Anda di halaman 1dari 8

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, yang saya hormati

ibu Devia Gahana C.A, S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing 1,


bapak Fajar Paundra, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing 2,
bapak Rico Aditia Prahmana, S.T., M.Sc selaku dosen penguji 1 dan
bapak Muhammad Syaukani, S.T., M.T. selaku dosen penguji 2.
Pada kesempatan ini saya akan mempresentasikan proposal saya dengan judul
PENGARUH VARIASI JENIS PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK
BRIKET BERBAHAN DASAR CANGKANG KELAPA SAWIT. Nah sebelum
lanjut, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu perkenalkan nama saya
Jodi Juhensen dengan nim 119170108

Adapun pokok bahasan dalam presentasi ini yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka,
dan metodologi penelitian.

Langsung pada bagian pertama yaitu pendahuluan.


Peneliti dalam menulis proposal ini dilatar belakangi oleh berbagai masalah, yaitu
pada pemasalahan energi bahan bakar yang dimana seiring berkembangnya zaman
membuat kebutuhan energi akan bahan bakar fosil semakin meningkat sedangkan
ketersediaan dari bahan bakar fosil itu sendiri semakin menipis, yang dimana harus
mencari alternatif dengan memanfaatkan energi baru terbarukan salah satunya yaitu
menggunakan biomassa. Ada banyak limbah tumbuhan yang terdapat disekitar kita
seperti batok kelapa, cangkang kelapa sawit, jerami dan masih banyak lagi. Dari
limbah-limbah tersebut salah satunya dapat diolah menjadi briket.

Selanjutnya ada tujuan dari penelitian ini yaitu yang pertama Mengetahui pengaruh
variasi perekat dalam pembuatan briket cangkang kelapa sawit terhadap pengujian
kadar air, kadar abu, kadar kalor, nilai kalor, dan kadar zat terbang. Yang kedua
Membandingkan kualitas briket cangkang kelapa sawit dengan kualitas briket
standar SNI.
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini yaitu dalam proses pembakaran cangkang
kelapa sawit membutuhkan waktu selama 1 jam. Perekat yang digunakan yaitu
tepung tapioka, tepung sagu, dan molase menggunakan perbandingan perekat
dengan cangkang kelapa sawit yaitu 1:9. Untuk proses pengepresan menggunakan
tekanan sebesar 60 kg/cm2, untuk proses pengeringan menggunakan temperatur
60°C selama 3 jam. Pengujian pada kandungan yang ada di dalam briket yaitu kadar
air (moisture analyzer/oven), kadar abu (furnish), kadar karbon (furnish), nilai kalor
(kalorimeter bom), dan kadar zat terbang (volatile matter).

Bagian kedua tinjaun pustaka


Energi baru terbarukan merupakan alternatif energi yang berasal dari alam seperti
energi surya atau panas matahari, tenaga angin, arus air, dan energi biomassa yang
dimana alternatif energi ini akan terus berkelanjutan atau tidak akan habis.
Pemanfaatan dari energi baru terbarukan ini lebih efektif karena lebih ramah
lingkungan dibandingkan dengan penggunaan energi fosil yang kurang ramah
lingkungan dan ketersediaannya sudah menipis. Berdasarkan RUPTL PLN, Target
bauran energi baru dan terbarukan pada akhir 2025, sebesar 23 % pada bidang
pembangkit listrik. Hingga tahun 2022 lalu, realisasi penerapan energi baru
terbarukan sudah mencapai sebesar 12,8%. Untuk target penurunan penggunaan
batubara hingga tahun 2030, yang awalnya saat ini 61% menjadi 59,4%. Dan
peningkatan energi baru terbarukan mulai dari 23% pada tahun 2025 , menjadi
24,8% pada tahun 2030.

Next Slide :
Sesuai dengan ranah topik penelitian ini, yaitu energi Biomassa, yang mana energi
biomassa merupakan komposisi dari bahan organik yang terdiri dari karbohidrat,
lemak, protein. Contoh energi biomassa seperti pemanfaatan limbah pertanian dan
perkebunan sekam padi, jerami, cangkang kelapa, cangkang sawit, dan serbuk kayu
menjadi bahan bakar. Penggunaan bahan bakar dari limbah ini bisa dilakukan secara
langsung, dan bisa juga jika diolah terlebih dahulu, untuk meningkatkan kualitas
bahan itu sendiri. Contohnya pengolahan limbah pertanian dan perkebunan yaitu
menjadi bahan bakar briket.
Next Slide :
Briket, Briket adalah sebuah gumpalan atau blok bahan yang dapat dibakar dan dapat
mempertahankan nyala api dalam selama rentang waktu tertentu sehingga dapat
digunakan sebagai pengganti minyak tanah atau gas. Dalam pembuatan briket
terdapat nilai Standar Nasional Indonesia yang diatur dalam SNI No.1/6235/2000
yang dapat kita liahat padaa tabel. Untuk nilai SNI dapat kita lihat ditabel untuk
kadar air itu kurang dari 8%, kadar abu kurang dari 8%, kadar karbon lebih dari
77%, nilai kalor lebih dari 5ribu kg/g, dan kadar zat terbang kurang dari 15%.

Next Slide:
Selanjutnya cangkang kelapa sawit, Cangkang sawit diperoleh dari proses
pengolahaan kelapa sawit yang sudah melalui ekstraksi pengambilan minyak
mentahnya atau crude palm oil (CPO). Cangkang kelapa sawit umumnya dapat
dimanfaatan sebagai bahan bakar pembangkit uap, dan dapat diletakkan di areal
jalan sebagai pengeras jalan. Namun pada penelitian ini menggunakan cangkang
kelapa sawit sebagai bahan dasar dalam pembuatan briket. Untuk karakteristik dari
cangkang kelapa sawit dapat dilihat pada tabel.

Next Slide:
Selanjutnya perekat, pada pembuatan briket diperlukan bahan tambahan yang
berfungsi sebagai perekat untuk mengikat serbuk bahan dasar. Pada umumnya
perekat yang digunakan dalam pembuatan briket yaitu tepung tapioka, tapung sagu,
dan molase.
karakteristik dari ketiga perekat sebelumnya terlihat pada tabel berikut, Untuk nilai
karakteristik dari tepung tapioka dapat dilihat pada tabel dan untuk kandungan
amilosa 20-27% dan amilopektin 77-80%. Kemudian untuk nilai karakteristik dari
tepung sagu dapat dilihat juga pada tabel, kandungan amilosa sebesar 27,4% dan
amilopektin sebesar 72,6%. Yang terakhir yaitu nilai karakteriktik dari molase,
dengan kandungan amilosa 0-5% dan amilopektin 30-35%.

Next Slide:
Dalam proses pembuatan briket ini, untuk mengetahui kualitas dari briket tersebut,
nantinya akan dilakukan pengujian-pengujian yang berpatokan dengan pengujian
SNI untuk briket. Yang pertama pengujian kadar air dengan menghitung selisih
massa sempel briket awal dengan massa sempel briket hasil penyusutan keadaan
kering dengan persamaan A-B dibagi B dikali 100%. Yang kedua Kadar zat
terbang dengan persamaan kadar zat terbang dalam satuan % sama dengan A
dikurang B dibagi B dikali 100%, dimana A yaitu massa sampel sebelum
pemanasan, B massa sampel setelah pemanasan. Ketiga, pengujian Kadar abu
menggunakan persamaan dimana kadar abu sama dengan B dibagi A lalu dikali
100%. Dengan A adalah massa sampel awal, B adalah massa abu total. Dimana
satuan dari setiap massa sampel yaitu dalam satuan gram.

Next Slide:
Kemudian pengujian ke4 yaitu pengujian Nilai kalor dengan persamaan nilai kalor
sama dengan t2 dikurang t1 dikali Cv dibagi M. Dimana T1 temperatur sebelum
pengujian, t2 temperatur setelah pengujian dengan satuan derajat selsius, dan Cv
panas jenis kalorimeter bom dengan satuan joule/goC. Dan M massa briket dengan
satuan gram. Yang ke5 yaitu Laju pembakaran dengan persamaan laju pembakaran
dengan satuan gram/menit sama dengan w1 dikurang w2 dibagi t. Dengan w1 berat
sebelum pembakaran, w2 berat setelah pembakaran dengan satuan gram, dan t waktu
pembakaran. Yang ke6 pengujian Kadar karbon dengan persamaan nilai karbon
dengan satuan % sama dengan 100% -%zat terbang ditambah % abu.

Next Slide:
Penelitian terdahulu, pertama ada M Rafqi Aiz dkk 2019 variabel penelitiannya
Variasi perekat : tepung tapioka, tepung sagu aren, dan arpus. Dengan perbandingan
perekat dan air 1 : 1. Didapatkan hasil bahwa semakin rendah kadar air dan kadar
abu maka waktu bakar briket akan semakin lama, semakin besar nilai kalor maka
waktu bakar briket akan semakin lama. Ke2 Yaumal Arbi dan M. Irsad 2018
variabel penelitiannya Menggunakan variasi rasio perekat sebesar 5%, 10%, dan
15% dengan perekat tepung tapioka. Didapatkan hasil bahwa briket yang dibuat
dengan 3 variasi rasio perekat, komposisi campuran yang lebih bagus yaitu dengan
variasi komposisi campuran 90% arang cangkang sawit, 10% tepung kanji.
Ke3 dari Muhammad Saukani, dkk. 2018 variabel Menggunakan campuran 20
gram arang halus yang akan dicampur dengan variasi dari perekat karet lateks
sebanyak 2 gram, 3 gram, 4 gram dan 5 gram. Didapatkan hasil bahwa berpengaruh
terhadap nilai kalor briket yang dimana semakin banyak bahan perekat yang
digunakan maka akan menurunkan nilai kalor suatu briket dan begitu pula
sebaliknya. Ke4 Sri Suryaningsih Dan Dika Reza Pahleva 2020 variabel
penelitiannya Menggunakan variasi polietilena berdensitas rendah sebesar 5% dan
10% Menggunakan ukuran pengepressan 60 kg/cm2 dan pengeringan 60 °C selama
3 jam. Didapatkan hasil dengan penambahan polietilena berdensitas rendah
membuat laju pembakaran yang dihasilkan semakin cepat dan briket semakin cepat
habis terbakar meskipun titik maksimum pembakaran semakin tinggi.

Next slide :
Bagian 3, Metodologi
Yang pertama untuk pelaksanaan penelitian ini, dilakukan dengan timeline yang
disusun dalam tabel berikut.
Untuk identifikasi masalah pada bulan september. Studi literatur pada bulan
september sampai november. Penentuan topik dan variabel september sampai
november. Mencari alat dan bahan november sampai januari. Pembuatan briket
bulan desember sampai januari, pengujian briket dan pengambilan data bulan
januarin sampai mei. Penyusunan laporan dari bulan oktober sampai mei, sidang
akhir di bulan mei. Untuk penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Sistem
Energi, Laboratorium Farmasi, Laboratorium Biosistem Institut Teknologi
Sumatera.

Next Slide:
Selanjutnya alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan briket, untuk peralatan
yang digunakan seperti Gas LPG dan kompor. Cetakan briket. Timbangan.
Ayakan. Mangkuk. Lesung batu. Sutil kayu. Alat press hidrolik manual.
Lalu untuk bahan-bahan yang digunakan seperti cangkang kelapa sawit swbagai
bahan dasar, tepung tapioka, tepung sagu, dan molase sebagai perekat.
Next Slide :
Selanjutnya pada alat pengujian menggunakan Moisture Analyzer digunakan untuk
menguji kadar air. Furnace digunakan untuk pengujian kadar abu dan kadar karbon.
Volatil meter digunakan untuk menguji kadar zat terbang. Kalorimeter bom
digunakan untuk menguji nilai kalor.

Next Slide :
Diagram alir dari penelitian ini. Penelitian diawali dengan proses:
Mulai. kemudian
Rumusan masalah, kemudian
studi literatur, kemudian
mencari alat dan bahan, lanjut ke proses
pengeringan cangkang kelapa sawit, kemudian
persiapan pembakaran cangkang kelapa sawit, lalu
menghaluskan dan pengayakan arang cangkang kelapa sawit, selanjutnya
mencampurkan perekat, pada proses ini terbagi menjadi 2 bagian, tepung tapioka,
tepung sagu, dan air dicampurkan lalu diaduk hingga mengental dan untuk molase
tidak perlu di campurkan dengan air. Selanjutnya
Mencampurkan serbuk arang cangkang kelapa sawit dengan perekat 9:1. Lalu
Melakukan pencetakan kemudian di press dengan tekanan 60 kg/cm2,
Setelah proses ini, jika hasil cetakan terjadi kegagalan, kembali ke proses
pencampuran perekat dengan serbuk arang. Jika berhasil lanjut ke proses
pengeringan. Setelah itu
Pengujian kadar air, nilai kalor, dan laju pembakaran terhadap sampel.
Kemudian dilakukan
Pengujian proximate terhadap sampel yang sama. Selanjutnya ke proses
Analisis perhitungan. Dari hasil analisis kemudian dilakukan proses
Pembahasan. Dari prosess pembahasan, kemudian membuat
Kesimpulan. Lalu
Selesai.

Setelah melakukan pengujian data-data yang diadapatkan akan dikumpulkan pada


Tabel pengujian. Terdapat 3 jenis variasi perekat dengan melakukan pengujian kadar
air, nilai kalor, dan laju pembakaran.
Selanjutnya pengujian proximet. pengujian proximet itu adalah pengujian yang
berdasarkan sifat fisis dari bahan bakar. Nah disini yang di uji itu dari hasil sampel
briket dengan variasi terbaik .

Cukup sekian penjabaran dari saya, saya kembalikan ke ibu devia.

Pertanyaan??
Nama kandungan apa yang sehingga dapat dijadikan perekat? Zat pati (karbohidrat,
amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda) Pati digunakan
sebagai bahan pembentuk pengental, tekstur jel.
Apa itu pengujian proximet => pengujian yang berdasarkan sifat fisis dari bahan
bakar. Seperti menentukan kadar air (moisture), zat terbang (volatile matter), kadar
abu (ash), serta karbon padat (fixed carbon).
Apa perbedaan proximet dengan ultimet? Analisis proksimat dilakukan untuk
menentukan kadar air (moisture), zat terbang (volatile matter), kadar abu (ash), serta
karbon padat (fixed carbon) dan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan
kandungan unsur kimia / kadar komposisi kimia seperti karbon, oksigen, hidrogen,
nitrogen, sulfur.

Kenapa memilih variasi terbaik? Karena sesuai dengan untuk membandingkan


dengan SNI,

TIDAK DIBACA 9 (Molase adalah hasil samping dari industri pengolahan gula
yang berwarna hitam dan merupakan limbah utama industri pemurnian gula. Molase
adalah sumber energi yang penting dengan kandungan gula yang tinggi dan dapat
digunakan sebagai perekat pelet yang meningkatkan nilai kalori. Molase juga
digunakan dalam industri fermentasi pakan dan lain-lain. Penggunaan molase
sebagai perekat briket arang dapat menghasilkan briket arang dengan kerapatan,
kekuatan tekan, dan kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan briket arang yang
menggunakan perekat tapioka)

TIDAK DIBACA (amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai


lurus dan larut dalam air, sedangkan amilopektin mempunyai rantai cabang dan tidak
larut dalam air tetapi larut dalam n-butanol).

Ada 3 jenis molase?


1. Light Molasses/ molasses ringan tahap perebusan pertama, digunakan sebagai
sirup untuk pancake dan wafel atau bisa juga dicampurkan dengan sereal
seperti oatmeal. 65% sukrosa
2. Medium atau Dark Molasses, dari perebusan kedua, pembuatan roti jahe,
sama-sama bisa digunakan untuk pembuatan kue, tetapi akan menghasilkan
warna dan rasa yang agak berbeda. 60% sukrosa
3. Blackstrap Molasses, perebusan yang ketiga, digunakan sebagai resep
pembuatan, bukan sebagai pemanis langsung. 55% sukrosa

Bahan resume
Briket terbuat dari limbah tumbuhan yang sudah diambil produk primernya, salah
satu contohnya yaitu kelapa sawit yang sudah di melalui proses ekstraksi
pengambilan minyak mentah (CPO), setelah proses ekstraksi terdapat sisa limbah
seperti cangkang kelapa sawit yang dimana dapat di olah menjadi briket. Dimana
ketersedian cangkang sawit di indonesia cukup melimpah mengingat indonesia
sendiri merupakan salah satu negra penghasil sawit tersebar di dunia.

Anda mungkin juga menyukai