Anda di halaman 1dari 37

ANALISA PERBANDINGAN METODA DAN ZAT ADDITIF

SQUEEZE CEMENTING PADA PERBAIKAN BOUNDING


SEMEN SUMUR MINYAK
(STUDI KASUS PADA SUMUR DI LAPANGAN R,Z,KS)

SKRIPSI
Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program studi Sarjana
Teknik Peminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi, Universitas
Trisakti

Oleh
Joshua Manuturi
071001600066

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTASS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020
COMPARATIVE ANALYSIS OF SQUEEZE CEMENTING
METHODS AND ADDITIVES IN OIL WELL CEMENT
REPAIR
(CASE STUDY ON WELLS IN THE FIELD R, Z, KS)

FINAL ASSESMEENT
Submitted As Requirement To Obtain Undergraduate In Study Of
Petroleum Engineering, Faculty Of Earth Technology And Energy

By
Joshua Manuturi
0771001600066

PETROLEUM ENGINEERING DEPARTMENT


FACULTY OF EARTH TECHNOLGY AND ENERGY
TRISAKTI UNIVERSITY
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA PERBANDINGAN METODA DAN TEKANAN
SQUEEZE CEMENTING PADA PERBAIKAN SEMEN SUMUR
MINYAK
(STUDI KASUS PADA SUMUR DI LAPANGAN R,Z,KS)

SKRIPSI
Disususn Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Joshua Manuturi
071001600066

Menyetujui
Pembimbing Mahasiswa Tugas Akhir

(……………………) (Joshua Manuturi)


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Joshua Manuturi


Nim : 071001600066
Program studi :Teknik Perminyakan
Fakultas : Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Trisakti Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non-exclusive-Royalty-
FreeRight) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisa Perbandingan Metoda
Dan Zat Additif Squeeze Cementing Pada Perbaikan Semen Sumur Minyak (Studi
Kasus Pada Sumur Di Lapangan R,Z,KS) beserta perangkat yang ada (jika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non ekslusif ini Universitas Trisakti
berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan menyebarkan skripsi saya sesuai aturan,
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 12 Mei 2020

(Joshua Manuturi)
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan, Fakultas


Teknologi Kebumian dan Energi, Usakti yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Joshua Manuturi


Nim : 071001600066

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul:


ANALISA PERBANDINGAN METODA DAN ZAT ADDITIF
SQUEEZE CEMENTING PADA PERBAIKAN SEMEN SUMUR
MINYAK
(STUDI KASUS PADA SUMUR DI LAPANGAN R,Z,KS)
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari
peniruan terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain
ditunjuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam
skripsi ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Jakarta, 12 Mei 2020


(Joshua Manuturi)
KATA PENGANTAR
ABSTRAK

Analisa Perbandingan Metoda Dan Zat Additf Squeeze Cementing Pada


Perbaikan Semen Sumur Minyak
(Studi Kasus Pada Sumur Di Lapangan R,Z,KS)

Joshua Manuturi
Nim: 071001600066
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi,
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
ABSTARCT

Comparative Analysis of Squeeze Cementing Methods and


Additives in Oil Well Cement Repair
(Case Study on Wells in Field R, Z, KS)

Joshua Manuturi
Nim: 071001600066
Study Program of Petroleum Engineering, Faculty of Earth
Technology and Energy, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan membahas mengenai latar belakang,
rumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan penelitian, dan juga manfaat
dilakukannya penelitian ini.

I.1 Latar Belakang Dan Deskripsi Permasalahan


Penyemenan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam suatu operasi pemboran karena dapat menentukan keberhasilan dari
suatu proses komplesi dari sumur itu sendiri. Selain itu, merupakan aspek yang
sangat penting untuk diperhatikan, baik sumur minyak maupun gas.
Penyemenan adalah proses pendorongan sejumlah suspensi bubur semen
(slurry) yang mengalir dari bawah sepatu casing hingga naik ke annulus di
antara casing dan formasi. Bubur semen tersebut akan mengeras sehingga
mengikat antara casing dengan dinding lubang bor atau casing dengan casing.
Keberhasilan suatu operasi pemboran dapat dilihat dari keberhasilan dalam
kerjaan penyemenan. Penyemenan berpengaruh dalam kelanjutan umur sumur
produksi, untuk diperbaiki atau ditutup. Upaya mengantisipasi masalah tersebut
perlu perancangan pekerjaan penyemenan yang baik.
Beberapa teknik penyemenan, antara lain teknik penyemenan dengan cara
memberikan tekanan pada bubur semen (slurry) yang dikenal dengan squeeze
cementing. Squeeze cementing ialah bubur semen (slurry) yang diberi tekanan
hingga terdorong ke bawah sampai pada titik tertentu di dalam sumur. Pekerjaan
ini untuk memperbaiki sumur tersebut. Problem yang sering dihadapi pada
sumur minyak ialah pengisolasian air dibawah lubang sumur. Solusinya
adalah dengan mempergunakan bubur semen dan penentuan tekanan squeeze.
Squeeze cementing saat ini juga dipergunakan untuk memisahkan zona penghasil
hidrokarbon dari zona yang menghasilkan fluida lainnya.
 Metode squeeze cementing yang saat ini digunakan terdapat beberapa jenis,
yaitu yang pertama Bradenhead Method dalam metode ini drill pipe diturunkan
hingga berada tepat diatas perforasi (atau zona) yang akan mendapatkan squeezed
off. Kemudian semen ditempatkan guna menutupi zona tersebut, pipe rams lalu
ditutup dan diterapkan tekanan hasil perhitungan dari permukaan guna melakukan
squeeze off terhadap perforasi tersebut. Kedua ada Packer Squeeze Method pada
metode ini retrievable packer atau retainer packer diturunkan hingga berada tepat
diatas zoana yang akan di sqieezed off. Retrievable packer, ditempatkan pada pipa
bor. Retainer packer dijalankan dengan wire line dan diset dengan special setting
kit. Jika volume total semen telah di squeezed off, maka semen berlebih harus
dipompakan agar kembali sehingga tidak akan menyemen pipa bor. Ketiga ada
Hesitation Squeeze metode ini secara khusus digunakan pada zona dengan
permeabilitas rendah. Sebuah pipa bor digunakan dalam menempatkan semen
sepanjang zone of interest dan bubur semen dipompa dan dihesitasi. Keempat ada
Plugging-back Operation operasi ini meliputi penempatan cement plug sepanjang
zona yang akan di plug off. Kelima ada Balanced Plug Method pada metode ini
hanya digunakan pipa bor. Pre-flush dipompakan sebelum semen dan lalu diikuti
oleh fluida pembatas (spacer). Prinsipnya adalah menempatkan kolom semen
pada pipa bor yang tingginya harus sama dengan yang terdapat pada annulus.
Semen yang akan digunakan pada sumur-sumur minyak biasanya
ditambahkan suatu aditif untuk mendapatkan karakteristik semen yang sesuai de
ngan kebutuhan Additive semen atau zat-zat tambahan adalah material-material
yang ditambahkan pada semen untuk memberi variasi yang lebih luas pada sifat-
sifat suspensi semen agar memenuhi persyaratan yang diinginkan. Sampai
sekarang ini lebih dari 100 additive yang telah dikenal dalam operasi penyemenan
di dunia perminyakan. Umumnya additive-additive tersebut berupa bubuk yang
dapat dicampur dengan bubuk semen, sebelum diaduk dengan air. Kuantitatif
additive dalam suspensi semen biasanya dinyatakan dalam persen berat bubuk
semen % BWOC (by weight on cement).

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan coba diselesaikan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi dan karakteristik sumur dalam kegiatan squeeze
cementing dalam analisis studi kasus pada sumur r,z,ks disetiap lapangan?
2. Bagaimana metoda yang dilakukan pada kegiatan squeeze cementing
dalam analisi studi kasu pada sumur r,z,ks disetiap lapangan?
3. Bagaimana penggunaan zat additive untuk squeeze cementing dalam studi
kasus pada sumur r,z,ks disetiap lapangan?
4. Bagaimana perbandingan hasil penggunaaan metoda dan zat additif yang
digunakan untuk squeeze cementing dalam studi kasus pada sumur r,z,ks
disetiap lapangan?

I.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian


1. Mengetahui kondisi dan karakteristik sumur dalam kegiatan squeeze
cementing dalam studi kasus pada setiap lapangan.
2. Mengetahui metoda yang dilakukan pada kegiatan squeeze cementing
dalam studi kasus pada setiap lapangan.
3. Mengetahui penggunaan zat additive untuk squeeze cementing dalam studi
kasus pada setiap lapangan.
4. Mengetahui perbandingan hasil penggunaaan metoda dan zat additif yang
digunakan untuk squeeze cementing dalam studi kasus pada setiap
lapangan.

I.4 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Masalah


Penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai karakteristik sumur, metoda
dan pemilihan zat additive untuk squeeze cementing. Data yang diperoleh akan
dibandingkan diantara beberapa sumur terhadap penggunaan metoda dan zat
additive dari setiap sumur dalam melakukan pekerjaan squeeze cementing.
Tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini diawali dengan mengumpulkan
data sekunder dari tiap-tiap sumur yang dijadikan objek penelitian pada studi
kasus sumur di lapangan r,z,ks.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi metoda dan penggunaan
zat aditif yang efektif untuk squeeze cementing melalui analisis perbandingan
pada studi kasus sumur di lapangan r,z,ks.
BAB II TINJAUAN UMUM
Pada bab II ini akan menyajikan tinjauan teori yang akan digunakan untuk
mendukung analisis studi kasus squeeze cementing. Tinjauan teori yang akan
dibahas sebagai berikut:
II.1 Pengertian Cementing
Penyemenan suatu sumur atau yang kita lebih kenal dengan cementing
selalu terjadi karena penyemenan menjadi salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu operasi pemboran. Penyemenan pada sumur pemboran adalah
suatu proses pencampuran (mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen
(slurry) melalui casing sehingga semen mengalir ke atas melewati annulus casing
sehingga casing terikat ke formasi.
Cementing atau penyemenan adalah proses pendorongan bubur semen ke
dalam casing dan naik ke annulus yang kemudian didiamkan sampai semen
tersebut mengeras hingga mempunyai sifat melekat baik terhadap casing maupun
formasi. Proses penyemenan dilakukan pada sekeliling outside diameter casing
yang telah dimasukkan ke dalam lubang sumur. Pada dasarnya, diameter lubang
sumur bor lebih besar dari pada diameter casing, karena itu untuk memperkuat
posisi casing maka perlu dilakukan penyemenan. Penyemenan suatu sumur
merupakan salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dalam suatu operasi
pemboran. (Rubiandini, 2009)

Selain itu penyemenan juga berfungsi untuk:


1. Melekatkan pipa selubung pada dinding lubang sumur,
2. Melindungi pipa selubung dari masalah-masalah mekanis sewaktu
operasi pemboran (seperti getaran), dan
3. Melindungi pipa selubung dari fluida formasi yang bersifat korosi.

Berdasarkan tujuannya proses penyemenan dapat dibagi menjadi dua bagian,


yaitu:
1.Penyemenan awal ( primary cementing)
2.Penyemenan kedua atau perbaikan (secondary atau remedial cementing)
II.2 Primary Cementing
Primary cementing pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis
casing yang akan disemen. Penyemenan conductor casing bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi fluida pemboran (lumpur pemboran) terhadap
lapisan tanah permukaan. Penyemenan surface casing bertujuan untuk melindungi
air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat kedudukan
surface casing sebagai tempat dipasangnya alat Blow Out Preventer (BOP),
untuk menahan beban casing yang terdapat di bawahnya dan untuk mencegah
terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface
casing. Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutup tekanan
formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation. Penyemenan
production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar formasi
ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan memasuki sumur.
Selain itu untuk mengisolasi zona produktif yang akan diproduksikan fluida
formasi (perforated completion), dan juga untuk mencegah terjadinya korosi pada
casing yang disebabkan oleh material-material korosif. (Rubiandini, 2009)

II.3 Secondary Cementing


Secondary cementing dapat diartikan sebagai suatu proses pekerjaan
penyemenan kedua. Secondary cementing dapat dilakukan setelah pekerjaan
penyemenan pertama. Tujuan secondary cementing adalah untuk perbaikan
penyemenan pertama. Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat pengeboran,
penyelesaian sumur, dan kerja ulang. Kegunaan dari secondary cementing adalah :
1. Memperbaiki semen yang tidak sempurna.
2. Memperbaiki casing yang bocor.
3.Menutup lubang perforasi yang salah.
4.Menutup lubang yang sudah tidak berproduktif.
Secondary Cementing dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

II.3.1 Squeeze Cementing


Squeeze cementing adalah proses penyemanan sumur dengan menekan
sejumlah bubur semen di satu titik bermasalah pada sumur, yang bertujuan
sebagai perbaikan proses penyemenan. Squeeze cementing dilakukan untuk
pekerjaan semen casing primer cementing yang salah atau tidak efektif. Pekerjaan
ini adalah aplikasi yang paling umum dari kegiatan squeeze cementing (J,

Western, & America, 1964).

II.3.2 Plug Back Cementing


Plug Back Cementing merupakan suatu jenis penyemenan yang
biasanya digunakan untuk plugback, whipstock dan abandonment. Operasi plug
back dilakukan dengan cara mengeset plug melalui atau di atas zona pay zone
lama ketika rekomplesi di atas zona produksi yang habis diperlukan. Plug juga
mungkin digunakan dalam penyelesaian lubang terbuka untuk mematikan air
(Adams, 1985).

II.4 Metoda Squeeze Cementing


Squeeze cementing secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses
dimana slurry cement didorong menggunakan tekanan sampai pada titik tertentu
di dalam sumur untuk maksud perbaikan. Salah satu persoalan yang paling utama
pada sumur minyak atau gas adalah mengisolasi air dibawah lubang sumur.
Persoalan diselesaikan dengan mempergunakan slurry cement dan tekanan
squeeze. Berikut ini beberapa metode squeeze:

II.4.1 Bradenhead
Dalam metode ini semen dipompakan ke dalam casing melalui tubing atau
drillpipe dengan tidak memakai packer, mendesak fluida sumur masuk ke
annulus. Metode ini dipakai secara luas pada squeeze cementing di sumur- sumur
yang dangkal, untuk penyumbatan sumur dan kadang-kadang dipakai pula dalam
menutup zona lost circulation selama operasi pemboran (Rubiandini, 2009).

II.4.2 Squeeze-tool Placement


Metode ini dibagi dalam dua bagian yaitu metode retriaveble squeeze
packer dan drillable cement retainer. Pada metode retriaveble squeeze packer,
digunakan packer yang bisa diangkat kembali, sedangkan pada drilliable cement
retainer digunakan packer yang tetap. Packer ini dipasang pada tubing sedikit
diatas puncak zone yang akan di squeeze. Metode ini menggunakan packer dalam
pengaplikasianya. Jika volume total semen telah di squeeze off, maka cement yang
masih tersisa di dalam annulus harus dikeluarkan supaya tidak menyumbat pipa
bor atau tubing. Metode ini lebih baik dari pada metode bradenhead karena

metode ini membatasi tekanan pada suatu titik tertentu dari sumur (B.Nelson,

2006).

II.4.3 Hesitation Method


Metode ini mencakup penempatan semen dalam tahapan tunggal, tetapi
membagi-bagi penempatan semen alternatif pemompaan/periode menunggu
bergantian. Keuntungan memakai metode hesitasi adalah bahwa cara ini
cenderung meningkatkan pengontrolan pengumpulan padatan semen terhadap
formasi. Kecepatan pengumpulan ini diperoleh sebagai aturan umum untuk segera
menyelesaikan pekerjaan squeeze secara menyeluruh dengan berhasil
(Rubiandini, 2009).
Prinsipnya dengan mengubah-ubah tekanan pemompaan semen (hesitasi).
Cement dipompakan secara intermitten (pump on & pumpoff) dalam interval
waktu tertentu. Setelah itu tekanan ditahan selama beberapa saat lalu tekanan di
bleed off. Tekanan pompa akan naik secara perlahan, kondisi ini menunjukkan
bahwa cement telah menutupi lubang perforasi secara bertahap dan akhirnya
lubang perforasi tertutup seutuhnya (B.Nelson, 2006).
II.4.4 Balance Plug Method
Pada metode ini hanya digunakan pipa bor. Pre-flush dipompakan sebelum
semen dan lalu diikuti oleh fluida pembatas (spacer). Prinsipnya adalah
menempatkan kolom semen pada pipa bor yang tingginya harus sama dengan
yang terdapat pada anulus.

II.4.5 Plugging-back Operation


Metode ini meliputi penempatan cement plug sepanjang zona yang akan di
plug off. Plug semen digunakan untuk :
 Meninggalkan lower depleted zone.
 Plug off atau meninggalkan seluruh sumur atau sebagian dari
sebuah open hole.
 Memberikan kick of point untuk operasi side track drilling.
 Menutup zona lost circulation pada open hole.

II.5 Squeeze Cementing Packer


Packer pada squeeze cementing biasa dipakai bilamana:
1.Perkiraan tekanan squeeze akan melebihi kekuatan casing.
2.Casing sudah tua dan bisa saja ada kebocoran diatas perforasi yang akan di
squeeze.
3.Terdapat perforasi atau casing bocor yang pernah di perbaiki di atas perforasi
yang akan di squeeze.

II.5.1 Retrievable packer


Packer ini memiliki kompresi atau set ketegangan digunakan dalam proses
squeeze cementing. Alat tersebut memilik katup by pass untuk memungkinkan
sirkulasi cairan saat berjalan di dalam lubang dan setelah packer diatur. Fitur ini
memungkinkan pembersihan pahat setelah pekerjaan penyemenan selesai dan
membalikkan kelebihan bubur tanpa tekanan berlebih. Katup by pass juga
mencegah efek piston atau gesekan saat masuk atau keluar lubang biasa disebut
swabbing effect.
Keuntungan utama dari retrievable packer yang dapat diambil dibandingkan
dengan drillable packer adalah kemampuannya untuk mengatur dan melepaskan
berkali-kali, memungkinkan lebih banyak fleksibilitas (Shryock & Slagle, 1968).

II.5.2 Drillable packer or drillable retainer


Drillable packer disediakan dengan katup pressure valve . Tujuan katup ini
adalah untuk menjebak semen begitu ditempatkan. Ini sangat cocok di mana
semen memiliki kecenderungan untuk mengalir kembali setelah pekerjaan
membalikkan sirkulasi atau menarik keluar dari lubang. Squeeze cementing
dengan drillable packer ini lebih umum sekarang, karena mempertahankan sistem
penuh di bawahnya dan di daerah kosong squeeze. Ini telah terbukti cukup
berhasil dalam pekerjaan squeeze volume besar untuk memperbaiki penyemenan
primer yang salah dan untuk penutupan zona air. Packer ini dirancang sedemikian
rupa sehingga ada ketentuan untuk mengaturnya baik pada pipa bor atau pada
saluran listrik. Oleh karena itu, alat ini dapat diatur sangat dekat dengan perforasi.
Tujuannya untuk mengurangi volume cairan yang terperangkap di bawah packer
yang harus dipindahkan ke dalam perforasi sebelum squeeze cementing yang
sebenarnya dimulai. Selain itu, packer ini dapat dengan mudah dibor keluar (Toor,

1983).

II.6 Jenis Jenis Aditif Semen


Jenis aditif semen yang akan digunakan pada sumur-sumur minyak biasanya
ditambahkan untuk mendapatkan karakteristik semen yang sesuai dengan
kebutuhan. Terdiri dari beberapa jenis jenis zat aditif antara lain:

II.6.1 Accelerator
Thickening time bubur semen (cement slurry) portland tergantung pada
temperatur dan tekanan, sesuai dengan kekuatan tekanan (compressive strength)
dari semen tersebut. Additive accelerator juga dapat ditambahkan untuk
mempercepat tercapainya thickening time sehingga semen mempunyai kekuatan
tekanan yang mampu menahan beban uji sebesar 500 psi. Proses mekanisme
acceleration didalam bubur semen hingga saat ini belum dipahami secara
seluruhnya. Suatu studi telah menemukan pengaruh dari zat aditif (CaCl2)
terhadap laju hidrasi dan pengembangan kekuatan tekan yang lebih dini. Sehingga
acceleration oleh CaCl2 tidak menyatu dengan produk hidrasi baru tetapi hanya
mempengaruhi laju hidrasi dimana semen tersebut ditempatkan. Dengan kata lain
CaCl2 mempercepat pembentukan Ca(OH)6 (Rubiandini, 2009).

II.6.2 Retarder
Retarder adalah zat kimia yang digunakan untuk memperlambat setting
semen (kebalikan dari accelerator). Zat ini diperlukan untuk mendapatkan waktu
yang cukup dalam penempatan semen. Retarder yang tersedia dipasaran antar lain
: salt (D44), lignosulfonate dan turunannya (D13, D81, D800, dan D801, turunan
sellulosa (D8), dan polyhydroxy organik acid dan sugar additive (D25, D109)
(Rubiandini, 2009).

II.6.3 Dispersant
Dispersant biasanya digunakan untuk mengontrol rheologi bubur semen agar
pemompaan yang rendah menghasilkan aliran turbulen yang tinggi. Hal ini
diperlukan untuk mengangkat sisa-sisa lumpur yang masih terdapat dalam kolom
annulus. Selain itu dispersant juga dapat menurunkan kadar air dalam semen,
sehingga akan menaikkan kekuatan semen tersebut.

II.6.4 Extenders
Extenders digunakan untuk menurunkan densitas bubur semen, sehingga
tekanan hidrostatik dasar sumur relatif lebih kecil selama penyemenan. Selain
itu,extanders dapat menaikkan yield bubur semen. Material yang termasuk
extenders antara lain bentonite, D-75, silicates, litepi D-124 dan lain-lain
(Rubiandini, 2009).

II.6.5 Zat pemberat


Zat pemberat digunakan untuk menjaga tekanan hidrostatik, agar tekanan
pori yang tinggi dapat diimbangi. Pada kondisi demikian biasanya berat lumpur
yang digunakan berkisar antara 18 - 18,5 lb/gal. Material yang termasuk zat
pemberat antara lain ilmenite, hematite, dan barite (Rubiandini, 2009).

II.7 Klasifikasi Semen Berdasarkan Standarisasi API


Klasifikasi semen bersdasarkan standard American Petroleum Institute
(API) dan komposisi semen disesuaikan berdasarkan dengan kondisi sumur.
Klasifikasi semen disediakan oleh API untuk sembilan kelas semen
memungkinkan berbagai tekanan / suhu kondisiti , kekuatan awal, resistensi
sulfat, kemampuan beradaptasi terhadap modifikasi dengan akselerator dan
retarder dan tersedia kemampuan tersebut. Hal inidapat dijelaskan seperti hal di
bawah ini: (Suman & Ellis, 1977).

Tabel II.1 Klasifikasi Semen Standarisasi API


API Aplikasi
A • Digunakan pada kisaran kedalaman 0-6.000 ft.
• Digunakan pada suhu hingga 170 ° F
• Digunakan ketika properti khusus tidak diperlukan
B • .Digunakan pada kisaran kedalaman 0-6.000 ft
• Digunakan pada suhu hingga 170 ° F
• Dimaksudkan untuk digunakan ketika diperlukan resistansi
sulfat sedang sampai tinggi
C Digunakan pada kisaran kedalaman 0-6.000 ft.
• Digunakan pada suhu hingga 170 ° F
• Dimaksudkan untuk digunakan ketika kekuatan awal yang
tinggi diperlukan
D,E • Kelas D digunakan pada rentang kedalaman 6.000-10.000 ft.
• Kelas E pada kisaran kedalaman 10.000-14.000 ft.

• Kelas D digunakan pada suhu 170-260 ° F;


• kelas E pada 170-290 ° F
• Ditujukan untuk digunakan ketika suhu sedang dan tekanan
tinggi sedang ditemui
F • Digunakan pada kisaran kedalaman 10.000-16.000 ft.
• Digunakan pada suhu 230-320 ° F
G,H • Digunakan pada kisaran kedalaman 0-8.000 kaki
• Digunakan pada suhu hingga 200 ° F tanpa zat tambahan
I • Sebuah semen dasar yang kompatibel dengan akselerator
atau retarder
• Aditif dicampur di lokasi kerja

II.9 Sifat-Sifat Semen


Semen mempunyai beberapa sifat yang berpengaruh dalam proses
penyemenan dan harus disesuaikan dengan kondisi sumur. Beberapa sifat semen
yang harus dibahas yaitu :
II.9.1 Densitas
Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
berat bubuk semen, air pencampur dan aditif terhadap jumlah volume bubuk
semen, air pencampur dan aditif. Dirumuskan sebagai berikut :

(II.1)

Keterangan:
Dbs= Densitas suspensi semen, ppg
Gbk=Berat bubuk semen, lbs
Vbk= Berat bubuk semen, lbs
Gw= Berat air, lbs
Ga= Berat aditif, lbs
Vbk = Volume bubuk semen, gallon 452
Vw= Volume air, gallon
Va= Volume aditif, gallon

Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis suspensi


semen di dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan
suspensi semen, maka akan menyebabkan formasi pecah, sehingga terjadi lost
circulation. Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam operasi
primary cementing dan remedial cementing, guna menghindari terjadinya fracture
pada formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan
hal-hal berikut:
1. Menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extender.
2. Menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar volume suspensi
semen, seperti. pozzolan.
Densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila tekanan formasi cukup besar.
Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau material-material
pemberat ke dalam suspensi semen, seperti barite. Pengukuran densitas di
laboratorium berdasarkan dari data berat dan volume tiap komponen yang ada
dalam suspensi semen, sedangkan di lapangan dengan menggunakan alat
pressurized mud balance (Rubiandini, 2009).

II.9.2 Strength
Kekuatan semen yang akan dipergunakan perlu diketahui, maka dilakukan
uji pengetesan terhadap compressive strength dan shear strength. Compressive
strength merupakan kekuatan semen untuk menahan tekanan yang berasal dari
formasi maupun casing. shear strength adalah kekuatan semen dalam menahan
berat atau beban casing. Perbandingan antara compressive strength dengan shear
strength adalah bisa mencapai 10:1. Apabila semen dengan shear strength 10 Psi
maka compressive strength nya sebesar 100 Psi. Beberapa faktor untuk
menentukan lamanya pengerasan yang berkaitan dengan kekuatan semen yaitu
menentukan nilai cement strength yang diperlukan agar pada pemboran
selanjutnya dapat dilakukan dan dapat mengetahui karakteristik peningkatan
cement strength yang digunakan (Rubiandini, 2009).

II.9.3 Water Cement Ratio


Water cement ratio (WCR) ialah perbandingan antara jumlah air dan semen
yang dicampurkan untuk mendapatkan komposisi bubur semen yang pas dan
sesuai dengan karakteristik sumur. Water cement ratio tersebut dipengaruhi oleh
surface area cement, dimana luas permukaan dari semua butir yang ada dalam
cm2/gram semen yang dipergunakan (Rubiandini, 2009).

II.9.4 Thickening time


Thickening time suspensi semen ini salah satu sifat semen yang dibutuhkan.
Waktu pemompaan harus lebih kecil dari thickening time, karena bila tidak, akan
menyebabkan suspensi semen akan mengeras lebih dahulu sebelum seluruh
suspensi semen mencapai target yang diinginkan. Cement bila mengeras di dalam
casing merupakan kejadian yang sangat fatal dalam operasi pemboran
selanjutnya. Sumur-sumur yang dalam dan kolom penyemenan yang panjang,
diperlukan waktu pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus
diperpanjang.
Pada sumur-sumur yang dangkal maka diperlukan thickening time yang tidak
lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu panjang, juga untuk
mempersingkat waktu (Rubiandini, 2009).

II.9.5 Waiting on cement (WOC)


Waiting on cement atau waktu menunggu pengerasan suspensi semen
adalah waktu yang dihitung saat wiper plug diturunkan sampai kemudian plug
dibor kembali untuk operasi selanjutnya. WOC ditentukan oleh faktor-faktor
seperti tekanan dan temperatur sumur, WCR, compressive strength dan aditif-
aditif yang dicampur ke dalam suspensi semen (seperti accelerator atau retarder).
Pada umumnya diambil angka sekitar 24 jam (Rubiandini, 2009).

II.9.6. Permeabilitas
Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras, dan bermakna sama
dengan permeabilitas pada batuan formasi yang berarti kemampuan untuk
mengalirkan fluida. Semakin besar permeabilitas semen maka semakin banyak
fluida yang dapat melalui semen tersebut, dan begitu pula untuk keadaan yang
sebaliknya. Dalam hasil penyemenan, permeabilitas semen yang diinginkan
adalah tidak ada atau sekecil mungkin. Karena bila permeabilitas semen besar
akan menyebabkan terjadinya kontak fluida antara formasi dengan annulus dan
strength semen berkurang, sehingga fungsi semen tidak akan seperti yang
diinginkan, yaitu menyekat casing dengan fluida formasi yang korosif.
Bertambahnya permeabilitas semen dapat disebabkan karena air pencampur
terlalu banyak, karena kelebihan aditif atau temperatur formasi yang terlalu tinggi.
Perhitungan permeabilitas semen di laboratorium dapat dilakukan dengan
menggunakan cement permeameter. Dengan menggunakan sampel semen,
permeabilitas diukur dengan mengukur laju alir air yang melalui luas permukaan
sampel yang diberi perbedaan tekanan sepanjang sampel tersebut. Perhitungan
permeabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Darcy berikut:
(Rubiandini, 2009).

(II.2)

Keterangan:
k = Permeabilitas, D
q = Laju alir, ml/s
μ = Viscositas air, cp
L = Panjang sampel, cm
A = Luas permukaan sampel, cm2
P = Perbedaan tekanan, atm

II.9.7 Viskositas
Viskositas dalam penyemenan memiliki hubungan dengan daya ikat. Bubur
semen harus memiliki consistency yang cukup agar memiliki viskositas yang baik
sehingga memiliki daya ikat yang baik. Consistency berfungsi untuk membedakan
viskositas bubur semen karena bubur semen merupakan fluida non-Newtonian.
Untuk mendapatkan nilai consistency yang baik maka komposisi antara air dan
semen harus seimbang.Viskositas optimum dari bubur semen adalah antara 5 – 11
µc, bila nilainya lebih kecil dari nilai optimum maka lebih dari 1% air dibebaskan
serta adanya pemisahan partikel – partikel yang berat, sedangkan bila viskositas
berada diatas nilai optimum maka akan sulit dipompakan sehingga pemompaan
memerlukan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu, diperlukan pengontrolan
terhadap air dan aditif yang tercampur kedalam bubur semen (Rubiandini, 2009).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang akan dipaparkan adalah mulai dari design penelitian,
mekanisme pengumpulan data dan proses analisis perbandingan. Penelitian ini
menggunakan studi literatur sebagai sarana untuk memperoleh data, yang berarti
data dari penelitian ini didapatkan dari penelitian-penelitian yang dilakukan
sebelumnya.

III.1 Metode Penelitian


Design penelitian yang akan dilakukan adalah studi kasus pada objek
penelitian sumur di lapangan r,z,ks. Pengumpulan data dilakukan dengan
pencarian data sekunder tentang p

III.2 Prosedur Kerja Penelitian


Langkah kerja yang dilakukan dalam melakukan metoda squeeze cementing
pada sumur minyak lapangan R, lapangan Z, dan lapangan KS yang berfungsi
untuk menutup zona perforasi adalah sebagai berikut:
1.Mengumpulkan data data sekunder setiap lapangan.
2. Melakukan analisa problema sumur dan karakteristik lapangan sehingga harus
dilakukannya squeeze cementing.
3. Memaparkan metode cementing yang akan digunakan pada masing-masing
sumur.
4. Menganalisa kebutuhan material atau zat aditif yang akan digunakan pada
setiap pekerjaan squeeze cementing di tiap-tiap sumur.
5. Melakukan analisa perbandingan hasil pekerjaan squeeze cementing dari tiap-
tiap sumur dengan membandingkan metoda dan penggunaan material/zat aditif.
III.3 Flowchart
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan judul bab diatas, maka pada bab ini akan menampilkan dan
membahas data-data yang telah diperoleh oleh peneliti dan melakukan
perbandingan produktivitas dari sumur PND-88 di lapangan A, B, C, D, dan D.
IV.1 Data Reservoir Lapangan (sg gas, viskositas, data pvt)
IV.1.1 Data Reservoir Lapangan A
IV.1.2 Data Reservoir Lapangan B
IV.1.2 Data Reservoir Lapangan C
IV.1.2 Data Reservoir Lapangan D
IV.1.2 Data Reservoir Lapangan E

IV.2 Data Sumur (ukuran casing dan tubing)


V.2.1 Data Sumur A1 Di Lapangan A
V.2.2 Data Sumur B1 Di Lapangan B
V.2.3 Data Sumur C1 Di Lapangan C
V.2.4 Data Sumur D1 Di Lapangan D
V.2.5 Data Sumur E1 Di Lapangan E

IV.3 Data Produksi (rate, GOR, Wc, Producing Fluid level, BHP)
IV.3.1 Data Produksi Sumur A1 Lapangan A
IV.3.2 Data Produksi Sumur B1 Di Lapangan B
IV.3.3 Data Produksi Sumur C1 Di Lapangan C
IV.3.4 Data Produksi Sumur D1 Di Lapangan D
IV.3.5 Data Produksi Sumur E1 Di Lapangan E

IV.4 IPR Sumur


IV.4.1 IPR Sumur A1 Di Lapangan A
IV.4.2 IPR Sumur B1 Di Lapngan B
IV.4.3 IPR Sumur C1 Di Lapngan C
IV.4.4 IPR Sumur D1 Di Lapngan D
IV.4.5 IPR Sumur E1 Di Lapngan E
IV. 5 Laju Alir Setelah Optimalisasi
IV.5.1 Laju Alir Sumur A1 Dilapangan A
IV.5.2 Laju Alir Sumur B1 Dilapangan B
IV.5.3 Laju Alir Sumur C1 Dilapangan C
IV.5.4 Laju Alir Sumur D1 Dilapangan D
IV.5.5 Laju Alir Sumur E1 Dilapangan E

IV.6 Produktivitas Setelah Optimalisasi


IV.6.1 Produktivitas Sumur A1 Di Lapangan A
IV.6.2 Produktivitas Sumur B1 Di Lapangan B
IV.6.3 Produktivitas Sumur C1 Di Lapangan C
IV.6.4 Produktivitas Sumur D1 Di Lapangan D
IV.6.5 Produktivitas Sumur E1 Di Lapangan E

IV.7 Analisa Perbandingan Laju Alir Dan Produktivitas


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab kesimpulan dan saran merupakan bagian terakhir dari penelitian ini,
pada bab ini peneliti akan memeberikan beberapa poin kesimpulan dan saran
berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan
V.1 Kesimpulan

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai