Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PADA BANGUNAN GEDUNG DI KOTA SINGKAWANG

Ari Mursyadi

Abstrak
Kejadian kebakaran dapat terjadi dimana dan kapan saja. Untuk itu tulisan ini bertujuan
untuk mengetahui dan memahami sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada
bangunan gedung di Kota Singkawang. Dari aspek lokasi, bangunan gedung yang dijadikan
obyek penelitian ini dibatasi pada Kecamatan Singkawang Barat saja, karena berdasarkan
data tingkat kebakaran yang tertinggi pada 5 tahun terakhir berada pada Kecamatan
Singkawang Barat.
Pembahasan menggunakan kajian teori dan peraturan-peraturan terkait menggunakan
metode paradigma rasionalistik dan metode kualitatif. Teori konsep Wilayah Manajemen
Kebakaran (WMK) dengan parameter dan indikator yang tercakup di dalamnya
diimplementasikan tanpa mengabaikan kebijakan lokal (local logic) dan potensi khusus
yang dimiliki.
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif
dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan
data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-
dokumen lainnya
Kesimpulan akhir menunjukkan bahwa: (1) ada beberapa potensi masalah perkotaan terkait
sistem proteksi kebakaran bangunan gedung yang terindentifikasi di Kota Singkawang; (2)
Ketersediaan pos kebakaran beserta sarana dan prasarananya di dalam penanggulangan
kebakaran bangunan gedung Kota Singkawang masih perlu ditambah jumlahnya; (3) Secara
yuridis formal dokumen rencana penanggulangan dan penetapan wilayah manajemen
kebakaran bangunan gedung sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta
petunjuk teknis yang berlaku; (4) Banyak institusi pemerintah dan non pemerintah yang
sudah terlibat secara aktif dalam menangani permasalahan kebakaran bangunan gedung di
Kota Singkawang. Keterkaitan dan koordinasi antar sesama lembaga juga sudah sangat baik
dan sinergis satu sama lain. Namun institusi yang khusus menangani urusan kebakaran
bangunan di Kota Singkawang sejak tahun 2008 hingga saat ini sudah tidak ada lagi; (5)
konsep pengelolaan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) melalui Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota Singkawang masih memerlukan banyak
dukungan finansial dan dukungan lainnya.
Kata Kunci : kebakaran, bangunan gedung, penanggulangan.
1. PENDAHULUAN bangunan gedung di Kota
Singkawang ?”
1.1. Latar Belakang
Di Kota Singkawang terdapat 1.3. Tujuan Penelitian
beragam zona-zona bahaya Tujuan penelitian ini adalah :
kebakaran (Hazard Mapping) yang a. Untuk mengidentifikasi potensi
didalamnya ada hal-hal yang harus masalah perkotaan terkait sistem
diwaspadai jika suatu saat bencana proteksi kebakaran di Kota
kebakaran dapat terjadi dan Singkawang.
menimbulkan banyak korban, harta b. Untuk mengetahui ketersediaan
benda terlebih lagi terhadap nyawa. pos kebakaran beserta sarana dan
Adanya berbagai kendala teknis prasarananya di dalam
dalam penanggulangan terjadinya penanggulangan kebakaran
kebakaran, sulitnya daya jangkau bangunan gedung di Kota
mobil pemadam kebakaran terhadap Singkawang.
kawasan yang terbakar baik dalam c. Untuk menganalisa rencana
kota maupun diluar kota, minimnya penanggulangan dan manajemen
sumber air dalam memadamkan kebakaran, pos kebakaran, sarana
kebakaran, keseluruhan itu dan peralatan penanggulangan
merupakan kendala dan kebakaran bangunan gedung dan
permasalahan umum yang dihadapi kelembagaannya.
didalam lapangan.
1.4. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
Dari aspek lokasi, bangunan
atas, penulis tertarik untuk meneliti
gedung yang akan dijadikan obyek
kebijakan Pemerintah Kota
penelitian ini dibatasi pada
Singkawang dalam sistem
Kecamatan Singkawang Barat saja,
pencegahan dan penanggulangan
dengan justifikasi bahwa berdasarkan
bahaya kebakaran bangunan gedung
data tingkat kebakaran yang tertinggi
di Kota Singkawang. Secara lebih
pada 5 (lima) tahun terakhir berada
spesifik, kebijakan Pemerintah Kota
pada Kecamatan Singkawang Barat.
Singkawang dalam konteks ini
1.5. Manfaat Penelitian
dibatasi pada aspek perencanaan dan
Dari penelitian ini diharapkan akan
langkah antisipasif dalam
dapat memberikan manfaat :
penanggulangan bahaya kebakaran
a. Bagi pemilik bangunan gedung,
bangunan gedung di Kota
hasil penelitian ini diharapkan
Singkawang sebelum musibah
dapat dijadikan bahan
kebakaran itu terjadi.
pertimbangan untuk memperbaiki
1.2. Perumusan Masalah tata kelola dan ketersediaan
Berdasarkan uraian yang telah sarana dan prasarana guna
dikemukakan pada latar belakang di mengantisipasi resiko kebakaran;
atas, maka dapat disusun rumusan b. Bagi Pemerintah Kota
masalah sebagai berikut: “bagaimana Singkawang, hasil penelitian ini
sistem pencegahan dan diharapkan dapat dijadikan bahan
penanggulangan kebakaran pada masukan, baik untuk
penyempurnaan maupun untuk kemampuan untuk menimbulkan titik
pembuatan kebijakan baru; api jika diberikan panas. Ketika
c. Bagi penulis sendiri penelitian ini ketiga unsur penyalaan api tersebut
diharapkan dapat menambah saling bereaksi maka api akan
pengetahuan dan pengalaman menyala. Dan sebaliknya jika salah
penulis, terutama dalam bidang satu dari komponen tersebut
yang diteliti; dikendalikan, maka api akan padam.
d. Bagi peneliti selanjutnya,
2.1.2.Tetrahedron Api
penelitian ini diharapkan dapat
Tetrahedron of Fire merupakan
dijadikan bahan untuk kegiatan
pengembangan dari teori segitiga api
penelitian lanjutan dan
dimana selain ketiga unsur penyalaan
pengembangannya.
api berupa bahan bakar, sumber
1.6. Keluaran / Output panas, dan oksigen, masih ada satu
Adapun keluaran / output dari unsur lagi yang sangat
penelitian ini adalah sebuah mempengaruhi penyalaan api, yaitu
rekomendasi kebijakan dalam rantai reaksi kimia. Konsep keempat
menerapkan sistem pencegahan dan unsur api inilah yang menjadi
penanggulangan bahaya kebakaran landasan dalam pengembangan teori
bangunan gedung yang lebih baik di kebakaran, serta menjadi acuan yang
Kota Singkawang khususnya baik dalam mengembangkan sarana
Kecamatan Singkawang Barat (Pusat dan teknik pemadaman kebakaran
Kota). serta menjadi panduan merancang
sistem proteksi kebakaran yang
1.7. Sistematika Penulisan
handal.
Adapun tujuan dari sistematika
penulisan ini adalah untuk 2.1.3.Cara Penjalaran Api
mempermudah pembahasan pada a. Konduksi
setiap bab-bab yang berisikan uraian- Konduksi adalah proses
uraian yang dikemukakan. perambatan api melalui benda
padat, misalnya api merambat
2. TINJAUAN PUSTAKA melalui kayu, tembok beton,
2.1. Teori Api ataupun besi. Apabila terjadi
kebakaran di suatu ruangan, maka
2.1.1.Segitiga Api panas dapat merambat melalui
Menurut Davletshina dalam
tembok tersebut sehingga ruangan
Industrial Fire Safety Guidebook
di sebelahnya akan mengalami
(1998), teori segitiga api (fire
pemanasan juga sehingga api
triangle). Tiga faktor tersebut yaitu :
dapat merambat dengan mudah.
a. bahan bakar (fuel), b. sumber
b. Konveksi
panas (heat), c. Oksigen.
Konveksi adalah perpindahan
Menurut Furness dalam
kalor melalui zat penghantar yang
Introduction to Fire Safety
disertai dengan perpindahan
Management (2007), semua
bagian-bagian zat melalui media
komponen tersebut memiliki
cairan ataupun uap air. Apabila
terjadi kebakaran di suatu b. Kebakaran bahan cair / gas yang
ruangan, maka panas juga dapat mudah terbakar (Golongan B);
merambat melalui pergerakan c. Kebakaran instalasi listrik
atau aliran udara panas ke daerah bertegangan (Golongan C);
sekitar ruangan tersebut. Aliran d. Kebakaran bahan logam
udara panas akan mengalir dari (Golongan D); dan
suatu ruangan yang lebih panas e. Kebakaran akibat peralatan atau
menuju ke ruangan yang lebih aktifitas memasak (Golongan K).
dingin.
2.2.3.Bentuk Kebakaran
c. Radiasi
Adapaun macam-macam bentuk
Radiasi adalah proses perambatan
kebakaran dibagi dalam beberapa
api melalui media gelombang
diantaranya yaitu :
elektromagnetik dan pancaran
a. Api Kilat (Flash Fire)
cahaya yang keluar dari api yang
Flash fire atau api kilat
menyala. Pancaran dari kalor
merupakan api yang tiba-tiba
hanya terjadi apabila dalam gas
menyala seperti kilat, berlangsung
atau diruang hampa. Salah satu
dalam waktu yang singkat yaitu
contoh perambatan panas melalui
dalam jangka waktu 0-5 detik dan
proses radiasi adalah panas
terjadi ketika suatu uap bahan
matahari yang dapat dirasakan
bakar yang bocor kemudian
oleh manusia di bumi.
menguap dari sumbernya dan
2.2. Kebakaran bereaksi dengan oksigen yang ada
2.2.1.Definisi Kebakaran di udara kemudian mencapai titik
Menurut Peraturan Menteri nyala.
Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun b. Bola Api (Fire Ball)
2008 kebakaran merupakan suatu Fire ball atau bola api merupakan
fenomena yang timbul akibat adanya jenis api yang menyala akibat
peningkatan suhu dari suatu bahan terjadinya kebocoran dalam suatu
yang kemudian bereaksi secara kimia wadah / tempat yang mengandung
dengan oksigen sehingga gas bertekanan. Wadah yang
menghasilkan panas dan pancaran bocor tersebut kemudian akan
api, mulai dari awal terjadinya api, mengakibatkan gas mengembang
ketika proses penjalaran api, hingga dan meluas dengan cepat ke udara
asap dan gas yang ditimbulkan. dan tiba-tiba terbakar.
c. Kolam Api (Fire Pool)
2.2.2.Klasifikasi Kebakaran Fire pool atau kolam api
Klasifikasi kebakaran menurut merupakan jenis api yang
National Fire Protection Association menyala jika suatu bahan bakar
(NFPA), kebakaran dapat cair seperti minyak atau bahan
digolongkan : kimia tumpah dan mengenai suatu
a. Kebakaran bahan padat kecuali tempat atau dalam wadah terbuka,
logam (Golongan A); seperti tangki timbun.
d. Api Jet (Jet fire) Wilayah Manajemen Kebakaran
Jet fire atau api jet merupakan (WMK).
jenis api yang menyala jika b. Perencanaan harus dimulai
terdapat bahan bakar berbentuk dengan evaluasi terhadap tingkat
gas dengan tekanan yang tinggi resiko kebakaran dalam suatu
keluar dari dalam lubang yang WMK oleh instansi kebakaran
kecil akibat adanya suatu setempat.
kebocoran pada pipa atau c. Unsur utama yang penting dalam
peralatan produksi lainnya. perencanaan ini adalah penentuan
penyediaan air untuk pemadaman
2.3. Peraturan Mengenai
kebakaran di setiap WMK.
Kebakaran di Indonesia
2.4.2.Analisis Resiko Kebakaran
2.3.1.Peraturan Menteri
a. Tujuan penerapan analisis resiko
Pekerjaan Umum No.
kebakaran adalah untuk
20/PRT/M/2009
menentukan jumlah kebutuhan air
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
yang diperlukan bagi keperluan
No. 20/PRT/M/2009 tentang
pemadaman kebakaran di setiap
Pedoman Teknis Manajemen
WMK.
Proteksi Kebakaran di Perkotaan.
b. Jumlah kebutuhan air minimum
2.3.2.Peraturan Menteri tersebut Vdinyatakan
Pekerjaan Umum No. dengan rumus
25/PRT/M/2008 dimana :
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum V = Volume total bangunan
No. 25/PRT/M/2008 tentang dalam (m3)
Pedoman Teknis Penyusunan ARK = Angka Klasifikasi Resiko
Rencana Induk Sistem Proteksi Bahaya Kebakaran
Kebakaran (RISPK). AKK = Angka Klasifikasi
2.3.3.Peraturan Menteri Konstruksi Resiko Kebakaran
FB = Faktor Bahaya dari
Pekerjaan Umum No.
bangunan yang berdekatan
26/PRT/M/2008
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 2.4.3.Angka Klasifikasi Resiko
No. 26/PRT/M/2008 tentang Bahaya Kebakaran
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi a. Peruntukan bangunan sesuai
Kebakaran pada Bangunan Gedung dengan angka klasifikasi resiko
dan Lingkungan. bahaya kebakaran dari angka 3
2.4. Manajemen sampai dengan angka 7.
b. Bila terdapat lebih dari satu jenis
Penanggulangan
Kebakaran Kota peruntukan dalam sebuah
bangunan, maka angka klasifikasi
2.4.1.Umum resiko bahaya kebakaran paling
a. Perencanaan suatu sistem proteksi banyak yang digunakan untuk
kebakaran di perkotaan mewakili seluruh bangunan, pada
didasarkan kepada penentuan bangunan tersebut ditentukan oleh
tingkat resiko bahaya kebakaran 2.4.5.Wilayah Manajemen
tertinggi. Kebakaran (WMK)
c. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Wilayah Manajemen Kebakaran
Kebakaran 3 (WMK) ditentukan pula oleh waktu
d. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya tanggap dari pos pemadam kebakaran
Kebakaran 4 yang terdekat. Apabila
e. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya pemberitahuan kebakaran mengalami
Kebakaran 5 perubahan dan pos-pos pemadam
f. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya kebakaran harus memberikan respon
Kebakaran 6 terhadap pemberitahuan tersebut
f. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya dikaitkan dengan jarak atau
Kebakaran 7 aksesbilitas, maka perencanaan
Wilayah Manajemen Kebakaran
2.4.4.Klasifikasi Konstruksi
(WMK) pun harus disesuaikan
a. Instansi kebakaran dapat
dengan perubahan tersebut.
membuat kajian dan klasifikasi
konstruksi bangunan di wilayah 2.4.6.Perencanaan Pos
kerjanya. Pemadam Kebakaran
b. Konstruksi bangunan Perencanaan lokasi Pos
diklasifikasikan dalam angka. Pemadam Kebakaran dalam Wilayah
Angka maksimum klasifikasi Manajemen Kebakaran (WMK)
konstruksi bangunan rumah ditentukan berdasarkan standar waktu
tinggal adalah 1. tanggap (Response-time) terhadap
c. Tidak diperkenankan memberikan pemberitahuan kebakaran di wilayah
angka klasifikasi konstruksi tersebut.
terhadap suatu bangunan yang
2.5. Sistem Proteksi Kebakaran
tidak diteliti / dikaji.
pada Bangunan Gedung
d. Dalam hal terdapat beberapa
dan Lingkungan
macam tipe konstruksi dalam satu
Menurut Peraturan Menteri PU
bangunan yang diteliti maka
Nomor 26 Tahun 2008, sistem
angka klasifikasi ditentukan dari
proteksi kebakaran pada bangunan
angka klasifikasi konstruksi
gedung dan lingkungan adalah sistem
tertinggi.
yang terdiri atas peralatan,
e. Jika terdapat bangunan lain
kelengkapan dan sarana, baik yang
dengan luas lebih besar dari 10 m2
terpasang maupun terbangun pada
dalam jarak tidak lebih dari 15 m,
bangunan yang digunakan baik untuk
maka bangunan lain tersebut
tujuan sarana proteksi aktif, sarana
dipandang sebagai bangunan
proteksi pasif maupun cara-cara
berdekatan yang mempunyai
pengelolaan dalam rangka
resiko ancaman kebakaran
melindungi bangunan dan
(exposure hazard) sehingga
lingkungannya terhadap bahaya
kebutuhan air untuk kebakaran
kebakaran.
pada bangunan induk ditentukan
dengan perkalian 1,5.
2.5.1.Akses dan Pasokan Air 3. METODOLOGI
untuk Pemadam Kebakaran PENELITIAN
Menurut Peraturan Menteri 3.1. Pendekatan dan Jenis
Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun Penelitian
2008, untuk lingkungan perumahan, Dalam penelitian ini pendekatan
perdagangan, dan industri yang dilakukan adalah melalui
ketersediaan sumber air berupa pendekatan kualitatif. Artinya data
hidran halaman, sumur kebakaran yang dikumpulkan bukan berupa
atau reservoir air harus direncanakan angka-angka, melainkan data tersebut
sedemikian rupa agar dapat berasal dari naskah wawancara,
memudahkan instansi pemadam catatan lapangan, dokumen pribadi,
kebakaran untuk menggunakannya catatan, memo, dan dokumen resmi
ketika terjadi kebakaran. lainnya.
2.5.2.Sarana Penyelamatan Jiwa Metode kualitatif adalah metode
Menurut Permen Pekerjaan penelitian yang digunakan untuk
Umum Nomor 26 Tahun 2008, setiap meneliti pada kondisi obyek yang
bangunan gedung harus dilengkapi alamiah, di mana peneliti adalah
dengan sarana penyelamatan jiwa sebagai instrument kunci, teknik
yang diantaranya : pengumpulan data dilakukan secara
a. Sarana jalan keluar gabungan, analisis data bersifat
b. Tanda petunjuk arah evakuasi induktif, dan hasil penelitian
c. Pintu darurat kualitatif lebih menekankan makna
d. Tempat berhimpun dari pada generalisasi.
2.5.3.Sarana Proteksi Kebakaran 3.2. Kehadiran Peneliti
Pasif Dalam penelitian ini, peneliti
Salah satu sub komponen dari bertindak sebagai pengumpul data
sarana proteksi kebakaran pasif yaitu dan sebagai instrument aktif dalam
sebagai berikut : upaya mengumpulkan data-data di
a. Konstruksi tahan api lapangan. Sedangkan instrument
pengumpulan data yang lain selain
2.5.4.Sarana Proteksi Kebakaran manusia adalah berbagai bentuk alat-
Aktif alat bantu dan berupa dokumen-
Sarana proteksi kebakaran aktif dokumen lainnya yang dapat
merupakan serangkaian alat proteksi digunakan untuk menunjang
kebakaran yang secara lengkap keabsahan hasil penelitian, namun
terdiri atas : berfungsi sebagai instrument
a. Detektor kebakaran pendukung.
b. Alarm Kebakaran
c. Titik panggil manual 3.3. Lokasi Penelitian
d. Sistem Springkler Otomatik Lokasi penelitian adalah tempat
e. Hidran dimana penelitian akan dilakukan,
f. Sistem pipa tegak beserta daerah dan kotanya. Dalam
g. Alat pemadam api ringan (APAR) penelitian ini peneliti mengambil
lokasi di Kecamatan Singkawang 3.6. Teknik Pengumpulan Data
Barat, Kota Singkawang, Provinsi 3.6.1.Wawancara
Kalimantan Barat. Wawancara adalah percakapan
3.4. Populasi dan Sampel dengan maksud tertentu. Percakapan
Populasi dalam penelitian ini dilakukan oleh kedua belah pihak,
adalah penduduk yang menempati / yaitu pewawancara (interviewer)
menghuni di lokasi penelitian dan yang mengajukan pertanyaan dari
tinggal di Kecamatan Singkawang yang diwawancarai (interview) yang
Barat. Berdasarkan data Kantor memberikan atas itu.
Camat Singkawang Barat, rasio 3.6.2.Pengamatan / Observasi
jumlah penduduk di Kecamatan Metode ilmiah observasi dapat
Singkawang Barat Tahun 2016 dalam diartikan sebagai pengamatan,
angka adalah sebanyak 48.571 jiwa. meliputi pemusatan perhatian
Dari populasi tersebut selanjutnya terhadap obyek dengan menggunakan
dapat diambil beberapa sampel untuk seluruh alat indra. Observasi
dijadikan responden sebanyak 30 merupakan suatu penyelidikan yang
orang dengan konfigurasi dilakukan secara sistematik dan
berdasarkan jumlah rumah toko sengaja diadakan dengan
(ruko) dalam setiap blok bangunan. menggunakan alat indra terutama
3.5. Data dan Sumber Data mata terhadap kejadian yang
berlangsung dan dapat dianalisa pada
3.5.1.Data Primer
waktu kejadian itu terjadi.
Menurut S. Nasution data primer
adalah data yang dapat diperoleh 3.6.3.Dokumentasi
langsung dari lapangan atau tempat Metode dokumentasi adalah
penelitian. Sedangkan menurut mencari data mengenai hal-hal atau
Lofland bahwa sumber data utama variable yang berupa catatan buku,
dalam penelitian kualitatif ialah kata- surat, transkip, majalah, prasasti,
kata dan tindakan. Kata-kata dan notulen, rapat, agenda dan
tindakan merupakan sumber data dari sebagainya.
lapangan dengan mengamati atau
mewawancarai. 3.7. Analisis Data
Dalam penelitian diperlukan
3.5.2.Data Sekunder analisis data yang berguna
Data sekunder adalah data dari memberikan jawaban terhadap
sumber bacaan dan berbagai macam permasalahan yang diteliti. Analisa
sumber lainnya yang terdiri dari surat data adalah proses mengatur urutan
pribadi, buku harian, sampai data, mengorganisasikan ke dalam
dokumen resmi dari berbagai Instansi suatu pola, kategori dan satuan uraian
Pemerintah. Data sekunder juga dasar. Sedangkan metode kualitatif
dapat berupa majalah, bulletin, merupakan prosedur penelitian yang
publikasi dari berbagai organisasi, menghasilkan data deskriptif berupa
hasil studi, hasil survey, studi kata-kata tertulis atau lisan dari orang
historis, dan sebagainya. dan perilaku yang dapat diamati.
3.7.1.Pengumpulan Data 3.8.2.Teknik Pemeriksaan
Penelitian mencatat semua data Keteralihan (Transferability)
secara obyektif dan apa adanya Teknik ini meneliti agar laporan
sesuai dengan hasil observasi dan hasil fokus penelitian dilakukan
wawancara di lapangan. seteliti dan secermat mungkin yang
menggambarkan kontek tempat
3.7.2.Reduksi Data
penelitian diadakan.
Reduksi data yaitu memilih hal-
hal pokok yang sesuai dengan fokus 3.8.3.Teknik Pemeriksaan
penelitian. Reduksi data merupakan Ketergantungan
suatu bentuk analisis yang (Dependability)
menggolongkan, mengarahkan, Teknik tidak dapat dilaksanakan
membuang yang tidak perlu dan bila tidak dilengkapi dengan catatan
mengorganisasikan data-data yang pelaksanaan keseluruhan proses dan
telah direduksi memberikan hasil penelitian.
gambaran yang lebih tajam tentang
3.9. Tahap-Tahap Penelitian
hasil pengamatan dan mempermudah
peneliti untuk mencarinya sewaktu- 3.9.1.Tahap Pra Lapangan
waktu diperlukan. Menyusun proposal penelitian
ini digunakan untuk meminta izin
3.7.3.Penyajian Data kepada instansi / lembaga yang
Penyajian data adalah terkait sesuai dengan sumber data
sekumpulan informasi yang tersusun yang diperlukan.
yang memungkinkan adanya
penarikan kesimpulan dan 3.9.2.Tahap Pelaksanaan
pengambilan tindakan. Penelitian
a. Pengumpulan data
3.7.4.Pengambilan Keputusan b. Mengidentifikasi data
atau Verifikasi
Verifikasi dapat dilakukan 3.9.3.Tahap Akhir Penelitian
dengan keputusan, didasarkan pada a. Menyajikan data dalam
reduksi data, dan penyajian data yang bentuk diskripsi.
merupakan jawaban atas masalah b. Menganalisis data sesuai
yang diangkat dalam penelitian. dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3.8. Keabsahan Data
3.8.1.Teknik Pemeriksaan Derajat 4. HASIL DAN ANALISIS
Kepercayaan (Credebility)
4.1. Potensi Masalah Sistem
Keikutsertaan peneliti sebagai
Proteksi Kebakaran
instrument (alat) tidak hanya
Dari hasil perhitungan yang
dilakukan dalam waktu yang singkat,
dilakukan pada sampel bangunan
tetapi memerlukan perpanjangan
terpilih menunjukan derajat resiko
keikutsertaan peneliti, sehingga
kebakaran yang terjadi pada kawasan
memungkinkan peningkatan derajat
ini tergolong sangat tinggi. Hal ini
kepercayaan data yang dikumpulkan.
disebabkan oleh jenis konstruksi
mudah terbakar dan tingkat kebakaran terutama untuk putaran
kepadatan bangunan yang tinggi. balik dan untuk jalur masuk ke lokasi
Kondisi tersebut sejalan dengan sumber air.
informasi dari beberapa institusi yang
menangani kebakaran di Kota 4.1.3.Bahan Pemadam Bukan Air
Berdasarkan hasil wawancara
Singkawangbahwa dalam 5 tahun
dengan kuesioner yang disebarkan,
terakhir ini telah terjadi 16 kali
ternyata sebagian besar responden
kebakaran di wilayah Singkawang
menyatakan bahwa Pemerintah Kota
Barat dari total jumlah kejadian
Singkawang belum menyediakan
kebakaran pada periode tersebut di
bahan pemadam bukan air dapat
wilayah Kota Singkawang sebanyak
berupa “foam” atau bahan kimia lain
61 kali. Padahal luas Kecamatan
di sekitar tempat tinggal mereka.
Singkawang Barat hanya 2,98 % saja
dari luas total seluruh wilayah Kota 4.2 Kebutuhan Pos Kebakaran
Singkawang. dan Sarana Prasarana
4.1.1.Ketersediaan Sumber 4.2.1.Ketersediaan dan
Pasokan Air Kebutuhan Pos Kebakaran
Berdasarkan penjelasan Berdasarkan hasil perhitungan
responden yang diperoleh dari hasil klasifikasi resiko kebakaran semua
wawancara dan kuesioner, ternyata blok bangunan yang ada di lokasi
sebagian besar menyatakan penelitian termasuk dalam kategori
ketersediaan pasokan air untuk bangunan dengan Angka Klasifikasi
keperluan pemadam kebakaran Risiko Kebakaran 4, artinya lokasi
diperoleh dari sumber alam seperti tersebut termasuk rawan kebakaran
kolam air, danau, sungai, jeram, tinggi. Konsekuensinya adalah
sumur dalam dan saluran irigasi; bahwa kebutuhan pos kebakaran dan
maupun buatan seperti tangki air, sarana prasarana wilayah yang
tangki gravitasi, kolam renang, air menjadi salah satu pusat perdagangan
mancur, reservoir, mobil tangki air di Kota Singkawang itu tergolong
dan hidran di Kota Singkawang tinggi.
belum cukup memadai. 4.2.2.Sarana Penyelamatan Jiwa
4.1.2.Akses Terhadap Sumber Air a. Sarana Jalan Keluar
Secara umum kondisi Berdasarkan pengamatan di
aksesibilitas di Kota Singkawang lapangan, kondisi tersebut belum
masih memenuhi standar kebutuhan dapat dipenuhi oleh setiap pemilik
pengguna kendaraan dan pemadam bangunan serta sarana jalan keluar
kebakaran, beberapa lokasi yang yang ada. Mulai dari kunci yang
memiliki tingkat bahaya kebakaran dapat memudahkan petugas
resiko tinggi khususnya pada pusat pemadam kebakaran untuk membuka
perdagangan, aksesibilitas yang dalam keadaan darurat, hingga
digunakan sebagai jalur pemadam Grendel yang standar
kebakaran di lokasi penelitian sudah pemasangannya juga sekurang-
bisa dilalui oleh kendaraan pemadam kurangnya 87 cm dan tidak lebih dari
120 cm di atas lantai belum dapat 2. Detektor panas (heat detector)
dipenuhi. 3. Detektor nyala (flame
b. Tanda petunjuk arah evakuasi detector)
Pengamatan di lapangan 4. Detektor gas
menunjukkan bahwa tanda petunjuk b. Alarm Kebakaran
arah evakuasi belum dimiliki oleh 1. Bell
semua bangunan di lokasi penelitian. 2. Horn
c. Pintu darurat 3. Pengeras suara (public
Berdasarkan hasil observasi di address)
lapangan menunjukkan bahwa pintu c. Titik panggil manual
darurat untuk evakuasi belum semua 1. Titik panggil manual harus
dimiliki oleh pemilik bangunan di berwarna merah dan dipasang
lokasi penelitian. pada lintasan menuju keluar.
d. Tempat berhimpun 2. Semua titik panggil manual
Berdasarkan hasil observasi di dipasang pada lintasn menuju
lapangan, tempat berhimpun di area ke luar dan dipasang pada
sekitar lokasi yang dapat dijadikan ketinggina 1,4 meter dari
sebagai tempat berhimpun atau lantai.
berkumpul setelah proses evakuasi 3. Lokasi penempatan tidak
pada saat terjadi kebakaran terletak di mudah terkena gangguan,
sekitar areal Masjid Raya dan mudah kelihatan dan dicapai.
Klenteng Pekong Tua Pusat Kota 4. Jarak suatu titik sembarang ke
Singkawang. posisi titik panggil manual
maksimum berjarak 30 m
4.2.3.Sarana Proteksi Kebakaran (Badan Standarisasi Nasional,
Pasif 2000).
Berdasarkan hasil wawancara
d. Sistem Springkler Otomatik
dan kuesioner yang disebarkan ke
1. Sistem springkler pipa basah
responden, ternyata semua responden
2. Sistem springkler pipa kering
menyatakan bahwa belum ada yang
3. Sistem penyembur air (Water
memiliki dinding penghalang api
Sprayer System)
untuk membagi bangunan gedung
mereka untuk mencegah penyebaran e. Hidran
api jika terjadi kebakaran. Semua 1. Hidran gedung (indoor
responden juga menyatakan belum hydrant)
memiliki pintu tahan api sebagai 2. Hidran halaman (outdoor
penghalang api pada bangunan hydrant)
gedung rumah untuk mencegah f. Sistem pipa tegak
penyebaran api. g. Alat pemadam api ringan (APAR)
4.2.4.Sarana Proteksi Kebakaran 4.2.5.Sarana Kerja
Aktif Penanggulangan
a. Detektor kebakaran Kebakaran
1. Detektor asap (smoke detector)
Kebutuhan pendukung sarana Induk Sistem Penanggulangan
kerja pencegahan dan Kekabaran Kota Singkawang,
penanggulangan bahaya kebakaran ternyata kedua regulasi tersebut juga
suatu kota terdiri dari beberapa sudah sejalan dan tidak ada yang
komponen penting berikut ini. bertentangan satu sama lain.
a. Kendaraan Operasional
4.3.2.Analisis Aspek
Hasil pengamatan di
Kelembagaan
lapangan bahwa kendaraan
Instansi pemadam kebakaran
operasional Badan Pemadam
Kota Singkawang dulu berada di
Kebakaran Swasta (BPKS) Kota
dalam Dinas Ketentraman dan
Singkawang masih layak untuk
Ketertiban Kota Singkawang di
digunakan dan di operasionalkan
bawah Bidang Bencana Alam dan
dikarenakan selalu dilakukan
Bomba sekarang bidang yang
perawatan rutin setiap bulannya.
menangani urusan kebakaran tersebut
b. Peralatan Teknik Operasional sudah tidak ada lagi.
Hasil pengamatan di Penanganan bencana alam dan
lapangan bahwa peralatan teknik kebakaran Kota Singkawang pernah
operasional Badan Pemadam juga ditangani oleh Kesbangpolinmas
Kebakaran Swasta (BPKS) Kota Kota Singkawang bagian Seksi
Singkawang masih layak untuk Bencana, namun perannya hanya
digunakan dan di operasionalkan mengkoordinir beberapa institusi-
dikarenakan selalu dilakukan institusi yang menangani urusan
perawatan rutin setiap bulannya. kebakaran di Kota Singkawang
c. Kelengkapan Perorangan atauBPKS-BPKS Kota Singkawang
Hasil pengamatan di dan melakukan pencatatan-
lapangan bahwa kelengkapan pencatatan inventaris dan kondisi
perorangan Badan Pemadam bencana Kota Singkawang.
Kebakaran Swasta (BPKS) Kota Kota Singkawang mempunyai
Singkawang sudah memenuhi badan pemadam kebakaran swasta
standar yang berlaku. dalam bentuk yayasan antara lain
sebagai berikut :
4.3. Analisis RISPK 1. Yayasan BPKS Bhakti Suci
4.3.1.Analisis Aspek Yuridis Keanggotaan BPKS Bhakti
Analisis aspek yuridis dilakukan Suci adalah masyarakat umum
untuk melihat kesesuaian Rencana yang berjiwa sosial tinggi, berusia
Induk Sistem Penanggulangan 17 tahun ke atas, sukarela dan
Kekabaran Kota Singkawang yang tidak menerima imbalan, serta
sudah ada selama ini dengan aktif dalam kegiatan dan
peraturan perundang-undangan atau menerima ad dan art serta
regulasi yang berlaku. keputusan / peraturan yayasan
Berdasarkan analisis kesesuaian BPKS Bhakti Suci.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
2. Yayasan BPKS Tua Pekong
No. 26/PRT/M/2008 dengan Rencana
Sarana yang dimiliki oleh Kebakaran Kota Singkawang, sistem
BPKS Tua Pekong adalah kantor pencegahan kebakaran terdiri atas
yang meminjam satu ruangan di inspeksi / pengawasan berkala
pekong (Tempat Sembahyang) terhadap bangunan, penegakan
yang dimiliki Yayasan Tua hukum yang terkait dengan
Pekong. kebakaran, dan pemberdayaan
3. Yayasan BPKS Dwi Tunggal masyarakat. Ketiga faktor tersebut
Sarana yang dimiliki oleh menjadi penting untuk di terapkan
BPKS ini adalah 1 Pos Pemadam dan disosialisasikan dengan baik dan
Kebakaran dan saat ini sedang berkelanjutan sehingga akan
membangun Pos Pemadam mendapat dampak yang positif.
Kebakaran seluas ± 300 m2. Prasarana penanggulangan
kebakaran Kota Singkawang yang
4. Yayasan BPKS Widya Bhakti
meliputi jalan, sumber air, stasiun /
BPKS ini didirikan
pos kebakaran dan komunikasi belum
berdasarkan pemikiran partisipasi
sepenuhnya bisa dipenuhi secara
terhadap pengamanan lingkungan.
optimal. Ketersediaan dan kondisi
Prasarana yang dimiliki hanya
prasarana penanggulangan kebakaran
menempati ruangan garasi milik
di Singkawang Barat sangat
ketua.
berpengaruh bagi efektivitas
5. Yayasan BPKS Pasar Turi pemberian layanan IPK, terutama
BPKS Pasar Turi didirikan layanan pemadaman kebakaran.
pada tahun 2007, sebagai bentuk
partisipasi pengamanan 5. PENUTUP
lingkungan Pasar Turi. Mengingat 5.1. Kesimpulan
lokasi BPKS Pasar Turi ini berada a. Ada beberapa potensi masalah
di kawasan padat / kumuh. BPKS perkotaan terkait sistem proteksi
ini masih baru berdiri masih kebakaran yang teridentifikasi di
belum mempunyai sarana. Namun Kota Singkawang, yaitu :
tenaga pemadam kebakarannya 1. Ketersediaan sumber pasokan
telah terlatih untuk menangani air masih cukup memadai,
pertolongan pertama terhadap kecuali pada musim kemarau
pemadaman kebakaran. panjang.
2. Akses terhadap sumber air di
4.3.3.Analisis Aspek Operasional Singkawang Barat juga relatif
Dalam menentukan prasarana
baik, kecuali beberapa lokasi
dan sarana pencegahan dan
lain Kota Singkawang yang
penanggulangan kebakaran
berada di luar wilayah
disesuaikan dengan kebutuhan dari
penelitian.
wilayah manajemen kebakaran. Dari
3. Bahan pemadam bukan air
setiap zona kawasan (WMK)
tidak disediakan oleh
ditentukan kebutuhan mengenai
Pemerintah Kota Singkawang,
prasarana dan sarananya. Untuk
namun beberapa badan /
prasarana dan sarana Pencegahan
yayasan swasta di Kota
Singkawang sudah Kebakaran (WMK) melalui
menyiapkan bahan pemadam Rencana Induk Sistem Proteksi
bukan air di tempat mereka Kebakaran (RISPK) Kota
masing-masing yang siap Singkawang masih
untuk digunakan. memerlukan banyak dukungan
b. Ketersediaan pos kebakaran finansial dan dukungan
beserta sarana dan prasarananya lainnya. Masih banyak hal-hal
di dalam penanggulangan yang belum dapat
kebakaran Kota Singkawang dilaksanakan karena
masih perlu ditambah jumlahnya. keterbatasan yang dimiliki
Pemerintah Kota Singkawang
c. Dari analisis terhadap rencana
maupun institusi swasta dalam
penanggulangan dan penetapan
meningkatkan manajemen
wilayah manajemen kebakaran,
pengelolaan WMK melalui
pos kebakaran, sarana dan
RISPK Kota Singkawang.
peralatan penanggulangan
kebakaran dan kelembagaannya, 5.2. Saran
diperoleh temuan sebagai berikut : Dari kesimpulan yang
1. Secara yuridis formal telah di deskripsikan di atas,
dokumen rencana maka dapat disarankan
penanggulangan dan penetapan rekomendasi sebagai berikut :
wilayah manajemen kebakaran a. Disarankan kepada
sudah sesuai dengan peraturan Pemerintah Kota
perundang-undangan serta Singkawang untuk
petunjuk teknis yang berlaku. membentuk Tim Ahli
2. Dilihat dari aspek Bangunan Gedung (TABG)
kelembagaan, banyak institusi yang ditanda tangani oleh
pemerintah dan non Walikota.
pemerintah yang sudah terlibat b. Disarankan untuk bangunan
secara aktif dalam menangani gedung bertingkat lebih
permasalahan kebakaran di dari 3 lantai untuk
Kota Singkawang. Keterkaitan mengekspose gambar
dan koordinasi antar sesama perencanaan dengan Tim
lembaga juga sudah sangat Ahli Bangunan Gedung
baik dan sinergis satu sama sebelum IMB dikeluarkan /
lain. Namun institusi yang diterbitkan.
khusus menangani urusan
Daftar Pustaka
kebakaran bangunan di Kota
Badan Standar Nasional Indonesia.
Singkawang sejak tahun 2008
2000. SNI 03-1736-2000 Tata
hingga saat ini sudah tidak ada
Cara Perencanaan Sistem
lagi.
Proteksi Pasif Konstruksi Tahan
3. Dari aspek operasional, terlihat
Api untuk Pencegahan Bahaya
bahwa Konsep Pengelolaan
Kebakaran pada Bangunan
Wilayah Manajemen
Rumah dan Gedung. Jakarta:
Badan Standar Nasional Davletshina, Tatyana A. 1998.
Indonesia. Industrial Fire Safety
Badan Standar Nasional Indonesia. Guidebook. New Jersey: Noyes
2000. SNI 03-1745-2000 Tata Publications.
Cara Perencanaan dan Departemen Hukum dan Perundang-
Pemasangan Sistem Pipa Tegak undangan. 1970. Undang-
dan Slang untuk Pencegahan Undang Nomor 1 Tahun 1970
Bahaya Kebakaran pada Keselamatan Kerja. Jakarta:
Bangunan Rumah dan Gedung. Departemen Hukum dan
Jakarta: Badan Standar Nasional Perundang-undangan Republik
Indonesia. Indonesia.
Badan Standar Nasional Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. 2008.
2000. SNI 03-1746-2000 Tata Peraturan Menteri Pekerjaan
Cara Perencanaan Sarana Umum Nomor 25/PRT/M/2008
Jalan Keluar untuk Pedoman Teknis Penyusunan
Penyelamatan Jiwa. Jakarta: Rencana Induk Sistem Proteksi
Badan Standar Nasional Kebakaran. Jakarta: Departemen
Indonesia. Pekerjaan Umum Republik
Badan Standar Nasional Indonesia. Indonesia.
2000. SNI 03-3985-2000 Tata Departemen Pekerjaan Umum. 2008.
Cara Perencanaan, Peraturan Menteri Pekerjaan
Pemasangan dan Pengujian Umum Nomor 26/PRT/M/2008
Sistem Deteksi dan Alarm Persyaratan Teknis Sistem
Kebakaran untuk Pencegahan Proteksi Kebakaran Bangunan
Bahaya Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan.
Bangunan Gedung. Jakarta: Jakarta: Departemen Pekerjaan
Badan Standar Nasional Umum Republik Indonesia.
Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. 2009.
Badan Standar Nasional Indonesia. Peraturan Menteri Pekerjaan
2000. SNI 03-3989-2000 Tata Umum Nomor 20/PRT/M/2009
Cara Perencanaan dan Pedoman Teknis Manajemen
Pemasangan Sistem Springkler Proteksi Kebakaran di
Otomatik untuk Pencegahan Perkotaan. Jakarta: Departemen
Bahaya Kebakaran pada Pekerjaan Umum Republik
Bangunan Gedung. Jakarta: Indonesia.
Badan Standar Nasional Ekchoff, Rolf K. 2005. Explosion
Indonesia. Hazard in the Process
Badan Standar Nasional Indonesia. Industries. Houston, Texas: Gulf
2004. SNI 09-7053-2004 Publishing Company.
Kendaraan dan Peralatan Fire Safety Bureau. 1997. Fire
Pemadam Kebakaran Pompa. Precautions in Buildings.
Jakarta: Badan Standar Nasional Singapura: Singapore Civil
Indonesia. Defence Force.
Furness, Andrew dan Martin Petrochemical and
Muckett. 2007. Introduction to Hydrocarbon Processing
Fire Safety Management. Facilities. New York: American
Oxford: Elsevier Ltd. Institute of Chemical Engineer.
Lexy J. Moelong. 2005. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Milles, M.B. and Huberman, M.A.
1984. Qualitative Data Analysis.
London: Sage Publication.
Nazir. 1985. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk
Praktis Manajemen Kebakaran
(Fire Management). Jakarta:
Dian Rakyat.
Rahman, Vinky N Ir. 2003. Kajian
Penerapan Sistem Proteksi Pasif
Desain Site Planing pada
Beberapa Kasus Rumah Susun
di Jakarta dan Bandung.
Universitas Sumatera Utara:
Jurnal Arsitektur Vol. 38 No. 1-
4.
S. Nasution, 1986. Metode Research.
Cetakan III. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: Alfabeta.
Suprapto. 2007. Sistem Proteksi
Kebakaran Pasif kaitannya
dengan aspek keselamatan jiwa.
Pusat Litbang Pemukiman:
Jurnal Pemukiman Vol. 2 No.2.
United State Chemical Safety and
Hazard Investigation, 2013.
United State Fire Administration.
2013. Sprinkler System
Installation and Repair. New
York: Working for a Fire Safe
America.
Wiley, John. 2003. Guidelines for
Fire Protection in Chemical,

Anda mungkin juga menyukai