Anda di halaman 1dari 6

Resume Buku Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang

Oleh Hijjati Apriarahmah (NPM 1635201110006)

BAB 5 – PENGUKURAN DAN PEMETAAN

A. Pengukuran dan Pemetaan Dasar


Dalam pendaftaran tanah, pengukuran merupakan kegiatan memperoleh data letak lokasi
yang dinyatakan dalam koordinat dan bentuk geometris dari objek yang diukur.
Sedangkan pemetaan merupakan kegiatan berupa plotting lokasi atau bentuk geometri
dari pengukuran ke dalam peta baik digital maupun analog. Oleh karena itu keduanya
merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dalam keagrariaan. Kegiatan pengukuran dan
pemetaan meliputi :

Pembuatan peta dasar


pendaftaran

Penetapan batas bidang tanah

Pengukuran dan pemetaan


Pengukuran dan pemetaan
bidang tanah dan pembuatan
dalam pertanahan
peta pendaftaran

Pembuatan daftar tanah

Pembuatan surat ukur

Tahapan pekerjaan yang dilalui dalam pengukuran dan pemetaan secara garis besar yaitu:

Pengambilan
Persiapan Pengolahan
data lapangan Pemetaan
pengukuran data
(pengukuran)

1
Resume Buku Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang
Oleh Hijjati Apriarahmah (NPM 1635201110006)

Hasil dari pengukuran dan pemetaan selanjutnya digunakan pada pemetaan bidang tanah
yaitu untuk peta dasar pendaftaran tanah (peta dasar pertanahan). Unsur-unsur yang
terdapat dalam peta tersebut meliputi:
1. Unsur fisik
2. Batas administrasi
3. Bidang tanah

Peta dasar pendaftaran tanah tidak langsung digunakan untuk pembuatan sertifikat tanah.
Selanjutnya peta tersebut diplotting dengan data hasil pengukuran dan menjadi peta
pendaftaran tanah. Terdapat kebijakan terkait pemetaan pertanahan (Perpres No. 9 Tahun
2016) yaitu one-map policy atau kebijakan satu peta (KSP) sebagai bentuk arahan
strategis dalam memenuhi standar setiap peta mengacu pada satu referensi geospasial,
satu basis data dan geoportal.

B. Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah


Dalam pengukuran bidang tanah, pengukur dapat merupakan pegawai ASN atau
bukan ASN (surveyor berlisensi) yang bekerja sama atas nama Kepala Kantor
Pertanahan. Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan penetapan batas
yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Pemilik hak atas tanah atau kuasanya menunjukkan batas bidang tanah dan
pemasangan tanda pembatasnya.
2. Pengumpul data menetapkan batas tersebut dalam Daftar Isian (DI) 201
3. Jika pemegang hak atas tanah berhalangan hadir pada waktu yang ditentukan, maka
pengumpul data fisik berdasarkan penunjukan pemegang hak atas tanah dapat
menetapkan batas sementara dan dicatat dalam DI 201 ruang 1.3 (sketsa bidang tanah
pada gambar ukurnya)
4. Jika pemegang hak atas tanah dengan pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak
bersedia menunjukkan batas atau tidak hadir dalam waktu yang ditentukan maka
penetapan batas sementaradilakukan oleh pengumpul data fisik berdasarkan batas
yang kelihatan.

1) Batas bidang tanah


Ketentuan bentuk tanda batas tanah sebagai berikut: (Pasal 22 Permen ATR/BPN
No. 3 tahun 1997)
A. Tanda batas pada tanah yang <10 ha
1. Pipa besi atau batang besi, panjang minimal 100 cm dan diameter minimal
5 cm, dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 80 cm dan 20 cm sisanya
diberi tutup dan dicat merah pipa paralon yang diisi dengan beton
2. Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan apabila
dianggap perlu oleh petugas yang melaksanakan dilakukan pengukuran
juga pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut.

2
Resume Buku Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang
Oleh Hijjati Apriarahmah (NPM 1635201110006)

3. Jika sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena sudah ada
penanda lain seperti benda-benda yang terpasang tetap (pagar, tugu,
tembok,dll) tidak harus dipasang tanda batas.
B. Tanda batas pada tanah >10 ha
1. Pipa besi panjang minimal 1,5 m dan diameter minimal 10 cm,
dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 1 m dan sisanya diberi tutup besi
dan dicat merah.
2. Besi balok dengan panjang minimal 1,5 m dan lebar minimal 10 cm,
dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 1 m, pada bagian yang muncul di
atas tanah diberi cat merah
3. Kayu besi, bengkirai, jati, dll yang kuat dengan panjang minimal 1,5 m
dan lebar minimal 10 cm, dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 1 m,
pada kira-kira 20 cm dari ujung bawah dipasang 2 potong kayu sejenis
seperti bentuk silang dengan ukuran minimal 0,05 x 0,05 x 0,7 m dan pada
bagian atas yang muncul di atas tanah dicat merah.
4. Tugu batu bata atau batako yang dilapisi semen atau beton yang besarnya
minimal 0,30 x 0,30 m, tinggi minimal 0,60 m, dan berdiri di atas batu
asar yang dimasukkan ke dalam tanah minimal berukuran 0,70 x 0,70 x
0,40 m
5. Pipa paralon yang diisi dengan beton, memiliki panjang minimal 1,5 m
dan diameter minimal 10 cm yang dimasukkan ke dalam tanah sepanjang
1 m, yang muncul di atas tanah diberi cat merah.
2) Gambar ukur
Ketentuannya (Pasal 30 PMNA/KBPN No. 3/1997) sebagai berikut:
 Setiap pengukuran bidang tanah harus dibuat gambar ukurnya.
 Gambar ukur dapat menggambarkan satu bidang tanah atau lebih dengan
kondisi di sekitarnya.
 Dapat dibuat pada formulir daftar isian, peta foto/peta garis, blow-up foto
udara atau citra lainnya.
 Semua data hasil ukuran batas bidang tanah dicatat pada gambar ukur, jika
diperlukan harus dapat digunakan untuk pengembalian batas bidang-
bidang tanah yang bersangkutan.
 Setiap gambar memiliki nomor gambar ukurnya dengan nomor urut dalam
DI 302 serta dicantumkan nomor identifikasi bidang tanah (NIB) dan
simbol-simbol kategori bila perlu.
3) Surat ukur
Ketentuannya (Pasal 156 PMNA/KBPN No. 3/1997) sebagai berikut :
 Dibuat dengan menggunakan DI 207 menurut data fisik dalam peta
pendaftaran atau hasil pengukuran bidang tanah.

3
Resume Buku Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang
Oleh Hijjati Apriarahmah (NPM 1635201110006)

 Pengambilan data fisik dari peta pendaftaran dapat dilakukan dengan


mengutip peta tersebut atau membuat gambar baru sesuai data fisik bidang
tanah yang bersangkutan.
 Dapat pula dibuat dengan menyalin/fotokopi bagian peta pendaftaran yang
memuat beberapa bidang tanah dan batas-batasnya diuraikan dan
digambar dengan garis hitam yang lebih tebal dari gambar batas bidang
tanah lainnya.
 Jika data fisik suatu bidang tanah sudah dibuat dalam bentuk digital maka
surat ukur dapat dibuat dengan mencetaknya pada lembar surat ukur
 Surat ukur dibuat dengan skala yang disesuaikan dengan ruang gambar
yang tersedia.
 Untuk bidang tanah yang sangat luas yang jika dimuat di ruang gambar
maka skala gambarnya terlalu kecil, Salinan petanya dapat digunakan
sebagai surat ukur.
 Surat ukur dibuat 1 lembar dan untuk penerbitan sertifikat dibuatkan
salinannya.
4) Peta bidang tanah
 Merupakan salah satu produk kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang
tanah baik sistematis maupun sporadic.
 Merupakan hasil pengukuran-pemetaan satu bidang tanah atau lebih pada
lembaran kertas dengan skala tertentu yang batas-batasnya sudah
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk
pengumuman data fisik
 Disertakan sebagai bagian DI 208 B pada pendaftaran tanah sporadic, dan
DI 201 C untuk pendaftaran tanah sistematik.
 Pembuatannya mengacu pada data dari gambar ukur
5) Pemberian nomor identifikasi bidang (NIB)
 Untuk memudahkan dalam identifikasi suatu bidang tanah dan
membedakan dengan bidang tanah lainnya
 Penghubung antara peta pendaftaran dan daftar lainnya dalam proses
pendaftaran tanah
C. Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan
Tata cara kegiatan pengukuran dan pemetaan diatur dalam Peraturan Kepala BPN No. 1
tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan, adapun terkait
pembiayaannya diatur dalam Permen No. 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian
ATR/BPN. Jenis biaya kegiatan pengukuran dan pemetaan melalui PNBP yaitu:
1. Pelayanan survei, pengukuran batas kawasan atau batas wilayah dan pemetaan, yang
mana dapat juga digunakan untuk tujuan selain pendaftaran tanah misalnya untuk
batas wilayah administrasi atau kawasan tertentu.

4
Resume Buku Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang
Oleh Hijjati Apriarahmah (NPM 1635201110006)

2. Pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka penetepan batas
yaitu kegiatan pengukuran dan pemetaan di lingkungan Kementerian ATR/BPN guna
penerbitan sertifikat hak atas tanah atau kegiatan pertanahan lainnya.
a. Pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah
b. Pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah secara massal dengan
syarat permohonan yang diajukan minimal 10 bidang dalam 1 kelurahan, desa,
atau daerah lainnya
c. Pelayanan pengembalian batas
d. Pelayanan legalisasi gambar ukur surveyor berlisensi
e. Pelayanan pengukuran dan pemetaan batas ruang atas tanah, bawah tanah, atau
perairan.

Kegiatan Pengukuran bidang tanah Pengukuran dalam rangka Informasi titik dasar
untuk keperluan kegiatan inventarisasi tanah, teknik dan informasi
pengembalian batas pengukuran atas permintaan peta
instansi/masyarakat untuk
mengetahui luas dan
pengukuran bidang tanah
dalam rangka pembuatan
Persyaratan peta situasi lengkap
Formulir Mengisi formulir permohonan yang bertanda tangan pemohon atau kuasanya di
atas materai dengan memenuhi konten berikut:
- Identitas diri
- Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon
- Pernyataan telah memasang tanda batas

Surat kuasa Surat kuasa apabila dikuasakan


Identitas Fotokopi identitas diri pemohon atau kuasa
Akta Fotokopi akta pendirian dan pengesahan badan hukum yang telah dicocokkan
dengan aslinya oleh petugas
Waktu - 12 hari untuk luasan 18 hari 3 hari
<40 ha
- 30 hari untuk luasan
>40 ha
Biaya Sesuai ketentuan PNBP

5
Resume Buku Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang
Oleh Hijjati Apriarahmah (NPM 1635201110006)

D. Surveyor Kadaster Berlisensi


Dasar hukum tentang surveyor kadaster berlisensi diatur dalam Permen ATR/Kepala
BPN No. 33 Tahun 2016.

Surveyor Kadaster

Badan usaha perorangan Badan usaha persekutuan


dalam bentuk firma

Kantor jasa surveyor kadaster berlisensi Kantor jasa surveyor kadaster berlisensi
(KJSKB)perorangan (KJSKB) firma

 Didirikan oleh surveyor kadaster  Didirikan minimal oleh 2 orang


berlisensi sebagai leader surveyor kadaster berlisensi yang
 Anggota minimal masing-masing salah satunya menjadi leader
satu surveyor kadaster berlisensi  Anggota minimal masing-masing 2
dan asisten surveyor kadaster orang surveyor kadaster berlisensi
berlisensi dan asisten surveyor kadaster
berlisensi

Berkantor di kab/kota dan boleh memiliki cabang di kab/kota lain


di wilayah kerjanya

KJSKB memperoleh pekerjaan survei dan pengukuran pendaftaran tanah dan kegiatan
pertanahan lainnya dengan melalui :

a. Penunjukan diri atau perjanjian kerja dengan masyarakat baik secara langsung atau
melalui pihak ketiga
b. Mekanisme pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan peraturan perundangan baik
dengan penunjukan langsung maupun pelelangan

KJSKB memiliki kewenangan untuk menandatangani gambar ukur, peta bidang, dan surat ukur.
Maka dari itu hasil survei dan pemetaan oleh KJSKB menjadi tanggung jawab mutlak antara
surveyor kadaster, asisten surveyor kadaster, dan pemimpin. Hasil survei dan pemetaan yang
dilakukan oleh KJSKB menjadi milik kementerian dan digunakan untuk pelayanan pertanahan
dan kegiatan pertanahan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai