Anda di halaman 1dari 79

TESIS

ANALISIS PENGARUH FRAGMENTASI DAN


GETARAN TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS
ALAT GALI MUAT DAN KESTABILAN LERENG
PADA PELEDAKAN OVERBURDEN DI TAMBANG
MTBU PT BUKIT ASAM TBK

AHMAD HUSNI
NIM. 03042681620003

BKU PENGELOLAAN SUMBERDAYA BUMI

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
TESIS

ANALISIS PENGARUH FRAGMENTASI DAN


GETARAN TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS
ALAT GALI MUAT DAN KESTABILAN LERENG
PADA PELEDAKAN OVERBURDEN DI TAMBANG
MTBU PT. BUKIT ASAM, TBK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Magister Teknik Pertambangan Pada Program Pascasarjana
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

AHMAD HUSNI
NIM. 03042681620003

BKU PENGELOLAAN SUMBERDAYA BUMI

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Husni


NIM : 03042681620003
Judul : Analisis Pengaruh Fragmentasi dan Getaran Tanah Terhadap
Produktivitas Alat Gali Muat dan Kestabilan Lereng pada Peledakan
Overburden di Tambang MTBU PT. Bukit Asam, Tbk.

Menyataka tesis saya adalah hasil karya sendiri yang didampingi oleh tim
pembimbing dan bukan hasil perbuatan menjiplak atau plagiat. Apabila ditemukan
unsur plagiat dalam penulisan karya ini, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik dari Universitas Sriwijaya sesuai aturan yang berlaku.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan
dari siapapun.

Inderalaya, Agustus 2020

foto 4x6
warna

Ahmad Husni
HAL AMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Ahmad Husni


NIM : 03042681620003
Judul : Analisis Pengaruh Fragmentasi dan Getaran Tanah Terhadap
Produktivitas Alat Gali Muat dan Kestabilan Lereng pada Peledakan
Overburden di Tambang MTBU PT. Bukit Asam, Tbk.

Memberikan izin kepada Tim Pembimbing dan Universitas Sriwijaya untuk


mempublikasikan hasil penelitian saya untuk kepentingan akademik apabila
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak mempublikasikan karya penelitian saya. Saya
setuju untuk menempatkan Tim Pembimbing sebagai penulis korespondensi
(corresponding author).
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Inderalaya, Agustus 2020

Ahmad Husni
NIM. 03042681620003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan karunia dari
Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan tesis dengan judul
Analisis Pengaruh Fragmentasi dan Getaran Tanah Terhadap Produktivitas Alat
Gali Muat dan Kestabilan Lereng pada Peledakan di Tambang MTBU PT. Bukit
Asam Tbk
Laporan Tesis ini merupakan salah syarat untuk memperoleh gelar Magister
Teknik di Program Studi Magister Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE selaku Rektor Universitas Sriwijaya.
2. Prof. Ir. Subriyer Nasir, M.S., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
3. Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko. H, S.T., M.T. selaku Koordinator Program
Studi Magister Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
4. Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA selaku Pembimbing Pertama
penulisan Laporan Tesis.
5. Ir. H. Syamsul Komar, M.Sc., Ph.D, selaku Pembimbing Kedua penulisan
Laporan Tesis
6. Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, M.S., Dr. Ir. Restu Juniah, M.T., IPM, dan Dr.
Ir. H. maulid M. Iqbal, M.S. selaku Dosen Tim Penguji
7. Pimpinan dan Staf PT. Bukit Asam, Tbk. yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di Wilayah Kerja PT. Bukit
Asam, Tbk Unit Penambangan Tanjung Enim Kedua orang tua dan
keluarga penulis yang terus memberikan semangat dan doa.
8. Rekan - rekan mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Magister Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Angkatan 2016.

vi
Universitas Sriwijaya
9. Segenap pihak yang turut membantu yang tidak dapat ditulis satu per satu.
Penulisan laporan tesis ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua
pihak untuk kesempurnaan laporan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga
laporan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.

Palembang, Agustus 2020

Penulis

vii
Universitas Sriwijaya
RINGKASAN

ANALISIS PENGARUH FRAGMENTASI DAN GETARAN TANAH


TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN KESTABILAN
LERENG PADA PELEDAKAN OVERBURDEN DI TAMBANG MTBU PT
BUKIT ASAM TBK.
Karya tulis ilmiah tesis, 25 Juli 2020
Ahmad Husni; dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA. dan Ir. H.
Syamsul Komar, M.Sc., Ph.D.
Analysis of the Soil Fragmentation And Vibration Effect on Productivity of
Excavator and Slope Stability on Overburden Explosion MTBU’s Mine at PT.
Bukit Asam, Tbk.
xix + 81 Halaman, 7 Tabel, 55 Gambar, 5 Lampiran
RINGKASAN
Sebagian besar kegiatan penambangan batubara di Indonesia dilakukan dengan
sistem tambang terbuka dengan memberai lapisan tanah penutup yang menutupi
lapisan batuan berharga dibawahnya, termasuk kegiatan penambangan batubara
yang dilakukan oleh PT. Bukit Asam, Tbk. Lokasi penambangan terletak di
Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang dibagi menjadi beberapa IUP, salah
satunya adalah Wilayah IUP Muara Tiga Besar. Wilayah IUP Muara Tiga Besar
dibagi lagi menjadi 2 wilayah, yaitu Wilayah Muara Tiga Besar Utaran dan
Wilayah Muara Tiga Besar Selatan. Kegiatan penambangan batubara di Muara
Tiga Besar masih aktif berjalan dimana penambangan dilakukan dengan
memberai lapisan batuan penutup kemudian menggali lapisan batubara. Proses
pemberaian lapisan batuan penutup dilakukan dengan proses peledakan. Proses
peledakan ini bertujuan untuk memberaikan lapisan batuan penutup menjadi
ukuran yang lebih kecil sehingga dapat digali, dimuat, dan diangkut oleh alat gali-
muat. Faktanya adalah proses peledakan yang dilakukan tidak selalu berjalan
dengan baik dan dapat menimbulkan dampak yang buruk, seperti munculnya
getaran tanah yang mempengaruhi kestabilan lereng dan hasil fragmentasi batuan
penutup yang tidak sesuai dengan kebutuhan alat gali-muat.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh fragmentasi dan getaran
tanah yang terjadi akibat proses peledakan pada lapisan tanah penutup serta
pengaruhnya terhadap produktivitas alat gali-muat dan kestabilan lereng tambang
di area penambangan Muara Tiga Besar Utara. Lapisan tanah penutup di wilayah
penelitian dicirikan dengan lapisan batuan gravel pasir, lanau, dan lempung,
sedangkan lapisan batubara yang ditemukan adalah lapisan batubara sub anggota
M2 yang terdiri dari lapisan Mangus, Suban, dan Petai. Tahapan penelitian
dilakukan dengan melakukan orientasi lapangan dilokasi penelitian untuk

viii
Universitas Sriwijaya
mengukur geometri peledakan, fragmentasi batuan hasil peledakan, waktu edar
alat gali-muat, getaran tanah saat proses peledakan, dan melihat kondisi geologi
dilokasi penelitian. Pengolahan data frgamentasi batuan hasil peledakan dibantu
menggunakan Split Dekstop 2.0 Demo untuk mengetahui sebaran ukura
fragmentasi batuan hasil peledakan.
Hasil penelitian menunjukkan jika distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan
untuk ukruan <20 cm sebesar 34,11%, 21 – 40 cm sebesar 19,81%, 41 – 60 cm
sebesar 20,84%, 61 – 80 % sebesar 16,24 %, dan ukuran 81 – 100 cm sebesar 9%
dimana ukuran fragmentasi batuan masih dapat digali oleh Excavator PC 2000
secara efisien dengan waktu siklus alat selama 30,20 detik dan efisiensi alat
mencapai 858,22 BCM/jam. Pengukuran getaran tanah yang dilakukan selama
proses peledakan berlangsung menunjukkan nilai sebesar 0,996 mm/s dimana
nilai getaran yang dihasilkan menunjukkan proses peledakan sangat aman dan
tidak mempengaruhi kestabilan lereng tambang di wilayah MTBU.

Kata Kunci : Peledakan, Fragmentasi, Getaran Tanah, Produktivitas Alat


Kepustakaan : 17 (1989-2017)

ix
Universitas Sriwijaya
SUMMARY

Most of the coal mining activities in Indonesia are carried out on an open pit
mining system with a layer of overburden covering the layers of precious rock
underneath, including coal mining activities carried out by PT. Bukit Asam, Tbk.
The mining location is located in Tanjung Enim, South Sumatra which is divided
into several IUPs, one of which is the Muara Tiga Besar IUP Area. The Muara
Tiga Besar IUP area is further divided into 2 regions, namely the Muara Tiga
Besar Utaran area and the Muara Tiga Besar Selatan area. Coal mining activities
in Muara Tiga Besar are still active, where mining is carried out by breaking a
layer of overburden then digging the coal seam. The process of removing
overburden is carried out by blasting. This blasting process aims to make the
overburden layer smaller so that it can be excavated, loaded, and transported by
dig-and-load equipment. The fact is that the blasting process does not always go
well and can cause bad impacts, such as the emergence of ground shaking which
affects slope stability and the result of overburden fragmentation that does not
meet the needs of the digging tool.
This research was conducted to analyze the effects of soil fragmentation and
vibrations that occur due to the blasting process in the overburden and its effect on
the productivity of the digging equipment and the stability of the mine slopes in
the Muara Tiga Besar Utara mining area. The overburden in the study area is
characterized by layers of sand, silt and clay gravel, while the coal seams found
are sub-member M2 coal seams consisting of Mangus, Suban, and Petai seams.
The stages of the research were carried out by conducting a field orientation at the
research location to measure the geometry of the blasting, the rock fragmentation
resulting from the explosion, the release time of the digging tool, the ground
vibrations during the blasting process, and seeing the geological conditions of the
research location. Data processing of blasted rock formation was assisted by using
Split Desktop 2.0 Demo to determine the size distribution of the blasted rock
fragmentation.
The results showed that the distribution of blasted rock fragmentation for sizes
<20 cm was 34.11%, 21 40 cm was 19.81%, 41 60 cm was 20.84%, 61 80% was
16.24%, and size 81 100 cm is 9% where the size of rock fragmentation can still
be excavated by the PC 2000 Excavator efficiently with a tool cycle time of 30.20
seconds and tool efficiency reaching 858.22 BCM / hour. Measurements of
ground vibrations carried out during the blasting process show a value of 0.996
mm / s where the resulting vibration value indicates the blasting process is very
safe and does not affect the stability of the mine slope in the MTBU area.
Keywords: Blasting, Fragmentation, Soil Vibration, Tool Productivity
Bibliography: 17 (1989-2017)

x
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS ............................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

RINGKASAN ............................................................................................... ix

SUMMARY ................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
2.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
2.2. Perumusan Masalah ............................................................... 2
2.3. Ruang Lingkup....................................................................... 2
2.4. Tujuan Penelitian ................................................................... 2
2.5. Manfaat Penelitian ................................................................. 2
BAB 2 TINJAUANPUSTAKA
2.1. Lokasi dan tofografi ............................................................... 3
2.2. Litologi Muara Tiga Besar utara ............................................. 4
2.3. Peledakan ............................................................................... 5
2.3.1 Peledakan massa batuan .............................................. 6
2.3.2 Geometri Peledakan .................................................... 8

xi
Universitas Sriwijaya
2.3.3 Distribusi Bahan Peledak ............................................ 16
2.3.4 Pola Peledakan............................................................ 18
2.3.5 Sifat Bahan peledak .................................................... 20
2.3.6 Mekanisme pecahnya batuan....................................... 21
2.3.7 Analisa hasil peledakan............................................... 22
2.4. Aplikasi Split Desktop 2.0 ...................................................... 26
2.5. Produktivitas alat gali muat .................................................... 27
2.6. Getaran tanah ......................................................................... 28
2.7. Faktor yang mempengaruhi tingkat getaran tanah ................... 29
2.8. Alat pengukur getaran tanah ................................................... 30
2.9. Scaled Distance...................................................................... 32
2.10. State of The Art ....................................................................... 33
2.11. Kerangka pemikiran penelitian ............................................... 35
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian .................................................................... 36
3.2. Metodelogi penelitian ............................................................. 37
3.2.1. Studi literature ............................................................ 37
3.2.2. Pengumpulan data....................................................... 37
3.2.3. Pengolahan data .......................................................... 38
3.2.4. Analisis data ............................................................... 39
3.2.5. Kesimpulan dan saran ................................................. 39
3.3. Bagan Alir Penelitian ............................................................. 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis fragmentasi .............................................................. 42
4.2. Analisis pengaruh distribusi fragmentasi peledakan
terhadap produktivitas alat gali muat ...................................... 44
4.3. Analisis getaran tanah terhadap kestabilan lereng ................... 46
4.3.1. Analisis Geoteknik pada area pit MTBU....................... 46
4.3.2. Kegiatan Peledakan pada area pit MTBU...................... 48
4.3.3. Analisis pengaruh getaran tanah terhadap
kestabilan lereng .......................................................... 49
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 53
5.2. Saran ...................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1. Peta lokasi unit pertambangan Tanjung Enim....................................... 3
2.2. Geometri peledakan ............................................................................. 8
2.3. Pola peledakan berdasarkan arah runtuhan batuan ................................ 19
2.4. Proses pecahnya batuan akibat peledakan............................................. 22
2.5. Framentasi hasil peledakan (A), hasil delineate (B), distribusi
fragmentasi batuan hasil peledakan (C) ................................................ 27
2.6. Alat pengukur getaran peledakan Blasmate III ..................................... 30
2.7. Variasi pergerakan partikel .................................................................. 31
2.8. Mekanisme pengukuran getaran dan kebisingan ................................... 32
3.1 Peta lokasi penambangan MTBU ......................................................... 36
3.2 Bagan alir penelitian............................................................................. 41
4.1 Foto fragmentasi dan analisis split desktop ........................................... 42
4.2 Grafik hubungan jenis material terhadap factor keamanan .................... 50
4.3 Grafik factor keamanan lapisan OB 1 statik vs pseudo statik ................ 51
4.4 Faktor keamanan kestabilan lereng MTBU OB A1 statis ...................... 51
4.5 Faktor keamanan kestabilan lereng MTBU OB A1 pseudo statik .......... 52

xiii
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1. Klasifikasi kuat tekan batuan ............................................................... 6
2.2. Hubungan antara UCS dan kekerasan batuan ........................................ 7
2.3. Urutan pembongkaran batuan ............................................................... 7
2.4. Bobot isi bahan peledak........................................................................ 20
2.5 Bobot nilai tiap parameter factor batuan ............................................... 24
4.1. Distribusi fragmentasi hasil peledakan…… ......................................... 43
4.2. Cycle time excavator PC 2000 ............................................................. 44
4.3. Hasil pengukuran geoteknik pada area pit MTBU................................. 47
4.4. Hasil pengukuran getaran tanah ............................................................ 48
4.5. Faktor keamanan single slope ............................................................... 50
4.6. Pengaruh lebar berm terhadap kestabilan lereng ................................... 51

xiv
Universitas Sriwijaya
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
A. Spesifikasi excavator PC 2000 ............................................................. 57
B. Bucket Fill Factor ................................................................................ 58
C. Effisiensi kerja ..................................................................................... 59
D. Swell factor dan density insitu ............................................................. 61
E. Standar cycle time for backhoe ............................................................ 62
F. Data curah hujan .................................................................................. 63

xv
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT Bukit Asam, Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang beroperasi pada bidang pertambangan batubara di Indonesia yang
terletak di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Sistem penambangan yang
digunakan perusahaan tersebut adalah sistem tambang terbuka (open pit mining)
yang meliputi kegiatan pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan.
PT. Bukit Asam Tbk memiliki beberapa lokasi penambangan batubara,
salah satunya yaitu Muara Tiga Besar Utara. Hal yang terlebih dahulu dilakukan
untuk menambang batubara di Muara Tiga Besar yaitu melakukan proses
pembongkaran lapisan tanah penutup. Proses pembongkaran lapisan tanah
penutup diantaranya meliputi pembongkaran overburden dan interburden.
Lapisan overburden di lokasi Muara Tiga Besar Utara yaitu berupa lapisan
claystone. Untuk pembongkaran lapisan tersebut dilakukan dengan dan peledakan.
Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya khususnya di daerah Muara
Tiga Besar Utara belum ada yang membahas tentang pengaruh fragmentasi dan
getaran tanah akibat peledakan. Dengan melihat bahwa kegiatan peledakan
dilakukan selain memperhatikan target produksi juga harus memperhitungkan
dampak dari peledakan itu sendiri terutama dalam hal getaran tanah (Ground
vibration) maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
fragmentasi dan getaran tanah sebagai dampak dari peledakan overburden yang
dilakukan di Muara Tiga Besar Utara.

1.2. Perumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana distribusi fragmentasi hasil peledakan dan berapa besar getaran
tanah yang dihasilkan?

1
Universitas Sriwijaya
2

2. Bagaimana pengaruh distribusi fragmentasi hasil peledakan terhadap


produktivitas PC 2000?
3. Bagaimana pengaruh getaran tanah terhadap kestabilan lereng?

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis overburden claystone
2. Jenis dan type excavator yang digunakan adalah komatsu PC 2000 dengan
kapasitas bucket 8 m
3. Sistem peledakan non elektrik blasting (nonel) dengan jenis bahan peledak
ANFO dengan fowder factor 80 gram/bcm.
4. Analisis distribusi fragmentasi menggunakan sofware splite desktop versi 2

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis distribusi fragmentasi dan tingkat getaran tanah.
2. Menganalisis pengaruh distribusi fragmentasi terhadap kinerja alat gali
muat.
3. Menganalisis pengaruh getaran tanah terhadap kestabilan lereng.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat akademis dan manfaat praktis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Manfaat teoritis penelitian diharapkan dapat menjadi rujukan dalam bidang
analisis pengaruh peledakan.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk, khususnya bagian perencanaan peledakan dan
dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan pada semua aktivitas
peledakan.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lokasi dan Topografi


Lokasi Penambangan PT Bukit Asam, Tbk terletak di Tanjung Enim,
Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
dengan jarak kurang lebih 200 km Barat Daya dari pusat kota Palembang. Apabila
menggunakan transportasi darat berupa Bus atau Kereta Api dapat ditempuh
selama 4-6 jam.

Gambar 2.1. Peta lokasi unit pertambangan Tanjung Enim


Sumber : Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

3
Universitas Sriwijaya
4

Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk
terletak di daerah Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim, Propinsi Sumatera Selatan pada posisi 30 42’ 30” LS – 3047’ 30” LS dan
1030 45’ 00” BT – 1030 50’ 10” BT. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk memiliki 3
lokasi penambangan yaitu :
1. Tambang Air Laya
2. Muara Tiga Besar
3. Banko Barat
Muara Tiga Besar memiliki memiliki luas area WIUP 3300 Ha. Muara Tiga
Besar dibagi menjadi dua yaitu Muara Tiga Besar Utara dan Muara Tiga Besar
Selatan. Kegiatan penambangan di Muara Tiga Besar sepenuhnya dikelola oleh
PT. Pama Persada Nusantara. Kegiatan penelitian ini berfokus pada lokasi
penambangan Muara Tiga Besar Utara.
Daerah tambang PT. Bukit Asam Tbk secara umum mempunyai keadaan
topografi yang bervariasi mulai dari daerah perbukitan hingga daerah dataran
rendah. Daerah dataran rendah pada daerah tambang menempati sisi bagian
selatan, yaitu daerah yang terdapat aliran sungai-sungai kecil yang bermuara di
sungai Lawai dan sungai Lematang dengan ketinggian kurang lebih 50 m diatas
permukaan laut. Daerah perbukitan pada daerah tambang menempati sisi bagian
barat dengan elevasi tertinggi kurang lebih 282 m diatas permukaan laut.

2.2. Litologi Muara Tiga Besar Utara


Litologi yang dijumpai di daerah penambangan Muara Tiga Besar umumnya
berada pada formasi Muara Enim. Perlapisan di daerah tambang Muara Tiga
Besar Utara terdiri dari tiga lapisan batubara, yaitu Manggus, Suban, dan Petai.
1. Lapisan Tanah Penutup
Lapisan ini dicirikan dengan adanya gravel pasir, lanau,dan lempung.
Lapisan ini ditemukan lapisan batubara gantung (hanging coal) dengan ketebalan
0,3-3 meter .
2. Lapisan Batubara A1
Lapisan batubara ini memiliki lapisan pengotor sebanyak 2-3 lapis dan
bagian “base” kadang-kadang dijumpai lensa-lensa batu lanau dan pita pengotor

Universitas Sriwijaya
5

dengan ketebalan 1-15 cm. Ketebalan lapisan Batubara A1 ini adalah


6,8-10 meter.
3. Lapisan Interburden A1 – A2
Lapisan ini terdiri dari batu lempung, bentonit dan batu pasir tufaan dengan
ketebalan berkisar antara 0,5-3,0 meter.
4. Lapisan Batubara A2
Lapisan ini dicirikan oleh adanya lapisan silikan di bagian atas dan
ketebalannya berkisar 9,8-14,75 meter.
5. Lapisan Interburden A2 – B
Lapisan ini terdiri dari batu lanau, lempung dan batu pasir, dikenal dengan
nama Suban Marker Seam. Ketebalan lapisan ini 15-23 meter.
6. Lapisan Batubara B
Lapisan Batubara B biasanya tedapat dua sampai tiga lapisan pengotor yaitu
lapisan lempung. Ketebalan lapisan ini berkisar 15,3-20 meter.
7. Lapisan Interburden B – C
Lapisan ini terdiri dari batu pasir dan batu lanau lempungan. Ketebalannya
berkisar 38,5-44 meter.
8. Lapisan Batubara C/C1
Lapisan ini merupakan lapisan yang umumnya sedikit memiliki lapisan
pengotor seperti siltstone. Ketebalan berkisar 7,2-11,4 meter.
9. Lapisan C/C1 – C2
Lapisan Interburden antara lapisan C/C1 dengan C2 yang memiliki
pengotor seperti claystone dan siltstone dengan ketebalan 0,80 – 7,35Meter.
10. Lapisan C2
Lapisan ini memiliki sedikit pengotor seperti clay dan siltstone. Ketebalan
lapisan C2 yaitu 0,80 – 2,75 meter.

2.3 Peledakan
Faktor yang menjadi dasar agar suatu peledakan dapat berjalan dengan baik
antara lain adalah faktor massa batuan mencakup sifat fisik dan mekanik batuan,
pola peledakan yang digunakan, geometri peledakan, dan pemakaian bahan
peledak (Konya dan Waiter, 1990).

Universitas Sriwijaya
6

2.3.1. Peledakan Massa Batuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi peledakan adalah sebagai berikut :
(Bieniawski, 1989)
1. Sifat-Sifat Batuan Utuh
a. Sifat Fisik
Sifat-sifat fisik batuan yang mempengaruhi peledakan yaitu bobot isi,
porositas dan kandungan air. Batuan berbobot isi kecil sangat mudah dideformasi
dan memerlukan energi peledakan yang rendah untuk pemecahannya. Banyaknya
jumlah pori dalam batuan dinyatakan oleh porositas. Batuan dengan porositas
tinggi akan meningkatkan jumlah retakan batuan dan mengurangi tekanan gas
dalam retakan itu. Air yang terdapat didalam rongga batuan akan menyerap energi
yang digunakan untuk menghancurkan batuan sehingga energinya akan
berkurang.
b. Sifat Mekanik
Sifat mekanik batuan yang berpengaruh terhadap peledakan yaitu kuat tekan
uniaksial (UCS) dan kekerasan batuan. Kuat tekan uniaksial batuan adalah suatu
ukuran kemampuan batuan untuk menahan gaya atau beban yang bekerja pada
arah uniaksial (Jimeno, 1995). Klasifikasi batuan dibagi menjadi batuan sangat
keras, batuan keras, batuan sedang, batuan lunak, dan batuan sangat lunak, dengan
parameter kuat tekan uniaksial (Tabel 2.1) (Bieniawski, 1973). Ukuran
kemampuan suatu batuan untuk tetap pada bentuknya atau disebut dengan
Modulus Young. Semakin rendah Modulus Young maka energi peledakan yang
dibutuhkan juga akan semakin rendah.
Tabel 2.1 Klasifikasi kuat tekan batuan

No Klasifikasi Kuat Tekan (MPa)


1 Sangat keras 250 – 700
2 Keras 100 – 250
3 Keras sedang 50 – 100
4 Lunak 25 – 50
5 Sangat lunak 1 – 25

Hubungan antara kuat tekan uniaksial dan kekerasan batuan dibagi menjadi
enam dengan yang terkuat very strong dengan kekerasan > 7 Mohs dengan nilai

Universitas Sriwijaya
7

UCS > 200 Mpa dan terlemah very weak dengan kekerasan 1 – 2 Mohs dengan
nilai UCS < 10 < Mpa (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Hubungan antara UCS dan kekerasan batuan (Jimeno, 1995)

Kekerasan Mohs MPa


Very strong >7 > 200
Strong 6–7 120 – 200
Moderately strong 4.5 – 6 60 – 120
Moderately weak 3 – 4.5 30 – 60
Weak 2–3 10 – 30
Very weak 1–2 < 10

Urutan pembongkaran batuan sesuai dengan nilai kuat tekan uniaksial


(Kramadibrata, 2000) (Tabel 2.3).
Tabel 2.3. Urutan pembongkaran batuan menurut kuat tekan uniaksial

Metode UCS (MPa) Alat


Free digging 1 – 10 Shovel/loader/BWE
Ripping 10 – 25 Ripper
Rock cutting 10 – 50 Rockcutter
Blasting > 25 Pengeboran dan peledakan

2. Karakteristik Masa Batuan


a. Bidang Diskontinuitas
Jarak antar bidang diskontinuitas dan orientasi bidang diskontinuitas (jurus
dan kemiringan) merupakan faktor yang sangat penting dalam pengontrolan
peledakan. Bidang diskontinuitas dalam massa batuan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu fragmentasi batuan.
b. Jarak Antar Bidang Diskontinuitas
Jarak pisah antar diskontinuitas adalah jarak tegak lurus antara dua bidang
diskontinuitas yang berurutan sepanjang garis pengukuran diskontinuitas yang
dibuat sembarang. Jarak perpotongan antara bidang diskontinuitas pada garis
pengukuran bidang diskontinuitas pada kenyataannya tidak mudah ditentukan

Universitas Sriwijaya
8

karena untuk bidang diskontinuitas yang berurutan belum tentu masih dalam satu
keluarga. Bisa saja satu bidang diskontinuitas dengan yang lainnya yang berurutan
mempunyai arah kemiringan yang sangat berbeda sehingga jarak tegak lurusnya
tidak ada. Selain itu sering dijumpai bidang diskontinuitas di singkapan massa
batuan tidak ada atau sulit dicari karena tertutup oleh longsoran.

2.3.2. Geometri Peledakan


Keberhasilan suatu kegiatan peledakan dapat dilihat dari fragmentasi
material hasil dari peledakan. Apabila didapati terdapat jumlah boulder yang tidak
sesuai maka perlu dilakukan modifikasi terhadap geometri peledakan. Geometri
peledakan terdiri dari beberapa parameter yaitu burden, spacing, stemming,
subdrilling dan kedalaman lubang ledak (R. L. Ash, 1963) (Gambar 2.5). Besaran
geometri peledakkan jenjang dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa
persamaan antara lain rumus R.L Ash, The Modern Technique of Rock Blasting
atau rumus C.J Konya dan ICI-Explosive, Langefors, Anderson, Tamrock.

Gambar 2.5. Geometri peledakan

1. Geometri peledekan menurut rumusan R. L. Ash


a. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus dari lubang ledak terhadap bidang bebas
yang terdekat saat terjadi peledakan. Burden merupakan variabel yang sangat
penting dalam mendesain peledakan. Jarak burden ini sangat erat hubungannya

Universitas Sriwijaya
9

dengan diameter lubang ledak. Nilai burden juga dipengaruhi oleh kerapatan
(densitas) batuan yang akan diledakan, kecepatan rambat bahan peledak yang
digunakan serta densitas bahan peledak. Nilai burden dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut : (Ash,1963)

(KbxDe)
B= ................................................................................................ (2.7)
12

Dimana :
B = Burden (ft)
De = Diameter lubang ledak (inch)
Kb = Nisbah burden yang telah dikoreksi
Nilai nisbah yang telah dikoreksi didapat dari persamaan berikut :

Kb = Kbstd x AF1 x AF2 ................................................................................. (2.8)

Dimana :
Kbstd = Nisbah burden standar (30)
AF1 = Faktor penyesuaian terhadap bahan peledak
AF2 = Faktor penyesuaian kerapatan batuan
Nilai faktor penyesuaian terhadap bahan peledak dapat dicari dengan
persamaan berikut:

SG handak x (V handak ) 2
AF1 = 3 ...................................................... (2.9)
SG handak std x (V handak std ) 2

Dimana :
SG = Spesific gravity bahan peledak yang dipakai
Ve = Kecepatan ledak bahan peledak yang dipakai
SGstd = Spesific gravity bahan peledak standar (1,2)
Vstd = Kecepatan ledak bahan peledak standar (12000 ft/s)
Sedangkan harga faktor penyesuaian terhadap kerapatan batuan dapat dicari
menggunakan persamaan berikut :

Universitas Sriwijaya
10

SG batuan std
AF2 = 3 .................................................................................. (2.10)
SG batuan

Dimana :
SGstd = Kerapatan batuan standar (160 lb/cuft)
SG = Kerapatan batuan yang diledakkan (lb/cuft)
b. Spacing (S)
Spacing adalah jarak antara lubang ledak yang satu dengan lubang ledak
yang lainnya dalam satu baris. Harga spacing sangat tergantung dari harga
burden. Persamaan yang digunakan untuk mencari besarnya spasing adalah
sebagai berikut: (Ash,1963)

S = Ks x B......................................................................................................
(2.11)

Dimana :
S = Spacing (m)
Ks = Spacing ratio, yang mempunyai nilai antara 1 – 2
c. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang ledak yang tidak terisi bahan peledak, tetapi
diisi dengan material seperti cutting dan material lepas lainnya yang berada di atas
kolom isian bahan peledak. Fungsi utama dari stemming ini adalah untuk
mengurung gas-gas hasil proses peledakan agar dapat terdistribusi secara
maksimal ke sekeliling lubang ledak. Panjang stemming juga tergantung dari nilai
burden. Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai stemming adalah :
(Ash,1963)

T = Kt x B ...................................................................................................... (2.12)

Dimana :
T= Stemming (m)

Universitas Sriwijaya
11

Kt = Stemming ratio, yang bernilai antara 0,7 – 1


Pengaruh yang akan ditimbulkan apabila panjang stemming tidak sesuai
adalah :
a) Apabila stemming terlalu panjang maka akan menimbulkan bongkahan
setelah proses peledakan.
b) Apabila stemming terlalu pendek, maka akan mengakibatkan over
break.
d. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah kelebihan kedalaman yang terdapat di bawah batas
floor jenjang. Tujuan utama dibuatnya subdrilling ini adalah supaya batuan dapat
meledak secara full face yang sesuai harapan dan menghindari adanya toe. Secara
teoritis, subdrilling dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut : (Ash,1963)

J = Kj x B .......................................................................................................(2.13)

Dimana :
J = Subdrilling (m)
Kj = Subdrilling ratio, dengan nilai antara 0,2 – 0,3
Masalah yang akan terjadi apabila penggunaan kolom subdrilling kurang
tepat adalah :
a) Apabila subdrilling terlalu panjang maka akan mengakibatkan
cekungan pada lantai jenjang.
b) Apabila subdrilling yang dipakai terlalu pendek maka akan
menimbulkan tonjolan-tonjolan (toe) pada lantai kerja.
e. Kedalaman Lubang Ledak (L)
Kedalaman lubang ledak merupakan kedalaman lubang yang akan
diledakkan yang merupakan penjumlahan antara tinggi jenjang dengan
subdrilling. Kedalaman lubang ledak yang dibuat tidak boleh lebih kecil dari
burden. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya over break. Kedalaman
lubang ledak dapat ditentukan berdasarkan geometri peledakan atau dapat juga
disesuaikan dengan ketinggian jenjang yang ada. Bila ditentukan berdasarkan
geometri peledakan, maka dapat digunakan rumus : (Ash,1963)

Universitas Sriwijaya
12

L = Kl x B ................................................................................... (2.14)
Dimana :
L = Kedalaman lubang ledak (m)
Kl = Hole depth ratio, yang bernilai antara 1,5 – 4,0
2. Rumusan Menentukan Geometri Peledakan Menurut C.J Konya
a. Burden (B)
Untuk mencari nilai Burden digunakan rumus berikut (Konya, 1990) :
SGe
B = 3,15 x De x 3
............................................................................... (2.15)
SGr
Dimana :
B = Burden (ft)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
SGe = Spesific gravity bahan peledak yang dipakai
SGr = Spesific gravity batuan yang akan dibongkar
b. Spacing (S)
Nilai spasi ditentukan dari sistem tunda dan perbandingan tinggi jenjang
(H) dan burden (B). Jika ledakan serentak dalam satu baris lubang ledak
(instantaneous) / (row by row) (Konya, 1990).

( H + 2 B)
H/B < 4 maka, S = ............................................................... (2.16)
3
H/B >4 maka, S = 2B ................................................................................ (2.17)

Jika ledakan beruntun dalam tiap baris lubang ledak (delay) (Konya,1990).
( H + 7 B)
H/B < 4 maka, S = ................................................................ (2.18)
8
H/B > 4 maka, S = 1,4 B ............................................................................... (2.19)

c. Stemming (T)

Untuk batuan massive, T = B ........................................................................ (2.20)


Untuk batuan berlapis, T = 0,7B ................................................................... (2.21)

d. Subrilling (J)

J = 0,3B .........................................................................................................(2.22)

Universitas Sriwijaya
13

e. Kedalaman lubang ledak (L)

L = H + J .................................................................................................... (2.23)
3. Rumusan Untuk Menentukan Geometri Peledakan Menurut ICI-Explosive
(Trial & Error)
Perumusan geometri peledakan menurut ICI-Explosive, tiap parameter
geometri peledakan ditentukan oleh nilai diameter lubang ledak (d), Yaitu sebagai
berikut :
a. Burden (B)

B = 25d – 40d ................................................................................................ (2.24)

b. Spacing (S)

S = 1B – 1,5B ................................................................................................ (2.25)

c. Stemming (T)

T = 20d -30d .................................................................................................. (2.26)

d. Subdriling (J)

J = 8d – 12d ................................................................................................... (2.27)

e. Kedalaman Lubang Ledak (L)

L = 60d – 140d .............................................................................................. (2.28)

4. Rumusan Untuk Menentukan Geometri Peledakan Menurut Langefors


a. Burden Maksimum (Bmaks)

Bmaks = 1,36√lb x R1 x R2 ............................................................................................................................ (2.29)

Dimana :
Bmaks = Burden (m)
lb = Charge Concentration (Kg/m)
R1 = Koreksi kemiringan lubang
R2 = Konstanta batuan
b. Spacing (S)

S = 1B – 2B ............................................................................................. (2.30)

Universitas Sriwijaya
14

c. Stemming (T)

T = 0,7B – 1B ............................................................................................. (2.31)

d. Kedalaman Lubang Ledak (L)

L = H + J .................................................................................................... (2.32)

e. Subdriling (J)

J = 0,2B – 0,3B .......................................................................................... (2.33)

5. Geometri Peledakan Menurut Anderson


a. Burden (B)

B= .................................................................................................... (2.34)

Dimana :
B = Burden (ft)
D = Diameter lubang bor (inch)
L = Kedalaman lubang bor (ft)
b. Spacing (S)

S = KS x B ................................................................................................. (2.35)

Besarnya koefisien spacing ( Ks ) dilihat dari waktu delay yang dipakai


adalah sebagai berikut :
a) Long interval delay KS = 1
b) Short periode KS = 1 – 2
c) Normal KS = 1,25 – 1,8
Prinsip dasar penentuan spacing adalah sebagai berikut :
a) jika lubang-lubang bor didalam satu baris (row) diledakkan secara
sequence delay maka Ks = 1, maka Ks = B
b) jika lubang-lubang bor dalam satu baris (row) diledakkan secara
simultan (serempak), maka Ks = 2 jadi S = 2B

Universitas Sriwijaya
15

c) jika banyak baris (multiple row) maka lubang-lubang bor dalam satu
baris diledakkan secara sequence delay dan keterdapatan lubang bor
disisinya dari baris yang berlainan diledakan secara serempak maka
pengeborannya harus dibuat square arrangement.
d) Apabila dalam multiple row pembutan lubang bor dalam satu baris yang
satu dengan baris yang lainnya dipasang delay, maka harus staggered
pattern.
c. Kedalaman Lubang Ledak (L)
Secara teori kedalam lubang ledak lebih besar daripada burden agar
terhindar terjadi over break atau creater. Nilai rasio kedalaman (KL) dirumuskan
melalui persamaan.

KL = ........................................................................................................ (2.36)

Dimana :
KL = Hole depth ratio (1,5 – 4,0)
B = Burden (m)
H = Tinggi Jenjang (m)
d. Subdrilling (J)
Mencari nilai Subdrilling dapat dirumuskan dengan menggunakan
persamaan.

J = Kj x B .................................................................................................... (2.37)

Dimana:
J = Sub drilling (m)
Kj = Sub drilling ratio (0,2 – 0,4)
B = Burden (m)
e. Stemming (T)

T = Kt x B ................................................................................................. (2.38)
Dimana :

Universitas Sriwijaya
16

T = Stemming (m)
Kt = Stemming ratio (0,7 – 1,0)
B = Burden (m)
6. Geometri Peledakan Menurut Tamrock
Perumusan Geometri peledakan menurut Tamrock menggunakan parameter
diameter lubang bor :
a. Burden (B)

B = 22d – 46d ........................................................................................... (2.39)

Dimana :
D = Diameter lubang bor
Nilai dipilih dengan trial and error antara 22 sama 46
b. Spacing (S)

S = Ks x B ............................................................................................. (2.40)

c. Stemming (T)

T = Kt x B ................................................................................................... (2.41)

d. Kedalaman Lubang Ledak (L)

L = H + J ................................................................................................... (2.42)

e. Subdriling (J)

J = 0,2B – 0,3B ........................................................................................... (2.43)

2.3.3. Distribusi Bahan Peledak


Distribusi bahan peledak di dalam lubang ledak merupakan faktor penting
dalam keberhasilan suatu peledakkan (Konya dan Waiter, 1990). Hal ini
mengingat supaya sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak pada saat
dilakukan peledakan bisa termanfaatkan secara maksimal untuk sejumlah massa
batuan yang diledakkan.

Universitas Sriwijaya
17

1. Tinggi Kolom Isian Bahan Peledak (PC)


Tinggi kolom isian bahan peledak merupakan selisih antara kedalaman
lubang ledak dengan stemming. Persamaan PC dapat ditulis sebagai berikut
(Jimeno, 1995) :

PC = L – T.................................................................................................... (2.44)

Dimana :
PC = Tinggi kolom isian bahan peledak (m)
L = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stemming (m)
2. Berat Bahan Peledak Dalam Lubang Ledak (E)
Berat bahan peledak dalam satu kolom isian bahan peledak merupakan
fungsi dari diameter bahan peledak, density bahan peledak dan panjang kolom
isian bahan peledak. Berat bahan peledak tersebut (loading factor) setiap satu
lubang ledak dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :

E = PC x de .................................................................................................... (2.45)

Dimana :
E = Berat bahan peledak setiap lubang ledak (kg)
PC = Panjang kolom isian bahan peledak (m)
de = Loading density (kg/m)
Loading density adalah berat bahan peledak setiap meter kolom isian. Nilai
dari loading density ini dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut
(Jimeno, 1995) :

De = 0,34 x de2 x SG x 1,48 .......................................................................... (2.46)


Dimana :
De = Diameter lubang ledak (inch)
SG = Specific gravity bahan peledak
1,48 = Konversi lbs/ft menjadi kg/m

Universitas Sriwijaya
18

3. Powder Factor (PF)


Powder factor adalah suatu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
peledak yang digunakan untuk membongkar sejumlah volume batuan. Powder
factor ini merupakan salah satu petunjuk untuk memperkirakan baik atau tidaknya
suatu operasi peledakan. Hal ini disebabkan dari harga powder factor ini dapat
diketahui tingkat efisiensi bahan peledak untuk membongkar sejumlah batuan.
Penetuan nilai powder factor dapat diketahui melalui persamaan berikut:

E
PF = .......................................................................................................... (2.47)
V

Dimana :
Pf = Powder factor (Kg/Ton)
V = Volume material yang diledakkan (Ton)
E = Berat bahan peledak yang digunakan (Kg)
Volume material yang diledakkan, dapat diketahui dengan menggunakan
rumus berikut :

V = (A x H) x r ............................................................................................ (2.48)

Dimana :
A = Luas daerah yang diledakkan (m2)
H = Tinggi jenjang (m)
r = Densitas material (Ton/m3)
2.3.4. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang – lubang
ledak dalam satu baris dengan lubang ledak pada garis berikutnya ataupun antar
lubang ledak satu dengan lainnya. Pola peledakan ditentukan berdasarkan urutan
waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan. Berdasarkan arah
runtuhan batuan (Gambar 2.7), pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
2. “ V “ Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk huruf V.

Universitas Sriwijaya
19

3. Corner Cut, yaitu pola peledakkan yang arah runtuhan batuannya kesalah
satu sudut dari bidang bebasnya.

Gambar 2.6. Pola peledakan berdasarkan arah runtuhan batuan

Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan


sebagai berikut :
1. Pola peledakkan serentak, adalah suatu pola peledakan yang terjadi secara
serentak untuk semua lubang tembak.
2. Pola peledakkan beruntun, adalah suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.

Universitas Sriwijaya
20

2.3.5. Sifat Bahan Peledak


Hasil suatu peledakan dipengaruhi juga oleh sifat bahan peledak yang
digunakan (M. Astawa Rai 2001). Sifat tersebut terdiri dari sifat-sifat fisik dan
sifat detonasi.
1. Sifat-Sifat Fisik
Sifat sifat fisik dari bahan peledak adalah sebagai berikut :
a. Bobot Isi
Bobot isi berhubungan erat dengan massa bahan peledak yang menempati
ruangan dalam lubang tembak. Energi yang disuplai oleh bahan peledak
merupakan fungsi dari jumlah massanya, semakin tinggi bobot isi semakin besar
energi peledakannya. Batuan masif sebaiknya menggunakan bahan peledak
dengan bobot isi dan kecepatan detonasi tinggi, sedangkan untuk batuan yang
banyak kekarnya berlaku sebaliknya (Tabel 2.4).
Tabel 2.4. Bobot isi bahan peledak (Kramadibrata, 1998)

Bahan Peledak Bobot Isi (ton/m3)


ANFO lepas 0,75 – 0,85
ANFO pneumatic 0,80 – 1,10
ANFO BI rendah 0,20 – 0,75
Emulsi 1,1 – 1,3
Campuran emulsi 1,0 – 1,35
Watergels & Slurries 1,0 – 1,3

b. Sensitivitas
Sensitivitas adalah ukuran kemudahan bahan peledak untuk diinisiasi atau
energi minimum yang dibutuhkan untuk meledakkan suatu bahan peledak dan
sering dinyatakan dalam cap sensitivity. Sensitivitas suatu bahan peledak
tergantung dari komposisi bahan peledak, diameter bahan peledak, dan
temperatur.

Universitas Sriwijaya
21

2. Sifat-Sifat Detonasi
Kecepatan detonasi merupakan suatu ukuran kecepatan gelombang detonasi
merambat sepanjang kolom bahan peledak, dinyatakan dalam m/s atau ft/s (Konya
dan Waiter, 1990). Kecepatan detonasi merupakan komponen utama dari energi
kejut dan bertanggungjawab terhadap pemecahan batuan. Kecepatan detonasi
bervariasi, tergantung dari diameter, bobot isi, ukuran partikel bahan peledak, dan
tekanan pengurungan.

2.3.6. Mekanisme Pecahnya Batuan


Proses pemecahan batuan (batuan dianggap homogen) terdiri dari tiga tahap
(Koesnaryo, 2001), yaitu:
1. Fase Pemecahan Tahap I (Pembebanan Dinamik)
Ketika bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang ditimbulkan akan
menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang tembak. Gelombang kejut yang
meninggalkan lubang tembak merambat dengan kecepatan 3000- 5000 m/detik
akan mengakibatkan tegangan tangensial yang menimbulkan rekahan radial yang
menjalar dari daerah lubang tembak.
2. Fase Pemecahan Tahap II (Pembebanan Kuasi-Statik)
Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang tembak pada
proses pemecahan tahap I adalah positif. Ketika gelombang kejut
mencapai bidang bebas (free face), gelombang tersebut akan dipantulkan.
Bersamaan dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dan kemudian berubah
menjadi negatif serta menimbulkan gelombang tarik (tension wave).
Gelombang tarik ini merambat kembali di dalam batuan. Oleh karena kuat tarik
batuan lebih kecil dari pada kuat tekan, maka akan terjadi rekahan-rekahan
(primary failure cracks) karena tegangan tarik yang cukup kuat, sehingga
menyebabkan terjadinya slabbing atau spalling pada bidang bebas.
Proses pemecahan tahap I dan II fungsi dari energi yang ditimbulkan oleh
gelombang kejut adalah membuat sejumlah rekahan-rekahan kecil pada batuan.
Secara teoritis jumlah energi gelombang kejut hanya berkisar antara 5 – 15 % dari
energi total bahan peledak. Jadi gelombang kejut tidak secara langsung

Universitas Sriwijaya
22

memecahkan batuan, tetapi mempersiapkan kondisi batuan untuk proses


pemecahan tahap akhir.
3. Fase Pemecahan Tahap III (Pelepasan Beban)
Dibawah pengaruh tekanan sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan maka
rekahan radial utama (tahap II) akan diperbesar secara cepat oleh efek kombinasi
dari tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial dan pembajian (pneumatic
wedging). Apabila massa di depan lubang tembak gagal mempertahankan
posisinya dan bergerak ke depan maka tegangan tekan tinggi yang berada dalam
batuan akan dilepaskan, seperti spiral kawat yang ditekan kemudian dilepaskan.
Akibat pelepasan tegangan tekan ini akan menimbulkan tegangan tarik yang besar
di dalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses pemecahan
batuan yang sudah dimulai pada tahap II. Rekahan yang terjadi dalam proses
pemecahan tahap II merupakan bidang-bidang lemah yang membantu fragmentasi
utama pada proses peledakan.

Gambar 2.7. Proses pecahnya batuan akibat peledakan (Jimeno,1995).


2.3.7. Analisa Hasil Peledakan
Setelah kegiatan operasi peledakan berjalan sesuai rencana dan hasil
peledakan telah sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu dilakukan analisis
terhadap hasil peledakan. Secara umum analisis hasil peledakan meliputi :

Universitas Sriwijaya
23

1. Fragmentasi
Kepentingan dari fragmentasi tidak bisa diremehkan karena pada tingkatan
yang luas fragmentasi merupakan ukuran dari suksesnya peledakan, hal ini
mempengaruhi biaya operasional dan perawatan dari operasi-operasi selanjutnya
serta termasuk pengoperasian alat berat seperti penggalian atau pemuatan,
pengangkutan dan crushing. Fragmentasi yang buruk menghasilkan oversize
atau bongkahan besar yang mengakibatkan bertambahnya biaya penghancuran
sekunder untuk mengurangi ukurannya sampai pada ukuran yang dapat diolah
secara ekonomis, aman dan efisien dengan alat-alat angkut dan muat. Persentase
fragmentasi batuan hasil peledakan dikatakan baik apabila persentase boulder
dibawah 18% (Taufik, 1995). Faktor fragmentasi batuan dapat digolongkan dalam
tiga kelompok parameter:
a. Parameter peledak, mencakup densitas, kecepatan detonasi, volume gas
dan energi yang tersedia.
b. Parameter pemuatan lubang ledak, mencakup diameter lubang ledak,
stemming, de-coupling, serta tipe dan titik inisiasi.
c. Parameter batuan yang berhubungan dengan densitas batuan, kekuatan
(compressive dan tensile), tekstur dan kecepatan propagasi.
Produksi berlebih dari batuan undersize atau berukuran halus juga tidak
diinginkan karena mengindikasikan penggunaan berlebih yang tidak berguna dari
bahan peledak, pengurangan ukuran yang ekonomis dapat dicapai dengan
penggunaan instalasi crushing yang sesuai. Biar bagaimanapun di bawah kondisi
tertentu, fragmentasi dapat diperbaiki dengan mengadopsi salah satu atau lebih
langkah berikut (diterapkan dalam peledakan bench):
a. Mengurangi jarak spacing antara lubang yang saling sejajar dalam
baris.
b. Mengurangi jarak burden.
c. Menggunakan detonator dengan short delay.
Sangat penting mengetahui fragmentasi hasil peledakan secara
teoritis sebelum peledakan dilakukan. Peramalan persentase fragmentasi
dengan memperhitungkan faktor geologi, biasanya dilakukan dengan cara
Kuz-Ram (Cunningham, 1983). Cara ini terdiri dari dua persamaan, yaitu:

Universitas Sriwijaya
24

a. Persamaan Kuznetsov untuk mencari ukuran rata-rata dari hasil peledakan


dalam cm.

0 ,8 -19
æ Vo ö 1 æ E ö
30

X = Açç ÷÷ .Qe 6 ç ÷ ......................................................................... (2.49)


è Qe ø è 115 ø

Dimana :
X = Ukuran rata-rata dari hasil peledakan (cm)
A = Faktor batuan
Vo = Volume batuan dalam m3 per lubang ledak
Qe = Massa bahan peledak yang digunakan tiap lubang ledak (kg)
E = Kekuatan berat relative bahan peledak (ANFO = 100 ; TNT = 115)
Penentuan faktor batuan berdasarkan pembobotan nilai beberapa faktor
seperti rock mass description, joint plane spacing, joint plane orientation,
specific gravity influence, dan kekerasan (Tabel 2.5).

Tabel 2.5. Bobot nilai tiap parameter penentuan faktor batuan (Lilly, 1986)

1. Rock Mass Description (RMD) RATING


1.1 1.1 Powder/friable 10
1.2 1.2 Blocky 20
1.3 1.3 Totally massive 50
2. Joint Plane Spacing (JPS) RATING
2.1 Close (< 0,1m) 10
2.2 Intermediate (0,1 - 1,0 m) 20
2.3 Wide (>1,0 m) 50
3. Joint Plane Orientation (JPO) RATING
3.1 Horizontal 10
3.2 Dip out of face 20
3.3 Strike normal to face 30
3.4 Dip into face 40
4. Specific Gravity Influence (SGI) SGI = 25 X bobot isi - 50
5. HARDNESS (H) Rating Of 1 To 10 (Mohs Scale)
Blastibility index BI = 0.5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H)
Faktor batuan A = BI x 0,15

b. Persamaan Rosin-Ramler untuk mencari material yang tertahan pada


saringan (Konya, 1990).

Universitas Sriwijaya
25

-( X )n

R = e ( Xc )
n
............................................................................................. (2.50)
Dimana :
R = Persentase material yang tertahan pada saringan
X = Ukuran screen
1
æ X ö n
X c = çç ÷÷
è 0.693 ø ...................................................................................... (2.51)
Dimana :
Xc = Karakteristik dari ukuran batuan
n = Index keseragaman

é Bù é Wù é ( A'-1) ù PC
n = ê2,2 - 14 ú ê1 - B ú ê1 + 2 ú H ............................................... (2.52)
ë Dû ë û ë û
Dimana :
B = burden (m)
D = diameter bahan peledak (mm)
W = standar deviasi dari keakuratan pengeboran (m)
A’ = ratio perbandingan spasi dengan burden
PC = panjang isian (m)
H = Tinggi jenjang (m)
Nilai “n” mengindikasikan tingkat keseragaman distribusi ukuran
fragmentasi hasil peledakan. Nilai “n” umumnya bernilai antara 0,8 sampai 2,2
dimana semakin besar nilai “n” maka ukuran fragmentasi semakin seragam
sedangkan jika nilai “n” rendah mengindikasikan ukuran fragmentasi kurang
seragam.
2. Back break
Back break yang terjadi disekitar lubang ledak akan merubah material padat
di belakang lubang ledak menjadi retakan. Hal ini disebabkan karena tingginya
temperatur dan tekanan gas-gas hasil reaksi peledakan serta tingginya tekanan
detonasi. Ukuran daerah ini tergantung pada jenis bahan peledak dan material
yang diledakkan.

Universitas Sriwijaya
26

3. Flying rock
Flying rock merupakan terlemparnya batuan akibat operasi peledakan yang
disebabkan oleh distribusi energi peledakan yang kurang baik. Bila lemparan
batuan dominan ke arah vertikal berarti kolom stemming terlalu dangkal,
sedangkan apabila pelemparan batuan dominan ke arah horizontal (jauh) berarti
burden terlalu kecil.
4. Misfire
Misfire adalah keadaan dimana bahan peledak yang dipasang di dalam
lubang ledak tidak meledak. Hal ini mungkin disebabkan oleh bahan peledak itu
sendiri, detonator atau kawat penghantar. Guna menghindari terjadinya misfire
perlu dilakukan perawatan perlengkapan peledakan selain ketelitian regu peledak
dalam menjalankan tugasnya.
5. Getaran
Getaran yang timbul pada operasi peledakan perlu dikendalikan karena akan
mempengaruhi kestabilan lereng disekitarnya dan dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Guna mengurangi getaran dapat dilakukan penyalaan tunda
(delay).
2.4. Aplikasi Split Desktop 2.0 Demo
Perhitungan menggunakan aplikasi Spilt Desktop 2.0 Demo dilakukan untuk
mendapatkan distribusi fragmentasi hasil peledakan. Metode ini menggunakan
media foto fragmentasi yang sudah terdapat skala ukuran untuk mengetahui
ukuran fragmentasi yang dihasilkan pada kegiatan peledakan.
Proses perhitungan distribusi menggunakan aplikasi ini dimulai dengan
memilih foto yang akan dilakukan perhitungan setelah itu skala yang sudah ada
pada foto seperti helm, tongkat, bola ditentukan ukurannya, lalu foto yang
skalanya sudah ditentukan ukurannya dilakukan delineate pada proses ini dapat
dilakukan dengan manual ataupun auto setelah selesai dilakukan delineate lalu
dilakukan graphs and outputs untuk mendapatkan hasil dan grafik. Hasil yang
didapat dari perhitungan menggunakan aplikasi Split Desktop akan didapatkan
distribusi fragmentasi dari ukuran 20 cm sampai ukuran 100 cm (Gambar 2.8).

Universitas Sriwijaya
27

A B

Gambar 2.8. Fragmentasi hasil peledakan (A), hasil delineate foto (B), distribusi
fragmentasi batuan hasil peledakan (C) (Taufik, 1995)
2.5. Produktivitas Alat Gali Muat
1. Waktu edar alat gali muat
Waktu edar alat gali muat dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut (Prodjosumarto, 2000) :

Ctgm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 ………………................…………......... (2.53)

Dimana :
Ctgm = waktu edar alat gali-muat (detik)

Universitas Sriwijaya
28

Tm1 = waktu menggali material (detik)


Tm2 = waktu putar dengan bucket terisi (detik)
Tm3 = waktu menumpahkan muatan (detik)
Tm4 = waktu putar dengan bucket kosong (detik)
2. Produktivitas alat gali muat
Produktivitas alat gali muat dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut (Prodjosumarto, 2000) :

3600
P = x Kb x Fb x Eff x SFxr ..........................................................(2.54)
Ct
Dimana :
P = Produktivitas alat gali muat, (bcm/jam)
Kb = Kapasitas bucket , (m3)
Fb = Faktor bucket ( K )
Eff = Efisiensi kerja , (%)
SF = Swell Factor
r = Densitas Material (Ton/m3)
Ct = Waktu edar , (Detik)
2.6. Getaran Tanah
Getaran tanah (ground vibration) merupakan gelombang yang bergerak
didalam tanah yang disebabkan oleh adanya sumber energi. Sumber energi
tersebut dapat berasal dari alam, seperti gempa bumi atau adanya aktifitas
peledakan (Bieniawski,1989 dalam Maryura, 2014). Getaran tanah terjadi pada
daerah elastis (elastic zone). Didaerah ini tegangan yang diterima material lebih
kecil dari kuat material sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan
volume. Sesuai dengan sifat elastis material maka bentuk dan volume akan
kembali pada keadaan semula setelah tidak ada tegangan yang berkerja.
Perambatan tegangan pada daerah elastic akan menimbulkan gelombang
elastis. Getaran tanah ini pada tingkat tertentu bisa menyebabkan terjadinya
kerusakan struktur disekitar lokasi terjadinya operasi peledakan. Tidak hanya itu
getaran tanah juga dapat menyebabkan goncangan pada bangunan yang
mengakibatkan gangguan berupa ketidaknyamanan. Karena itu keadaan bahaya
yang mungkin ditimbulkan oleh operasi peledakan tidak bisa diabaikan.

Universitas Sriwijaya
29

2.7. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Getaran Tanah


Beberapa penelitian yang telah dilakukan, seperti Rudini (2012), Zulfahmi
(2013), Maryura, dkk (2014) dalam usaha menentukan hubungan antara faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat getaran. Dua faktor prinsip yang
mempengaruhi tingkat getaran hasil peledakan yaitu :
1. Jumlah muatan bahan peledak maksimum yang meledak secara bersamaan
dalam sistem periode rangkaian inisiasi peledakan.
2. Jarak dari lokasi peledakan, pengaruh jarak terhadap tingkat getaran apabila
jarak pengukuran lokasi peledakan semakin jauh maka getaran yang
dihasilkan juga semakin kecil. Pada kenyataannya dilapangan banyak sekali
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap besarnya getaran yang
ditimbulkan oleh kegiatan peledakan.
Variabel-variabel tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Variabel yang dapat dikontrol, merupakan variabel yang dapat dikendalikan
oleh kemampuan manusia dalam merancang suatu peledakan untuk
memperoleh hasil peledakan yang diharapkan.
Beberapa contoh variabel yang dapat dikontrol, antara lain :
- Arah dan kemiringan lubang ledak
- Pola pemboran
- Diameter lubang ledak
- Sifat bahan peledak
- Distribusi bahan peledak
- Pola peledakan
- Waktu tunda dan arah peledakan
b. Variabel yang tidak dapat dikontrol adalah faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh kemampuan manusia, hal ini disebabkan karena
prosesnya terjadi secara alamiah.
Beberapa contoh variabel yang tidak dapat dikontrol, antara lain :
- Karakteristik massa batuan
- Struktur geologi
- Pengaruh air

Universitas Sriwijaya
30

2.8. Alat pengukur getaran tanah

Pengukuran getaran peledakan dilapangan yg digunakan adalah Blasmate


III (gambar 2.9). Sebelum pengukuran, dilakukan pengaturan terlebih dahulu pada
Blasmate III . Blasmate III didesain untuk mengukur dan mencatat getaran tanah
dengan tepat. Peralatan ini disebut dengan seismograf dan terdiri dari 2 bagian
penting, yaitu sensor dan recorder. Kotak sensor mempunyai 3 unit independent
sensor yang letaknya saling tegak lurus antara satu unit dengan unit lain. Dua unit
terletak horisontal dan saling tegak lurus dan unit yang lain dipasang secara
vertical.

Gambar 2.9 Alat Pengukur Getaran Peledakan Blastmate III

Ketiga sensor tersebut mencatat 3 arah komponen getaran peledakan yaitu


longitudinal, vertikal, dan transversal. Gerakan longitudinal adalah gerakan
partikel ke/dari depan dan belakang. Gerakan vertikal adalah gerakan partikel
ke/dari atas dan bawah. Gerakan transversal adalah gerakan partikel tanah atau
batuan dari satu sisi ke sisi yang lain. Mekanisme pengukuran getaran adalah :

Universitas Sriwijaya
31

1. Getaran dan kebisingan peledakan (getaran mekanis) direkam oleh geophone


dan microphone, diubah menjadi getaran elektris lalu disimpan di memori
2. Hasil pengukuran (dalam memori) di download ke komputer dengan
menggunakan perangkat lunak berupa Blastware
3. Hasil akhir berupa seismogram yang dapat menampilkan angka-angka besar
getaran dan kebisingan serta grafik
4. Untuk mengetahui besar getaran apakah masih di dalam atau melebihi ambang
batas, dapat memilih grafik baku tingkat getaran dari 13 negara yang ada di dalam
perangkat lunak.

Gambar 2.10 Variasi Pergerakan Partikel Karena Bentuk Gelombang


Getaran

Universitas Sriwijaya
32

Gambar 2.11 Mekanisme Pengukuran Getaran dan Kebisingan.

2.9. Scaled Distance


Cara yang praktis untuk mengontrol getaran adalah dengan menggunakan
Scaled Distance, sehingga memungkinkan pelaksana lapangan menentukan
jumlah bahan peledak yang diperlukan atau jarak aman untuk muatan bahan
peledak yang jumlahnya telah ditentukan. Dengan menggunakan sistem metrik
scaled distance yang dapat dirumuskan (Downding, 1984) sebagai berikut:
=

Dimana :
D = Jarak dari muatan peledakan ke pengukuran
W = Muatan maksimum bahan peledak per waktu tunda dengan toleransi 8
ms/delay dianggap meledak bersamaan.

Universitas Sriwijaya
33

2.10. State Of The Art

Lingkup Penelitian Bidang yang di Teliti Capaian


A. Geometri peledakan 1. Evaluasi geometri peledakan Telah mempelajari
terhadap fragmentasi terhadap fragmentasi batuan dan tentang:
hasil peledakan. biaya peledakan pada Pit lisa PT.
1) Geometri peledakan
Teguh sinar abadi kabupaten
kutai barat, provinsi kalimantan terhadap hasil
fragmentasi dan
timur.Oleh: dian abimanyu, tommy
Trides, Sakdillah tahun 2018. biaya peledakan.
2) Tingkat
2. Identifikasi tingkat keseragaman
batuan hasil peledakan dengan keseragaman
metode kuz-ram dan metode batuan sebagai
pengantar hasil
koofisien tekstur pada front
Itambang quarry PT. Semen peledakan dengan
metode kuz-ram.
Padang, Marchellevandra Gomis,
tahun 2015. 3) Isian bahan peledak
3. Evaluasi isian bahan peledak terhadap ukuran
fragmentasi
menggunakan analysis distribusi
ukuran fragmen pada peledakan peledakan batuan
penutup.
batuan penutup ditambang
terbuka batubara oleh ahmad ali 4) Pengaruh geometri
syafi`i tahun 2016. peledakan terhadap
fragmentasi batuan
4. Kajian teknis geometri peledakan
berdasarkan analysis blastability inter burden.
Tetapi: belum
dan digging rate alat gali muat di
pit-4 tambang air laya. PT. Bukit dibahas pengaruh
Asam ( Persero) TBk tanjung terhadap getaran
tanah (ground
enim, sumatera selatan. Oleh
moamar aprilian ghadafi, samsul vibration)
komar, Djuki sudarmono. Tahun
2015.
5. Evaluasi geometri peledakan
terhadap fragmentasi batuan
menggunakan bahan peledak
ANFO dan Bulk Emulsion pada
lapisan interburden PIT 4500 blok
selatan. PT. Pama Persada-
Dahana (PERSERO) job side
melati, kalimantan timur. Oleh
Indro Gumanti Putra, M. Taufik
Toha, Djuki Sudarmono Tahun
2015.

Universitas Sriwijaya
34

B. Hubungan geometri 1. Modifikasi geometri peledakan dalam upaya Sudah dibahas:


peledakan 1.6.
terhadap mencapai target produksi 80.000 Ton/bln dan
produktivitas alat mendapatkan fragmentasi yang diinginkan pada Operasi dan geometri
dari hasil produksi tambang granit PT. Kawasan dinamika peledakan terhadap
peledakan. harmonitama kabupaten kenimar kepulauan produktivitas alat gali
riau. Oleh muhammad armansyah,
Ir.H.Abuamat, HAK, MSc, IE, makmur asyik,
muat dalam mencapai
tahun target produksi.
2. Analisis geometri peledakan guna mendapatkan
fragmentasi batuan yang diinginkan untuk Tetapi: hasil tersebut
mencapai target produksivitas alat gali muat belum dihubungkan
pada kegiatan pembongkaran lapisan tanah dengan kestabilan
penutup (OB) di pit manara utara PT. Arkananta lereng.
Apta Pratista job side PT. KPCU Malinau
Kalimantan utara. Oleh sahrul ramadana,
raimon kopa.
3. Kajian teknis operasi peledakan untuk
meningkatkan nilai perolehan hasil peledakan
ditambang batubara kabupaten kutai
kartanegara, provinsi kalimantan timur. Oleh:
reny susanti, Tedy agung cahyadi, ST, MT.
Tahun 2011.
4. Analisis peledakan overburden dengan metode
Top Air Deck terhadap hasil fragmentasi dan
digging Time di pit pinang South panel 3 PT.
KPC, oleh Dion pradatama, DM, M. Taufik
Toha, Buchori, tahun 2018.

C. Pengaruh peledakan 1. Analisis pengaruh getaran peledakan terhadap - Tingkat getaran tanah
terhadap kestabilan kestabilan lereng pada tambang Batubara Pit akibat peledakan.
lereng. Roto Selatan Side Kideco kecamatan batu - Sudah membahas
sopang, kabupaten paser provinsi kalimantan tentang pengaruh
timur oleh muhammad sofyan riska A, Fahrudin, getaran pada proses
peledakan terhadap
Narulita Santii. Tahun 2017.
kestabilan lereng.
2. Analisis tingkat getaran Tanah (Ground
- Akan tetapi belum di
Vibration) akibat peledakan di pit Kinong PT. hubungkan antara
Firman Kataun Perkasa kecamatan melak, geometri peledakan
kabupaten kutai barat, provinsi kalimantan terhadap produktivitas
timur. alat dan hasil produksi
Oleh: Yodokus yudiwan, Windhu Nugroho, serta akibat nya
Tommy Trides, Tahun 2016. terhadap kestabilan
3. Analisis getaran tanah (Ground Vibration) hasil lereng.
peledakan OB di Side Tambang Air Selatan PT.
Bukit Asam (PERSERO), Tbk, Tanjung Enim,
Sumatera Selatan.
Oleh: Can Royen Situmorang, Tahun 2015.

Analisis Pengaruh Fragmentasi dan


getaran tanah terhadap produktivitas POSISI
alat gali muat dan kestabilan lereng PENELITIAN
pada peledakan overburden di tambang
MTBU PT. Bukit Asam Tbk

Universitas Sriwijaya
35

2.11. Kerangka Pemikiran Penelitian

PELEDAKAN DAMPAK PELEDAKAN GETARAN TANAH

GEOMETRI PELEDAKAN

FRAGMENTASI

PRODUKTIVITAS ALAT KESTABILAN LERENG


GALI MUAT

Analisis Pengaruh Fragmentasi dan


getaran tanah terhadap produktivitas alat
gali muat dan kestabilan lereng pada
peledakan overburden di tambang MTBU
PT. Bukit Asam Tbk

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Pemilihan daerah penelitian di PT. Bukit Asam, Tbk yang berlokasi di
Tanjung Enim, berdasarkan hasil survey dan melihat adanya kegiatan peledakan
overburden yang dilakukan secara kontinu. PT. Bukit Asam terletak di Kecamatan
Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Penambangan
di Muara Tiga besar memiliki luas daerah IUP sebesar 3300 Ha. Penambangan di
Muara Tiga Besar memiliki 2 area penambangan yaitu Muara Tiga Besar Utara
dan Muara Tiga Besar Selatan. Penelitian ini tepatnya dilakukan di area
penambangan Muara Tiga Besar Utara. (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Peta lokasi penambangan Muara Tiga Besar Utara


Sumber : Satuan Kerja Penunjang Tambang PT. Bukit Asam (Persero), Tbk

36
Universitas Sriwijaya
37

3.2. Metode Penelitian


Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang
mendukung penelitian, pengamatan lapangan, pengambilan data primer dan
sekunder, pengolahan dan analisis data agar didapat kesimpulan dalam penelitian
yang dilakukan.
3.3.1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang dan diperoleh dari perpustakaan seperti buku tentang peledakan dan
pengeboran, jurnal tentang fragmentasi peledakan, buku tentang produktivitas alat
gali muat dan alat angkut, laporan penelitian perusahaan dan sumber lainnya.
Bahan bahan pustaka tersebut digunakan sebagai dasar teori yang dapat
mendukung dalam penelitian.
3.3.2. Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan untuk mendapatkan nilai dari berbagai aspek
yang mempengaruhi hasil fragmentasi peledakan dan produktivitas alat muat.
Data yang diperlukan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari hasil orientasi dan observasi di lapangan
yang terdiri atas :
a. Pengukuran geometri peledakan aktual.
b. Fragmentasi batuan hasil peledakan.
c. Mengukur waktu edar yang dibutuhkan satu siklus alat gali muat
d. Keadaan geologi pada lokasi penelitian
e. Jenis material yang akan diledakan.
f. Mengukur getaran pada saat peledakan
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari dokumen-
dokumen PT. Bukit Asam, Tbk yaitu :
a. Data faktor keamanan lereng
b. Keadaan geologi lokasi
c. Jenis material yang akan diledakkan

Universitas Sriwijaya
38

d. Data lama waktu kerja efektif dalam satu hari.


e. Spesifikasi bahan peledak dan perlengkapan peledakan.
f. Spesifikasi Hydraulic Loading Excavator Komatsu PC 2000.
g. Litologi daerah Muara Tiga Besar Utara
h. Peta Lokasi Unit Pertambangan Tanjung Enim
i. Peta lokasi penambangan Muara Tiga Besar Utara
j. Data getaran peledakan
3.3.3. Pengolahan Data
Melalui data primer dan data sekunder yang telah didapat, maka akan
dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui
distribusi fragmentasi hasil peledakan aktual, produktivitas aktual Hydraulic
Loading Excavator Komatsu PC 2000 serta data getaran tanah dari kegiatan
peledakan.
1. Pengolahan data geometri peledakan aktual
Pengolahan data geometri peledakan aktual dilakukan untuk mengetahui
apakah geometri peledakan yang digunakan di Muara Tiga Besar Utara sudah
optimal
2. Pengolahan data distribusi fragmentasi dengan Split Desktop 2.0 Demo
Pengolahan data dengan menggunakan aplikasi Split Desktop 2.0 Demo
dilakukan untuk mengetahui persentase fragmentasi batuan hasil peledakan
dengan menggunakan gambar berupa foto yang diambil setelah kegiatan
peledakan.
3. Pengolahan data produktivitas Hydraulic Loading Excavator Komatsu PC
2000
Pengolahan data produktivitas Hydraulic Loading Excavator Komatsu PC
2000 dilakukan untuk mengetahui produktivitas Hydraulic Loading Excavator
Komatsu PC 2000 secara aktual. Nilai produktivitas Hydraulic Loading Excavator
Komatsu PC 2000 didapatkan dengan melakukan perhitungan, dimana data yang
diperlukan untuk melakukan perhitungan produktivitas yaitu waktu edar daripada
Hydraulic Loading Excavator Komatsu PC 2000, faktor bucket, efisiensi kerja,
kapasitas heaped bucket, densitas material, dan swell factor.

Universitas Sriwijaya
39

4. Pengolahan data getaran tanah hasil peledakan untuk mengetahui nilai Peak
Particle velocity

3.3.4. Analisis Data


Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis hasil dari pengolahan data,
dimana analisis data ini berpedoman terhadap literatur-literatur yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian ini. Analisis data dari penelitian tesis ini yaitu :
1. Jika didapatkan persentase distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan
aktual yang tidak sesuai, maka dilakukan perancangan ulang
terhadap geometri peledakan aktual.
2. Menganalisis hubungan antara distribusi fragmentasi hasil peledakan
dengan produktivistas Hydraulic Loading Excavator Komatsu PC 2000
dengan melakukan uji statistik.
3. Persentase distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan digunakan untuk
mengetahui prediksi produktivitas Hydraulic Loading Excavator Komatsu
PC 2000.
4. Data hasil pengukuran getaran dan data jarak pengukuran
Data yang diperoleh akan dianalis bagaimana pengaruh getaran peledakan
terhadap kestabilan lereng. Apabila setelah dilakukan pengukuran
ditemukan adanya getaran tanah yang melebihi ketentuan yang telah
ditetapkan, maka akan dilakukan upaya Control Blasting.

3.3.5. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data,
serta pembahasan yang dilakukan, maka akan diperoleh suatu kesimpulan.
Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang diteliti dan diperoleh
dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan. Hasil pengolahan
dan analisis data diharapkan dapat memberikan bermanfaat bagi pembaca dan
perusahaan.

Universitas Sriwijaya
40

3.4. Bagan Alir Penelitian


Bagan Alir Penelitian digunakan agar memudahkan kegiatan penelitian tesis
ini, dengan adanya bagan alir penelitian setiap langkah selama penelitian dapat
terkoordinasi dengan baik. Berdasarkan uraian metode penelitian pada sub bab
sebelumnya maka dapat dibuat suatu bagan alir penelitian yang dapat
memperjelas langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan dan pengumpulan
data penelitian yang diperlukan (Gambar 3.2).

ANALISIS PENGARUH FRAGMENTASI DAN GETARAN TANAH TERHADAP


PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN KESTABILAN LERENG PADA
PELEDAKAN OVERBURDEN DI TAMBANG MTBU PT BUKIT ASAM TBK
DI PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK

Permasalahan :
1. Bagaimana distribusi fragmentasi dan tingkat getaran tanah pada
peledakan overburden di tambang MTBU.
2. Bagaimana pengaruh distribusi fragmentasi terhadap produktivitas
excavator?
3. Bagaimana pengaruh getaran tanah terhadap kestabilan lereng?

Orientasi lapangan dan


Data primer Data sekunder
pengumpulan data

a. Pengukuran geometri peledakan a. Data faktor keamanan lereng


aktual. b. Keadaan geologi lokasi
b. Fragmentasi batuan hasil peledakan. c. Jenis material yang akan diledakkan
c. Mengukur waktu edar yang d. Data lama waktu kerja efektif dalam satu
dibutuhkan satu siklus alat gali muat hari.
d. Keadaan geologi pada lokasi e. Spesifikasi bahan peledak dan aksesoris
penelitian peledakan.
e. Jenis material yang akan diledakan. f. Spesifikasi Hydraulic Loading Excavator
f. Mengukur getaran pada saat Komatsu PC 2000.
peledakan g. Data geologi
h. Peta Lokasi Unit Pertambangan Tanjung
Enim
i. Peta lokasi penambangan Muara Tiga
Besar Utara
j. Data Curah Hujan

Universitas Sriwijaya
41

Pengolahan data :

a. Pengolahan data geometri peledakan aktual


b. Pengolahan data distribusi fragmentasi dengan Split Desktop 2.0 Demo
c. Pengolahan data produktivitas Hydraulic Loading Excavator Komatsu
PC 2000
d. Pengolahan data untuk menganalisis pengaruh getaran tanah dari aktifitas
peledakan terhadap kestabilan lereng

Analisa data dan pembahasan :


a. Menganalisis distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan aktual
b. Menganalisis pengaruh getaran tanah terhadap kestabilan lereng
c. Menganalis hubungan distribusi fragmentasi dan produktivitas excavator.

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.2. Bagan alir penelitian

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang meliputi analisis
fragmentasi hasil peledakan, Pengaruh Distribusi Fragmentasi Peledakan
Terhadap Produktivitas alat gali muat, pengaruh getaran tanah terhadap,
kestabilan lereng.
4.1. Analisis Fragmentasi
Dari hasil pengamatan di lapangan, setelah dilakukan pembongkaran
lapisan batuan dengan metode peledakan maka akan menghasilkan fragmentasi
material hasil peledakan (Gambar 4.1 (A)). Berdasarkan dari hasil analisis
menggunakan software split desktop diperoleh hasil seperti pada gambar 4.1
(B).

(A) (B)
Gambar 4.1. Foto (A) Fragmentasi Hasil Peledakan (B) Analisis Split Desktop

Jika dilihat dari foto diatas, fragmentasi hasil peledakan sudah memiliki
ukuran kurang dari 100 cm atau 1 meter. Ukuran bingkai pada foto diatas
berukuran 100 cm berbentuk segi empat sama sisi. Ukuran tersebut termasuk
variabel yang dimasukkan dalam analisis menggunakan split desktop sebagai
skala gambar. Skala gambar tidak harus berupa bingkai kayu seperti gambar
tersebut. Benda lain seperti helm, palu geologi atau koin juga bisa digunakan
sebagai skala pada gambar akan tetapi ukuran skala yang digunakan diketahui
ukurannya sehingga tidak merusak data hasil analisis.

42
Universitas Sriwijaya
43

Dalam mengukur distribusi fragmentasi hasil peledakan dilakukan sepuluh


kali pengambilan sampel secara acak. Walaupun data diambil secara acak
namun tetap memperhatikan fragmentasi yang menunjukkan ukuran yang
beragam. Sehingga hasil analisis masih mewakili keadaan sebenarnya di
lapangan. Berikut ini tabel hasil analisis distribusi fragmentasi hasil peledakan.

Tabel 4.1. Distribusi Fragmentasi Hasil Peledakan

Analisis Persentase Fragmentasi (%)


Ke- <20 21-40 41-60 61-80 81-100 >100
1 30,5 21,4 11,3 5,5 31,3 0
2 31,2 32,1 15,6 7,8 13,3 0
3 33,6 33,9 21,3 11,2 0 0
4 39,1 20,3 22,1 12,1 6,4 0
5 33,2 13,1 31,4 22,3 0 0
6 45,1 12,3 33,2 9,4 0 0
7 29,7 11,1 40,1 19,1 0 0
8 35,4 11,9 9,3 33,2 10,2 0
9 33,2 20,4 11,6 31,5 3,3 0
10 30,1 21,6 12,5 10,3 25,5 0
Rata-
34,11 19,81 20,84 16,24 9 0
rata

Dari tabel diatas diketahui bahwa rata-rata ukuran fragmentasi kurang dari
20 cm sebanyak 34,11%. Ukuran 21 – 40 cm sebanyak 19,81%. Ukuran 41 –
60 cm sebanyak 20,84%. Ukuran 61 – 80 cm sebanyak 16,24% dan ukuran 81
– 100 yang merupakan ukuran terbesar rata-rata hanya 9%.
Untuk ukuran terbesar dari 10 kali analisis didapat 4 kali analisis yang
tidak memiliki ukuran fragmentasi lebih dari 80 cm. Hal ini terlihat dari
analisis ke 3, 5, 6, dan 7. Untuk ukuran fragmentasi yang paling dominan dari
semua analisis terdapat pada ukuran kurang dari 20 cm. Jika fragmentasi
didominasi ukuran halus dan tidak terdapat bongkahan maka dapat
disimpulkan bahwa geometri dan komposisi peledakan sudah baik.

Universitas Sriwijaya
44

4.2 Analisis Pengaruh Distribusi Fragmentasi Peledakan Terhadap


Produktivitas
Hasil pengamatan waktu edar alat gali muat excavator PC 2000 seperti tabel
dibawah ini :
Tabel 4.2. Cycletime Excavator PC 2000
Swing
Digging Swing Isi Dumping Total
No Kosong
(Detik) (Detik) (Detik) (Detik)
(Detik)
1 17,96 6,55 3,33 5,74 33,58
2 13,3 6,02 3,58 4,58 27,48
3 12,89 6,02 3,77 3,77 26,45
4 10,9 6,86 5,21 4,09 27,06
5 18,75 4,75 3,21 4,02 30,73
6 17,63 3,12 3,90 4,80 29,45
7 14,59 6,17 3,71 5,08 29,55
8 12,43 6,55 3,43 9,00 31,41
9 10,72 6,18 4,01 5,30 26,21
10 12,39 4,18 3,84 5,71 26,12
11 12,21 6,45 4,74 6,90 30,30
12 9,33 7,36 3,55 8,27 28,51
13 17,5 6,83 4,02 4,81 33,16
14 18,46 6,09 4,87 4,93 34,35
15 13,53 4,71 3,59 4,50 26,33
16 9,69 6,43 3,31 7,53 26,96
17 13,73 5,21 3,75 4,62 27,31
18 15,37 10,15 4,38 5,05 34,95
19 11,52 6,21 3,43 6,05 27,21
20 16,58 7,37 8,53 10,23 42,71
21 9,73 6,74 4,93 4,06 25,46
22 11,39 7,21 3,56 4,87 27,03
23 11,84 5,91 5,15 7,99 30,89
24 16,98 5,41 2,62 6,68 31,69
25 15,54 9,18 3,75 4,09 32,56
26 15,84 6,72 3,49 3,59 29,64
27 18,53 5,28 3,34 5,39 32,54
28 16,24 5,86 3,75 4,44 30,29
29 14,36 6,72 3,92 7,71 32,71
30 14,81 6,77 4,46 7,40 33,44
Rata-rata 30,20267

Universitas Sriwijaya
45

Berdasarkan dari hasil pengukuran cycletime (CT) Excavator PC 2000 di


lapangan diperoleh nilai CT rata-rata 30,20 detik (Tabel 4.2). CT 30,20 detik
tersebut masuk dalam range nilai standar CT PC 2000 pada buku pedoman
spesifikasi alat mekanis (Lampiran E). Sehingga bisa disimpulkan bahwa
fragmentasi hasil peledakan sudah baik. Balasubramanian (2017) menyebutkan.
Fragmentasi ini sangat mempengaruhi produktivitas. Sehingga apabila CT alat
gali muat sudah sesuai dengan standar buku pedoman maka geometri peledakan
tidak perlu diperbaiki dan fragmentasi hasil peledakan sudah baik.
Distribusi fragmentasi hasil peledakan yang seragam dan tidak adanya
bongkahan membuat produktivitas alat gali muat Excavator PC 2000 tidak
memiliki kendala. Dari pengamatan dan observasi lapangan diketahui bahwa
cycletime PC 2000 sebesar 30,20 detik. Adapun kapasitas bucket sebesar 11 m3
(Lampiran A), Swell Factor 0,85 dan densitas 1,6 ton/m3 (Lampiran D), Bucket
Factor 1,1 (Lampiran B) dan Effisiensi Kerja 0,70 (Lampiran C). Maka dapat
diketahui produktivitas Komatsu PC 2000 sebagai berikut:
Diketahui:
Kapastitas Bucket (Kb) = 11 m3 (Lampiran A)
Bucket Fill Factor (Fb) = 1,1 (Lampiran B)
Effisiensi Kerja (Eff) = 0,70 (Lampiran C)
Swell Factor (SF) = 0,85 (Lampiran D)
Densitas Material = 1,6 (Lampiran D)
Cycletime (CT) Shovel = 30,20 detik (Tabel 4.3)

3600
P = x Kb x Fb x Eff x SF
Ct

3600
P = x 11 x1,1 x 0,70 x 0,85 = 858,22 BCM/jam
30,20
Jika dilihat dari perhitungan diatas diketahui bahwa produktivitas alat gali
muat PC 2000 adalah 858,22 BCM/jam. Produktivitas ini sudah baik dengan
mengacu pada target produksi harian bulan desember 2019 di MTBU dan
produktivitas ini masih dapat meningkat jika nilai effisiensi kerja bisa lebih baik.

Universitas Sriwijaya
46

Budiman dkk. (2016) menyatakan bahwa fragmentasi hasil peledakan sangat


mempengaruhi waktu gali (digging time) excavator alat gali muat.

4.3. Analisis Getaran Tanah Terhadap Kestabilan Lereng

4.3.1. Analisis Geoteknik pada Area Pit MTBU

Kegiatan penambangan yang dilakukan di PT Batubara Bukit Asam tbk.


area Pit MTBU adalah sistem tambang terbuka dengan metoda open pit mining.
Sebagaimana diketahui sistem tambang terbuka akan selalu membentuk bukaan
tambang dengan kedalaman dan luas tertentu. Dengan semakin dalam penggalian
bukaan tambang tingkat kestabilan lereng akan semakin kecil, dalam arti kata
lereng tambang akan semakin mudah longsor. Apalagi jika dalam kegiatan
penggalian tanah penutup baik overburden maupun interburden dilakukan dengan
kegiatan peledak. Hal ini akan semakin membuat kestabilan lereng tambang
semakin mudah lonsor.
Sebagaimana diketahui lithology daerah Pit Penambangan MTBU terdiri
dari batupasir, batulempung dan batubara, sehingga dalam kegiatan penggalian
tanah penutup di lokasi Pit Penambangan MTBU diperlukan peledakan. Untuk itu
diperlukan suatu kajian geoteknik untuk mengetahui kestabilan lereng bukaan
tambang tersebut agar tetap aman. Dalam melakukan kajian geoteknik ada
beberapa kegiatan yang perlu dilakukan, antara lain kegiatan akuisisi data, analisis
geoteknik, dan rekomendasi geoteknik. Sedangkan untuk jenis data yang
digunakan dalam melakukan kajian geoteknik adalah data primer dan data
sekunder.
Salah satu aspek dalam analisis geoteknik adalah kemampugalian dan
kemampugaruan, dimana hal ini diperlukan dalam suatu perencanaan
penambangan bahan galian untuk mengetahui tingkat kekuatan batuan terutama
pada material penutup. Hal ini menjadi salah satu aspek yang harus diperhatikan
dalam pemilihan metode penggalian yang akan digunakan dalam membongkar
bahan galian. Metode penggalian dibedakan dua cara yaitu menggunakan
peralatan mekanis dan peledakan. Penentuan metode penggalian dapat diketahui
dari karakteristik setiap batuan yang menjadi material penutup batubara.

Universitas Sriwijaya
47

Pada penelitian ini untuk kajian geoteknik pada area Pit Penambangan
MTBU, penulis menggunakan data sekunder yang didapat dari perusahaan.
Kegiatan pengeboran geoteknik pada area Pit penambangan MTBU dilakukan
pada lapisan topsoil_Sub soil, OB A1, Coal A1, IB A1 – A2, Coal A2, IB A2 –
B, Coal B, IB B – C, Coal C, dan Lower C.
Hasil pengukuran geoteknik pada area Pit MTBU, secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Geoteknik pada Area Pit MTBU

Sudut
Unit Status Status
Kohesi Geser
Jenis Weight Q Wet Dry
(©) - Dalam Nc Nq Nγ FS
Material (γ) - Ultimate Condition Condition
kPa (ɸ)
KN/m3 (FS-1.5) (FS-1.1)
- deg

Top Soil - Perlu Perlu


20.08 12.85 23.43 21.75 10.23 6 435.62 0.5
Sub Soil Covering Covering

OB A1 20.6 30 31.6 44.04 28.52 26.87 2049.67 2.5 Aman Aman

COAL A1 12 200 30 37.16 22.46 19.13 9799.34 11.8 Aman Aman


Perlu
IB A1-A2 19.5 52.89 18 15.12 6.04 2.59 1069.91 1.3 Aman
Covering
COAL A2 12 200 30 37.16 22.46 19.13 9799.34 11.8 Aman Aman
Perlu
IB A2-B 20.5 55.47 16 13.68 4.92 1.82 1008.86 1.2 Aman
Covering
COAL B 12 200 30 37.16 22.46 19.13 9799.34 11.8 Aman Aman
Perlu
IB B-C 21.5 32.87 25.403 25.13 12.72 8.34 1181.42 1.4 Aman
Covering
COAL C 12 200 30 37.16 22.46 19.13 9799.34 11.8 Aman Aman
Perlu
LOWER C 20.24 36 22.22 20.27 9.19 5.09 1010.45 1.2 Aman
Covering

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan pada kondisi kering


(status dry condition) lapisan OB A1, COAL A1, IB A1-A2, COAL A2, IB A2-B,
COAL B, IB B-C, COAL, C, dan LOWER C relative aman karena memiliki nilai
factor keamanan (FS) diatas 1.1, kecuali pada lapisan Top soil-Sub soil yang
kurang aman karena memiliki nilai faktor keamanan (FS) sebesar 0.5, nilai ini
masih dibawah standar, yaitu FS = 1.1. Sedangkan pada kondisi basah (status wet
condition) ada beberapa lapisan yang kondisinya kurang aman karena memiliki

Universitas Sriwijaya
48

nilai factor keamanan (FS) <1.5, lapisan yang kondisi kurang aman antara lain
lapisan Top soil-Sub soil, IB A1-A2, IB A2-B, IB B-C, dan LOWER C, dimana
lapisan ini memiliki nikai factor keamanan (FS) berkisar 0.5 – 1.4). Kondisi
lapisan yang kurang aman ini kemungkinan dipengaruhi oleh air tanah.
Untuk mengatasi lapisan yang kurang aman ini perlu dilakukan covering.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penggalian yang dilakukan dengan peledakan,
pada area yang kurang aman ini harus dilakukan dengan perhitungan yang lebih
akurat, karena kegiatan peledakan yang dilakukan akan sangat mempengaruhi
kestabilan lereng tambang.

4.3.2. Kegiatan Peledakan pada Area Pit MTBU

Kegiatan peledakan yang dilakukan pada area pit penambangan, akan


memberikan dampak getaran yang akan mempengaruhi kestabilan lereng. Untuk
mengetahui tingkat getaran tanah pada lokasi Pit MTBU, telah dilakukan kegiatan
pengukuran getaran tanah akibat kegiatan peledakan.
Dari hasil pengukuran getaran tanah selama di lapangan di peroleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Getaran Tanah
Geometri Isian (kg) Jumlah PF
No. Tanggal Lokasi Jarak PPV
SxB D H Perdelay Total Lubang (kg/BCM)
1 2/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 45 6450 145 0,08 500 0,444

2 3/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 45 7200 160 0,08 500 1,02

3 4/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 45 3600 80 0,08 500 1,13

4 5/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 45 4500 100 0,08 500 1,62

5 6/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 60 4500 75 0,08 500 0,603

6 7/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 75 6500 86 0,08 500 0,571

7 9/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 45 2700 60 0,08 500 1,43

8 10/12/19 MTBU 9x8 6,75 8 50 5300 106 0,09 500 1,15


Rata-rata 0,996

Universitas Sriwijaya
49

4.3.3 Analisis pengaruh getaran tanah terhadap kestabilan lereng

Berdasarkan hasil pengukuran getaran tanah yang dilakukan sebanyak 8 kali


diperoleh rata-rata nilai peak particle velocity (PPV) sebesar 0,996 mm/dtk. Nilai
tersebut termasuk dalam kategori aman bagi lereng dan bangunan dengan
mengacu pada standard yang ditetapkan oleh PT.BA yaitu 2mm/dtk serta KepMen
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996, maka perkantoran dan pemukiman sekitar
lokasi peledakan masuk dalam kategori kelas dua dengan nilai Peak Particle
Velocity 5 mm/s (bangunan dan kerusakan yang sudah ada, tampak retak-retak
pada tembok).
Mengacu pada standar getaran peledakan yang ditetapkan oleh SNI
7571:2010 untuk baku getaran peledakan pada kegiatan tambang terbuka terhadap
bangunan, jenis bangunan yang berada di sekitar lokasi tambang adalah masuk
kategori kelas tiga (bangunan dengan pondasi, pasang bata dan adukan semen
diikat dengan slope beton) dengan nilai Peak Particle Velocity 5 mm/s.
Dari pengamatan data kestabilan lereng area Pit MTBU khususnya untuk
lapisan OB A1 tempat dilakukan pengambilan data, dengan nilai rata-rata PPV
yang didapat hasil pengukuran sebesar 0,996 mm/detik, maka kestabilan lereng
pada lapisan OBA1 relative aman karena memiliki nilai factor keamanan (FK) di
atas 1.1

Universitas Sriwijaya
50

Sebagai simulasi dibuat tinggi jenjang 8, panjang berm 15 m, Kemiringan


45 0 Percepatan seismic : 0.053 g, maka di dapat data factor keamanan statis dan
pseudo-statis.
Table 4.5 faktor keamanan single slope
Jumlah Faktor Keamanan Faktor Keamanan
Lapisan
Jenjang Statis Pseudo-Statis
OB A1 1Jenjang 2,250 2,086
Seam A1 1 Jenjang 13,667 12,552
Interburden
1Jenjang 2,726 2,526
A1-A2
Seam A2 1 Jenjang 13,667 12,552
Interburden
1Jenjang 2,649 2,451
A2-B
Seam B 1 Jenjang 13,667 12,552
InterburdenB
1Jenjang 2,078 1,923
–C
Seam C 1 Jenjang 13,667 12,552
Lower C 1Jenjang 2,155 1,997

Gambar 4.2 grafik hubungan jenis material terhadap factor keamanan

Universitas Sriwijaya
51

Simulasi analisis getaran tanah terhadap kestabilan lereng dengan lebar


berm yang bervariasi yaitu 10 m, 12m dan 15m dengan 3 jenjang.
Table 4.6 pengaruh lebar berm terhadap kestabilan lereng

Gambar 4.3 grafik factor keamanan lapisan OB 1 statik vs pseudostatik

Gambar 4.4 Faktor Keamanan Kestabilan Lereng MTBU OB A1 Statis

Universitas Sriwijaya
52

Gambar 4.5 Faktor Keamanan Kestabilan Lereng MTBU OB A1 Pseudo Statis

Universitas Sriwijaya
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan analisis di lapangan maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Distribusi fragmentasi kurang dari 20 cm sebanyak 34,11%. Ukuran 21 – 40
cm sebanyak 19,81%. Ukuran 41 – 60 cm sebanyak 20,84%. Ukuran 61 – 80
cm sebanyak 16,24% dan ukuran 81 – 100 yang merupakan ukuran terbesar
rata-rata hanya 9%.
2. Distribusi fragmentasi hasil peledakan yang seragam dan tidak adanya
bongkahan membuat cycletime PC 2000 sebesar 30,20 detik, hasil ini sudah
sesuai dengan range nilai standar CT PC 2000. Dari perhitungan didapat
produktivitas PC 2000 mencapai 858,22 BCM/jam.
3. Hasil pengukuran getaran tanah dari peledakan overburden yang dilakukan
di area pit MTBU sebesar 0,996 mm/s. Nilai ini termasuk kecil sehingga
sangat aman dan tidak terlalu berpengaruh pada kestabilan lereng.
Dari hasil simulasi terlihat bahwa nilai factor keamanan pada nilai statis
akan turun dengan adanya factor getaran tanah. Pada single slope nilai
overburden A1 pada keadaan statis 2,250 turun menjadi 2,085. selain itu
panjang berm yang bervariasi akan menghasilkan nilai FK yang berbeda
juga. Dengan variasi panjang berm 10m, 12m dan 15m didapatkan nilai FK
pada overburden A1 dalam keadaan statis yaitu 2,196 ; 2,381; 2,384. dimana
semakin panjang berm maka semakin besar nilai FK.

53
Universitas Sriwijaya
54

5.2. Saran
1. Untuk studi selanjutnya sebaiknya jarak dari lokasi peledakan ke alat
pengukur getaran (Blasmate III) dibuat bervariasi.
2. Untuk meningkatkan produktivitas striping overburden dapat dilakukan
studi untuk penggunaan alat mekanis dengan kapasitas yang lebih besar.
3. Untuk pengambilan gambar dilapangan sebaiknya dilakukan pada pagi atau
sore hari agar tidak menimbulkan bayangan batuan karena akan sulit di baca
oleh program splitdekstop

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Ash, R.L., (1990), “Design of Blasting Round, Surface Mining”, B.A Kennedy,
Editor, Society for Mining, Metalurgy, and Exploration, Inc.

Badai, M.A., (2017). “Kajian Teknis Redesign Geometri Peledakan Untuk


Mengurangi Boulder Dan Maningkatkan Produktivitas Alat Gali Muat Pada
Quarry Pussar PT. Semen Baturaja (Persero), Tbk”. Universitas Sriwijaya.

Bieniawski, (1989), “Engineering Rock Mass Classification”, John Wiley & Sons,
New York.

Cunningham, C.V.B. (1987). The Kuz-ram Fragmentation Model-20 Years On.


African Expolsive Limited, Modderfontein.South Africa.

Fadhly, Ferr, dkk. (2014). “Analisis Ground Vibration pada Kegiatan Peledakan
Dengan Metoda Peak Particle Velocity Beserta Pengaruhnya Terhadap
Bangunan di PT. Pamapersada Nusantara Distrik MTBU Job Site Tanjung
Enim”. ResearchGate.

Fitriani, (2015). “Kajian Teknis Pengaruh Fragmentasi Terhadap Digging Time


Excavator PC 2000 Pada Peledakan Interburden B2C Di Tambang Air
Laya, Di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim, Sumatera Selatan”
Jurnal Ilmu Teknik Vol. 3 No 1, Universitas Sriwijaya

Jimeno, L.C., (1995), “Drilling and Blasting of Rocks”, Blaskena : Rotterdam,


Netherlands.

Koesnaryo. S., (2001), ”Teori Peledakan”, Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Komatsu, (2003). “Komatsu Spesification & Aplication Hand Book Ed. 31”,
Poeria Illionis, United States of America.

Konya, C.J dan Walter, E.J, (1990), “Surface Blast Design”, Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey.

Moamar, (2014). “Kajian Teknis Geometri Peledakan Berdasarkan Analisis


Blastability Index dan Digging Rate Alat Gali – Muat Di Pit MT-4
Tambang Airlaya PT. Bukit Asam (Persero) Tbk” Jurnal Ilmu Teknik Vol.
3 No 5 , Universitas Sriwijaya

Nelson, (2013). “Kajian Teknis Pemakaian Emulsion Sebagai Pengganti ANFO


Pada Peledakan Lapisan Tanah Penutup Terhadap Produktiitas Hitachi
EX-2600 PT. Kideco Jaya Agung” Jurnal Ilmu Teknik Vol. 3 No 2,
Universitas Sriwijaya

55
Universitas Sriwijaya
56

Prodjosumarto, P, (2000). “Pemindahan Tanah Mekanis”. ITB. Bandung.

Rai. A.M., (2000), ”Klasifikasi Massa Batuan”, Tim Dana Pengembangan


Keahlian Sub Sektor Pertambangan Umum dan Lembaga Pengembangan
Masyarakat ITB, Bandung.

Standar Nasional Indonesia, (2010), “Baku Tingkat Getaran Peledakan pada


Kegiatan Tambang Terbuka terhadap Bangunan”. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

Taufik, M.T., (1995). “Analisis Fragmentasi Peledakan Terhadap Produktivitas


Excavator PC-200 di Tambang Batuan Andesit PT. Bukit Asam (Persero),
Tbk Tanjung Enim”. Universitas Sriwijaya.

Telford , W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., (1990). “Applied Geophysics Second
Edition”. Cambridge University Press. Cambridge.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN A
SPESIFIKASI EXCAVATOR PC 2000

GAMBAR A.1 EXCAVATOR PC 2000

TABEL A.1. EXACAVATOR PC 2000

57
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN B
BUCKET FILL FACTOR

Tabel B.1. Fill Factor for backhoe buckets (Caterpillar, Inc.)


Fill Factor of bucket,
Material
% of heaped capacity
Most loam or sandy clay 100 – 110
Sand ang gravel 95 – 100
Hard, tough clay 80 – 90
Rock, well blasted 60 – 75
Rock, poorly blasted 40 – 50

58
Universitas Sriwijaya
59

LAMPIRAN C
EFISIENSI KERJA

Efisiensi kerja dihitung dengan rumus (Toha M.T., dkk 2019):


JK
EK =
JT
Dimana:
EK = Efisiensi Kerja
JK = Jam Kerja
JT = Jam Tersedia
JR = Jam Maintenance and repair
JB = Jam Bersiap

JT = JK + JR + JB

Jam kerja (JK) meliputi waktu produksi penggalian, pemuatan, dan


pengangkutan termasuk memanaskan mesin, perjalanan alat dari parking area
menuju ke front.
Jam kerja terdiri dari dua kategori, yaitu jam kerja produktif dan jam kerja
non produktif. Dalam perhitungan efisiensi kerja alat digunakan jam kerja
produktif.
Jam maintenance and repair (JR) meliputi waktu dimana alat tak dapat
dioperasikan yang diakibatkan dalam kondisi perawatan dan atau dalam kondisi
perbaikan.
Jam bersiap (JB) meliputi waktu dimana seyogianya alat siap untuk
bekerja tapi tidak dapat dioperasikan karena alasan cuaca dan disiplin kerja
(bekerja tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan)

Waktu tersedia di PT.Bukit Asam Kreatif : 06.00-18.00


Waktu kerja yang tersedia adalah 12 jam/shift atau 730 Jam/bulan
Waktu kerja terdiri dari 2 shift/hari

Tabel C.1 Efisiensi Kerja


Power Shovel PC 2000 SE-2001 SE-2003
Jam Kerja (JK) 24 Jam/Hari 730 Jam/Bulan
Jam Kerja Tersedia (JT) 496.5 551.1
Jam Maintenance (JR) 18.4 19.7
Jam Bersiap (JB) Delay Time 103.2 100.4
Kondisi Front 30 15.3
Kondisi Jalan 13 7.9
Man 1.8 0
(Lampiran I) Weather 20.3 20.3
stand By 6.8 1.5
Total Lose Time 193.5 165.1
Total Waktu Kerja Efektif 303 386
Effisiensi Kerja (Bulan) 0.61 0.70

Universitas Sriwijaya
59
60

SE-2001
Waktu kerja produktif SE-3001 = waktu kerja tersedia - waktu hambatan
= 730 Jam/Bulan-193.5 Jam/Bulan
= 303 Jam/Bulan
Time Efficiency = Waktu kerja produktif/Waktu kerja
tersedia
= 303 Jam/Bulan / 730 Jam/Bulan
= 0.61
SE-2003
Waktu kerja produktif SE-3003 = waktu kerja tersedia - waktu hambatan
= 730 Jam/Bulan – 165.1 Jam/Bulan
= 165.1 Jam /Bulan
Time Efficiency = Waktu kerja produktif/Waktu kerja
tersedia
= 165,1 Jam/Bulan / 730 Jam/Bulan
= 0.70

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN D
SWELL FACTOR DAN DENSITY INSITU

Tabel D.1. Swell Factor dan Density Insitu berbagai Mineral (Indonesianto, 2005)

Density Insitu Swell Factor


Macam Material
(lb/cu yd) (%)
Bauksit 2700 – 4325 75
Tanah liat kering 2300 85
Tanah liat basah 2800 – 3000 80 – 82
Antrasit 2200 74
Batubara bituminous 1900 74
Bijih tembaga 3800 74
Tanah biasa kering 2800 85
Tanah biasa basah 3370 85
Tanah biasa bercampur pasir dan kerikil 3100 90
Kerikil kering 3250 89
Kerikil basah 3600 88
Granit pecah – pecah 4500 56 – 67
Hematit pecah – pecah 6500 – 8700 45
Bijih besi pecah – pecah 3600 – 5500 45
Batu kapur pecah – pecah 2500 – 4200 57 – 60
Lumpur 2160 – 2970 83
Lumpur sudah ditekan 2970 -3510 83
Pasir kering 2200 – 3250 89
Pasir basah 3300 – 3600 88
Serpih (shale) 3000 75
Batu sabak (slate) 4590 – 4860 77

61
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN E
Tabel E. Standart Cycle Time For Backhoe
Unit : Sec
Model Range Model Range

62
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN F

63
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai