Anda di halaman 1dari 56

SKRIPSI

PERHITUNGAN PROTEKSI KATODIK


(SACRIFICAL ANODE) PADA PIPA DISTRIBUSI
DAN TRANSMISI GAS AREA MODERN MILIK PT.
PGN
Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknik Strata Satu(S1)
pada
Departemen Teknik Mesin STT-PLN

Disusun oleh :
Bagas Rachmat Virgiantoro
201412073

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN
JAKARTA,
2018
LEMBAR PENGESAHAN
DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

Judul Skripsi : PERHITUNGAN PROTEKSI KATODIK


(SACRIFICAL ANODE) PADA PIPA
DISTRIBUSI DAN TRANSMISI GAS
AREA MODERN MILIK PT. PGN.
Nama Mahasiswa : Bagas Rachmat Virgiantoro
NIM : 201412073
Program Studi : Strata Satu (S1) Teknik Mesin

Telah selesai dan melakukan ujian sidang skripsi pada jurusan Teknik Mesin
STT-PLN, yang dilaksanakn pada tanggal 23 Agustus 2018.

Jakarta, 30 Agustus 2018

Mengetahui, Disetujui,
Kepala Departemen Mesin Pembimbing I

(Drs. Prayudi.,MM.,MT) (Ir. Sudirmanto.MM)

i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Bagas Rachmat Virgiantoro


NIM : 201412073
Program Studi : Strata Satu (S1) Teknik Mesin
Judul :Perhitungan Proteksi Katodik (Sacrifical Anode) Pada
Pipa Distribusi Dan Transmisi Gas Area Modern Milik
PT. PGN.

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji Martin Choirul Fatah, ST, M.Sc, Ph.D

Anggota Penguji Ir. Sahlan M.Sc

Anggota Penguji Eko Sulistiyo, ST, M.Si

Pembimbing Ir. Sudirmanto, MM

Telah disetujui dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin pada Jurusan Teknik Mesin STT-PLN,
yang diujikan pada tanggal 23 Agustus 2018.

Jakarta, 30 Agustus 2018


Kepala Departemen Mesin

(Drs. Prayudi.,MM.,MT)

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama Mahasiswa : Bagas Rachmat Virgiantoro
Nomor Induk Mahasiswa : 201412073
Program Studi : Strata Satu (S1) Teknik Mesin
Perguruan Tinggi : STT-PLN
Judu :Perhitungan Proteksi Katodik (Sacrifical Anode) Pada
Pipa Distribusi Dan Transmisi Gas Area Modern
Milik PT. PGN.

menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya ilmiah saya sendiri dan bukan
merupakan tiruan, salinan atau duplikasi dari skripsi yang telah dipergunakan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Mesin baik di lingkungan Sekolah
Tinggi Teknik – PLN maupun di perguruan tinggi lain, serta belum pernah
dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta
bersedia memikul segala resiko jika ternyata pernyataan diatas tidak benar.

Jakarta, 30 Agustus 2018

6000

(Bagas Rachmat Virgiantoro)

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya :

Nama : Bagas Rachmat Virgiantoro

NIM : 201412073

Jurusan : S1. Teknik Mesin

Menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

Bapak : Ir. Sudirmanto, MM.

Selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan bimbingannya, baik


secara moral dan materi kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.

Terima kasih yang sama saya sampaikan kepada Bapak Dede Priatna selaku
Manager area Tangerang yang telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian
Skripsi di Perusahaan yang Bapak pimpin.

Jakarta, 30 Agustus 2018

(Bagas Rachmat Virgiantoro)

iv
ABSTRAK

PERHITUNGAN PROTEKSI KATODIK (SACRIFICAL ANODE) PADA


PIPA DISTRIBUSI DAN TRANSMISI GAS AREA MODERN CIKANDE
MILIK PT. PGN.

BAGAS RACHMAT VIRGIANTORO


201412073
SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN
Email :rachmatbagas@yahoo.com

Proteksi Katodik (Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk


mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan
logam tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia. Proteksi katodik dengan
metode pengorbanan anoda (Sacrifical Anode) merupakan salah satu cara untuk
melindungi pipa jaringan bawah tanah. Korosi merupakan salah satu masalah
serius yang berakibat pada timbulnya kerugian dalam segi pembiayaan. Sasaran
utama dalam penelitian ini adalah untuk menghitung ulang sistem proteksi
Sacrifical Anodepada pipa gas berdasarkan NACE (National Association of
Corrosion) Standard RP 0169-2002, Control Of External Corrosion Of
Underground or Submerged Metallic Piping System. Sistem ini diujikan pada pipa
baja dengan diameter 6 inch dengan panjang pipa 5562 m. Total kebutuhan arus
yang digunakan untuk memproteksi pipa jaringan bawah tanah dengan panjang
5562 m adalah 1,331 Ampere. Jumlah ideal dari anoda korban magnesium (Mg)
yang digunakan adalah 136,701 Kg. Jumlah anoda korban yang dipasang pada
pipa jaringan bawah tanah dengan panjang 5562 m sebanyak 10 buah.

Kata kunci : Proteksi Katodik (Cathodic Protection), korosi, Anoda.

v
ABSTRACT

CALCULATION OF CATHODIC PROTECTION (SACRIFICIAL


ANODE) IN DISTRIBUTION PIPES AND CIKANDE MODERN GAS
AREA TRANSMISSIONS OWNED BY PT. PGN.

BAGAS RACHMAT VIRGIANTORO


201412073
SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN
Email :rachmatbagas@yahoo.com

Cathodic Protection is a technique used to control corrosion on metal surfaces by


making the metal surface as a cathode of electrochemical cells. Cathodic
protection with anode (Sacrifical Anode) sacrifice method is one way to protect
underground tissue pipes. Corrosion is a serious problem that results in loss in
terms of financing. The main objective in this study was to recalculate the
Sacrifical Anode protection system in gas pipelines based on the RP 0169-2002
NACE (National Association of Corrosion) Standard, Control of External
Corrosion of Underground or Submerged Metallic Piping Systems. This system is
tested on a 6 inch diameter steel pipe with a pipe length of 5562 m. The total
current requirement used to protect underground network pipes with a length of
5562 m is 1,331 Ampere. The ideal amount of magnesium (Mg) sacrificial anode
used was 136,701 Kg. The number of sacrificial anodes mounted on an
underground network pipe with a length of 5562 m is 10 pieces.

Key word : Cathodic Protection (Proteksi Katodik), Corrosion, Anode.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis mendapatkan kesempatan dan kemudahan
untuk menyelesaikan Skripsi/Proyek Akhir yang berjudul “PERHITUNGAN
PROTEKSI KATODIK (SACRIFICAL ANODE) PADA PIPA DISTRIBUSI
DAN TRANSMISI GAS AREA MODERN MILIK PT. PGN”. Sholawat serta
salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
Skripsi ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Prayudi, MM, MT. selaku Kepala Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknik PLN.
2. Bapak Ir. Sudirmanto, MM. selaku Pembimbing yang telah memberikan
dukungan serta bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi/Proyek Akhir.
3. Bapak Dede Priatna selaku Manager PT. PGN Solution area Tangerang yang
telah memberikan izinnya kepada penulis untuk dapat melaksanakan Penelitian
di PT. PGN Solution.
4. Bapak Heri Permadi selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan
waktu dan materi kepada penulis selama melaksanakan Penelitian di PT. PGN
Solution.
5. Kedua Orang Tua atas jasa-jasa beliau dan doanya yang telah dengan ikhlas
mendidik dan member kasih sayang sepanjang masa.
6. Rekan-rekan kerja di PT. PGN Solution yang telah memberikan dukungan,
materi dan informasi dalam melaksanakan Penelitian.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik PLN angkatan
2014, yang selalu menjadi semangat dan selalu menjadikan suasana kuliah
menjadi berkesan.
Penulis berharap Skripsi ini bermanfaat untuk pribadi, akademi, instansi
atau perusahaan, serta orang lain yang membacanya. Dengan segala keterbatasan
dalam menyelesaikan Skripsi ini, tentunya kesalahan dan kekurangan pasti ada,

vii
untuk itu penulis menerima segala kritik maupun saran yang membangun untuk
penyempurnaan Skripsi ini.

Jakarta, 30 Agustus 2018

(Bagas Rachmat Virgiantoro)

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................. i

Lembar Persetujuan Skripsi ................................................................................ ii

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi .....................................................................iii

Ucapan Terima Kasih ......................................................................................... iv

Abstrak ................................................................................................................ v

Abstract .............................................................................................................. vi

Kata pengantar .................................................................................................. vii

Daftar isi ............................................................................................................. ix

Daftar Gambar ................................................................................................... xii

Daftar Tabel .....................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah ....................................................................... 3
1.3 Batasan Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Hipotesis...................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
2.1 Jaringan Pipa Distribus dan Transmisi Gas ................................. 7
2.1.1 Klasifikasi dan Bahan Pipa ............................................. 7

ix
2.2 Definisi Korosi ............................................................................... 8
2.2.1 Proses Terjadinya Korosi ................................................ 9
2.2.2 Jenis-Jenis Korosi Pada Pipa ........................................... 12
2.2.3 Mekanisme Korosi........................................................... 15
2.2.4 Klasifikasi Korosi Ditinjau Dari Resistivitas Tanah ....... 15
2.2.5 Dampak Korosi ................................................................ 15
2.2.6 Sel Korosi Pada Pipa Baja ............................................... 16
2.2.7 Kerugian Korosi .............................................................. 18
2.2.8 Pengendalian Korosi ........................................................ 19
2.2.9 Perbandingan Sistem Proteksi ......................................... 22
2.2.10 Deret Volta Dan Potensial Reduksi ................................. 22
2.3 Proteksi Katodik ............................................................................. 25
2.3.1 Proteksi Katodik Sacrifical Anode .................................. 26
2.3.2 Jenis-Jenis Anoda Korban ............................................... 28
2.3.3 Perancangan Anoda Korban ............................................ 30
2.3.4 Anoda Korban Lingkungan Tanah .................................. 31
2.4 Desain Anoda Korban .................................................................... 32
2.4.1 Tahap-tahap Perhitungan Sistem Anoda Korban ............ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 37
3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 37
3.2 Metode Penelitian........................................................................ 38
3.3 Flowchart Pemecahan Masalah ................................................... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41
3.5 Teknik Pengolahan Data ............................................................. 42
3.6 Teknik Analisi Data .................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43
4.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 43
4.1.1 Data Perhitungan ............................................................. 44
4.2 Pembahasan ................................................................................. 44
4.2.1 Perhitungan Sistem Proteksi Katodik .............................. 45
4.3 Perancangan Sistem Proteksi Katodik ........................................ 48

x
4.3.1 Desain Anoda Korban ..................................................... 48
4.3.2 Desain Kotak Uji (Test Box) ........................................... 49
4.4 Pengukuran Setelah Perancangan ............................................... 52
4.4.1 Pengukuran Nilai Proteksi Pipa ....................................... 52
4.4.2 Pengukuran Nilai Potensial Anoda .................................. 54
4.4.3 Pengukuran Nilai Potensial Arus..................................... 55
4.5 Analisa Hasil Pengukuran ........................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sel Korosi ...................................................................................... 11

Gambar 2.2 Korosi Atmosfir............................................................................. 12

Gambar 2.3 Korosi Merata................................................................................ 12

Gambar 2.4 Korosi Regangan ........................................................................... 13

Gambar 2.5 Korosi Celah.................................................................................. 13

Gambar 2.6 Korosi Endapan ............................................................................. 13

Gambar 2.7 Korosi Sumuran ............................................................................ 14

Gambar 2.8 Kerusakan Akibat Hidrogen .......................................................... 14

Gambar 2.9 Pipa Gas Meledak ......................................................................... 18

Gambar 2.10 Skema Sistem Sacrifical Anode .................................................. 21

Gambar 2.11 Skema Sistem Impressed Curent ................................................. 22

Gambar 2.12 Deret Volta .................................................................................. 23

Gambar 2.13 Prinsip Kerja Sistem Sacrifical Anode ........................................ 26

Gambar 2.14 Backfill Pada Anoda Korban....................................................... 31

Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah ..................................................... 37

Gambar 4.1 Sketsa Desain Anoda Korban ........................................................ 48

Gambar 4.2 Sketsa Penyambungan Anoda Korban .......................................... 49

Gambar 4.3 Sketsa Desain Kotak Uji (Test Box) .............................................. 50

Gambar 4.4 Sketsa Penyambungan Kotak Uji Dan Anoda Korban.................. 51

xii
Gambar 4.5 Sketsa Perancangan Sistem Proteksi Katodik ............................... 51

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Proteksi Pipa ...................................... 56

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Potensial Anoda ................................. 58

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Nilai Potensial Arus .................................... 59

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Dan Bahan Pipa ................................................................ 7

Tabel 2.2 Klasifikasi Korosi ............................................................................. 15

Tabel 2.3Harga ER Beberapa Logam ............................................................... 24

Tabel 2.4 Deret Galvanik Dalam Tanah Netral (CSE) ..................................... 25

Tabel 2.5Deret EMF.......................................................................................... 27

Tabel 2.6 Sifat-sifat Anoda Korban .................................................................. 29

Tabel 2.7Aplikasi Anoda .................................................................................. 29

Tabel 2.8 Perbandingan Proteksi ...................................................................... 32

Tabel 4.1 Data-data Anoda Korban .................................................................. 44

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Perancangan Sistem Proteksi Katodik ................ 47

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Proteksi Pipa ........................................................ 52

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Potensial Anoda ................................................... 54

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Potensial Arus ...................................................... 55

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Korosi merupakan salah satu masalah serius yang berakibat pada


timbulnya kerugian dalam segi pembiayaan. Pada peristiwa korosi, logam akan
mengalami oksidasi sedangkan udara akan mengalami reduksi. Korosi atau karat
terjadi secara terus menerus tanpa mau berhenti. Korosi secara alami pada sebuah
logam pasti terjadi yang dapat kita lakukan hanyalah menghambat atau
menghentikan. Korosi dapat diartikan suatu proses elektrokimia yang terjadi pada
logam atau logam campuran yang disebabkan oleh adanya elektrolit
(cairan/larutan asam, garam, mineral yang dapat menghantarkan
listrik/konduktor).
Yang akibatnya material/logam tersebut mengalami degradasi atau
penurunan mutu kualitas yang secara fisik material tersebut menjadi berwarna
coklat/karat yang efeknya strengthen dari material tersebut juga menurun.
Berdasarkan penelitian di Amerika, korosi telah menelan biaya setiap tahunnya.
Biaya yang ditimbulkan oleh korosi telah dipelajari oleh beberapa Negara, hasil
dari penelitian tersebut menyatakan bahwa biaya yang ditimbulkan oleh korosi
adalah 1 sampai dengan 5% dari Groos National Product. Biaya tersebut meliputi
utilitas 34.7%, transportasi 21.5%, infrastruktur 16.4%, pemerintahan 14.6%,
produksi dan manufaktur 12.8%.
Indonesia tidak pernah menghitung secara kuantitatif jumlah kerugian
akibat korosi, namun jumlah kerugian korosi di Amerika mencapai jumlah 15
Milliar Dollar per tahun atau sekitar 15 Trilyun Rupiah. Jika APBN Indonesia
adalah 30 Trilyun Rupiah per tahun maka kerugian korosi di Amerika adalah
sama dengan setengah dari nilai APBN negara kita per tahun. Seandainya
kerugian akibat serangan korosi di Indonesia kira-kira 10% dari kerugian Amerika
maka jumlah mencapai 1.5 Trilyun Rupiah per tahun, belum menckup kehilangan
jam produksi ganti rugi kerusakan, klaim-klaim, biaya perbaikan, dan lain-lain.

1
2

Seandainya Indonesia bsa mencegah kerugian korosi 0.5 Trilyun Rupiah saja per
tahun, maka setiap 2 tahun akan muncul lahan pekerjaan baru untuk warga negara
Indonesia.
Sekedar ilustrasi, tidak jarang bis malam atau truk pengangkut barang
kehilangan kendali karena rem blong akibat pipa hidrolis bocor terserang korosi.
Kapal yang sarat penumpang tenggelam karena plat-plat bocor terserang korosi,
pesawat gagal mendarat karena landing gear tidak berfungsi akibat sistem
hidrolisnya bocor.
Jelas serangan korosi merupakan bahaya yang sangat besar, bahkan
akibatnya lebih besar dari pada bencana alam, namun karena keawaman kita
terhadap kejahatan serangan korosi maka bahaya dan kerugian yang sedemikian
besar itu terjadi tanpa kita sadari atau ketahui. Ironinya kita dengan sukarela
menerima segala resiko kerugian tersebut. Contoh yang paling mudah misalnya
jika knalpot mobil/motor kita bocor, paling dengan sedikit menggurutu kita bawa
kendaraan ke bengkel untuk memperbaiki atau bahkan menggantinya dengan
biaya yang tidak murah. Padahal serangan korosi tersebut dapat dihambat
sehingga biaya yang dikeluarkan tidak menjadi sangat mahal. Karena itulah
seorang corrosion engineer selalu mengingatkan bahwa pencegahan korosi dengan
berbagai cara adalah sebuah investasi jangka panjang.
Dalam industri dunia minyak dan gas, penggunaan jaringan pipa
merupakan salah satu elemen yang memegang penting yaitu sebagai rantai
produksi. Jaringan pipa digunakan sebagai alat distribusi berbagai kebutuhan
industri misalnya minyak, air dan gas. Untuk mempermudah penataan dan
penempatan jaringan pipa tersebut, maka jaringan pipa biasanya ditempatkan
dalam tanah. Namun penempatan jaringan pipa dalam tanah dapat mengakibatkan
korosi pada pipa, hal ini terjadi karena tanah merupakan media korosif. Untuk
mencegah terjadinya korosi pada jaringan pipa tersebut maka dilakukan langkah
pencegahan, salah satunya dengan penerapan metode Proteksi Katodik (Sacrifical
Anode). Perusahaan menetapkan sistem pemeliharaan jaringan dan fasilitas pipa
distribusi yang efektif untuk meyakinkan pengoperasian aman dan handal.
3

PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) saat ini memiliki infrastruktur pipa
gas total sepanjang 6.000 Km, dimana 2.000 Km berstatus pipa open acces yang
digunakan sebagai pipa jaringan transmisi gas dan 4.000 Km merupakan pipa
dedicated hilir yang digunakan sebagai pipa jaringan distribusi untuk pelanggan
PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).
Maka dari itu untuk mengendalikan atau memperlambat terjadinya korosi
pada jaringan pipa gas PGN, dibuatlah suatu perancangan sistem proteksi katodik
yang dapat mengendalikan atau memperlambat proses terjadinya korosi pada pipa
jaringan gas bawah tanah milik PT. PGN.
Untuk itu, pada penulisan proyek akhir ini saya mengambil judul
“Perancangan system Proteksi Katodik(Sacrifical Anode) pada pipa jaringan
distribusi dan transmisi gas bawah tanah milik PT. PGN area modern”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas memaparkan bahwa pipa gas


memerlukan perlindungan dari serangan korosi, rumusan masalah dalam
penulisan proyek akhir ini adalah :
1. Bagaimana cara mengatasi korosi yang terjadi pada pipa jaringan
bawah tanah ?
2. Bagaimana perancangan atau desain sistem Proteksi Katodik
(Sacrifical Anode) yang akan dibangun?
3. Berapakah total arus proteksi yang di perlukan?
4. Berapakah jumlah ideal anoda korban yang digunakan untuk
memproteksi pipa sepanjang 5562 m?

1.3 Batasan Penelitian

Melihat keterbatasan materi dan waktu yang ada dan luasnya


permasalahan agar nantinya tidak terjadi kerancauan dalam penyusunan laporan
proyek akhir ini, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penulisan Proyek akhir
ini penulis memfokuskan pada kajian dan analisa sebagai berikut :
4

1. Cara menanggulangi korosi pada permukaan pipa gas PGN.


2. Proses penanggulangan korosi pada permukaan pipa dengan
menggunakan metode Sacrifical Anode( Anoda Korban ).
3. Adanya arus liar (stay current) diabaikan dalam perhitungan.
4. Analisa kimia tanah seperti pH, kandungan sulfat dan klorida
diabaikan.
5. Pengukuran resistivitas tanah diabaikan (kontraktor).
6. Analisa ini tidak mencantumkan biaya.
7. Data yang digunakan merupakan data Pipelines PT. PGN Solution
area Tangerang.
8. Proses penanggulangan dilakukan dengan metode yang sudah ada
diperusahaan dan tidak bisa dirubah.

1.4 Hipotesis

Hipotesa dari perancangan ini adalah:


1. Diduga nilai resistivitas tanah berpengaruh terhadap nilai potensial
arus dan kinerja dari sistem proteksi katodik.
2. Diduga penurunan nilai potensial arus berpengaruh terhadap kinerja
sistem proteksi katodik.
3. Diduga penurunan nilai potensial anoda korban berpengaruh
terhadap arus yang dihasilkan untuk memproteksi pipa jaringan
bawah tanah.
4. Diduga nilai pH dari tanah berpengaruh terhadap anoda korban dan
pipa jaringan bawah tanah.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan Skripsi, ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mencegah terjadinya korosi pada pipa distribusi dan transmisi
gas PGN.
5

2. Untuk mengetahui pengaruh arus terhadap nilai potensial anoda


korban dan nilai proteksi pipa jaringan bawah tanah.
3. Untuk mengetahui jumlah total arus yang diperlukan untuk
memproteksi pipa jaringan bawah tanah dengan panjang 5562 m.
4. Untuk mengetahui jumlah ideal dari anoda korban magnesium (Mg)
yang digunakan untuk memproteksi pipa jaringan bawah tanah dengan
panjang 5562 m.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Dapat diketahui penyebab terjadinya korosi pada pipa jaringan bawah
tanah`
2. Dapat diketahui pengaruh arus terhadap anoda korban dan pipa
jaringan bawah tanah yang diproteksi.
3. Dapat menganalisis perubahan nilai potensial anoda korban dan nilai
proteksi pipa jaringan bawah tanah.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa


bagian, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah yang akan ditteliti,
rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab ini berisi tentang penjelasan beberapa teori dasar
yang diperlukan untuk menganalisa penyebab terjadinya
korosi, cara mengatasi korosi pada pipa jaringan bawah
tanah, dan cara pencegahan korosi dengan menggunakan
6

sistem proteksi katodik dengan metode anoda korban


(sacrifical anode).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Berisi tentang langkah-langkah yang akan digunakan
untuk pengambilan dan pengumpulan data perhitungan
serta terdapat kerangka pemecahan masalah.

BAB IV HASIL DAN ANALISA


Berisi tentang data-data perhitungan, proses perancangan
sistem proteksi katodik dan analisa hasil pengukuran nilai
potensial proteksi, potensial anoda dan potensial arus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi mengenai kesimpulan yang di peroleh dari hasil
perancangan sistem proteksi katodik serta saran yang perlu
diajukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Pipa Distribusi dan Transmisi Gas

Jaringan pipa transmisi didefinisikan sebagai satu atau lebih ruas pipa,
biasanya saling terkoneksi satu sama lain membentuk jaringan, yang
mentransportasikan gas dari sistem pengumpul, outlet gas processing plant, atau
lapangan penimbun ke jaringan pipa distribusi tekanan tinggi atau rendah.
Sementara, jaringan pipa distribusi gas merupakan sarana untuk mengalirkan gas
bumi dari pipa transmisi ke pelanggan industri atau dari stasiun gas kota (city
gate) ke pelanggan di kota atau daerah menggunakan pipa induk dan pipa servis.
PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) sendiri saat ini memiliki infrastruktur
pipa gas total sepanjang 6.000 Km, dimana 2.000 Km berstatus pipa open acces
yang digunakan sebagai pipa jaringan transmisi gas dan 4.000 Km merupakan
pipa dedicated hilir yang digunakan sebagai pipa jaringan distribusi untuk
pelanggan PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).

2.1.1 Klasifikasi dan Bahan Pipa

Bahan pipa yang digunakan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN)
memiliki jenis dan kriteria yang berbeda, tergantung dengan kebutuhan atau
tempat pemasangan. Klasifikasi serta bahan pipa yang digunakan dapat dilihat
pada tabel 2.1, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi dan Bahan Pipa.


No. Jenis pipa Size (D) Spesifikasi Satuan
1. Pipa baja API 5L 2” Erw,Std,Pe Coated M
2. Pipa baja API 5L 16” Spirally Welded,Std,Pecoated M
3. Pipa PE-80 20 mm Pipe,Mdpe,Sdr11,Yellow M

7
8

4. Pipa galvanis 1” Steel Galv,Srl,Screw,Medium Pcs


5. Fitting galvanis ½” Steel Galv,Screw,Npt/Api Pcs
6. Meter box adaptor 3/4“x20mm Brass, Screw,Npt/Api Pcs
7. Double nipple 1/2:” Steel Galv, Screw,Npt/Api Pcs
8. Reducer tee 1” Steel Galv, Screw,Npt/Api Pcs
9. Elbow (LR) 3/4” Steel Galv, Screw,Npt/Api Pcs

10. Elbow (SR) 3/4" Steel Galv, Screw,Npt/Api Pcs


11. Hexagon bushing 3/4”x1/2” Steel Galv, Screw,Npt/Api Pcs
12. Ball valve 1/2” Ball Valve, Brass,Screw,Npt/Api Pcs

2.2 Definisi Korosi

Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan


oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektrokimia) pada permukaan logam. Pada
hakikatnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam dioksidasi sebagai
akibat dari serangan kimia oleh lingkungan (uap air,oksigen di atmosfer, oksida
asam yang terlarut dalam ).
Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan. Kata korosi
berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan logam atau
perkaratan.Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan. Korosi merupakan sistem
termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai
kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk
oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil.
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah
9

berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu
zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi atau perkaratan logam juga dikenal
sebagai proses oksidasi sebuah logam dengan udara atau elektrolit lainnya,
dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi, sehingga proses korosi
merupakan proses elektrokimia.

2.2.1 Proses terjadinya Korosi

Korosi dapat terjadi karena adanya sel korosi yaitu sel yang terdiri dari 4
faktor :
1. Logam yang menjadi anoda
2. Logam yang menjadi katoda
3. Adaya larutan elektrolit
4. Adanya konduktor listrik

Adapun penjelasannya, sebagai berikut :


1. Anoda : Tempat terjadinya reaksi oksidasi dimana ion negative berkumpul.
Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron dari atom-atom
logam netral untuk membentuk ion-ion yang bersangkutan. Ion-ion ini
bereaksi membentuk korosi yang tidak larut. Selain hal tersebut, adanya
beda potensial menyebabkan timbulnya aliran arus listrik. Arus listrik
mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah sedangkan elektron
mengalir berlawanan dengan arah arus listrik. Potensial anoda lebih negatif
dari katoda sehingga elektron di anoda mengalir melalui kontak metalik ke
katoda.
2. Katoda : Tempat terjadinya reaksi reduksi dimana ion positif berkumpul.
Pada katoda biasanya tidak mengalami korosi, walaupun demikian
mungkin menderita kerusakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Katoda
yang menerima elektron membuat terjadinya reaksi katodik pada
permukaan katoda, dimana elektron akan berada di permukaan katoda dan
bereaksi dengan ion positif dari elektrolit. Contohnya adalah pada reaksi
elektron dengan H dalam membentuk molekul H2 yang berupa gelembung
gas sehingga katoda akan terproteksi dari korosi.
10

3. Larutan elektrolit : Sebagai penghantar elektron antara katoda dan anoda.


Selain itu larutan elektrolit berfungsi sebagai media penghantar listrik.
Agar terbentuk suatu loop maka dibutuhkan elektrolit guna menghantarkan
arus dari anoda menuju katoda.
4. Adanya kontak metalik : Adanya kontak antara anoda dan katoda sehingga
elektron dapat mengalir dari anoda menuju katoda. Elektron hanya bisa
mengalir melalui kontak metalik. Elektron tidak bisa mengalir di dalam
elektrolit.
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi
elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron
merupakan hasil reaksi redoks (reduki – oksidasi). Mekanisme korosi melalui
reaksi elektrokimia melibatkan reaksi anodik di daerah anodic.
Korosi berdasarkan Hukum Termodinamika kebanyakan logam
ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia yang disebut ore. Bijih-bijih ini
bisa berupa oksida, sulfide, karbonat atau senyawa lain yang lebih kompleks.
Dengan adanya teori termodinamika, dapat dikatakan bahwa bijih atau senyawa
lain berada pada energy yang terendah. Energi yang besar diperlukan untuk
memisahkan logam misalnya besi dari bijihnya seperti besi oksida, ini dilakukan
dengan melalui pemanasan (dengan agen pereduksi) dalam sebuah Blast Furnace
(tanus hembus) dengan temperatur 1600 derajat Celcius.
Secara singkat, Katoda adalah logam yang relatif lebih mulia, yang
permukaannya menjdi tempat berlangsungnya reaksi reduksi. Anoda adalah logam
yang relatif lebih aktif, yang menjadi pemasok elektron bagi reaksi reduksi.
Konduktor adalah sarana untuk transfer elektron dari anoda ke katoda. Elektrolit
adalah media yang mengandung zat-zat yang korosif serperti H+dan O2yang
cenderung tereduksi, disamping menjadi tempat bagi zat lain yang dapat
mengakselerasi korosi seperti Cl.
Jika salah satu faktor tersebut tidak ada, maka korosi tidak akan terjadi.
Prosesnya terjadinya korosi digambarkan seperti pada Gambar 2.1 sebagai berikut
:
11

Gambar 2.1 Sel Korosi.

Dua buah logam yang mempunyai potensial elektroda berbeda akan


membuat dua kutup. Potensial yang lebih rendah akan menjadi kutup anoda dan
potensial yang lebih tinggi menjadi kutup katoda. Ketika dua buah elektroda ini
dihubungkan dalam larutan elektrolit yang sama, maka akan terjadi proes
elektrokimia yaitu elektron mengalir dari anoda menuju katoda melalui konduktor
listrik. Dan bersamaan dengan itu terjadi aliran arus listrik dari anoda ke katoda
melalui elektrolit dan terjadi alirn arus secara tertutup yang berlangsung terus
menerus yang akibatnya anoda tempat keluarnya arus menjadi korosi. Pada
permukaan katoda elektron akan berkaitan dengan ion H+ untuk menjadi netral
sebagai H2dan elektron yang terlepas di permukaan anoda akan membuat ion-ion
logam menjadi tidak stabil sehingga melarut kedalam larutan elektrolit. Proses
terlepasnya ion logam inilah yang dinamakan korosi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada anoda :
Fe → Fe2+ + 2e-
12

Pada katoda : Elektron dari anoda mengadakan migrasi ke daerah katoda


melalui metal dan bereaksi dengan berbagai cara yang tergantung pada Ph dan
adanya oksigen.
2H+ + 2e- → H2 (gas)
2H+ + ½O2 + 2e- → H2O
H2O + ½ O2 + 2e- → 2 OH-

2.2.2 Jenis-Jenis Korosi Pipa

Jenis-jenis korosi yang terjadi pada pipa baja antara lain:


a. Korosi Atmosfir, yaitu korosi yang terjadi karena pipa berkontak dengan udara
luar.

Gambar 2.2 Korosi Atmosfir.

b. Uniform Corrosion (Korosi merata), yaitu korosi yang terjadi secara merata
pada permukaan baja.

Gambar 2.3 Korosi Merata.


13

c. Stress Corrosion Cracking (Korosi regangan), yaitu korosi yang terjadi


regangan internal dan kondisi lingkungan yang korosif.

Gambar 2.4 Korosi Regangan.

d. Crevice Corrosion (Korosi celah), yaitu korosi yang terjadi pada celah baja.

Gambar 2.5 Korosi Celah.

e. Deposite Corrosion (Korosi endapan), yaitu korosi yang terjadi dibawah


endapan.

Gambar 2.6 Korosi endapan.


14

f. Pitting Corrosion (Korosi sumuran), yaitu korosi akibat proses elektrokimia


yang terkonsentrasi pada suatu lokasi secara berkesinambungan.

(Sumber : Buku Training PT. PGN)


Gambar 2.7 Korosi Sumuran.

g. Hydrogen Damage (Kerusakan akibat hidrogen), yaitu masuknya hidrogen ke


dalam material pipa hingga membuat berbagai kerusakan.

(Sumber : Buku Training PT. PGN)

Gambar 2.8 Kerusakan Akibat Hydrogen.


15

2.2.3 Mekanisme Korosi

Pada umumnya korosi pada logam merupakan reaksi elektrokimia.


Reaksi elektrokimia adalah suatu reaksi yang memperlihatkan perpindahan.
Reaksi ini meliputi reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Contoh reaksi oksidasi dan reaksi reduksi :
Zn → Zn²+ + 2e
-
(reaksi oksidasi)
2 H+ + 2e- → H2 ↑ (reaksi reduksi)
Korosi yang terjadi pada suatu reaksi oksidasi disebut reaksi anodik (
terjadi penambahan muatan positif ), sedangkan korosi yang terjadi pada suatu
reaksi reduksi disebut reaksi katodik ( terjadi pengurangan muatan positif ). Jadi
proses korosi memerlukan sepasang reaksi elektrokimia anodik-katodik.

2.2.4 Klasifikasi Korosi Ditinjau Dari Resistivitas Tanah


Klasifikasi korosivitas tanah yang didasarkan pada nilai resistivitas
(tahanan jenis) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 Klarifikasi Korosi.


Resistivitas, Ohm-cm Klasifikasi Korosi
Sampai - 700 Sangat korosif

700 - 2000 Korosif

2000 - 5000 Korosif Sedang

5000 - 10000 Korosif Ringan

lebih dari 10000 Tidak Korosif

2.2.5 Dampak korosi


Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan
16

kerugian tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada


peralatan, permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung
berupa terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang
rusak akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya
kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan
akibat korosi, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa gas karena korosi, dan
meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya.

2.2.6 Sel Korosi Pada Pipa Baja

Pipa baja tertanam didalam tanah merupakan objek yang rentan akan
terjadinya sel korosi. Sel korosi yang dialami oleh pipa baja kemungkinan besar
adalah sebagai berikut :

1. Sel korosi titik embun.


Pada permukaan pipa terutama pipa besi dan baja secara alami tidak ada
yang terbebas dari impurities berupa kotoran-kotoran oksida. Hal inilah yang
menyebabkan perbedaan potensial dipermukaan logam yang sama. Impurities
akan menjadi katoda, sedangkan logam yang lebih murni menjadi anoda. Saat
udara dingin dan basah maka akan terbentuk titik embun dipermukaan logam.
Titik embun inilah yang akan bertindak sebagai larutan elektrolit. Sebagai
konduktor adalah badan pipa tersebut.

2.. Sel korosi konsentrasi kimia berbeda


Instalasi pipa gas terkadang berada dalam tanah didaerah pantai. Lapisan
tanah pantai mempunyai perbedaan kadar garam. Lapisan tanah atas
mempunyai kadar garam yang rendah sedangkan lapisan tanah bawah
mempunyai kandungan garam yang lebih tinggi. Pipa lapisan tanah bawah
menjadi anoda sedangkan pipa pada lapisan tanah atas menjadi katoda,
sehingga akan terjadi aliran elekron.

3. Sel korosi konsentrasi oksigen berbeda.


17

Fenomena alam bahwa logam yang berada didaerah berkadar oksigen


lebih banyak akan bersifat katoda terhadap bagian logam yang berada pada
daerah oksigen rendah yang bersifat sebagai anoda. Jika kedua logam tersebut
berhubungan, makan korosi akan terjadi. Fenomena ini terjadi pada pipa gas
yang melewati jalan aspal.

4. Sel korosi suhu berbeda.


Apa bila sebuah logam berada pada elektrolit yang sama namun terletak
pada tempat yang berbeda suhu, maka logam yang berada pada suhu rendah
akan menjadi katoda dan logam yang lebih panas akan menjadi anoda.

5. Sel korosi arus liar.


Pipa gas yang melewati jalur kereta rel listrik (KRL) akan mengalami
fenomena ini. Saat kereta lewat, maka arus listrik yang mengalir akan
diteruskan oleh rel kedalam tanah dan melewati pipa kemudian kembali ke rel.
titik tempat masuk arus liar pada pipa akan menjadi katoda dan titik tempat
kembalinya arus dari pipa ke rel akan menjadi anoda.

6. Sel korosi regangan.


Pengelasan untuk menyambung dua buah pipa akan menimblkan
regangan suhu tinggi didaerah pengelasan dan ona terimbas panas hangan (heat
affected zones).Daerah yang mengandung regangan akan bersifat anoda,
sedangkan daerah yang tidak beregangan bersifat katoda.

7. Sel korosi lapisan permukaan.


Peningkatan demand akan gas membuat perusahaan harus menambah
jaringan pipa baru. Agar lebih fleksibel terhadap kemungkinan gangguan teknis
dan operasional maka antara instalasi pipa baru dan lama dipasang kerangan
(valve). Jika insulating joint kerangan bocor akan terjadi serangan korosi
eksternal pada instalasi pipa baru karena instalasi pipa lama yang
permukaannya telah berkerak dan mengandung oksida-oksida logam akan
menjadi katoda terhdap pipa baru.
18

2.2.7 Kerugian Korosi

Kerugian-kerugian akibat korosi dapat dibagi dua yaitu kerugian


langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung antara lain :
1 Biaya untuk mengganti material-material logam atau alat-alat yang rusak
akibat korosi.
2 Biaya pengerjaan untuk penggantian material-material logam tersebut.
3 Biaya untuk pengendalian korosi.
4 Biaya tambahan untuk membuat konstruksi dengan logam yang lebih tebal
(over design).

Namun yang paling mahal biaya kerugian tidak langsung yang harus
ditanggung, seperti :

1 Supply gas shut down.


2 Image perusahaan menurun.
3 Nilai saham anjlok.
4 Safety rendah.
5 Mutase atau rotasi pegawai, dan sebagainya.

Gambar 2.9 Pipa Gas Meledak.


19

Semua jenis kecelakaan ini menimbulkan kerugian materi yang sangat


besar korban jiwa, raga dan moril yang tidak dapat diukur dengan uang.

2.2.8 Pengendalian Korosi

Korosi dalah proses alam, pasti akan terjadi, tetapi dengan teknologi
korosi dapat dikendalikan. Ditinjau dari definisinya, konsep pengendalian korosi
adalah :

a. Memisahkan logam dari lingkungan.


Memisahankan logam dari lingkungan ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya dengan menerapkan peisah, yaitu dengan pengecatan,
penerapan lapis lindung, dengan pelapisan logam, dll.

b. Mengubah lingkungan menjadi tidak agresif.


Mengubah lingkungan menjadi tidak agresif yaitu dengan menambahkan
suatu zat kimia (inhibitor) dalam jumlah yang sedikit (orde sekitar ratusan
ppm) yang dikenal dengan istilah inhibisi. Meskipun cara ini tidak dapat
menghentikan korosi sama sekali tetapi pada suatu kondisi tertentu, hanya
cara ini yang dapat dilakukan. Mekanismenya adalah dengan mengganggu
salah satu proses reaksi (anodik atau katodik) atau keduanya, dimana zat
kimia yang ditambahkan tadi akan melapisi daerah anodiknatau katodik atau
keduanya.

c. Perlindungan secara elektrokimia


Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam di dalam
tanah. Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan denga logam lain yang
bertindak sebagai anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang digunakan
untuk melindungi besi harus yang lebih mudah teroksidasi daripada logam
besi, yaitu memiliki potensial reduksi yang lebih negatif daripada besi.
Umumnya digunakan logam Magnesium (Mg). Logam alkali tidak dapat di
gunakan karena reaktif. Logam alumunium (Al) dan seng (Zn) tidak dapat
20

digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan menghambat
proses oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan logam.
Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di dalam tanah
harus dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang logam yang
lebih aktif, seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn) ditanam di dekat pipa
dan di hubungkan dengan kawat, batang magnesium akan mengalami oksidasi dan
Mg yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu sehingga dengan
demikian pipa yang terbuat dari besi itu terlindung dari korosi. Korosi besi ini
juga dapat dicegah dengan menghubungkan besi tersebut dengan kutub negatif
sumber listrik.
Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi komponen baja
jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan
teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian
tiang pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi
ion logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja
atau kondisi lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya
kerusakan baja akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan
memberikan pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang
dilindungi atau dengan kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut
menjadi katoda yang kaya akan elektron.
Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam 2
cara, yaitu sebagai berikut :
a. Metoda Anoda Korban (Sacricifial Anode)
yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan pipa baja
dengan logam lain sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah.
Pada cara ini terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah
ke pipa baja yang potensialnya lebih tinggi. Dengan demikian maka pipa baja
akan terlindung dari korosi namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam
waktu tertentu akan rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui.
21

Mengganti anoda lebih ringan secara teknik maupun ekonomis dibanding


mengganti pipa baja.

Gambar 2.10 (Skema Sacrifical Anoda).

b. Metoda arus terpasang (impressed current)


Yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan pipa
dengan katoda pada suatu sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus
searah dari luar, misalnya Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain.
Arus listrik pada sistem ini dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui
anoda pembantu, misalnya Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang.
Keuntungan besar dari metoda arus terpasang adalah bahwa sistem ini dapat
menggunakan anoda inert atau anoda yang tahan karat seperti platina dan karbon.
22

Gambar 2.11 (Skema Impressed Curent).

2.2.9 Perbandingan Kedua Sistem Proteksi Katodik

Prinsip proteksi katodik untuk kedua sistem adalah sama, yaitu


menurunkan potensial logam ke daerah imun menurut diagram pH-potensial.
Tetapi karena sistem struktur yang diproteksi umumnya sangat kompleks, maka
perlu dilakukan pemilihan sistem aplikasi proteksi katodik yang paling baik untuk
digunakan. Berikut perbandingan kedua sistem tersebut.

2.2.10 Deret Volta dan Potensial Reduksi

Setiap logam mempunyai sifat reduktor sebab cenderung melepaskan


elektron atau mengalami oksidasi. Ada yang bersifat reduktor kuat (mudah
teroksidasi) atau bersifat sebagai anoda seperti logam-logam alkali, namun
adapula yang bersifat reduktor lemah (sukar teroksidasi) bersifat sebagai katoda
seperti logam-logam mulia.
Pada tahun 1825, Allesandro Giuseppe Volta (1745 – 1827) dari Italia
menyusun urutan logam-logam yang dikenal saat itu yang baru berjumlah 20
23

jenis, dari reduktor terlemah berdasarkan eksperimen. Urutan logam-logam itu


kini disebut dengan deret volta. Air dan hidrogen meskipun bukan logam
dimasukkan juga sebagai anggota deret volta. Berikut adalah deret volta :

K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – (H O) –Zn– Cr –
2
Fe– Cd – Co – Ni – Sn – Pb – (H) – Cu – Hg – Ag –
Pt - Au
Gambar 2.12 Deret Volta.

Makin kekiri letak suatu logam dalam deret volta sifat reduktornya makin
kuat. Oleh karena itu suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion
disebelah kanannya tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion disebelah kirinya.
Saat ini diketahui jumlah logam yang terdapat dalam system periodik
unsur berjumlah 70 jenis yang sebagian besar tidak diketahui pada jaman volta.
Sehingga tidak praktis logam tersebut disusun dalam deret volta untuk dihafalkan.
Maka pada dasawarsa kedua abad ke-20 para ahli kimia mengemukakan konsep
potensial reduksi (potensial elektroda) untuk mengethui dan mengukur kekuatan
sifat reduktor logam-logam.
Potensial reduksi, dengan lambing E didefinisikan sebagai potensial
listrik yang ditimbulkan apabila suatu ion logam menangkap elektron (mengalami
reduksi) menjadi logamnya. Makin mudah suatu ion logam mengalami reduksi,
makin besar potensial reduksi (E) yang ditimbulkan. Dengan demikian unsur-
unsur dalam deret voltadari kiri ke kanan memiliki harga potensial reduksi yang
makin besar. Akan tetapi, harga E dari suatu reaksi reduksi tidak dapat dikukur
langsung sebab tidak mungkin reaksi reduksi berjalan sendiri tanpa ditemani
reaksi oksidasi. Oleh karena itu harga E yang kita pakai adalah E relatife (Er)
yang dibandingkan dengan suatu standar. Menurut perjnjian, unsur yang
24

diditetapkan sebagai standar adalah hidrogen, dan bagi reaksi reduksi


ionH+menjadi H2diberikan harga potensial reduksi E = 0.00 volt.2 H++2e→ H2
E=0.00 volt.
Dengan demikian dapat ditetapkan harga Er dari logam-logam yaitu
harga E relatif yang dibandingkan terhadap E hidrogen. Berikut adalah tabel harga
ER dari beberapa logam :

Tabel 2.3Harga Er Beberapa Logam (SHE).

Reaksi Reduksi Er (volt) Reaksi Reduksi Er (volt)


Li+ + e → Li -3.05 Cd2+ + 2e → Cd -0.40
Cs+ + e → Cs -3.02 Co2+ + 2e → Co -0.28
Rb++ e → Rb -2.94 Ni2+ + 2e → Ni -0.25
Ba2+ + 2e → Ba -2.92 Mo3+ + 3e → Mo -0.14
Sr2+ + 2e → Sr -2.90 Sn2+ + 2e → Sn -0.13
Ca2+ + 2e → Ca -2.89 Pb2+ + 2e → Pb -0.12
Na++ e → Na -2.87 W2+ + 2e → W -0.10
La3+ + 3e → La -2.52 Sb3+ + 3e → Sb +0.15
Mg2+ + 2e → Mg -2.37 Bi3+ + 3e → Bi +0.25
Sc3+ + 3e → Sc -2.08 Cu2+ + 2e → Cu +0.34
Be2+ + 2e → Be -1.95 Rh2+ + 2e → Rh +0.58
Al3+ + 3e → Al -1.66 Hg2+ + 2e → Hg +0.65
Ti2+ + 2e → Ti -1.60 Ti3+ + 3e → Ti +0.72
V2+ + 2e → V -1.20 Ag+ + e → Ag +0.80
Mn2+ + 2e → Mn -1.10 Os2+ + 2e → Os +0.90
Zn2+ + 2e → Zn -0.76 Ir2+ + 2e → Ir +1.00
Cr+ + 3e → Cr -0.71 Pd2+ + 2e → Pd +1.20
Ga3+ + 3e → Ga -0.55 Pt2+ + 2e → Pt +1.50
Fe2+ + 2e → Fe -0.44 Au3+ + 3e → Au +1.70
25

Tabel 2.4 Deret Galvanik Dalam Tanah Netral (CSE).

No METAL VOLTS

1 Commercially pure Magnesium -1.75

2 Magnesium Alloy (6% Al, 3% Zn, 0.15% Mn) -1.6

3 Zinc -1.1

4 Allumunium Alloy (5% Zinc) -1.05

5 Commercially pure Allumunium -0.8

6 Mild steel (Clean and Shinny) -0.5 to -0.8

7 Mild Steel (Rusted) -0.2 to -0.5

8 Mild steel (not Graphitized) -0.5

9 Lead -0.5
10 Mild steel in concrete -0.2
11 Coper, brass, bronze -0.2
12 High Silicon cast iron -0.2
13 Mill Scale on steel -0.2
14 Carbon, Graphic, coke +0.3

2.3 Proteksi Katodik (Cathodic Protection)

Bila suatu logam/ paduan terkorosi ada bagian-bagian yang bersifat


sebagai anoda dimana korosi, dan ada bagian-bagian yang bersifat sebagai katoda
di mana korosi tidak terjadi. Korosi terjadi dimana arus listrik meninggalkan
logam menuju elektrolit, dan sebaliknya korosi tidak terjadi dimana arus listrik
masuk ke dalam logam.
Dari gejala tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa jika kita dapat
memperlakukan logam secara keseluruhan sebagai katoda, maka logam tersebut
tidak akan terkorosi. Perlakuan ini berarti kita harus memindahkan atau
26

memisahkan bagian yang bersifat sebagai anoda tadi ke tempat lain yang masih
berada dalam lingkungan elektronik sama dan dihubungkan secara elektrikal
dengan logam tadi. Daerah anodik sekarang terisolasi, dan logam tidak terkorosi
lagi. Dengan mengisolasi anoda baru ini, maka seluruh logam sekarang bersifat
sebagai katoda dan tidak terkorosi.Ini adalah konsep dasar dari proteksi katodik.
Dalam keadaan terproteksi katodik, logam yang diproteksi dialiri arus
listrik melalui anoda dan lingkungan menuju logam, atau logam dibanjiri dengan
elektron.

2.3.1 Proteksi Katodik (Sacrificial Anode)

Di depan sudah disinggung, bahwa untuk memproteksi katodik


diperlukan arus yang dialirkan melalui elektrolit kearah logam yang diproteksi,
supaya potensial logam turun dan logam menjadi lebih stabil.
Untuk menurunkan potensial dari logam/ paduan yang akan diproteksi
diperlukan sumber arus listrik searah. Sumber arus searah ini dapat diperoleh dari
suatu reaksi galvanik yaitu bila logam yang diproteksi dihubungkan dengan logam
yang lebih reaktif dalam suatu elektrolit. Cara ini disebut sistem anoda korban
atau sacrificial anode.

Gambar 2.13 Prinsip Kerja Sistem Sacrificial Anode.


27

Reaksi galvanik dapat terjadi bila logam yang diproteksi dihubungkan


dengan logam yang lebih aktif. Seri emf adalah deret urutan potensial standar dari
logam-logam murni pada kondisi standar, yaitu pada suhu 250C. Deret galvanik
adalah urutan potensial dari logam atau paduan dalam lingkungan tertentu,
misalnya air laut.
Seri emf (electromotive force) adalah nilai-nilai termodinamik, atau
teoritis yang dalam praktek di lapangan tidak kita jumpai. Manfaatnya tentu ada,
yaitu untuk meramalkan saja. Yang mempunyai arti praktis adalah deret galvanik,
yang langsung melibatkan paduan-paduan logam yang digunakan dalam praktek.
Urutannya dapat berbeda dengan deret emf, yang disusun dalam kondidi ideal.
Berikut ini adalah tabel Deret EMF berdasarkan jenis logam dan besar
potensial :

Tabel 2.5 Deret EMF.

No Jenis Logam Potensial, V (SHE)


1 AU/AU3+ 1.50
2 Pt/Pt++ 1.20
3 Hg/Hg++ 0.85
4 Cu/Cu++ 0.337
5 H/H+ 0.00
6 Pb/Pb++ -0.126
7 Ni/Ni++ -0.25
8 Fe/Fe++ -0.44
9 Zn/Zn++ -0.76
10 Al/Al3+ -1.66
11 Mg/Mg++ -2.37
28

2.3.2 Jenis-Jenis Anoda Korban

Ada tiga jenis anoda korban yang umum digunakan dalam praktek, yaitu
paduan Magnesium (Mg), paduan Seng (Zn), dan paduan Alumunium (Al),
dimana :
a. Anoda Magnesium terutama digunakan untuk lingkungan tanah karena daya
dorong listriknya paling tinggu, dan keluar arusnya juga besar. Di samping itu
anoda magnesium juga digunakan untuk air tawar/ rawa, dan tangka air.
Penggunaannya di lingkungan laut sangat terbatas.
b. Anoda Seng adalah yang paling dapat diandalkan dan sangat luas
penggunaannya, baik untuk lingkungan tanah dengan resistivitas rendah
maupun lingkungan laut. Belakangan ini anoda seng terdesak oleh anoda
aluminium untuk penggunaannya di laut lepas pantai. Tetapi untuk pipa atau
struktur yang berada dalam lumpur anoda seng masih tetap unggul.
c. Anoda Alumunium yang merupakan pendatang baru telah medesak anoda seng
karena lebih ekonomis untuk penggunaan di laut lepas pantai. Kinerja anoda
aluminium sangat dipengaruhi oleh komposisi kimianya. Anoda aluminium
tidak dgunakan dalam keadaan murni, karena mudah membentuk lapisan pasif.
Untuk memperbaiki kinerjanya ditambahkan logam paduan iodium. Unsur
pemadu merkuri pada saat ini telah tidak digunaka lagi karena dapat
mencemari lingkungan. Sayangnya masih banyak dilaporkan kegagalan-
kegagalan dari penggunaan logam aluminium. Di Indonesia kegagalan dari
anoda ini banyak dilaporkan oleh perusahaan pelayaran.
Penggunaan anoda aluminium untuk struktur di lingkungan laut harus
sangat hati-hati dalam penentuan kualitas anodanya, kesalahan yang mungkin
dilakukan adalah masalah komposisi anoda, dimana kinerja anoda ini akan banyak
terpengaruh. Perselisihan yang terjadi anara kontraktor, pemilik struktur dan
produsen anoda biasanya disekitar ini. Berikut adalah sifat-sifat dari anoda korban
berdasarkan Massa Jenis, Potensial (V), Tegangan Dorong, Kapasitas dan
Efisiensinya :
29

Tabel 2.6 Sifat-Sifat Anoda Korban.

Anoda Anoda Anoda


Sifat
Mg Zn Al

Masa jenis, Kg/ dm3 1.7 7.5 2.7

Potensial, (V), CSE 1.5 – 1.7 1.05 1.10

Tegangan dorong, V 0.6 – 0.8 0.25 0.25

Kapasitas, Ah/Kg 1200 780 2700

Efisiensi, % 50 95 50-95

Sedangkan jika ditinjau dari kondisi lingkungan dan sifat-sifatnya,


aplikasi dari ketiga jenis anoda tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7. Dari tabel
tersebut jelas bahwa anoda Mg, umumya hanya digunakan untuk lingkungan
tanah, anoda Al hanya untuk lingkungan laut, sedangkan anoda Zn dapat untuk
kedua lingkungan.

Berikut adalah tabel pengaplikasian anoda berdasarkan lingkungan tanah


atau resistivitas lingkungan :

Tabel 2.7 Aplikasi Anoda Mg, Zn, Al.

Lingkungan/
Resistivitas Anoda Mg Anoda Zn Anoda Al
(Ohm-cm)

Air laut ----------- Zn Al


30

sampai 500 Mg (-1.5V) Zn -----------


Zn
500 – 1500 Mg (-1.5V) -----------
dengan backfill
Mg (-1.5V)
1500 – 4000 ----------- -----------
dengan backfill

Mg (-1.7V)
4000 – 6000 ----------- -----------
Dengan backfill

2.3.3 Perancangan Anoda Korban yang Digunakan


Pada sistem proteksi katodik, untuk mningkatkan kinerja anoda
digunakan backfill. Fungsi backfill untuk anoda korban berbeda dengan arus
tanding. Backfill adalah tanah atau batuan yang dipakai untuk mengurangi atau
mengisi bekas galian tambang batubara atau galian.|
Backfill untuk anoda korban terdiri dari campuran gypsum, bentonite dan
natrium sulfat dengan komposisi 75% gypsum, 20% bentonite (lempung), 5%
natrium sulfat.
Fungsi backfill untuk menurunkan resistivitas lingkungan anoda dan
untuk menjaga supaya anoda selalu aktif, dan terkorosi secara merata.Backfill
sangatlah penting untuk membungkus anoda korban. Berikut ini adalah gambar
bentuk dan posisi backfill pada anoda korban :
31

Gambar 2.14 Backfill Pada Anoda Korban.


Suatu jenis anoda bekerja secara optimal, yaitu terkorosi secara merata,
keluaran arus relative stabil dan efisiensinya maksimal. Akan tetapi dalam praktek
sangat sulit untuk mencapai kinerja yang maksimal. Berdasarkan penelitian,
umumnya kinerja anoda hanya mencapai sekitar 60% dari umur desain. Oleh
karena itu umur desain proteksi katodik dengan anoda korban umumnya masih
harus dikalikan dengan factor guna (utilization factor) antara 55% sampai 85%
tergantung kondisi lingkungan, bentuk anoda, dan factor-faktor lain.

2.3.4 Anoda Korban Lingkungan Tanah

Sistem anoda korban digunakan pada struktur pipa bawah tanah adalah
menggunakan anoda jenis magnesium dan Zinc. Berikut merupakan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam memilih jenis anoda tersebut, yaitu :
1 Penggunaan Anoda Magnesium
a. Anoda Magnesium dapat digunakan sampai resistivitas tanah sekitar 6000
ohm-cm, di atas nilai tersebut kurang efisien dan mahal.
b. Arus proteksi dapat didistribusikan dengan mudah, dengan memasangnya
sepanjang jalur pipa.
c. Proteksi katodik dengan anoda Mg, selalu lebih mahal dari yang lain
d. Anoda menjadi lebh efisien kalua arus proteksi kecil, atau struktur yang
diproteksi sedikit.
2 Penggunaan Anoda Zinc
a. Karena tegangan dorongannya rendah, maka anoda Zn hanya digunakan
untuk tanah dengan resistivitas rendah, sampai maksimum 1500 ohm-
cm.Belakangan orang menerapkan sampai resistivitas 3000 ohm-cm
(publikasi tahun 1998)
b. Over protksi tidak terjadi seperti halnya anoda Mg
c. Dengan anoda Zn dapat didisain umur proteksi 20-40 tahun, sedangkan
dengan anoda Mg, umumnya kurang dari 20 tahun
32

d. Bila resistivitas tanah berubah, keluaran arus anoda Zn beruah sedikit saja,
dan seolah-olah bertindak sebagai system proteksi potensial tetap.
Tabel 2.8 Perbandingan proteksi katodik sistem anoda korban dan arus tanding.
Sistem Anoda korban Sistem Arus Tanding

Arus Anoda Kecil dan dapat Arus Proteksi yang diperlukan dapat
mengatur sendiri. diatur.

Dapat terjadi over proteksi dan


Kemungkinan Over Proteksi Kecil.
penggunaan anoda sedikit.

Tidak memerlukan arus listrik dari Memerlukan sumber arus listrik dari
luar. luar

Jika proteksi menurun anoda dapat Jika proteksi menurun arus bisa
ditambah. dinaikkan sampai potensial maksimal

Memerlukan tanah hanya untuk Diperlukan tanah untuk pemasangan


pemasangan test box groundbed, TR dan test box

Proteksi dapat dilakukan secara Arus proteksi yang merata sukar


merata dan biasanya untuk pipa yang dilakukan dan biasanya untuk pipa
relatif pendek. yang relatif panjang.

2.4 Desain Anoda Korban


Rancangan bangun proteksi katodik adalah penerapan teori korosi dan
teknologi pengendalian korosi ke dalam praktek lapangan. Secara teori, untuk
menghasilkan proteksi yang sempurna, seluruh permukaan struktur logam harus
diturunkan potensialnya, sehingga memenuhi kriteria secara merata. Dalam
praktek sangat sukar mencapai kondisi tersebut, karena kemungkinan adanya
variasa lingkungan dan kondisi permukaan logam sangat besar ditambah struktur
yang makin kompleks, sehingga distribusi arus per satuan luas tidak merata.
33

Banyak ahli mengatakan, bahwa penerapan proteksi katodik lebih banyak


seni dari pada teknik. Kenyataannya memang demikian, keberhasilan rancang
bangun proteksi katodik lebih banyak ditentukan oleh pengalaman. Masalah ini
sering tidak dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat, sehingga menjadikan
proteksi katodik tidak efisien, dan menjadi mahal.

1 Data Perancangan
Sebelum rancang bangun dilakukan pertama-tama harus diketahui data utama,
di antaranya :

a. Struktur yang akan di proteksi (bahan, geometri, fabrikasi, dll)


b. Lapis lindung (bahan dan kualitasnya)
c. Pengukuran tahanan tanah dengan rumus 2.phi.R.a (ohm-cm)
d. Umur struktur
e. Sejarah kegagalan
f. Kondisi lingkungan (geologi, tanah, air, resistivitas, pH, komposisi kimia,
bakteri dll)
g. Struktur lain disekitarnya (yang berdekatan, yang memotong, dll)
h. Interferensi (AC-DC)
i. Umur proteksi yang dikehendaki
j. Standar-standar yang digunakan
k. Dan lain-lain, termasuk kondisi non teknis

2.4.1 Tahap-tahap Perhitungan Sistem Anoda Korban


Adapun langkah-langkah perhitungan yang harus dilakukan sebelum
melakukan perancangan Proteksi Katodik (Sacrifical Anode) :

1. Luas Permukaan Pipa :


𝐴 = 𝜋 x D x L ............................................................................ (1)
Dimana : A = Luas permukaan pipa (m2)
𝝅 = 3,14
34

D = Diameter luar pipa (m)


L = Panjang pipa (m)

2. Kebutuhan Total Arus Proteksi :

Untuk melindungi coating pipa yang rusak di perlukan arus sebesar 5mA

Lp = A x Cd…………………………………………………………….(2)
Dimana : Lp = Kebutuhan total arus proteksi (A)
A = Luas permukaan pipa (m2)
Cd = Keperluan arus proteksi (mA/m2)

3. Berat Total Anoda yang Diperlukan :


𝐿𝑝𝑥𝑌𝑥 8760
Wtot =( ) ……………………………………….(3)
𝐶𝑥𝜇

Dimana : Wtot = Berat total anoda yang di perlukan (Kg)


Lp = Kebutuhan total arus proteksi (A)
Y = Umur desain proteksi yang diinginkan (tahun)
C = Kapasitas (kg/Ampere.tahun)
µ = Faktor utilitas (0 < µ < 1)

4. Jumlah Anoda Korban digunakan :

𝑊𝑡𝑜𝑡
n=( )…………………………………………………(4)
𝑊𝑎
Dimana : Wtot = Berat total anoda yang di perlukan (Kg)
Wa = Berat anoda yang digunakan (Kg)

5. Jarak Pemasangan antar Anoda :


𝐿
S= …………………………………………………..…..(5)
𝑛
35

Dimana : S = Jarak pemasangan antar anoda


L = Panjang pipa (m)
n = Jumlah anoda yang dibutuhkan (buah)
6. Tahanan Anoda yang dipasang Horizontal

𝜌 4𝑥𝐿
𝑅ℎ = ln ( − 1) …………………………………...(6)
2.𝜋.𝑙 𝐷
Dimana : Rh = Tahanan anoda yang dipasang Horizontal (ohm)

ρ = Resistivitas lingkungan (ohm.cm)

𝜋 = 3,14
L = Panjang anoda (cm)

7. Tahanan Anoda yang dipasang Vertikal

𝜌 8𝑥𝐿
𝑅𝑣 = ln ( − 1) …………………………………...(7)
2.𝜋.𝑙 𝐷
Dimana : Rv = Tahanan anoda yang dipasang Vertikal (ohm)

ρ = Resistivitas lingkungan (ohm.cm)

𝜋 = 3,14
L = Panjang anoda (cm)

D = Diameter anoda (cm)

8. Keluaran Arus Proteksi tiap Anoda Horizontal


0,7
Ih = ……………………………………………(8)
𝑅ℎ
Dimana : Ih = Keluaran arus proteksi tiap anoda Horizontal (A)

Rh = Tahanan anoda yang dipasang Horizontal (ohm)

9. Keluaran Arus Proteksi tiap Anoda Vertikal


0,7
Iv = ……………………
𝑅ℎ
BAB III 4N
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan-


tahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap
tahapan maupun bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus
dilalui dengan teliti. Untuk mendapatkan hasil penelitian mengenai penelitian ini
diperlukan data-data yang memadai untuk bisa mendapatkan hasil penelitian yang
terbaik. Dengan suatu kerangka pemecahan masalah yang jelas dan baik
diharapkan tugas akhir ini dapat di manfaatkan secara nyata serta mendapatkan
hasil yang di harapkan.

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. PGN Solution area Tangerang yang


terletak di Jl. MH. Thamrin No. KM. 2, Panunggangan Utara, Pinang 15143,
Tangerang, Banten, Indonesia.

36
37

3.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan dengan datang langsung ke


PT. PGN Solution dan ikut datang ke lapangan tempat pengambilan nilai
pengukuran serta tempat perancangan proteksi katodik tepatnya di area Modern
wilayah Cikande, Tangerang, Banten. Kegiatan pada tempat perancangan tersebut
adalah mengumpulkan data kebutuhan anoda korban yang akan dirancang, jenis
anoda korban yang digunakan dan panjang pipa jaringan bawah tanah yang akan
diproteksikan. Setelah mengetahui data-data yang dibutuhkan dalam perancangan
sistem proteksi katodik, metode selanjutnya adalah menghitung desain anoda
korban dan kotak uji (test box) yang akan dirancang.

3.3 Kerangka Pemecahan Masalah

Untuk mempermudah di dalam penyelesaian penelitian tentang


perancangan sistem proteksi katodik dengan metode anoda korban (sucrifical
anode), maka digunakan Flowchart kerangka pemecahan masalah sebagai berikut
:

Mulai

Menentukan Judul Penelitian

Studi literature dari berbagai buku, Menentukan


jurnal ilmiah maupun manual book Rumusan Masalah
terkait korosi dan pencegahannya dan Batasan Masalah

A
38

Studi Wawancara :

Melakukan wawancara langsung kepada karyawan PT. PGN Solution


bagian operator dan pemeliharaan terkait dengan perancangan sistem
proteksi katodik dengan metode anoda korban (sucrifical anode)

Pengumpulan Data Primer :

Melakukan penelitian secara langsung terhadap cara


kerja sistem proteksi katodik dan cara pengoperasian
serta pengukuran sistem proteksi katodik.

Pengumpulan Data Sekunder :

Melakukan pengambilan data desain anoda korban


dan spesifikasi anoda korban pada area Modern
wilayah Cikande, Tangerang pada tanggal 29 Januari
2018 di ruang operator.

Penyimpanan Data :

Menyimpan data yang diperoleh


ke dalam flashdisk dan laptop.

B
39

Input data ke dalam perhitungan


untuk merancang sistem proteksi :

1. Data anoda korban


2. Data jaringan pipa gas
3. Data resistivitas tanah

Perhitungan dan Perancangan :

1. Perhitungan Luas Permukaan Pipa Baja


2. Perhitungan Kebutuhan Total Arus Proteksi
3. Perhitungan Berat Total Anoda
4. Perhitungan Jumlah Anoda Korban
5. Perhitungan Jarak Pemasangan Anoda Korban
6. Perhitungan Tahanan Anoda Korban
7. Perhitungan Keluaran Arus

Apakah sesuai Standard :


SALAH
Hasil pengukuran harus lebih dari
(-850mV) dan kurang dari
(-1500mV)

BENAR
C
40

Analisa :

- Pengaruh potensial arus terhadap kinerja sistem


proteksi katodik.
- Pengaruh resistivitas tanah terhadap sistem
proteksi katodik.

Membuat Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi yang diperlukan


dalam penelitian. Untuk mendapatkan data yang maksimal dari penulisan proyek
akhir ini, maka diperlukan teori berupa informasi dan keterangan data-data akurat
sebagai landasan penulisan dan penyusunannya.
Data-data tersebut diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :
1. Data Primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
aslinya baik secara wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok,
maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian, atau hasil pengujian. Dalam
hal ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuisioner atau
dengan cara mengamati/observasi.
41

2. Data Sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung;
misalnya melalui buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip; baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dalam hal ini
peneliti mengumpulkan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat
kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan
penelitiannya.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Dalam teknik pengolahan data ini penulis ingin menjabarkan tentang
pengolahan data yang didapat oleh penulis dari metode pengumpulan data untuk
mengerjakan proyek akhir ini. Dimana penulis menjelaskan langkah – langkah
pengolahan data sebagai berikut ;

1. Permasalahan korosi yang terjadi pada pipa gas di PT PGN Solution.


2. Usaha penanggulangan terhadap permasalahan tersebut.
3. Mengkombinasikan antara data yang didapat secara langsung dan teori.
Data yang dikumpulkan kemudian diolah agar dapat digunakan dalam
penelitian. Sehingga mendapatkan hasil yang benar dalam perancangan ini.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisa data penelitian dilakukan dengan menggunakan anlisis


perbandingan data hasil pengukuran yang dilakukan setelah perancangan sistem
proteksi katodik dengan metode anoda korban (sacrifical anode). Tahap ini
merupakan tahap akhir yang merupakan analisa dari hasil pengamatan serta yang
merupakan ringkasan dari hasil penelitian secara menyeluruh yang memberikan
jawaban terhadap tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal penelitian dan
dilanjutkan dengan pemberian saran dalam rangka perbaikan dan peningkatan
perusahaan di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai