SKRIPSI
Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program studi Sarjana
Teknik Peminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi, Universitas
Trisakti
Oleh
Joshua Manuturi
071001600066
FINAL ASSESMEENT
Submitted As Requirement To Obtain Undergraduate In Study Of
Petroleum Engineering, Faculty Of Earth Technology And Energy
By
Joshua Manuturi
0771001600066
SKRIPSI
Disususn Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Oleh
Joshua Manuturi
071001600066
Menyetujui
Pembimbing Mahasiswa Tugas Akhir
(Joshua Manuturi)
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Joshua Manuturi
Nim: 071001600066
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
ABSTARCT
Joshua Manuturi
Nim: 071001600066
Study Program of Petroleum Engineering, Faculty of Earth
Technology and Energy, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan membahas mengenai latar belakang,
rumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan penelitian, dan juga manfaat
dilakukannya penelitian ini.
II.4.1 Bradenhead
Dalam metode ini semen dipompakan ke dalam casing melalui tubing atau
drillpipe dengan tidak memakai packer, mendesak fluida sumur masuk ke
annulus. Metode ini dipakai secara luas pada squeeze cementing di sumur- sumur
yang dangkal, untuk penyumbatan sumur dan kadang-kadang dipakai pula dalam
menutup zona lost circulation selama operasi pemboran (Rubiandini, 2009).
metode ini membatasi tekanan pada suatu titik tertentu dari sumur (B.Nelson,
2006).
1983).
II.6.1 Accelerator
Thickening time bubur semen (cement slurry) portland tergantung pada
temperatur dan tekanan, sesuai dengan kekuatan tekanan (compressive strength)
dari semen tersebut. Additive accelerator juga dapat ditambahkan untuk
mempercepat tercapainya thickening time sehingga semen mempunyai kekuatan
tekanan yang mampu menahan beban uji sebesar 500 psi. Proses mekanisme
acceleration didalam bubur semen hingga saat ini belum dipahami secara
seluruhnya. Suatu studi telah menemukan pengaruh dari zat aditif (CaCl2)
terhadap laju hidrasi dan pengembangan kekuatan tekan yang lebih dini. Sehingga
acceleration oleh CaCl2 tidak menyatu dengan produk hidrasi baru tetapi hanya
mempengaruhi laju hidrasi dimana semen tersebut ditempatkan. Dengan kata lain
CaCl2 mempercepat pembentukan Ca(OH)6 (Rubiandini, 2009).
II.6.2 Retarder
Retarder adalah zat kimia yang digunakan untuk memperlambat setting
semen (kebalikan dari accelerator). Zat ini diperlukan untuk mendapatkan waktu
yang cukup dalam penempatan semen. Retarder yang tersedia dipasaran antar lain
: salt (D44), lignosulfonate dan turunannya (D13, D81, D800, dan D801, turunan
sellulosa (D8), dan polyhydroxy organik acid dan sugar additive (D25, D109)
(Rubiandini, 2009).
II.6.3 Dispersant
Dispersant biasanya digunakan untuk mengontrol rheologi bubur semen agar
pemompaan yang rendah menghasilkan aliran turbulen yang tinggi. Hal ini
diperlukan untuk mengangkat sisa-sisa lumpur yang masih terdapat dalam kolom
annulus. Selain itu dispersant juga dapat menurunkan kadar air dalam semen,
sehingga akan menaikkan kekuatan semen tersebut.
II.6.4 Extenders
Extenders digunakan untuk menurunkan densitas bubur semen, sehingga
tekanan hidrostatik dasar sumur relatif lebih kecil selama penyemenan. Selain
itu,extanders dapat menaikkan yield bubur semen. Material yang termasuk
extenders antara lain bentonite, D-75, silicates, litepi D-124 dan lain-lain
(Rubiandini, 2009).
(II.1)
Keterangan:
Dbs= Densitas suspensi semen, ppg
Gbk=Berat bubuk semen, lbs
Vbk= Berat bubuk semen, lbs
Gw= Berat air, lbs
Ga= Berat aditif, lbs
Vbk = Volume bubuk semen, gallon 452
Vw= Volume air, gallon
Va= Volume aditif, gallon
II.9.2 Strength
Kekuatan semen yang akan dipergunakan perlu diketahui, maka dilakukan
uji pengetesan terhadap compressive strength dan shear strength. Compressive
strength merupakan kekuatan semen untuk menahan tekanan yang berasal dari
formasi maupun casing. shear strength adalah kekuatan semen dalam menahan
berat atau beban casing. Perbandingan antara compressive strength dengan shear
strength adalah bisa mencapai 10:1. Apabila semen dengan shear strength 10 Psi
maka compressive strength nya sebesar 100 Psi. Beberapa faktor untuk
menentukan lamanya pengerasan yang berkaitan dengan kekuatan semen yaitu
menentukan nilai cement strength yang diperlukan agar pada pemboran
selanjutnya dapat dilakukan dan dapat mengetahui karakteristik peningkatan
cement strength yang digunakan (Rubiandini, 2009).
II.9.6. Permeabilitas
Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras, dan bermakna sama
dengan permeabilitas pada batuan formasi yang berarti kemampuan untuk
mengalirkan fluida. Semakin besar permeabilitas semen maka semakin banyak
fluida yang dapat melalui semen tersebut, dan begitu pula untuk keadaan yang
sebaliknya. Dalam hasil penyemenan, permeabilitas semen yang diinginkan
adalah tidak ada atau sekecil mungkin. Karena bila permeabilitas semen besar
akan menyebabkan terjadinya kontak fluida antara formasi dengan annulus dan
strength semen berkurang, sehingga fungsi semen tidak akan seperti yang
diinginkan, yaitu menyekat casing dengan fluida formasi yang korosif.
Bertambahnya permeabilitas semen dapat disebabkan karena air pencampur
terlalu banyak, karena kelebihan aditif atau temperatur formasi yang terlalu tinggi.
Perhitungan permeabilitas semen di laboratorium dapat dilakukan dengan
menggunakan cement permeameter. Dengan menggunakan sampel semen,
permeabilitas diukur dengan mengukur laju alir air yang melalui luas permukaan
sampel yang diberi perbedaan tekanan sepanjang sampel tersebut. Perhitungan
permeabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Darcy berikut:
(Rubiandini, 2009).
(II.2)
Keterangan:
k = Permeabilitas, D
q = Laju alir, ml/s
μ = Viscositas air, cp
L = Panjang sampel, cm
A = Luas permukaan sampel, cm2
P = Perbedaan tekanan, atm
II.9.7 Viskositas
Viskositas dalam penyemenan memiliki hubungan dengan daya ikat. Bubur
semen harus memiliki consistency yang cukup agar memiliki viskositas yang baik
sehingga memiliki daya ikat yang baik. Consistency berfungsi untuk membedakan
viskositas bubur semen karena bubur semen merupakan fluida non-Newtonian.
Untuk mendapatkan nilai consistency yang baik maka komposisi antara air dan
semen harus seimbang.Viskositas optimum dari bubur semen adalah antara 5 – 11
µc, bila nilainya lebih kecil dari nilai optimum maka lebih dari 1% air dibebaskan
serta adanya pemisahan partikel – partikel yang berat, sedangkan bila viskositas
berada diatas nilai optimum maka akan sulit dipompakan sehingga pemompaan
memerlukan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu, diperlukan pengontrolan
terhadap air dan aditif yang tercampur kedalam bubur semen (Rubiandini, 2009).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang akan dipaparkan adalah mulai dari design penelitian,
mekanisme pengumpulan data dan proses analisis perbandingan. Penelitian ini
menggunakan studi literatur sebagai sarana untuk memperoleh data, yang berarti
data dari penelitian ini didapatkan dari penelitian-penelitian yang dilakukan
sebelumnya.
IV.3 Data Produksi (rate, GOR, Wc, Producing Fluid level, BHP)
IV.3.1 Data Produksi Sumur A1 Lapangan A
IV.3.2 Data Produksi Sumur B1 Di Lapangan B
IV.3.3 Data Produksi Sumur C1 Di Lapangan C
IV.3.4 Data Produksi Sumur D1 Di Lapangan D
IV.3.5 Data Produksi Sumur E1 Di Lapangan E
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN