Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

APRESIASI KERJA PRAKTEK

4.1. Apresiasi Praktikan Terhadap Materi Pekerjaan


4.1.1. Kerangka Pikir Penyusunan RISPK
Kerangka pikir merupakan suatu diagram yang menjelaskan secara garis
besar alur logika atau pemikiran terhadap berjalannya suatu penelitian atau
kegiatan. Kerangka pikir berisi serangkaian konsep dan kejelasan hubungan
antar konsep dalam penelitian atau kegiatan yang dijalankan. Adanya kerangka
pikir sangat penting dan berguna dalam membantu dan mendorong pelaku
kegiatan di dalamnya untuk memahami hubungan antar konsep pada kegiatan
yang dijalankan.
Kerangka pikir yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kabupaten Kutai Timur merupakan
kerangka pikir yang diambil dari Pedoman Teknis Manajemen Proteksi
Kebakaran di Perkotaan yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20
Tahun 2009. Kerangka pikir tersebut cenderung bersifat umum dan masih perlu
dirincikan terkait analisis apa saja yang diperlukan dan rencana-rencana yang
dihasilkan dan menjadi output sesuai muatan penyusunan RISPK. Kerangka
pikir yang digunakan dalam kegiatan penyusunan RISPK berdasarkan Permen
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009 sebagai berikut.

IV˗1
Diagram 4. 1. Kerangka Pikir Penyusunan RISPK
Sumber: Permen PU No 20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen
Proteksi Kebakaran
di Perkotaan

Guna menyempurnakan kerangka pikir tersebut, maka praktikan


membuat suatu kerangka pikir untuk kegiatan penyusunan Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Kutai Timur sebagai berikut.

IV˗2
Dampak Bencana Kebakaran

▪ Perlunya tindakan pencegahan sebagai upaya


antisipasi dan minimalisasi dampak bencana
Kabupaten Kutai Timur ▪ Perlunya penanggulangan bencana dengan
Berpotensi/sering terjadi bencana kebakaran sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif

Tinjauan Kebijakan
UU No. 26 Tahun 2007 RTRW Nasional
UU No. 24 Tahun 2007 RTRW Provinsi Kalimantan Timur
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 RTRW Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015-2035
Permen PU No. 25 Tahun 2008 RPJM Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2021
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 RP3KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018-2037
Permen PU No. 20 Tahun 2009 RP2KP Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013
Permendagri No. 122 Tahun 2018 Masterplan Kawasan Permukiman Kabupaten Kutai Timur

Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kabupaten Kutai Timur

Menghimpun data kejadian bencana kebakaran


Pendataan aset dan sarana prasarana pos
Penentuan wilayah manajemen kebakaran (WMK)
▪ Analisis kebutuhan air
Analisis permasalahan minimum
Analisis hierarki dan pelayanan ▪ Angka klasifikasi risiko
Analisis penentuan response time bahaya kebakaran
▪ Angka klasifikasi
Analisis risiko bencana kebakaran konstruksi risiko
Analisis kebutuhan sarana-prasarana pemadam kebakaran
kebakaran
Analisis kelembagaan dan SDM
RSCK RSPK
(Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran) (Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran)

RISPK

Peta daerah rawan kebakaran


Rencana kebutuhan air proteksi kebakaran
Rencana pos pemadam kebakaran
▪ RDTR Perkotaan
Rencana pengembangan hydrant
▪ RTBL Kawasan
Rencana pengembangan sarana-prasarana pemadam
Rencana pengembangan Lembaga dan organisasi
Rencana pengembangan SDM dan masyarakat

DED
Percontohan

Diagram 4. 2. Kerangka Pikir Penyusunan RISPK Kabupaten Kutai Timur

IV˗3
Kerangka pikir di atas merupakan salah satu bentuk apresiasi praktikan
terhadap materi pekerjaan dalam kegiatan kerja praktek. Pembuatan kerangka
pikir didasarkan pada pentingnya suatu arahan atau garis besar alur berjalannya
suatu pekerjaan untuk mewujudkan proses kerja yang baik dan mencapai hasil
yang optimal. Kegiatan penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK) yang diikuti praktikan terbilang masih jarang dilakukan di
kabupaten/kota di Indonesia dan regulasi yang mengatur tentang pedoman
teknis yang masih sangat umum membuat proses pekerjaan masih belum
memiliki arahan yang sempurna. Selain itu, hal ini membuat pekerjaan yang
dilakukan terkesan meraba apa yang bisa dilakukan tanpa adanya arahan yang
jelas. Oleh karena itu, praktikan membuat kerangka pikir ini untuk melengkapi
dokumen perencanaan yang dibuat agar penyusunan yang akan datang dapat
lebih terarah. Mengingat masih terdapat beberapa kecamatan di luar kecamatan
yang diprioritaskan untuk penanganan selanjutnya dalam Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) dan mewujudkan Kabupaten Kutai Timur
yang terproteksi dari bencana kebakaran.

4.1.2. Urgensi RISPK


RISPK sebagai suatu dokumen perencanaan yang merupakan salah satu
turunan RTRW menjadi sebuah pedoman dalam bidang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran serta bencana lain. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009, RISPK harus sinkron dengan RDTR
perkotaan. Sehingga dalam perencanaan pembangunan RISPK termasuk dalam
salah satu rencana Kawasan permukiman selain RTBL, SSK, RISPAM, RP3,
dan RP2KPKP. Maka dari itu, RISPK tidak berdiri sendiri dan sebagai
dokumen perencanaan yang menjadi salah satu turunan RTRW ini RISPK
dinilai merupakan sesuatu yang penting dikarenakan RISPK menjadi pedoman
yang memperjelas arahan perencanaan suatu wilayah dalam bidang pencegahan
dan penanggulangan bencana khususnya kebakaran. Namun urgensi

IV˗4
penyusunan RISPK tidak hanya terfokus pada permukiman saja, mengingat
salah satu pertimbangan dalam penentuan lokasi prioritas yang menjadi salah
satu output RISPK adalah adanya keberagaman guna lahan dalam suatu
wilayah manajemen kebakaran (WMK). Keberagaman guna lahan ini misalnya
seperti perkantoran, pendidikan, peribadatan, perdagangan dan jasa, dan
sebagainya. Hal ini menjadi suatu variabel penilaian dalam skala prioritas
pencegahan dan penanggulangan kebakaran dimana semakin beragamnya guna
lahan maka risiko terjadinya kebakaran lebih tinggi. Selain itu, dari segi histori
kejadian kebakaran juga tidak terfokus pada kebakaran permukiman atau
bangunan saja tetapi juga kebakaran hutan dan lahan.
Berangkat dari pembahasan di atas terkait wajib atau tidaknya
penyusunan RISPK, pemerintah daerah memiliki peran yang wajib dalam hal
penyusunan RISPK. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 25 Tahun 2008 yang menerangkan peran pemerintah daerah dan
stakeholder merupakan kesepakatan bersama atas keterlibatan pemerintah
daerah secara wajib dan pemangku kepentingan secara sukarela dalam
penyusunan RISPK untuk meningkatkan pelayanan terhadap keselamatan jiwa
dan harta benda dari bahaya kebakran dan bencana lainnya. Pelibatan peran ini
dimulai dari tahap perencanaan, pematangan hingga evaluasi atas implementasi
pencegahan dan penganggulangan bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
Akan tetapi, meski penyusunan RISPK dinilai merupakan suatu hal yang
penting dan wajib dilakukan, masih terdapat daerah-daerah di Indonesia yang
belum melakukan penyusunan RISPK sehingga belum memiliki dokumena
perencanaan yang secara khusus menjadi arahan pencegahan dan pengendalian
dalam hal kebakaran dan bencana lainnya. Hal ini tentunya tidak lepas dari
peran pemerintah daerah setempat dalam menyikapi RTRW daerahnya dalam
bidang pencegahan dan pengendalian khususnya kebakaran. Suatu daerah bisa
saja tidak melakukan penyusunan RISPK karena menilai arahan terkait
pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran belum menjadi sesuatu yang

IV˗5
penting karena daerah yang cenderung aman dari kebakaran atau kejadian
kebakaran sangat jarang terjadi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan suatu
daerah meski memiliki kondisi yang cukup aman tetap melakukan penyusunan
RISPK sebagai upaya preventif dan mewujudkan daerah yang terproteksi dari
bahaya kebakaran dan bencana lainnya. Dengan demikian penyusunan RISPK
menjadi suatu hal yang belum dilakukan secara serentak mengingat kebijakan
setiap pemerintah daerah yang berbeda-beda.

4.2. Apresiasi Praktikan Terhadap Perusahaan Kerja Praktek


4.2.1. Kerjasama Tim Proyek
Salah satu apresiasi praktikan terhadap perusahaan kerja praktek adalah
dalam hal kegiatan kerjasama tim proyek. Dalam hal ini kegiatan kerjasama tim
proyek secara umum berlangsung dengan baik. Namun terdapat saat dimana
salah satu anggota tim proyek berhalangan hadir dan diskusi antara praktikan
dengan anggota tim tersebut sangat jarang terjadi. Terkait hal ini praktikan
dapat memaklumi karena terkadang seorang pekerja di bidang teknis
menghadapi pekerjaan yang padat dan menangani tidak hanya sebuah proyek.
Akan tetapi sebagai sebuah refleksi dalam menjalankan peran di dunia kerja
yang sebenarnya, adanya kerjasama antar tim proyek yang lengkap dengan
tatap muka serta proses diskusi yang baik dapat mewujudkan kinerja yang baik
pula serta output atau hasil kerja yang optimal.

IV˗6
4.2.2. Pembimbing Kerja Praktek
Secara umum tidak ditemui adanya perbedaan pendapat yang berarti
antara praktikan dengan pembimbing kerja praktek (PKP). Justru banyak
masukan yang diberikan oleh PKP kepada praktikan selama proses penyusunan
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kabupaten Kutai Timur
ini. Selain itu, antara praktikan dan PKP saling memberi masukan terhadap
suatu permasalahan yang ada serta tidak sedikit pula praktikan mendapatkan
ilmu baru dan pengalaman terkait pekerjaan yang diikuti dalam kegiatan kerja
praktek.

IV˗7

Anda mungkin juga menyukai