Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Planoearth

PWK FT UMMat | e-ISSN 2615-4226


Vol. 02 No. 01 Feb 2017, hal. 01-10

Analisis Penentuan Wilayah Manajemen Kebakaran


Berdasarkan Waktu Tanggap (Response Time) di Kabupaten
Lombok Barat
Fariz Primadi H dan Ima Rahmawati S
Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Universitas. Muhammadiyah Mataram
*fariz.primadi@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Riwayat Artikel: Abstrak: Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat menentukan sesuatu penentuan
Diterima:2-12-2016 penanganan kebakaran berdasarkan wilayah manajmen kebakaran yang didasarkan dalam
Disetujui:11-1-2017
waktu tanggap (response time) Instansi Pemadam Kebakaran (IPK). Oleh karana itu perlu
disususn sebuah pendekatan proteksi kebakaran yang memanfaatkan suatu pengelolaan
Kata Kunci: dengan bassis wilayah, sehingga kejadian kebakaran dapat di tanggulangi dan meminimalisir
Wilayah kerugian yang di timbulkan. Metode penelitian yang dipergunakan dengan menggunakan
manajmen kebakaran metode deskriptif kualitatif, dengan analisis fisik spatial dan analisis regulasi terkait proyeksi
waktu tanggap
kebakaran. Hasil dalam penelitian ini menentapkan 8 wilayah manajmen kebakaran di
kabupaten lombok timur berdasarkan indikator kewilayahannya sehingga diharapkan
penanganan kebakaran dikabupaten lombok timur dapat ditangani dengan optimal.

Abstract: The purpose of this study is expected to be able to determine what determines the
handling of fires based on the area of fire management based on the response time of the
Fire Department (IPK). By karana it needs to be followed by a fire protection approach that
utilizes a management with a regional bassist, so that fire events can be addressed and
minimize the losses caused. The research method used is using qualitative descriptive
method, with spatial physical analysis and analysis of regulations related to fire projections.
The results in this study determined 8 fire management areas in East Lombok regency based
on their regional indicators so that the expected handling of fires in East Lombok Regency
could be handled optimally.

————————————————————

kebakaranpun tidak sebanding dengan pertumbuhan


A. PENDAHULUAN
wilayah itu sendiri.
Untuk menjamin keandalan bangunan gedung Seperti diketahui Bersama bahwasanya
dan lingkungannya maka bangunana Gedung dan kebakaran saat saat ini sangat meresahkan banyak
lingkungannnya harus terintegrasi secara aktif dan pihak, dimana angka kebakaran pada bangunan dan
pasif terhadap sistem proteksi kebakarn kota sehingga lingkungan diperkotaan masih cukup tinggi. Selain itu
mampu menjamin efektifitas dan efesiensi dari keberadaan pusat pusat kegiatan wilayah yang
pencegaha dan penanggulangan terhadap bahaya tersebar di kabupaten Lombok timur menyebabkan
kebakaran di perkotaan. tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Dinamika pertumbuhan wilayah yang terus tidak berlangsung maksimal, diperparah lagi dengan
berkembang dan berdampak pada semakin tingginya sirkulasi dan aksesibilitas petugas PMK yang terbatas
tingkat kebakaran disatu sisi pembangunana yang akibat berkembangnya pembangunan kawasan
diselengarakan belum sepenuhnya dilaksanakan terbangun yang tidak sesuai ketetntuan teknis, baik
sesuai dengan peraturan perundanga yang berlaku, itu pemanfaatannya, masih banyak yang tidak sesuai
disamping itu pembangunan sarana dan prasarana dengan fungsi serta ketentuan teknis serta produk
pencegahan dan penanggulangan bahaya
1
2|Jurnal Planoearth | Vol.02, No.01, Feb 2017, hal 01-10

pengaturan tentang pengamanan bahaya kebakaran berkembang cepat dan mempunyai nilai
yang bersifat nasional seperti Standar dan petunjuk pelepasan panas tinggi.
teknis belum sepenuhnya di tindak lanjuti oleh  Bangunan yang berdekatan dengan
pemerintah daerah. banguanan yang mempunyai angka
Jika ditelik lebih dalam, kemempuan kualitas/ klasifikasi resiko bahaya kebakaran 3
kuantitas dan kelembagaan instansi pemadam (jaraknya ≤ 15 m)
kebakaran (IPK) dikabupaten Lombok timur masih
belum memadai dalam beberapa hal tugas pokok dan Tabel 1
fungsi dari IPK yang telah ada tidak sesuai lagi Angka Resiko Bahaya Kebakaran Sangat
Tinggi (3) Dan Tinggi (4)
dengan konsisi perkembangan dewasa ini, sehingga
Peruntukan Bangunan
infrastruktur kota belum memadai, yaitu penataan No
AKR 3 AKR 4
hydrant kota untuk keperluan pemadam diamana 1 Pelabuhan Kendang Kuda
jumlah dan keterampilan personil pemadamanpun 2 Pabrik Gudang Bahan
Gandum/Gudang Bangunan, Gudang
belum memadai sehingga kelembagaan dan tupoksi
Padi Untuk Mebel Dan
penanganan kebakaran masih dirasakan lemah. Umum
Tujuan dari penelitian ini, yaitu bagaimana 3 Penyulingan Pusat Perbelanjaan
menetapkan suatu pengelolaan dan penangulangan 4 Pabrik/Gudang Ruang Pamer,
Bahan Mudah Auditorium,
bahaya kebakaran dengan pendekatan kewilayahan, Terbakar Bioskop
Yang menentukan pengelolaannya berdasarkan waktu 5 Penggilingan Minyak Tempat
tanggap (Response Time) IPK di Kabupaten Lombok Pelican Penyimpanan
Timur, dengan menentukan Wilayah Manajemen 6 Tempat Terminal
Penyimpanan Kayu Pengangkutan
Kebakaran (WMK), sehingga diharapkan 7 Penyulingan Minyak Pertokoan
penanggulangan kebakaran yang terjadi dapat 8 Pabrik/Gudang Pelabuhan
ditanggulangi secara baik, optimal dan tepatwaktu, Plastic
9 Penggergajian Kayu Bengkel
berdasarkan Kriteria yang telah ditetapkan. 10 Tempat Industri Kayu
Penyimpanan
B. METODE PENELITIAN Jerami
1. Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan
Peruntuan Bangunan c. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya
Klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis Kebakaran 5
peruntukan bangunan dikelompokkan ke dalam 5 Hunian bahaya sedang, dimana kuantitas dan
(lima) kelas dengan nilai 3 – 7. Bila terdapat lebih kandungan bahan mudah terbakarnya sedang,
dari satu jenis peruntukan dalam sebuah bangunan, tinggi tumpukan bahan mudah terbakarnya tidak
maka angka klasifikasi resiko bahaya kebakaran melebihi dari 3,7 m, dan dapat diperkirakan
paling banyak yang digunakan untuk mewakili berkembang sedang dan mempunyai nilai
seluruh bangunan, pada bangunan tersebut pelepasan panas sedang.
ditentukan oleh tingkat resiko bahaya kebakaran d. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya
tertinggi. Kebakaran 6
a. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Resiko bahaya kebakaran rendah, dimana
Kebakaran 3 kuantitas dan kandungan bahan mudah
 Resiko berbahaya kebakaran yang paling terbakarnya sedang, tinggi tumpukan bahan
rawan, dimana jumlah dari isi bahan mudah mudah terbakarnya tidak lebih dari 2,5 m, dan
terbakarnya sangt tinggi dan diperkirakan diperkirakan berkembang sedang dan
berkembang sangat cepat dan mempunyai mempunyai nilai pelepasan sedang.
nilai pelepasan yang tinggi. e. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya
 Bangunan yang berdekatan dengan Kebakaran 7
bangunan yang mempunyai angka klasifikasi Resiko bayaha kebakaran sangat rendah, dimana
resiko bahaya kebakaran 3 (jaraknya ≤ 15 m) kuantitas dan kandungan bahan mudah
dianggap sebagai bagian dari klasifikasi terbakarnya sedang, tinggibtumpukan bahan
tersebut. mudah terbakarnya, dapat diperkirakan
b. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya berkembang sedang, dan mempunyai nilai
Kebakaran 4 pelepasan panas rendah.
 Resiko bahaya kebakaran tinggi, dimana
kuantitas dan kandungan bahan mudah
terbakarnya tinggi dan dapat diperkirakan

2
Fariz Primadi H, Analisis Penentuan Wilayah... 3

Tabel 2 20,3 cm, lantai kayu 76 mm, atap kayu 51 mm,


Angka Klasifikasi Resiko Bahaya balok kayu 15,2 x 25,4 cm, ditetapkan
Kebakaran Sedang (5), Rendah, dan Sangat
mempunyai angka klasifikasi kontruksi 0,8.
Rendah (7)
Peruntukan Bangunan c. Resiko Kebakaran Kontruksi Tipe III
No (Biasa)
AKR 5 AKR 6 AKR &
1 Tempat Gudang minyak Apartemen, Bangunan dengan dinding luar bata atau bahan
Hiburan rumah susun, tidak mudah terbakar lainnya sedangkan bagian
perumahan,
asrama bangunan lainnya terdiri dari kayu atau bahan
2 Gudang Parkir mobil Universitas, yang mudah terbakar ditentukan mempunyai
pendingin, sekolah angka klasifikasi kontruksi 1,0.
Gudang hasil
d. Resiko Kebakaran Kontruksi Tipe IV
pertanian,
Gudang (Kerangka Kayu)
tembakau Bangunan (kecuali bangunan rumah tinggal)
3 Ruang pamer Pabrik roti, Pos yang strukturnya sebagian atau seluruhnya
dagang pabrik bata, kebakaran
pabrik kembang terdiri dari kayu atau bahan mudah terbakar
gula yang tidak tergolong dalam kontruksi biasa (tipe
4 Binatu Tempat potong Rumah sakit III) ditentukan mempunyai angka klasifikasi
rambut kontruksi 1,0.
5 Perpustakaan Rumah ibadah Hotel dan
(dengan gudang sejenisnya 3. Teknik Gravitasi Ruang
buku yang besar Modal gravitasi ini dapat digunakan untuk
6 Kios sablon Tempat praktek Perpustakaan menganalisis interaksi dalam ruang, sehingga dapat
dokter (tanpa
gudang buku)
diperguanakan untuk merencanakan prasarana
7 Toko mesin, Tungku/dapur Museum perhubungan dan merencanakan letak pusat
toko besi pelayanan. Menurut Blakely (1994:105) bahwa
8 Asrama perawat Pomp bensin Perkantoran penggunaan Teknik ini akan dapat menghitung
9 Percetakan Kamar mayat Kantor polisi
10 Rumah makan Gedung kekuatan relative dari hubungan komersial antara
pemerintah, pusat pertumbuhan yang satu dengan pusat
kantor pos, pertumbuhan yang lainnya (Suwardjo
kantor telpon
Warpani,1984 :111).
11 Bangunan Rumah potong Penjara
kososng hewan
Sumber : Kepmen PU No. 11 Tahun 2000 Tentang Dimana :
Ketentuan Teknis Manajmen Pemadam Kebakaran I12 = Interaksi antar wilayah 1 dan 2
di Perkotaan disesuaikan dengan peruntukan P1 = Jumlah penduduk wilayah 1
bangunan di Kab. Lombok Timur I12 = a P1P2 P2 = Jumlah penduduk wilayah 2
Jb12 J12 = jarak antara wilayah 1 dan 2 (dalam meter)
a = suatu konstanta empiris (ditetapkan 0,9)
2. Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan
b= Suatu ekponen jarak (ditetapkan 2)
Kontruksi Bangunan
Klasifikasi kebakaran berdasarkan kontruksi
bangunan dikelompokan ke dalam 4 (empat) kelas
sebagai berikut: Persamaan 1
a. Resiko Kebakaran Kontruksi Tipe I Model Gravitasi Ruang
(Kontruksi Tahan Api)
Bangunan yang dibuat dengan bahan tahan api C. ANALISIS & PEMBAHASAN
(beton, bata dan lain-lain dengan bahan logam Menetukan WMK dengan menganalisis secara
yang dilindungi) dengan struktur yang dibuat individual dan teruintegrasi atas probabilitas dan
sedemikian rupa, sehingga tahan terhadap konsekuensi kebakaran untuk mendapatkan peta
peruntukan dan perambatan api mempunyai resiko kebakaran termasuk penentuan daerah layanan
angka klasifikasi 0,5. kebakaran yang di plot atau dituangkan secara
b. Resiko Kebakaran Kontruksi Tipe II geografis atas WMK-WMK dalam rangka menetapkan
(Tidak Mudah Terbakar, Kontruksi Kayu waktu tanggap sesuai persyaratan, serta menganalisis
Berat) kondisi eksisting mengenai peta resiko kebakaran.
Bangunan yang seluruh bagian kontruksinya 1. Analisis Masalah Kebakaran
(termasuk dinding, lantai dan atap) terdiridari Analisis factor strategis lingkungan internal atau
bahan tidak mudah terbakar yang tidak termasuk Internal strategic factors analisis Sumarry (IFAS)
sebagai bahan tahan api, termasuk bangunan bertujuan untuk mengetahui berbagai kemungkinan
kontruksi kayu dengan dinding bata, tiang kayu kekuatan dan kelemahan, sedangkan analisis factor

3
4|Jurnal Planoearth | Vol.02, No.01, Feb 2017, hal 01-10

strategis lingkungan eksternal atau external strategic faktor manusia. Faktor teknis umumnya diluar
Factors Analisis Sumarry (EFAS) untuk mengetahui kendali manusia, namun dapat diupayakan
berbagai kemungkinan peluang dan ancaman. Factor pencegahannya seperti hubungan pendek arus listrik/
strategis yang dimaksud adalah factor dominan konsleting (BPBD Kab. Lombok Timur).
darielemen kekuatan, kelemahan, peluang dan Sedangkan faktor manusia timbul akibat
ancaman yang memberikan pengaruh terhadap kelalaian manusia dan bisa dicegah. Berdasarkan data
kondisi yang ada dan memberikan keuntungan bila series kejadian kebakaran, kebakaran di Kab. Lombok
dilakukan tindakan positif (Rangkuti F. 2008). Timur sebagian besar disebabkan oleh kebakaran
yang menimpa Oven Tembakau, akibat dari
Tabel 3 meningkatnya tempratur tungku pemanas oven
Analisis Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Terkait tembakau yang tidak terkendali. Kasus ini dari tahun
Proteksi Kebakaran Di Wilayah Kab. Lombok Timur
ketahun mengalami kenaikan seiring dengan
No. Faktor-faktor Internal
Kekuatan (Streght): meningkatnya jumlah masyarakat yang
1 Dukungan prasarana dan sarana yang efektif dan menggantungkan hidupnya pada hasil perkebunan ini.
efesien Pada dasarnya kasus kebakaran yang terjadi bersifat
2 Sertifikasi keahlian bagi anggota tim pemadam
fluktuatif dengan pola yang tidak bisa ditentukan.
kebakaran
3 Keberadaan manajemne proteksi kebakaran hingga Tabel 4
lingkup terkecil Kasus Kejadian Kebakaran Berdasarkan
4 SDM (kemampuan, keahlian dan keterampilan) Penyebab Kebakaran di Wilayah Kab. Lombok Timur
personil pemadam kebakaran Tahun 2014 - 2016
5 Kesesuaian jumlah prasarana dan sarana proteksi
kebakaran
6 Penagakan hukum yang sesuai aturan
7 Pemanfaatan waktu luang untuk
pelatihan/penyukuhan
Kelemahan (Weakness)
1 Keberadaan NSPM tentang proteksi kebakaran di
Kabupaten Lombok Timur
2 Ketersediaan Prosedur Oprasional Standar (POS)
3 Kesesuaian jumlah personil (PPNS) menurut
kebutuhan.
No. Faktor-faktor Eksternal
Peluang (opportunity)
1 Pola kemitraan aatu kerjasama antar instansi
pemadam kebakaran
2 Pelaksanaan kompetensi keahlian teknis
3 Penyelanggaraan edukasi public bagi masyarakat
4 Ketersediaan aksesibilitas unit pemadan dan tempat
pengungsian
5 Pasokan cadangan air
6 Pemahaman masyarakat tentang proteksi pemadam
kebakaran
Ancaman (Threat)
1 Jaringan kerjasama dengan instansi lain
2 Kegiatan pemeriksaan dalam gedung oleh IPK Sembilan penyebab di wilayah Kabupaten
3 Aksesibilitas yang susah di jangkau Lombok Timur apa bila diakumulasiakan, maka dapat
4 Penyelenggaraan MPK yang sesuai dengan NSPM dikelompokan menjadifactor teknis
Sumber : Hasil Analisis (konsleting/hubungan arus pendek), factor manusia
(kompor, lilin, punting rokok, pembakaran sampah,
2. Analisis Pola Kejadian Kebakaran kerusuhan, lampu templek), factor lain (kasus lain),
WilayahKab. Lombok Timur dan factor tidak di ketahui (kasus yang masih dalam
Pola kebakaran dapat diketahui dengan melihat penyelidikanpihak berwajib).Faktor-faktor ini
penyebab kebakaran, jenis peruntukanyang terbakar, membawa implikasi pada kejadian kebakaran yang
waktu kejadian, dan klasifikasi kebakaran dalam diketahui penyebabnya dan kejadian kebakaran yang
kurun waktu beberapa tahun terakhir. Dengan tidak diketahui penyebabnya. Factor kesalahan
mengetahui pola keajaiban kebakaran terutama manusia (human error) paling banyak disebabkan
penyebab dan jenis peruntukan yang terbakar, maka oleh kompor, baik kompor minyak maupun gas, serta
dapat direncanakan upaya pencegahan dan tungku dari peng-ovenan tembakau.
penanggulangan kebakaran.
3. Penyebab Kebakaran
Secara umum, faktor penyebab kebakaran dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu faktor teknis dan

4
Fariz Primadi H, Analisis Penentuan Wilayah... 5

5. Analisis Waktu Kejadian Kebakaran


Analisis waktu kejadian kebakaran berfungsi untuk
mengetahui besarnya pasokan air yang dibutuhkan
serta upaya penanggulangan yang perlu dilakukan
sesuai dengan waktu-waktu terjadinya kebakaran.
Asumsi waktu terhadap upaya panaggulangan
kebakaran dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 6
Asumsi Waktu *) Terhadap Penanggulangan Kebakaran
Wilayah kabupaten Lombok Timur
Dimensi Debit Air Aksesibilitas
Waktu (liter/hari)
Grafik Kejadian Kebakaran di Wilayah Kab.
Pagi Penggunaan air pada Watu pagi merupakan
Lombok Timur Tahun 2014-2016 pagi hari sangat jam puncak awal untuk
4. Pemanfaatan Lahan Rawan Kebakaran tinggi karena bangikatan lalu lintas.
Peruntukan pemanfaatan lahan yang aktivitas dimulai Pada waktu ini intensitas
pada waktu ini. Oleh berkendara cukup tinggi,
dikategorikan rawan kebakaran dapat berdasarkan
sebab itu, pembagian sehingga menyulitkan
frekuensi kejadian kebakaran, dianalisis dengan cara debit air untuk mobil pamadam
melihat kontruksi bangunan dan menentukan angka pemadam kebakaran kebakaran melalui jalan,
klasifikasi kebakaran, dan lebih ditekankan pada juga sedikit terutama jalan utama.
Siang Beban penggunaan Jalan-jalan tidak sepadat
analisis kecendrungan peruntukan lahan yang air relatif berkurang, waktu pagi, sehingga
memiliki potensi terbakar dalam beberapa tahun sehingga debit air dapat mempermudah
terakhir. untuk pemadam mobil pemadam
Tabel 5 kebakaran dapat kebakaran menuju
dioptimalkan kelokasi kebakaran.
Jenis peruntukan rawan kebakaran pada kasus
semaksimal mungkin Namun, apabila kejadian
kejadian kebakaran di wilayah Kab. Lombok Timur
kebakaran terjadi pada
2014-2015 jam puncak, maka akan
Tahun Kejadian menyulitkan mobil
No Jenis Peruntukan
2014 2015 2016 pemadam kebakaran
1 Oven Tembakau 24 29 - menuju lokasi kebakaran
2 Rumah Tinggal 17 27 9 Sore Beban penggunaan Jalan-jalan mulai
3 Dapur 8 6 - air relatif berkurang, cendrung padat kembali,
4 Kantor 1 2 - sehingga debit air namun tidak terlalu
5 Gudang tembakau 4 2 1 untuk pemadam menyulitkan mobil
6 Kebun 2 4 - kebakaran dapat pemadam kebakaran
7 Kandang 3 1 1 digunakan seoptimal menuju lokasi kebakaran
8 Pengering gabah 1 1 - mungkin
9 Pasar 2 1 - Malam Beban penggunaan Jalan-jalan utama relatif
10 Kios 5 2 2 air relatif berkurang, lenggang, sehingga
11 bengkel 3 1 1 sehingga debit air mempercepat mobil
Jumlah 70 76 14 untuk pemadam pemadam kebakaran
Sumber : Hasil analisis kebakaran dapat menuju ke lokasi
Keterangan : digunakan seoptimal kebakaran.
*) Data Tahun 2016 hingga bulan November mungkin.
Sumber: hasil analisis
Berdasarkan pada data sebelumnya, dapat Keterangan:
*) Kondisi normal, bukan waktu khusus
diketahui bahwa peng-oven-an tembakau merupakan
peruntukan yang paling sering mengalami kejadian
6. Analisis Transportasi
kebakaran dan hal paling banyak disebabkan oleh
Pada proses penentuan Wilayah Manajmen
factor kesalahan manusia. Data tersebut secara tidak
Kebakaran di Kabupaten Lombok Timur diperlukan
langsung juga menjelaskan bahwa kerawanan akan
analisis terhadap sisitem transportasi yang
bahaya kebakaran juga semakin tinggi. Pada tingkat
merupakan indicator kelancaran orang ataupun
berikutnya fasilitas perumahan, khususnya rumah
barang. Dengan menganalisis apa yang menjadi
tinggal, dimana kejadian kebakaran pada lokasi
potensi dan masalah transportasi dan
tempat tinggala ini lebih banyak disebabkan oleh
menghubungkan keduanya dengan tata guna lahan
konsleting arus pendek listrik dan akibat dari ledakan
yang ada di Kabupaten Lombok Timur dan sekitarnya
kompor.
maka akan didapat rumusan/konsep pengembangan
sistemtransportasi yang sesuai dengan kebutuhan.
Kondisi jalan yang ada di sepanjang Lombok
Timur tergolong kurang sesuai terutama di sepanjang
5
6|Jurnal Planoearth | Vol.02, No.01, Feb 2017, hal 01-10

koridor jalan utama Mataram-Labuhan Lombok. Hal sehingga factor Geografis akan menjadi pendukung
tersebut dikarnakan lebar jalan yang kurang dalam pemadam kebakaran. Seiring dengan
mencapai 11 meter. Meskipun demikian pendekatan perkembangan wilayah, maka pertambahan jumlah
analisis tersebut tidak cukup pada kesesuaian lebar kendaraan juga akan mengalami peningkatan
badan jalan berdasarkan satandar jalan, tetapi juga sehingga akan menambah beban jalan yang akhirnya
pada kapasitas jalan. Hal tersebut dilakukan agar akan mengakibatkan kemacetan. Beban jalan tersebut
kebijakan yang akan diambil dapat efektif. Jika hanya juga ditambah dengan adanya titik-titik keramaian
mengacu pada standar lebar jalan tentu kebijakan akibat aktivitas pasar, yang menjang mulai dari jalur
yang diambil pada jalan yang dengan lebar yang utama dibagian barat (Kecamatan Montong Gading),
minimum akan dilakukan pelebaran jalan. hingga jalur utama menuju Pelabuhan Kayangan
Disepanjang jalan utama yang ada di Lombok Timur, (Kecamatan Pringgabaya). Kemacetan dijalan sering
terutama pada bagian sisi kanan dan kiri jalan pada menghambat peroses pemadam kebakaran sehingga
umumnya sudah penuh dengan bangunan sehingga kerugian akibat kebakaran akan bertambah banyak.
pelebaran jalan terlalu sulit untuk dilakukan. Oleh Kondisi Lalu lintas, terutama lalu lintas jalan
karna itu, diperlukan analisis lain pada jaringan jalan. raya, akan berpengaruh pada waktu tanggap
(response time). Response time yang telah dipakai
oleh UPT kebakaran Kabupaten Lombok Timur
secara rata-rata waktu hingga saat ini adalah ±35
menit yang terdiri dari :
 Waktu dimulai sejak diterimanya
pemberitahuan adanya kebakaran di suatu
tempat, interprestasi penentuan lokasi
kebakaran dan penyiapan pasukan serta
sarana pemadaman selama ±10 menit.
 Waktu perjalanan dari pos pemadam menuju
lokasi selama ±20 menit.
 Waktu gelar peralatan dilokasi sampai dengan
siap oprasi penyemprotan selama ±5 menit.

Gambar 1
Sebaran Kepadatan Bangunan, Klasifikasi Resiko
Kebakaran

Gambar 3
Titik Rawan Kemacetan, Jalur utama

8. Intensitas Kasus Dan Daerah Rawan


Kebakaran
Cendrung meningkatnya kesusukebakaran di
Kabupaten Lombok Timur dan mayoritas sering tidak
terdekteksi yaitu pada unused area(rumput ilalalng,
Gambar 2
Zona Rawan Kebakaran Berdasarkan Dominasi penggunaan
sampah), serta kejadian kebakaran pada bangunan
Lahan perumahan, bangunan perdagangan (pasar), serta
bangunan industri. Selama ini, daerah yang rawan
7. Analisis Waktu Tanggap (Response Time) kebakaran adalah di pusat perkotaan di seluruh
Kondisi geografis Kabupaten Lombok Timur wilayah Kabupaten Lombok Timur, daerah tersebut
sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah yang merupakan daerah padat permukiman. Daerah-
memmiliki morfologi bergelombang dan berbukit. Hal daerah tersebut selama ini untuk penanganan
ini sangat berpengaruh dalam penentuan MWK, kebakaran hanya dilayani oleh 1 pos pemadam
6
Fariz Primadi H, Analisis Penentuan Wilayah... 7

kebakaran, namun dengan aturan dari regulasi yang 10. Penentuan Wilayah Manajmen Kebakaran
mengatur radius pelayanan 7,5 km, maka akan sulit (MWK)
diterapkan di wilayah Kabupaten Lombok Timur, Wilayah manajmen kebakaran di wilayah
karna luas wilayah yang besar, serta kondisi geografis Kabupaten Lombok Timur secara umum dibagi
wilayah yang sangat sulit untuk melakukan beradsarkan klasifikasi resiko kebakaran, jangkauan
perjalanan dengan cepat dan tepat waktu ke wilayah pelayanan stasiun/pos pemadam kebakaran, waktu
yang terjadi kebakaran. tanggap (response time) dan pendeketan model
gravitasi keterkaitan antara pusat kegiatan di
9. Kondisi Geografis dan Morfologi Wilayah Kabupaten Lombok Timur.
Wilayah Manajmen Kebakaran (MWK) yang
telah ditentukan di Kabupaten Lombok Timur Tabel 8
Matriks Analisis Penanganan Kebakaran
cendrung tidak mengikuti aturan dasar yang berlaku
Waktu
pada KepmenPU No. 10 dan 11 tahun 2000 yang No. Kecamatan Resiko Jangkauan*
Tanggap
mensyaratkan response time (waktu tanggap) dan 1 Aikmel Tinggi Sedang 25 menit
jarak jangkau pelayanan masing-masing 15 dan 7,5 2 Jerowaru Tinggi Dekat 15 menit
3 Keruak Sedang Dekat 15 menit
meter radius layanan, dikarnakan luas wilayah
4 Lab. Haji Tinggi Dekat 13 menit
Kabupaten Lombok Timur yang sangat besar. Selain 5 Masbagik Tinggi Dekat 15 menit
itu, kondisi akses jalan yang cendrung linier dan 6 Mt. Gading Sedang Jauh 55 menit
kawasan terbangun yang mengikut jalan utama, 7 Pringgabaya Sedang Sedang 35 menit
8 Pringgasela Rendah Jauh 40 menit
mengakibatkan akan sulit untuk menentukan MWK 9 Sakra Tinggi Sedang 18 menit
menggunakan parameter-parameter tersebut diatas, 10 Sakra Barat Sedang Sedang 25 menit
maka capaian petugas PMK menuju lokasi kebakaran 11 Sakra Timur Sedang Sedang 20 menit
tidak mampu dengan cepat dan memiliki hambatan 12 Sambelia Sedang Dekat 15 menit
13 Selong Tinggi Dekat 10 menit
yang tinggi. 14 Sembalun Rendah Jauh 68 menit
Dari hasil pengamatan lapangan dan analisis 15 Sikur Tinggi Jauh 30 menit
pada peta topografi wilayah dengan melihat bentukan 16 Suela Rendah Jauh 35 menit
17 Sukamulya Sedang Dekat 17 menit
morfologi wilayah tiap kecamatan, maka akan dibagi 18 Suraiga Sedang Sedang 20 menit
beberapa kecamatan menjadi beberapa interval jenis 19 Terara Tinggi Jauh 35 menit
yaitu wilayah morfologi dengan kondisi geografis yang 20 Wanasaba Rendah Jauh 40 menit
terjal, bergelombang, dan landai; serta akses baik dan Sumber : hasil analisis
*) Berdasarkan Lokasi Pos Terdekat
tidak memiliki aksesibilitas yang baik. Kecamatan
(Kota Selong Kec. Sambelia dan Kec. Keruak)**) Kec. Rata-
tersebut yaitu :
rata 60 km/jam
Tabel 7
Kondisi Morfologi & akses Wilayah Kecamatan Se-
Kab. Lombok Timur Sedangkan untuk matrik berdasarkan
Aksesibilitas pendekatan gravitasi ruang, menunjukan beberapa
Kecamatan Morfologi
Wilayah wilyah administrasi yang memiliki keterkaitan yang
Aikmel Landai Baik sangat kuat, dan beberapa wilayah administrasi
Jerowaru Bergelombang Kurang Baik
Keruak Bergelombang Kurang Baik cendrung keterkaitan pada masiang-masing
Labuhan Haji Landai Baik wilayahnya tidak ada, sehingga diasumsikan bahwa
Masbagik Landai Baik wilayah tersebut akan melayani wilayah itu sendiri.
Montong Gading Bergelombang Kurang Baik
Pringgabaya Bergelombang Baik
Pringgasela Bergelombang Kurang Baik
Sakra Landai Baik
Sakra Barat Bergelombang Baik
Sakra Timur Bergelombang Kurang Baik
Sambelia Terjal Kurang Baik
Selong Landa Baik
Sembalun Terjal Kurang Baik
Sikur Landai Baik
Suela Terjal Kurang Baik
Sukamulya Landai Baik
Suralaga Landai Baik
Terara Landai Baik
Wanasaba Bergelombang Kurang Baik
Sumber: Analisis Topografi dan Analisis Jalan 2015

7
8|Jurnal Planoearth | Vol.02, No.01, Feb 2017, hal 01-10

Tabel 9
Matrik Gravitasi Kecamatan Kab. Lombok Timur

Gambar 5
Jangkauan Layanan MWK

MWK dibagai berdasarkan batas administrasi


kecamatan mengingat program kegiatan instansi
pemadam kebakaran Kabupaten Lombok Timur
dilaksanakan pada tiap-tiap kecamatan untuk
memudahkan pengendalian dan pengontrolan upaya
proyeksi kebakaran wilayah kota. MWK tersebut
adalah :
1. MWK aikmel
2. MWK Keruak
3. MWK peringgabaya
4. MWK Sakra
5. MWK Sambelia
6. MWK selong
7. MWK Sembalun
8. MWK Terara

11. Prioritas MWK


Hingga saat ini, wilayah Kab. Lombok Timur
hanya memiliki satu unit induk pospemadam
kebakaran yang melayani hampir seluruh kecamatan
dengan 2 unit cabang yang berada di Kecamatan
Gambar 4
Jerowaru dan Kecamatan Sambelia.
Simulasi Model Gravitasi
Pada dasarnya seluruh kawasan di wilayah
Kabupaten Lombok Timur memiliki prioritas yang
sama dalam upaya proteksi kebakaran, namun
penentuan MWK lebih ditunjukan untuk menentukan
prioritas lokasi.
Penentuan WMK dibagi berdasarkan batas
administrasi wilayah kecamatan untuk memudahkan
dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi.
Indicator dalam menentukan prioritas WMK, yang
terdiri dari :
8
Fariz Primadi H, Analisis Penentuan Wilayah... 9

 Resiko Kebakaran; Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian


 Kepadatan Bangunan; Wilayah Manajmen Kebakaran (WMK) Kab. Lombok
 Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran; Timur, dapat dilihat pada gambar pembagian WMK.
dan
 Fungsi Strategis Wilayah.
Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian prioritas
WMK berdasarkan skoring pembobotan, dapat dilihat
pada tabel berikut ini (sudrajta, 2005)

Tabel 10
Pembobotan Penentuan Prioritas WMK
Kab. Lombok Timur
No WM Indicator Tot priori
. K Resiko Kepad Jaang Fungsi al tas
Kebaka atan kauan strateg Sk
ran Bangu Pos is or
nan WMK Wilaya
h
1 Aikm 2 3 2 2 9 III
el
2 Keru 1 1 2 2 6 VI
ak
3 Pring 2 2 3 1 8 IV Gambar 6
gaba WMK Kabupaten Lombok Timur
ya
4 Sakr 2 2 2 1 7 V
a
D. KESIMPULAN
5 Sam 1 1 3 1 6 VII
belia Dari pembahasan sebelumnya, dapat ditarik
6 Selon 3 3 2 3 11 I kesimpulan bahwa Kabupaten Lombok Timur saat ini
g bemum memiliki suatu pengolaan penanggulangan
7 Semb 1 1 3 1 6 VIII
alun
kebakaran yang optimal terkait antisipasi dan waktu
8 Terar 3 2 3 2 10 II tanggapdalam melakukan kegiatan pemadaman di
a lokasi kebakaran. Hal ini terjadi akibat infrastruktur
Parameter Tinggi = Rapat = Jauh = Strategi pemadam kebakaran yang belum memadai dan
Skor 3 3 3 s=3
keterbatasan waktu tanggap (response time) petugas
Sedang Sedang Sedang Krg
=2 =2 =2 Strategi dari IPK yang belum memenuhi standar teknis
Rendah Rengga Dekat = s=2 pemadam kebakaran.
=1 ng = 1 1 Tdk Waktu tanggap dalam penanganan kebakaran,
Strategi
sesuai dengan standar teknis penanganan kebakaran
s=1
Sumber : Pengelolahan Hasil Analisis
(sumber : Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.
25/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Teknik
Berdasarkan analisis penentuan WMK dengan Penyusunan Rencana Induk Sistem Kebakaran),
berbagai indikatornya, maka nilai akumulasi dari waktu tanggap yang harus dicapai petugas pemadam
seluruh indikator tersebut menghasilkan wilayah kebakaran adalah 15 menit sejak diterimanya laporan
manajmen kebakaran berdasarkan hirarki kejadian kebakaran, terdiri dari 5 menit pertama
pelayanannya yaitu : untuk persiapan armada dan personil, 5 menit kedua
waktu tempuh armada pemadam kebakaran menuju
1. MWK I : MWK Selong lokasi kebakaran, dan 5 menit terakhir digunakan
2. MWK II : MWK Terara untuk gelar pasukan dan armada di lokasi kejadian
3. MWK III : MWK Aikmel kebakaran.
4. MWK IV : MWK Pringgabaya Untuk mencapai waktu tanggap yang optimal
5. MWK V : MWK Sakra tersebut, maka disusunlah suatu pendekatan
6. MWK VI : MWK Keruak penanggulangan kejadian kebakaran didasarkan pada
7. MWK VII : MWK Sambelia areal penanganan kebakaran berupa Wilayah
8. MWK VIII : MWK Sembalun Manajmen Kebekaran (WMK) WMK di Kabupaten
Lombok Timur, berdasarkan hasil pembahasan,
ditetapkan sebanyak 8 WMK, berdasarkan
karakteristik wilayah dan resiko penanganan

9
10|Jurnal Planoearth | Vol.02, No.01, Feb 2017, hal 01-10

kebakaran di masing-masingwilayah kecamatan di


Kabupaten Lombok Timur.
Wilayah Manajmen Kebakaran (WMK) yang
telah di tetapkan, diberikan bobot untu mengetahui
hierarki WMK dengan indictor penentuan prioritas
WMK berdasarkan resiko Kebakaran, Kepadatan
Bangunan, Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran dan
Fungsi Strategis Wilayah.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
[1] Hasan, M. Iqbal, 2002, Pokok-pokok Materi
Metodelogi Penelitian & Aplikasinya, Ghalia
Indonesia, Jakarta
[2] Rangkuti F. 2008, Analisis SWOT Teknik Membedah
Kasus Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
[3] Sudrajat, 2005, Materi Kota Kuliah Umum Kedinasan :
Pengambilan Keputusan, Badan Pembina Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta
[4] Warpani, Suwardjoko, 1984, Analisis Kota & Daerah,
Penerbit ITB, Bandung

Artikel/Modul/Diktat
[5] BPS Kab. Lombok Timur, 2014, Kabupaten Lombok
Timur Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kab.
Lombok Timur, Selong
[6] Dpartemen Kimprawil, 2000, Pedoman Penataan
Bangunan Gedung, Direktorat Jendral Cipta Karya,
Dparemen Kimprawil, Jakarta
[7] Dinas Pekerjaan Umum Prov. Nusa Tenggara Barat,
2013, Dokumen Pemeliharaan Jalan Nasional, Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Mataram
[8] Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD), 2015, Dokumen Laporan Bencana Kebakaran
Kabupaten Lombok Timur, Bidang Penanggulangan
Bencana, Selong
[9] Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No.
11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajmen
Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, Jakarta
[10] Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.
25/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Teknik
Penyususnan Rencana Induk Sistem Kebakaran,
Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai