Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Pelaksanaan dan Analisa Struktur Kolom Pada Proyek Pembangunan Gedung RAMP
RSUD Pangandaran

Di ajukan guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh Gelar S – 1 pada

Program Studi Teknik

Disusun oleh :

ISIDORUS TRISMON HAMBUT

(2016013053)

PROGRAM TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2019
HALAMAN JUDUL

PELAKSANAAN STRUKTUR KOLOM


PADA PROYEK RAMP RSUD PANGANDARAN
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1
perogram Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta

Disusun
oleh :
ISIDORUS TRISMON HAMBUT
2016013053

Disetujui
Oleh :
Dosen Pembimbing

DIMAS LANGGA CHANDRA GALUH, S.T., M.Eng


NIP : 8514402

HALAMAN PERSETUJUAN
PELAKSANAAN STRUKTUR KOLOM
PADA PROYEK RAMP RSUD PANGANDARAN
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1
perogram Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta

Disusun
oleh :
ISIDORUS TRISMON HAMBUT
2016013053

Disetujui
Oleh :
Dosen Pembimbing

DIMAS LANGGA CHANDRA GALUH, S.T., M.Eng


NIP : 8514402

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Kaprodi Teknik Sipil

Drs. Agus Priyanto. ST.,MM Zainul Faizen Haza, S.T.,M.T.,Ph.D.


NIP : 195808081988121001 NIP : 19750513205011001
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha ESA atas berkat dan karunia-
Nya laporan kerja peraktek ini dapat selesai di kerjakan.

Laporan Kerja Praktek yang berjudul “PEMBANGUNAN PROYEK RAMP RSUD


PANGANDARAN” ini di tujukan untuk memenuhi persyaratan akademik guna memperoleh
gelar sarjana Teknik Sipil Strata Satu di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Penulis menyadari, Laporan Kerja Prektek ini tidak dapat di selesaikan tepat pada waktunya
tanpa bimbingan, bantuan, dan do’a dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebersarnya kepada :

1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi,doa, arahan
dan bimbingan, serta dukungan moril maupun materiil.
2. Bapak Dimas Langga chandra galuh, M.Eng selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek
yang telah memberikan bimbingan dan banyak masukan kepada penulis
3. Seluruh Staff PT. Hutama Karya (Persero) dan seluruh Staff PT. Indah Karya (Persero) di
Proyek RSUD Pangandaran yang telah memberikan ilmu dan pengalamanya kepada
penulis selama melaksanakan Kerja Praktek ini.
4. Akhir kata penulis memohon kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan di masa yang
akan datang. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
5. Semua pihak yang penulis tidak penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis memohon kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan di masa yang
akan datang. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.

Yogyakarta, Maret 2019

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................................ v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek.......................................................................................... 1


1.2 Maksud .................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
1.4 Batasan Masalah...................................................................................................2
1.5 Metode Penyusunan Laporan...............................................................................3
1.6 Lokasi Proyek.......................................................................................................4
1.7 Data Umum Proyek..............................................................................................5
1.8 Data Teknis Proyek................................................................................................6

BAB II PERENCANAAN PROYEK

2.1 Tinjauan Umum Proyek.........................................................................................7


2.2 Perencanaan Letak Kontruksi................................................................................8
2.3 Perencanaan Arsitektur..........................................................................................10
2.4 Perencanaan Pelaksanaan......................................................................................11

BAB III ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

3.1 Pengertian..............................................................................................................13
3.2 Unsur-unsur Pengelola Proyek..............................................................................16
3.3 Hubungan Kerja dan Tanggung Jawab..................................................................19
3.4 Stuktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Proyek.................................................21
3.5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)...............................................................22

BAB IV ALAT DAN BAHAN

4.1 Urain umum........................................................................................................28


4.2 Bahan ………………………………………………………………………….28
4.3 Alat-alat Kerja………………………………………………………………….35

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Uraian Umum........................................................................................................44


5.1.1 Pelaksanaan Kerja Kolom……………………………………………………..44
5.2 Analisis Struktur Kolom……………………………………………………….52
5.2.1 Data Kolom………………………………………………………………….....52
5.3 Masalah Diperoyek dan Solusi.............................................................................54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan dan Saran............................................................................................55

6.1.1 Kesimpulan ......................................................................................................55

6.1.2 Saran..................................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................56

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini memicu gejala informasi
yang merupakan tantangan bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan
kemampuanya. Sejak diterima sebagai Mahasiswa di perguruan tinggi sampai
menjelang akhir studi, Mahasiswa lebih banyak memperoleh pengetahuan teori dan
teori keterampilan melalui mendengar, melihat dan praktek serta diskusi. Tingkat
penguasaanya mungkin belum seperti apa yang diharapkan, artinya belum dapat
menerapkan atau mempraktekkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan, ini
terjadi karena dunia kerja masih terasa asing bagi mahasiswa.
Untuk dapat mengenal dunia kerja sekaligus mempraktekkan yang sudah diperoleh
oleh Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Fakultas Teknik Program
Studi Teknik Sipil maka di wajibkan melakukan Kerja Praktik ( KP ), minimal selama
256 jam atau 1,5 bulan apabila sudah memenuhi syarat- syarat yang sudah ditentukan.
Kerja Praktik ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa dunia industri atau dunia
kerja sehingga tercipta lulusan yang diharapkan mempunyai pengalaman serta
ketrampilan untuk menjadi tenaga ahli yang profesional.
Pemilihan tempat praktik harus memenuhi ketentuan dan syarat- sayarat yang
ditentukan oleh Fakultas teknik atau Program Studi Teknik sipil, dalam Kerja Praktik
ini penulis mendapat kesempatan untuk mengamati secara langsung dan
mengembangkan kreatifitas pada Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran.
Bidang yang akan dipelajari dalam Kerja Praktik, Penulis menyesuaikan dengan
Pembimbing yang berdasarkan dengan latar belakang program studi dan fakultas,
kesesuaian dengan masalah yang ada dilapangan. Pemilihan Konsentrasi yang akan
diuraikan penulis adalah Pelaksanaan Pekerjaan kolom pada pembangunan RSUD
Kabupaten Pangandaran.

1.2 Maksud
Maksud dari program Kerja Praktek dalam batasan masalah dibawah ini adalah:
1. Untuk memperoleh pengalaman nyata secara visual dari pelaksanaan
pekerjaan struktur kolom.
2. Untuk membandingkan ilmu praktis di lapangan dengan ilmu akademis selama
perkuliahan.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Kerja Praktek adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendidik sifat mental dan disipilin kerja dan profesional baik secara
teknis maupun nonteknis.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan kolom di lapangan.
3. Untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam proses langsung dalam
proses pekerjaan struktur kolom yang sedang berjalan di lapangan.
4. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi selama proses
pekerjaan struktur kolom di lapangan.

1.4 Batasan Masalah


Mengingat waktu pelaksanaan Kerja Praktek yang sangat singkat (14 Januari –
14 Februari), maka penyusun membatasi Laporan Kerja Praktek pada Stuktur Atas
Bangunan.
Karena keterbatasan waktu, maka praktek kerja yang dilaksanakan tidak dapat
melakukan pengamatan pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh maka penulis
membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, yaitu pada bagian-bagian pekerjaan
yang berlangsung selama kurun waktu praktek kerja saja, antara lain :
1. Gambaran Umum Pekerjaan
Gambaran umum pekerjaan struktur kolom pembangunan Gedung RAMP RSUD
PANGANDARAN 5 lantai yang beralamat di Jl.
2. Gambaran Khusus
Pekerjaan struktur kolom yang meliputi pekerjaan bekesting, pembesian,
pengecoran kolom, pembongkaran bekesting .
Dari uraian gambaran umum dan khusus diatas maka masalah yang kami akan
bahas dalam kerja praktek ini adalah yang berkaitan dengan pekerjaan kolom.

1.5 Metode Penyusunan Laporan


Untuk penyusunan laporan ini mempergunakan banyak cara, dimulai dari metode
observasi,metode wawancara dan seterusnya sebagaimana terurai dibawah ini:
1 Metode Observasi (Pengamatan)
Dalam metode ini pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan, meliputi:
a. Teknik pekerjaan yang sedang berlangsung.
b. Pengamatan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan
struktur.
c. Observasi tentang masalah-masalah yang timbul yang sekiranya dapat
menghambat aktivitas kerja dan berusaha mencari pemecahannya.
2 Metode Interview (Wawancara langsung)
Dalam hal ini dilakukan wawaancara atau tanya jawab langsung dengan semua
pihak yang terlibat dalam pekerjaan pembangunan Gedung perkuliahan dan
perhotelan 3 lantai yaitu data yang diperoleh dengan melakukan proses tanya
jawab dengan para narasumber yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
proyek tersebut meliputi Site Manager,Pelaksana Proyek,Tukang,dan Para
pekerja yang berada pada tempat kerja praktek dengan maksud agar
mendapatkan masukan-masukan yang berarti dalam praktek kerja ini.
3 Metode Diskriptif ( Literatur)
Metode Diskriptif ( Literatur) didapatkan dari buku-buku yang berisi tentang
contoh-contoh analisa yang digunakan dalamm perhitungan struktur.Metode
literatur digunakan dalam pemecahan-pemecahan permasalahan yang dihadapi
dalam penyusunan laporan kerja praktek.
4 Metode Instrumen
Metode instrumen dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat bantu dalam
pengamatan di lapangan, seperti: Teodolit, Kamera, Alat tulis,dan Alat bantu
yang lain. Metode ini sekaligus digunaakan untuk pengambilan data yang
didapat dari pekerjaan pembangunan Gedung yaitu Gedung RAMP RSUD
Pangandaran 4 lantai pada waktu pelaksanaan kerja praktek.

1.6 Lokasi Proyek


Proyek RSUD Pangandaran berlokasi di Desa Pananjung,Kecamatan Pangandaran,
Kabupaten Pangandaran.

1. Sebelah Utara : SPBU Pangandaran


2. Sebelah Selatan : SMK Negri 1 pangandaran
3. Sebelah Barat : warung Ayam Bakar
4. Sebelah Timur : Sawah masyarakat

Gambar 1.1 Lokasi Proyek RSUD Pangandaran


1.7 Denah Bangunan Proyek RSUD Pangandaran

Gambar 1.2 Denah Bangunan Proyek RSUD Pangandaran

1.8 Data Umum Proyek


Nama Proyek : Proyek RSUD Pangandaran
Alamat : Pangandaran, Jawa Barat
Sumber Dana : APBD Provinsi Jawa Barat
APBD Kabupaten Pangandaran
Pemilik Proyek : Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran
Konsultan Perencana : PT. Penta Rekayasa
Manajemen Konstruksi : PT. Indah Karya ( Persero )
Kontraktor : PT. Hutama Karya (Persero)
Jenis Kontrak : Tahun Jamak
Sistem Pembayaran : Monthly Certificate
Masa Pelaksanaan : 600 Hari Kalender
Masa Pemeliharaan : 180 Hari Kalender
Luas Lahan : 50.000 m2
Jumblah lantai : 4 lantai
Mutu Beton : K 400
Retensi : 15 % dari nilai kontrak
Nilai Kontrak : Rp. 238.563.000.000,00
Sistem Pelelangan : LPSE
Konstruksi : Struktur Beton Bertulang
BAB II

PERENCANAAN PROYEK

2.1 Tinjauan Umum Proyek


Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang memiliki dimensi waktu, biaya, dan
mutu untuk mewujudkan suatu rencana. Pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan
denagn lancar sesuai dengan waktu, biaya, dan mutu yang ditetapkan perlu ditetapkan
perlu dibentuk suatu system organisasi kerja yang dapat mengatur seluruh kegiatan.
Proyek merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan, yang
didalamnya menggunakan sumber-sumber (input), misalnya ; uang dan tenaga kerja,
untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil (return) di masa yang akan datang.
(Gray, Clifford F. 2006:4) menjelaskan suatu proyek adalah usaha yang kompleks, tidak
rutin yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Seperti kebanyakan usaha organisasi,
tujuan utama sebuah proyek adalah untuk memuaskan kebutuhan seorang pelanggan.
Di dalam proses pencapaian proyek, ada batasan yang harus dipenuhi, batasan ini
merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek (Iman Soeharto, 2002).
Ketiga batasan ini adalah sebagai berikut :
1. Anggaran
2. Jadwal
3. Mutu
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan
kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti
dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya, sehingga
melebihi anggaran. Sebaiknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus
berkompromi dengan mutu atau jadwal (Iman Soeharto, 2002).
Perencanaan pada dasarnya adalah sebagai suatu bentuk awal untuk menyatukan
ide/gagasan dari pemilik (owner) bersama dengan tim perencana sehingga didapatkan
suatu penyelesaian atau kata mufakat yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Namun
dalam perencanaan sebuah konstruksi bangunan yang baik haruslah memperhatikan
beberapa persyaratan/kriteria, antara lain :

1. Aman, hal ini berarti bahwa beban yang nantinya akan diaplikasikan pada
konstruksi yang direncanakan tidak melebihi ambang bebas yang
disyaratkan. Selain itu juga perlu diperhatikan beberapa perubahan fungsi
bangunan agar sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan.
2. Nyaman, hal ini menyatakan suatu konstruksi yang didesain tersebut dapat
memberikan kenyamanan bagi yang menggunakan artinya bahwa konstruksi
tersebut tidak mengalami kerusakan fisik dan ketidaksesuaian spesefikasi
yang dapat memberikan beban moral dan psikologi bagi pengguna.
3. Efisien, hal ini menyatakan sebagai suatu bentuk fungsi atau kegunaan dari
konstruksi yang telah direncanakan agar dapat dimanfaatkan dan
diperdayakan sebesar mungkin.
4. Ekonomis, dalam hal ini ekonomis bukan hanya berarti murah, namun lebih
tepat diartikan sebagai suatu bentuk korelasi pengeluaran yang dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk dengan spesifikasi kualitas dan persyaratan
yang ada.

2.2 Perencanaan Letak Konstruksi

Dalam merencanakan suatu pekerjaan konstruksi, fungsi bangunan dan kondisi


lingkungan sangat berpengaruh terhadap perletakan suatu bangunan permanen atau
konstruksi yang direncanakan. Sebelum melakukan pekerjaan konstruksi suatu proyek
perlu dilakukan pengamatan secara detail terhadap data proyek yang ada serta
diperlukan survey terlebih dahulu terhadap kondisi lingkungan sekitar untuk
memberikan gambaran awal tentang proyek yang direncanakan. Hasil survey yang
didapatkan nantinya akan dijadikan suatu pedoman dan pertimbangan dasar untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya dalam pelaksanaan
proyek.

Menentukan letak konstruksi perlu dilakukan beberapa tinjauan atau survey yang
secara umum meliputi :
1. Survey Lokasi
Survey lokasi dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti situasi lokasi yang
akan dipakai untuk melaksanakan proyek. Dengan melakukan survey lokasi,
perencanaan dapat mengatahui batas lahan yang digunakan untuk proyek
tersebut sehingga dapat menentukan tempat peletakan material, jaringan listrik,
dan lain sebagainya.
2. Survey Topografi
Survey topografi sangat membantu dalam menentukan elevasi lantai
bangunan, penetapan sumur resapan, jaringan drainase, dan menentukan
bentuk arsitektur bangunan, dengan demikian akan didapat suatu bentuk
bangunan yang serasi dan harmonis dengan keadaan alam yang telah ada.
3. Survey Lingkungan
Survey lingkungan dimaksud untuk mengatahui sejauh mana lingkungan
dapat mendukung kelayakan suatu proyek. Dengan survey lingkungan
perencana mengatahui dari mana bahan dan material akan didatangkan,
tenaga kerja yang akan dipakai, dan sejauh mana pengaruh keberadaan
proyek tersebut terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
4. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengatahui kondisi tanah (keadaan,
jenis, dan parameter teknis tanah) yang ada dilapangan sebelum mendirikan
bangunan diatas tanah tersebut. Penyelidikan tanah dilakukan setelah lokasi
kedudukan bangunan dikatahui secara tepat.

2.3 Perencanaan Arsitektur


Perencanaan arsitektur dalam suatu proyek merupakan suatu perencanaan awal
dalam mendesain suatu proyek. Dalam perencanaan arsitektur dititikberatkan pada
suatu perencanaan yang selain memiliki fungsi utama terhadap konstruksi tersebut juga
menekankan pada nuansa artistic/seni. Nuansa tersebut akan memberikan suasana yang
membuat pengguna fasilitas konstruksi tersebut merasakan suatu yang lain yang
mampu memberikan kepuasan batin maupun rohani yang besar. Tak lepas dari itu
perencanaan arsitektur pada suatu proyek konstruksi juga harus memperhatikan
beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam melaksanakan perencanaan awal, yaitu :
1. Memenuhi fungsi bangunan yang sesuai dengan spesifikasi yang telah didesain
dengan perencanaan awal.
2. Keamanan dan kenyamanan bangunan menjadi persyaratan yang mutlak pada suatu
konstruksi bangunan.
3. Estetika/keindahan, merupakan factor yang dapat memberikan suatu nuansa yang
dapat memberikan kepuasan baik jasmani maupun rohani/batin bagi pengguna
fasilitas tersebut.
4. Ekonomis, yang dimaksud ekonomis adalah korelasi antara produk yang dihasilkan
dengan fungsi/manfaat yang akan diterima, hal ini akan dinilai melalui beberapa
kriteria yang dapat memberikan fungsi dengan yang telah digariskan.
5. Dampak lingkungan adalah suatu kriteria yang harus diperhatikan dalam suatu
proyek konstruksi yang menggambarkan hubungan antara proyek tersebut dengan
lingkungan sekitar.

2.4 Perencanaan Pelaksanaan


1. Dalam waktu 7 ( tujuh ) hari sejak ditandatanganinya Surat Perintah Kerja ( SPK )
oleh kedua belah pihak, Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan kepada
Konsultan Pengawas sebuah “Network Planning” dan “time Schedule” mengenai
seluruh kegiatan yang akan dilakukan serta kaitan/hubungan antara seluruh
kegiatan-kegiatan tersebut.
2. Kegiatan Penyedian Jasa Konstruksi untuk/selama masa pembelian serta waktu
pengiriman/pengangkutan dari :
1) Bahan, elemen komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan
persiapan/pembantu.
2) Perlalatan dan perlengkapan untuk pekerjaan
3. Kegiatan Penyediaan Jasa Konstruksi untuk/selama waktu fabrikasi, pemasangan
dan pembangunan.
4. Pembuatan gambar-gambar kerja
5. Permintaan persetujuan material atau bahan serta gambar kerja maupun rencana
kerja.
6. Harga borongan dari masing-masing kegiatan tersebut.
7. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
8. Konsultan pengawas akan memeriksa rencana kerja Penyedia Jasa Konstruksi dan
memberikan tanggapan dalam waktu 1 (satu) minggu.
9. Penyedia Jasa Konstruksi harus memasukan kembali perbaikan atau rencana kerja
kepada konsultan pengawas dan meminta diadakannya perbaikan atau rencana kerja
tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya pelaksanaan.
10. Penyedia Jasa Konstruksi tidak dibenarkan memulai suatu pelaksanaan pekerjaan
sebelum adanya persetujuan dari konsultan pengawas atas rencana kerja ini.
11. Jadwal pelaksanaan dalam waktu paling lambat 2 (dua) minggu setelah Penyedia
Jasa Konstruksi dinyatakan sebagai pemenang lelang, atau dengan kata lain, cara
tunjuk oleh pemberi tugas sebagai pelaksana pembangunan, penyedia jasa
konstruksi harus segera membuat :
1) Site development statement and traffic management layout.
2) Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara rinci yang digambar
secara diagram balok (Bar Chart) dan S-Curve.
3) Jadwal pengadaan tenaga kerja.
4) Jadwal pengadaan bahan/material bangunan.
5) Jadwal pengadaan alat.
Diagram tersebut di atas harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas dan
konsultan pengawas sebagai dasar/pedoman Penyedia Jasa Konstruksi dalam
melaksanakan pekerjaannya dan Penyedia Jasa Konstruksi wajib mematuhi dan
menepatinya.

BAB III
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK
3.1 Pengertian

Organisasi proyek adalah suatu perpaduan usaha secara sistematika yang saling
berkaitan dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas dan sampai batas waktu
tertentu untuk mencapai/membangun sebuah bangunan atau infrastruktur tertentu.
Dalam suatu proyek perlu adanya sebuah sistem organisasi dan manajemen yang baik
untuk mendapatkan suatu hasil yang diinginkan dengan kualitas yang baik. Pekerjaan
pengendalian proyek ini dilaksanakan oleh Manajemen Konstruksi (MK) atau
konsultan pengawas sebagai sistem kontrol yang akan mengendalikan dan
menyelesaikan masalah teknis maupun non teknis.
Suatu proyek biasanya ditandai oleh suatu hal yang kompleks dan banyak sekali
mengandung resiko dan permasalahan serta ketidakpastian yang terlihat dalam
pelaksanaannya. Semakin besar suatu proyek maka semakin besar pula resiko dan
tingkat ketidakpastiannya. Untuk mencapai hasil maksimal sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan, diperlukan suatu sistem kerja terpadu, disiplin kerja dan adanya
pembagian tanggung jawab yang jelas atau dengan kata lain diperlukan adanya
manajemen proyek yang tepat dan baik.

Manajemen proyek adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan,


pengkoordinasian dan pengontrolan dengan mengintegrasikan ilmu dan pengetahuan
agar dapat menyelesaikan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Perencana, kontraktor, dan pengawas harus bisa mengelola proyek sesuai dengan peran
dan tanggung jawab masing-masing.

1. Penetapan Tujuan
Tahap ini yaitu tahap awal yang harus ditentukan terlebih dahulu dengan
memperhatikan hal-hal utama seperti :
a. Tujuan yang ditetapkan harus realistis, artinya bahwa tujuan tersebut
memungkinkan untuk dicapai.
b. Tujuan yang ditetapkan harus spesifik, artinya tujuan jelas.
c. Tujuan yang ditetapkan harus terbatas waktu, artinya untuk mencapai
tujuan, ada durasi pencapaiannya.
2. Perencanaan (Planning)
a. Perencanaan berarti menetapkan tujuan berdasarkan perkiraan apa yang
akan terjadi dalam waktu yang akan datang (forecasting), dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penambahan dan masalah
pada waktu tersebut. Perencanaan dapat berupa rencana jangka pendek
dan jangka panjang.
b. Perencanaan adalah suatu pemilihan berdasarkan kenyataan dan
perkiraan yang berkaitan dengan waktu yang akan datang dalam usaha
merumuskan kegiatan untuk mencapai hasil yang direncanakan.
3. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan pengaturan
berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan, meliputi penugasan
orang dalam kegiatan serta menunjukkan hubungan kewenangan yang
dilimpahkan kepada masing-masing pelaksana pembangunan.
4. Pengarahan (Directing)
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya, tim harus diberi
pengarahan atau penjelasan tentang lingkup pekerjaan serta kapan pekerjaan
itu harus dimulai dan harus diselesaikan. Tugas utama kepala proyek adalah
memberikan perintah kepada stafnya untuk melakukan kegiatan tertentu yang
dapat dilakukan dalam waktu berurutan atau bersamaan. Tahap pengarahan
dapat didefenisikan sebagai kegiatan mobilisasi sumber daya yang dimiliki
agar dapat bergerak secara satu kesatuan sesuai rencana yang telah dibuat,
termasuk didalamnya melakukan motivasi dan koordinasi terhadap seluruh
staf.
5. Pengawasan (Supervising)
Pengawasan dapat didefenisikan sebagai interaksi langsung antara individu
dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini
berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu guna mendapatkan
keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai prosedur yang ditetapkan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam kenyataannya, kegiatan ini
dilakukan oleh pihak pelaksana konstruksi dan pihak pemilik proyek.
Pengawasan dilakukan oleh pelaksana konstruksi bertujuan mendapatkan
hasil yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek. Sedangkan pengawasan oleh
pemilik bertujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan
diterimanya sesuai dengan apa yang dikehendaki. Parameter hasil
pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam spesifikasi.
6. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, evaluasi
kinerja dan langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat dilakukan
jika sebelumnya telah ada kegiatan perencanaan, karena esensi pengendalian
adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah
terjadi. Pemantauan kegiatan yang telah terjadi di lapangan harus dilakukan
dari waktu ke waktu. Selanjutnya dilakukan pembandingan antara apa yang
seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Jika realisasi prestasi
kegiatan melebihi dari prestasi rencana, maka dapat dikatakan bahwa proyek
dalam keadaan lebih cepat. Akan tetapi, apabila terjadi hal sebaliknya, maka
dapat dikatakan bahwa proyek terlambat. Pengelola proyek konstruksi tentu
mengharapkan proyek selesai lebih cepat.

3.2 Unsur - unsur Pengelola proyek


Dalam proses pelaksanaan suatu proyek, memiliki bermacam-macam unsur
pendukung saling berkaitan satu sama lain, dimana setiap unsur tidak dapat berdiri dan
berjalan sendiri-sendiri. Akan tetapi, tetap akan saling terkait dalam melaksanakan
tugasnya. Setiap unsur mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Adapun
unsur-unsur pengelola dalam Proyek pembangunan RSUD Pangandaran
terdiri dari :
1. Pemilik proyek (Owner) : Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran
2. Konsultan Perencana (Designer) : PT. Penta Rekayasa
3. Manajemen konstruksi : PT. Indah Karya (persero)
4.Kontraktor Pelaksana : PT. Hutama Karya (Persero)

PEMILIK PROYEK
Dinas Kesehatan
Kabupaten Pangandaran

Manajemen Konstruksi Konsultan Perencana

PT. Indah Karya PT. Penta Rekayasa


(Persero)

Kontraktor Pelaksana

PT. Hutama Karya


(persero)

Gambar 3.1 Proyek Struktur Organisasi


1. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (owner / bouwheer) atau disebut juga sebagai pemberi tugas adalah
seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikanya
kepada pihak lain yang mampu melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak
kerja. Dalam merealisasikan proyek, owner mempunyai kewajiban pokok yaitu
menyediakan dana untuk membiayai proyek.
Dalam hal ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran sebagai istansi yang
memiliki peroyek dan APBD Provinsi Jawa Barat, APBD Kabupaten Pangandara
sebagai penyandang dana untuk pembangunan gedung RSUD Pangandaran . Owner
memberi tugas kepada PT. Hutama Karya (persero) sebagai kontraktor dan PT. Penta
Rekayasa sebagai konsultan perencana. Selanjutnya owner menetapkan secara
langsung PT. Indah Karya ( Persero ) sebagai manajemen konstruksi dan PT. Indah
Karya (persero) sebagai pengawas proses pembangunan yang dilakukan oleh
kontraktor.
Sebagai Owner tentunya memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu proyek,
berikut merupakan hak dan kewajiban tersebut :

a. Menyediakan dana untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek sesuai dengan


kesepakatan,
b. Menyediakan lahan yang digunakan untuk pembangunan proyek,
c. Mengadakan kegiatan administrasi proyek,
d. Memberikan tugas dan wewenang kepada kontraktor untuk mengelola
pekerjaan proyek,
e. Membuat surat perintah kerja ( SPK ),
f. Mengesahkan atau menolak pekerjaan tambahan atau pengurangan
pekerjaan,
g. Meminta pertanggungjawaban atas hasil pekerjaan konstruksi kepada seluruh
pelaksana proyek,
h. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak
melaksanakan pekerjaanya sesuai perjanjian kontrak.
i. Meminta laporan dan penjelasan tentang pelaksanaan proyek baik secara
lisan maupun tulisan,
j. Membayar kontraktor sesuai dokumen kontrak.
2. Pelaksana Proyek (Kontraktor)
Kontraktor pelaksana adalah badan usaha atau perorangan yang
ditunjuk/mendapat kewajiban dari pemilik proyek untuk menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan
gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam perjanjian
kontrak (Ervianto, 2005).
Dalam melaksanakan pekerjaan kontraktor diawasi oleh tim pengawas dari owner
serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas terhadap masalah
yang terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus segera dikonsultasikan
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Kontraktor sebagai pelaksana proyek mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
a. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai rencana yang telah ditetapkan
dalam kontrak perjanjian pemborongan.
b. pemilik Memberikan laporan (progress) meliputi laporan harian, mingguan,
dan bulanan kepada proyek yang memuat antara lain:
1) Pelaksanaan pekerjaan.
2) Prestasi kerja yang dicapai.
3) Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4) Jumlah bahan yang masuk.
5) Keadaan cuaca dan lain-lain.
c. Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan, tempat kerja, dan alat
pendukung lain digunakan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dengan
memperhatikan waktu, biaya, kualitas dan keamanan pekerjaan.
d. Bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan konstruksi dan metode
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
e. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang telah
disepakati.
f. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga dan alat di
lapangan.
g. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil pekerjaan
dilapangan.
h. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.
i. Wajib menyediakan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Gambar 3.2 Proyek Struktur Organisasi

3.3 Hubungan Kerja dan Tanggung Jawab

Hubungan kerja adalah hubungan dalam pelaksanaan pekerjaan antara unsur-unsur


pelaksana untuk menyelesaikan suatu proyek. Dalam pengelolaan suatu proyek perlu
dijamin adanya hubungan yang baik antara unsur-unsur yang terkait. Hubungan tersebut
harus jelas dan tegas sehingga unsur-unsur yang berperan dapat membatasi tugas dan
wewenang masing-masing.
Hubungan kerja antara unsur-unsur pelaksana harus sebagaimana mestinya dan
harus sesuai dengan pedoman, peraturan, dan persyaratan yang telah disepakati
sebelumnya sehingga dalam bekerja semua pihak dapat melaksanakan tugas-tugasnya
dengan benar.
Unsur proyek ini mempunyai hubungan kerja satu sama lainnya di dalam
menjalankan peranannya masing-masing. Hubungan kerja yang ada dapat bersifat ikatan
kontrak, hubungan koordinasi ataupun perintah.

OWNER
Konsultan Perencana Kontraktor Manajemen Konstruksi

PT. PENTA REKAYASA PT. INDAH KARYA


PT. HUTAMA KARYA
(PERSERO)
(PERSERO)

Gambar 3.3 Hubungan Kerja Antar Unsur Pelaksana Proyek

Keterangan :

: Hubungan perintah
: Hubungan koordinasi

1. Pemilik Proyek dan Konsultan Perencanaan

Diantara keduanya terdapat ikatan kontrak, dimana konsultan perencana


memberikan jasa perencanaan proyek yang meliputi masalah-masalah teknis
maupun administrasi kepada pemilik proyek, dan sebaliknya pemilik proyek
berkewajiban memberikan imbalan berupa biaya perencanaan kepada konsultan
perencana. Pemilik proyek mempunyai hak memberi perintah kepada konsultan
perencana.
12. Pemilik Proyek Dan Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana berkewajiban melaksanakan pekerjaan proyek
dengan baik dan memuaskan pemilik proyek pada waktu penyerahan pekerjaan.
Sebaliknya pemilik proyek berkewajiban untuk membayar seluruh biaya
pelaksanaan kepada kontraktor pelaksana agar proyek dapat berjalan dengan
lancar. Hubungan kerja telah diatur dalam kontrak kerja.
13. Konsultan Perencana dan Kontraktor Pelaksana
Konsultan perencana terlebih dahulu menyampaikan perencanaan
pekerjaan proyek, sedangkan kontraktor pelaksana bertugas untuk melaksanakan
pekerjaan proyek sesuai dengan perencanaan konsultan perencana. Tetapi
diantara keduanya tidak terjadi hubungan perintah, tetapi terdapat hubungan
koordinasi.

3.4 Stuktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Proyek


1. Manajer Proyek (Project Manager)
Manajer Proyek atau Project Manager (PM) berkedudukan sebagai
penanggung jawab proyek. tugas dan tanggung jawab manajer proyek adalah
sebagai berikut :
a. Mempersiapkan sistem quality dan analisis proyek dengan cara package
project.
b. Mengatur sistem pelaksanaan proyek.
c. Membuat master schedule dan memberi penghargaan dalam membuat time
schedule detail, bulanan, mingguan, harian, dan memonitor realisasinya serta
menemukan langkah-langkah yang harus diambil apabila terjadi kesalahan
atau penyimpangan.
d. Menjaga dan menjamin quality status dari proyek.
e. Mempersiapkan laporan-laporan progress dari setiap bagian.
2. Manajer Lapangan (Site Manager)
Manager Lapangan atau Site Manager (SM) mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut :
a. Memberikan laporan dan bertanggung jawab kepada PM (Project Manager).
b. Mempersiapkan laporan-laporan progress laporan mingguan (weekly report)
dan laporan bulanan (monthly report).
c. Membuat/mempersiapkan jadwal mingguan (weekly schedule) untuk
progress pekerjaan.
d. Mempersiapkan Quality Control prosedur dan Quantity Survey prosedur.
e. Memberikan pengarahan kepada chief supervisor yang dipimpinnya.
f. Review schedule dengan sistem “S”curve.
g. Membantu PM (Project Manager) dalam evaluasi package system.
3. Supervisor
Supervisor mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain :
a. Memberikan pengarahan kepada kontraktor dilapangan.
b. Memberikan bahan-bahan untuk laporan mingguan (weekly report).
c. Mencatat kemajuan pekerjaan setiap hari (all report) dalam bentuk
presentase.
d. Menyusun sample material yang dipersiapkan oleh kontraktor.
e. Mengawasi hasil pekerjaan kontraktor agar sesuai dengan gambar dan
spesifikasi yang ada.
14. Bagian Administrasi
Bagian administrasi proyek mengurusi masalah surat-surat keluar dan masuk,
seperti surat kontrak, perjanjian dan lain-lain. Bagian administrasi proyek
mempunyai fungsi, tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a. Memberikan laporan dan bertanggung jawab kepada Manajer Proyek
(Project Manager) tentang masalah administrasi proyek.
b. Mempersiapkan bahan-bahan untuk back-up data in-voice ke pemilik proyek
(owner).
c. Bekerjasama dengan engineer didalam mempersiapkan paket-paket
pekerjaan.
d. Mempersiapkan surat perjanjian atau kontrak kerja kepada masing-masing
kontraktor atau spesialis.
e. Memeriksa kelengkapan administrasi invoice kontraktor sebelum disetujui
oleh Manajer Proyek (Project Manager).
f. Mengadakan koordinasi kerja dengan masing-masing Site Manager.
15. Bagian Logistik dan Peralatan
Logistik adalah orang yang bertanggung jawab atas bahan dan peralatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek. Adapaun tugas dan wewenang bagian
logistik adalah :
a. Bersama Site Manager membuat jadwal pengadaan bahan dan peralatan
proyek yang dibutuhkan.
b. Memberi informasi mengenai harga bahan bangunan dan harga sewa
peralatan yang diperlukan.
c. Menyelenggarakan administrasi pemesanan, pengiriman dan pergudangan
tentang penerimaan, penyimpanan, dan pemakaian bahan.
16. Mandor
Mandor adalah orang yang ditunjuk oleh pelaksana untuk mengatur dan
mengkoordinasi tenaga kerja agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
keterampilan dan keahlian masing-masing.
17. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah orang yang menjalankan tugas dan melaksanakan
pekerjaan di lapangan secara langsung dari waktu yang telah ditentukan dengan
mendapat upah yang diterima setiap hari, mingguan maupun bulanan.
Pemakaian tenaga kerja pada suatu pekerjaan harus disesuaikan dengan
volume pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga dapat dicapai kondisi yang
optimal antara jumlah tenaga kerja yang ada dengan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan. Pada proyek yang ditinjau dapat diamati jumlah tenaga kerja yang
digunakan sesuai dengan pekerjaan.
Tenaga kerja pada proyek ini dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Tenaga Tetap
Tenaga Kerja tetap adalah karyawan yang sudah diangkat dan mendapat gaji
tetap dari kantor pusat baik itu tim kontraktor, tim konsultan pengawan
maupun tim konsultan perencana.
2. Tenaga Harian
Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dipekerjakan berdasarkan
kebutuhan pada suatu jenis pekerjaan tertentu. Jumlah tenaga kerja harian
tergantung pada volume pekerjaan yang ada.
3. Tenaga Borongan
Tenaga kerja borongan adalah mandor beserta anak buahnya yang
mendapatkan upahnya berdasarkan prestasi pekerjaan yang dilakukan.
Mandor berkewajiban mengatur anak bauhnya yang disesuaikan
kebutuhannya dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
18. Rencana Kerja
Rencana kerja adalah gambaran tentang kejadian yang akan berlangsung di
proyek dari awal sampai akhir proyek. Adanya rencana kerja, pengendalian
proyek lebih mudah dan berjalan lancar. Dengan perencanaan kerja, pengawasan
dapat berjalan dengan baik sehingga apabila terjadi penyimpangan pekerjaan
dapat dengan mudah diketahui dan dapat dicari penyelesaiannya.
Dalam pembuatan rencana kerja, faktor-faktor penghambat yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. Keadaan cuaca yang tidak mengiizinkan untuk meneruskan pekerjaan,
misalnya hujan lebat.
b. Lokasi proyek yang sempit sehingga mobilitas material bahan bangunan
terhambat.
c. Keterlambatan penyediaan bahan material.
- Time Schedule
Time Schedule adalah suatu bentuk rencana kerja yang berupa tabel,
berisi jenis-jenis pekerjaan disertai waktu dimulai sampai dengan
berakhirnya setiap jenis pekerjaan tersebut. Namun demikian, pada
umumnya time schedule tidak memperhatikan masalah biaya dan kurang
jelas menunjukkan ketergantungan antara jenis pekerjaan yang satu dengan
yang lain.
- Kurva S
Kurva S merupakan time schedule yang dilengkapi dengan bobot
atau nilai pekerjaan yang berupa grafik kumulatif dari masing-masing
pekerjaan terhadap waktu. Kurva S lebih sering digunakan, karena mudah
dimengerti dan mudah dilaksanakan di lapangan. Prestasi pekerjaan dapat
dilihat dari bobot pekerjaan yang telah selesai. Persentase bobot pekerjaan
dibuat dalam bentuk kurva S Bobot masing-masing pekerjaan dapat
dihitung dengan rumus :
Jumlah harga suatu jenis pekerjaan
Bobot pekerjaan  x 100 %
Total jumlah harga pekerjaan

Kurva S yang berada dalam proyek sesuai waktu yang direncanakan.


- Shop Drawing
Rencana gambar kerja yang telah dibuat terkadang masih perlu
dijelaskan dengan gambar-gambar dan detail-detail agar memudahkan
pelaksanaannya dan menghindari kesalahan serta memperlancar jalannya
pekerjaan. Selain untuk memperjelas gambar kerja terkadang juga dalam
pelaksanaan apabila terjadi perubahan-perubahan dari rencana semula,
maka perlu perubahan gambar kerja yang lebih lengkap yang disetujui oleh
perencana dan pengawas.

3.5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu bidang yang berkaitan
dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan setiap orang yang bekerja pada
suatu proyek atau lokasi pekerjaan.
Pada pekerjaan konstruksi K3 sangatlah penting, kenapa demikian karena
pekerjaan konstruksi merupakan salah satu pekerjaan yang sangat berbahaya di
seluruh dunia,karena pada jika terjadi kelalaian pada pekerjaan konstruksi bisa
menghasilkan kematian yang tidak diinginkan setiap pekerja.

2. Tujuan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


- Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
- Untuk melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang
lain ditempat kerja.
- Untuk menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
- Untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.
Gambar 3.1 Pekerja dengan Alat Pelindung Diri

(Sumber: gogle 2019)

Keterangan.

1. Helm pengaman

2. Kacamata pengaman

3. Sabuk pengaman

4. Sarung tangan pengaman

5. Sepatu pengaman

Selain alat pelindung diri seperti gambar di atas, ada beberapa pekerjaan
tertentu yang memerlukan alat pelindung diri berupa alat penutup telinga, pelindung
wajah, serta masker, dan lain sebagainya.
Dari hasil pengamatan dilapangan hampir semua ketentuan keselamatan kerja
dilaksanakan, sebagian besar menerapkan K3 dengan sangat baik.
BAB IV
ALAT DAN BAHAN
4.1 Uraian Umum

Dalam proses pembangunan gedung diperlukan adanya pengelolaan bahan dan


peralatan yang baik, karena sangat menunjang kelancaran pekerjaan. Bahan dan
peralatan ini juga merupakan salah satu yang mendukung pelaksanaan pekerjaan. Bila
terjadi keterlambatan dalam penyediaan bahan atau gangguan dalam pengirimaannya,
yang maka akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan mengalami penundaan, yang
berarti terjadi pemborosan waktu dan biaya. Selain itu bahan-bahan yang digunakan
untuk pekerjaan juga harus diatur penggunaannya dengan baik dan disimpan disuatu
tempat yang memenuhi syarat, sehingga tidak akan terjadi kerusakan atau kehilangan.
Pengaturan, pengelolaan, penyimpan bahan-bahan menjadi tanggung jawab bagian
logistik dan gudang.

Kontruksi bangunan yang berkualitas baik, sangat bergantung pada kualitas dan
kuantitas bahan-bahan atau yang digunakan disamping tidak dilupakan peran dari tenaga
pelaksana yang terampil dan berpengalaman. Pada proyek ini pemakaian dan
penggunaan bahan serta peralatan diutamakan dari daerah disekitar proyek. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk mendapatkan kebutuhan bahan dan peralatan yang
kualitasnya lebih baik dari luar daerah. Untuk itu dalam penggunaan bahan dan alat kita
pilih sesuai dengan standar kebutuhan pada kondisi dilapangan.

4.2 Bahan
Pemilihan jenis bahan / material apa yang akan digunakan dalam sebuah konstruksi
didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama dilihat dari segi
ekonomis. Keekonomisan merupakan pertimbangan utama dalam konstruksi struktur
karena biaya sebuah konstruksi struktur bergantung pada material yang digunakan,
desain struktur yang dibuat dan waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah
konstruksi. Suatu bagian yang ada dalam rangkaian struktur organisasi proyek yang
bertugas mendatangkan, menyimpan dan menyalurkan seluruh material atau alat proyek
ke bagian pelaksana lapangan adalah Logistik Proyek.

Bahan-bahan yang di gunakan dalam pekerjaan kolom, antara lain:


1. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland gresik jenis IP-U yang telah ber-
SNI 15-0302-2004. Sedangkan untuk Acian dan perekat susunan Bata Ringan
menggunakan jenis Powerbond 879 dan powerbond 889. Semen harus disimpan
sedemikian rupa sehingga mencegah terjadinya kerusakan bahan atau pengotoran oleh
bahan lain. Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup,
sedemikian rupa sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab,
terjamin tidak tercampur dengan bahan lain.
Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen tersebut
di lokasi pekerjaan.

Gambar 4.1 Semen Portland Gresik


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

2. A i r
a. Kriteria air dalam PBI 1971, antara lain:
1. Air untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh mengandug minyak,
asam,alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak
beton dan /atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya air dipakai air bersih
yang dapat diminum.
2. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
b. Fungsi air dalam beton (Wika, 2004):
1. Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai bahan pengikat.
2. Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat & semen
serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability).

3. Kawat Bendrat
Kawat bendrat adalah kawat yang terbuat dari baja lunak berdiameter
minimum 1 mm yang memiliki fungsi untuk mengikat rangkaian baja tulangan agar
kedudukannya tidak berubah dan kawat bendrat juga berfungsi memperkuat hubungan
antar sambungan tulangan sehingga sambungan dapat bekerja sama menahan beban
yang bekerja.

Gambar 4.2 Kawat bendrat dan proses pelemasan kawat bendrat


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
4. Agregat
a. Pasir (agregat halus)

Kriteria agregat halus dalam PBI 1971, antara lain:


1. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.
2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. apabila kadar lumpur melampaui
5%, maka agregat halus harus dicuci.
4. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton.

Gambar(a) 4.3 agregat halus( pasir)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
b. Agregat Kasar (Kerikil dan batu pecah)
Agregat dengan φ butiran > 5 mm
Jenis agregat kasar (Wika, 2004):
1) Alami ⇒ hasil desintegrasi alam (kerikil), dengan penggolongan:
a) Kerikil halus ⇒ φ 0,5 - 10 mm
b) Kerikil sedang ⇒ φ 10 - 20 mm
c) Kerikil kasar ⇒ φ 20 - 40 mm
d) Kerikil kasar sekali ⇒ φ 40 - 70 mm
2) Hasil pemecahan ⇒ dengan stone crusher, dengan penggolongan:
a) φ 0,5 - 10 mm (screen)
b) φ 10 - 20 mm
c) φ 20 - 40 mm
d) φ 40 - 80 mm
Kriteria agregat kasar dalam PBI 1971, antara lain:
1) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat kasar
adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
2) Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah
butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3) Agregat kasat tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. apabila kadar lumpur melampaui 1%,
maka agregat kasar harus dicuci.
4) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.

Gambar(b) 4.4 Agregat Kasar (kerikil)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
5. Baja

Baja yang digunakan dalam proyek ini sebagai tulangan dalam material beton
bertulang untuk mengatasi segala kelemahan sifat beton sehingga terwujud suatu aksi
komposit yang optimal. Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut ini :

1. Mutu dan jenis baja harus sesuai dengan table SNI 07/2052-2002.
2. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, gelombang-gelombang
dan berlapis-lapis.
3. Hanya diperkenenkan berkarat ringan dipermukaan saja.
4. Tulangan yang dipakai adalah tulangan ulir memakai BJTD-40.
5. Kualitas dan diameter nominal harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian
laboratorium, yang prinsipnya menyatakan nilai kuat leleh dan berat per meter
tulangan dari baja yang dimaksud.

Baja yang dugunakan pada proyek ini harus bebas karat, kotoran-kotoran, lapisan
lemak atau minyak, dan tidak cacat (retak, mengelupas, luka, dan sebagainya) karna
disamping mengurangi kekuatan bajanya itu sendiri juga akan merusak ikatan antara
baja dan beton. Menurut bentuk fisiknya, pada proyek ini terdapat dua jenis baja
tulangan yang digunakan yaitu baja tulangan polos (plain bar) dan tulangan ulir
(deformed bar).

Gambar 4.5 Baja


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
6. Lem Beton
Lem Beton adalah cairan yang berwarna putih, yang digunakan untuk
merekatkan beton lama dengan beton baru yang akan di cor.

Gambar 4.6 Lem Beton


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

4.3 Alat-alat kerja


Peralatan konstruksi merupakan semua alat yang digunakan selama konstruksi,
diantaranya adalah peralatan lapangan, peralatan laboratorium, dan peralatan kantor.
Dengan menggunakan peralatan yang sesuai, pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan
waktu yang lebih akurat serta memenuhi spesifikasi teknis. Namun dilihat darilatar
batasan masalah yang ada, maka penulis membatasi peralatan yang digunakan
dilapangan pada pekerjaan struktur tangga saja.

1. Pemotong Besi Tulangan (Bar Cutter)


Pemotong besi tulangan (Bar cutter) yaitu alat pemotong baja tulangan untuk
menghasilkan ukuran baja tulangan yang dibutuhkan. Pada proyek ini digunakan bar
cutter listrik JB Hardware. Keuntungan menggunakan menggunakan bar cutter listrik
model seperti gambar 4.5 adalah: Dapat memotong besi tulangan dengan diameter
besar dan mutu baja cukup tinggi, juga dapat mempersingkat waktu pekerjaan.
Cara kerja dari yaitu baja yang akan dipotong dimasukan kedalam gigi bar cutter
Gambar 4.7 Bar cutter, kegunaannya, dan cara kerja.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
2. Pembengkok Besi Tulangan (Bar Bender)
Pembengkok Besi Tulangan (Bar Bender) adalah alat yang digunakan untuk
membengkokan baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan
perencanaan. Kegunaan dari Bar Bender jenis ini adalah menghasilkan sudut yang
rapih, dan mempersingkat waktu pekerjaan.

Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokan dimasukkan di antara
poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut
bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokannya. Ujung tulangan pada poros
pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok . kemudian pedal ditekan sehingga
roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokan yang di
inginkan.

Gambar 4.8 ( Bar Bender Bending, kegunaan dan cara kerja)


(sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

3. Catut
Catut digunakan untuk mengikat dan memotong kawat bendrat serta biasa juga
digunakan mencabut paku.

Gambar 4.9 Catut


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
4. Meter
Meter digunakan untuk mengukur jarak dan panjang dari tulangan, usuk untuk
rangka bekisting dan bambu untuk perancah.

Gambar 4.10 Meter


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
5. Bar bander Manual (pembengkok besi tulangan)
Bar bender digunakan untuk membengkokkan besi tulangan baik dengan meja
kerja maupun tidak.

Gambar 4.11 Bar Bender Manual


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
6. Molen
Mollen (mesin adukan beton) merupakan alat pencampur bahan untuk
membuat adukan beton. Mollen ini digerakkan oleh tenaga mesin dan digunakan
untuk menghasilkan beton dalam jumlah sedikit. Pada proyek ini molen digunakan
dalam membuat adukan beton untuk lantai kerja, pondasi telapak, Saat alat ini
selesai digunakan maka drum dibersihkan dengan cara dicuci (diisi air sambil
mixer dijalankan). Agar drum selalu dalam keadaan kering maka drum diarahkan
ke bawah. Dalam pelaksanaan proyek ini hanya menggunakan dua buah mollen.
Penempatan mollen diperhatikan, sehingga dipenuhi keadaan-keadaan sebagai
berikut:

(a) Material atau bahan-bahan adukan diusahakan sedekat mungkin dengan


mollen sehingga dapat memperlancar kegiatan pengadukan beton,
(b) Mollen diletakkan dekat dengan bagian konstruksi yang akan dicor
sehingga waktu pengangkutan akan lebih cepat dan kekentalan adukan
beton tidak banyak berubah,
(c) Getaran mesin tidak boleh mengganggu bagian konstruksi.Adapun
kapasitas mollen 50 kg dengan mesin 2600 rpm.

Gambar 4.12 Molen


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

7. Concrete Bucket
Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck
mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump
dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari truck
mixerconcrete dituangkan kedalam Concrete bucket, kemudian pengangkutan
dilakukan dengan bantuan tower crane. Concrete bucket yang digunakan di peroyek
ini adalah Concrete Bucket 1000L

Gambar 4.13 concrete Bucket


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

8. Pipa tremie
Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton
pada saat pengecoran. Pipa tremie biasa dipasang pada ujung bawah concrete bucket
sehingga beton yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan menumbuk
lokasi pengecoran.
Pipa Tremie yang digunakan pada proyek ini adalah jenis Hoist Tremie pipe dengan
diameter 8.

Gambar 4.14 Pipa Trime


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
9. Tower Crane
Tower crane adalah salah satu jenis alat berat yang sering digunakan untuk
membangun gedung bertingkat atau jembatan. Fungsi tower crane ini adalah untuk
mengangkut material atau bahan maupun konstruksi bangunan dari bawah menuju
bagian yang ada di atas.
Fungsi dari Tower Crane adalah: Mengangkut bahan campuran dari Concrete
Bucket ke tempat yang lebih tinggi semisalkan ada pencoran, Mengangkut jenis alat
bantu atau bahan untuk struktur bagian paling atas bangunan, bisa juga untuk
mengangkut beckesting kolom dari lantai dasar yang sudah selesai di rakit,
menghemat waktu kerja.
Pada umumnya tower crane bisa di dapatkan dengan menggunakan sistem sewa.
Sehingga kontraktor tidak perlu menyediakan sendiri. Sistem pembayarannya sudah
termasuk transport ke lokasi dan teknis pemasangan serta pembongkaran sekaligus
ongkos untuk pengembaliannya lagi.

Gambar 4.15 Tower Crane


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
10. Uji Slump
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan
dengan mutu beton. Untuk pengujian uji slump dilakukan tahap-tahap pelaksanan
sebagai berikut :
1) Menyiapkan kerucut abrams dengan diameter atas 10 cm , bawah 20 cm dan
tinggi 30 cm yang diletakkan pada bidang datar namun tidak menyerap air.
2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil ditusuk 25
kali dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat.
3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil
rata-ratanya
4)Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump rencana akan direject.
Gambar 4.16 Uji Slum
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

11. Truk Mixer Adukan Beton ( Concrete Truck )


Truk adukan beton merupakan alat pengaduk beton dalam jumlah besar

(kapasitas muat adukan 3-7 ). Alat ini memberikan efisiensi yang lebih karena

adukannya lebih homogen dan kapasitas produksinya lebih tinggi dibandingkan


dengan tenaga manusia. Alat ini digerakkan oleh mesin diesel yang memutar cawan
tersebut dilengkapi dengan bilah-bilah (pengaduk) sehingga adukan beton cepat
homogen.Truk ini digunakan bila perusahaan pembuat adukan beton mengirimkan
beton ready mix kelokasi proyek. Selama pengangkutan, tabung truck mixer harus
selalu berputar agar tidak terjadi pengerasan ataupun pemisahan agregat, sehingga
mutu beton yang dibawa tidak berubah dari mutu yang dikehendaki. Penuangan
adukan beton pada cetakan biasa dilakukan dengan menggunakan ember baja (bucket)
atau bisa dengan menggunakan pompa beton (concrete pump) yang telah dipasangi
pipa untuk menyalurkan ke lokasi pengecoran.

Gambar 4.17 Truk Mixer Adukan Beton ( Concrete Truck )


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019
12. Vibrator
Vibrator adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran di mana
fungsinya ialah untuk pemadatan beton yang dituangkan ke dalam bekisting, atapun
saat pekerjaan plat lantai. Hal ini ditujukan agar kandungan udara yang terjebak
dalam campuran beton dapat keluar.

Gambar 4.18 Vibrator


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
13. Concrete Pump
Concrete Pump adalah sebuah alat yang digunakan untuk mentransfer cairan
beton dengan di pompa. Biasa dipakai di pekerjaan gedung bertingkat tinggi dan area
yang sulit untuk melakukan pengecoran. Concrete Pump yang di gunakan di peroyek
ini adalah Concrete Pump Mini.

Gambar 4.19 Concrete Pump


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)

14. Perancah (Scaffolding)

- menopang bekisting selama kekuatan beton belum mencapai yang


direncanakan,
- tempat berpijak pekerja yang akan melakukan pekerjaan di atas (lebih dari
1,5 m), misal pengecoran kolom, pemasangan instalasi listrik, acian balok-
balok, dll),
- menyokong tangga sementara

Gambar 4.20 Perancah


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM
5.1 Uraian Umum
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting
dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefenisikan kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopan paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Pelaksanaan pekerjaan kolom dapat dilakukan secara bertahap diantaranya
penetuan As kolom, pekerjaan bekisting , tulangan, pemasangan bekisting, pengecoran,
pembongkaran bekisting, dan perawatan kolom.
5.1.1 Proses Pelaksanaan Kolom
1. Penentuan As Kolom
Titik –titik As kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan pematokan
yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai penentuan letak
kolom. Cara penentuan As-as kolom pada lantai Ground adalah dengan menggunakan
alat theodolite. Marking ini menggunakan alat sipatn dengan cara memasukan tinta
Bak kedalamnya, caranya disentuhkan ke plat akan membentuk garis hitam.
2. Pekerjaan Bekisting
Pada proyek ini menggunakan bekisting Knock Down jadi untuk pembuatan
bekistingnnya agak lebih mudah karena pada bekisting knock down kita hanya cukup
mengatur ukuran bekisting sesuai dengan kolom yang sudah direncanakan. Jenis
bekisting ini terbuat dari baja dan besi hollow yang kuat. Sementara itu dari segi
harga, bekisting knock down memang lebih mahal dibandingkan bekisting
konvensional yang menggunakan triplek dan papan. Namun bekisting knock down
bisa dipakai berulangkali, tahan lama dan juga awet. Cara pemakaian dan perawatan
yang tepat dapat membuat bekisting knock down ini semakin tahan lebih lama.
Setelah pemakaian, elemen bekisting knock down ini sebaiknya dibersihkan dari sisa-
sisa material yang menempel agar dapat digunakan lagi dengan kualitas yang tidak
berkurang.
Jika ditotal biaya yang harus dikeluarkan sampai proyek selesai dilakukan, maka
biaya penggunaan bekisting knock down ini jauh lebih hemat dari bekisting
konvesional. Saat ini bekisting knock down semakin mudah dipesan dan semakin
menjamur pula penyewaannya. Bandingkan saja dengan penggunaan triplek dan
papan kayu yang tak bisa digunakan dalam pengerjaan bekisting jangka panjang.

Gambar 5.1 Pembuatan bekisting


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
3. Pekerjaan tulangan
Pekerjaan pembesian tulangan pokok kolom dilakukan di tempat terpisah. Setelah
pekerjaan pembesian selesai, kemudian diangkut menggunakan Tower Crane untuk
dipasang pada titik koordinat kolom. Tulangan yang digunakan dalam
penulangan kolom adalah :
 Untuk tulangan pokok yang digunakan adalah tulangan ilir D19 untuk kolom
K1 dan K2, sedangkan untuk kolom K3 digunakan besi D19 dan D16
 Untuk tulangan sengkang digunakan tulangan ilir D13.
Tahapan-tahapan pekerjaan tulangan kolom adalah:
1) Pertama-tama dilakukan marking kolom (sipatan) dengan menggunakan
theodolite, dimana ukuran diambil dari titik as bangunan. Kemudian dilakukan
pemasangan stek tulangan kolom. Kemudian ujung besi tulangannya
dibengkokkan dengan bar bander pada meja kerja.
Gambar (a) 5.2 Pembengkokan tulangan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
2) Pengadaan material tulangan kolom.
3) Tahap selanjutnya adalah melakukan pabrikasi pembesian tulangan utama
dan sengkang untuk kolom pada lokasi pabrikasi dengan bantuan alat bar
bender dan bar cutter.
4) Baik tulangan utama, sengkang, ties maupun ekstra dapat disesuaikan
terlebih dahulu ukurannya sebelum pemasangan. Jika panjang besi melebihi
dari gambar kerja, besi dapat dipotong dengan menggunakan mesin Bar
cutter dan untuk kait tulangan sengkang atau tulangan kolom yang
memerlukan pembengkokan, maka bisa menggunakan mesin bar bender.
5) Tulangan utama dengan sengkang maupun tulangan ekstra diikat dengan
menggunakan kawat branded guna menjaga sambungan agar tidak lepas saat
pengecoran.
6) Kemudian selanjutnya dilakukan pemasangan tulangan ties.
7) Setelah pabrikasi besi selesai dilakukan kemudian diangkut dengan
menggunakan tower crane untuk dipasang di lokasi kolom yang telah
ditentukan.

Gambar ( b) 5.3 Pemasangan begel pada kolom


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
8) Jarak antara sengkang adalah 10 cm untuk tumpuan dan 20 meter untuk
lapangan diatur sesuai dengan gambar rencana.
9) Pembesian kolom dipasang overlap dengan spesifikasi penyaluran tulangan
tumpuan dan lapangan.
4. Pemasangan Beskiting Kolom
Setelah tulangan terpasang langkah berikutnya yaitu pemasangan bekisting,
pada proyek ini menggunakan bekesting knok down . Berikut cara-cara
pemasangan Bekisting pada Kolom yaitu :
1) Pemasangan pembatas bekisting (sepatu kolom) dengan cara membuat
kotakkan dari pelat besi sebesar ukuran kolom dengan kedalaman 1 cm
(masuk ke dalam kolom) dan tinggi 10 cm sehingga berfungsi juga sebagai
plint kolom agar ending kolom dengan lantai terlihat rapih. Pelat besi
tersebut kemudian diletakan sesuai dengan marking yang ada
2) Proses selanjutnya adalah melakukan pembersihan area kolom yang akan di
cor dengan menggunakan mesin compressor agar beton lama dengan baru
bisa melekat dengan sempurna, dan oleskan pelumas pada bgian dalam agar
hasil lebih baik.
3) Ikatkan tahu beton pada sengkang dengan jarak 30 - 40 cm
4) Kemudian selanjutnya kontraktor akan mengajukan form ijin pengecoran
untuk terlebih dahulu dilakukan joint survey bersama antara konsultan
pengawas dengan kontraktor untuk mengecek pemasangan besi kolom.
5) Kemudian rakit bekesting sesuai dengan kolom yang sudah direncanakan
6) Pemasangan tie rod ( pengunci ) untuk kolom
7) Setelah perakitan bekisting selesai maka bekisting diangkat dengan
menggunakan tower crane dan Pasang bekisting kolom tegak lurus dengan
tulangan kolom yang sudah terpasang dan rapatkan bagian bawah bekisting
dengan pembatas bekisting (sepatu kolom)
8) Bekesting diperkuat oleh penyangga (push pull) bekisting kolom. Push pull
diikat ke base plate dengan menggunakan trubolt 16 mm dengan panjang 10
cm sebanyak 3 titik per push pull.
9) Kunci bagian ujung atas push pull dengan locking pin dan cotter pin
10) Pasangkan kicker brace di bagian bawah push pull
11) Memasangkan benang dan unting-unting pada sisi bekesting, tunggu
hingga unting-unting stabil. Ukur bagian atas dan bawah benang dengan
bekesting mengunakan penggaris siku, jika belum sama atur panjang puss
pull hingga mencapai jarak yang sama
12) Pemasangan scaffolding
Gambar 5.4 mengatur jarak begel
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
5. Pengecoran kolom
Pekerjaan pengecoran sendiri memiliki beberapa tahap dan sejumlah alat
pendukung agar mutu dari pengecoran sesuai dengan spesifikasi rencana.
Tahap- tahap pengecoran kolom sebagai berikut:
1) Tentukan titik pengecoran pada Shop Drawing.
2) Kemudian Supervisor atau Quality Control membuat surat izin pelaksanaan
pengecoran kolom kepada konsultan pengawas.
3) Periksa kebersihan pada sambungan atau pada batas pengecoran.
4) Permukaan sambungan beton lama dengan beton baru yang akan dicor
disiram dengan menggunakan Calbond (Bahan perekat berupa air semen).

Gambar (a) 5.5 Lem Beton


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
5) Siapkan Concrete Bucket untuk pekerjaan pengecoran.
Gambar (b) 5.6 Concrete Bucket
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
6) Beton Ready Mix dari Batching Plant beton dengan mutu beton kolom K-
400.

Gambar (c) 5.7 beton ready mix


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
7) Pengujian slump beton dilakukan dengan memadatkan adukan beton Ready
Mix dengan menusukan tongkat berdiameter 16 mm sepanjang 60 cm
sebanyak kali secara merata pada setiap lapis adukan dan dilakukan
berulang sampai tiga lapisan pada cetakan logam kerucut. Hal ini bertujuan
untuk memadatkan rongga-rongga kosong pada adukan beton. Setelah itu
permukaan beton uji diratakan, dan cetakan diangkat perlahan lahan. Nilai
slump normal berada pada 14 ± 2 cm.
8) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, beton Ready Mix dituang
kedalam concrete bucket dan ditutup serta dikunci agar tidak tumpah
kemudian diangkut dengan menggunakan tower crane.

Gambar (d) 5.8 tower crane mengangkut beton yang berada


di concrete bucket
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
9) Setelah concrete bucket tiba dilokasi pengecoran, tutupnya dibuka dan beton
dituangkan kedalam bekisting.
Gambar (e) 5.9 Pengecoran kolom
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
10) Padatkan beton dengan menggunakan Concrete Vibrator. Concrete Vibrator
sedapat mungkin dimasukkan ke dalam adukan beton dengan posisi yang
vertikal.
6. Pembongkaran beskiting kolom
Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap mulai
mengeras. Pada Pembangunan Gedung RSUD Pangandaran ini bekisting kolom
dilepas sekitar kurang lebih 24 jam atau ± 2 hari setelah proses pengecoran
dilaksanakan. Pembongkaran bekisting harus mendapat ijin terlebih dahulu dari
pengawas proyek atau MK. Proses pelepasan bekisting dilakukan dengan hati hati
untuk menghindari kolom dari kerusakan. Bekisting yang telah dilepas diangkat
dengan menggunakan Tower Crane dan dibersihkan bagian permukaan dalamnya
serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada titik kolom selanjutnya.
Proses pembongkaran bekisting kolom merupakan tahap terakhir dari pekerjaan
kolom,
Proses pembongkaran bekisting kolom adalah sebagai berikut:
1) Kendorkan semua tie rod dan kicker Brace lalu secara bersamaan bekisting
kolom akan lepas dengan sendirinya dari muka beton.
2) Bekisting kolom kemudian diangkat dan dipindahkan dengan menggunakan
tower crane untuk dapat dipasangkan pada titik kolom berikutnya.

Gambar 5.10 Pembongkaran bekesting


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
3) Proses pengangkatan/pemindahan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah cacatnya hasil pengecor.
7. Perawatan Kolom beton
Pengecoran kolom bekisting boleh dilepas dan dilakukan pelaksanaan
perawatan beton atau curing beton dengan menggunakan Ultrachem Curing
Coumpond. Hal ini dilakukan untuk merawat beton agar tidak terlalu cepat
kehilangan air atau menjaga kelembaban beton, suhu beton dan memperbaiki beton
apabila terjadi keretakan.

5.2 Analisa Struktur kolom


5.2.1 Data Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan

pada suatu kolom m

erupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Pendimensian
kolom gedung RSUD Pangandaran direncanakan sesuai dengan perencanaa
pelaksanaan proyek, seperti pada Dimensi kolom sebagai berikut:

Tabel 5.1 Dimensi Kolom


Jarak Jumblah Dimensi
Lebar (b) Tinggi (h)
No Tipe Kolom Sengkang Tulangan Tulangan

Cm Cm Cm mm

10 untuk Lt 1,2,3 =
Tumpuan, 14
1 Kolom K1 40 75 D19
15 untuk
Lapangan Lt 4 = 12

10 untuk Lt 1,2,3 =
Tumpuan, 14
2 Kolom K2 40 70 D19
15 untuk
Lt 4 = 12
Lapangan

10 untuk
Tumpuan, 4D19 +
40 40 8
20 untuk 4D16
3 Kolom K3 Lapangan
5.3 Masalah Diperoyek dan Solusi
Adapun masalah yang didapatkan saat melaksanakan peroyek Pembangunan
RSUD pangandaran adalah sebagai berikut :
1. Adanya keselahan menghitung kebutuhan semen oleh pelaksana lapangan sehingga
menghambat waktu untuk melakukan pengecoran.
Solusi :
Sebaiknya Perhitungan kebutuhan untuk bahan konstruksi dilakukan dengan
teliti agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek.
2. Pada saat melakukan penggalian untuk pembuatan STP tanah yang dekat dengan
Gegung gedung G, atau tanah yang berada di antara STP dan gedung G itu
Perlahan terkikis sehingga pondasi kolom yang berada di gedung G dapat terlihat
dan bisa menggangu kekuatan pondasi untuk bangunan itu sendiri.
Solusi:
 Jika ada pambangunan yang direncanakan akan berdekatan dengan
STP sebaiknya Penggalian atau STP nya dibuat terlebih dahulu, agar
tidak terjadi pembengkakan dana dari yang direncanakan
 Dibuatkan penahan Beton untuk menahan tanah yang berada pada
gedung G agar tidak terus terkikis.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan selama melaksanakan kerja


praktek pada proyek pembangunan di RSUD Pangandaran adalah sebagai berikut:

1. Sering ditemukan pekerja proyek di Indonesia khususnya proyek di RSUD


Pangandaran ini tidak memakai perlengkapan kesehatan, keselamatan kerja
( K3).
2. Dalam pengendalian proyek diperlukan pengendalian waktu, mutu, dan biaya
untuk menghindarkan terjadinya keterlambatan pekerjaan.
3. Pemeriksaan sebelum pekerjaan pengecoran dapat menghindarkan kesalahan
yang dapat menyebabkan terhambatnya suatu pekerjaan.

6.2 Saran

Setelah melaksanakan kerja praktek penulis mencoba memberikan beberapa


saran berdasarkan hasil yang dikuti di lapangan selama ± 2 bulan yaitu antara
lain:

1. Di suatu proyek kepala tukang atau mandor harus mempunyai gambar


sehingga proyek ini bisa berjalan sesuai perencanaan.
2. Dalam Pengadaan material harus benar-benar diperiksa secara periodik
untuk memastikan semua material tersedia cukup bagi pekerjaan dan sesuai
dengan rencana. Sehingga tidak terjadi pengangguran.
3. Setiap minggu paling kurang minimal sekali melakukan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pangandarankab.go.id/profil-pangandaran/ Selayang pandang DOB Kabupaten


Pangandaran

Kementrian Pekerjaan Umum (2013). Beban Minimun Untuk Perancangan Bangunan


Gedung dan Struktur. (SNI-1727-2013). Jakarta: Erlangga.

http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/jenis-jenis-pondasi-bangunan.html

Bowles, J.E., 1991. Analisis dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Bowles, J.E., 1991. Analisis dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

SNI 1437 Bangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai