Disusun oleh :
Bagas Rachmat Virgiantoro
201412073
Telah selesai dan melakukan ujian sidang skripsi pada jurusan Teknik Mesin
STT-PLN, yang dilaksanakn pada tanggal 23 Agustus 2018.
Mengetahui, Disetujui,
Kepala Departemen Mesin Pembimbing I
i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
PANITIA PENGUJI
Telah disetujui dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin pada Jurusan Teknik Mesin STT-PLN,
yang diujikan pada tanggal 23 Agustus 2018.
(Drs. Prayudi.,MM.,MT)
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya ilmiah saya sendiri dan bukan
merupakan tiruan, salinan atau duplikasi dari skripsi yang telah dipergunakan
untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Mesin baik di lingkungan Sekolah
Tinggi Teknik – PLN maupun di perguruan tinggi lain, serta belum pernah
dipublikasikan.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta
bersedia memikul segala resiko jika ternyata pernyataan diatas tidak benar.
6000
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
NIM : 201412073
Terima kasih yang sama saya sampaikan kepada Bapak Dede Priatna selaku
Manager area Tangerang yang telah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian
Skripsi di Perusahaan yang Bapak pimpin.
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis mendapatkan kesempatan dan kemudahan
untuk menyelesaikan Skripsi/Proyek Akhir yang berjudul “PERHITUNGAN
PROTEKSI KATODIK (SACRIFICAL ANODE) PADA PIPA DISTRIBUSI
DAN TRANSMISI GAS AREA MODERN MILIK PT. PGN”. Sholawat serta
salam penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
Skripsi ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Prayudi, MM, MT. selaku Kepala Program Studi Teknik Mesin
Sekolah Tinggi Teknik PLN.
2. Bapak Ir. Sudirmanto, MM. selaku Pembimbing yang telah memberikan
dukungan serta bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi/Proyek Akhir.
3. Bapak Dede Priatna selaku Manager PT. PGN Solution area Tangerang yang
telah memberikan izinnya kepada penulis untuk dapat melaksanakan Penelitian
di PT. PGN Solution.
4. Bapak Heri Permadi selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan
waktu dan materi kepada penulis selama melaksanakan Penelitian di PT. PGN
Solution.
5. Kedua Orang Tua atas jasa-jasa beliau dan doanya yang telah dengan ikhlas
mendidik dan member kasih sayang sepanjang masa.
6. Rekan-rekan kerja di PT. PGN Solution yang telah memberikan dukungan,
materi dan informasi dalam melaksanakan Penelitian.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik PLN angkatan
2014, yang selalu menjadi semangat dan selalu menjadikan suasana kuliah
menjadi berkesan.
Penulis berharap Skripsi ini bermanfaat untuk pribadi, akademi, instansi
atau perusahaan, serta orang lain yang membacanya. Dengan segala keterbatasan
dalam menyelesaikan Skripsi ini, tentunya kesalahan dan kekurangan pasti ada,
vii
untuk itu penulis menerima segala kritik maupun saran yang membangun untuk
penyempurnaan Skripsi ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Abstrak ................................................................................................................ v
Abstract .............................................................................................................. vi
ix
2.2 Definisi Korosi ............................................................................... 8
2.2.1 Proses Terjadinya Korosi ................................................ 9
2.2.2 Jenis-Jenis Korosi Pada Pipa ........................................... 12
2.2.3 Mekanisme Korosi........................................................... 15
2.2.4 Klasifikasi Korosi Ditinjau Dari Resistivitas Tanah ....... 15
2.2.5 Dampak Korosi ................................................................ 15
2.2.6 Sel Korosi Pada Pipa Baja ............................................... 16
2.2.7 Kerugian Korosi .............................................................. 18
2.2.8 Pengendalian Korosi ........................................................ 19
2.2.9 Perbandingan Sistem Proteksi ......................................... 22
2.2.10 Deret Volta Dan Potensial Reduksi ................................. 22
2.3 Proteksi Katodik ............................................................................. 25
2.3.1 Proteksi Katodik Sacrifical Anode .................................. 26
2.3.2 Jenis-Jenis Anoda Korban ............................................... 28
2.3.3 Perancangan Anoda Korban ............................................ 30
2.3.4 Anoda Korban Lingkungan Tanah .................................. 31
2.4 Desain Anoda Korban .................................................................... 32
2.4.1 Tahap-tahap Perhitungan Sistem Anoda Korban ............ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 37
3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 37
3.2 Metode Penelitian........................................................................ 38
3.3 Flowchart Pemecahan Masalah ................................................... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41
3.5 Teknik Pengolahan Data ............................................................. 42
3.6 Teknik Analisi Data .................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43
4.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 43
4.1.1 Data Perhitungan ............................................................. 44
4.2 Pembahasan ................................................................................. 44
4.2.1 Perhitungan Sistem Proteksi Katodik .............................. 45
4.3 Perancangan Sistem Proteksi Katodik ........................................ 48
x
4.3.1 Desain Anoda Korban ..................................................... 48
4.3.2 Desain Kotak Uji (Test Box) ........................................... 49
4.4 Pengukuran Setelah Perancangan ............................................... 52
4.4.1 Pengukuran Nilai Proteksi Pipa ....................................... 52
4.4.2 Pengukuran Nilai Potensial Anoda .................................. 54
4.4.3 Pengukuran Nilai Potensial Arus..................................... 55
4.5 Analisa Hasil Pengukuran ........................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.5 Sketsa Perancangan Sistem Proteksi Katodik ............................... 51
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Seandainya Indonesia bsa mencegah kerugian korosi 0.5 Trilyun Rupiah saja per
tahun, maka setiap 2 tahun akan muncul lahan pekerjaan baru untuk warga negara
Indonesia.
Sekedar ilustrasi, tidak jarang bis malam atau truk pengangkut barang
kehilangan kendali karena rem blong akibat pipa hidrolis bocor terserang korosi.
Kapal yang sarat penumpang tenggelam karena plat-plat bocor terserang korosi,
pesawat gagal mendarat karena landing gear tidak berfungsi akibat sistem
hidrolisnya bocor.
Jelas serangan korosi merupakan bahaya yang sangat besar, bahkan
akibatnya lebih besar dari pada bencana alam, namun karena keawaman kita
terhadap kejahatan serangan korosi maka bahaya dan kerugian yang sedemikian
besar itu terjadi tanpa kita sadari atau ketahui. Ironinya kita dengan sukarela
menerima segala resiko kerugian tersebut. Contoh yang paling mudah misalnya
jika knalpot mobil/motor kita bocor, paling dengan sedikit menggurutu kita bawa
kendaraan ke bengkel untuk memperbaiki atau bahkan menggantinya dengan
biaya yang tidak murah. Padahal serangan korosi tersebut dapat dihambat
sehingga biaya yang dikeluarkan tidak menjadi sangat mahal. Karena itulah
seorang corrosion engineer selalu mengingatkan bahwa pencegahan korosi dengan
berbagai cara adalah sebuah investasi jangka panjang.
Dalam industri dunia minyak dan gas, penggunaan jaringan pipa
merupakan salah satu elemen yang memegang penting yaitu sebagai rantai
produksi. Jaringan pipa digunakan sebagai alat distribusi berbagai kebutuhan
industri misalnya minyak, air dan gas. Untuk mempermudah penataan dan
penempatan jaringan pipa tersebut, maka jaringan pipa biasanya ditempatkan
dalam tanah. Namun penempatan jaringan pipa dalam tanah dapat mengakibatkan
korosi pada pipa, hal ini terjadi karena tanah merupakan media korosif. Untuk
mencegah terjadinya korosi pada jaringan pipa tersebut maka dilakukan langkah
pencegahan, salah satunya dengan penerapan metode Proteksi Katodik (Sacrifical
Anode). Perusahaan menetapkan sistem pemeliharaan jaringan dan fasilitas pipa
distribusi yang efektif untuk meyakinkan pengoperasian aman dan handal.
3
PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) saat ini memiliki infrastruktur pipa
gas total sepanjang 6.000 Km, dimana 2.000 Km berstatus pipa open acces yang
digunakan sebagai pipa jaringan transmisi gas dan 4.000 Km merupakan pipa
dedicated hilir yang digunakan sebagai pipa jaringan distribusi untuk pelanggan
PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).
Maka dari itu untuk mengendalikan atau memperlambat terjadinya korosi
pada jaringan pipa gas PGN, dibuatlah suatu perancangan sistem proteksi katodik
yang dapat mengendalikan atau memperlambat proses terjadinya korosi pada pipa
jaringan gas bawah tanah milik PT. PGN.
Untuk itu, pada penulisan proyek akhir ini saya mengambil judul
“Perancangan system Proteksi Katodik(Sacrifical Anode) pada pipa jaringan
distribusi dan transmisi gas bawah tanah milik PT. PGN area modern”.
1.4 Hipotesis
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah yang akan ditteliti,
rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan pipa transmisi didefinisikan sebagai satu atau lebih ruas pipa,
biasanya saling terkoneksi satu sama lain membentuk jaringan, yang
mentransportasikan gas dari sistem pengumpul, outlet gas processing plant, atau
lapangan penimbun ke jaringan pipa distribusi tekanan tinggi atau rendah.
Sementara, jaringan pipa distribusi gas merupakan sarana untuk mengalirkan gas
bumi dari pipa transmisi ke pelanggan industri atau dari stasiun gas kota (city
gate) ke pelanggan di kota atau daerah menggunakan pipa induk dan pipa servis.
PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) sendiri saat ini memiliki infrastruktur
pipa gas total sepanjang 6.000 Km, dimana 2.000 Km berstatus pipa open acces
yang digunakan sebagai pipa jaringan transmisi gas dan 4.000 Km merupakan
pipa dedicated hilir yang digunakan sebagai pipa jaringan distribusi untuk
pelanggan PT. Perusahaan Gas Negara (PGN).
Bahan pipa yang digunakan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN)
memiliki jenis dan kriteria yang berbeda, tergantung dengan kebutuhan atau
tempat pemasangan. Klasifikasi serta bahan pipa yang digunakan dapat dilihat
pada tabel 2.1, sebagai berikut:
7
8
berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu
zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi atau perkaratan logam juga dikenal
sebagai proses oksidasi sebuah logam dengan udara atau elektrolit lainnya,
dimana udara atau elektrolit akan mengami reduksi, sehingga proses korosi
merupakan proses elektrokimia.
Korosi dapat terjadi karena adanya sel korosi yaitu sel yang terdiri dari 4
faktor :
1. Logam yang menjadi anoda
2. Logam yang menjadi katoda
3. Adaya larutan elektrolit
4. Adanya konduktor listrik
b. Uniform Corrosion (Korosi merata), yaitu korosi yang terjadi secara merata
pada permukaan baja.
d. Crevice Corrosion (Korosi celah), yaitu korosi yang terjadi pada celah baja.
Pipa baja tertanam didalam tanah merupakan objek yang rentan akan
terjadinya sel korosi. Sel korosi yang dialami oleh pipa baja kemungkinan besar
adalah sebagai berikut :
Namun yang paling mahal biaya kerugian tidak langsung yang harus
ditanggung, seperti :
Korosi dalah proses alam, pasti akan terjadi, tetapi dengan teknologi
korosi dapat dikendalikan. Ditinjau dari definisinya, konsep pengendalian korosi
adalah :
digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan menghambat
proses oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan logam.
Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di dalam tanah
harus dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang logam yang
lebih aktif, seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn) ditanam di dekat pipa
dan di hubungkan dengan kawat, batang magnesium akan mengalami oksidasi dan
Mg yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu sehingga dengan
demikian pipa yang terbuat dari besi itu terlindung dari korosi. Korosi besi ini
juga dapat dicegah dengan menghubungkan besi tersebut dengan kutub negatif
sumber listrik.
Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi komponen baja
jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang berada dalam
lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif sulit dilakukan
teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran elektron dari bagian
tiang pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan perubahan logam menjadi
ion logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa baja lain yang karena kualitas baja
atau kondisi lingkungannya menjadi katoda. Pada proteksi katodik, terjadinya
kerusakan baja akibat aliran elektron dari anoda ke katoda ditanggulangi dengan
memberikan pasokan elektron secukupnya pada seluruh struktur baja yang
dilindungi atau dengan kata lain menjadikan seluruh struktur baja tersebut
menjadi katoda yang kaya akan elektron.
Dilihat dari cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam 2
cara, yaitu sebagai berikut :
a. Metoda Anoda Korban (Sacricifial Anode)
yaitu pasokan elektron dilakukan dengan cara menghubungkan pipa baja
dengan logam lain sebagai anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah.
Pada cara ini terjadi aliran elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah
ke pipa baja yang potensialnya lebih tinggi. Dengan demikian maka pipa baja
akan terlindung dari korosi namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam
waktu tertentu akan rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau diperbaharui.
21
K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – (H O) –Zn– Cr –
2
Fe– Cd – Co – Ni – Sn – Pb – (H) – Cu – Hg – Ag –
Pt - Au
Gambar 2.12 Deret Volta.
Makin kekiri letak suatu logam dalam deret volta sifat reduktornya makin
kuat. Oleh karena itu suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion
disebelah kanannya tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion disebelah kirinya.
Saat ini diketahui jumlah logam yang terdapat dalam system periodik
unsur berjumlah 70 jenis yang sebagian besar tidak diketahui pada jaman volta.
Sehingga tidak praktis logam tersebut disusun dalam deret volta untuk dihafalkan.
Maka pada dasawarsa kedua abad ke-20 para ahli kimia mengemukakan konsep
potensial reduksi (potensial elektroda) untuk mengethui dan mengukur kekuatan
sifat reduktor logam-logam.
Potensial reduksi, dengan lambing E didefinisikan sebagai potensial
listrik yang ditimbulkan apabila suatu ion logam menangkap elektron (mengalami
reduksi) menjadi logamnya. Makin mudah suatu ion logam mengalami reduksi,
makin besar potensial reduksi (E) yang ditimbulkan. Dengan demikian unsur-
unsur dalam deret voltadari kiri ke kanan memiliki harga potensial reduksi yang
makin besar. Akan tetapi, harga E dari suatu reaksi reduksi tidak dapat dikukur
langsung sebab tidak mungkin reaksi reduksi berjalan sendiri tanpa ditemani
reaksi oksidasi. Oleh karena itu harga E yang kita pakai adalah E relatife (Er)
yang dibandingkan dengan suatu standar. Menurut perjnjian, unsur yang
24
No METAL VOLTS
3 Zinc -1.1
9 Lead -0.5
10 Mild steel in concrete -0.2
11 Coper, brass, bronze -0.2
12 High Silicon cast iron -0.2
13 Mill Scale on steel -0.2
14 Carbon, Graphic, coke +0.3
memisahkan bagian yang bersifat sebagai anoda tadi ke tempat lain yang masih
berada dalam lingkungan elektronik sama dan dihubungkan secara elektrikal
dengan logam tadi. Daerah anodik sekarang terisolasi, dan logam tidak terkorosi
lagi. Dengan mengisolasi anoda baru ini, maka seluruh logam sekarang bersifat
sebagai katoda dan tidak terkorosi.Ini adalah konsep dasar dari proteksi katodik.
Dalam keadaan terproteksi katodik, logam yang diproteksi dialiri arus
listrik melalui anoda dan lingkungan menuju logam, atau logam dibanjiri dengan
elektron.
Ada tiga jenis anoda korban yang umum digunakan dalam praktek, yaitu
paduan Magnesium (Mg), paduan Seng (Zn), dan paduan Alumunium (Al),
dimana :
a. Anoda Magnesium terutama digunakan untuk lingkungan tanah karena daya
dorong listriknya paling tinggu, dan keluar arusnya juga besar. Di samping itu
anoda magnesium juga digunakan untuk air tawar/ rawa, dan tangka air.
Penggunaannya di lingkungan laut sangat terbatas.
b. Anoda Seng adalah yang paling dapat diandalkan dan sangat luas
penggunaannya, baik untuk lingkungan tanah dengan resistivitas rendah
maupun lingkungan laut. Belakangan ini anoda seng terdesak oleh anoda
aluminium untuk penggunaannya di laut lepas pantai. Tetapi untuk pipa atau
struktur yang berada dalam lumpur anoda seng masih tetap unggul.
c. Anoda Alumunium yang merupakan pendatang baru telah medesak anoda seng
karena lebih ekonomis untuk penggunaan di laut lepas pantai. Kinerja anoda
aluminium sangat dipengaruhi oleh komposisi kimianya. Anoda aluminium
tidak dgunakan dalam keadaan murni, karena mudah membentuk lapisan pasif.
Untuk memperbaiki kinerjanya ditambahkan logam paduan iodium. Unsur
pemadu merkuri pada saat ini telah tidak digunaka lagi karena dapat
mencemari lingkungan. Sayangnya masih banyak dilaporkan kegagalan-
kegagalan dari penggunaan logam aluminium. Di Indonesia kegagalan dari
anoda ini banyak dilaporkan oleh perusahaan pelayaran.
Penggunaan anoda aluminium untuk struktur di lingkungan laut harus
sangat hati-hati dalam penentuan kualitas anodanya, kesalahan yang mungkin
dilakukan adalah masalah komposisi anoda, dimana kinerja anoda ini akan banyak
terpengaruh. Perselisihan yang terjadi anara kontraktor, pemilik struktur dan
produsen anoda biasanya disekitar ini. Berikut adalah sifat-sifat dari anoda korban
berdasarkan Massa Jenis, Potensial (V), Tegangan Dorong, Kapasitas dan
Efisiensinya :
29
Efisiensi, % 50 95 50-95
Lingkungan/
Resistivitas Anoda Mg Anoda Zn Anoda Al
(Ohm-cm)
Mg (-1.7V)
4000 – 6000 ----------- -----------
Dengan backfill
Sistem anoda korban digunakan pada struktur pipa bawah tanah adalah
menggunakan anoda jenis magnesium dan Zinc. Berikut merupakan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam memilih jenis anoda tersebut, yaitu :
1 Penggunaan Anoda Magnesium
a. Anoda Magnesium dapat digunakan sampai resistivitas tanah sekitar 6000
ohm-cm, di atas nilai tersebut kurang efisien dan mahal.
b. Arus proteksi dapat didistribusikan dengan mudah, dengan memasangnya
sepanjang jalur pipa.
c. Proteksi katodik dengan anoda Mg, selalu lebih mahal dari yang lain
d. Anoda menjadi lebh efisien kalua arus proteksi kecil, atau struktur yang
diproteksi sedikit.
2 Penggunaan Anoda Zinc
a. Karena tegangan dorongannya rendah, maka anoda Zn hanya digunakan
untuk tanah dengan resistivitas rendah, sampai maksimum 1500 ohm-
cm.Belakangan orang menerapkan sampai resistivitas 3000 ohm-cm
(publikasi tahun 1998)
b. Over protksi tidak terjadi seperti halnya anoda Mg
c. Dengan anoda Zn dapat didisain umur proteksi 20-40 tahun, sedangkan
dengan anoda Mg, umumnya kurang dari 20 tahun
32
d. Bila resistivitas tanah berubah, keluaran arus anoda Zn beruah sedikit saja,
dan seolah-olah bertindak sebagai system proteksi potensial tetap.
Tabel 2.8 Perbandingan proteksi katodik sistem anoda korban dan arus tanding.
Sistem Anoda korban Sistem Arus Tanding
Arus Anoda Kecil dan dapat Arus Proteksi yang diperlukan dapat
mengatur sendiri. diatur.
Tidak memerlukan arus listrik dari Memerlukan sumber arus listrik dari
luar. luar
Jika proteksi menurun anoda dapat Jika proteksi menurun arus bisa
ditambah. dinaikkan sampai potensial maksimal
1 Data Perancangan
Sebelum rancang bangun dilakukan pertama-tama harus diketahui data utama,
di antaranya :
Untuk melindungi coating pipa yang rusak di perlukan arus sebesar 5mA
Lp = A x Cd…………………………………………………………….(2)
Dimana : Lp = Kebutuhan total arus proteksi (A)
A = Luas permukaan pipa (m2)
Cd = Keperluan arus proteksi (mA/m2)
𝑊𝑡𝑜𝑡
n=( )…………………………………………………(4)
𝑊𝑎
Dimana : Wtot = Berat total anoda yang di perlukan (Kg)
Wa = Berat anoda yang digunakan (Kg)
𝜌 4𝑥𝐿
𝑅ℎ = ln ( − 1) …………………………………...(6)
2.𝜋.𝑙 𝐷
Dimana : Rh = Tahanan anoda yang dipasang Horizontal (ohm)
𝜋 = 3,14
L = Panjang anoda (cm)
𝜌 8𝑥𝐿
𝑅𝑣 = ln ( − 1) …………………………………...(7)
2.𝜋.𝑙 𝐷
Dimana : Rv = Tahanan anoda yang dipasang Vertikal (ohm)
𝜋 = 3,14
L = Panjang anoda (cm)
36
37
Mulai
A
38
Studi Wawancara :
Penyimpanan Data :
B
39
BENAR
C
40
Analisa :
Selesai
2. Data Sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung;
misalnya melalui buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip; baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dalam hal ini
peneliti mengumpulkan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat
kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan
penelitiannya.