Oleh:
BIJUJENT HUTABARAT
2007134743
Proposal skripsi dengan judul " Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
Dengan Pemanfaatan Kotoran Babi di Kawasan Usaha Peternakan Babi "
BIJUJENT HUTABARAT
NIM. 2007134743
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Bijujent Hutabarat
iii
PRA KATA
Puji Syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ilmiah yang Analisis Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Dengan Pemanfaatan
Kotoran Babi di Kawasan Usaha Peternakan Babi. Makalah ilmiah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian pada Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Riau.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Bijujent Hutabarat
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Riau, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Bijujent Hutabarat
v
ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS
DENGAN PEMANFAATAN KOTORAN BABI DI KAWASAN
USAHA PETERNAKAN BABI
ABSTRAK
Kata kunci:
PLT Biogas, Biogas, Emisi CO2, Teknologi Konversi, Sensitifitas
vi
ANALYSIS OF BIOGAS POWER PLANT WITH THE
UTILIZATION OF PIG MANAGEMENT IN PORK RATING
BUSINESS AREA
ABSTRACT
Keywords:
Biogas Power Plant, Biogas, CO2 Emission, Conversion Technology, Sensitivity
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................24
3.1. Tahap Identifikasi....................................................................................15
3.2 Studi Literatur........................................................................................15
3.3 Identifikasi data/lokasi studi kasus........................................................15
3.4 Tata Cara perhitungan............................................................................16
3.5 Pengumpulan Data.................................................................................16
BAB V PENUTUP.................................................................................................31
5.1 Kesimpulan............................................................................................38
5.2 Saran......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
2
proyek tersebut berupa pembangunan yang berkelanjutan dan Certified Emission
Reductions (CERs). CERs ini dapat digunakan oleh negara-negara Annex I dalam
memenuhi target pengurangan emisinya. Partisipasi CDM di negara-negara non
Annex I dapat melibatkan pemerintah ataupun swasta dan mengacu kepada
panduan-panduan yang ditetapkan oleh CDM-Executive Board. Sebagai negara
berkembang yang telah meratifikasi UNFCCC melalui Undang-Undang Nomor 6
tahun 1994 dan meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-Undang Nomor 17
tahun 2004, Indonesia memiliki komitmen untuk turut serta dalam program
penanganan perubahan iklim. Disamping komitmen tersebut Indonesia juga dapat
terlibat dalam mekanisme perdagangan emisi melalui Clean Development
Mechanism (CDM) atau Mekanisme Pembangunan Bersih.
3
1.3 Rumusan Masalah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
Biogas ialah gas yang dihasilkan oleh mikroba apabila bahan organik
mengalami proses fermentasi dalam suatu keadaan anaerobik yang sesuai baik dari
segi suhu, kelembaban, dan keasaman. Pada umumnya semua jenis bahan organik
bisa diproses untuk menghasilkan biogas. Namun demikian kebanyakan bahan
organik baik padat atau cair seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan
ternaklah yang biasanya dimanfaatkan untuk sistem biogas sederhana. Jenis bahan
organik yang diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas disamping
parameter - parameter lain seperti temperatur digester, ph (tingkat keasaman),
tekanan, dan kelembaban udara. Berikut Komposisi biogas pada tabel 2.1 yang
dihasilkan dari bahan organic yang baik.
Tabel 2.1. Komposisi Biogas
10
Gambar 2.1. Proses Digestifikasi Aneorobik
11
macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan
dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion (Pambudi,
2008).
Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas
metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi. Biogas sebagai salah satu
sumber energi yang dapat diperbaharui dapat menjawab kebutuhan akan energi
sekaligus menyediakan kebutuhan hara tanah dari pupuk cair dan padat yang
merupakan hasil sampingannya serta mengurangi efek rumah kaca. Pemanfaatan
biogas sebagai sumber energi alternatif dapat mengurangi penggunaan kayu bakar.
Dengan demikian dapat mengurangi usaha penebangan hutan, sehingga ekosistem
hutan terjaga. Biogas menghasilkan api biru yang bersih dan tidak menghasilkan
asap. Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi biogas
peternakan ditunjang oleh kondisi yang kondusif dari perkembangkan dunia
peternakan sapi di Indonesia saat ini.
Disamping itu, kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied
Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak
bakar telah mendorong pengembangan sumber energi elternatif yang murah,
berkelanjutan dan ramah lingkungan (Nurhasanah dkk., 2006). Peningkatan
kebutuhan susu dan pencanangan swasembada daging tahun 2010 di Indonesia
telah merubah pola pengembangan agribisnis peternakan dari skala kecil menjadi
skala menengah/besar. Di beberapa daerah telah berkembang koperasi susu,
peternakan sapi pedaging melalui kemitraan dengan perkebunaan kelapa sawit dan
sebagainya. Kondisi ini mendukung ketersediaan bahan baku biogas secara
kontinyu dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas. Pemanfaatan
limbah peternakan khususnya kotoran ternak babi menjadi biogas mendukung
konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan dapat dicapai. Menurut Santi (2006), beberapa keuntungan penggunaan
kotoran ternak sebagai penghasil biogas sebagai berikut :
1. Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah, pencemaran
udara (bau).
2. Memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai bahan bakar biogas yang dapat
digunakan sebagai energi alternatif untuk keperluan rumah tangga.
12
3. Mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk kebutuhan energi bagi
kegiatan rumah tangga yang berarti dapat meningkatkan kesejahteraan
peternak.
4. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya biogas
untuk menjadi energi listrik untuk diterapkan di lokasi yang masih belum
memiliki akses listrik.
5. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya kegiatan
ini sebagai usulan untuk mekanisme pembangunan bersih.
13
pencerna. Ion mineral dalam jumlah kecil (sodium, potasium, kalsium,
amonium dan belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri, namun bila
ion-ion ini dalam konsentrasi yang tinggi akan berakibat meracuni. Sebagai
contoh, NH4 pada konsentrasi 50 hingga 200 mg/l merangsang pertumbuhan
mikroba, namun bila konsentrasinya diatas 1500 mg/l akan mengakibatkan
keracunan.
14
akan bersifat toxic. Proses fermentasi anaerob akan berlangsung optimum
bila rasio C:N bernilai 30:1, dimana jumlah karbon 30 kali dari jumlah
nitrogen. [9] Untuk menentukan bahan organik digester adalah dengan
melihat rasio/perbandingan antara Karbon (C) dan Nitrogen (N). Beberapa
percobaan menunjukkan bahwa metabolisme bakteri anaerobik akan baik
pada rasio C/N antara 20-30. Jika rasio C/N tinggi, Nitrogen akan cepat
dikonsumsi bakteri anaerobik guna memenuhi kebutuhan proteinnya,
sehingga bakteri tidak akan bereaksi kembali saat kandungan Karbon tersisa.
Jika rasio C/N rendah, Nitrogen akan terlepas dan berkumpul membentuk
amoniak sehingga akan meningkatkan nilai PH bahan. Nilai PH yang lebih
tinggi dari 8,5 akan dapat meracuni bakteri anaerobik. Untuk menjaga rasio
C/N, bahan organik rasio tinggi dapat dicampur bahan organik rasio C/N
rendah. Kotoran hewan terutama babi, memiliki nilai C/N rata-rata berkisar
25. Rasio C/N bahan isian. Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N =
25–30. Limbah organik yang bernilai C/N tinggi dapat dicampur dengan
yang lebih rendah sehingga diperoleh nilai rasio C/N yang ideal, seperti
pencampuran limbah jerami (straw) kedalam limbah toilet (latrine waste)
untuk mencapai kadar C/N yang ideal atau mencampurkan kotoran gajah
dengan kotoran manusia sehingga mendapat jumlah rasio C/N yang
seimbang dan produksi biogas dapat berjalan optimum. Data rasio C/N pada
kotoran beberapa hewan dapat dilihat pada tabel 2,2 .
15
terdapat dalam limbah pada bahan organik selama proses digester terjadi dan
ini mengindikasikan laju penghancuran/pembusukan material padatan limbah
organik. TS juga mengindikasikan banyaknya padatan dalam bahan organik
dan nilai TS sangat mempengaruhi lamanya proses pencernaan/digester
(HRT)
2.3.7 Volatile Solids (VS)
Merupakan bagian padatan (total solid-TS) yang berubah menjadi fase
gas pada tahapan asidifikasi dan metanogenesis sebagaimana dalam proses
fermentasi limbah organik. Dalam pengujian skala laboratorium, berat saat
bagian padatan bahan organik yang hilang terbakar (menguap dan mengalami
proses gasifikasi) dengan pembakaran pada suhu 538º C, disebut sebagai
volatile solid. Atau Potensi produksi biogas atau disebut juga persentase
volatile solid untuk beberapa bahan organik yang berbeda.
16
(pemasangan water trap di pipa biogas), chemical absorption, pemisah
membrane permiabel, hingga penyemprotan air atau oksigen untuk mengikat
senyawa sulfur atau karbon diogsida. Bila biogas digunakan untuk bahan
bakar kendaraan atau bahan bakar pembangkit listrik, gas H2S yang
berpotensi menyebabkan karat pada komponen mesin harus dibuang melalui
peralatan penyaring/ filter sulfur.
17
(mixing) dan pengenceran untuk mempermudah penyaluran ke tangki
digester.
Tangki Pencernaan (Digester)
Digester merupakan tempat reaksi fermentasi anaerob limbah organic
menjadi biogas terjadi. Berdasarkan bentuk tangki digesternya, secara umum
dikenal 3 (tiga) tipe utama reaktor biogas yakni tipe balon (balloon type), tipe
kubah tetap (fixed-dome type) dan tipe kubah penutup mengambang
(floatingdrum type). Berdasarkan proses pengolahan limbah organik dikenal
beberapa tipe digester seperti Batch Digester, Plug Flow Digester dengan
proses daur ulang, Digester pengadukan penuh (CFSTR), dan digester
Anaerob dengan pengadukan berkala (CSTR). Proses pengolahan limbah
organic dengan digester tipe batch dilakukan sekali proses yakni pemasukan
limbah organik, digestion dan penghasilan biogas dan slury (lumpur) kompos
yang kaya nutrisi bagi tanah. Digester tipe plug flow dapat melakukan proses
digestion (pencernaan limbah organik) beberapakali. Sementara digester tipe
CFSTR dan CSTR menggunakan pengadukan untuk mempercepat waktu
cerna (HRT) dalam tangki digester anaerob. Dalam beberapa kondisi, pada
digester anaerob dilengkapi dengan mesin pengaduk lumpur (Slurry Mixture
Machine) sehingga konsentrasi material merata disetiap bagian digester.
Dengan pengadukan potensi material mengendap di dasar digester semakin
kecil, konsentrasi merata dan memberikan kemungkinan seluruh material
mengalami proses fermentasi anaerob secara merata.
Katub Penampung Gas (Biogas Tank)
Tangki penyimpanan biogas adalah tangki yang digunakan untuk
menyimpan dan menyalurkan, seluruh biogas hasil produksi dari biogas
digester. Tangki ini bisa terbuat dari plastik, sement atau baja stainless stell
tahan karat yang dilapisi epoxy dan dilengkapi regulator pengukur tekanan
gas. Untuk reaktor biogas skala kecil, penampung biogas (Gas Holder)
berada di bagian atas digester biogas dan pada digester model floating drum
plant, volume biogas yang dihasilkan mendorong tutup atas digester dan
menjadi indikator tahap metanogenesis sudah terjadi.
Generator Pembangkit Tenaga Listrik (Microturbines Generator)
18
Microturbines adalah generator listrik kecil yang membakar gas atau
bahan bakar cair untuk menciptakan rotasi kecepatan tinggi untuk mengubah
energi mekanis menjadi energi listrik. Perkembangan teknologi microturbine
dewasa ini adalah hasil dari pengembangan pembangkit stasioner skala kecil
dan turbin gas otomotif peralatan utama pembangkit listrik dan
turbochargers, yang sebagian besar dikembangkan pada sektor industri
otomotif dan pembangkit tenaga listrik. [9] Pemilihan teknologi pembangkit
mikroturbin karena pembangkit ini sesuai dengan potensi sumber energi kecil
yakni untuk daya keluaran berkisar 25 kW sampai dengan 400 kW.
Keterangan:
n = jumlah ternak (ekor)
Q = Produksi kotoran per hari
19
Keterangan:
KBK = Kandungan Bahan Kering (kg.BK)
Keterangan:
Potensi Bg = Potensi Biogas (m3 )
Bg ternak = Biogas yang dihasilkan ternak (m3 /kg.BK)
KBK = Kandungan Bahan Kering (kg.BK)
Berdasarkan tabel diatas, potensi energi listrik yang dihasilkan dari biogas
yang berasal dari kotoran hewan ternak dapat dihitung dengan mengacu pada
persamaan.
20
Keterangan:
Potensi Bg= Potensi Biogas (m3 )
serta jumlah biogas yang dihasilkan setiap jenis hewan ternak. Tahap terakhir
adalah menghitung dan menganalisa potensi biogas di Provinsi Bali yang
dapat dijadikan pembangkit listrik.
Daya yang dibangkitkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
(PLTBg), adalah Energi yang dibangkitkan perhari dibagi dengan 24 jam,
yaitu:
Dimana,
21
Maka jumlah digester yang dibutuh kan dapat dihitung sebagai berikut ;
Jumlah digester = V / Luas Rancangan (2.9)
(Sumber: https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20297650#)
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
23
Gambar 3.1. Diagram Tahapan Penelitian
3.2 Tahap Identifikasi
Tahap identifikasi pada penelitian ini dilakukan pada bab 1.Selain tujuan
penelitian, identifikasi masalah, dan batasan masalah, dijelaskan juga motivasi
dan kontribusi penelitian yang menyatakan manfaat dari penelitian ini.
24
dilihat pada bab 2, antara lain teori tentang Digestifikasi anaerobik, tahap
pembentukan biogas, parameter proses pencernakan limbah organik,
persamaanpersamaan pembentukan biogas, konversi energi biogas dan
pemanfaatannya, dan digester biogas. Studi literatur juga dilakukan untuk
membantu mengetahui data apa saja yang akan diperlukan dalam penelitian serta
bagaimana cara pengolahan data tersebut.
Berdasarkan data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2013 sampai
tahun 2017 yang terdapat pada tabel 3.1 , jumlah ternak babi tertinggi di Provinsi
Bali berada di tahun 2013 dengan jumlah ternak sekitar 840.409 ekor.
25
dalam Bab II yang merupakan dasar teori yang akan digunakan. Perhitungan
dilakukan secara berurutan sebagaimana berikut:
- Perhitungan potensi biogas dan Energi yang dihasilkan
- Pemilihan dan perhitungan digester PLT Biogas
- Pemilihan teknologi PLT Biogas
- Perhitungan potensi pengurangan CO2
- Analisa potensi Biogas
- Menghasilkan suatu Kesimpulan mengenai pemanfaatan kotoran babi di
suatu kawasan peternakan babi.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah produksi kotoran hewan ternak per hari dapat dihitung dengan
mengacu pada persamaan berikut.
Q = n × Jumlah kotoran per hari
Q = 20 × 7 kg/hari
= 140 kg/hari
27
Total KBK = 12,6 kg.BK
Potensi Biogas yang Terbentuk dari Kotoran Babi
Potensi Bg = Total KBK × Bg ternak
Potensi Bg = 12,6 × 0,4
Potensi Bg = 5,04 m3
Potensi energi listrik yang dihasilkan dari biogas yang berasal dari kotoran
Babi
E = Potensi Bg x 4,7 kWh
E = 5,04 x 4,7 kWh
E = 23,7 kWh
4.2 Perhitungan Digester PLTBiogas
Dengan ditentukan waktu digestifikasi adalah 30 hari, maka dengan
persamaan diatas dapat ditentukan volume kerja digester, dimana volume kerja
digester merupakan penjumlahan volume ruangan digestifikasi (Vf) dan volume
penyimpanan (Vgs) yaitu:
Volume kerja digester = Vgs + Vf
Dimana
Vgs + Vf = Q x HRT (waktu digestifikasi),
maka:
Vgs + Vf = Q x H RT
= 576 Kg/hari x 30 hari = 17280 Kg
Karena kurang lebih 80% dari total Q (bahan baku) adalah air maka kita
assumsikan massa jenis Q (bahan baku) ≈ masa jenis air (360 kg/m³)
V = m/ρ
Vgs + Vf = 17280 Kg / 360 kg/m³ = 48 m³
28
Vgs + Vf = 80% V
atau
V = (Vgs + Vf)/0,8
V = 48 /0,8 V = 60 m³
Jika membangun ukuran digester 116 m³ lebih praktis dalam perawatan,
sehingga memungkinkan untuk perawatan dan jika terjadi kerusakan pada salah
satu digester, maka digester yang lain masih mampu untuk menghasilkan PLTBg
sebagai bahan bakar pembangkit listriknya. Ditentukan digester yang akan
dibangun adalah berukuran 100 m³ sehingga banyaknya ukuran digester yang
harus dibangun adalah:
Untuk ukuran volume digester (V) 100 m3 , dengan meninjau kembali asumsi
persamaan geometrical, diperoleh:
Vgs + Vf = 80% V
= 80% x 100 = 80 m3
Volume Ruangan penampungan gas
(Vc) = 5 % x V =5%x100 = 5 m3
Volume penyimpanan
29
K merupakan nilai laju produksi gas tiap m3 per hari. nilai K untuk kotoran sapi
potong adalah 5 m3 maka:
Vgs + Vf = 48
Vf = 48 – 17 = 31 m3
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan analisis tekno
ekonomi perencanaan pembangunan proyek PLTbg di Desa Galang Kecamatan
Sei Pinyuk Kabupaten Mempawah dengan pemanfaatan kotoran sapi sebagai
berikut :
1. Melalui proses digestifikasi anaerobik PLTBg, kotoran ternak babi di
Peternakan Usaha babi di bali dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku
produksi PLTBg, selanjutnya PLTBg tersebut dapat dimanfaatkan menjadi
energi primer untuk pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg). Dengan rata-
rata produksi kotoran babi potong besar dan kecil 7 kg/ekor/hari, dengan
jumlah babi keseluruhan 20 dengan rata-rata kotoran babi 576 kg/hari dan
menghasilkan produksi PLTBg sebesar 5% m³/hari. Potensi Energi listrik
yang dihasilkan 23,7 kWh per hari.
2. Dengan populasi ternak rata-rata sebanyak 20 ekor dengan kotoran 140
kg/hari menghasilkan daya energi listrik sebesar 23,7 kWh/hari, jadi setiap
sapi potong per ekor/hari dengan berat kotoran Babi rata-rata 7 kg/ekor/hari
akan menghasilkan daya energi PLTBg/hari adalah jumlah daya rata-rata
keseluruhan 0,9 kWh/hari : jumlah Babi keseluruhan 20 = 18 Watt/ekor/jam.
3. Pembangkit listrik tenaga biogas telah berhasil dirancang bangun dan
diujicoba
31
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33