penggunaan kembali. Pemerintah daerah
memiliki tanggung jawab yang sama dengan pemerintah pusat, tetapi dalam skala
yang lebih kecil.4

2. Undang-undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu

Undang-undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu mulai


berlaku pada tahun 2009 sebagai cara untuk menegakkan aturan pada produksi
produk seperti penerima televisi CRT, penyejuk udara rumah tangga, mesin cuci, dan
lemari es. Lebih spesifik lagi, undang-undang ini dibuat untuk menciptakan skema
daur ulang yang prinsip utamanya adalah memberlakukan kewajiban baru pada
produsen dan pengecer peralatan rumah tangga. Produsen dan pengecer ini ditekan
oleh undang-undang ini untuk memastikan pengolahan sampah yang tepat dan
penggunaan sumber daya yang efisien.Undang-undang ini menguraikan jenis
peralatan rumah tangga yang diatur, tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat, yang
meliputi penghasil sampah, pengecer, produsen, Asosiasi Peralatan Listrik Rumah

4
"Law for Promotion of Effective Utilization of Resources". nett21.gec.jp. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2017-07-20. Diakses tanggal 10 Juni 2023

8
Tangga, dan pemerintah kota, serta standar untuk daur ulang dan pengaturan sistem
kupon.

Penghasil sampah, yang mencakup pelaku bisnis dan konsumen, harus


menyerahkan peralatan seperlunya kepada pengecer dan membayar biaya
pengumpulan dan daur ulang yang diminta oleh pengecer. Pengecer harus mengambil
kembali peralatan yang dijual, mengantarkan peralatan rumah tangga, dan
mengeluarkan kupon daur ulang. Produsen dan importir bertanggung jawab untuk
mengambil kembali peralatan yang diproduksi dari pengecer, mendaur ulang
peralatan, dan membuat biaya daur ulang. Asosiasi Peralatan Listrik Rumah Tangga
harus mendaur ulang peralatan yang pabrikannya tidak diketahui serta peralatan yang
dipercayakan oleh pabrikan tertentu dengan volume produksi kurang dari 900.000
unit untuk televisi dan penyejuk ruangan dan 450.000 unit untuk mesin cuci dan
lemari es. Pemerintah bertanggung jawab untuk mempromosikan pengumpulan,
pengangkutan, dan daur ulang peralatan bekas rumah tangga.

Undang-undang ini juga bertanggung jawab untuk menetapkan standar daur


ulang. Semua peralatan rumah tangga yang diambil kembali harus memenuhi
persyaratan tingkat daur ulang minimum. Sehubungan dengan undang-undang ini,
tingkat daur ulang mengacu pada berat bahan yang didaur ulang dibagi dengan berat
unit yang diproses untuk didaur ulang. Tingkat daur ulang minimum yang diperlukan
adalah 70% untuk penyejuk udara, 55% untuk televisi, 60% untuk lemari es dan
pembeku, dan 65% untuk mesin cuci.

Pemerintah bertanggung jawab untuk mempromosikan pengumpulan, sistem


kupon daur ulang peralatan rumah tangga memastikan bahwa peralatan rumah tangga
yang terdaftar ditransfer dari pengecer ke pabrikan dengan cara yang tepat. Hal ini
memungkinkan konsumen dan pelaku bisnis untuk memeriksa apakah daur ulang
dilakukan dengan benar

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pembahasan di atas dapat tarik kesimpulan sebagai berikut


dibawah ini :

1.Dalam pengelolaan limbah elektronik Asosiasi untuk Peralatan Listrik Rumah


Tangga mengembangkan sistem tiket daur ulang peralatan rumah tangga yang
merupakan dasar dari daur ulang dan pengolahan limbah elektronik. Sistem tiket ini
dibuat untuk memastikan bahwa pihak terkait akan meneruskan kelancaran kegiatan
daur ulang peralatan rumah tangga di bawah Undang-Undang Daur Ulang Jenis
Peralatan Rumah Tangga TertentuMeskipun merupakan satu sistem, terbagi dalam
dua jenis. Jenis pertama mengharuskan konsumen membayar biaya daur ulang dan
transportasi kepada pengecer dan jenis kedua mengharuskan mereka membayar biaya
daur ulang melalui transfer pos. Biaya transportasi serta daur ulang limbah elektronik
merupakan tanggung jawab konsumen dengan biaya daur ulang berkisar dari 2.500
sampai 5.000 yen. Pabrikan bertanggung jawab untuk membangun fasilitas daur
ulang sendiri.

Untuk Proses daur ulang sendiri di Negara Jepang Undang-undang Daur


Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu menyatakan bahwa konsumen
bertanggung jawab atas biaya daur ulang sebagian besar peralatan rumah tangga. Hal
ini termasuk biaya transportasi dan biaya daur ulang. Konsumen membayar pengecer
untuk mengambil sampah. Setelah itu pengecer mendaur ulang dan konsumen
membayar biaya terkait. Untuk membuat sistem lebih seimbang, jika konsumen
meminta pengecer untuk mengambil peralatan rumah bekas dengan alasan apapun,
pengecer wajib mengambilnya. Pengecer biasanya akan membawanya kembali
kepada produsen. Pabrikan diharuskan memiliki sistem untuk mendaur ulang limbah

10
elektronik, dan sistem ini juga harus mempertahankan persentase tertentu
pemanfaatan dari sumber daya ini

2. Landasan dari daur ulang limbah elektronik Jepang memiliki dua unsur; Undang-
Undang Pemberdayaan Pemanfaatan Sumber Daya yang Efektif dan Undang-undang
Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga Tertentu Undang-Undang Pemberdayaan
Pemanfaatan Sumber Daya yang Efektif dibentuk pada tahun 2000 sebagai sarana
untuk mempromosikan pengurangan produksi sampah, penggunaan kembali suku
cadang, dan daur ulang. Undang-undang Daur Ulang Jenis Peralatan Rumah Tangga
Tertentu mulai berlaku pada tahun 2009 sebagai cara untuk menegakkan aturan pada
produksi produk seperti penerima televisi CRT, penyejuk udara rumah tangga, mesin
cuci, dan lemari es.[10] Lebih spesifik lagi, undang-undang ini dibuat untuk
menciptakan skema daur ulang yang prinsip utamanya adalah memberlakukan
kewajiban baru pada produsen dan pengecer peralatan rumah tangga.

11
DAFTAR PUSTAKA

E-waste recycling still falling short | The Japan Times". The Japan Times (dalam
bahasa Inggris).

Law for Promotion of Effective Utilization of Resources". Ministry of Economy,


Trade and Industry. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-23. Diakses
tanggal 3 February 2012.

Japan may use e-waste for 2020 medals". BBC News (dalam bahasa Inggris).
2016-08-23.

12

Anda mungkin juga menyukai