Anda di halaman 1dari 148

TESIS

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH DI

KOTA SERANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik


guna memperoleh gelar Magister Teknik

Oleh:
NAMA : IMAM FIRMANSYAH
NPM : 02920120002

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
JAKARTA
2014
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR

Saya mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Pelita Harapan

Nama Mahasiswa : Imam Firmansyah


Nomor Pokok Mahasiswa : 02920120002
Konsentrasi : Manajemen Konstruksi

Dengan ini menyatakan bahwa karya Tugas Akhir yang saya buat dengan judul

“OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH DI KOTA SERANG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)”

adalah:
1) Dibuat dan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan hasil kuliah,
tinjauan lapangan dan buku-buku serta jurnal acuan yang tertera di dalam
referensi pada karya tugas akhir saya.
2) Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau
yang pernah dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana lain kecuali pada
bagian-bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang
semestinya.
3) Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau jurnal acuan
yang tertera di dalam referensi pada karya tugas akhir saya.
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang telah dinyatakan di atas, maka
karya tugas akhir ini batal.
Jakarta, Desember 2014
Yang membuat pernyataan

Materai Rp.6000

(IMAM FIRMANSYAH)
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR

“OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH DI KOTA SERANG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(AHP)”

Oleh :

Nama : Imam Firmansyah


NPM : 02920120002
Program Studi : Magister Teknik Sipil
Konsentrasi : Manajemen Konstruksi

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam ujian
komprehensif guna mencapai gelar Magister Teknik Sipil pada Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Pelita Harapan Jakarta.

Jakarta, Desember 2014


Menyetujui
Pembimbing

(Prof. Dr. Manlian Ronald A. Simanjuntak, ST., MT.)


UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PERSETUJUAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

Pada hari ini Selasa tanggal 9 Desember 2014 telah diselenggarakan ujian
Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna mencapai
gelar Magister Teknik Sipil Program Studi Teknik Sipil Jenjang Strata 2
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pelita Harapan, atas nama:
Nama Mahasiswa : Imam Firmansyah
Nomor Pokok Mahasiswa : 02920120002
Konsentrasi : Manajemen Konstruksi

termasuk ujian Tugas Akhir yang berjudul “OPTIMALISASI WAKTU


PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
PEMERINTAH DI KOTA SERANG DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)” oleh tim penguji
yang terdiri dari:

Nama Status Tanda Tangan

1. Prof. Dr. Manlian Ronald A. , sebagai Ketua Sidang /


Simanjuntak ST. MT. Penguji 1 / Pembimbing …………………………

2. Dr. Irawan Tani , sebagai Anggota Penguji 2 …………………………

3. Ir. Mark Setiadi, M.Eng , sebagai Anggota Penguji 3 …………………………


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena

atas berkat rahmat dan hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir ini

dapat diselesaikan dengan baik..

Tugas Akhir dengan judul “OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN

PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH DI KOTA

SERANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY

PROCESS (AHP)” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik

guna memperoleh gelar Magister Teknik Sipil Program Studi Teknik Sipil Jenjang

Strata 2 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pelita Harapan, Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai

pihak, Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, yaitu kepada:

1) Bapak Prof. Dr. Manlian Ronald A. Simanjuntak, ST, MT, selaku Dosen

Pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil dan Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pelita Harapan, atas bimbingan dan

segala masukan yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian

penelitian ini;

2) Staf Administrasi Program Studi Magister Teknik Sipil atas segala informasi

yang sangat membantu bagi penulis;

3) Seluruh Responden pada penelitian ini, terima kasih atas kesediaannya dalam

meluangkan sedikit waktu untuk pengisian kuesioner;

v
4) Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, doa dan kasih sayang tiada

henti kepada penulis hingga penelitian ini pun dapat diselesaikan;

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT. berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir ini. Penulis

menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam Tugas Akhir ini. Oleh

karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis.

Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Jakarta, Desember 2014

Imam Firmansyah

vi
ABSTRAK
Imam Firmansyah (02920120002)

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH DI KOTA SERANG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
(xiv + 92 halaman: 8 gambar; 15 tabel; 5 lampiran)

Banyak faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan sebuah proyek.


Faktor-faktor tersebut dapat menghambat selesainya waktu pelaksanaan pekerjaan
bila tidak diatur dengan baik, sehingga proyek tersebut selesai melebihi rencana
waktu pelaksanaan atau dengan kata lain proyek tersebut terlambat. Faktor-faktor
tersebut pula jika diatur dengan baik dapat membuat pekerjaan selesai dengan lebih
cepat. Untuk itu perlu kiranya dilakukan studi yang mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan proyek serta cara-cara yang
harus dilakukan pada faktor-faktor tersebut agar dapat mengoptimalkan waktu
pelaksanaan pekerjaan proyek agar tidak terjadi keterlambatan.
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan dalam
pengambilan keputusan serta pengurutan prioritas diterapkan pada penelitian ini
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan
pekerjaan proyek. Sebanyak 30 orang dari pihak pemberi tugas dijadikan responden
dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi waktu
pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang adalah
faktor sumber daya manusia dengan bobot 0.352, disusul kemudian faktor biaya
(0.309), metode pelaksanaan (0.160), material (0.113) dan peralatan (0.065).
Sementara pada perhitungan pembobotan antar alternatif yang melibatkan seluruh
responden memberikan hasil bahwa alternatif menambah sumber daya manusia
yaitu dengan menambah jumlah tenaga kerja yang lebih berkompeten dan
berpengalaman pada proyek konstruksi tersebut menjadi pilihan yang paling
dominan dengan bobot 0.406, kemudian diikuti alternatif melakukan kontrak
spesialis atau sub penyedia jasa pada pilihan kedua dengan bobot 0.357 dan
alternatif menambah jam kerja pada posisi ketiga dengan bobot 0.237. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui sejauh mana pengaruh sumber
daya manusia terhadap waktu pelaksanaan proyek konstruksi.

Kata kunci: Proyek konstruksi, waktu pelaksanaan, metode AHP

vii
ABSTRACT
Imam Firmansyah (02920120002)

OPTIMIZATION OF GOVERNMENT BUILDING CONSTRUCTION TIME


IN SERANG BY USING ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
METHOD.
(xiv + 92 pages: 8 pictures; 15 table; 5 attachments)

Many factor can affect the construction time from a project. Those factors can delay
the time needed to complete the work if not managed carefully, making the project
fall behind the scheduled time. Carefully managed, a project can also be finished
before the scheduled time, thus can saved many time. In order to do so, a study need
to be done in these factor that affect the time needed to complete a construction
project and prevent the project to fall behind the schedule.
Analytic Hierarchy Process (AHP) as method using to take a decision and time
scheduling were used in this study to identify many factor that can affect the time
needed to complete a construction project. 30 peoples have become respondent in
this study.
According to this study, the factor that affect the time in government building
construction project is human resources factor, with 0.352 point, followed by cost
factor (0.309), implementation method factor (0.160), construction material factor,
and tools factor (0.065). Meanwhile, by comparing one factor with another, can be
concluded, increasing the number of human resources prove to be the most popular
method, by increasing the number of more competent and experienced worker
become the most dominant factor (0.406), followed by making contract with
specialist (0.357), and by giving additional work hour (0.237). A further study need
to be done in order to find out how far human resources affect the construction
time.

Keywords : Construction project, time schedule, AHP method.

viii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR ………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR …… iii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR ....................... iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. v
ABSTRAK ……………………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian ............................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ......................................................... 3
1.3 Batasan Masalah Penelitan ..................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 4
1.6 Kerangka Berfikir ................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Karakter Bangunan Gedung di Kota Serang .......................... 7
2.2 Penjadwalan Proyek ............................................................... 8
2.2.1 Metode Penjadwalan Proyek ........................................ 10
2.2.2 Penjadwalan Sumber Daya ........................................... 15
2.2.3 Mengukur Kinerja Biaya dan Waktu dengan Metode
Earned Value ................................................................ 19
2.3 Siklus Proyek Konstruksi ...................................................... 22
2.3.1 Konsep dan Studi Kelayakan (Concept and Feasibility
Study) ............................................................................ 23

ix
2.3.2 Perencanaan dan Rekayasa (Engineering and Design) 23
2.3.3 Pengadaan (Procurement) ............................................ 24
2.3.4 Konstruksi (Construction) ........................................... 25
2.3.5 Memulai dan Pelaksanaan (Start-Up and
Implementation) ........................................................... 25
2.3.6 Pengoperasian dan Pemakaian (Operation and
Utilization) ................................................................... 26
2.4 Proses Pelaksanaan Pembangunan ........................................ 26
2.5 Kinerja Proyek Konstruksi .................................................... 29
2.6 Optimalisasi Proyek ............................................................... 30
2.7 Potret Pembangunan Bangunan Gedung di Kota Serang ...... 32
2.8 Faktor dan Variabel Penelitian .............................................. 33
2.8.1 Material ......................................................................... 33
2.8.2 Peralatan ....................................................................... 35
2.8.3 Biaya ............................................................................. 36
2.8.4 Sumber Daya Manusia ................................................. 37
2.8.5 Metode Pelaksanaan ..................................................... 38
2.9 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) .......................... 38
2.9.1 Pembentukan Hirarki Struktural ................................... 39
2.9.2 Pembentukan Keputusan Perbandingan ....................... 40
2.9.3 Sintesis Prioritas dan Ukuran Konsistensi ................... 41
2.10 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Proses Penelitian .................................................................... 55
3.2 Instrumen Penelitian .............................................................. 57
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................... 58
3.3.1 Pengumpulan Data Primer ........................................... 58
3.3.2 Pemilihan Responden ................................................... 59
3.3.3 Penyebaran Kuesioner .................................................. 60
3.4 Analisis Perbandingan dengan Metode AHP ......................... 60
3.4.1 Pembentukan Hirarki .................................................... 62

x
3.4.2 Penilaian atau Penyekalaan .......................................... 64
3.4.3 Proses Perhitungan Pembobotan .................................. 65

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1 Permasalahan Penelitian ……………………………………. 68
4.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ……………………………... 69
4.3 Studi Pustaka dan Hasil Penelitian Relevan ………………... 70
4.4 Proses Analisis ……………………………………………... 71
4.4.1 Perumusan Struktur Hirarki …………………………. 71
4.4.2 Data Primer ………………………………………….. 73
4.4.3 Input Data ……………………………………………. 74
4.4.4 Pengolahan Data ……………………………………... 78
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ….…………………………… 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan …………………………………………………. 91
5.2 Saran ………………………………………………………... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
Tabel 2.1 Skala penilaian antara dua elemen …………………………………. 41
Tabel 2.2 Indeks konsistensi acak rata-rata berdasarkan orde matriks ……….. 42
Tabel 2.3 Nilai rentang penerimaan bagi CR …………………………………. 43
Tabel 3.1 Faktor/variabel yang digunakan pada penelitian ini ……………….. 59
Tabel 3.2 Analisa matriks ordo 5 x 5 untuk level 2 …………………………... 63
Tabel 3.3 Analisa matriks ordo 3 x 3 untuk level 3 …………………………... 64
Tabel 4.1 Hasil penilaian jawaban responden berdasarkan skala Saaty ……… 77
Tabel 4.2 Analisa matriks ordo 5 x 5 …………………………………………. 78
Tabel 4.3 Analisa matriks ordo 3 x 3 …………………………………………. 79
Tabel 4.4 Contoh analisa bobot kriteria/faktor ……………………………….. 79
Tabel 4.5 Rekapitulasi bobot kriteria dari keseluruhan responden …………… 81
Tabel 4.6 Contoh analisa bobot alternatif …………………………………….. 82
Tabel 4.7 Rekapitulasi bobot alternatif dari keseluruhan responden …………. 83
Tabel 4.8 Perhitungan bobot dari keseluruhan responden ……………………. 85
Tabel 4.9 Urutan alternatif cara mengatasi keterlambatan waktu pelaksanaan
Proyek konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang …. 86
Tabel 4.10 Rekapitulasi nilai konsistensi ………………………………………. 87

xii
Gambar 1.1 Kerangka berfikir ………………..…………………………………. 4
Gambar 2.1 Cakupan model AHP ……………………………………...……….. 39
Gambar 2.2 Sebuah hirarki dengan tiga level (Saaty, 2000) ……………………. 40
Gambar 3.1 Proses penelitian ……………………….…………………………... 55
Gambar 3.2 Diagram alir proses AHP (Saaty, 2000) ..…………………………... 61
Gambar 3.3 Struktur hirarki AHP untuk analisis waktu pelaksanaan proyek
Konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang …………. 63
Gambar 4.1 Struktur hirarki AHP untuk analisis waktu pelaksanaan proyek
Konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang …………. 72
Gambar 4.2 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan .………….. 74

xiii
Lampiran A – Lembar Kuesioner
Lampiran B – Data Responden
Lampiran C – Analisa Bobot Faktor/Kriteria dan Bobot Alternatif
Lampiran D – Bobot Rata-Rata
Lampiran E – Sintesis Bobot Keseluruhan

xiv
BAB I

PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian

Dunia konstruksi saat ini telah berkembang pesat. Hal ini seiring dengan

perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia akan hunian yang nyaman,

aman, serta menunjang segala aktivitas-aktivitasnya. Perkembangan konstuksi di

Indonesia sendiri terbilang sangat pesat, khususnya di daerah Jawa, permintaan

akan hunian tempat tinggal (baik perumahan maupun apartemen) dan perkantoran

terbilang mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Dengan hal ini tentu saja

membuat jumlah proyek konstruksi semakin meningkat.

Proyek konstruksi merupakan proyek yang memiliki kompleksitas yang

tinggi. Proyek konstruksi terdiri atas banyak pekerjaan yang saling terkait. Proyek

ini sering mengalami keterlambatan karena kompleksitasnya sendiri. Waktu,

merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen proyek disamping biaya

dan kualitas. Sebuah proyek pasti memiliki durasi atau batas waktu. Proyek harus

diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Berkaitan

dengan masalah proyek ini maka keberhasilan pelaksanaan sebuah proyek tepat

pada waktunya merupakan tujuan yang penting baik bagi pemilik proyek maupun

pelaksana konstruksi.

Kota Serang sebagai ibukota dari provinsi yang masih muda yaitu Provinsi

Banten sedang mengalami perkembangan dalam berbagai aspek termasuk

konstruksi. Semakin padat dan semakin banyaknya kegiatan perkotaan membuat

kebutuhan akan bangunan gedung baik hunian maupun perkantoran menjadi

1
meningkat. Walaupun Kota Serang belum memfokuskan pada pembangunan

secara vertikal dikarenakan luas lahan yang masih memadai, namun jumlah

bangunan baru cukup banyak terhitung semenjak Kota Serang berdiri. Terutama

pembangunan gedung-gedung pemerintah yang juga untuk menunjang kegiatan

pemerintahan baik di Kota Serang maupun di Provinsi Banten pada umumnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan sebuah

proyek. Faktor-faktor tersebut dapat menghambat selesainya waktu pelaksanaan

pekerjaan bila tidak diatur dengan baik, sehingga proyek tersebut selesai melebihi

rencana waktu pelaksanaan atau dengan kata lain proyek tersebut terlambat.

Faktor-faktor tersebut pula jika diatur dengan baik dapat membuat pekerjaan

selesai dengan lebih cepat. Untuk itu perlu kiranya dilakukan studi yang

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan

proyek serta cara-cara yang harus dilakukan pada faktor-faktor tersebut agar dapat

mengoptimalkan waktu pelaksanaan pekerjaan proyek agar tidak terjadi

keterlambatan.

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang sudah

terkenal dalam bidang manajemen dan banyak digunakan dalam pengambilan

keputusan serta pengurutan prioritas akan digunakan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut

serta cara-cara yang harus dilakukan pada faktor-faktor tersebut agar dapat

mengoptimalkan waktu pelaksanaan pekerjaan proyek. Dalam penelitian ini akan

mencoba menerapkan penggunaan metode AHP dalam bidang manajemen proyek

khususnya dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu

pelaksanaan pekerjaan proyek.

2
1.2 Permasalahan Penelitian

Dari latar belakang yang telah diurai, maka permasalahan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan

proyek konstruksi bangunan gedung?

2. Bagaimana hasil optimalisasi waktu pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi

bangunan gedung di Kota Serang?

1.3 Batasan Masalah Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan gedung di Kota Serang.

2. Responden pada penelitian ini dibatasi pada stakeholder kunci yang terlibat

secara langsung pada proyek pembangunan gedung tersebut khususnya dari

sudut pandang pihak pemberi tugas.

3. Metode analisis dilakukan dengan Metode Analytic Hierarchy Process

(AHP).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor waktu pelaksanaan

pekerjaan proyek konstruksi bangunan gedung.

2. Mengetahui hasil proses identifikasi waktu pelaksanaan pekerjaan proyek

konstruksi bangunan gedung di Kota Serang.

3
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan

pekerjaan proyek.

2. Dapat mengetahui cara-cara yang harus dilakukan pada faktor-faktor tersebut

agar dapat mengoptimalkan waktu pelaksanaan pekerjaan proyek agar tidak

terjadi keterlambatan.

1.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir pada penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 1.1. sebagai

berikut:

Proyek
konstruksi
bangunan
gedung

Waktu
pelaksanaan
proyek

Faktor yang
menyebabkan
keterlambatan
proyek

Dari segi
pemberi tugas

Metode Analytic
Hierarchy
Process (AHP)

Faktor paling
mempengaruhi
keterlambatan
proyek

Gambar 1.1. Kerangka Berfikir

4
Kerangka Pemikiran yang tergambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Dalam sebuah pelaksanaan proyek konstruksi waktu merupakan salah satu

hal yang penting selain biaya dan mutu. Cepat atau lambatnya penyelesaian

sebuah proyek sangat menentukan untung atau ruginya proyek tersebut.

2) Kaitan dengan waktu, tentu akan banyak hal yang dapat menghambat sebuah

proyek selesai lebih cepat dari jadwal. Kemudian dilakukan analisis sehingga

dapat diketahui mengenai hal-hal atau faktor-faktor apa saja yang dapat

menghambat atau membuat keterlambatan pada proyek tersebut.

3) Dari faktor-faktor tersebut, kemudian dilakukan penilaian sesuai dengan

persepsi mereka masing-masing. Pada penelitian ini yang penilaan hanya

dilihat dari sudut pandang pemberi tugas (owner). Penilaian dilakukan guna

mengetahui mengenai faktor yang paling mempengaruhi keterlambatan.

4) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode

yang digunakan dalam melakukan pemilihan multi kriteria dengan

menggunakan persepsi manusia sebagai data primernya. Dari penilaian-

penilaian yang telah dilakukan kepada responden stakeholders tadi, kemudian

dilakukan analisis dengan metode AHP.

5) Hasil yang didapat dari metode AHP adalah sebuah peringkat dari faktor-

faktor yang telah dianalisis tadi. Peringkat teratas menunjukan bahwa faktor

tersebut merupakan faktor yang paling dominan atau paling berpengaruh

dalam menyebabkan terjadinya keterlambatan pada proyek konstruksi.

Dengan dilakukannya analisis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan

keterlambatan sebuah proyek menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

5
(AHP) diharapkan dapat memberikan rekomendasi agar dapat menghindari

keterlambatan pada sebuah proyek konstruksi.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Berisi pengantar dan ringkasan mengenai hal-hal yang dilakukan

dalam penelitian, seperti: latar balakang permasalahan penelitian,

permasalahan penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka berfikir dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

Penjelasan mengenai teori-teori yang menunjang penelitian seperti:

Penjadwalan proyek, metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

dan Hasil Penelitian yang Relevan.

BAB III Metodologi Penelitian

Berisi mengenai proses penelitian, desain penelitian dan penjelasan

menganai metode penelitian.

BAB IV Analisis dan Pembahasan

Berisi pengumpulan dan pengolahan data perusahaan sesuai

indikator pada Metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

BAB V Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan dari penelitian dan rekomendasi kepada proyek

konstruksi bangunan gedung dan kepada penelitian selanjutnya.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Karakter Bangunan Gedung di Kota Serang

Kota Serang merupakan ibukota dari provinsi yang baru berdiri yaitu provinsi

Banten. Kota Serang sendiri kini baru berusia 6 tahun hasil pemekaran dari

wilayah Kabupaten Serang. Dengan usia yang masih muda, Kota Serang kini

masih dalam tahap pembangunan. Perannya sebagai ibukota provinsi menuntut

Kota Serang untuk terus menggalakkan pembangunan. Infrastruktur serta gedung-

gedung masih dalam tahap pengembangan. Belum banyak bangunan gedung yang

berdiri di wilayah Kota Serang. Peraturan Menteri PU No. 29 Tahun 2006

mengklasifikasikan bangunan gedung berdasarkan ketinggian menjadi tiga, yaitu

bangunan gedung bertingkat tinggi, bangunan gedung bertingkat sedang dan

bangunan gedung bertingkat rendah. Rata-rata bangunan gedung di Kota Serang

berkisar antara 4 sampai 5 lantai, hanya terdapat satu atau dua bangunan dengan

ketinggian 8 lantai.

Wilayah Kota Serang belum termasuk dalam wilayah padat. Masih banyak

wilayah-wilayah yang dapat dikembangkan. Hal ini menyebabkan Kota Serang

belum memiliki prioritas untuk pembangunan secara vertikal. Bangunan-

bangunan tinggi yang ada di Kota Serang diimbangi juga dengan luas area yang

besar. Diantara bangunan gedung berlantai banyak yang terdapat di Kota Serang

adalah bangunan hotel, rumah susun, pusat perbelanjaan, serta perkantoran. Di

Kota Serang kini sedang dibangun juga gedung 8 lantai yang peruntukkannya

sebagai gedung kantor di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B).

7
2.2 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang

dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam

hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta

rencana durasi proyek dan progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Dalam

proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat

lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu

pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling adalah pengalokasian

waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka

menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan

mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada.

Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan

proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating

selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar

alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan

proyek.

Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat seperti berikut:

1. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batas-

batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.

2. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis

dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan

waktu.

3. Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.

8
4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan

proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.

5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

6. Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.

Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

berikut :

1. Sasaran dan tujuan proyek.

2. Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.

3. Dana yang diperlukan dan dana yang tersedia.

4. Waktu yang diperlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang

hilang dan hari-hari libur.

5. Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan diantaranya.

6. Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.

7. Sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang tersedia.

8. Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan

karena dana yang dikelola sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya

juga besar, kegiatan yang dilakukan sangat beragam serta durasi proyek menjadi

sangat panjang. Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan,

digunakan cara-cara atau metode teknis yang sudah digunakan seperti metode

penjadwalan proyek. Kemampuan perencana yang memadai dan bantuan software

komputer untuk penjadwalan dapat membantu memberikan hasil yang optimal.

9
2.2.1 Metode Penjadwalan Proyek

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk

mengelola waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut

didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja

penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus

kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel-variabel yang

mempengaruhinya juga harus dimonitor, misalnya mutu, keselamatan kerja,

ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi

penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan

koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang diinginkan.

a. Waktu dan Durasi Kegiatan

Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu (time)

dan kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang/malam, sedangkan

kurun waktu atau durasi menunjukan lama waktu yang dibutuhkan dalam

melakukan suatu kegiatan, seperti lamanya waktu kerja dalam satu hari

adalah 8 jam. Melakukan durasi suatu kegiatan biasanya dilandasi volume

pekerjaan dan produktivitas crew/kelompok pekerja dalam menyelesaikan

suatu pekerjaan. Produktivitas diperoleh dari pengalaman crew melakukan

suatu kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya atau berdasarkan database

perusahaan.

10
b. Bagan Balok (Barchart)

Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Tailor dalam bentuk

bagan balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap

kegiatan. Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk

dikomunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana.

Bagan balok terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau paket

kerja dari lingkup proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan satuan waktu

dalam hari, minggu, atau bulan sebagai durasi.

Pada bagan ini juga dapat ditentukan milestone/baseline sebagai bagian

target yang harus diperhatikan guna kelancaran produktifitas proyek secara

keseluruhan. Untuk proses updating, bagan balok dapat diperpendek atau

diperpanjang dengan memperhatikan total floatnya, yang menunjukan bahwa

durasi kegiatan akan bertambah atau berkurang sesuai kebutuhan dalam

perbaikan jadwal.

Penyajian informasi bagan balok agak terbatas, misal hubungan antar

kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan proyek tidak dapat diketahui.

Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila terjadi keterlambatan

proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi sukar untuk

dilakukan.

c. Kurva S atau Hanumm Curve

Kurva s adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T.

Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal

hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek

11
berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan

sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi Kurva

S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan

membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah

ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat

menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses

pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya terbatas

untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan

metode lain yang dikombinasikan, misal dengan metode bagan balok yang

dapat digeser-geser dan network planning dengan memperbaharui sumber

daya maupun waktu pada masing-masing kegiatan.

Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-

masing kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek di-plotkan

terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis,

akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan

pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan

meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume

kegiatan kembali mengecil.

Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat

berupa perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/kegiatan

dibagi nilai anggaran, karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase

sehingga lebih mudah untuk menghitungnya.

12
d. Metode Penjadwalan Linier (Diagram Vektor)

Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah

kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan

kegiatan yang berulang seperti pada proyek konstruksi jalan raya, runway

bandar udara, terowongan/tunnel atau proyek industri manufaktur. Metode ini

sangat memuaskan untuk diterapkan pada proyek-proyek tersebut karena

menggunakan sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi

keterampilan pada suatu pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang

lain.

Metode ini juga cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan

gedung bertingkat dengan keragaman masing-masing tingkat bangunan relatif

sama. Pada proyek yang cukup besar, metode ini membantu memonitor

progres beberapa kegiatan tertentu yang berada dalam suatu penjadwalan

keseluruhan proyek. Hal ini dapat dilakukan bila metode ini dikombinasikan

dengan metode network, karena metode penjadwalan linier dapat memberikan

informasi tentang kemajuan proyek yang tidak dapat ditampilkan oleh metode

network.

e. Metode Penjadwalan Network Planning

Network planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan

Dupont dan rand corporation untuk mengembangkan sistem kontrol

manajemen. Metode ini dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar

kegiatan yang memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif

lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan

13
kritis. Dari informasi network planning-lah monitoring serta tindakan koreksi

kemudian dapat dilakukan, yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan tetapi,

metode ini perlu dikombinasikan dengan metode lainnya agar lebih

informatif.

Tahapan penyusunan network scheduling:

1. Menginfentarisasi kegiatan-kegiatan dari paket WBS berdasarkan

item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan

identifikasi.

2. Memperkirakan durasi setiap pekerjaan dengan mempertimbangkan

jenis pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan

kerja, serta produktifitas pekerja.

3. Penentuan logika ketergantungan antara kegiatan dilakukan dengan

tiga kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului

(predecessor), kegiatan yang didahului (successor), serta bebas.

4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan

setelah langkah – langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti.

Manfaat penerapan network scheduling.

1. Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat

perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan detail.

2. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap

kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan,

kesukaran-kesukaran yang bakal timbul dapat diketahui jauh

sebelum terjadi sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan dapat

dilakukan.

14
3. Dalam network planning dapat terlihat jelas waktu penyelesaian

yang dapat ditunda atau harus disegerakan.

4. Membantu mengkomunikasikan hasil network yang ditampilkan.

5. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari

segi biaya langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya.

6. Berguna untuk menyelesaikan klaim yang diakibatkan oleh

keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan,

menganalisis cashflow, dan pengendalian biaya.

7. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah

sebagian dari proses, lalu mengamatai efek terhadap proyek secara

keseluruhan.

8. Terdiri atas metode Activity On Arrow dan Activity On Node

(Precedence Diagram Method).

2.2.2 Penjadwalan Sumber Daya

Penjadwalan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, material dan

modal/biaya dapat merupakan bagian dari master schedule atau dapat juga sebagai

bagian yang terpisah darinya sebagai milestone schedule.

Untuk proyek yang cukup kompleks, pemilihan schedule sumber daya dari

master schedule, dengan detailnya dilakukan pada milestone schedule adalah

langkah terbaik untuk memudahkan monitoring, tujuan penjadwalan sumber daya

adalah memastikan jumlah atau jenis sumber daya dapat diketahui sejak awal dan

tersedia bila dibutuhkan. Tetapi bila ketersediaan sumber daya terbatas, maka

biasanya durasi proyek menjadi lebih lambat dari yang direncanakan. Sebaliknya,

15
dengan menambah jumlah sumber daya, durasi proyek dapat dipercepat. Bila

ketersediaan sumber daya cukup tetapi distribusi selama berlangsungnya proyek

berfluktuasi, maka hal ini akan mengurangi tingkat efektifitas dan efesiensi

pengguna sumber daya. Bila jumlah sumber daya dimiliki terbatas dan

ketersediaanya tidak mencukupi, sedangkan durasi adalah batasan kurun waktu

proyek, maka penjadwalan dapat dilakukan dengan pemerataan sumber daya

(resources leveling).

a. Penjadwalan Sumber Daya yang Terbatas

Sumber daya yang terbatas adalah salah satu alasan mengapa

penjadwalan diperlukan. Penjadwalan dimaksudkan supaya pelaksanaan

proyek tetap dapat berlangsung, caranya dengan mengoptimalkan

penggunaan sumber daya yang terbatas tersebut yang diusahakan juga durasi

proyeknya tidak menjadi terlalu lambat.

Sumber daya yang terbatas karena ketersediaannya yang memang langka

dapat membuat masalah besar bagi pelaksanaan proyek, karena hal ini akan

mempengaruhi durasi proyek. Makin sedikit jumlah ketersediaannya, durasi

proyek akan semaki lama karena banyak kegiatan yang tidak dapat dilakukan.

Akibatnya adalah adanya sangsi dari pemilik proyek yang berupa denda atau

pemutusan hubungan kerja sepihak karena keterlambatan proyek. Oleh karena

itu, perencanaan sumberdaya yang langkah seperti peralatan/mesin dengan

teknologi tinggi, tukang khusus ukir/pahat, dan material yang harus diimpor,

peralatan yang memerlukan impor dari luar negeri, harus dibuat sebaik

mungkin agar durasi kegiatannya tidak terganggu.

16
Ada dua jenis batasan yang harus diperhatikan dalam penjadwalan

proyek, karena batasan tersebut berpengaruh terhadap waktu kerja dari suatu

kegiatan. Dua batasan tersebut adalah :

1. Batasan hubungan kegiatan, batasan yang diakibatkan oleh

hubungan antar kegiatan pada beberapa kegiatan.

2. Batasan kondisi sumber daya, batasan yang diakibatkan oleh

ketidaktersediaan sumber daya.

Selain itu, ada empat aturan yang dapat diterapkan pada penjadwalan

proyek dalam hubungannya dengan alokasi sumber daya yang terbatas, yaitu :

1. Memprioritaskan kegiatan yang mempunyai batasan kegiatan-

kegiatan dengan sumber daya maksimum, lalu dilakukan

penjadwalan terhadap kegiatan tersebut dengan basis kontinyu.

2. Memprioritaskan pada kegiatan kritis atau mendekati kritis dengan

total float paling rendah, lalu dilakukan penjadwalan terhadap

kegiatan tersebut dengan cara basis kontinyu.

3. Memprioritaskan pada kegiatan yang mempunyai durasi paling

pendek, lalu dilakukan penjadwalan terhadap kegiatan tersebut

dengan cara basis kontinyu.

4. Setelah salah satu dari tiga aturan diatas terpenuhi, dilakukan pada

kegiatan dengan prioritas rendah dengan cara basis terputus,

kemudian dilakukan interupsi oleh kegiatan yang lebih tinggi

prioritasnya.

17
b. Pemerataan Sumber Daya

Pemerataan sumber daya adalah meratakan frekuensi alokasi sumber

daya dengan memastikan bahwa jumlah/jenis sumber daya dapat diketahui

dari awal dan tersedia bila dibutuhkan. Biasanya bila jumlah sumber daya

dikurangi, durasi akan bertambah, sebaiknya bila jumlah sumber daya

ditambah, durasi akan berkurang. Tujuan dari pemerataan sumber daya adalah

untuk menjadwalkan kegiatan pada proyek yang disesuaikan dengan

ketersediaan sumber daya dan pola penyebaran yang logis sehingga durasi

proyek tidak melampaui batas berlebihan. Variasi penyebaran sumber daya

dari suatu periode ke periode lainnya diusahakan dapat tetap pada suatu batas

minimum kebutuhannya, sehingga hasil yang dicapai dapat memenuhi sesuai

dengan kemampuan dan ketersediaan sumber daya yang ada.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemerataan sumber daya adalah

mengidentifikasi sumber daya yang terbatas dan yang dibutuhkan untuk

seluruh jumlah durasi dari suatu proyek. Ini karena alokasi sumber daya yang

langka dan ketersediaannya terbatas harus diprioritaskan.

Bila ketersediaannya tidak mencukupi, pengadaannya akan menimbulkan

biaya yang lebih tinggi. Pemerataan sumberdaya dimaksudkan agar alokasi

tingkat pemakaian sumber daya dapat diketahui sehingga penyelesaian

proyek menjadi lebih logis. Dalam pemerataan sumber daya, biasanya durasi

proyek dianggap tetap, sedangkan jumlah sumber daya diatur sedemikian

rupa sehingga sesuai dengan ketersediaan.

Metode pemerataan sumber daya bertujuan mendapatkan pola kebutuhan

sumber daya yang sesuai. Metode ini dapat dilakukan dengan cara :

18
1. Memulai seluruh kegiatan proyek berada diantara waktu mulai awal

dan waktu mulai paling lambat, sehingga durasi proyek tidak

bertambah.

2. Berdasarkan ketersediaan waktu yang dibatasi dengan mengatur

sumber daya yang dibutuhkan yang jumlah dan pola penyebarannya

diatur sedemikian rupa.

3. Berdasarkan ketersediaan sumber daya yang terbatas karena

kelangkaan dengan menambah durasi proyek sehingga proyek dapat

menjadi lebih lambat dari yang direncanakan.

4. Berdasarkan penjadwalan dengan membuat diagram batang non

kontinyu dengan mengintrupsi suatu kegiatan oleh kegiatan yang

lainnya.

Dari semua hal di atas, pemerataan sumber daya dimaksudkan untuk

meningkatkan produktifitas, efektifitas dan efesiensi dan penggunaannya,

menjaga pola penyebaran yang logis dari segi kuantitas serta menempatkan

kualitas sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan diharapkan

dengan durasi yang tidak berubah. Dengan demikian alokasi distribusi

sumber daya yang proporsional akan memberikan keuntungan bagi proyek

sehingga pemanfaatan sumber dayanya terencana dengan baik dan hal ini

akan mempengaruhi juga sebagi kinerja proyek secara keseluruhan.

2.2.3 Mengukur Kinerja Biaya dan Waktu dengan Metode Earned Value

Dalam penentuan kinerja proyek dengan cara earned value atau nilai hasil,

informasi yang diberikan berupa indikator dalam bentuk kuantitatif, yang

19
menampilkan informasi progress biaya dan jadwal proyek. Indikator ini

menginformasikan posisi kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta

dapat memperkirakan proyeksi kemajuan proyek pada periode selanjutnya.

Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut :

1. BCWS (Budgeted Cost of Work Shedule), menggambarkan anggaran

rencana sampai pada periode tertentu terhadap volume rencana proyek

yang akan dikerjakan.

2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed), menggambarkan

anggaran rencana proyek pada periode tertentu terhadap apa yang

telah dikerjakan pada volume pekerjaan aktual.

3. ACWP (Actual Cost of Work Performed) menggambarkan anggaran

aktual yang dihabiskan untuk pelaksanaan pekerjaan pada keadaan

volume pekerjaan aktual.

Berbekal ketiga indikator tersebut, pengukuran kinerja biaya dan waktu

untuk metode Earned Value menggunakan 3 jenis kurva S sebagai nilai kumulatif

biaya dengan fungsi waktu, yang terintegrasi dalam satu tampilan yang terdiri atas

nilai kumulatif biaya : BCWS, BCWP dan ACWP.

Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi pada

biaya dan waktu/jadwal dengan cara mengukurnya, diuraikan di bawah ini.

1. Penyimpangan Jadwal/Waktu

a. SV (Scheduling Variance) = BCWP – BCWS

SV > 0, progres aktual > rencana : terjadi percepatan proyek terhadap

rencana (schedule underrun)

20
SV < 0 , progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan proyek terhadap

rencana (schedule overrun)

b. SPI (Schedule Performance Index) = BCWP / BCWS

SPI > 1, progres aktual > rencana: terjadi percepatan proyek terhadap

rencana (schedule underrun)

SPI < 1, progres aktual < rencana : terjadi keterlambatan proyek terhadap

rencana (schedule overrun)

2. Penyimpangan Biaya

a. CV (Cost Variance) = BCWP – ACWP

CV > 0, biaya volume aktual > biaya aktual (cost underrun)

CV < 0, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)

b. CPI (Cost Performance Index) = BCWP / ACWP

CPI > 1, biaya volume aktual > biaya aktual (cost underrun)

CPI < 1, biaya volume aktual < biaya aktual (cost overrun)

Dengan menghitung indeks-indeks seperti diatas akan terlihat bahwa

proyek akan terlambat atau lebih cepat dan biaya yang harus dikeluarkan akan

berlebih atau kurang dari yang dianggarkan, maka kemajuan proyek untuk waktu

yang akan datang perlu diramalkan dengan cara seperti di bawah ini.

1. Perkiraan penyelesaian proyek (Estimated Completion Date)

ECD = (Sisa waktu / SPI) + Waktu terpakai

Persentase keterlambatan/percepatan

= 100% – ECD / Jadwal Rencana x 100%

2. Perkiraan Biaya Penyelesaian Proyek (Estimate at Completion)

EAC = Sisa Anggaran / CPI + ACWP

21
= (Total Biaya – BCWP) / CPI + ACWP

Persentase biaya penambahan/penurunan biaya aktual terhadap anggaran

biaya = 100% – EAC / Total Biaya x 100%

3. Earned Value (nilai hasil) = BCWPnth (biaya penyelesaian volume pekerjaan

pada periode tertentu)

Ketiga hal diatas adalah indikator yang dihitung pada baseline/milestone

yang telah ditentukan, sehingga nilai-nilai yang diperoleh menunjukan kemajuan

proyek yang pada periode tersebut dan progres proyek dari segi biaya dan waktu

untuk penyelesaian pada masa yang akan datang.

2.3 Siklus Proyek Konstruksi

Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan

awal pekerjaannya dan waktu. Proyek merupakan aktivitas yang bersifat temporer.

Dalam pengerjaannya, selalu ada batasan (time, scope dan budget) yang

mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan proyek. Perubahan terhadap salah satu

faktor akan mempengaruhi faktor yang lain. Seluruh aktivitas yang terdapat pada

proyek merupakan sebuah mata rantai yang dimulai sejak dituangkannya ide,

direncanakan, kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil

yang sesuai dengan perencanaannya semula.

Pendekatan mengenai tahapan proyek secara umum adalah mengidentifikasi

urutan langkah yang harus diselesaikan. Secara umum, siklus hidup proyek

merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana

sebuah proyek direncanakan, dikontrol, dan diawasi sejak proyek disepakati untuk

22
dikerjakan hingga tujuan akhir proyek tercapai. Terdapat enam tahap kegiatan

utama yang dilakukan dalam siklus hidup proyek yaitu :

1. Konsep dan Studi Kelayakan (Concept and Feasibility Study)

2. Perencanaan dan Rekayasa (Engineering and Design)

3. Pengadaan (Procurement)

4. Konstruksi (Construction)

5. Memulai dan Pelaksanaan (Start-Up and Implementation)

6. Pengoperasian dan Pemakaian (Operation and Utilization)

2.3.1 Konsep dan Studi Kelayakan (Concept and Feasibility Study)

Studi kelayakan direncanakan dan dibuat jauh sebelum gambar disiapkan

oleh perencana, dan tentu saja sebelum konstruksi dimulai, pertimbangan-

pertimbangan harus diterapkan dalam sebuah rencana yang matang. Elemen yang

ada dalam tahap ini adalah analisis konseptual, studi kelayakan ekonomi dan

teknik, dan laporan dampak lingkungan.

Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan untuk memilih sebuah solusi yang

memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai solusi terbaik

dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka

seorang manajer proyek akan ditunjuk sehingga tim proyek dapat dibentuk.

2.3.2 Perencanaan dan Rekayasa (Engineering and Design)

Ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek terbentuk,

maka aktivitas proyek mulai memasuki tahap perencanaan. Pada tahap ini,

dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci sebagai panduan bagi tim

23
proyek selama kegiatan proyek berlangsung. Adapun aktivitas yang akan

dilakukan pada tahap ini adalah membuat dokumentasi project plan, resource

plan, financial plan, risk plan, acceptance plan, communication plan,

procurement plan, contract supplier dan perform phare review.

Dalam penyusunan desain konstruksi secara garis besar terdapat dua

tahapan, yaitu:

a. Preliminary Engineering and Design

Menekankan pada konsep arsitektural, evaluasi alternatif proses teknologi,

besar dan kapasitas keputusan, dan studi perbandingan ekonomi. Untuk tahap

pengembangan lebih jauh, langkah-langkah ini dihasilkan secara langsung dari

fase konsep dan studi kelayakan, dan kadang sukar untuk memperkirakan awal

dan akhirnya.

b. Detailed Engineering and Design

Termasuk didalamnya adalah proses kesuksesan mengurainya, analisa, dan

merencanakan struktur dan elemen-elemennya sehingga dapat mengikuti

standar keamanan dan kinerja yang diakui luas, ketika menerjemahkannya

untuk perencanaan dalam bentuk gambar dan spesifikasi nyata yang akan dapat

menjelaskan secara tepat kepada konstruktor bagaimana pelaksanaan

pekerjaannya di lapangan.

2.3.3 Pengadaan (Procurement)

Ada 2 (dua) kegiatan utama dalam fase ini, yaitu pertama mengenai

kontrak dan subkontrak jasa konstruktor utama dan khusus, dan yang kedua yaitu

pengadaan material dan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

24
pembangunan. Alokasi tanggung jawab kedua fungsi ini sangatlah berbeda, dan

ketergantungannya dalam pengambilan keputusan pendekatan kontraktural untuk

proyek tertentu. Tujuan utama fase ini untuk mendapatkan penawaran tender yang

kompetitif, setelah pada fase perencanaan dan teknis menghasilkan rencana dan

spesifikasi yang baik dan jelas.

2.3.4 Konstruksi (Construction)

Fase konstruksi sungguh penting karena kualitas dari proyek yang

diselesaikan sangat bergantung pada hasil pekerjaan tenaga kerja dan manajemen

konstruksi. Kualitas konstruksi tergantung pada kelengkapan dan kualitas

dokumen kontrak yang disiapkan oleh perencana dan 3 (tiga) faktor lainnya, yaitu:

tenaga kerja, pengawas lapangan, dan kualitas material yang digunakan. Fase

konstruksi ini juga penting karena mayoritas budget dan jadwal proyek secara

keseluruhan dilaksanakan dan dikeluarkan selama konstruksi.

2.3.5 Memulai dan Pelaksanaan (Start-Up and Implementation)

Dalam fase ini, tujuan utamanya adalah untuk uji coba komponen yang

telah dipasang pada saat proyek berjalan dan mendekati selesai. Sangatlah penting

untuk memastikan semua komponen dapat berfungsi secara baik bersamaan

sebagai suatu sistem yang menyeluruh. Biasanya meliputi pekerjaan pengetesan,

penyesuaian, dan perbaikan sistem kelistrikan dan mekanis sehingga dapat bekerja

pada level yang optimum.

25
2.3.6 Pengoperasian dan Pemakaian (Operation and Utilization)

Nilai fungsional proyek tergantung selama keputusan dan impelementasi

tujuan-tujuan yang dikembangkan selama fase-fase sebelumnya. Dengan proyeksi

umur operasional 20 – 25 tahun atau lebih, dibuktikan bahwa biaya dan nilai

keseluruhan untuk owner secara luas diketahui selama fase konsep sampai dengan

start-up. Pihak-pihak yang terlibat pada fase ini adalah dari pihak owner yang

melaksanakan maintenance itu sendiri, sampai dengan petugas janitor dan teknisi

peralatan khusus bangunan.

2.4 Proses Pelaksanaan Pembangunan

Ada beberapa tahapan-tahapan dalam pelaksanaan perencanaan suatu gedung.

Tahapan pelaksanaan proyek ini harus disusun sedemikian rupa mulai dari

pengerjaan awal hingga finishing. Semuanya ini disusun didalam Time Schedule.

Tahapan-tahapan dan berapa lama pengerjaan proyek tersebut disusun dahulu

sebelum pelaksanaan, sehingga proyek tersebut dapat berjalan sesuai rencana dan

tepat waktu.

1. Pekerjaan Pembersihan

Pengerjaan dimulai dari pembersihan lapangan dan pemerataan permukaan

tanah seperti yang telah direncanakan. Bahkan kalau perlu dilakukan

pengerukan dan pengurugan tanah, setelah itu tanah dipadatkan.

2. Pekerjaan Pondasi

Setelah tanah bersih dan rata, dilanjutkan kemudian dengan pemancangan

tiang pondasi, yang biasa disebut dengan Tiang Pancang. Sebelum

26
pemancangan ini, perlu ditentukan dahulu titik-titik pondasi tersebut. Setelah

titik-titik pondasi ditentukan, barulah proses pemancangan dapat dilakukan.

Proses pemancangan ini harus sangat diperhatikan, karena saat proses

pemancangan, dapat terjadi berbagai kesalahan. Operator mesin pancang

diharapkan terus mengontrol posisi tiang pancang. Dalamnya pondasi tiang

pancang yang tertanam di dalam tanah tergantung dari jenis dan kondisi tanah

tersebut, karena pondasi tiang pancang harus berdiri di atas tanah yang keras.

Jika proyek berada di daerah tanah rawa, pondasi tiang pancang tertanam lebih

dalam.

Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Pile Cap dan Sloof. Pile Cap ini

berfungsi untuk membagi rata beban dari kolom kepada beberapa pondasi

dibawahnya. Tiap Pile Cap ini juga dihubungkan satu sama lain oleh Sloof,

sehingga semua tiang pancang mempunyai satu ikatan struktur.

3. Pekerjaan Struktur Atas

Setelah pekerjaan struktur bawah, yaitu pemancangan selesai, dilanjutkan

kembali dengan pengerjaan bagian struktur atas. Struktur atas terdiri dari

kolom, balok dan pelat. Pengerjaan struktur atas dimulai dari pengerjaan

kolom. Tapi terlebih dahulu, titik-titik kolom harus ditentukan posisinya dan

dengan bantuan alat, sehingga titik-titik kolom tersebut sejajar satu sama lain.

Dalam proses pengerjaan kolom, hal yang pertama dilakukan adalah

pengerjaan tulangan-tulangan kolom seperti yang telah didisain. Sebelum

pengecoran kolom, terlebih dahulu dibuat bekisting yang dibentuk seperti

kolom sehingga beton dapat dicor di dalamnya. Bekisting harus dibuat kokoh

27
dan kuat, sehingga hasil cor-an diperoleh dengan baik dan bentuk kolom sesuai

perencanaan. Ketika proses pengecoran, harus dilakukan dengan teliti, dan cor-

an beton yang masuk itupun harus digetarkan dengan menggunakan vibrator,

sehingga cor beton dapat masuk semuanya sampai kebawah dan penuh mengisi

bekisting.

Pengerjaan berikutnya adalah bagian balok dan pelat. Balok dan pelat

memang dikerjakan bersamaan. Sama seperti pengerjaan kolom, pertama kali

juga dilakukan pengerjaan bekisting. Agar waktu yang dibutuhkan seminimal

mungkin, pengerjaan bekisting dan penganyaman tulangan dapat dilakukan

secara bersamaan. Setelah pembuatan bekisting dan penulangan selesai, baru

dilanjutkan dengan pengecoran beton. Hal yang terpenting adalah semua beton

yang di-cor itu harus berada dalam satu ikatan, yang berarti proses pengecoran

pelat dan balok harus serempak selesainya dan beton pun akan kering

bersamaan, sehingga kekuatannya pun dalam satu ikatan. Begitu juga

pengerjaan lantai berikutnya, prosesnya pun sama dengan sebelumnya. Dan

selama proses pengecorannya pun juga harus digetarkan, sehingga cor beton

penuh mengisi bekisting.

4. Pekerjaan Finishing

Jika struktur telah berdiri kokoh, baru dapat dilanjutkan dengan pengerjaan

finishing, yaitu pengerjaan dinding, elektrikal dan sanitasi, pemasangan

keramik, pengecatan dan sebagainya. Namun, pengerjaan finishing inilah yang

membutuhkan waktu paling lama, karena pengerjaannya harus hati-hati

sehingga didapat bentuk yang rapi dan sesuai perencanaan.

28
2.5 Kinerja Proyek Konstruksi

Kinerja proyek konstruksi merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut

dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada

kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana.

Soeharto mengemukakan suatu contoh dimana dapat terjadi bahwa dalam laporan

suatu kegiatan pada proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang

diharapkan, akan tetapi ternyata biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila

tidak segera dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak

dapat diselesaikan secara keseluruhan karena kekurangan dana.

Diperlukan adanya pengukuran kinerja proyek untuk mengetahui, mengatur

dan mengembangkan apa yang dibutuhkan dalam sebuah proyek. Pengukuran

kinerja ini akan membantu untuk mengetahui seberapa baik tingkat kemajuan

proyek serta kapan dan dimana pengembangan dapat dilakukan. Dengan

dilakukannya pengukuran ini maka kontraktor pelaksana dapat memperkirakan

efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan waktu. Kontraktor pelaksana dapat

melaksanakan strategi peningkatan kinerja berdasarkan jarak antara kinerja aktual

(hasil kerja nyata di lapangan) dengan performansi yang diharapkan (performance

expectation) yang tercantum dalam kontrak kerja.

Pada dasarnya ada banyak strategi yang dapat dilakukan kontraktor pelaksana

untuk meningkatkan kinerja proyek. Namun tidak semua dari strategi itu dapat

dilaksanakan. Diperlukan adanya penyaringan untuk menentukan strategi terbaik

yang akan dipakai oleh kontraktor pelaksana. Pemilihan ini haruslah melalui

pengambilan keputusan yang tepat agar tidak terjadi kesalahan strategi yang

menyebabkan kinerja proyek menjadi lebih buruk.

29
2.6 Optimalisasi Proyek

Optimalisasi proyek kaitannya dengan percepatan waktu proyek agar tidak

mengalami keterlambatan ataupun dapat selesai lebih cepat dari jadwal yang telah

direncanakan. Strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan

proyek konstruksi adalah dengan membuat risk management yang berdampak atas

waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk management tersebut adalah adanya

risk response dan tentu monitoringnya.

Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami keterlambatan artinya resiko

yang berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi. Resiko yang terjadi

merupakan sebuah masalah. Ini terjadi karena kurang memadainya risk

management yang dibuat.

Strategi percepatan proyek berkaitan dengan risk respons dalam risk

management. Hanya saja pada resiko yang telah terjadi, strategi diterapkan

berdasarkan prioritas jika faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek

jumlahnya cukup banyak.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keterlambatan

proyek, Dannyanti (2010) dan Frederika (2010) memberikan tiga contoh kegiatan

sederhana yang sekiranya dapat mengantisipasi keterlambatan ataupun

mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung. Tiga

kegiatan yang dapat dilakukan tersebut antara lain:

2.6.1 Menambah Sumber Daya Manusia

Seringkali terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan proyek konstruksi

dikarenakan oleh terlalu banyaknya item pekerjaan dalam proyek tersebut namun

30
tidak diimbangi dengan jumlah tenaga kerja yang memadai. Hal ini menyebabkan

banyaknya pekerjaan-pekerjaan yang tidak terlaksana dengan optimal ataupun

terjadi penumpukan pekerjaan yang menyebabkan penyelesaian waktu proyek

menjadi lambat. Dengan melihat hal tersebut maka penambahan jumlah sumber

daya manusia atau tenaga kerja dapat menjadi salah satu solusi yang harus

dipertimbangkan.

Penambahan jumlah tenaga kerja ini tentu saja disesuaikan dengan item-

item pekerjaan sehingga setiap item pekerjaannya dapat dilakukan dengan optimal

tanpa terjadinya tumpang tindih pekerjaan. Penambahan biaya yang mungkin

terjadi jika dilakukannya penambahan jumlah tenaga kerja tentu harus dipikirkan

juga dibandingkan dengan kerugian yang terjadi jika terjadi keterlambatan pada

waktu penyelesaian proyek. Jumlah tenaga kerja yang cukup untuk

mengoptimalkan setiap pekerjaan dalam proyek sehingga tidak terjadi

keterlambatan atau bahkan mampu selesai lebih cepat dari jadwal tentu ini akan

lebih menguntungkan.

2.6.2 Menambah Jam Kerja

Menambah jam kerja juga tentu dapat menjadi solusi yang dapat

dipertimbangkan untuk mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek. Menambah

waktu kerja terutama dapat dilakukan apabila terjadi keterlambatan dan batas

waktu penyelesaian proyek tinggal sedikit lagi. Solusi terbaik untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan melakukan kerja lembur. Kerja lembur dilakukan

sebelum batas akhir waktu pelaksanaan proyek untuk mengejar progress

pekerjaan yang sudah tertinggal dengan harapan proyek tetap dapat selesai pada

31
waktu yang telah ditentukan. Faktor biaya yang terjadi akibat dilakukannya kerja

lembur ini menjadi faktor resiko yang harus dihadapi oleh pihak pelaksana

pekerjaan.

2.6.3 Melakukan Kontrak Spesialis

Dalam kaitan banyaknya jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan pada

sebuah proyek melakukan kontrak spesialis atau sub penyedia jasa pada pihak lain

dapat menjadi solusi yang baik untuk mengoptimalkan waktu pelaksanaannya.

Dengan dilakukannya kontrak spesialis pihak penyedia jasa utama dapat fokus

pada pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan mengesampingkan pekerjaan lainnya

pada sub penyedia jasa, sehingga waktu pelaksanaan tiap-tiap pekerjaan dapat

dioptimalkan. Hal ini tentu saja dapat membuat waktu penyelesaian proyek lebih

cepat. Biaya yang dikeluarkan bila melakukan kontrak spesialis diperkirakan tidak

jauh berbeda dibandingkan dengan melakukan pekerjaan tersebut sendiri.

2.7 Potret Pembangunan Bangunan Gedung di Kota Serang

Pembangunan bangunan gedung di Kota Serang lebih dititikberatkan pada

pembangunan secara horizontal yang lebih berorientasi pada luas bangunan bukan

orientasi pembangunan bangunan gedung secara vertikal seperti yang banyak

dilaksanakan di daerah Jakarta sekarang ini. Hal ini disebabkan karena luas

wilayah di Kota Serang masih tersedia cukup banyak untuk melakukan

pembangunan bangunan gedung tidak seperti di daerah Jakarta yang memiliki

lahan cukup terbatas untuk membuat bangunan gedung baru.

32
Di Serang belum begitu banyak terlihat gedung-gedung pencakar langit.

Gedung-gedung yang ada masih sebatas bangunan gedung bertingkat rendah

dengan tinggi bangunan tidak lebih dari delapan lantai. Dengan begini berarti

belum banyak proyek-proyek konstruksi dengan skala besar di Kota Serang.

Namun begitu bukan berarti tingkat kompleksitas dari proyek konstruksi

berkurang. Salah satu bangunan gedung tinggi yang ada di Kota Serang saat ini

bangunan berlantai 8 yang digunakan sebagai gedung pemerintahan.

2.8 Faktor dan Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi dalam pembangunan sebuah proyek konstruksi. Astina

(2010) mengklasifikasikan penyebab keterlambatan proyek menjadi sebelas

kelompok. Pada penelitian ini kemudian mengambil lima faktor penyebab

keterlambatan proyek yang paling mempengaruhi keterlambatan tersebut, kelima

faktor tersebut yaitu faktor material yang digunakan pada proyek tersebut, faktor

alat-alat yang digunakan, faktor biaya, faktor sumber daya manusia dan faktor

metode pelaksanaan dari proyek tersebut.

2.8.1. Material

Material yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek merupakan faktor

yang penting yang dapat mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek. Yang

dimaksud dengan bahan atau material konstruksi adalah semua bahan yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan

pada suatu proses konstruksi. Melihat pengertian di atas dapat dimengerti bahwa

33
semakin kompleks suatu proyek maka semakin banyak jumlah dan jenis material

yang dibutuhkan.

Adanya hubungan antara jadwal material dengan jadwal aktivitas proyek

akan membuat proses penjadwalan menjadi lebih kompleks. Kompleksitas ini

muncul karena adanya kebutuhan untuk membandingkan antara pelaksanaan

dengan standar perencana dan sekaligus melakukan analisis terhadap

kemungkinan-kemungkinan penyimpangan yang kemudian akan diambil tindakan

pembetulan yang diperlukan agar sumber daya dapat dipergunakan secara efektif

dan efisien.

Ada dua permasalahan utama yang dihadapi berkaitan dengan penyediaan

material, pertama masalah material yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan dan

kedua yaitu material yang tiba terlalu dini. Untuk hal pertama, pengaruh dari tidak

tersedianya material pada saat dibutuhan akan jelas terlihat karena langsung

berkaitan dengan peningkatan biaya proyek dan mundurnya jadwal aktivitas

proyek terutama aktivitas yang berada dalam jalur kritis. Akibat lebih lanjut

ketidaktersediaan material pada saat dibutuhkan adalah adanya resiko terkena

penalti karena tidak terpenuhinya target rencana penyelesaian aktivitas-aktivitas

proyek dan akan juga mempengaruhi semangat kerja dari para pekerja.

Dari permasalahan kedatangan material yang terlalu dini dapat

menyebabkan dampak yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Masalah yang

timbul dapat berupa masalah penyimpanan bila volume material yang dipesan

amat besar. Untuk proyek dengan area terbatas, hal ini menimbulkan masalah

yang cukup serius terutama jika material tersebut mudah rusak atau mudah dicuri

sehingga kontraktor harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membuat area

34
penyimpanan. Material yang dipesan dan tiba jauh sebelum dibutuhkan juga dapat

berpengaruh pada pengaturan aliran dana proyek karena material tersebut harus

dibayar lebih cepat dari seharusnya.

2.8.2. Peralatan

Peralatan merupakan unsur pendukung utama dalam pelaksanaan suatu

proyek. Untuk proyek bangunan gedung bertingkat tinggi nilai bobot biaya alat

berkisar 3% - 6%. Untuk pembelian alat baru diperlukan biaya investasi yang

tinggi sehingga dalam memutuskan pembelian harus benar-benar diperhitungkan

terhadap kelayakannya terutama dianalisis kesinambungan proyeknya sehingga

alat tidak idle. Alternatif lainnya adalah sewa atau menggunakan jasa sub

kontraktor alat.

Di dalam pengadaan peralatan untuk proses membangun suatu proyek

hendaknya diperhitungkan kapan akan digunakan dan jenis peralatan apa yang

sesuai dengan pekerjaan sehingga didalam sistem penyewaan alat dapat

disediakan tepat waktu dan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Karena jika

penyediaan peralatan terlambat maka akan menghambat proses pembangunan

proyek yang akan mengakibatkan keterlambatan suatu proyek dan jika terlalu

cepat melakukan penyewaan alat hal ini akan mengakibatkan bertambahnya biaya

penyewaan alat.

Disamping ketepatan waktu di dalam pengadaan peralatan juga harus

diperhatikan kesesuaian alat. Karena jika pengadaan peralatannya tepat waktu

tetapi tidak sesuai dengan spesifikasi alat yang dibutuhkan ini akan

35
mengakibatkan turunnya produktivitas pekerjaan yang akhirnya akan

mengakibatkan bertambahnya biaya pembangunan.

2.8.3. Biaya

Biaya pembangunan fisik serta pengeluaran lainnya yang berkaitan sering

disebut sebagai biaya pertama, yang meliputi modal tetap untuk membangun

proyek dan modal kerja. Modal tetap untuk membangun proyek diantarannya

seperti modal untuk pengeluaran studi kelayakan dan pengembangan ataupun

untuk membiayai desain engineering dan pembelian. Sedangkan modal kerja

adalah pengeluaran untuk membiayai keperluan operasi dan produksi pada waktu

pertama kali dijalankan.

Biaya operasi atau produksi atau manufaktur dan pemeliharaan adalah

pengeluaran yang diperlukan agar kegiatan operasi dan produksi berjalan lancar

sehingga dapat menghasilkan produk sesuai dengan rencana. Biaya ini terdiri dari

biaya untuk nahan mentah, tenaga kerja, utilitas dan penunjang dan biaya

administrasi, manajemen dan overhead.

Biaya proyek terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak

langsung (indirect cost). Biaya langsung adalah elemen biaya yang memiliki

kaitan langsung dengan volume pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran

atau menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. Komponen biaya langsung

terdiri dari biaya upah pekerja, operasi peralatan, material. Termasuk kategori

biaya langsung adalah semua biaya yang berada dalam kendali subkontraktor.

Biaya tidak langsung merupakan elemen biaya yang tidak terkait langsung dengan

besaran volume komponen fisik hasil akhir proyek, tetapi mempunyai kontribusi

36
terhadap penyelesaian kegiatan atau proyek. Elemen biaya ini umumnya tidak

tertera dalam daftar item pembayaran dalam kontrak atau tidak dirinci. Yang

termasuk dalam kategori biaya tidak langsung antara lain adalah: biaya overhead,

pajak (taxes), biaya umum (general conditions), dan biaya risiko. Biaya risiko

adalah elemen biaya yang mengandung dan/atau dipengaruhi ketidakpastian yang

cukup tinggi, seperti biaya tak terduga (contingencies) dan keuntungan (profit).

2.8.4. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (tenaga kerja) merupakan salah satu sumber daya

yang memegang peranan penting untuk menggerakan suatu proyek. Tenaga kerja

sangat berbeda dari sumber daya lainnya, sebab tenaga kerja adalah manusia yang

memiliki akal, pikiran, perasaan dan kemampuan sehingga diperlukan suatu

keahlian khusus dan konsistensi yang tinggi untuk mengelolanya agar dapat

dimanfaatkan secara optimal.

Tenaga kerja (pekerja bangunan) dengan menggunakan keahlian dan

usahanya, bekerja keras untuk mewujudkan rencana dan spesifikasi di atas kertas

agar menjadi kenyataan. Biaya, kualitas dan batas waktu untuk hasil pekerjaan

tidak hanya tergantung pada kualitas performa pihak-pihak lain dalam proyek

yang tugasnya merumuskan dan mengawasi rencana dan spesifikasi pekerjaan.

Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

keterampilan (skill), usaha/motivasi (effort), kondisi kerja (condition), konsistensi

(consistency), usia (age), sistem pengupahan (wage system), keadaan cuaca

(weather) dan pengawasan (controlling). Semua faktor yang mempengaruhi

produktivitas dapat memainkan peran baik sebagai penghambat ataupun sebagai

37
pemacu produktivitas. Setiap pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi juga

sangat berperan dalam menentukan kesuksesan suatu proyek.

2.8.5. Metode Pelaksanaan

Perencanaan metode pelaksanaan proyek sudah tertuang dalam buku

pedoman pelaksanaan proyek. Tugas dari tim proyek adalah me-review kembali,

disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan. Dalam hal ini,

prinsip-prinsip value engineering masih relevan, yaitu tidak ada suatu desain yang

sempurna. Review dimaksud untuk mencari alternatif metode, sehingga

menghasilkan total biaya yang paling rendah, mudah dilaksanakan tetapi tanpa

mengurangi performance.

Ada 3 aspek dalam me-review metode yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Aspek biaya, hasil dari review harus tercapai biaya yang lebih murah.

2. Aspek kemudahan, bahan, peralatan dan cara pengerjaannya harus lebih

mudah diaplikasikan.

3. Aspek kecepatan, waktu pelaksanaan harus lebih cepat.

2.9 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

Proses hirarki analitis atau disingkat AHP (Saaty, 2000) adalah suatu

pendekatan pengambilan keputusan yang dirancang untuk membantu pencarian

solusi dari berbagai permasalahan multikriteria yang kompleks dalam sejumlah

ranah aplikasi. Metode ini telah didapati sebagai pendekatan yang praktis dan

efektif yang dapat mempertimbangkan keputusan yang tidak tersusun dan rumit.

38
Hasil akhir AHP adalah suatu ranking atau pembobotan prioritas dari tiap

alternatif keputusan atau disebut elemen. Secara mendasar, ada tiga langkah

dalam pengambilan keputusan dengan AHP, yaitu: membangun hirarki, penilaian

dan sintesis prioritas.

Analytic Hierarchy
Process

Pembentukan Hirarki Penilaian Kriteria Sintesis Prioritas

Gambar 2.1. Cakupan model AHP

2.9.1 Pembentukan Hirarki Struktural

Langkah ini bertujuan memecah suatu masalah yang kompleks disusun

menjadi suatu bentuk hirarki. Suatu struktur hirarki sendiri terdiri dari elemen-

elemen yang dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan (level). Dimulai dari suatu

sasaran pada tingkatan puncak, selanjutnya dibangun tingkatan yang lebih rendah

yang mencakup kriteria, sub kriteria dan seterusnya sampai pada tingkatan yang

paling rendah. Sasaran atau keseluruhan tujuan keputusan merupakan puncak dari

tingkat hirarki. Kriteria dan sub kriteria yang menunjang sasaran berada di

tingkatan tengah. Dan, alternatif atau pilihan yang hendak dipilih berada pada

level paling bawah dari struktur hirarki yang ada.

Menurut Saaty (2000), suatu struktur hirarki dapat dibentuk dengan

menggunakan kombinasi antara ide, pengalaman, dan pandangan orang lain.

39
Karenanya, tidak ada kumpulan suatu prosedur baku yang berlaku secara umum

dan absolut untuk pembentukan hirarki. Struktur hirarki tergantung pada kondisi

dan kompeksitas permasalahan yang dihadapi serta detail penyelesaian yang

dikehendaki. Karenanya struktur hirarki kemungkinan berbeda antara satu kasus

dengan kasus yang lainnya.

Gambar 2.2. Sebuah hirarki dengan tiga level (Saaty, 2000)

2.9.2 Pembentukan Keputusan Perbandingan

Apabila hirarki telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah menentukan

penilaian prioritas elemen-elemen pada tiap level. Untuk itu dibutuhkan suatu

matriks perbandingan yang berisi tentang kondisi tiap elemen yang digambarkan

dalam bentuk kuantitatif berupa angka-angka yang menunjukkan skala penilaian

(1 – 9). Tiap angka skala mempunyai arti tersendiri seperti yang ditunjukkan

dalam Tabel 2.1. Penentuan nilai bagi tiap elemen dengan menggunakan angka

skala bisa sangat subyektif, tergantung pada pengambil keputusan. Kerena itu,

penilaian tiap elemen hendaknya dilakukan oleh para ahli atau orang yang

berpengalaman terhadap masalah yang ditinjau sehingga mengurangi tingkat

subyektifitasnya dan meningkatkan unsur obyektifitasnya.

40
Tabel 2.1 Skala penilaian antara dua elemen
Bobot/Tingkat
Pengertian Penjelasan
Signifikan
Dua faktor memiliki pengaruh yang sama
1 Sama penting
terhadap sasaran
Sedikit lebih Salah satu faktor sedikit lebih
3
penting berpengaruh dibanding faktor lainnya
Salah satu faktor lebih berpengaruh
5 Lebih penting
dibanding faktor lainnya
Sangat lebih Salah satu faktor sangat lebih
7
penting berpengaruh dibanding faktor lainnya
Salah satu faktor jauh lebih berpengaruh
9 Jauh lebih penting
dibanding faktor lainnya
Antara nilai yang
2, 4, 6, 8 Diantara kondisi di atas
di atas
Nilai kebalikan dari kondisi di atas untuk
Kebalikan
pasangan dua faktor yang sama
Sumber: Saaty, T.L., 2000

2.9.3 Sintesis Prioritas dan Ukuran Konsistensi

Perbandingan antar pasangan elemen membentuk suatu matriks

perankingan relatif untuk tiap elemen pada tiap level dalam hirarki. Jumlah

matriks akan bergantung pada jumlah tingkatan dalam hirarki. Sedangkan, ukuran

matriks tergantung pada jumlah elemen pada level bersangkutan. Setelah semua

matriks terbentuk dan semua perbandingan tiap pasangan elemen didapat,

selanjutnya dapat dihitung matriks eigen (eigenvector), pembobotan, dan nilai

eigen maksimum.

Nilai eigen maksimum merupakan nilai parameter validasi yang sangat

penting dalam teori AHP. Nilai ini digunakan sebagai indeks acuan (reference

index) untuk memayar (screening) informasi melalui perhitungan rasio konsistensi

41
(Consistency Ratio (CR)) dari matriks estimasi dengan tujuan untuk memvalidasi

apakah matriks perbandingan telah memadai dalam memberikan penilaian secara

konsisten atau belum (Saaty, 2000).

Nilai konsistensi rasio (CR) sendiri dihitung dengan urutan sebagai

berikut:

a. Vektor eigen dan nilai eigen maksimum dihitung pada tiap matriks

pada tiap level hirarki.

b. Selanjutnya dihitung indeks konsistensi untuk tiap matriks pada tiap

level hirarki dengan menggunakan rumus : CI = (emaks – n) / (n – 1)

c. Nilai rasio konsistensi (CR) selanjutnya dihitung dengan rumus: CR =

CI/RI, dimana RI merupakan indeks konsistensi acak yang didapat

dari simulasi dan nilainya tergantung pada orde matriks. Untuk

matriks dengan ukuran kecil, Tabel 3.2 menampilkan nilai RI untuk

berbagai ukuran matriks dari orde 1 sampai 10.

Tabel 2.2 Indeks konsistensi acak rata-rata berdasarkan orde matriks


Ukuran Matriks Indeks Konsistensi Acak (RI)
1 0
2 0
3 0,52
4 0,89
5 1,11
6 1,25
7 1,35
8 1,40
9 1,45
10 1,49
Sumber: Saaty, T.L., 2000

42
Nilai rentang CR yang dapat diterima tergantung pada ukuran matriksnya,

sebagai contoh, untuk ukuran matriks 3 x 3, nilai CR = 0,03; matriks 4 x 4, CR =

0,08 dan untuk matriks ukuran besar, nilai CR = 0,1 (Saaty, 2000). Jika nilai CR

lebih rendah atau sama dengan nilai tersebut, maka dapat dikatakan penilaian

dalam matriks cukup dapat diterima atau matriks memiliki konsistensi yang baik.

Sebaliknya jika CR lebih besar dari nilai yang dapat diterima, maka dikatakan

evaluasi dalam matriks kurang konsisten dan karenanya proses AHP perlu diulang

kembali.

Tabel 2.3 Nilai rentang penerimaan bagi CR


No. Ukuran Matriks Rasio Konsistensi (CR)
1 ≤3x3 0,03
2 4x4 0,08
3 >4x4 0,1
Sumber: Saaty, T.L., 2000

2.10 Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu tentang

Penjadwalan Proyek dan Metode AHP.

1. Analisa Penyebab Keterlambatan Proyek Pembangunan Sidoarjo Town

Square Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA), Ridhati Amalia,

Mohammad Arif Rohman, Cahyono Bintang Nurcahyo, 2012.

Penelitian ini dilakukan akibat terjadinya keterlambatan dalam pelaksanaan

proyek pembangunan Sidoarjo Town Square. Metode yang direncanakan

dalam pembahasan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya

43
keterlambatan yaitu Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Method Obtain

Cut Set (MOCUS).

Dari penelitian didapatkan bahwa item pekerjaan yang mengalami

keterlambatan yaitu: pekerjaan struktur GWT STP, pekerjaan finishing fasade

dan canopy, dan pekerjaan atap. Dari hasil analisa FTA dari ketiga top event,

didapatkan bahwa keterlambatan terjadi dikarenakan perubahan desain serta

perijinan, dimana keduanya akibat faktor penyebab keterlambatan dari pihak

owner. Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi keterlambatan proyek.

2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek

Konstruksi Pembangunan Gedung Di Kota Lamongan, Ariful Bakhtiyar,

Agoes Soehardjono, M. Hamzah Hasyim, 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

menentukan terjadinya keterlambatan proyek dan intensitas terjadinya,

menilai tingkat kepentingan serta mengetahui tingkatan faktor-faktor

penyebab keterlambatan proyek konstruksi di kota Lamongan. Sampel yang

digunakan adalah Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara

sederhana/acak). Uji validitas dilakukan dengan metode internal validity

metode korelasi Product Moment, dimana kriteria-kriteria yang digunakan

berasal alat uji itu sendiri dan tiap item variabel dikorelasikan dengan nilai

total yang diperoleh dari koefisien korelasi produk. Untuk pengujian

reliabilitas instrumen dengan menggunakan teknik alpha kronbach. Analisis

lintas (Path Analysis) digunakan untuk mengetahui tingkatan pengaruh dari

44
faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek. Hasil penelitian

diklasifikasikan berdasarkan Responden Kontraktor dan Responden Pemilik

Pekerjaan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

faktor yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan proyek di kota

Lamongan menurut kontraktor yaitu gambar/spesifikasi rencana yang

salah/tidak lengkap sedangkan menurut pemilik proyek yaitu mobilisasi

sumber daya (bahan, alat, tenaga kerja) yang lambat.

Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlambatan proyek.

3. Analisa “What If” Sebagai Metode Antisipasi Keterlambatan Durasi Proyek,

Ratna S. Alifen, Ruben S. Setiawan, Andi Sunarto, 1999.

Jaringan kerja proyek terdiri dari berbagai jenis aktivitas yang saling

berkaitan antara satu dengan yang lain. Bila terjadi keterlambatan pada salah

satu jenis aktivitas, sering kali akan menyebabkan keterlambatan durasi

proyek secara keseluruhan. Salah satu usaha untuk mengantisipasi

keterlambatan durasi proyek adalah dengan melakukan percepatan durasi

aktivitas pengikut. Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method (CPM)

merupakan suatu metode penjadwalan proyek yang sudah dikenal dan sering

digunakan sebagai sarana manajemen dalam pelaksanaan proyek. Sebuah

studi telah dilakukan untuk mengatasi masalah percepatan durasi aktivitas

sebagai langkah antisipasi keterlambatan proyek, dengan analisa “what if”

yang diterapkan pada jadwal CPM. Percepatan durasi dilakukan pada

45
aktivitas-aktivitas pengikut dengan menambah jumlah jam kerja dan jumlah

pekerja pada aktivitas percepatan.

Setiap aktivitas baik kritis maupun non kritis pada jaringan kerja CPM

memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari sisi kontraktor maupun

dari sisi pemilik, hal ini sangat tergantung pada perencanaan jaringan kerja

yang dipengaruhi oleh beberapa parameter, antara lain durasi aktivitas, total

jam-orang, jumlah pekerja, dan nilai float. Peranan dari masing-masing

parameter dapat dinyatakan melalui analisa “what if” dalam bentuk grafik

yang lebih komunikatif yang akan bermanfaat bagi pemilik maupun

kontraktor. Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai

keterlambatan proyek.

4. Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab Dan Tindakan

Pencegahannya, Idzurnida Ismail, 2013.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan mencari penyebab serta

menentukan tindakan koreksi yang diperlukan guna menghindari resiko

keterlambatan proyek. Studi dilakukan dengan melakukan analisa terhadap

berbagai faktor-faktor resiko yang terjadi dalam pelaksanaan proyek, dengan

memakai statistik , dicari nilai faktor resiko yang tinggi. Dimana faktor resiko

yang tinggi diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditangani dan diberikan

tindakan koreksi, sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan seminimal

mungkin.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa ada lima variabel

yang dominan dari faktor resiko yang paling yang berdampak dengan

46
keterlambatan proyek konstruksi. Lima variabel tersebut adalah metode

pengoperasian alat tidak tepat, melakukan perubahan terhadap desain,

keahlian yang tidak cukup untuk perubahan desain spesifikasi, menggunakan

tenaga kerja yang tidak terampil, dan material yang digunakan kurang dari

yang dibutuhkan. Pada masa pelaksanaan proyek konstruksi dapat

mempengaruhi waktu atau ketelambatan proyek konstruksi, dengan

mengetahui faktor resiko yang dominan dapat membantu untuk mengambil

keputusan dalam menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai, untuk

mengurangi resiko seminimal mungkin sampai pada batas yang dapat

diterima. Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor

yang menyebabkan keterlambatan proyek.

5. Pemilihan Model Transportasi di DKI Jakarta dengan Analisis Kebijakan

“Proses Hirarki Analitik”, Haryono Sukarto, 2006.

Kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor di jalan-jalan dalam kota Jakarta,

akhir-akhir ini telah semakin bertambah, sehingga sering menimbulkan

kemacetan lalu lintas, terutama di jalan-jalan protokol dan jalan-jalan utama

lainnya. Kepadatan ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain aktivitas

ekonomi belum mampu dilayani oleh angkutan umum yang memadai, Kurang

terjaminnya kondisi rasa aman dan ketepatan waktu yang diinginkan

penumpang dalam pelayanan angkutan umum, dan lain sebagainya. Untuk itu

diperlukan adanya suatu kebijakan yang terpadu yang dirumuskan secara

komperhensif melalui pentahapan yang terstruktur, untuk dapat membenahi

masalah transportasi di kota Jakarta.

47
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa jelas diperlukan adanya

kebijakan pemerintah untuk membenahi sistem transportasi, khususnya di

Jakarta. Kebijakan ini lebih dititikberatkan pada pemenuhan kebutuhan

angkutan umum yang layak dan dikelola dengan baik. Penelitian ini dapat

dijadikan referensi dalam penggunaan metode Analytic Hierarchy Process.

6. Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Pada Proses

Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Pondasi (Studi Kasus : Proyek

Pembangunan Royal Plaza Surabaya), R. Sutjipto Tantyonimpuno, Agustina

Dwi Retnaningtias, 2006.

Dalam hal memilih suatu jenis desain konstruksi yang digunakan, para pihak

pengambil keputusan sudah melakukan penilaian dari kriteria-kriteria yang

ada, antara lain biaya, pelaksanaan, maupun dampak lingkungan yang

mungkin akan timbul dari berbagai alternatif tersebut. Dengan banyaknya

kriteria yang diperlukan dalam menentukan suatu keputusan maka diperlukan

suatu metode pengambilan keputusan multikriteria. AHP merupakan suatu

metode dengan pendekatan praktis untuk memecahkan masalah keputusan

kompleks yang meliputi perbandingan berbagai macam alternatif. AHP

memungkinkan pengambilan keputusan yang menyajikan hubungan hierarki

antar faktor, atribut, karakteristik atau alternatif dalam lingkungan

pengambilan keputusan multi faktor.

Model pengambilan keputusan pemilihan jenis pondasi di proyek Royal Plaza

Surabaya pada penelitian ini dibuat dengan cara wawancara dan studi

48
literatur. Sedangkan tingkat paling atas adalah tujuan dari model keputusan

yaitu memilih jenis pondasi yang akan digunakan. Tingkat selanjutnya adalah

tingkat pengambil keputusan, yaitu pihak owner dan structural con-sultant.

Kriteria pemilihan jenis pondasi berada di bawah tingkat pengambil

keputusan, antara lain yaitu kriteria kondisi tanah, teknis pondasi, efisiensi

waktu, pelaksanaan, ekonomis, dan lingkungan. Tingkat paling bawah adalah

alternatif jenis pondasi, diantaranya yaitu pondasi tiang pancang beton

bertulang, tiang pancang prestress, dan pondasi tiang bor. Hasil dari

penelitian ini menyebutkan bahwa alternatif jenis pondasi beton prestress

mempunyai nilai bobot tertinggi sehingga jenis pondasi ini merupakan jenis

pondasi yang paling sesuai untuk digunakan pada proyek Royal Plaza

Surabaya. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penggunaan metode

Analytic Hierarchy Process (AHP).

7. Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process Dalam Menganalisa Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus, Kardi Teknomo,

Hendro Siswanto, Sebastianus Ari Yudhanto, 1999.

Lahan parkir di Universitas Kristen Petra yang terbatas, memerlukan solusi

alternatif yang mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi.

Permasalahannya, faktor-faktor apa yang menyebabkan mahasiswa memilih

menggunakan mobil pribadi daripada alternatif moda yang lain belum

diketahui. Dengan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

moda, serta besar pengaruhnya, berbagai alternatif dan kebijakan untuk

menurunkan kebutuhan akan lahan parkir, dapat diusulkan dengan lebih

49
efektif. Metoda Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat dipergunakan untuk

menentukan faktor-faktor pemilihan moda. Data karakteristik perjalanan

dilakukan dengan wawancara berkuisioner kepada mahasiswa Universitas

Kristen Petra yang mempunyai kemungkinan untuk melakukan pilihan

terhadap alternatif-alternatif moda yang ada. Hasil analisa menunjukkan

bahwa faktor utama yang mempengaruhi pemilihan moda untuk berangkat

kuliah adalah faktor keamanan (49,3%) dan faktor waktu (27,3%). Ditinjau

dari berbagai faktor, alternatif jalan kaki dari pondokan merupakan alternatif

yang terbaik (33,2%), sedangkan carpool (16%), sedikit lebih rendah daripada

penggunaan mobil pribadi (18%). Angkutan kampus (antar jemput) justru

lebih rendah daripada carpool (12.4%). Penelitian ini dapat dijadikan

referensi dalam penggunaan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

8. Perbandingan Aplikasi CPM, PDM, dan Teknik Bar Chart-Kurva S Pada

Optimalisasi Penjadwalan Proyek, Wahyu Amani, Hekmi, Beni Irawan, 2012.

Jurnal ini membahas perbandingan aplikasi CPM, PDM, teknik bar chart-

kurva S pada optimalisasi penjadwalan proyek pembangunan gedung kantor

Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) yang

berlokasi di kecamatan Lumar di Kabupaten Bengkayang. Tujuannya adalah

menganalisis lintasan kritis dan nilai optimal pada manajemen proyek

tersebut. Untuk menganalisisnya digunakan ketiga metode tadi dan dicari

metode mana yang paling optimal penggunaanya. Penelitian ini dilakukan

dengan mengambil data time schedule dan rencana anggaran biaya yang

50
diperoleh dari Cv Lumar Agro Mandiri yang menangani rencana penjadwalan

proyek pembangunan gedung kantor BP3K pada bulan Juli 2010.

Dari data tersebut dapat dihitung lintasan kritis dan nilai optimum dengan

membuat tahap-tahap penyelesaiannya yaitu 1) menyusun daftar rencana

kegiatan pelaksanaan pembangunan proyek, 2) menyusun network, 3)

menyusun ke dalam model matematika, 4) menentukan perhitungan maju dan

perhitungan mundur, serta perhitungan kelonggaran waktu, 5) menentukan

lintasan kritis dan nilai optimum. Hasil perhitungan dari manajemen proyek

tersebut dengan menggunakan CPM dan teknik bar chart-kurva S

mendapatkan lintasan kritis 10 minggu dengan biaya Rp.328.415.302,09.

Dengan menggunakan PDM lintasan kritis yang didapat 8,5 minggu dengan

biaya Rp.314.742.302,09. Hasil penghitungan Cv Lumar Agro Mandiri yaitu

lintasan kritis sekitar 12 minggu dengan biaya Rp. 347.557.000,00. Dengan

demikian hasil dengan menggunakan PDM lebih menguntungkan

dibandingkan dengan CPM dan teknik bar chart-kurva S. Hal ini dapat

diketahui dari penghematan waktu 24 hari dan penghematan biaya sebesar

Rp.32.814.697,91.

Penelitian ini dapat dijadikan referensi mengenai penjadwalan proyek.

9. Studi Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi, Findy Kamaruzzaman,

2012.

Pada pekerjaan proyek konstruksi biasanya terjadi kendala pada pengerjaan

proyek tersebut, baik kendala yang memang sudah diperhitungkan maupun

kendala yang di luar perhitungan perencana. Kendala tersebut menjadi

51
penyebab terlambatnya penyelesaian proyek, sehingga proyek tersebut tidak

berlangsung sesuai dengan rencana. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya

untuk mendapatkan atau mengetahui faktor-faktor utama pendukung yang

menjadi penghambat dalam penyelesaian pekerjaan tersebut. Penelitian ini

dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden (pelaksana

proyek jalan berkonstruksi beton di Kota Pontianak pada tahun 2010) dan

wawancara kepada pihak konsultan dan pihak pemerintah. Pengolahan data

kuisioner menggunakan program SPSS 17.0 for Windows dengan metode

analisis deskriptif dan analisis rangking.

Dari hasil penelitian didapatkan urutan rangking faktor yang menjadi

penyebab keterlambatan penyelesaian proyek. Faktor-faktor yang menjadi

penyebab utama yang mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek

jalan beton di Kota Pontianak adalah faktor sosial dan budaya, faktor bahan

dan faktor cuaca. Faktor bahan terdiri dari kenaikan harga bahan, kelangkaan

material dan kekurangan bahan.

Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlambatan proyek.

10. Studi Pemilihan Pengerjaan Beton Antara Pracetak dan Konvensional Pada

Pelaksanaan Konstruksi Gedung dengan Metode AHP, Zainul Khakim, M.

Ruslin Anwar, M. Hasyim Hamzah, 2011.

Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek

konstruksi karena metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil

yang maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya maupun waktu. Salah

52
satu usaha yang dilakukan oleh pengelola proyek adalah mengganti cara-cara

konvensional menjadi lebih modern, yaitu dengan cara penerapan beton

pracetak. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui kriteria

utama yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan metode pengerjaan

beton di Kota Surabaya. (2) mengetahui metode pengerjaan beton yang paling

banyak dipilih dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pada

pelaksanaan konstruksi gedung di Kota Surabaya. Penelitian ini dilakukan

melalui metode survei kuesioner serta wawancara dengan beberapa

perusahaan kontraktor, konsultan perencana, perusahaan beton pracetak

(precaster), perusahaan beton konvensional (readymix) dan pemilik proyek

(owner) di Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur.

Dari 55 kuesioner yang disebarkan, yang berhasil dikumpulkan adalah 46

kuesioner. Penelitian ini menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

(AHP). Kriteria yang digunakan dalam pemilihan pengerjaan beton adalah

biaya pekerjaan, waktu pelaksanaan, mutu hasil pekerjaan, perencanaan,

keselamatan kerja, bentuk bangunan, kekuatan struktur, keindahan bangunan,

perubahan cuaca, kemampuan kontraktor. Hasil analisis menunjukkan bahwa

kriteria keselamatan kerja merupakan kriteria dengan nilai bobot/prioritas

tertinggi yaitu 16,4%, kemudian kekuatan struktur (13,6%), mutu hasil

pekerjaan (12,7%), biaya pelaksanaan (11,8%), waktu pelaksanaan (9,7%),

perencanaan (8,6%), kemampuan kontraktor (7,4%), bentuk bangunan

(7,3%), keindahan bangunan (6,9%), dan kriteria perubahan cuaca (5,7%).

Untuk metode pengerjaan beton yang paling banyak dipilih pada pelaksanaan

konstruksi gedung di Kota Surabaya ditetapkan menggunakan metode beton

53
pracetak dengan nilai persentase sebesar 64,9%, Sedangkan untuk beton

konvensional memiliki nilai persentase sebesar 35,1%.

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penggunaan metode Analytic

Hierarchy Process (AHP).

54
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Proses Penelitian

Penelitian ini secara garis besar mengikuti proses sebagaimana yang tertuang

dalam diagram alir di bawah ini:

Permasalahan
penelitian

Maksud dan tujuan


penelitian

Studi pustaka dan


hasil penelitian
relevan

Proses Analisis

Perumusan Pengolahan
Data primer Input data
struktur hirarki data

Pembahasan hasil
penelitian

Rekomendasi

Gambar 3.1. Proses penelitian

55
Prosedur penelitian ini mengikuti alur pikir sebagaimana tercantum dalam

Gambar 3.1 dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Permasalahan penelitian adalah pentingnya penilaian yang obyektif dan

akurat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan

pekerjaan proyek. Dengan penilaian ini diketahui alasan dan kualitas tiap

faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek tersebut.

2. Dari latar belakang kemudian dirumuskan maksud dan tujuan penelitian.

Diantara maksud dan tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-

faktor waktu pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi bangunan gedung

didasarkan pada penilaian Analytical Hierarchy Process (AHP).

3. Penelusuran terhadap pustaka diperlukan sebagai upaya untuk memahami

dasar-dasar teori yang menunjang tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian. Sebagai bahan acuan dan pembanding, diberikan pula tinjauan

hasil penelitian yang relevan yang memiliki tema yang serupa atau

memiliki kesamaan dalam pokok permasalahannya.

4. Perumusan metodologi penelitian dan proses analisis dilakukan agar

penelitian dapat berjalan secara sistematis hingga memperoleh tujuan

dari penelitian ini.

5. Salah satu faktor penting dalam penggunaan metode AHP adalah

pembentukan hirarki. Jika hirarki telah terbentuk maka kuesioner dapat

disusun. Diperlukan survei pendahuluan untuk memeriksa nilai

konsistensi dari kuesioner yang telah disusun tersebut, sebelum kuesioner

tersebut disebar kepada responden yang sesungguhnya.

56
6. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk memperoleh data primer berupa

pendapat dari responden-responden yang telah ditentukan sebelumnya,

data ini merupakan data yang cukup penting dalam penelitian ini.

7. Data yang diperoleh selanjutnya diolah. Data yang sudah diolah

kemudian dianalisis menggunakan metode AHP yang telah dipilih dari

berbagai pustaka yang diambil sebagai bahan acuan penelitian.

8. Hasil-hasil analisis disimpulkan dan diberikan rekomendasi.

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Meliputi data-data penilaian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan

keterlambatan proyek seperti faktor keterlambatan terkait material,

keterlambatan terkait tenaga kerja, keterlambatan terkait peralatan,

perencanaan yang tidak sesuai dan lain sebagainya. Data primer diperoleh

dari survei di lapangan menggunakan metode kuesioner dengan responden

para stakeholders yang berkaitan langsung dengan proyek tersebut, dalam hal

ini dibatasi pada pihak pemberi tugas (owner).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang

biasanya berbentuk dokumen, file atau arsip yang berkaitan dengan proyek.

Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain adalah data-

57
data mengenai pihak-pihak yang dapat dijadikan responden, yang terkait

langsung dengan pelaksanaan proyek gedung tersebut.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Pengumpulan Data Primer

Data yang menjadi data primer dalam penelitian ini merupakan data yang

diperoleh dari responden melalui hasil penyebaran kuesioner yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Responden merupakan pihak-pihak yang terkait

langsung dengan proyek gedung tersebut, khususnya dari pihak pemberi tugas

(Pemerintah).

Penelitian ini menggunakan beberapa faktor/variabel seperti yang telah

dijelaskan pada sub bab 2.8. Faktor/variabel ini yang kemudian akan dijadikan

acuan dalam membuat struktur hirarki pada proses AHP. Beberapa faktor/variabel

yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang tercantum dalam tabel 3.1 di

bawah ini.

58
Tabel 3.1. Faktor/variabel yang digunakan pada penelitian ini

Faktor /
No Referensi
Variabel
Jurnal : “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
1 Material Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi Di Kabupaten
Tabanan” oleh Astina, et al (2012)
Jurnal : “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
2 Peralatan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi Di Kabupaten
Tabanan” oleh Astina, et al (2012)
Jurnal : “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
3 Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi Di Kabupaten
Tabanan” oleh Astina, et al (2012)
Sumber Jurnal : “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
4 daya Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi Di Kabupaten
manusia Tabanan” oleh Astina, et al (2012)
Jurnal : “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
Metode
5 Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi Di Kabupaten
Pelaksanaan
Tabanan” oleh Astina, et al (2012)

3.3.2. Pemilihan Responden

Pemilihan responden dalam AHP dilakukan dengan pertimbangan bahwa

responden adalah individu-individu yang dianggap mengerti dan terlibat langsung

dalam proyek gedung yang diteliti. Instansi yang bertanggung jawab dalam

pembangunan bangunan gedung di Provinsi Banten adalah Dinas Sumber Daya

Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Responden pada penelitian ini akan dibatasi

pada pihak pemerintah sebagai pemberi tugas, hal ini dilakukan untuk

menghindari sudut pandang yang berbeda-beda antara setiap stakeholders pada

proyek. Untuk penentuan individu responden dilakukan secara acak berdasarkan

ketersediaan dan kemudahan responden yang dituju tersebut.

59
3.3.3. Penyebaran Kuesioner

Dalam hal penyebaran kuesioner, cara pengumpulan data dilakukan

sebagai berikut :

a. Dilakukan perancangan responden yang akan ditanyai dan dimintai

keterangan tentang faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan

proyek. Diantara responden yang masuk daftar wawancara adalah pemberi

tugas (owner) dalam hal ini pemerintah.

b. Jumlah target responden seluruhnya adalah 30 orang. Jumlah 30 orang

dianggap mampu mewakili pendapat dari pihak pemberi tugas.

c. Pengambilan data dari responden yaitu dengan menggunakan metode

kuesioner yang diberikan langsung kepada responden.

d. Rancangan isi pertanyaan dari kuesioner yang akan diberikan kepada

responden dibuat agar dapat mewakili faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya keterlambatan proyek. Selain itu juga kuesioner dirancang

supaya memudahkan responden dalam pembacaan dan pemahaman.

3.4 Analisis Perbandingan dengan Metode AHP (Saaty, 2000)

Proses hirarki analitik (AHP) yang diusulkan dalam studi ini bertujuan

memberikan penilaian bagi faktor terukur dan tak terukur serta sub faktor yang

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek. Pemilihan metodologi didasarkan pada

karakteristik masalah dan pertimbangan keuntungan dan kelemahan dari

metodologi lain. Peneliti menilai pentingnya masing-masing kriteria menurut nilai

pasangan kriteria yang dibandingkan. Hasil akhir AHP adalah suatu ranking atau

pembobotan prioritas dari tiap alternatif keputusan.

60
Penelitian dalam studi ini fokus pada perumusan suatu model berbasis AHP

untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan

proyek konstruksi bangunan gedung di kota Serang. Sekalipun demikian, konsep

pengembangan dan struktur model yang nantinya dikembangkan, akan dapat

diberlakukan pula proyek gedung yang lain, jika dikehendaki.

Pembentukan Hirarki

Penyusunan Penyebaran
Kuesioner Kuesioner

Penilaian/Pembuatan
skala

Perhitungan
Pembobotan

Perhitungan
Perankingan
Konsistensi

Gambar 3.2. Diagram alir proses AHP (Saaty, 2000)

61
3.4.1. Pembentukan Hirarki

Dalam bagian ini diperkenalkan suatu pendekatan konseptual untuk

penilaian mengenai faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek dengan

menggunakan model AHP. Dalam model yang diusulkan dalam studi ini,

setidaknya terdapat 3 level hirarki sebagai berikut:

a. Level I: Sasaran dari keputusan yang akan diambil dan ditempatkan

pada puncak hirarki. Dalam hal ini sasaran yang dimaksud adalah

“analisis waktu pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi bangunan

gedung di Kota Serang”.

b. Level II: Pada tingkatan kedua, diajukan kriteria faktor-faktor yang

dapat menyebabkan keterlambatan dalam sebuah proyek konstruksi

bangunan gedung seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.8

yaitu material, peralatan, biaya, sumber daya manusia dan metode

pelaksanaan.

c. Level III: Pada tingkatan ketiga, diberikan alternatif langkah-langkah

yang dapat dilakukan guna mengoptimalkan waktu pelaksanaan

proyek konstruksi bangunan gedung sesuai seperti yang telah

dijelaskan pada sub bab 2.6. Berdasarkan penelitian Dannyanti

(2010) dan Frederika (2010) maka alternatif-alternatif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menambah sumber daya

manusia, menambah jam kerja, serta kontrak spesialis.

62
Optimalisasi waktu
pelaksanaan proyek
konstruksi bangunan
gedung di Kota Serang

Metode
Material Peralatan Biaya SDM
pelaksanaan

Menambah Menambah Kontrak


SDM jam kerja Spesialis

Gambar 3.3. Struktur hirarki AHP untuk analisis waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan

gedung pemerintah di Kota Serang

Tabel 3.2. Analisa matriks ordo 5 x 5 untuk level 2

Metode
Material Peralatan Biaya SDM
pelaksanaan

Material a11 a12 a13 a14 a15

Peralatan a21 a22 a23 a24 a25

Biaya a31 a32 a33 a34 a35

SDM a41 a42 a43 a44 a45

Metode
a51 a52 a53 a54 a55
pelaksanaan

63
Tabel 3.3. Analisa matriks ordo 3 x 3 untuk level 3

Menambah
Menambah jam
sumber daya Kontrak Spesialis
kerja
manusia
Menambah
sumber daya a11 a12 a13
manusia

Menambah jam a21 a22 a23


kerja

Kontrak Spesialis a31 a32 a33

Tabel 3.2 di atas merupakan matriks penilaian yang diperoleh dari

perbandingan antara lima kriteria faktor keterlambatan pada level 2. Penilaian

diisi dengan menggunakan skala yang ditentukan oleh Saaty (Tabel 2.1). Nilai

a11, a22, a33, ..., a55 merupakan perbandingan antar kriteria yang sama sehingga

akan bernilai 1. Nilai a21 dan a12 menunjukkan perbandingan antara dua kriteria

1 dan kriteria 2. Pada matriks ini berlaku aij = aji-1, sehingga jika a21 bernilai 9

maka a12 akan bernilai 1/9. Begitu pula pada Tabel 3.3 yang menunjukkan

matriks perbandingan antar alternatif pada level 3, berlaku ketentuan yang sama

dimana a11, a22, dan a33 merupakan perbandingan antar alternatif yang sama,

nilainya adalah 1, serta berlaku aij = aji-1.

3.4.2. Penilaian atau Pembuatan Skala

Penilaian atau Pembuatan skala dilakukan menurut tingkat signifikansi

dari tiap kriteria atau elemen dalam struktur AHP. Tingkat signifikansi tiap

kriteria dibedakan atas dua jenis yaitu tingkat signifikansi antar kriteria dan

64
tingkat signifikansi antara kriteria dengan alternatif. Tingkat signifikansi antar

kriteria dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan peneliti (subyektif) atau

bedasarkan penilaian responden (survei). Sementara tingkat signifikansi antara

kriteria dengan alternatif didapatkan dari hasil survei primer menggunakan

metode wawancara atau kuesioner dengan beberapa responden yang telah dipilih.

Hasil penilaian ini selanjutnya dilakukan Pembuatan skala guna mengkonversi

dari penilaian kualitatif ke kuantitatif. Pembuatan skala mengikuti aturan AHP

sebagaimana telah dirumuskan oleh Saaty, T.L., (2000). Skala penilaian umumnya

menggunakan angka antara 1 – 9, yang masing-masing angka menunjukan

tingkatan signifikansi yang berbeda.

3.4.3. Proses Perhitungan Pembobotan

Prosedur pembobotan dibentuk dengan menggunakan suatu model

pencarian nilai eigen dari suatu matriks untuk tiap tingkat kriteria yang ada. Nilai

eigen didapat dengan cara menormalkan matriks. Setidaknya dalam studi ini

terdapat 6 buah matriks berpasangan (pairwise comparison). Dari setiap matriks

akan menghasilkan pembobotan dari tiap tingkat. Bobot tiap tingkat akan menjadi

input bagi tiap tingkat berikutnya sampai didapat pembobotan terakhir.

a. Perhitungan Vektor Eigen (Eigenvector) dan Nilai Eigen (Eigenvalue)

Maksimum

Vektor eigen dan nilai eigen dihitung dari setiap matriks pada setiap level dari

struktur hirarki. Dengan demikian jumlah vektor eigen dan nilai eigen maksimum

65
sama dengan jumlah matriks dalam AHP. Langkah-langkah perhitungan vektor

dan nilai eigen adalah sebagai berikut:

1) Mencari nilai vektor eigen dengan cara mengalikan setiap unsur baris

dalam matriks, kemudian ditarik akar berpangkat n, dimana n adalah orde

dalam matriks.

2) Menghitung bobot tiap kriteria dengan cara membagi setiap vektor eigen

dengan jumlah dari vektor eigen tersebut.

3) Setelah mendapatkan bobot untuk kriteria, hitung nlai eigen dengan cara

mengalikan matriks bobot kriteria tersebut terhadap matriks penilaian

semula. Hasilnya merupakan nilai eigen untuk tiap kriteria.

4) Nilai eigen ini kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan ini merupakan

nilai eigen maksimum (λmaks).

Secara sederhana, nilai eigen maksimum dapat diperoleh dengan rumus

sebagai berikut:

⎡ … ⎤
⎢ … ⎥
⎢ ⎥ ⋮ = ⋮
⎢ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ ⎥
⎣ … ⎦

Dimana : = matriks berpasangan

= vektor prioritas, merupakan prinsip nilai eigen dari

λmaks = nilai eigen maksimum

66
Nilai eigen maksimum menunjukan nilai dimana kriteria yang

bersangkutan memiliki pengaruh yang cukup penting terhadap daftar alternatif

yang diajukan.

b. Perhitungan Indeks Konsistensi (CI) dan Rasio Konsistensi (CR)

Penilaian atau jawaban manusia terkadang mengandung ketidakkonsistenan,

untuk itu AHP menciptakan prosedur untuk menilai derajat ketidakkonsistenan

tersebut. Dalam AHP tingkat konsistensi ini dinyatakan dalam besaran indeks

konsistensi (CI). Adapun indeks konsistensi dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

= ( − )/ ( − 1)

Keterangan : = nilai eigen maksimum dari vektor eigen

= jumlah ordo matriks

Dengan menggunakan nilai CI, selanjutnya dapat dihitung nilai rasio

konsistensi, sebagai berikut :

= /

Dimana CI adalah nilai indeks konsistensi dan RI adalah indeks konsistensi acak

yang didapat dari Tabel 2.2.

Penentuan suatu matriks dianggap konsisten jika nilai Rasio Konsistensi

(CR) lebih kecil atau sama dengan 0,1 atau sebagaimana tercantum dalam Tabel

2.3. Secara umum Saaty menyatakan bahwa jika nilai CR yang dihasilkan kurang

dari 0,1 maka kita dapat menyatakan bahwa pendapat dari responden tersebut

dapat diterima atau memuaskan.

67
BAB IV

ANALISIS
DAN PEMBAHASAN
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Penelitian

Permasalahan yang diangkat pada penelitian diawali dengan seringkalinya

terjadi keterlambatan pada proyek konstruksi. Proyek konstruksi merupakan

proyek yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Proyek konstruksi terdiri atas

banyak pekerjaan yang saling terkait. Proyek ini sering mengalami keterlambatan

karena kompleksitasnya sendiri. Waktu, merupakan salah satu aspek penting

dalam manajemen proyek disamping biaya dan kualitas. Sebuah proyek pasti

memiliki durasi atau batas waktu. Proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat

pada waktu yang telah ditentukan. Berkaitan dengan masalah proyek ini maka

keberhasilan pelaksanaan sebuah proyek tepat pada waktunya merupakan tujuan

yang penting baik bagi pemilik proyek maupun pelaksana konstruksi.

Kota Serang sebagai objek penelitian dipilih karena Kota Serang merupakan

kota yang kini sedang dalam masa perkembangan. Kota Serang sebagai kota yang

baru berdiri dan merupakan ibukota dari provinsi yang belum lama didirikan juga

yaitu Provinsi Banten. Provinsi Banten berbatasan langsung dengan Provinsi DKI

Jakarta sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi maupun penduduknya relatif

tinggi. Provinsi Banten dituntut untuk dapat mendukung DKI Jakarta.

Perkembangan infrastruktur di Kota Serang cukup tinggi. Pembangunan pada

awal-awal pembentukan lebih dititikberatkan pada gedung-gedung pemerintahan.

Gedung-gedung yang dibangun baik milik pemerintah Kota Serang maupun

pemerintah Provinsi Banten. Orientasi pembangunan bangunan gedung di Kota

68
Serang belum difokuskan pada pembangunan secara vertikal, hal ini dikarenakan

lahan yang tersedia masih cukup luas tidak seperti kondisi di DKI Jakarta yang

sudah cukup kesulitan untuk masalah lahan.

Penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

dimana opini responden merupakan sumber utamanya dan hasil akhirnya

merupakan pengurutan prioritas dengan bobot-bobot tertentu. Dalam penelitian ini

akan coba diterapkan pengguanan metode AHP dalam bidang manajeman

konstruksi khususnya dalam hal mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi.

4.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung, khususnya pada

bangunan gedung di Kota Serang. Dari begitu banyak faktor yang mempengaruhi

waktu pelaksanaan proyek konstruksi, akan coba dianalisis dengan metode

Analytic Hierarchy Process (AHP) sehingga hasilnya nanti adalah berupa

pengurutan prioritas berdasarkan bobot atau persentase. Hasil ini menunjukan

bahwa faktor mana yang paling mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek

konstruksi bangunan gedung khususnya di Kota Serang.

Setelah didapat hasil berupa pengurutan prioritas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi, tentu diketahui faktor mana

yang paling mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga dari

faktor tersebut dapat diambil tindakan atau kegiatan-kegiatan yang dapat

mengurangi resiko keterlambatan waktu pelaksanaan proyek konstruksi. Dengan

69
begitu tentu dapat dilakukan analisis lebih lanjut mengenai cara mencegah

keterlambatan ataupun mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek konstruksi. Ini

berarti penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hasil dari proses analisis

terhadap waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung, khususnya di

Kota Serang.

4.3 Studi Pustaka dan Hasil Penelitian Relevan

Dilakukan studi pustaka serta hasil penelitian-penelitian yang relevan guna

menunjang segala yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini. Studi

pustaka diambil dari berbagai sumber tertulis seperti buku, makalah ilmiah, dan

lain sebagainya juga termasuk dari pengamatan langsung peneliti. Studi-studi

yang diperlukan dalam penelitian ini seperti mengenai proyek konstruksi secara

umum, siklus proyek konstruksi dan proses pelaksanaan pembangunan, serta

mengenai penjadwalan proyek. Tidak ketinggalan juga dimasukkan segala teori

mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang

digunakan pada penelitian ini serta digambarkan pula mengenai potret dan

karakteristik bangunan gedung di Kota Serang sebagai objek penelitian.

Selain studi pustaka, dilakukan juga studi terhadap penelitian-penelitian yang

pernah dilakukan yang relevan terhadap topik penelitian. Studi terhadap penelitian

terdahulu diambil dari jurnal-jurnal penelitian yang telah diterbitkan. Studi

terhadap penelitian terdahulu bermanfaat sebagai acuan dan dapat memberikan

masukan baik dari segi teori, proses penelitian hingga metode yang digunakan,

sehingga diharapkan penelitian ini dapat lebih terarah dan berjalan sesuai tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan dilakukannya studi terhadap penelitian

70
terdahulu juga berguna agar penelitian ini terhindar dari unsur plagiatisme dengan

tidak mengambil topik yang sama dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

dengan begitu keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Segala teori

hasil studi pustaka dan penelitian yang relevan tertuang secara lengkap pada bab

II penelitian ini.

4.4 Proses Analisis

4.4.1 Perumusan Struktur Hirarki

Penelitian ini dilakukan untuk membuat suatu sistem pengambilan

keputusan yang dapat digunakan oleh pemberi tugas, perencana, maupun

pelaksana proyek untuk menghindari berbagai macam faktor yang beresiko

menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung,

yang telah disusun berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari studi pustaka

dan pengamatan peneliti. Berdasarkan tujuan penelitian, maka ditentukan hasil

yang diingikan dari penelitian ini adalah menganalisis waktu pelaksanaan proyek

konstruksi.

Dari studi pustaka, didapatkan bahwa terdapat 5 faktor yang

mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi, yaitu material,

peralatan, biaya, sumber daya manusia, dan metode pelaksanaan. Faktor-faktor

tersebut akan diletakkan pada tingkat kedua hirarki sebagai kriteria dari penyebab

keterlambatan proyek konstruksi. Pada tingkat dibawahnya diberikan alternatif-

alternatif yang dapat diambil guna mengantisipasi atau mengurangi resiko

keterlambatan proyek.

Struktur hirarki dari penelitian ini secara lengkap adalah sebagai berikut:

71
Optimalisasi waktu
pelaksanaan proyek
konstruksi bangunan
gedung di Kota Serang

Metode
Material Peralatan Biaya SDM
pelaksanaan

Menambah Menambah Kontrak


SDM jam kerja Spesialis

Gambar 4.1. Struktur hirarki AHP untuk analisis waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan

gedung pemerintah di Kota Serang

a. Level I: Sasaran dari keputusan yang akan diambil dan ditempatkan pada

puncak hirarki. Dalam hal ini sasaran yang dimaksud adalah “optimalisasi

waktu pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi bangunan gedung di Kota

Serang”.

b. Level II: Pada tingkatan kedua, diajukan kriteria faktor-faktor yang dapat

menyebabkan keterlambatan dalam sebuah proyek konstruksi bangunan

gedung yaitu material, peralatan, biaya, sumber daya manusia dan metode

pelaksanaan.

c. Level III: Pada tingkatan ketiga, diberikan alternatif langkah-langkah yang

dapat dilakukan guna mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek konstruksi

72
bangunan gedung. Diantara alternatif-alternatif tersebut adalah menambah

sumber daya manusia, menambah jam kerja, serta kontrak spesialis

4.4.2 Data Primer

Perolehan data mengenai opini responden terhadap faktor yang

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung di Kota

Serang dilakukan dengan cara menyebar kuesioner yang telah dipersiapkan.

Responden yang dipilih merupakan individu-individu yang mengerti mengenai

masalah waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung khususnya

bangunan gedung di Kota Serang. Responden dikhususkan pada pihak pemberi

tugas dalam hal ini pihak pemerintah Provinsi Banten yaitu Dinas Sumber Daya

Air dan Pemukiman Provinsi Banten.

Setiap individu responden yang dipilih merupakan rekomendasi dari

instansi yang bersangkutan. Penentuan responden didasarkan juga pada tingkat

kemudahan dalam menjangkaunya. Mayoritas responden hanya setingkat staf,

jabatan tertinggi yang menjadi responden hanya setingkat kepala seksi. Peneliti

berasumsi bahwa orang-orang yang terlibat langsung di lapangan adalah orang-

orang yang lebih mengerti tentang permasalahannya.

Responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Semua

responden merupakan pegawai di Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman

Provinsi Banten. Responden yang terpilih mulai dari staf pelaksana teknis di

lapangan, staf perencanaan, staf pengawasan hingga kepala seksi. Tingkat

pendidikan responden didominasi oleh lulusan SMA/sederajat dengan jumlah 13

73
responden atau sekitar 43%. Responden dengan tingkat pendidikan S1 berjumlah

9 orang atau 30% dan tingkat pendidikan S2 berjumlah 8 orang atau sekitar 27%.

50%
45%
Persentase Responden

40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
S2 S1 SMA/Sederajat
Tingkat Pendidikan

Gambar 4.2. Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan dibekali lembaran kuesioner

yang memuat sebanyak 25 pertanyaan (Lampiran A). Pengisian kuesioner oleh

responden yang sedianya didampingi langsung oleh peneliti tidak dapat dilakukan

sepenuhnya, sehingga kesungguhan menjawab dan kontrol terhadap konsistensi

jawaban responden tidak dapat dilakukan.

4.4.3 Input Data

Kuesioner mengandung 25 pertanyaan yang tiap pertanyaan mewakili

faktor-faktor yang mana tiap faktor merupakan komponen yang umum dalam

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi. Pertanyaan dalam kuesioner

74
dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan antar faktor yang

terlibat.

Secara umum pertanyaan dalam kuesioner dibagi menjadi 2 kelompok

utama yang mencirikan 2 jenis matriks yang akan dibentuk guna keperluan

analisis dengan metode AHP. Kedua kelompok tersebut adalah:

a. Kelompok perbandingan antar faktor/kriteria, terdiri dari 10

pertanyaan, menggambarkan perbandingan antar faktor/kriteria yang

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil yang

dituju dari 10 pertanyaan ini adalah matriks antar faktor/kriteria

berordo 5 x 5.

b. Kelompok perbandingan antar alternatif, terdiri dari 15 pertanyaan,

menggambarkan perbandingan antar alternatif yang dapat mengatasi

keterlambatan proyek konstruksi. Hasil yang dituju adalah

terbentuknya matriks perbandingan antar alternatif berordo 3 x 3

sebanyak 5 buah.

Hasil penilaian jawaban responden terhadap tiap pertanyaan selanjutnya

dapat dibentuk matriks. Pembentukan matriks dilakukan pada tiap kelompok

pertanyaan dengan ordo sesuai dengan jumlah pertanyaan dalam setiap kelompok

sebagaimana diuraikan di atas.

Hasil penilaian pada bagian sebelumnya dimasukkan dalam sel-sel yang

berada di atas diagonal. Sel diagonal akan diisi dengan angka 1. Sementara sel

lain akan diisi dengan angka kebalikan (invers) sesuai dengan pasangan sel sejenis

(missal aij = aji-1).

75
Prosedur pemasukan jawaban adalah sebagai berikut:

a. Tiap jawaban responden pada tiap pertanyaan akan diberi penilaian

dengan aturan Saaty (Tabel 2.1)

b. Jawaban tiap responden dimasukan dalam matriks berpasangan dan

ditempatkan sesuai dengan pasangan antar faktor yang ditinjau

c. Jawaban tersebut kemudian dianalisis dan hasilnya dirata-rata.

76
Tabel 4.1 Hasil penilaian jawaban responden berdasarkan skala Saaty

Respon Nomor Pertanyaan Dalam Kuesioner


den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 1.00 0.14 0.11 3.00 0.14 0.11 3.00 0.33 7.00 9.00 0.33 1.00 3.00 0.33 0.33 1.00 1.00 0.20 0.20 5.00 5.00 1.00 5.00 0.33 0.14

2 2.00 0.25 0.17 0.25 0.17 0.13 0.17 0.50 1.00 2.00 0.25 1.00 4.00 0.25 0.50 2.00 1.00 0.50 0.50 4.00 4.00 1.00 2.00 0.17 0.13

3 3.00 1.00 0.50 5.00 0.33 0.14 3.00 0.14 3.00 7.00 0.33 3.00 7.00 5.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 1.00 5.00 0.20 0.11

4 2.00 4.00 0.17 2.00 0.50 0.13 2.00 0.25 4.00 2.00 0.25 0.50 2.00 0.25 0.50 2.00 1.00 0.25 0.25 4.00 2.00 0.50 4.00 2.00 0.50

5 1.00 0.14 0.11 3.00 0.14 0.11 3.00 0.33 7.00 9.00 0.33 1.00 3.00 0.33 0.33 1.00 1.00 0.20 0.20 5.00 5.00 1.00 5.00 0.33 0.14

6 2.00 4.00 0.17 2.00 0.50 0.13 2.00 0.25 4.00 2.00 0.25 0.50 2.00 0.25 0.50 2.00 1.00 0.25 0.25 4.00 2.00 0.50 4.00 2.00 0.50

7 3.00 1.00 0.50 5.00 0.33 0.14 3.00 0.14 3.00 7.00 0.33 3.00 7.00 5.00 5.00 1.00 1.00 1.00 1.00 5.00 5.00 1.00 5.00 0.20 0.11

8 1.00 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 1.00 1.00 1.00 0.33 1.00 3.00 0.33 1.00 3.00 1.00 0.33 0.33 5.00 5.00 1.00 1.00 0.33 0.33

9 5.00 3.00 0.33 5.00 0.33 0.20 3.00 0.33 5.00 7.00 0.20 0.20 1.00 0.20 0.20 1.00 1.00 0.33 0.33 7.00 7.00 1.00 3.00 0.20 0.20

10 5.00 0.33 5.00 5.00 0.20 0.33 5.00 3.00 6.00 3.00 6.00 3.00 3.00 5.00 3.00 2.00 6.00 3.00 3.00 6.00 5.00 0.20 5.00 4.00 0.20

11 3.00 0.14 0.20 0.33 0.11 0.14 0.20 3.00 5.00 3.00 0.33 3.00 7.00 5.00 3.00 0.33 1.00 0.33 0.33 3.00 3.00 1.00 1.00 0.20 0.20

12 1.00 0.50 0.25 0.50 0.50 0.25 0.50 0.50 1.00 2.00 0.50 2.00 4.00 0.50 2.00 4.00 4.00 1.00 0.25 4.00 1.00 0.25 1.00 0.25 0.25

13 2.00 0.17 0.25 0.50 0.13 0.17 0.25 4.00 6.00 2.00 0.20 2.00 6.00 0.25 2.00 6.00 1.00 0.50 0.50 4.00 4.00 1.00 1.00 0.50 0.50

14 5.00 0.11 0.20 0.33 0.11 0.20 0.20 5.00 9.00 3.00 0.20 0.20 3.00 0.33 3.00 5.00 1.00 0.33 0.33 9.00 9.00 1.00 3.00 0.20 0.14

15 3.00 0.33 0.20 0.33 0.20 0.14 0.20 0.33 1.00 3.00 0.33 3.00 5.00 0.33 3.00 5.00 1.00 0.33 0.33 5.00 5.00 1.00 1.00 0.33 0.33

16 2.00 0.25 0.25 0.25 0.17 0.13 0.17 0.50 1.00 2.00 0.25 1.00 4.00 0.25 0.50 2.00 1.00 0.50 0.50 4.00 4.00 1.00 2.00 0.17 0.13

17 5.00 0.20 0.17 0.20 0.17 0.20 0.20 6.00 0.20 5.00 5.00 4.00 6.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 4.00 4.00 6.00 5.00 4.00 6.00 3.00

18 0.33 0.13 0.20 3.00 0.20 0.33 5.00 7.00 8.00 9.00 0.33 0.20 0.33 5.00 5.00 1.00 1.00 0.20 0.20 9.00 9.00 1.00 7.00 5.00 0.33

19 5.00 0.11 0.20 0.33 0.11 0.20 0.20 5.00 9.00 3.00 0.20 0.20 3.00 9.00 9.00 1.00 3.00 0.20 0.14 9.00 9.00 1.00 3.00 0.20 0.14

20 1.00 0.25 0.25 1.00 0.25 0.25 1.00 1.00 0.25 4.00 0.25 2.00 6.00 4.00 4.00 1.00 1.00 0.50 0.50 6.00 8.00 0.50 1.00 0.50 0.50

21 3.00 5.00 0.33 3.00 3.00 0.33 0.33 0.14 1.00 5.00 0.20 0.33 3.00 0.20 0.20 1.00 1.00 0.33 0.33 7.00 3.00 0.20 5.00 0.20 0.11

22 2.00 0.25 0.50 0.50 0.17 0.25 0.25 2.00 2.00 1.00 0.25 2.00 6.00 4.00 4.00 1.00 1.00 0.25 0.25 4.00 4.00 1.00 2.00 0.50 0.25

23 2.00 0.25 0.50 0.50 0.17 0.25 0.25 2.00 2.00 1.00 0.25 1.00 4.00 0.25 1.00 4.00 1.00 0.25 0.25 4.00 4.00 1.00 2.00 0.50 0.25

24 3.00 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.20 0.33 3.00 0.33 3.00 5.00 0.33 3.00 5.00 1.00 0.33 0.33 5.00 5.00 1.00 5.00 0.20 0.14

25 1.00 0.50 0.25 0.25 0.50 0.25 0.25 0.50 0.50 1.00 0.50 2.00 4.00 0.05 2.00 4.00 1.00 0.50 0.50 4.00 4.00 1.00 6.00 0.50 0.13

26 1.00 0.50 0.25 0.25 0.50 0.25 0.25 0.50 0.50 1.00 0.50 2.00 4.00 0.50 2.00 4.00 1.00 0.50 0.50 4.00 4.00 1.00 6.00 0.50 0.13

27 5.00 0.11 0.20 0.33 0.11 0.20 0.20 5.00 9.00 3.00 0.20 0.20 3.00 0.33 3.00 5.00 1.00 0.33 0.33 9.00 9.00 1.00 3.00 0.20 0.14

28 1.00 0.50 0.25 0.50 0.50 0.25 0.50 0.50 1.00 2.00 0.50 2.00 4.00 0.50 2.00 4.00 4.00 1.00 0.25 4.00 1.00 0.25 1.00 0.25 0.25

29 5.00 0.11 0.20 0.33 0.11 0.20 0.20 5.00 9.00 3.00 0.20 0.20 3.00 9.00 9.00 1.00 3.00 0.20 0.14 9.00 9.00 1.00 3.00 0.20 0.14

30 3.00 0.25 0.17 0.17 0.17 0.13 0.13 0.50 0.50 1.00 0.50 2.00 4.00 0.50 2.00 4.00 1.00 0.50 0.50 4.00 4.00 1.00 1.00 0.25 0.25

Sumber: Hasil analisis, 2014

77
4.4.4 Pengolahan Data

Analisis dilakukan dengan melakukan perbandingan antar faktor/kriteria

dan antar alternatif melalui matriks berpasangan yang telah dibentuk. Matriks

berpasangan terbentuk dari hasil jawaban responden dengan ketentuan peletakan

seperti yang telah disebutkan di atas. Nilai dari jawaban responden dituliskan pada

matriks dengan menggunakan skala Saaty. Terdapat enam matriks berpasangan

yang terbentuk pada penelitian ini, yaitu 1 buah matriks berpasangan berordo 5 x

5 yang menggambarkan perbandingan antar faktor/kriteria dan 5 buah matriks

berpasangan berordo 3 x 3 yang menggambarkan perbandingan antar alternatif

untuk tiap-tiap faktor/kriteria.

Tabel 4.2. Analisa matriks ordo 5 x 5

Metode
Material Peralatan Biaya SDM
pelaksanaan

Material a11 a12 a13 a14 a15

Peralatan a21 a22 a23 a24 a25

Biaya a31 a32 a33 a34 a35

SDM a41 a42 a43 a44 a45

Metode
a51 a52 a53 a54 a55
pelaksanaan

78
Tabel 4.3. Analisa matriks ordo 3 x 3

Menambah
Menambah jam
sumber daya Kontrak Spesialis
kerja
manusia
Menambah
sumber daya a11 a12 a13
manusia

Menambah jam a21 a22 a23


kerja

Kontrak Spesialis a31 a32 a33

a. Pembobotan Antar Faktor/Kriteria

Analisa yang pertama adalah perbandingan antar 5 faktor/kriteria yang

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi yaitu faktor material, faktor

peralatan, faktor biaya, faktor sumber daya manusia, dan faktor metode

pelaksanaan.

Tabel 4.4. Contoh analisa bobot kriteria/faktor


No. Responden 1
kriteria eigen bobot eigen
kriteria
1 2 3 4 5 vektor kriteria value
1 1.000 1.000 0.143 0.111 3.000 0.544 0.063 0.327
2 1.000 1.000 0.143 0.111 3.000 0.544 0.063 0.327
3 7.000 7.000 1.000 0.333 7.000 2.580 0.300 1.594
4 9.000 9.000 3.000 1.000 9.000 4.656 0.541 2.873
5 0.333 0.333 0.143 0.111 1.000 0.281 0.033 0.178
Total 8.605 1.000 5.300
Keterangan: λmaks 5.300
Kriteria 1: Material CI 0.075
Kriteria 2: Peralatan CR 0.067
Kriteria 3: Biaya
Kriteria 4: Sumber daya manusia
Kriteria 5: Metode Pelaksanaan

79
Langkah-langkah perhitungan:

1 1 0.143 0.111 3
1 1 0.143 0.111 3
Matriks penilaian = 7 7 1 0.333 7
9 9 3 1 9
0.333 0.333 0.143 0.111 1

√1 1 0.143 0.111 3 0.544


√1 1 0.143 0.111 3 0.544
→ eigen vector = √7 7 1 0.333 7 = 2.580
4.656
√9 9 3 1 9
0.281
√0.333 0.333 0.143 0.111 1

Bobot kriteria =

→ bobot kriteria 1 = 0.544/8.605 = 0.063

→ bobot kriteria 2 = 0.544/8.605 = 0.063

→ bobot kriteria 3 = 2.580/8.605 = 0.300

→ bobot kriteria 4 = 4.656/8.605 = 0.540

→ bobot kriteria 5 = 0.281/8.605 = 0.033

1 1 0.143 0.111 3 0.063 0.327


1 1 0.143 0.111 3 0.063 0.327
eigen value = 7 7 1 0.333 7 0.300 = 1.534
9 9 3 1 9 0.540 2.873
0.333 0.333 0.143 0.111 1 0.033 0.178

Σ eigen value = λmaks = 0.327 + 0.327 + 1.534 + 2.873 + 0.178 = 5.300

Consistency Index (CI) = (λmaks – n)/(n – 1) → n = 5

= (5.3 – 5)/(5 – 1) = 0.075

Consistency Ratio (CR) = CI/RI = 0.075/1.11 = 0.067

80
Dari Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa responden nomor 1 memberikan bobot

kriteria 0.063 untuk kriteria material, 0.063 untuk kriteria peralatan, 0.300 untuk

kriteria biaya, 0.541 untuk kriteria sumber daya manusia dan 0.033 untuk kriteria

metode pelaksanaan. Ini berarti bahwa responden nomor 1 menilai bahwa faktor

paling dominan dalam mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi

bangunan gedung pemerintah di Kota Serang adalah faktor sumber daya manusia,

sedangkan faktor yang tidak begitu berpengaruh adalah faktor metode

pelaksanaan dengan bobot 0.033.

Pada tabel itu juga terlihat nilai CR = 0.067, hal ini menunjukan bahwa

jawaban responden cukup konsisten, sesuai yang disebutkan oleh Saaty bahwa

nilai rasio konsistensi tidak boleh lebih dari 10% untuk menunjukan jawaban

tersebut adalah konsisten. Selanjutnya bobot tiap kriteria dari semua responden

dirata-rata dan hasilnya tertera pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Rekapitulasi bobot kriteria dari keseluruhan responden

No. Faktor/Kriteria Bobot Peringkat

1 Material 0.133 4

2 Peralatan 0.065 5

3 Biaya 0.309 2

4 Sumber daya manusia 0.352 1

5 Metode Pelaksanaan 0.160 3

b. Pembobotan Antar Alternatif

Setelah dilakukan analisa terhadap masing-masing kriteria dari jawaban

responden, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa bobot alternatif

81
cara mengatasi keterlambatan terhadap tiap faktor/kriteria yang mempengaruhi

waktu pelaksanaan proyek konstruksi. Berikut ditampilkan contoh analisa bobot

alternatif menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Analisis secara lebih

lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 4.6. Contoh analisa bobot alternatif


No. Responden 1
Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen
alternatif
A B C vektor alternatif value
A 1.000 5.000 0.333 1.186 0.279 0.855
B 0.200 1.000 0.143 0.306 0.072 0.220
C 3.000 7.000 1.000 2.759 0.649 1.989
Total 4.250 1.000 3.065
λmaks 3.065
Alternatif A: Menambah SDM CI 0.032
Alternatif B: Menambah jam kerja CR 0.062
Alternatif C: Kontrak spesialis

Langkah-langkah perhitungan:

1 5 0.333
Matriks penilaian = 0.200 1 0.143
3 7 1

√1 5 0.333 1.186
→ eigen vector = √0.200 1 0.143 = 0.306
√3 7 1 2.759

Bobot alternatif =

→ bobot alternatif A= 1.186/4.250 = 0.279

→ bobot alternatif B = 0.306/4.250 = 0.072

→ bobot alternatif C = 2.759/4.250 = 0.649

82
1 5 0.333 0.279 0.855
eigen value = 0.200 1 0.143 0.072 = 0.220
3 7 1 0.649 1.989

Σ eigen value = λmaks = 0.855 + 0.220 + 1.989 = 3.065

Consistency Index (CI) = (λmaks – n)/(n – 1) → n = 3

= (3.065 – 3)/(3 – 1) = 0.032

Consistency Ratio (CR) = CI/RI = 0.032/0.52 = 0.062

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa responden nomor 1 terkait dengan

faktor/kriteria metode pelaksanaan menilai bahwa kontrak spesialis atau dengan

kata lain menggunakan subpenyedia jasa menjadi alternatif yang paling dapat

ditempuh terkait dengan keterlambatan yang disebabkan oleh faktor metode

pelaksanaan dengan bobot 0.649 atau 64,9%. Nilai CR dari jawaban responden

nomor 1 ini adalah 0,062 (6,2%), lebih kecil dari syarat yang diberikan yaitu 10%,

ini berarti jawaban responden nomor 1 cukup konsisten dan dapat diterima.

Tabel 4.7. Rekapitulasi bobot alternatif dari keseluruhan responden

Bobot terhadap
No. Alternatif
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 5

1 Menambah SDM 0.220 0.372 0.255 0.658 0.288

2 Menambah jam 0.583 0.430 0.208 0.169 0.120


kerja
3 Kontrak 0.197 0.198 0.537 0.173 0.592
Spesialis

Tabel 4.7 di atas merupakan hasil rekapitulasi bobot alternatif terhadap setiap

faktor/kriteria dengan menganalisa keseluruhan jawaban responden sehingga

didapat bobot alternatif untuk setiap faktor/kriteria. Dari tabel 4.7 di atas terlihat

83
bahwa untuk kriteria 1 (faktor material) alternatif menambah jam kerja menjadi

alternatif yang paling dominan dengan bobot 0.583, begitu juga dengan kriteria 2

(faktor peralatan) alternatif menambah jam kerja menjadi pilihan utama dengan

bobot 0.430. Untuk kriteria 3 (faktor biaya), alternatif melakukan kontrak

spesialis menjadi yang paling dominan dengan bobot 0.537, sedangkan kriteria 4

(faktor sumber daya manusia) alternatif menambah sumber daya manusia menjadi

yang paling dominan dengan bobot 0.658 dan alternatif kontrak spesialis atau sub

penyedia menjadi dominan untuk kriteria 5 (faktor metode pelaksanaan) dengan

bobot 0.592.

c. Pembobotan Keseluruhan

Setelah didapatkan bobot kriteria dan bobot faktor kerusakan, maka

selanjutnya dapat diperoleh bobot keseluruhan yang merupakan penilaian akhir

dari seluruh proses analisis. Perhitungan bobot global dapat dilihat pada Tabel 4.8

di bawah ini. Perhitungan bobot keseluruhan ini diperoleh dengan cara

menjumlahkan hasil perkalian masing-masing antara bobot kriteria dengan bobot

alternatif.

Dari perhitungan ini didapatkan hasil bahwa secara keseluruhan pilihan

menambah sumber daya manusia menjadi alternatif yang paling dominan dalam

mengatasi masalah keterlambatan atau juga mengoptimalkan waktu pelaksanaan

proyek konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang berdasarkan

penilaian seluruh responden dengan bobot 0.406 atau sekitar 40.6%. Disusul

kemudian alternatif kontrak spesialis atau melakukan subpenyedia jasa dengan

84
bobot 0.357 atau 35,7% dan alternatif menambah jam kerja di urutan terakhir

dengan bobot 0.237 atau 23,7%.

Tabel 4.8. Perhitungan bobot dari keseluruhan responden

Bobot Faktor/Kriteria
Bobot
1 2 3 4 5 Peringkat
Keseluruhan
0.113 0.065 0.309 0.352 0.160

A 0.220 0.372 0.255 0.658 0.288 0.406 1


Bobot
B 0.583 0.430 0.208 0.169 0.120 0.237 3
Alternatif
C 0.197 0.198 0.537 0.173 0.592 0.357 2

Keterangan:

Kriteria 1: Material Alternatif A: Menambah SDM

Kriteria 2: Peralatan Alternatif B: Menambah jam kerja

Kriteria 3: Biaya Alternatif C: Kontrak spesialis

Kriteria 4: Sumber daya manusia

Kriteria 5: Metode Pelaksanaan

Langkah-langkah perhitungan:

Bobot keseluruhan = bobot faktor x bobot alternatif

0.113
0.220 0.372 0.255 0.658 0.288 0.065
= 0.583 0.430 0.208 0.169 0.120 0.309
0.197 0.198 0.537 0.173 0.592 0.352
0.160

0.406
= 0.237
0.357

85
Tabel 4.9. Urutan alternatif cara mengatasi keterlambatan waktu pelaksanaan proyek konstruksi
bangunan gedung pemerintah di Kota Serang

No. Alternatif Bobot

1 Menambah sumber daya manusia 0.406

2 Kontrak spesialis 0.357

3 Menambah jam kerja 0.237

d. Perhitungan Nilai Konsistensi

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam metode AHP terdapat nilai Rasio

Konsistensi/Consistency Ratio (CR) yang gunanya adalah untuk mengukur tingkat

kekonsistenan dari jawaban responden. Tingkat konsistensi dalam metode ini

tentu sangat diperlukan mengingat metode ini membandingkan satu persatu unsur

yang ada dari sekian banyak unsur dari sebuah masalah. Ketidakkonsistenan

sangat mungkin terjadi dalam melakukan perbandingan. Contohnya adalah ketika

membandingkan antara A, B dan C, nilai A > 2B, B > 3C, maka seharusnya A >

6C. Tetapi masih banyak ditemui jawaban A > 4C atau A > 3C, kondisi ini yang

membuat ketidakkonsistenan jawaban. Saaty (1988) menyebutkan bahwa nilai CR

yang dapat diterima adalah tidak lebih dari 0,1 (10%). Semakin kecil nilai CR

maka semakin konsisten penilaian responden dan semakin baik pula hasil

akhirnya serta dapat lebih dipertanggungjawabkan.

86
Tabel 4.10. Rekapitulasi Nilai Konsistensi

Antar Antar Antar Antar Antar


Antar Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif
Item Perbandingan
Kiteria utnuk utnuk utnuk utnuk utnuk
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 5
1 6.7% 0% 0% 0% 0% 6.2%
2 0.7% 0% 0% 0% 0% 1.8%
3 7.5% 0.7% 0% 0% 0% 11.3%
4 21.8% 0% 0% 0% 0% 0%
5 6.7% 0% 0% 0% 0% 6.2%
6 21.8% 0% 0% 0% 0% 0%
7 7.5% 0.7% 0% 0% 0% 2.8%
8 0% 0% 0% 0% 0% 0%
9 7.5% 0% 0% 0% 0% 13%
10 13.1% 35.3% 15.7% 35.3% 22.2% 20.9%
11 5.5% 0.7% 3.7% 0% 0% 0%
12 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Konsistensi setiap responden

13 5.3% 2.8% 0.8% 0% 0% 0%


14 11.7% 13% 3.7% 36% 0% 6.2%
15 2.9% 3.7% 3.7% 0% 0% 0%
16 1.5% 0% 0% 0% 0% 1.8%
17 74% 45% 28.3% 20.9% 15.7% 5.2%
18 17.2% 3.7% 0% 0% 0% 6.2%
19 11.7% 13% 0% 6.2% 0% 6.2%
20 23.3% 0.9% 0% 0% 10.4% 0%
21 8% 3.7% 0% 0% 6.2% 11.3%
22 0.2% 0.9% 0% 0% 0% 0%
23 0.2% 0% 0% 0% 0% 0%
24 9.3% 3.7% 3.7% 0% 0% 17.6%
25 0% 0% 0% 0% 0% 1.8%
26 0% 0% 0% 0% 0% 1.8%
27 11.7% 13% 3.7% 0% 0% 6.2%
28 0% 0% 0% 0% 0% 0%
29 11.7% 13% 0% 6.2% 0% 6.2%
30 0.6% 0% 0% 0% 0% 0%

Persentase CR ≤
66.7% 80% 93.3% 90% 90% 83.3%
10%

Sumber: Hasil analisis, 2014

87
Nilai konsistensi total pada penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.10 di

atas. Pada tabel tersebut terdapat beberapa responden yang memiliki nilai CR

lebih dari 10%. Pada perbandingan antar kriteria hanya 66.7% responden yang

memiliki nilai CR ≤ 10%. Pada perbandingan antar alternatif, nilai konsistensi

terbilang cukup tinggi. Pada perbandingan antar alternatif terhadap kriteria 1

sebanyak 80% responden memiliki nilai CR ≤ 10%, pada perbandingan antar

alternatif terhadap kriteria 2 sebanyak 93.3% responden memiliki nilai CR ≤ 10%,

pada perbandingan antar alternatif terhadap kriteria 3 sebanyak 90% responden

memiliki nilai CR ≤ 10%, pada perbandingan antar alternatif terhadap kriteria 4

sebanyak 90% responden memiliki nilai CR ≤ 10% dan pada perbandinga n antar

alternatif terhadap kriteria 5 sebanyak 83.3% responden memiliki nilai CR ≤ 10%.

Saaty menambahkan, adanya ketidakkonsistenan dapat membawa persoalan

serius pada beberapa masalah tetapi tidak pada masalah lainnya. Begitu

banyaknya nilai ketidakkonsistenan jawaban responden pada penelitian ini dapat

membuat perbedaan pada hasil akhir. Secara keseluruhan, konsistensi yang

sempurna dalam pengukuran meskipun menggunakan desain penelitian yang

terbaik, pada prakteknya sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu diperlukan evaluasi

untuk menilai seberapa parah konsistensi itu berakibat pada persoalan yang

sedang diteliti.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Terdapat nilai CR pada analisa AHP yang digunakan untuk mengukur tingkat

konsistensi dari jawaban responden. Saaty (1988) menyebutkan bahwa jawaban

yang baik adalah jawaban yang memiliki nilai CR tidak lebih dari 0,1. Terdapat

88
beberapa jawaban responden dengan tingkat ketidakkonsistenan cukup tinggi pada

penelitian ini, namun dikarenakan jumlahnya yang tidak begitu banyak dan bukan

merupakan mayoritas maka semua jawaban responden tetap dipergunakan pada

penelitian ini. Hasil akhir dari penelitian ini tetap mempergunakan keseluruhan

jawaban responden yang terlibat yang berjumlah 30 orang.

Hasil pembobotan akhir yang melibatkan keseluruhan responden akan

dijadikan gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan

proyek konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang. Pada

pembobotan antar kriteria atau antar faktor yang mempengaruhi waktu

pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung di Kota Serang, didapat hasil

bahwa faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam

mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi bangunan gedung pemerintah di

Kota Serang dengan bobot 0.352 atau 35.2%.

Responden menilai bahwa cepat lambatnya pengerjaan proyek konstruksi

bangunan gedung pemerintah di Kota Serang sangat dipengaruhi oleh sumber

daya manusianya. Keterlambatan yang kerap kali terjadi pada pelaksanaan proyek

konstruksi banyak disebabkan oleh sumber daya manusia atau tenaga kerjanya,

baik tenaga kerja yang kurang kompeten maupun jumlahnya yang tidak sesuai

dengan bobot pekerjaan yang terdapat pada proyek terkait. Hal ini bisa saja terjadi

dikarenakan terbatasnya jumlah tenaga kerja yang terlatih dan berpengalaman.

Mayoritas proyek konstruksi tidak memperhatikan keseluruhan tenaga kerja yang

terlibat pada proyek tersebut. Banyak dari jumlah tenaga tersebut tidak memiliki

keahlian yang cukup. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebanyakan dari

proyek konstruksi tidak melakukan seleksi awal pada tenaga kerja lapangan.

89
Di bawah faktor sumber daya manusia, secara berturut-turut faktor yang

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung

pemerintah di Kota Serang hasil penilaian responden adalah faktor biaya (0.309),

faktor metode pelaksanaan (0.160), faktor material (0.113) dan faktor peralatan

(0.065). Faktor peralatan berada pada urutan paling bawah hasil penilaian

responden mungkin karena responden menilai bahwa pengoperasian peralatan

pada sebuah proyek tergantung pula pada tenaga kerja yang mengoperasikannya.

Jadi, tenaga kerja tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi waktu

pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung.

Penilaian responden terhadap pilihan-pilihan alternatif yang dapat digunakan

dalam mengatasi keterlambatan maupun mengoptimalkan waktu pelaksanaan

proyek konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang memberikan hasil

bahwa alternatif menambah sumber daya manusia atau menambah tenaga kerja

menjadi pilihan yang utama dengan bobot 0.406 atau sekitar 40.6%. Hal ini tentu

sangat sejalan dengan hasil yang menyebutkan bahwa faktor sumber daya

manusia merupakan faktor yang paling mempengaruhi waktu pelaksanaan

bangunan gedung pemererintah di Kota Serang. Hasil ini menyebutkan bahwa

perlunya menambah jumlah tenaga kerja lapangan yang kompeten dan

berpengalaman guna mengatasi keterlambatan sebuah proyek konstruksi maupun

mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek konstruksi tersebut.

Dari tiga alternatif yang diberikan pada penelitian ini, responden menilai

bahwa alternatif menambah sumber daya manusia berada di prioritas pertama

dengan bobot 0.406 (40,6%), disusul kemudian alternatif kontrak spesialis (0.357)

dan alternatif menambah jam kerja (0.237).

90
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisa di atas, maka dapat ditarik beberapa poin

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil kuesioner yang disebar kepada sejumlah responden dari pihak

pemberi tugas yang merupakan orang-orang yang terlibat langsung pada

proyek konstruksi bangunan gedung pemerintah di Kota Serang, serta

setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode Analytic

Hierarchy Process (AHP), didapat bahwa faktor yang paling

mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan gedung

pemerintah di Kota Serang adalah faktor sumber daya manusia dengan

bobot 0.352, disusul kemudian faktor biaya (0.309), metode pelaksanaan

(0.160), material (0.113) dan peralatan (0.065).

2. Pada perhitungan pembobotan antar alternatif yang melibatkan seluruh

responden dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa alternatif

menambah sumber daya manusia yaitu dengan menambah jumlah tenaga

kerja yang lebih berkompeten dan berpengalaman pada proyek konstruksi

tersebut menjadi pilihan yang paling dominan dengan bobot 0.406,

kemudian diikuti alternatif melakukan kontrak spesialis atau sub penyedia

jasa pada pilihan kedua dengan bobot 0.357 dan alternatif menambah jam

kerja pada posisi ketiga dengan bobot 0.237.

91
5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat beberapa responden dengan nilai rasio konsistensi kurang dari

10%, sehingga pada penelitian lanjutan yang menggunakan teknik analisa

serupa (AHP) diperlukan pendampingan dan pengawasan lebih oleh

peneliti terhadap responden pada saat pengisian lembar kuesioner guna

meminimalisir terjadinya ketidakkonsistenan jawaban.

2. Untuk penelitian dengan metode AHP disarankan untuk memperhatikan

kriteria yang ditetapkan kepada responden, sehingga target dan jumlah

responden dapat tercapai sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian

tersebut.

3. Data untuk metode AHP dalam studi ini mengandalkan penilaian

responden terhadap faktor-faktor yang diajukan. Karena penilaian akan

sangat bervariasi antara satu dengan yang lainnya, maka penambahan

jumlah responden dengan sumber yang semakin luas melibatkan para ahli

perlu dilakukan guna menjaga konsistensi data.

4. Hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai

masukan kepada instansi terkait untuk proyek-proyek konstruksi

berikutnya dengan memperhatikan hasil-hasil tadi sebagai fokus utama

perbaikan.

5. Dalam penelitian ini, sumber informasi hanya diperoleh dari pihak

pemberi tugas. Untuk penelitian selanjutnya, sangat disarankan untuk

mencari faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek apabila dilihat

dari sudut pandang kontraktor saja, atau dari sudut pandang perencana

92
saja. Sehingga dapat diketahui perbedaaan pendapat antara ketiga pelaku

proses konstruksi tersebut.

6. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui sejauh mana

peranan sumber daya manusia atau tenaga kerja dalam mempengaruhi

waktu pelaksanaan proyek konstruksi.

93
DAFTAR PUSTAKA

Alifen, R.S., Setiawan, R.S., Sunarto, A., 1999. Analisa “What If” Sebagai
Metode Antisipasi Keterlambatan Durasi Proyek. Dimensi Teknik Sipil,
Vol.1, No.2, September 1999, hal 103-113. Jurusan Teknik Sipil Universitas
Kristen Petra, Surabaya.

Amalia, R., Rohman, M.A., Nurcahyo, C.B., 2012. Analisa Penyebab


Keterlambatan Proyek Pembangunan Sidoarjo Town Square Menggunakan
Metode Fault Tree Analysis (FTA). Jurnal Teknik ITS, Vol.1, No.1,
September 2012, hal D20-D23. Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi
Sepuluh November, Surabaya.

Amani, W., Helmi, Irawan, B., 2012. Perbandingan Aplikasi CPM, PDM, Dan
Teknik Bar Chart-Kurva S Pada Optimalisasi Penjadwalan Proyek. Buletin
Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya, Vol.1, No.1, 2012, hal 15-22. Jurusan
Matematika Univeritas Tanjungpura, Pontianak.

Apriyanto, Agus, 2008, Perbandingan Kelayakan Jalan Beton dan Aspal dengan
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus Jalan Raya Demak
– Godong). Tesis Magister. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,
Semarang.

Astina, Dhian C. Nur, et al., 2012. Analisis Faktor-Faktor Penyebab


Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi di Kabupaten
Tabanan. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil, hal. V-1 – V-
6. Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, Denpasar.

Bakhtiyar, A., Soehardjono, A., Hasyim, M.A., 2012. Analisis Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi Pembangunan
Gedung Di Kota Lamongan. Jurnal Rekayasa Sipil, Vol.6, No.1, 2012, hal
55-66. Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya, Malang.
Dannyanti, Eka, 2010. Optimalisasi Pelaksanaan Proyek Dengan Metode PERT
dan CPM (Studi Kasus Twin Tower Building Pasca Sarjana UNDIP).
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Dewi, Ika Mustika, 2014. Analisis Kinerja Pembangunan Jalan Lingkungan di


Provinsi Banten dengan Metode Performance Prism. Tesis Magister.
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan, Jakarta.

Ervianto, Wulfram I., 2006. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi.


Penerbit Andi, Yogyakarta.

Firmansyah, Imam, 2011, Analisis Penyebab Kerusakan Jalan Lingkar Selatan


Kota Cilegon dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Tugas
Akhir. Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon.

Frederika, Ariany, 2010. Analisis Percepatan Pelaksanaan dengan Menambah Jam


Kerja Optimum pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek
Pembangunan Super Villa, Peti Tenget – Badung). Jurnal Ilmiah Teknik
Sipil, Vol.14, No. 2, Juli 2010, hal 113-126. Jurusan Teknik Sipil
Universitas Udayana, Denpasar.

Husen, Abrar, 2009. Manajemen Proyek: Perencanaan, Penjadwalan dan


Pengendalian Proyek. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Ismael, Idzurnida, 2013. Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor


Penyebab Dan Tindakan Pencegahannya. Jurnal Momentum, Vol.14, No.1,
Februari 2013, hal 46-55. Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Padang,
Padang.

Kamaruzzaman, Findy, 2012. Studi Keterlambatan Penyelesaian Proyek


Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil UNTAN, Vol.12, No.2, Desember 2012, hal
175-190. Jurusan Teknik Sipil Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Khakim, Z., Anwar, M.R., Hasyim, M.H., 2011. Studi Pemilihan Pengerjaan
Beton Antara Pracetak Dan Konvensional Pada Pelaksanaan Konstruksi
Gedung Dengan Metode AHP. Jurnal Rekayasa Sipil, Vol. 5, No.2, 2011,
hal 95-107. Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya, Malang.

manajemenproyekindonesia.com

Peraturan Daerah Kabupaten Serang No.5 Tahun 2013 Tentang Bangunan


Gedung.

Peraturan Daerah Kota Serang No. 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Serang Tahun 2010-2030.

Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006. Pedoman Persyaratan


Bangunan Gedung.

Saaty, L.T., 1988, Multicriteria Decision Making The Analytic Hierarchy


Process. University of Pittsburgh.

Saaty, L.T., and Vargas, L.G., 2000, Models, Methods, Concept and Applications
of the Analytic Hierarchy Process. University of Pittsburgh.

Soeharto, Iman, 1999. Manajemen Proyek Jilid I (Dari Konseptual Sampai


Operasional). Penerbit Erlangga, Jakarta.

Soeharto, Iman, 2002. Manajemen Proyek Jilid II (Dari Konseptual Sampai


Operasional). Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sukarto, Haryono, 2006. Pemilihan Model Transportasi DKI Jakarta dengan


Analisis Kebijakan “Proses Hirarki Analitik”. Jurnal Teknik Sipil, Vol.3,
No.1, Januari 2006, hal 25-36. Jurusan Teknik Sipil Universitas Pelita
Harapan, Tangerang.

Suyatno, 2010. Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek


Gedung (Aplikasi Model Regresi). Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tantyonimpuno, R.S., Retnaningtias, A.D., 2006. Penerapan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Pada Proses Pengambilan Keputusan Pemilihan
Jenis Pondasi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Royal Plaza Surabaya).
Jurnal Teknik Sipil, Vol.III, No.2, Juli 2006, hal 77-87. Jurusan Teknik Sipil
Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Teknomo, K., et al, 1999, Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process dalam
Menganalisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ke
Kampus. Dimensi Teknik Sipil, Vol.1, No.1 Maret 1999, hal 31-39. Jurusan
Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

Vincent, 2012. Sistem Pengambilan Keputusan Dengan Pendekatan Analytic


Hierarchy Process (AHP) Dalam Upaya Meminimalisir Resiko
Keterlambatan Proses Konstruksi Bangunan Gedung di DKI Jakarta. Tesis
Magister. Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan,
Jakarta.

Waryanto, Achmad, 2013. Bahan Kuliah P5. UPH, Jakarta.


LAMPIRAN A

Lembar Kuesioner
KUESIONER RESPONDEN PENELITIAN

OPTIMALISASI WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI


BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH DI KOTA SERANG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Kepada Bapak/Ibu/Sdr Responden,

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan keperluan penyusunan Tugas Akhir sesuai judul yang
tersebut di atas pada Program Studi Magister Teknik Sipil Strata Dua, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Pelita Harapan. Dimana penelitian ini
dimaksudkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
pelaksanaan proyek konstruksi agar tidak menghambat selesainya proyek konstruksi
tersebut. Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP) sehingga nantinya akan diperoleh hasil berupa
pengurutan prioritas. Dari hasil ini kemudian dapat diketahui faktor mana yang
paling dominan dalam menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan. Dengan
ini kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr kiranya dapat meluangkan waktu untuk
mengisi kuesioner terlampir.
Seluruh informasi yang diberikan oleh responden dalam penelitian ini akan
dijaga kerahasiannya dan tidak akan dipergunakan untuk kepentingan di luar dari
penelitian ini, karena seluruh informasi akan dipergunakan sebagai data primer bagi
penelitian penulis dalam menyusun Tugas Akhir.
Kuesioner ini diharapkan dapat dikembalikan dalam 2 (dua) hari setelah
diterima responden. Apabila terdapat ketidakjelasan dalam kuesioner ini, responden
dapat menghubungi peneliti pada nomor telepon atau email di bawah ini.
Demikian disampaikan, terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Hormat Kami,

1. PENELITI,
IMAM FIRMANSYAH
HP. 081381470279 / 08561416979
Email : i.firmansyah1903@gmail.com

2. PEMBIMBING,
Prof. Dr. MANLIAN RONALD ADVENTUS SIMANJUNTAK, ST.MT
Ketua Program Studi Teknik Sipil Jenjang Strata 2
Universitas Pelita Harapan
HP. 081383454548 / 08161412204

1
PROFIL RESPONDEN
NAMA
TELEPON/HP
EMAIL
PENDIDIKAN TERAKHIR
INSTANSI
JABATAN

Tanggal :

Nama & Ttd

SKEMA HIRARKI

Optimalisasi waktu
pelaksanaan proyek
konstruksi bangunan
gedung di Kota Serang

Metode
Material Peralatan Biaya SDM
pelaksanaan

Menambah Menambah Kontrak


SDM jam kerja Spesialis

2
PETUNJUK PENGISIAN
 Isilah kolom tingkat kepentingan antar komponen yang diperbandingkan dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu angka yang tercantum dengan
penilaian yang Anda berikan.
 Penilaian terhadap angka tersebut disesuaikan dengan definisi dari skala
penilaian. Apabila ada keraguan dalam pembandingan tingkat kepentingan antar
komponen, dapat diatasi dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu
angka genap (2, 4, 6, 8).
 Apabila Anda memberikan tanda silang (X) pada angka yang berada di sebelah
KIRI angka 1, berarti Anda memberikan nilai bobot dari komponen yang berada
di sebelah KANAN angka 1, begitu juga sebaliknya.

SKALA PENILAIAN

Bobot/Tingkat
Pengertian Penjelasan
Signifikan
Dua faktor memiliki pengaruh yang sama terhadap
1 Sama penting
sasaran
Sedikit lebih Salah satu faktor sedikit lebih berpengaruh
3
penting dibanding faktor lainnya
Salah satu faktor lebih berpengaruh dibanding
5 Lebih penting
faktor lainnya
Sangat lebih Salah satu faktor sangat lebih berpengaruh
7
penting dibanding faktor lainnya
Salah satu faktor jauh lebih berpengaruh dibanding
9 Jauh lebih penting
faktor lainnya
Antara nilai yang di
2, 4, 6, 8 Diantara kondisi di atas
atas
Nilai kebalikan dari kondisi di atas untuk pasangan
Kebalikan
dua faktor yang sama

Contoh:
Berilah penilaian berdasarkan tingkat kepentingan mengenai penyebab
keterlambatan proyek yang menurut anggapan Anda paling tepat:

« « lebih penting lebih penting » »


Material Peralatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Arti angka yang diberi tanda silang (X) adalah:


Berdasarkan pilihan jawaban diatas, maka Material lebih penting pengaruhnya
terhadap keterlambatan proyek dibandingkan dengan Peralatan dengan tingkat
kepentingan nomor 9 yaitu “jauh lebih penting”.

3
DAFTAR ISIAN KUESIONER

I. PRIORITAS ANTAR KRITERIA


Berikut ini diberikan lima kriteria/faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan
proyek.
Kriteria/Faktor
Kriteria-A Material
Kriteria-B Peralatan
Kriteria-C Biaya
Kriteria-D Sumber daya manusia
Kriteria-E Metode Pelaksanaan

Penilaian tingkat kepentingan antar kriteria


Diantara setiap dua kriteria yang dibandingkan di bawah ini dari lima kriteria yang
ada, kriteria manakah yang menurut anda lebih dominan dalam menyebabkan
terjadinya keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi?

« « lebih penting lebih penting » »


Material Peralatan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


Material Biaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


Material SDM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


Material Metode
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


Peralatan Biaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


Peralatan SDM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

4
« « lebih penting lebih penting » »
Peralatan Metode
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


Biaya SDM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


Biaya Metode
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

« « lebih penting lebih penting » »


SDM Metode
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

II. PRIORITAS ANTAR ALTERNATIF

Berikut ini adalah beberapa alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi
keterlambatan sebuah proyek konstruksi.
Alternatif
Alternatif-1 Menambah sumber daya manusia
Alternatif-2 Menambah jam kerja
Alternatif-3 Kontrak Spesialis

Penilaian tingkat kepentingan antar alternatif terhadap kriteria material.


1. Bila yang menyebabkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah faktor
material, maka dari setiap dua alternatif yang dibandingkan di bawah ini yang
manakah yang menurut anda lebih dominan dapat mengatasi keterlambatan
proyek konstruksi?

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Menambah


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jam kerja

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


jam kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

5
2. Bila yang menyebabkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah faktor
peralatan, maka dari setiap dua alternatif yang dibandingkan di bawah ini yang
manakah yang menurut anda lebih dominan dapat mengatasi keterlambatan
proyek konstruksi?

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Menambah


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jam kerja

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


jam kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

3. Bila yang menyebabkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah faktor


biaya, maka dari setiap dua alternatif yang dibandingkan di bawah ini yang
manakah yang menurut anda lebih dominan dapat mengatasi keterlambatan
proyek konstruksi?

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Menambah


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jam kerja

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


jam kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

6
4. Bila yang menyebabkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah faktor
sumber daya manusia, maka dari setiap dua alternatif yang dibandingkan di
bawah ini yang manakah yang menurut anda lebih dominan dapat mengatasi
keterlambatan proyek konstruksi?

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Menambah


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jam kerja

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


jam kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

5. Bila yang menyebabkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah faktor


metode pelaksanaan, maka dari setiap dua alternatif yang dibandingkan di
bawah ini yang manakah yang menurut anda lebih dominan dapat mengatasi
keterlambatan proyek konstruksi?

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Menambah


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jam kerja

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

Menambah « « lebih penting lebih penting » » Kontrak


jam kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 spesialis

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu memberi jawaban.


Selanjutnya dengan hormat dimohon Kuesioner ini dikembalikan.

Serang, November 2014

7
LAMPIRAN B

Data Responden
DATA RESPONDEN

No. Nama Instansi Tingkat Pendidikan

1 Adib Solihin, ST. MT. M.Si Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

2 Ika Mustika Dewi, ST. MT. Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

3 Kustantina, ST. MT Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

4 Ari Susiyanto, ST. MT Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

5 Wawang Wahyuni, ST. MT Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

6 Yoni Gumilar, ST. MT Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

7 Muh. Karsjam Bakri, ST. MT Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

8 Asmuni, ST. MT Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S2

9 Ilma Hernisa, SE Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

10 Damairiawan Desta Wiriatma, ST Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

11 Dwi Novi Setiawati, ST Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

12 Akhmad Najib, ST Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

13 Ferry Dermawan, SE Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

14 Ayip Bakhrul Ulum, ST Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

15 Andi Pahruddin, S.Pd Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

16 Erina Nur Ayu Utami, S.Ikom Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

17 Eko Setyo Nur Utomo, ST Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten S1

18 Lukman Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

19 Mulyadi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

20 Rijalullah Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

21 Afif Haryadi Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

22 Irwan Hidayatullah Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

23 Hendrawan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

24 Agus Setiawan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

25 Maulana H. Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

26 Diki Agus Pratama Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

27 Aris Saeful Rahman Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

28 Sigit Sudrajat Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

29 Endang Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat

30 Agus Indra Mulyana Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten SMA/Sederajat
Rekapitulasi Responden

berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

S2 8 27%

S1 9 30%

SMA/Sederajat 13 43%

Total 30 100%

50%

45%

40%

35%
Persentase Responden

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%
S2 S1 SMA/Sederajat
Tingkat Pendidikan
LAMPIRAN C

Analisa Bobot Faktor/Kriteria

dan Bobot Alternatif


Analisa Bobot Faktor/Kriteria dan Bobot Alternatif
Lampiran ini berisikan analisis bobot faktor/kriteria yang mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek konstruksi dan bobot alternatif mengatasi keterlambatan waktu pelaksanaan proyek konstruksi

No. Responden 1
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.143 0.111 3.000 0.544 0.063 0.327 A 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 A 1.000 0.333 0.333 0.481 0.143 0.429
2 1.000 1.000 0.143 0.111 3.000 0.544 0.063 0.327 B 3.000 1.000 3.000 2.080 0.600 1.800 B 3.000 1.000 1.000 1.442 0.429 1.286
3 7.000 7.000 1.000 0.333 7.000 2.580 0.300 1.594 C 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 C 3.000 1.000 1.000 1.442 0.429 1.286
4 9.000 9.000 3.000 1.000 9.000 4.656 0.541 2.873 Total 3.467 1.000 3.000 Total 3.365 1.000 3.000
5 0.333 0.333 0.143 0.111 1.000 0.281 0.033 0.178 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 8.605 1.000 5.300 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.300 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.075
CR 0.067

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143 A 1.000 5.000 0.333 1.186 0.279 0.855
B 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 B 0.200 1.000 0.143 0.306 0.072 0.220
C 5.000 5.000 1.000 2.924 0.714 2.143 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 C 3.000 7.000 1.000 2.759 0.649 1.989
Total 4.094 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000 Total 4.250 1.000 3.065
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.065
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.032
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.062

No. Responden 2
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 0.250 0.167 0.250 0.461 0.067 0.337 A 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500 A 1.000 0.250 0.500 0.500 0.143 0.429
2 0.500 1.000 0.167 0.125 0.167 0.280 0.041 0.206 B 4.000 1.000 4.000 2.520 0.667 2.000 B 4.000 1.000 2.000 2.000 0.571 1.714
3 4.000 6.000 1.000 0.500 1.000 1.644 0.239 1.197 C 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500 C 2.000 0.500 1.000 1.000 0.286 0.857
4 6.000 8.000 2.000 1.000 2.000 2.862 0.415 2.097 Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 4.000 6.000 1.000 0.500 1.000 1.644 0.239 1.197 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.891 1.000 5.032 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.032 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.008
CR 0.007

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 2.000 0.167 0.693 0.147 0.443
B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 0.500 1.000 0.125 0.397 0.084 0.254
C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 6.000 8.000 1.000 3.634 0.769 2.322
Total 3.175 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 4.724 1.000 3.018
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.018
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.009
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.018
No. Responden 3
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 3.000 1.000 0.500 5.000 1.496 0.211 1.072 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.243 0.730 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143
2 0.333 1.000 0.333 0.143 3.000 0.544 0.077 0.404 B 3.000 1.000 7.000 2.759 0.669 2.013 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429
3 1.000 3.000 1.000 0.143 3.000 1.052 0.148 0.797 C 0.333 0.143 1.000 0.362 0.088 0.264 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429
4 2.000 7.000 7.000 1.000 7.000 3.692 0.520 2.826 Total 4.121 1.000 3.007 Total 4.094 1.000 3.000
5 0.200 0.333 0.333 0.143 1.000 0.316 0.045 0.236 λmaks 3.007 λmaks 3.000
Total 7.100 1.000 5.335 CI 0.004 CI 0.000
λmaks 5.335 CR 0.007 CR 0.000
CI 0.084
CR 0.075

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143 A 1.000 5.000 0.200 1.000 0.207 0.644
B 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 B 0.200 1.000 0.111 0.281 0.058 0.181
C 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 C 5.000 9.000 1.000 3.557 0.735 2.292
Total 3.000 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000 Total 4.838 1.000 3.117
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.117
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.059
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.113

No. Responden 4
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 4.000 0.167 2.000 1.217 0.189 1.147 A 1.000 0.250 0.500 0.500 0.143 0.429 A 1.000 0.250 0.500 0.500 0.143 0.429
2 0.500 1.000 0.500 0.125 2.000 0.574 0.089 0.470 B 4.000 1.000 2.000 2.000 0.571 1.714 B 4.000 1.000 2.000 2.000 0.571 1.714
3 0.250 2.000 1.000 0.250 4.000 0.871 0.135 0.798 C 2.000 0.500 1.000 1.000 0.286 0.857 C 2.000 0.500 1.000 1.000 0.286 0.857
4 6.000 8.000 4.000 1.000 2.000 3.288 0.510 3.049 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 0.500 0.500 0.250 0.500 1.000 0.500 0.078 0.505 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.449 1.000 5.968 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.968 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.242
CR 0.218

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 A 1.000 4.000 2.000 2.000 0.571 1.714 A 1.000 4.000 2.000 2.000 0.571 1.714
B 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 B 0.250 1.000 0.500 0.500 0.143 0.429 B 0.250 1.000 0.500 0.500 0.143 0.429
C 4.000 4.000 1.000 2.520 0.667 2.000 C 0.500 2.000 1.000 1.000 0.286 0.857 C 0.500 2.000 1.000 1.000 0.286 0.857
Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000
No. Responden 5
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.143 0.111 3.000 0.544 0.063 0.327 A 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 A 1.000 0.333 0.333 0.481 0.143 0.429
2 1.000 1.000 0.143 0.111 3.000 0.544 0.063 0.327 B 3.000 1.000 3.000 2.080 0.600 1.800 B 3.000 1.000 1.000 1.442 0.429 1.286
3 7.000 7.000 1.000 0.333 7.000 2.580 0.300 1.594 C 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 C 3.000 1.000 1.000 1.442 0.429 1.286
4 9.000 9.000 3.000 1.000 9.000 4.656 0.541 2.873 Total 3.467 1.000 3.000 Total 3.365 1.000 3.000
5 0.333 0.333 0.143 0.111 1.000 0.281 0.033 0.178 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 8.605 1.000 5.300 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.300 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.075
CR 0.067

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143 A 1.000 5.000 0.333 1.186 0.279 0.855
B 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 B 0.200 1.000 0.143 0.306 0.072 0.220
C 5.000 5.000 1.000 2.924 0.714 2.143 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 C 3.000 7.000 1.000 2.759 0.649 1.989
Total 4.094 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000 Total 4.250 1.000 3.065
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.065
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.032
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.062

No. Responden 6
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 4.000 0.167 2.000 1.217 0.189 1.147 A 1.000 0.250 0.500 0.500 0.143 0.429 A 1.000 0.250 0.500 0.500 0.143 0.429
2 0.500 1.000 0.500 0.125 2.000 0.574 0.089 0.470 B 4.000 1.000 2.000 2.000 0.571 1.714 B 4.000 1.000 2.000 2.000 0.571 1.714
3 0.250 2.000 1.000 0.250 4.000 0.871 0.135 0.798 C 2.000 0.500 1.000 1.000 0.286 0.857 C 2.000 0.500 1.000 1.000 0.286 0.857
4 6.000 8.000 4.000 1.000 2.000 3.288 0.510 3.049 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 0.500 0.500 0.250 0.500 1.000 0.500 0.078 0.505 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.449 1.000 5.968 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.968 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.242
CR 0.218

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 A 1.000 4.000 2.000 2.000 0.571 1.714 A 1.000 4.000 2.000 2.000 0.571 1.714
B 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 B 0.250 1.000 0.500 0.500 0.143 0.429 B 0.250 1.000 0.500 0.500 0.143 0.429
C 4.000 4.000 1.000 2.520 0.667 2.000 C 0.500 2.000 1.000 1.000 0.286 0.857 C 0.500 2.000 1.000 1.000 0.286 0.857
Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000
No. Responden 7
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 3.000 1.000 0.500 5.000 1.496 0.211 1.072 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.243 0.730 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143
2 0.333 1.000 0.333 0.143 3.000 0.544 0.077 0.404 B 3.000 1.000 7.000 2.759 0.669 2.013 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429
3 1.000 3.000 1.000 0.143 3.000 1.052 0.148 0.797 C 0.333 0.143 1.000 0.362 0.088 0.264 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429
4 2.000 7.000 7.000 1.000 7.000 3.692 0.520 2.826 Total 4.121 1.000 3.007 Total 4.094 1.000 3.000
5 0.200 0.333 0.333 0.143 1.000 0.316 0.045 0.236 λmaks 3.007 λmaks 3.000
Total 7.100 1.000 5.335 CI 0.004 CI 0.000
λmaks 5.335 CR 0.007 CR 0.000
CI 0.084
CR 0.075

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143 A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.178 0.540
B 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 B 0.333 1.000 0.111 0.333 0.070 0.213
C 1.000 1.000 1.000 1.000 0.333 1.000 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 C 5.000 9.000 1.000 3.557 0.751 2.276
Total 3.000 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000 Total 4.734 1.000 3.029
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.029
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.015
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.028

No. Responden 8
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.333 0.333 0.333 0.517 0.091 0.455 A 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 A 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600
2 1.000 1.000 0.333 0.333 0.333 0.517 0.091 0.455 B 3.000 1.000 3.000 2.080 0.600 1.800 B 3.000 1.000 3.000 2.080 0.600 1.800
3 3.000 3.000 1.000 1.000 1.000 1.552 0.273 1.364 C 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600 C 1.000 0.333 1.000 0.693 0.200 0.600
4 3.000 3.000 1.000 1.000 1.000 1.552 0.273 1.364 Total 3.467 1.000 3.000 Total 3.467 1.000 3.000
5 3.000 3.000 1.000 1.000 1.000 1.552 0.273 1.364 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 5.690 1.000 5.000 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.000 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.000
CR 0.000

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143 A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600
B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600
C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800
Total 3.467 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000 Total 3.467 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000
No. Responden 9
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 5.000 3.000 0.333 5.000 1.904 0.273 1.480 A 1.000 0.200 0.200 0.342 0.091 0.273 A 1.000 0.200 0.200 0.342 0.091 0.273
2 0.200 1.000 0.333 0.200 3.000 0.525 0.075 0.396 B 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364 B 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364
3 0.333 3.000 1.000 0.333 5.000 1.108 0.159 0.831 C 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364 C 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364
4 3.000 5.000 3.000 1.000 7.000 3.160 0.453 2.409 Total 3.762 1.000 3.000 Total 3.762 1.000 3.000
5 0.200 0.333 0.200 0.143 1.000 0.286 0.041 0.217 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.982 1.000 5.333 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.333 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.083
CR 0.075

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 A 1.000 7.000 7.000 3.659 0.778 2.333 A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.202 0.634
B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 B 0.143 1.000 1.000 0.523 0.111 0.333 B 0.333 1.000 0.200 0.405 0.097 0.305
C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 C 0.143 1.000 1.000 0.523 0.111 0.333 C 5.000 5.000 1.000 2.924 0.701 2.197
Total 3.467 1.000 3.000 Total 4.705 1.000 3.000 Total 4.173 1.000 3.136
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.136
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.068
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.130

No. Responden 10
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 5.000 0.333 5.000 5.000 2.108 0.303 1.730 A 1.000 6.000 3.000 2.621 0.673 2.266 A 1.000 5.000 3.000 2.466 0.657 2.078
2 0.200 1.000 0.200 0.333 5.000 0.582 0.084 0.488 B 0.167 1.000 3.000 0.794 0.204 0.686 B 0.200 1.000 2.000 0.737 0.196 0.621
3 3.000 5.000 1.000 3.000 6.000 3.064 0.441 2.413 C 0.333 0.333 1.000 0.481 0.123 0.416 C 0.333 0.500 1.000 0.550 0.147 0.464
4 0.200 3.000 0.333 1.000 3.000 0.903 0.130 0.716 Total 3.895 1.000 3.367 Total 3.753 1.000 3.163
5 0.200 0.200 0.167 0.333 1.000 0.295 0.042 0.237 λmaks 3.367 λmaks 3.163
Total 6.952 1.000 5.583 CI 0.184 CI 0.082
λmaks 5.583 CR 0.353 CR 0.157
CI 0.146
CR 0.131

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 6.000 3.000 2.621 0.673 2.266 A 1.000 6.000 5.000 3.107 0.702 2.266 A 1.000 5.000 4.000 2.714 0.657 2.113
B 0.167 1.000 3.000 0.794 0.204 0.686 B 0.167 1.000 0.200 0.322 0.073 0.235 B 0.200 1.000 0.200 0.342 0.083 0.266
C 0.333 0.333 1.000 0.481 0.123 0.416 C 0.200 5.000 1.000 1.000 0.226 0.729 C 0.250 5.000 1.000 1.077 0.261 0.838
Total 3.895 1.000 3.367 Total 4.429 1.000 3.231 Total 4.134 1.000 3.217
λmaks 3.367 λmaks 3.231 λmaks 3.217
CI 0.184 CI 0.115 CI 0.109
CR 0.353 CR 0.222 CR 0.209
No. Responden 11
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 3.000 0.143 0.200 0.333 0.491 0.064 0.331 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.243 0.730 A 1.000 5.000 3.000 2.466 0.637 1.935
2 0.333 1.000 0.111 0.143 0.200 0.254 0.033 0.174 B 3.000 1.000 7.000 2.759 0.669 2.013 B 0.200 1.000 0.333 0.405 0.105 0.318
3 7.000 9.000 1.000 3.000 5.000 3.936 0.510 2.691 C 0.333 0.143 1.000 0.362 0.088 0.264 C 0.333 3.000 1.000 1.000 0.258 0.785
4 5.000 7.000 0.333 1.000 3.000 2.036 0.264 1.371 Total 4.121 1.000 3.007 Total 3.872 1.000 3.039
5 3.000 5.000 0.200 0.333 1.000 1.000 0.130 0.675 λmaks 3.007 λmaks 3.039
Total 7.718 1.000 5.243 CI 0.004 CI 0.019
λmaks 5.243 CR 0.007 CR 0.037
CI 0.061
CR 0.055

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 A 1.000 3.000 3.000 2.080 0.600 1.800 A 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429
B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 B 0.333 1.000 1.000 0.693 0.200 0.600 B 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429
C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 C 0.333 1.000 1.000 0.693 0.200 0.600 C 5.000 5.000 1.000 2.924 0.714 2.143
Total 3.467 1.000 3.000 Total 3.467 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000

No. Responden 12
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.500 0.250 0.500 0.574 0.100 0.500 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857
2 1.000 1.000 0.500 0.250 0.500 0.574 0.100 0.500 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714
3 2.000 2.000 1.000 0.500 1.000 1.149 0.200 1.000 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429
4 4.000 4.000 2.000 1.000 2.000 2.297 0.400 2.000 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 2.000 2.000 1.000 0.500 1.000 1.149 0.200 1.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 5.743 1.000 5.000 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.000 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.000
CR 0.000

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 A 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 A 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500
B 0.250 1.000 0.250 0.397 0.111 0.333 B 0.250 1.000 0.250 0.397 0.111 0.333 B 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500
C 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 C 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 C 4.000 4.000 1.000 2.520 0.667 2.000
Total 3.572 1.000 3.000 Total 3.572 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000
No. Responden 13
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 0.167 0.250 0.500 0.530 0.071 0.359 A 1.000 0.200 2.000 0.737 0.172 0.521 A 1.000 0.250 2.000 0.794 0.193 0.580
2 0.500 1.000 0.125 0.167 0.250 0.304 0.041 0.212 B 5.000 1.000 6.000 3.107 0.726 2.199 B 4.000 1.000 6.000 2.884 0.701 2.109
3 6.000 8.000 1.000 4.000 6.000 4.095 0.546 2.910 C 0.500 0.167 1.000 0.437 0.102 0.309 C 0.500 0.167 1.000 0.437 0.106 0.319
4 4.000 6.000 0.250 1.000 2.000 1.644 0.219 1.128 Total 4.281 1.000 3.029 Total 4.115 1.000 3.009
5 2.000 4.000 0.167 0.500 1.000 0.922 0.123 0.627 λmaks 3.029 λmaks 3.009
Total 7.495 1.000 5.237 CI 0.015 CI 0.005
λmaks 5.237 CR 0.028 CR 0.009
CI 0.059
CR 0.053

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750
B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750
C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500
Total 3.175 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.175 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000

No. Responden 14
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 5.000 0.111 0.200 0.333 0.517 0.061 0.347 A 1.000 0.200 0.200 0.342 0.086 0.269 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.258 0.785
2 0.200 1.000 0.111 0.200 0.200 0.245 0.029 0.169 B 5.000 1.000 3.000 2.466 0.618 1.936 B 3.000 1.000 5.000 2.466 0.637 1.935
3 9.000 9.000 1.000 5.000 9.000 5.156 0.605 3.356 C 5.000 0.333 1.000 1.186 0.297 0.931 C 0.333 0.200 1.000 0.405 0.105 0.318
4 5.000 5.000 0.200 1.000 3.000 1.719 0.202 1.083 Total 3.994 1.000 3.136 Total 3.872 1.000 3.039
5 3.000 5.000 0.111 0.333 1.000 0.889 0.104 0.565 λmaks 3.136 λmaks 3.039
Total 8.527 1.000 5.519 CI 0.068 CI 0.019
λmaks 5.519 CR 0.130 CR 0.037
CI 0.130
CR 0.117

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.333 0.333 0.120 0.760 A 1.000 9.000 9.000 4.327 0.818 2.455 A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.188 0.577
B 1.000 1.000 3.000 1.442 0.520 1.721 B 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 B 0.333 1.000 0.143 0.362 0.081 0.248
C 3.000 0.333 1.000 1.000 0.360 0.894 C 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 C 5.000 7.000 1.000 3.271 0.731 2.239
Total 2.776 1.000 3.374 Total 5.288 1.000 3.000 Total 4.477 1.000 3.065
λmaks 3.374 λmaks 3.000 λmaks 3.065
CI 0.187 CI 0.000 CI 0.032
CR 0.360 CR 0.000 CR 0.062
No. Responden 15
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 3.000 0.333 0.200 0.333 0.582 0.086 0.441 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.258 0.785 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.258 0.785
2 0.333 1.000 0.200 0.143 0.200 0.286 0.042 0.219 B 3.000 1.000 5.000 2.466 0.637 1.935 B 3.000 1.000 5.000 2.466 0.637 1.935
3 3.000 5.000 1.000 0.333 1.000 1.380 0.203 1.029 C 0.333 0.200 1.000 0.405 0.105 0.318 C 0.333 0.200 1.000 0.405 0.105 0.318
4 5.000 7.000 3.000 1.000 3.000 3.160 0.466 2.409 Total 3.872 1.000 3.039 Total 3.872 1.000 3.039
5 3.000 5.000 1.000 0.333 1.000 1.380 0.203 1.029 λmaks 3.039 λmaks 3.039
Total 6.787 1.000 5.127 CI 0.019 CI 0.019
λmaks 5.127 CR 0.037 CR 0.037
CI 0.032
CR 0.029

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif alternatif eigen bobot eigen alternatif alternatif eigen bobot eigen
alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor kriteria value A B C vektor kriteria value
A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143 A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600
B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600
C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800
Total 3.467 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000 Total 3.467 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000

No. Responden 16
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 0.250 0.250 0.250 0.500 0.075 0.379 A 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500 A 1.000 0.250 0.500 0.500 0.143 0.429
2 0.500 1.000 0.167 0.125 0.167 0.280 0.042 0.210 B 4.000 1.000 4.000 2.520 0.667 2.000 B 4.000 1.000 2.000 2.000 0.571 1.714
3 4.000 6.000 1.000 0.500 1.000 1.644 0.245 1.236 C 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500 C 2.000 0.500 1.000 1.000 0.286 0.857
4 4.000 8.000 2.000 1.000 2.000 2.639 0.393 2.007 Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 4.000 6.000 1.000 0.500 1.000 1.644 0.245 1.236 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.707 1.000 5.068 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.068 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.017
CR 0.015

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 2.000 0.167 0.693 0.147 0.443
B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 0.500 1.000 0.125 0.397 0.084 0.254
C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 6.000 8.000 1.000 3.634 0.769 2.322
Total 3.175 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 4.724 1.000 3.018
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.018
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.009
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.018
No. Responden 17
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 5.000 0.200 0.167 0.200 0.506 0.076 0.444 A 1.000 5.000 4.000 2.714 0.658 2.283 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.685 2.258
2 0.200 1.000 0.167 0.200 0.200 0.266 0.040 0.222 B 0.200 1.000 6.000 1.063 0.258 0.894 B 0.200 1.000 5.000 1.000 0.234 0.772
3 5.000 6.000 1.000 6.000 0.200 2.048 0.309 2.713 C 0.250 0.167 1.000 0.347 0.084 0.292 C 0.200 0.200 1.000 0.342 0.080 0.264
4 6.000 5.000 0.167 1.000 5.000 1.904 0.287 2.434 Total 4.124 1.000 3.468 Total 4.266 1.000 3.295
5 5.000 5.000 5.000 0.200 1.000 1.904 0.287 2.472 λmaks 3.468 λmaks 3.295
Total 6.628 1.000 8.285 CI 0.234 CI 0.147
λmaks 8.285 CR 0.450 CR 0.283
CI 0.821
CR 0.740

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.693 2.229 A 1.000 4.000 6.000 2.884 0.673 2.130 A 1.000 4.000 6.000 2.884 0.691 2.110
B 0.200 1.000 4.000 0.928 0.220 0.708 B 0.250 1.000 5.000 1.077 0.251 0.795 B 0.250 1.000 3.000 0.909 0.218 0.665
C 0.200 0.250 1.000 0.368 0.087 0.281 C 0.167 0.200 1.000 0.322 0.075 0.238 C 0.167 0.333 1.000 0.382 0.091 0.279
Total 4.221 1.000 3.217 Total 4.284 1.000 3.163 Total 4.175 1.000 3.054
λmaks 3.217 λmaks 3.163 λmaks 3.054
CI 0.109 CI 0.082 CI 0.027
CR 0.209 CR 0.157 CR 0.052

No. Responden 18
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 0.333 0.125 0.200 3.000 0.478 0.058 0.304 A 1.000 0.333 0.200 0.405 0.105 0.318 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143
2 3.000 1.000 0.200 0.333 5.000 1.000 0.122 0.634 B 3.000 1.000 0.333 1.000 0.258 0.785 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429
3 8.000 5.000 1.000 7.000 8.000 4.678 0.570 3.426 C 5.000 3.000 1.000 2.466 0.637 1.935 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429
4 5.000 3.000 0.143 1.000 9.000 1.807 0.220 1.229 Total 3.872 1.000 3.039 Total 4.094 1.000 3.000
5 0.333 0.200 0.125 0.111 1.000 0.247 0.030 0.170 λmaks 3.039 λmaks 3.000
Total 8.211 1.000 5.764 CI 0.019 CI 0.000
λmaks 5.764 CR 0.037 CR 0.000
CI 0.191
CR 0.172

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429 A 1.000 9.000 9.000 4.327 0.818 2.455 A 1.000 7.000 5.000 3.271 0.731 2.239
B 1.000 1.000 0.200 0.585 0.143 0.429 B 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 B 0.143 1.000 0.333 0.362 0.081 0.248
C 5.000 5.000 1.000 2.924 0.714 2.143 C 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 C 0.200 3.000 1.000 0.843 0.188 0.577
Total 4.094 1.000 3.000 Total 5.288 1.000 3.000 Total 4.477 1.000 3.065
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.065
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.032
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.062
No. Responden 19
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 5.000 0.111 0.200 0.333 0.517 0.061 0.347 A 1.000 0.200 0.200 0.342 0.086 0.269 A 1.000 9.000 9.000 4.327 0.818 2.455
2 0.200 1.000 0.111 0.200 0.200 0.245 0.029 0.169 B 5.000 1.000 3.000 2.466 0.618 1.936 B 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273
3 9.000 9.000 1.000 5.000 9.000 5.156 0.605 3.356 C 5.000 0.333 1.000 1.186 0.297 0.931 C 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273
4 5.000 5.000 0.200 1.000 3.000 1.719 0.202 1.083 Total 3.994 1.000 3.136 Total 5.288 1.000 3.000
5 3.000 5.000 0.111 0.333 1.000 0.889 0.104 0.565 λmaks 3.136 λmaks 3.000
Total 8.527 1.000 5.519 CI 0.068 CI 0.000
λmaks 5.519 CR 0.130 CR 0.000
CI 0.130
CR 0.117

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.188 0.577 A 1.000 9.000 9.000 4.327 0.818 2.455 A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.188 0.577
B 0.333 1.000 0.143 0.362 0.081 0.248 B 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 B 0.333 1.000 0.143 0.362 0.081 0.248
C 5.000 7.000 1.000 3.271 0.731 2.239 C 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 C 5.000 7.000 1.000 3.271 0.731 2.239
Total 4.477 1.000 3.065 Total 5.288 1.000 3.000 Total 4.477 1.000 3.065
λmaks 3.065 λmaks 3.000 λmaks 3.065
CI 0.032 CI 0.000 CI 0.032
CR 0.062 CR 0.000 CR 0.062

No. Responden 20
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.250 0.250 1.000 0.574 0.100 0.530 A 1.000 0.250 2.000 0.794 0.193 0.580 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000
2 1.000 1.000 0.250 0.250 1.000 0.574 0.100 0.530 B 4.000 1.000 6.000 2.884 0.701 2.109 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500
3 4.000 4.000 1.000 1.000 0.250 1.320 0.229 1.468 C 0.500 0.167 1.000 0.437 0.106 0.319 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500
4 4.000 4.000 1.000 1.000 4.000 2.297 0.398 2.118 Total 4.115 1.000 3.009 Total 3.780 1.000 3.000
5 1.000 1.000 4.000 0.250 1.000 1.000 0.173 1.388 λmaks 3.009 λmaks 3.000
Total 5.766 1.000 6.032 CI 0.005 CI 0.000
λmaks 6.032 CR 0.009 CR 0.000
CI 0.258
CR 0.233

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 A 1.000 6.000 8.000 3.634 0.773 2.403 A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750
B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 B 0.167 1.000 0.500 0.437 0.093 0.289 B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750
C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500 C 0.125 2.000 1.000 0.630 0.134 0.416 C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500
Total 3.175 1.000 3.000 Total 4.701 1.000 3.108 Total 3.175 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.108 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.054 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.104 CR 0.000
No. Responden 21
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 3.000 5.000 0.333 3.000 1.719 0.259 1.333 A 1.000 0.200 0.333 0.405 0.105 0.318 A 1.000 0.200 0.200 0.342 0.091 0.273
2 0.333 1.000 3.000 0.333 0.333 0.644 0.097 0.556 B 5.000 1.000 3.000 2.466 0.637 1.935 B 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364
3 0.200 0.333 1.000 0.143 1.000 0.394 0.059 0.321 C 3.000 0.333 1.000 1.000 0.258 0.785 C 5.000 1.000 1.000 1.710 0.455 1.364
4 3.000 3.000 7.000 1.000 5.000 3.160 0.476 2.504 Total 3.872 1.000 3.039 Total 3.762 1.000 3.000
5 0.333 3.000 1.000 0.200 1.000 0.725 0.109 0.641 λmaks 3.039 λmaks 3.000
Total 6.642 1.000 5.355 CI 0.019 CI 0.000
λmaks 5.355 CR 0.037 CR 0.000
CI 0.089
CR 0.080

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 A 1.000 7.000 3.000 2.759 0.649 1.989 A 1.000 5.000 0.200 1.000 0.207 0.644
B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 B 0.143 1.000 0.200 0.306 0.072 0.220 B 0.200 1.000 0.111 0.281 0.058 0.181
C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 C 0.333 5.000 1.000 1.186 0.279 0.855 C 5.000 9.000 1.000 3.557 0.735 2.292
Total 3.467 1.000 3.000 Total 4.250 1.000 3.065 Total 4.838 1.000 3.117
λmaks 3.000 λmaks 3.065 λmaks 3.117
CI 0.000 CI 0.032 CI 0.059
CR 0.000 CR 0.062 CR 0.113

No. Responden 22
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 0.250 0.500 0.500 0.660 0.107 0.538 A 1.000 0.250 2.000 0.794 0.193 0.580 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000
2 0.500 1.000 0.167 0.250 0.250 0.349 0.057 0.286 B 4.000 1.000 6.000 2.884 0.701 2.109 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500
3 4.000 6.000 1.000 2.000 2.000 2.491 0.406 2.037 C 0.500 0.167 1.000 0.437 0.106 0.319 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500
4 2.000 4.000 0.500 1.000 1.000 1.320 0.215 1.075 Total 4.115 1.000 3.009 Total 3.780 1.000 3.000
5 2.000 4.000 0.500 1.000 1.000 1.320 0.215 1.075 λmaks 3.009 λmaks 3.000
Total 6.140 1.000 5.011 CI 0.005 CI 0.000
λmaks 5.011 CR 0.009 CR 0.000
CI 0.003
CR 0.002

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 2.000 0.500 1.000 0.286 0.857
B 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 0.500 1.000 0.250 0.500 0.143 0.429
C 4.000 4.000 1.000 2.520 0.667 2.000 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 2.000 4.000 1.000 2.000 0.571 1.714
Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000
No. Responden 23
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 0.250 0.500 0.500 0.660 0.107 0.538 A 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500 A 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500
2 0.500 1.000 0.167 0.250 0.250 0.349 0.057 0.286 B 4.000 1.000 4.000 2.520 0.667 2.000 B 4.000 1.000 4.000 2.520 0.667 2.000
3 4.000 6.000 1.000 2.000 2.000 2.491 0.406 2.037 C 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500 C 1.000 0.250 1.000 0.630 0.167 0.500
4 2.000 4.000 0.500 1.000 1.000 1.320 0.215 1.075 Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000
5 2.000 4.000 0.500 1.000 1.000 1.320 0.215 1.075 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.140 1.000 5.011 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.011 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.003
CR 0.002

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 2.000 0.500 1.000 0.286 0.857
B 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 0.500 1.000 0.250 0.500 0.143 0.429
C 4.000 4.000 1.000 2.520 0.667 2.000 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 2.000 4.000 1.000 2.000 0.571 1.714
Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000

No. Responden 24
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 3.000 0.200 0.200 0.200 0.474 0.069 0.379 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.258 0.785 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.258 0.785
2 0.333 1.000 0.200 0.200 0.200 0.306 0.044 0.245 B 3.000 1.000 5.000 2.466 0.637 1.935 B 3.000 1.000 5.000 2.466 0.637 1.935
3 5.000 5.000 1.000 0.200 0.333 1.108 0.161 0.918 C 0.333 0.200 1.000 0.405 0.105 0.318 C 0.333 0.200 1.000 0.405 0.105 0.318
4 5.000 5.000 5.000 1.000 1.000 2.627 0.381 2.097 Total 3.872 1.000 3.039 Total 3.872 1.000 3.039
5 5.000 5.000 3.000 1.000 1.000 2.371 0.344 1.775 λmaks 3.039 λmaks 3.039
Total 6.885 1.000 5.414 CI 0.019 CI 0.019
λmaks 5.414 CR 0.037 CR 0.037
CI 0.103
CR 0.093

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 A 1.000 5.000 5.000 2.924 0.714 2.143 A 1.000 5.000 0.200 1.000 0.218 0.695
B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 B 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 B 0.200 1.000 0.143 0.306 0.067 0.213
C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 C 0.200 1.000 1.000 0.585 0.143 0.429 C 5.000 7.000 1.000 3.271 0.715 2.275
Total 3.467 1.000 3.000 Total 4.094 1.000 3.000 Total 4.577 1.000 3.183
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.183
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.091
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.176
No. Responden 25
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.500 0.250 0.250 0.500 0.083 0.417 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857
2 1.000 1.000 0.500 0.250 0.250 0.500 0.083 0.417 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714
3 2.000 2.000 1.000 0.500 0.500 1.000 0.167 0.833 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429
4 4.000 4.000 2.000 1.000 1.000 2.000 0.333 1.667 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 4.000 4.000 2.000 1.000 1.000 2.000 0.333 1.667 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.000 1.000 5.000 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.000 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.000
CR 0.000

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 6.000 0.500 1.442 0.340 1.027
B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 0.167 1.000 0.125 0.275 0.065 0.196
C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 2.000 8.000 1.000 2.520 0.595 1.795
Total 3.175 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 4.237 1.000 3.018
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.018
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.009
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.018

No. Responden 26
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.500 0.250 0.250 0.500 0.083 0.417 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857
2 1.000 1.000 0.500 0.250 0.250 0.500 0.083 0.417 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714
3 2.000 2.000 1.000 0.500 0.500 1.000 0.167 0.833 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429
4 4.000 4.000 2.000 1.000 1.000 2.000 0.333 1.667 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 4.000 4.000 2.000 1.000 1.000 2.000 0.333 1.667 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 6.000 1.000 5.000 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.000 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.000
CR 0.000

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 6.000 0.500 1.442 0.340 1.027
B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 0.167 1.000 0.125 0.275 0.065 0.196
C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 2.000 8.000 1.000 2.520 0.595 1.795
Total 3.175 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 4.237 1.000 3.018
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.018
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.009
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.018
No. Responden 27
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 5.000 0.111 0.200 0.333 0.517 0.061 0.347 A 1.000 0.200 0.200 0.342 0.086 0.269 A 1.000 0.333 3.000 1.000 0.258 0.785
2 0.200 1.000 0.111 0.200 0.200 0.245 0.029 0.169 B 5.000 1.000 3.000 2.466 0.618 1.936 B 3.000 1.000 5.000 2.466 0.637 1.935
3 9.000 9.000 1.000 5.000 9.000 5.156 0.605 3.356 C 5.000 0.333 1.000 1.186 0.297 0.931 C 0.333 0.200 1.000 0.405 0.105 0.318
4 5.000 5.000 0.200 1.000 3.000 1.719 0.202 1.083 Total 3.994 1.000 3.136 Total 3.872 1.000 3.039
5 3.000 5.000 0.111 0.333 1.000 0.889 0.104 0.565 λmaks 3.136 λmaks 3.039
Total 8.527 1.000 5.519 CI 0.068 CI 0.019
λmaks 5.519 CR 0.130 CR 0.037
CI 0.130
CR 0.117

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 A 1.000 9.000 9.000 4.327 0.818 2.455 A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.188 0.577
B 1.000 1.000 0.333 0.693 0.200 0.600 B 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 B 0.333 1.000 0.143 0.362 0.081 0.248
C 3.000 3.000 1.000 2.080 0.600 1.800 C 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 C 5.000 7.000 1.000 3.271 0.731 2.239
Total 3.467 1.000 3.000 Total 5.288 1.000 3.000 Total 4.477 1.000 3.065
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.065
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.032
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.062

No. Responden 28
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 1.000 0.500 0.250 0.500 0.574 0.100 0.500 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857
2 1.000 1.000 0.500 0.250 0.500 0.574 0.100 0.500 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714
3 2.000 2.000 1.000 0.500 1.000 1.149 0.200 1.000 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429
4 4.000 4.000 2.000 1.000 2.000 2.297 0.400 2.000 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 2.000 2.000 1.000 0.500 1.000 1.149 0.200 1.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 5.743 1.000 5.000 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.000 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.000
CR 0.000

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 A 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 A 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500
B 0.250 1.000 0.250 0.397 0.111 0.333 B 0.250 1.000 0.250 0.397 0.111 0.333 B 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500
C 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 C 1.000 4.000 1.000 1.587 0.444 1.333 C 4.000 4.000 1.000 2.520 0.667 2.000
Total 3.572 1.000 3.000 Total 3.572 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000
No. Responden 29
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 5.000 0.111 0.200 0.333 0.517 0.061 0.347 A 1.000 0.200 0.200 0.342 0.086 0.269 A 1.000 9.000 9.000 4.327 0.818 2.455
2 0.200 1.000 0.111 0.200 0.200 0.245 0.029 0.169 B 5.000 1.000 3.000 2.466 0.618 1.936 B 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273
3 9.000 9.000 1.000 5.000 9.000 5.156 0.605 3.356 C 5.000 0.333 1.000 1.186 0.297 0.931 C 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273
4 5.000 5.000 0.200 1.000 3.000 1.719 0.202 1.083 Total 3.994 1.000 3.136 Total 5.288 1.000 3.000
5 3.000 5.000 0.111 0.333 1.000 0.889 0.104 0.565 λmaks 3.136 λmaks 3.000
Total 8.527 1.000 5.519 CI 0.068 CI 0.000
λmaks 5.519 CR 0.130 CR 0.000
CI 0.130
CR 0.117

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.188 0.577 A 1.000 9.000 9.000 4.327 0.818 2.455 A 1.000 3.000 0.200 0.843 0.188 0.577
B 0.333 1.000 0.143 0.362 0.081 0.248 B 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 B 0.333 1.000 0.143 0.362 0.081 0.248
C 5.000 7.000 1.000 3.271 0.731 2.239 C 0.111 1.000 1.000 0.481 0.091 0.273 C 5.000 7.000 1.000 3.271 0.731 2.239
Total 4.477 1.000 3.065 Total 5.288 1.000 3.000 Total 4.477 1.000 3.065
λmaks 3.065 λmaks 3.000 λmaks 3.065
CI 0.032 CI 0.000 CI 0.032
CR 0.062 CR 0.000 CR 0.062

No. Responden 30
Perbandingan antar faktor/kriteria Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 1 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 2
kriteria eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
kriteria alternatif alternatif
1 2 3 4 5 vektor kriteria value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
1 1.000 2.000 0.250 0.167 0.167 0.425 0.060 0.302 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857 A 1.000 0.500 2.000 1.000 0.286 0.857
2 0.500 1.000 0.167 0.125 0.125 0.265 0.037 0.188 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714 B 2.000 1.000 4.000 2.000 0.571 1.714
3 4.000 6.000 1.000 0.500 0.500 1.431 0.201 1.015 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429 C 0.500 0.250 1.000 0.500 0.143 0.429
4 6.000 8.000 2.000 1.000 1.000 2.491 0.351 1.762 Total 3.500 1.000 3.000 Total 3.500 1.000 3.000
5 6.000 8.000 2.000 1.000 1.000 2.491 0.351 1.762 λmaks 3.000 λmaks 3.000
Total 7.104 1.000 5.029 CI 0.000 CI 0.000
λmaks 5.029 CR 0.000 CR 0.000
CI 0.007
CR 0.006

Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 3 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 4 Perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria 5
alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen alternatif eigen bobot eigen
alternatif alternatif alternatif
A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value A B C vektor alternatif value
A 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 A 1.000 4.000 4.000 2.520 0.667 2.000 A 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500
B 1.000 1.000 0.500 0.794 0.250 0.750 B 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 B 1.000 1.000 0.250 0.630 0.167 0.500
C 2.000 2.000 1.000 1.587 0.500 1.500 C 0.250 1.000 1.000 0.630 0.167 0.500 C 4.000 4.000 1.000 2.520 0.667 2.000
Total 3.175 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000 Total 3.780 1.000 3.000
λmaks 3.000 λmaks 3.000 λmaks 3.000
CI 0.000 CI 0.000 CI 0.000
CR 0.000 CR 0.000 CR 0.000

Keterangan:
Kriteria 1: Material Alternatif A: Menambah SDM
Kriteria 2: Peralatan Alternatif B: Menambah jam kerja
Kriteria 3: Biaya Alternatif C: Kontrak spesialis
Kriteria 4: Sumber daya manusia
Kriteria 5: Metode Pelaksanaan
LAMPIRAN D

Bobot Rata-Rata
Bobot Rata-Rata
Lampiran ini berisikan bobot rata-rata perbandingan antar faktor/kriteria dan perbandingan antar alternatif unuk tiap faktor/kriteria.

1. Bobot Faktor/Kriteria
Responden Total Bobot
Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 bobot rata-rata

Kriteria - 1 0.063 0.067 0.211 0.189 0.063 0.189 0.211 0.091 0.273 0.303 0.064 0.100 0.071 0.061 0.086 0.075 0.076 0.058 0.061 0.100 0.259 0.107 0.107 0.069 0.083 0.083 0.061 0.100 0.061 0.060 3.400 0.113 4
Kriteria - 2 0.063 0.041 0.077 0.089 0.063 0.089 0.077 0.091 0.075 0.084 0.033 0.100 0.041 0.029 0.042 0.042 0.040 0.122 0.029 0.100 0.097 0.057 0.057 0.044 0.083 0.083 0.029 0.100 0.029 0.037 1.942 0.065 5
Bobot
Kriteria - 3 0.300 0.239 0.148 0.135 0.300 0.135 0.148 0.273 0.159 0.441 0.510 0.200 0.546 0.605 0.203 0.245 0.309 0.570 0.605 0.229 0.059 0.406 0.406 0.161 0.167 0.167 0.605 0.200 0.605 0.201 9.274 0.309 2
kriteria
Kriteria - 4 0.541 0.415 0.520 0.510 0.541 0.510 0.520 0.273 0.453 0.130 0.264 0.400 0.219 0.202 0.466 0.393 0.287 0.220 0.202 0.398 0.476 0.215 0.215 0.381 0.333 0.333 0.202 0.400 0.202 0.351 10.571 0.352 1
Kriteria - 5 0.033 0.239 0.045 0.078 0.033 0.078 0.045 0.273 0.041 0.042 0.130 0.200 0.123 0.104 0.203 0.245 0.287 0.030 0.104 0.173 0.109 0.215 0.215 0.344 0.333 0.333 0.104 0.200 0.104 0.351 4.814 0.160 3
Konsistensi Kriteria 6.7% 0.7% 7.5% 21.8% 6.7% 21.8% 7.5% 0.0% 7.5% 13.1% 5.5% 0.0% 5.3% 11.7% 2.9% 1.5% 74.0% 17.2% 11.7% 23.3% 8.0% 0.2% 0.2% 9.3% 0.0% 0.0% 11.7% 0.0% 11.7% 0.6% Jumlah 1.00

2. Bobot Alternatif untuk Kriteria 1


Responden Total Bobot
Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 bobot rata-rata

Alternatif - A 0.200 0.167 0.243 0.143 0.200 0.143 0.243 0.200 0.091 0.673 0.243 0.286 0.172 0.086 0.258 0.167 0.658 0.105 0.086 0.193 0.105 0.193 0.167 0.258 0.286 0.286 0.086 0.286 0.086 0.286 6.591 0.220 2
Bobot
Alternatif - B 0.600 0.667 0.669 0.571 0.600 0.571 0.669 0.600 0.455 0.204 0.669 0.571 0.726 0.618 0.637 0.667 0.258 0.258 0.618 0.701 0.637 0.701 0.667 0.637 0.571 0.571 0.618 0.571 0.618 0.571 17.491 0.583 1
alternatif
Alternatif - C 0.200 0.167 0.088 0.286 0.200 0.286 0.088 0.200 0.455 0.123 0.088 0.143 0.102 0.297 0.105 0.167 0.084 0.637 0.297 0.106 0.258 0.106 0.167 0.105 0.143 0.143 0.297 0.143 0.297 0.143 5.918 0.197 3
Konsistensi Alternatif 0.0% 0.0% 0.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.7% 0.0% 0.0% 35.3% 0.7% 0.0% 2.8% 13.0% 3.7% 0.0% 45.0% 3.7% 13.0% 0.9% 3.7% 0.9% 0.0% 3.7% 0.0% 0.0% 13.0% 0.0% 13.0% 0.0% Jumlah 1.00

3. Bobot Alternatif untuk Kriteria 2


Responden Total Bobot
Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 bobot rata-rata

Alternatif - A 0.143 0.143 0.714 0.143 0.143 0.143 0.714 0.200 0.091 0.657 0.637 0.286 0.193 0.258 0.258 0.143 0.685 0.714 0.818 0.667 0.091 0.667 0.167 0.258 0.286 0.286 0.258 0.286 0.818 0.286 11.152 0.372 2
Bobot
Alternatif - B 0.429 0.571 0.143 0.571 0.429 0.571 0.143 0.600 0.455 0.196 0.105 0.571 0.701 0.637 0.637 0.571 0.234 0.143 0.091 0.167 0.455 0.167 0.667 0.637 0.571 0.571 0.637 0.571 0.091 0.571 12.904 0.430 1
alternatif
Alternatif - C 0.429 0.286 0.143 0.286 0.429 0.286 0.143 0.200 0.455 0.147 0.258 0.143 0.106 0.105 0.105 0.286 0.080 0.143 0.091 0.167 0.455 0.167 0.167 0.105 0.143 0.143 0.105 0.143 0.091 0.143 5.944 0.198 3
Konsistensi Alternatif 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 15.7% 3.7% 0.0% 0.9% 3.7% 3.7% 0.0% 28.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 3.7% 0.0% 0.0% 3.7% 0.0% 0.0% 0.0% Jumlah 1.00

4. Bobot Alternatif untuk Kriteria 3


Responden Total Bobot
Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 bobot rata-rata

Alternatif - A 0.143 0.250 0.333 0.167 0.143 0.167 0.333 0.200 0.200 0.673 0.200 0.444 0.250 0.120 0.200 0.250 0.693 0.143 0.188 0.250 0.200 0.167 0.167 0.200 0.250 0.250 0.200 0.444 0.188 0.250 7.663 0.255 2
Bobot
Alternatif - B 0.143 0.250 0.333 0.167 0.143 0.167 0.333 0.200 0.200 0.204 0.200 0.111 0.250 0.520 0.200 0.250 0.220 0.143 0.081 0.250 0.200 0.167 0.167 0.200 0.250 0.250 0.200 0.111 0.081 0.250 6.239 0.208 3
alternatif
Alternatif - C 0.714 0.500 0.333 0.667 0.714 0.667 0.333 0.600 0.600 0.123 0.600 0.444 0.500 0.360 0.600 0.500 0.087 0.714 0.731 0.500 0.600 0.667 0.667 0.600 0.500 0.500 0.600 0.444 0.731 0.500 16.097 0.537 1
Konsistensi Alternatif 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.000 0.0% 0.0% 0.0% 35.3% 0.0% 0.0% 0.0% 36.0% 0.000 0.0% 20.9% 0.0% 6.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 6.2% 0.0% Jumlah 1.00
5. Bobot Alternatif untuk Kriteria 4
Responden Total Bobot
Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 bobot rata-rata

Alternatif - A 0.714 0.667 0.714 0.571 0.714 0.571 0.714 0.714 0.778 0.702 0.600 0.444 0.667 0.818 0.714 0.667 0.673 0.818 0.818 0.773 0.649 0.667 0.667 0.714 0.667 0.667 0.818 0.286 0.086 0.667 19.740 0.658 1
Bobot
Alternatif - B 0.143 0.167 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.111 0.073 0.200 0.111 0.167 0.091 0.143 0.167 0.251 0.091 0.091 0.093 0.072 0.167 0.167 0.143 0.167 0.167 0.091 0.571 0.618 0.167 5.083 0.169 3
alternatif
Alternatif - C 0.143 0.167 0.143 0.286 0.143 0.286 0.143 0.143 0.111 0.226 0.200 0.444 0.167 0.091 0.143 0.167 0.075 0.091 0.091 0.134 0.279 0.167 0.167 0.143 0.167 0.167 0.091 0.143 0.297 0.167 5.178 0.173 2
Konsistensi Alternatif 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.000 0.0% 0.0% 0.0% 22.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 15.7% 0.0% 0.0% 10.4% 6.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% Jumlah 1.00

6. Bobot Alternatif untuk Kriteria 5


Responden Total Bobot
Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 bobot rata-rata

Alternatif - A 0.279 0.147 0.207 0.571 0.279 0.571 0.178 0.200 0.202 0.657 0.143 0.167 0.250 0.188 0.200 0.147 0.691 0.731 0.188 0.250 0.207 0.286 0.286 0.218 0.340 0.340 0.188 0.167 0.188 0.167 8.633 0.288 2
Bobot
Alternatif - B 0.072 0.084 0.058 0.143 0.072 0.143 0.070 0.200 0.097 0.083 0.143 0.167 0.250 0.081 0.200 0.084 0.218 0.081 0.081 0.250 0.058 0.143 0.143 0.067 0.065 0.065 0.081 0.167 0.081 0.167 3.612 0.120 3
alternatif
Alternatif - C 0.649 0.769 0.735 0.286 0.649 0.286 0.751 0.600 0.701 0.261 0.714 0.667 0.500 0.731 0.600 0.769 0.091 0.188 0.731 0.500 0.735 0.571 0.571 0.715 0.595 0.595 0.731 0.667 0.731 0.667 17.755 0.592 1
Konsistensi Alternatif 6.2% 1.8% 11.3% 0.0% 6.2% 0.0% 2.8% 0.0% 13.0% 20.9% 0.0% 0.0% 0.0% 6.2% 0.0% 1.8% 5.2% 6.2% 6.2% 0.0% 11.3% 0.0% 0.0% 17.6% 1.8% 1.8% 6.2% 0.0% 6.2% 0.0% Jumlah 1.00
LAMPIRAN E

Sintesis Bobot Keseluruhan


Sintesa Bobot Keseluruhan
Lampiran ini berisikan sintesa bobot secara keseluruhan dari bobot rata-rata responden.

Sintesa bobot keseluruhan


Bobot Faktor/Kriteria
1 2 3 4 5 Bobot Keseluruhan Peringkat
0.113 0.065 0.309 0.352 0.160
A 0.220 0.372 0.255 0.658 0.288 0.406 1
Bobot
B 0.583 0.430 0.208 0.169 0.120 0.237 3
Alternatif
C 0.197 0.198 0.537 0.173 0.592 0.357 2

Keterangan:
Kriteria 1: Material Alternatif A: Menambah SDM
Kriteria 2: Peralatan Alternatif B: Menambah jam kerja
Kriteria 3: Biaya Alternatif C: Kontrak spesialis
Kriteria 4: Sumber daya manusia
Kriteria 5: Metode Pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai