Pelaksanaan dan Analisa Struktur Kolom Pada Proyek Pembangunan Gedung RAMP
RSUD Pangandaran
Disusun oleh :
(2016013053)
FAKULTAS TEKNIK
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN JUDUL
Disusun
oleh :
ISIDORUS TRISMON HAMBUT
2016013053
Disetujui
Oleh :
Dosen Pembimbing
HALAMAN PERSETUJUAN
PELAKSANAAN STRUKTUR KOLOM
PADA PROYEK RAMP RSUD PANGANDARAN
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-1
perogram Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
Disusun
oleh :
ISIDORUS TRISMON HAMBUT
2016013053
Disetujui
Oleh :
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha ESA atas berkat dan karunia-
Nya laporan kerja peraktek ini dapat selesai di kerjakan.
Penulis menyadari, Laporan Kerja Prektek ini tidak dapat di selesaikan tepat pada waktunya
tanpa bimbingan, bantuan, dan do’a dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebersarnya kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi,doa, arahan
dan bimbingan, serta dukungan moril maupun materiil.
2. Bapak Dimas Langga chandra galuh, M.Eng selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek
yang telah memberikan bimbingan dan banyak masukan kepada penulis
3. Seluruh Staff PT. Hutama Karya (Persero) dan seluruh Staff PT. Indah Karya (Persero) di
Proyek RSUD Pangandaran yang telah memberikan ilmu dan pengalamanya kepada
penulis selama melaksanakan Kerja Praktek ini.
4. Akhir kata penulis memohon kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan di masa yang
akan datang. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
5. Semua pihak yang penulis tidak penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis memohon kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan di masa yang
akan datang. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ v
BAB 1 PENDAHULUAN
3.1 Pengertian..............................................................................................................13
3.2 Unsur-unsur Pengelola Proyek..............................................................................16
3.3 Hubungan Kerja dan Tanggung Jawab..................................................................19
3.4 Stuktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Proyek.................................................21
3.5 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)...............................................................22
BAB V PEMBAHASAN
6.1.2 Saran..................................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................56
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini memicu gejala informasi
yang merupakan tantangan bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan
kemampuanya. Sejak diterima sebagai Mahasiswa di perguruan tinggi sampai
menjelang akhir studi, Mahasiswa lebih banyak memperoleh pengetahuan teori dan
teori keterampilan melalui mendengar, melihat dan praktek serta diskusi. Tingkat
penguasaanya mungkin belum seperti apa yang diharapkan, artinya belum dapat
menerapkan atau mempraktekkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan, ini
terjadi karena dunia kerja masih terasa asing bagi mahasiswa.
Untuk dapat mengenal dunia kerja sekaligus mempraktekkan yang sudah diperoleh
oleh Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Fakultas Teknik Program
Studi Teknik Sipil maka di wajibkan melakukan Kerja Praktik ( KP ), minimal selama
256 jam atau 1,5 bulan apabila sudah memenuhi syarat- syarat yang sudah ditentukan.
Kerja Praktik ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa dunia industri atau dunia
kerja sehingga tercipta lulusan yang diharapkan mempunyai pengalaman serta
ketrampilan untuk menjadi tenaga ahli yang profesional.
Pemilihan tempat praktik harus memenuhi ketentuan dan syarat- sayarat yang
ditentukan oleh Fakultas teknik atau Program Studi Teknik sipil, dalam Kerja Praktik
ini penulis mendapat kesempatan untuk mengamati secara langsung dan
mengembangkan kreatifitas pada Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran.
Bidang yang akan dipelajari dalam Kerja Praktik, Penulis menyesuaikan dengan
Pembimbing yang berdasarkan dengan latar belakang program studi dan fakultas,
kesesuaian dengan masalah yang ada dilapangan. Pemilihan Konsentrasi yang akan
diuraikan penulis adalah Pelaksanaan Pekerjaan kolom pada pembangunan RSUD
Kabupaten Pangandaran.
1.2 Maksud
Maksud dari program Kerja Praktek dalam batasan masalah dibawah ini adalah:
1. Untuk memperoleh pengalaman nyata secara visual dari pelaksanaan
pekerjaan struktur kolom.
2. Untuk membandingkan ilmu praktis di lapangan dengan ilmu akademis selama
perkuliahan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Kerja Praktek adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendidik sifat mental dan disipilin kerja dan profesional baik secara
teknis maupun nonteknis.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan kolom di lapangan.
3. Untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam proses langsung dalam
proses pekerjaan struktur kolom yang sedang berjalan di lapangan.
4. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi selama proses
pekerjaan struktur kolom di lapangan.
PERENCANAAN PROYEK
1. Aman, hal ini berarti bahwa beban yang nantinya akan diaplikasikan pada
konstruksi yang direncanakan tidak melebihi ambang bebas yang
disyaratkan. Selain itu juga perlu diperhatikan beberapa perubahan fungsi
bangunan agar sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan.
2. Nyaman, hal ini menyatakan suatu konstruksi yang didesain tersebut dapat
memberikan kenyamanan bagi yang menggunakan artinya bahwa konstruksi
tersebut tidak mengalami kerusakan fisik dan ketidaksesuaian spesefikasi
yang dapat memberikan beban moral dan psikologi bagi pengguna.
3. Efisien, hal ini menyatakan sebagai suatu bentuk fungsi atau kegunaan dari
konstruksi yang telah direncanakan agar dapat dimanfaatkan dan
diperdayakan sebesar mungkin.
4. Ekonomis, dalam hal ini ekonomis bukan hanya berarti murah, namun lebih
tepat diartikan sebagai suatu bentuk korelasi pengeluaran yang dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk dengan spesifikasi kualitas dan persyaratan
yang ada.
Menentukan letak konstruksi perlu dilakukan beberapa tinjauan atau survey yang
secara umum meliputi :
1. Survey Lokasi
Survey lokasi dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti situasi lokasi yang
akan dipakai untuk melaksanakan proyek. Dengan melakukan survey lokasi,
perencanaan dapat mengatahui batas lahan yang digunakan untuk proyek
tersebut sehingga dapat menentukan tempat peletakan material, jaringan listrik,
dan lain sebagainya.
2. Survey Topografi
Survey topografi sangat membantu dalam menentukan elevasi lantai
bangunan, penetapan sumur resapan, jaringan drainase, dan menentukan
bentuk arsitektur bangunan, dengan demikian akan didapat suatu bentuk
bangunan yang serasi dan harmonis dengan keadaan alam yang telah ada.
3. Survey Lingkungan
Survey lingkungan dimaksud untuk mengatahui sejauh mana lingkungan
dapat mendukung kelayakan suatu proyek. Dengan survey lingkungan
perencana mengatahui dari mana bahan dan material akan didatangkan,
tenaga kerja yang akan dipakai, dan sejauh mana pengaruh keberadaan
proyek tersebut terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
4. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengatahui kondisi tanah (keadaan,
jenis, dan parameter teknis tanah) yang ada dilapangan sebelum mendirikan
bangunan diatas tanah tersebut. Penyelidikan tanah dilakukan setelah lokasi
kedudukan bangunan dikatahui secara tepat.
BAB III
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK
3.1 Pengertian
Organisasi proyek adalah suatu perpaduan usaha secara sistematika yang saling
berkaitan dengan memanfaatkan sumber daya yang terbatas dan sampai batas waktu
tertentu untuk mencapai/membangun sebuah bangunan atau infrastruktur tertentu.
Dalam suatu proyek perlu adanya sebuah sistem organisasi dan manajemen yang baik
untuk mendapatkan suatu hasil yang diinginkan dengan kualitas yang baik. Pekerjaan
pengendalian proyek ini dilaksanakan oleh Manajemen Konstruksi (MK) atau
konsultan pengawas sebagai sistem kontrol yang akan mengendalikan dan
menyelesaikan masalah teknis maupun non teknis.
Suatu proyek biasanya ditandai oleh suatu hal yang kompleks dan banyak sekali
mengandung resiko dan permasalahan serta ketidakpastian yang terlihat dalam
pelaksanaannya. Semakin besar suatu proyek maka semakin besar pula resiko dan
tingkat ketidakpastiannya. Untuk mencapai hasil maksimal sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan, diperlukan suatu sistem kerja terpadu, disiplin kerja dan adanya
pembagian tanggung jawab yang jelas atau dengan kata lain diperlukan adanya
manajemen proyek yang tepat dan baik.
1. Penetapan Tujuan
Tahap ini yaitu tahap awal yang harus ditentukan terlebih dahulu dengan
memperhatikan hal-hal utama seperti :
a. Tujuan yang ditetapkan harus realistis, artinya bahwa tujuan tersebut
memungkinkan untuk dicapai.
b. Tujuan yang ditetapkan harus spesifik, artinya tujuan jelas.
c. Tujuan yang ditetapkan harus terbatas waktu, artinya untuk mencapai
tujuan, ada durasi pencapaiannya.
2. Perencanaan (Planning)
a. Perencanaan berarti menetapkan tujuan berdasarkan perkiraan apa yang
akan terjadi dalam waktu yang akan datang (forecasting), dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penambahan dan masalah
pada waktu tersebut. Perencanaan dapat berupa rencana jangka pendek
dan jangka panjang.
b. Perencanaan adalah suatu pemilihan berdasarkan kenyataan dan
perkiraan yang berkaitan dengan waktu yang akan datang dalam usaha
merumuskan kegiatan untuk mencapai hasil yang direncanakan.
3. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan pengaturan
berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan, meliputi penugasan
orang dalam kegiatan serta menunjukkan hubungan kewenangan yang
dilimpahkan kepada masing-masing pelaksana pembangunan.
4. Pengarahan (Directing)
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya, tim harus diberi
pengarahan atau penjelasan tentang lingkup pekerjaan serta kapan pekerjaan
itu harus dimulai dan harus diselesaikan. Tugas utama kepala proyek adalah
memberikan perintah kepada stafnya untuk melakukan kegiatan tertentu yang
dapat dilakukan dalam waktu berurutan atau bersamaan. Tahap pengarahan
dapat didefenisikan sebagai kegiatan mobilisasi sumber daya yang dimiliki
agar dapat bergerak secara satu kesatuan sesuai rencana yang telah dibuat,
termasuk didalamnya melakukan motivasi dan koordinasi terhadap seluruh
staf.
5. Pengawasan (Supervising)
Pengawasan dapat didefenisikan sebagai interaksi langsung antara individu
dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini
berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu guna mendapatkan
keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai prosedur yang ditetapkan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam kenyataannya, kegiatan ini
dilakukan oleh pihak pelaksana konstruksi dan pihak pemilik proyek.
Pengawasan dilakukan oleh pelaksana konstruksi bertujuan mendapatkan
hasil yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek. Sedangkan pengawasan oleh
pemilik bertujuan untuk memperoleh keyakinan bahwa apa yang akan
diterimanya sesuai dengan apa yang dikehendaki. Parameter hasil
pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam spesifikasi.
6. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, evaluasi
kinerja dan langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat dilakukan
jika sebelumnya telah ada kegiatan perencanaan, karena esensi pengendalian
adalah membandingkan apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah
terjadi. Pemantauan kegiatan yang telah terjadi di lapangan harus dilakukan
dari waktu ke waktu. Selanjutnya dilakukan pembandingan antara apa yang
seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Jika realisasi prestasi
kegiatan melebihi dari prestasi rencana, maka dapat dikatakan bahwa proyek
dalam keadaan lebih cepat. Akan tetapi, apabila terjadi hal sebaliknya, maka
dapat dikatakan bahwa proyek terlambat. Pengelola proyek konstruksi tentu
mengharapkan proyek selesai lebih cepat.
PEMILIK PROYEK
Dinas Kesehatan
Kabupaten Pangandaran
Kontraktor Pelaksana
OWNER
Konsultan Perencana Kontraktor Manajemen Konstruksi
Keterangan :
: Hubungan perintah
: Hubungan koordinasi
Keterangan.
1. Helm pengaman
2. Kacamata pengaman
3. Sabuk pengaman
5. Sepatu pengaman
Selain alat pelindung diri seperti gambar di atas, ada beberapa pekerjaan
tertentu yang memerlukan alat pelindung diri berupa alat penutup telinga, pelindung
wajah, serta masker, dan lain sebagainya.
Dari hasil pengamatan dilapangan hampir semua ketentuan keselamatan kerja
dilaksanakan, sebagian besar menerapkan K3 dengan sangat baik.
BAB IV
ALAT DAN BAHAN
4.1 Uraian Umum
Kontruksi bangunan yang berkualitas baik, sangat bergantung pada kualitas dan
kuantitas bahan-bahan atau yang digunakan disamping tidak dilupakan peran dari tenaga
pelaksana yang terampil dan berpengalaman. Pada proyek ini pemakaian dan
penggunaan bahan serta peralatan diutamakan dari daerah disekitar proyek. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk mendapatkan kebutuhan bahan dan peralatan yang
kualitasnya lebih baik dari luar daerah. Untuk itu dalam penggunaan bahan dan alat kita
pilih sesuai dengan standar kebutuhan pada kondisi dilapangan.
4.2 Bahan
Pemilihan jenis bahan / material apa yang akan digunakan dalam sebuah konstruksi
didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama dilihat dari segi
ekonomis. Keekonomisan merupakan pertimbangan utama dalam konstruksi struktur
karena biaya sebuah konstruksi struktur bergantung pada material yang digunakan,
desain struktur yang dibuat dan waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah
konstruksi. Suatu bagian yang ada dalam rangkaian struktur organisasi proyek yang
bertugas mendatangkan, menyimpan dan menyalurkan seluruh material atau alat proyek
ke bagian pelaksana lapangan adalah Logistik Proyek.
2. A i r
a. Kriteria air dalam PBI 1971, antara lain:
1. Air untuk perawatan dan pembuatan beton tidak boleh mengandug minyak,
asam,alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak
beton dan /atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya air dipakai air bersih
yang dapat diminum.
2. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.
b. Fungsi air dalam beton (Wika, 2004):
1. Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai bahan pengikat.
2. Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat & semen
serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability).
3. Kawat Bendrat
Kawat bendrat adalah kawat yang terbuat dari baja lunak berdiameter
minimum 1 mm yang memiliki fungsi untuk mengikat rangkaian baja tulangan agar
kedudukannya tidak berubah dan kawat bendrat juga berfungsi memperkuat hubungan
antar sambungan tulangan sehingga sambungan dapat bekerja sama menahan beban
yang bekerja.
Baja yang digunakan dalam proyek ini sebagai tulangan dalam material beton
bertulang untuk mengatasi segala kelemahan sifat beton sehingga terwujud suatu aksi
komposit yang optimal. Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut ini :
1. Mutu dan jenis baja harus sesuai dengan table SNI 07/2052-2002.
2. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, gelombang-gelombang
dan berlapis-lapis.
3. Hanya diperkenenkan berkarat ringan dipermukaan saja.
4. Tulangan yang dipakai adalah tulangan ulir memakai BJTD-40.
5. Kualitas dan diameter nominal harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian
laboratorium, yang prinsipnya menyatakan nilai kuat leleh dan berat per meter
tulangan dari baja yang dimaksud.
Baja yang dugunakan pada proyek ini harus bebas karat, kotoran-kotoran, lapisan
lemak atau minyak, dan tidak cacat (retak, mengelupas, luka, dan sebagainya) karna
disamping mengurangi kekuatan bajanya itu sendiri juga akan merusak ikatan antara
baja dan beton. Menurut bentuk fisiknya, pada proyek ini terdapat dua jenis baja
tulangan yang digunakan yaitu baja tulangan polos (plain bar) dan tulangan ulir
(deformed bar).
Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokan dimasukkan di antara
poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut
bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokannya. Ujung tulangan pada poros
pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok . kemudian pedal ditekan sehingga
roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokan yang di
inginkan.
3. Catut
Catut digunakan untuk mengikat dan memotong kawat bendrat serta biasa juga
digunakan mencabut paku.
7. Concrete Bucket
Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck
mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump
dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari truck
mixerconcrete dituangkan kedalam Concrete bucket, kemudian pengangkutan
dilakukan dengan bantuan tower crane. Concrete bucket yang digunakan di peroyek
ini adalah Concrete Bucket 1000L
8. Pipa tremie
Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton
pada saat pengecoran. Pipa tremie biasa dipasang pada ujung bawah concrete bucket
sehingga beton yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan menumbuk
lokasi pengecoran.
Pipa Tremie yang digunakan pada proyek ini adalah jenis Hoist Tremie pipe dengan
diameter 8.
(kapasitas muat adukan 3-7 ). Alat ini memberikan efisiensi yang lebih karena
erupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Pendimensian
kolom gedung RSUD Pangandaran direncanakan sesuai dengan perencanaa
pelaksanaan proyek, seperti pada Dimensi kolom sebagai berikut:
Cm Cm Cm mm
10 untuk Lt 1,2,3 =
Tumpuan, 14
1 Kolom K1 40 75 D19
15 untuk
Lapangan Lt 4 = 12
10 untuk Lt 1,2,3 =
Tumpuan, 14
2 Kolom K2 40 70 D19
15 untuk
Lt 4 = 12
Lapangan
10 untuk
Tumpuan, 4D19 +
40 40 8
20 untuk 4D16
3 Kolom K3 Lapangan
5.3 Masalah Diperoyek dan Solusi
Adapun masalah yang didapatkan saat melaksanakan peroyek Pembangunan
RSUD pangandaran adalah sebagai berikut :
1. Adanya keselahan menghitung kebutuhan semen oleh pelaksana lapangan sehingga
menghambat waktu untuk melakukan pengecoran.
Solusi :
Sebaiknya Perhitungan kebutuhan untuk bahan konstruksi dilakukan dengan
teliti agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek.
2. Pada saat melakukan penggalian untuk pembuatan STP tanah yang dekat dengan
Gegung gedung G, atau tanah yang berada di antara STP dan gedung G itu
Perlahan terkikis sehingga pondasi kolom yang berada di gedung G dapat terlihat
dan bisa menggangu kekuatan pondasi untuk bangunan itu sendiri.
Solusi:
Jika ada pambangunan yang direncanakan akan berdekatan dengan
STP sebaiknya Penggalian atau STP nya dibuat terlebih dahulu, agar
tidak terjadi pembengkakan dana dari yang direncanakan
Dibuatkan penahan Beton untuk menahan tanah yang berada pada
gedung G agar tidak terus terkikis.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/jenis-jenis-pondasi-bangunan.html
Bowles, J.E., 1991. Analisis dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Bowles, J.E., 1991. Analisis dan Desain Pondasi, Edisi keempat Jilid 2, Erlangga, Jakarta.