Oleh:
YOGI CAHYO UTOMO
NIM. 181010800429
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Industri
Oleh:
YOGI CAHYO UTOMO
NIM. 181010800429
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya bersedia
menerima konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar.
Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksekutif ini Universitas Pamulang menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (data base),
mendistribusikannya/mempublikasikanya di internet atau media lain untuk
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Yang menyatakan,
NIM : 181010800429
Nama : YOGI CAHYO UTOMO
Program Studi : Teknik Industri
Fakultas : Teknik
Jenjang Pendidikan : STRATA 1
Judul Skripsi : “ANALISIS PENGENDALIAN WAKTU DAN
BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN WORKSHOP
DENGAN METODE CRITICAL PATH METHOD
(CPM) DAN PROGRAM EVALUATION AND
REVIEW TECHNIQUE (PERT) PADA PT. BAYU
AJI INTERBUANA”
Pemmm pemmm
Nidn nidn
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Industri
Selesainya suatu proyek infrastruktur tepat waktu dan biaya menjadi suatu
prioritas yang utama, dalam faktor waktu dan sumber daya manusia
mempengaruhi biaya oprasional khususnya pada biaya pekerja. Pemersalahan
yang sering terjadi yaitu waktu keterlambatan proyek yang disebabkan kurang
tepatnya perencanaan dan pengendalian yang mengakibatkan kegagalan pada
proyek yang berdampak pada pemilik proyek dan sumber daya manusia yang
trlibat dalam proyek tersebut. Perencanaan proyek yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik proyek sangat diperlukan untuk menghadapi masalah ketidakpastian
kondisi suatu proyek sehingga penjadwalan pelaksanaan suatu proyek dapat
dilaksanakan dengan waktu dan biaya yang efesien.
Berkaitan dengan Tabel 1.1 di atas maka dalam pembangunan proyek pondasi
dan peninggian lantai workshop PT. Amarta Karya (Persero) perlu di analisa
menggunakan metode PERT (Project Evaluation and Review Technique) dan
CPM (Critical Path Method), guna memastikan PT. Bayu Aji Interbuana selalu
mengalami masalah pada penyelesaian proyek yang berkaitan dengan waktu
penyelesaian dan mengingatkan biaya proyek.
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya keterlambatan
pada pembangunan proyek pondasi dan peninggian lantai workshop PT.
Amarta Karya (Persero)?
2. Mengetahui berapa banyak lintasan kritis yang terjadi pada proyek pondasi dan
peninggian lantai workshop PT. Amarta Karya (Persero)?
3. Mengetahui bagaimana probabilitas selesainya proyek pondasi dan peninggian
lantai workshop PT. Amarta Karya (Persero)?
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang
mendasari pentingnya diadakan penelitian, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang
diharapkan dan sistematika penulisan.
Sasaran proyek dapat diukur dari indikator kinerja biaya, mutu, waktu,
serta keselamatan kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu
seluruh alokasi sumber daya manusia, peralatan,material, serta biaya yang sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan. Semua ini diselaraskan dengan sasaran dan
tujuan proyek sebagai berikut (Agus B. Siswanto & M. Afif Salim, 2019:1-10).
1. Manajemen Biaya
Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek
yang dibuat dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan seperti di
bawah ini.
a. Kurva S, selain dapat mengetahuo progres waktu proyek, kurva S berguna
juga untuk mengendalikan kinerja biaya, hal ini duitunjukkan dari bobot
pengeluaran kumulatif masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan
membandingkannya dengan baseline periode tertentu sesuai dengan
kemajuan aktual proyek.
b. Diagram Cash Flow, diagram yang menunjukkan rencana aliran
pengeluaran dan pemasukan biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini
diharapkan dapat mengendalikan keseluruhan biaya proyek secara detail
sehingga tidak mengganggu keseimbngan kas proyek.
c. Kurva Earned Value yang menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan
pada baseline tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek. Bila ada
indikasi biaya yang dikeluarkan melebihi rencana, maka biaya itu dikoreksi
dengan melakukan penjadwalan ulang dan meramalkan seberapa besar biaya
yang harus dikeluarkan sampai akhir proyek karena penyimpangan tersebut.
d. Balance Sheet, yang menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keuangan
perusahaan selama periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang
telah dikerjakan beserta aset-aset yang dimiliki perusahaan.
2. Manajemen Mutu Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan
melakukan proses berdasarkan kriteria material atau kerja yang telah
ditetapkan hingga didapat standar produk akhir, dapat pula dengan melaukukan
suatu proses prosedur kerja yang berbentuk sistem mutu hingga didapat standar
sistem mutu terhadap produk akhir. Pengendalian tiap-tiap proses (quality
control) dimaksudkan untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh
sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diterapkan.
a. Mendapatkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dengan menjalankan
prosedur sebagai bagian dari keseluruhan sistem untuk mendapatkan produk
akhir yang sesuai dengan yang direncanakan. Prinsip-prinsip dasar yang
dilakukan adalah membuat dan menulis perencanaan (say what you do),
melaksanakan dan mengendalikan sesuai rencana (what you say) serta
mencatat apa yang telah dilakukan (record what you did).
b. Sedangkan untuk melengkapi persyaratan sistem mutu diatas sehingga
didapat mutu terbaik terhadap standar produk akhir, dilakukan dengan cara
membuat gambar kerja yang detail dan akurat, lalu membuat spesifikasi
umum dan teknis terhadap pekerjaan dan material yang digunakan.
c. Untuk pengendalian selama pelaksanaan proyek, jadwal pengiriman
material harus tepat waktu, proses penyimpanan material aman dan
terlindung, selain itu dibuatkan format standar prosedur operasinya
mengikuti spesifikasi yang telah ditetapkan dalam penggunaan materialnya.
d. Melengkapi pengendalian kinerja mutu dapat dilakukan dengan membuat
prosedur dan instruksi kerja dari total quality control (Pengendalian Mutu
Terpadu), yaitu dengan melakukan kegiatan perencanaan (plan),
pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), tindakan koreksi (corrective action).
3. Manajemen Waktu, Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh
tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari
semua informasi dan data yang telah diperoleh, dilakukan proses penjadwalan
sehingga akan ada output berupa format-format laporan lengkap mengenai
indikator progres waktu, sebagai berikut :
a. Barchart, diagram batang yang secara sederhana dapat menunjukkan
informasi rencana jadwal proyek beserta durasinya, lalu dibandingkan
dengan progres aktual sehingga diketahui apakah proyek terlambat atau
tidak.
b. Network Planning, sebagai jaringan kerja berbagai kegiatan dapat
menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis yang membutuhkan pengawasan ketat
agar pelaksanaannya tidak keterlambatan. Format Network Planning juga
digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang longgar waktu
penyelesaiannya berdasarkan total float-nya, sehingga kesemua itu dapat
digunakan untuk memperbaiki jadwal dan agar alokasi sumber dayanya
menjadi lebih efektif serta efisien.
c. Kurva S, yang berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Hal ini
ditunjukkan dari bobot penyelesaian kumulatif masing-masing kegiatan
dibandingkan dengan keadaan aktual, sehingga apakah proyek terlambat
atau tidak dapat dikontrol dengan memberikan baseline pada periode
tertentu.
d. Kurva Earned Value yang dapat menyatakan progres waktu berdasarkan
baseline yang telah ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan
kemajuan aktual proyek. Bila ada indikasi waktu terlambat dari yang
direncanakan, maka hal itu dapat dikoreksi dengan menjadwal ulang proyek
dan meramalkan seberapa lama durasi yang diperlukan untuk penyelesaian
proyek karena penyimpangan tersebut, serta dengan menambah jumlah
tenaga kerja waktu bergantian.
Ruang lingkup dari manajemen proyek ini berguna agar setiap kegiatan
yang ada di dalam proyek lebih terfokus dan dapat dilakukan secara efektif dan
efisien. Hal-hal yang termasuk ke dalam domain ruang lingkup manajemen
proyek adalah sebagai berikut (Ruslan, 2019):
1. Waktu proyek dimulai.
2. Perencanaan lingkup proyek.
3. Pendefinisian ruang lingkup proyek.
4. Verifikasi proyek dan kontrol ketika proyek sedang dijalankan.
2.1.3 Metode CPM (Critical Path Method)
Analisis jalur kritis atau Critical Path Method (CPM) adalah alogaritma
berbasis matematika untuk menjadwalkan sekelompok aktivitas proyek. CPM
dikembangkan tahun 1 950-an oleh Morgan R. Walker dari DuPont dan James E
Kelley, J dari Remington Rand. Keduanya bekerjasama mengembangkan CPM
pada tahun 1989. CPM pada dasarnya menitikheratkan pada persoalan
keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek-proyek yang besar.
Dengan CPM, jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan berhagai taraf
daripada proyek dianggap diketahui dengan pasti, lehih-lehih huhungan antara
jumlah sumber-sumber yang digunakan dan waktuyang dipedukan untuk
menyelesaikan proyek juga dianggap diketahui. Sehingga, CPM juga dapat
didefinisikan scbagai suatu analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan
biaya total proyek melalui pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total
proyek yang bersangkutan. CPM digunakan apabila dimensi waktu dalam
pelaksanaan proyek bersifat deterinistik (perkiraan waktu lebih akurat).
Penggambaran CPM menggunakan simbol yang dapat berupa segi empat atau
lingkaran. (Suwarni dkk, 2019)
Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur
kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah
waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai
akhir jalur. Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis
dengan baik. sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya
terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Dalam sebuah
jaringan kerja dapat saja terdiri dari beberapa jalur kritis. Dalam melakukan
perhitungan penentuan waktu penyelesaian digunakan beberapa terminologi dasar
berikut (Lilyana, 2020):
1. E (earliest event occurence time)
Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa.
2. L (latest event occurence time)
Saat paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.
3. ES(earliest activity start time)
Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu mulai dinyatakan dalam
jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.
4. EF (earliest activity.finish time)
Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan.
EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya.
5. LS (latest activity slart time)
Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek
secara keseluruhan.
6. LF (latest activity.finish lime)
Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan tanpa memperlambat penyelesaian
proyek.
7. t (activity duration time)
Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (hari, minggu, bulan).
Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai
Slack atau Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas
dalam sebuah jaringan kerja
Suatu diagram jaringan kerja proyek selalu dimulai dengan suatu peristiwa yang
menunjukan saat dimulainya proyek dan diakhiri oleh suatu peristiwa yang
menunjukan berakhirnya kegiatan proyek. Setiap proyek dapat terdiri beberapa
lintasan atau jalur yang berasal dari peristiwa awal sampaiperistiwa akhir. Tidak
dibenarkan adanya suatu lintasan yang membentuk loop, tidak memiliki akhiran
yang jelas.
Tabel Simbol Network Planning
Simbol Arti
Pristiwa/Kejadian (Even)
Kegiatan (Activity)
Lintasan Kritis
Pada dasarnya jaringan kerja adalah suatu cara penggambaran kegiatan
proyek dalarn bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol yang digunakan antara lain
(Suwarni dkk , 2019):
1. (Event, kejadian), adalah saat dimulainya atau berakhirnya suatu kegiatan.
Simbol yang digunakan untuk member identitas dari event berupa bilangan tak
berdimensi.
2. (Activity, kegiatan), adalah bagian dari pekerjaan proyek yang membutuhkan
waktu, biaya dan tenaga. Bagian ekor anak apanah adalah saat dimulainya dan
bagian ujung anak panah adalah bagian akhir proyek. Karena jaringan kerja
merukapakan rangkain anak panah terarah maka disebut directed network
(terarah). Diatas anak panah tersebut tertuliskan secara singkat nama kegiatan
dan waktu yang seragam dengan kegiatan yang lainnya.
3. (Dummy, semu) adanya kegiatan semu bisa terjadi karena karena adanya uatu
kegiatan yang harus mempunya identitas tersendiri yang dinyatkan dengan
nomor start event dan nomorfinish event. Dummy adalah suatu kegiatan yang
tidak memerlukan sumber daya dan tanpa dimensi waktu.
4. (Lintasan kritis) merupakan kegiatan pada lintasan kritis. Menurut rvianto,
untuk menentukan analisis jalur kritis dapat dilakukan dengan perhitungan ke
depan (Forward Analysis) dan perhitungan ke belakang (Backward analysis).
Dalam metode CPM (Critical Path Method), jika satu atau lebih aktifitas yang
ada di jalur kritis tertunda, maka waktu penyelesaian seluruh proyek akan
tertunda sebanyak waktu penundaan yang terjadi.
Ada beberapa hal ayng harus dilakukan terlebih dahulu dalam membuat
metode jaringan kerja yaitu :
1) Menentukan Aktivitas Kegiatan
Langkah pertama dalam mebuat penjadwalan waktu adalah memecah seluruh
lingkup pekerjaan proyek menjadi kegiatan-kegiatan yag lebih kecil.
Tujuannya adalah agar setiap pekerjaan dapat terkontrol dengan baik oleh
manajer proyek sesuai dengan perencanan ayng telah dibuat. Besarnya setiap
aktivitas berbeda-beda bergantung pada jenis pekerjaan yang terlibat dan
pentingnya aktivitas tersebut bagi penyelesaian proyek. Yang harus
diperhatikan, yaitu tidak ada aktivitas yang terlalu kecil sehingga terlibat tidak
penting, atau terlalu besar sehingga sulit dikontrol (Agus B. Siswanto & M.
Afif Salim, 2019:65-70). Besarnya setiap aktvitas juga ditentukan oleh
bagaimana pembuat jadwal akan menguunakan jadwal tersebut. Misalnya,
pengawasan harian pekerjaan lapangan akan membutuhkan aktivitas yang
durasinya tidak lebih dari beberapahari saja. Perkiraan waktu penyelesaian
kegiatan atau menghitung progres pekerjaan mengindikasikan kegiatan-
kegiatan dengan durasi yang lebih besar.
2) Menetukan Durasi Aktivitas/Kegiatan
Setiap aktivitas dikenai durasi.durasi adalah jumlah waktu yang diperkirakan
untuk menyelesaikan satu aktivitas. Durasi ini dapat ditampilkan
denganmenggunakan satuan waktu, menit, jam, hari kerja, hari kalender,
minggu, atau bulan. Penjadwalan pada dunia konstruksi biasanya
menggunakan satuan hari kerja atau hari kalender. Durasi aktivitas pada proyek
konstruksu bergantung pada hal Jumlah pekerjaan, Jenis pekerjaan, Jenis dan
jumlah sumber daya yang tersedia untuk digunakan, Apakah pekerjaan akan
diselesaikan dalam satu shift atau banyak shift atau lembur, Lingkungan yang
memengaruhi pekerjaan, Metode konstruksi, Batas waktu proyek, Siklus
pekerjaan konstruksi, Cuaca dan dampak lapangan pada produksi dan Kegiatan
yang dapat dilakukan bersamaan (Agus B. Siswanto & M. Afif Salim, 2019:65-
70).
3) Mendeskripsikan Aktivitas/Kegiatan
Selain durasi, kegiatan-kegiatan padapenjadwalan konstruksi biasanya disertai
dengan sebuah deskripsi yang akan membantu dalam pembacaan jadwal.
Kebanyakan dari deskripsi ini dibuat dengan menggunakan singkatan karena
ruang dalam menuliskan deskripsi tersebut sangat terbatas.
4) Menentukan Hubungan yang Logis
Setelah menentukan kegiatan dan durasi, langkah berikutnya dalam membuat
penjadwalan jaringan kerja adalah mengatur kegiatan-kegiatan tersebut
sehingga setia aktivtias dapat disajikan secara logis. Bagaimana setiap aktivitas
dihubungkan satu dengan lainnya disebut hubungan logis. Setiap aktivitas
terhubung dengan aktivitas lain dalam satu penjadwalan,ada tiga kemungkinan
hubungan logis yang dapat terjadi diantara kegiatan tersebut. Ketiga
kemungkinan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Hubungan sebelumnya (predecessor)
Hubungan sebelumnya terjadi ketika sebuah aktivitas harus selesai terlebih
dahulu sebelum aktivitas berikutnya dapat dimulai. Contoh adalah pekerjaan
fondasi biasanya mendahului pekerjaan ranga atap. Jadi pekerjaan fondasi
memiliki hubungan sebelumnya dari pekerjaan atap.
b) Hubungan setelahnya (successor)
Hubungan setelahnya terjadi setelah selesainya suatu aktivitas. Contohnya,
pekerjaan interior dapat dimulai setelah pekerjaan atap selesai.jadi,
pekerjaan interior memiliki hubungan setelahnya dari pekerjaan atap.
c) Hubungan tak tergantung (independent)
Hubungan tak tergantung, yaitu hubungan kegiatan yang tidak didahului
atau mendahului kegiatan lainnya. Mulai dan selesainya kegiatan atau
aktivitas independent ini tidak tergantung dengan mulai atau selesainya
kegiatan atau aktivitas lain (Agus B. Siswanto & M. Afif Salim, 2019:65-
70).
a+ 4 m+b
te=
6
1
S= ( b−a )
6
Sd=√ ∑ V (te)
Tx−te
Deviasi z=
Sd
a+ 4 m+b
te=
6
Keterangan:
Te = perkiraan waktu aktifitas
a = waktu optimis
m = waktu normal
b = waktu pesimis
Dengan menggunakan konsep te, maka jalur kritis dapat diindentifikas. Pada
jalur kritis berlalcu slack = 0.
2. Menentukan Deviasi Standar Dari Kegiatan Proyek
Deviasi standar kegiatan:
1
S= ( b−a )
6
Keterangan:
S = deviasi standar kegiatan
a = waktu optimis
b = waktu pesimis
3. Menentukan Variasi Kegiatan Dari Kegiatan Proyek
Varian kegiatan:
[ ]
2
b−a
V ( te )=S2=
6
Keterangan:
V(te) = varian kegiatan
S = deviasi standar kegiatan
b = waktu pesimis
4. Mengetahui Probahilitas Mencapai Target Jadwal
Untuk mengetalmi probabilitas mencapai target jadwal dapat dilakukan dengan
menghtibungkan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target T(d) yang
dinyatakan dengan rumus:
T ( d )−TE
Z=
S
Keterangan:
Z =-- angka kemungkinan mcncapai target
T(d) = target jadwal
TE = jumlah waktu lintasan kritis
S = deviasi standar kegiatan
Angka z merupakan angka probabilitas yang persentasenya dapat dicari dengan
menggunakan tabel distribusi normal kumulatif z.
Kerangka fikir ini di susun berdasarkan pada hasil penelitian dan tinjauan
pustaka yang terkait penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian dan tinjauan
pustaka yang terkait, maka dapat di susun kerangka fikir pada Gambar 2.2
berikut: