Anda di halaman 1dari 16

EVALUASI KEBIJAKAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA

DINAS PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN KOTA


PEKANBARU TAHUN 2019

Oleh : Asesta Saputri


E-mail : asestasaputri@gmail.com
Dosen Pembimbing : Drs. H. Isril, MH
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Jalan HR Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru,
Pekanbaru-Riau 28293 Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRAK
Sistem proteksi kebakaran adalah sistem yang terdiri dari peralatan
kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk sistem proteksi aktif, pasif maupun
cara – cara pengelolaan dalam rangka melindungi banguan dan lingkungan
terhadap bahaya kebakaran (Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor 26/
PRT/ M/ 2008). Sistem proteksi kebakaran dapat di kelompokkan menjadi
dua bagian yaitu aktif dan pasif. Sistem proteksi kebakaran aktif
merupakan sistem proteksi kebakaran yang lengkap terdiri atas sistem
pendeteksian kebakaran baik manual maupun otomatis, sistem pemadam
kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran,
serta sistem pemadam kebakaran berbasis kimia seperti Alat Pemadan4
Api Ringan dan pemadam khusus (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 26/ PRT/ M/ 2008). Sedangkan, sistem proteksi pasif adalah
sarana, sistem atau rancangan yang menjadi bagian dari sistem sehingga
tidak perlu digerakkan secara aktif. Penelitian ini dilakukan di Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Pekanbaru. Tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan dan menganalisis Evaluasi
Kebijakan Sistem Proteksi Kebakaran pada Dinas Pemadam Kebakaran
dan Penyelamatan Kota Pekanbaru. Teori yang digunakan adalah teori
Dunn, 1998: 405 dalam Subarsono Ag, 2006:126. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data
wawancara dan dokumentasi, jenis data yang di gunakan adalah data
sekunder dan data primer. Hasil dari penelitian ini adalah setiap bangunan
diwajibkan memiliki alat proteksi kebakaran berguna untuk menjamin
keselamatan dan kenyamanan penghuni gedung.

Kata Kunci : Evaluasi Kebijakan, Sistem Proteksi Kebakaran.

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 1


ABSTRACT

Fire protection system is a system consisting of completeness equipment


and facilities, both installed and built in buildings that are used for active, passive
protection systems and management methods in order to protect buildings and the
environment against fire hazards (Regulation of the Minister of Public Works
Number 26 / PRT/ M/ 2008). Fire protection systems can be grouped into two
parts, namely active and passive. An active fire protection system is a complete
fire protection system consisting of manual and automatic fire detection systems,
water-based fire extinguishing systems such as sprinklers, standpipes and fire
hoses, as well as chemical-based fire extinguishing systems such as small fire
extinguishers and special extinguishers (Regulation). Minister of Public Works
Number 26/PRT/M/2008 Meanwhile, a passive protection system is a means,
system or design that is part of the system so that it does not need to be actively
driven. This research was conducted at the Pekanbaru City Fire and Rescue
Service. The purpose of this study is to describe and analyze the Evaluation of the
Fire Protection System Policy at the Pekanbaru City Fire and Rescue Service.
The theory used is the theory of Dunn, 1998: 405 in Subarsono Ag, 2006:126. The
research method used is descriptive qualitative with interview and documentation
data collection techniques, the type of data used is secondary data and primary
data. The results of this study are that every building is required to have a fire
protection device that is useful to ensure the safety and comfort of building
occupants.

Keywords: Policy Evaluation, Fire Protection System.

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 2


PENDAHULUAN

Salah satu aspek penting Operasi Pemadaman dan Penyelamatan


dalam penanggulangan kebakaran Kebakaran serta Penanggulangan
ditempat kerja adalah penyediaan Bencana Dinas Pemadam Kebakaran
alat proteksi kebakaran aktif. Namun dan Penyelamatan Kota Pekanbaru
pada kenyataannya penyediaan alat yang telah ditunjuk dan diuraikan
proteksi aktif sebagaian tidak sesuai secara perbidang berdasarkan Bab III
dengan standar, akibatnya jika terjadi Pasal 3 Peraturan Walikota Pekanbaru
kejadian kebakaran dapat nomor 98 tahun 2016 tentang
mengakibatkan kerugian baik fisik perubahan atas Peraturan Walikota
dan finansial. Pekanbaru nomor 85 tahun 2013
Dinas Pemadam Kebakaran tentang rincian tugas, fungsi dan tata
dan Penyelamatan Kota Pekanbaru kerja lembaga teknis daerah
merupakan lembaga teknis dan dilingkungan pemerintah Kota
bagian dari organisasi pemerintahan Pekanbaru.
Kota Pekanbaru yang memberikan Sistem proteksi kebakaran
pelayanan pada masyarakat dalam adalah sistem yang terdiri dari
bentuk pelayanan terhadap peralatan kelengkapan dan sarana,
penanggulangan bencana dan baik yang terpasang maupun
kebakaran. Dinas Pemadam terbangun pada bangunan yang
Kebakaran dan Penyelamatan Kota digunakan baik untuk sistem proteksi
Pekanbaru memiliki wewenang aktif, pasif maupun cara – cara
penuh dari Walikota Pekanbaru pengelolaan dalam rangka
dalam melakukan pemungutan melindungi banguan dan lingkungan
retribusi pemeriksaan alat pemadam terhadap bahaya kebakaran
kebakaran, Dinas Pemadam (Peraturan Menteri Pekerja Umum
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Nomor 26/ PRT/ M/ 2008). Sistem
Pekanbaru dibentuk berdasarkan proteksi kebakaran dapat di
Peraturan Walikota Pekanbaru kelompokkan menjadi dua bagian
Nomor 98 Tahun 2016 Tentang yaitu aktif dan pasif. Sistem proteksi
Tugas pokok dan fungsi dari Dinas kebakaran aktif merupakan sistem
Pemadam Kebakaran dan proteksi kebakaran yang lengkap
Penyelamatan Kota Pekanbaru adalah terdiri atas sistem pendeteksian
membantu Walikota dalam kebakaran baik manual maupun
melaksanakan kewenangan daerah otomatis, sistem pemadam kebakaran
dalam bidang penanggulangan dan berbasis air seperti springkler, pipa
pencegahan kebakaran. tegak dan slang kebakaran, serta
Salah satu bidang yang ada di sistem pemadam kebakaran berbasis
Dinas Pemadam kebakaran dan kimia seperti Alat Pemadan4 Api
penyelamatan Kota Pekanbaru adalah Ringan dan pemadam khusus
Bidang Pengendalian Operasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Pemadaman dan Penyelamatan Nomor 26/ PRT/ M/ 2008).
Kebakaran serta Penanggulangan Sedangkan, sistem proteksi pasif
Bencana Dinas Pemadam Kebakaran adalah sarana, sistem atau rancangan
dan Penyelamatan Kota Pekanbaru yang menjadi bagian dari sistem
mempunyai pegawai sebanyak 36 sehingga tidak perlu digerakkan
orang, pegawai Bidang Pengendalian secara aktif (Ramli 2010).

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 3


Berdasarkan hasil prasurvei Beberapa pakar kebijakan publik
dilapangan penulis menemukan menetapkan evaluasi (evaluation)
beberapa gejala dan fenomena- sebagai salah satu proses kebijakan
fenomena sebagai berikut : publik. James Anderson menyatakan
a. Masih sering terjadi bahwa evaluasi (evaluation):
keterlambatan dalam Bagaimana tingkat keberhasilan atau
pemadaman kebakaran yang dampak kebijakan diukur? Siapa
disebabkan luasnya wilayah, yang mengevaluasi kebijakan? Apa
seperti contoh kebakaran di konsekuensi dari adanya evaluasi
Rumbai berhubung jarak jauh kebijakan? Adakah tuntutan untuk
sedangkan kebakaran sudah melakukan perubahan atau
meluas baru mobil pemadam pembatalan? Sedangkan Michael
datang. Howlet dan R. Ramesh menyatakan
b. Masih kurangnya kemampuan bahwa evaluasi kebijakan (policy
pegawai dalam menggunakan evaluation), yakni proses untuk
alat safety kebakaran sebagai memonitor dan menilai hasil atau
bentuk melakukan proteksi kinerja kebijakan.
kebakaran sehingga kejadian Ndraha mengatakan, evaluasi
kebakaran di lapangan tidak merupakan salah satu cara yang
tertangani yang mengakibatkan dilakukan dalam lingkup metode dan
tingginya tingkat kebakaran. teknik kontrol. Teknik kontrol
KERANGKA TEORI tersebut dilakukan sebelum,
Konsep Evaluasi dan Kebijakan sepanjang, dan sesudah suatu
Menurut kamus besar kebijakan dilaksanakan.
Indonesia, evaluasi adalah suatu Evaluasi tidak hanya
penilaian dimana penilaian itu menghasilkan kesimpulan mengenai
ditujukan pada orang yang lebih seberapa jauh masalah terselesaikan;
tinggi atau yang lebih tahu kepada tetapi juga mennyembang pada
orang yang lebih rendah, baik itu dari klarifikasi dan kritik terhadap nilai-
jabatan strukturnya atau orang yang nilai mendasari kebijakan, membantu
lebih rendah keahliannya. Evaluasi dalam penyesuaian dan perumusan
adalah suatu proses penelitian positif kembali masalah.
dan negatif atau juga gabungan dari Evaluasi kebijakan berkenaan
keduanya. dengan kinerja kebijakan, yaitu
Selain itu menurut Subarsono berkenaan dengan seberapa jauh
(2006:119) evaluasi adalah kegiatan kebijakan mencapai hasil yang
untuk menilai tingkat kinerja suatu diharapkan. Hasil evaluasi
kebijakan. Semakin strategis suatu menentukan apakah kebijakan
kebijakan, maka diperlukan tenggang dilanjutkan ataukah membawa isu
waktu yang lebih panjang untuk kebijakan yang baru, yang mengarah
melakukan evaluasi. Sebaliknya, pada dua pilihan: diperbaiki atau
semakin teknis sifat dari suatu revisi kebijakan, ataukah dihentikan.
kebijakan atau program, maka Menurut Dunn evaluasi memberi
evaluasi dapat dilakukan dalam sumbangan pada aplikasi metode-
kurun waktu yang relatif cepat metode analisis kebijakan lainnya,
semenjak diterapkannya kebijakan termasuk perumusan masalah dan
yang bersangkutan. rekomendasi. Informasi tentang tidak
memadainya kinerja kebijakan dapat

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 4


memberi sumbangan pada kebijakan dapat dilakukan pada tahap
perumusan ulang masalah kebijakan, implementasi, dan implementasi
sebagai contoh dengan menunjukkan dapat dinilai sejauh mana dampak
bahwa tujuan dan target perlu dan konsekuensi-konsekuensi yang
didefinisi ulang. Evaluasi dapat pula dihasilkan. Sementara itu, Rossi &
menyumbang pada definisi alternatif Freeman mengemukakan evaluasi:
kebijakan yang baru atau revisi Evaluations are conducted to answer
kebijakan dengan menunjukkan a variety of questions of related
bahwa alternatif kebijakan yang tothat we have listed as the three
diunggulkan sebelumnya perlu focus of evaluation research:
dihapus dan diganti dengan yang program conceptualization and
lain. design, program implementation
Kebijakan merupakan suatu (Monitoring andaccountability) and
istilah yang hingga saat ini masih program utility (impact and
menjadi perdebatan, definisi yang efficiency assessments).
diberikan cukup beragam, dan dapat Pengertian evaluasi oleh Rossi
dipandang, baik secara luas maupun & Freeman memberitahukan bahwa
secara sempit, bergantung pihak evaluasi program harus dapat
yang berkepentingan terhadapnya. menjawab beberapa pertanyaan
Derbyshire (dalam Wibawa) dalam penelitian evaluasi yaitu:
memberikan batasan terhadap policy desain dan konseptualisasi program,
sebagai sekumpulan rencana implementasi program (monitoring
kegiatan yang dimaksudkan untuk dan akuntabilitas) serta kegunaan
memberikan efek perbaikan terhadap program (dampak dan efisiensi).
kondisi-kondisi sosial dan ekonomi. Selanjutnya, menurut Rossi &
Rencana kegiatan tersebut Freeman bahwa tujuan untuk
merupakan produk akhir setiap mengevaluasi suatu program, peneliti
pemerintahan dalam arti merupakan harus menentukan nilai berdasarkan
kesepakatan terakhir antara eksekutif kriteria-kriteria tertentu. Dengan kata
dengan wakil rakyat (legislatif). lain, hal yang terpenting dalam
Kebijakan yang dihasilkan/ membuat evaluasi kebijakan adalah
direncanakan bertujuan untuk tersedianya tujuan (goals) dan
memberikan efek perbaikan terhadap kriteria (criteria). Goals merumuskan
masalah-masalah sosial dan sasaran yang hendak dicapai dalam
ekonomi. Kebijakan yang dihasilkan/ suatu kebijakan, baik dinyatakan
direncanakan merupakan produk dalam global maupun dalam angka-
kesepakatan antara legislatif dengan angka. Sedangkan kriteria
eksekutif. memastikan bahwa goals ditetapkan
Evaluasi Kebijakan sebelum itu dapat dicapai dan
Menurut Briant & White (dalam dipenuhi secara memuaskan.
Samodra Wibawa) evaluasi Menurut Samodra Wibawa
kebijakan pada dasarnya harus bisa evaluasi bertujuan untuk
menjelaskan sejauh mana kebijakan memberikan informasi kepada
publik dan implementasinya pembuat kebijakan tentang
mendekati tujuan. Pengertian bagaimana program-program mereka
evaluasi kebijakan yang berlangsung. Serta menunjukkan
dikemukakan oleh Briant & White di faktor-faktor apa saja yangdapat
atas, mengarahkan penilaian evaluasi dimanipulasi agar diperoleh

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 5


pencapaian hasil yang lebih baik, tercapai?
untuk kemudian memberikan 2. Efesiensi Apakah
alternatif kebijakan baru atau sekedar ukuran
cara implementasi lain. tingkat
Berdasarkan penjelasan penggunaan
evaluasi oleh Samodra Wibawa di sumber daya
atas, informasiyang didapat dari dalam suatu
evaluasi kebijakan dapat digunakan proses
untuk memperbaiki program yang menjadi
sedang berjalan bahkan juga bisa lebih cepat?
memberikan informasi faktor-faktor 3. Kecukupan Seberapa
yang dapat dimanipulasi. Hasil jauh hasil
evaluasi dapat digunakan untuk yang telah
menghindari program yang tercapai
merugikan masyarakat dan dapat
menentukan keberlanjutan program memecahkan
di masa mendatang. Jika hasil dari masalah?
evaluasi program menunjukkan 4. Pemerataan Apakah
bahwa dalam program tersebut ada biaya dan
hal-hal yang perlu untuk dilakukan manfaat
perubahan, maka para pengambil didistribusik
keputusan sebaiknya harus an merata
menanggapinya dengan serius. kepada
Artinya mereka harus mempunyai kelompok
ide-ide baru guna memperbaiki masyarakat
programnya, sehingga program yang
tersebut dapat terhindar dari berbeda?
kegagalan dan dapat mencapat tujuan 5. Responsivit Apakah hasil
yang dicita-citakan. as kebijakan
Untuk menilai keberhasilan membuat
suatu kebijakan perlu dikembangkan prefensi/nilai
beberapa indikator, karena kelompok
penggunaan indikator yang tuggal dan dapat
membahayakan, dalam arti hasil memuaskan
penilaiannya dapat bias dari yang mereka?
sesungguhnya. Indikator atau kriteria 6. Ketepatan Apakah hasil
evaluasi yang dikembangkan oleh yang dicapai
Dunn (1994) mencakup 6 indikator bermanfaat?
sebagai berikut. Sumber : Dunn, 2013: 405
Tabel 1.3 Indikator Evaluasi Evaluasi kebijakan pada
Kebijakan dasarnya merupakan alat untuk
mengumpulkan dan mengelola
No Kriteria Penjelasan
informasi mengenai program atau
.
pelayanan yang diterapkan. Evaluasi
1. Efektivitas Apakah hasil
kebijakan menyediakan data dan
yang
informasi yang bisa dipergunakan
diinginkan
untuk menganalisis kebijakan dan
telah
menunjukkan rekomendasi-

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 6


rekomendasi bagi perbaikan- c. Evaluasi efektivitas
perbaikan yang diperlukan agar (effectiveness evaluation)
implementasi kebijakan berjalan Mengidentifikasi apakah
efektif sesuai dengan kriteria yang sebuah program menghasilkan
ditetapkan. Kriteria evaluasi biasanya dampak yang bermanfaat bagi
dirumuskan berdasarkan indikator- publik.
indikator sebagai berikut: d. Evaluasi meta (meta-
a. Indikator masukan (input evaluation) Mengevaluasi
indicators): bahan-bahan dan proses evaluasi itu sendiri.
sumberdaya yang dipergunakan
untuk mengimplementasikan Sistem proteksi kebakaran
kebijakan; pada bangunan gedung dan
b. Indikator proses (process lingkungan adalah sistem yang terdiri
indicators): cara-cara dengan atas peralatan, kelengkapan dan
mana bahan-bahan dan sumber sarana, baik yang terpasang maupun
daya diolah atau terbangun pada bangunan yang
ditransformasikan menjadi digunakan baik untuk tujuansistem
penyediaan pelayanan; proteksi aktif, sistem proteksi pasif
c. Indikator keluaran (output maupun cara-cara pengelolaan dalam
indicators): barang-barang atau rangka melindungi bangunan dan
pelayanan-pelayanan yang lingkungannya terhadap bahaya
diproduksi oleh suatu program; kebakaran (Permen PU Nomor
d. Indikator dampak (outcome 26/PRT/M/2008 Pasal 1 ayat 1).
indicators): hasil atau akibat Menurut KEPMEN PU
yang ditimbulkan oleh suatu No.10/KPTS/2000, sarana proteksi
program kebakaran aktif masalah sistem
Evaluasi kebijakan dapat dilakukan perlindungan terhadap kebakaran
dengan mengikuti suatu model yang dilaksanakan dengan
tertentu. Mengacu pada Bridgman mempergunakan peralatan yang
dan Davis, sedikitnya ada empat dapat bekerja secara otomatis
model evaluasi yang bisa diterapkan, maupun manual, digunakan oleh
yaitu: penghuni atau petugas pemadam
a. Evaluasiketepatan kebakaran dalam melaksanakan
(appropriatness evaluation) operasi pemadaman. Adapun yang
Evaluasi yang dilakukan untuk termasuk kedalam sistem proteksi
membantu pembuat kebijakan kebakaran aktif, adalah: APAR,
dalam menentukan apakah detektor kebakaran, alarm, sprinkler,
sebuah program yang baru hidran.
perlu dibuat atau apakah Sistem Proteksi Kebakaran
program yang ada masih harus menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
dipertahankan. Umum Nomor 26 Tahun 2008
b. Evaluasi efisiensi (efficiency terbagi menjadi 2 yaitu sistem
evaluation) Menghitung proteksi kebakaran aktif dan sistem
seberapa besar barang dan jasa proteksi kebakaran pasif.
yang mampu dihasilkan sesuai Beberapa hal yang harus
dengan sumber daya yang diperhatikan dalam pemilihan sistem
dikeluarkan. proteksi kebakaran adalah:

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 7


a. Bahaya kebakaran dari alat diakibatkan oleh kebakaran tidak
atau material yang ada hanya berupa kerusakan bangunan
b. Tingkat toksik dari material saja, melainkan kerugian yang
dan asap yang diproduksi menyangkut moral dan jiwa manusia.
c. Luas dari ruangan Beberapa penyebab kebakaran antara
d. Frekuensi dari operasi yang lain : rendahnya pemahaman dan
berbahaya kesadaran masyarakat akan bahaya
e. Jarak dari instalasi lain yang kebakaran, kurangnya kesiapan
berbahaya masyarakat untuk menghadapi dan
f. Akses yang tersedia untuk menanggulangi bahaya kebakaran,
memadamkan kebakaran sistem penanganan kebakaran yang
g. Kemampuan dari tim pemadam belum terwujud dan terintegrasi,
kebakaran rendahnya prasarana dan sarana
h. Waktu respons dari petugas sistem proteksi kebakaran bangunan
pemadam kebakaran terdekat yang memadai.
i. Sumber daya yang tersedia Efektvitas
untuk tim pemadam kebakaran Efektifitas kebijakan sistem
Selanjutnya menurut Paimin proteksi kebakaran pada Dinas
Napitupulu (2015:7) Sistem proteksi Pemadam Kebakaran dan
kebakaran meliputi: Penyelamatan Kota Pekanbaru
a. Sistem proteksi kebakaran pasif tentunya harus dilakukan dengan
b. Sistem proteksi kebakaran aktif manajemen yang baik dan akuntabel
c. Manajemen penanggulangan karena Sistem proteksi kebakaran
kebakaran merupakan sistem yang terdiri dari
peralatan kelengkapan dan sarana,
HASIL PENELITIAN DAN baik yang terpasang maupun
PEMBAHASAN terbangun pada bangunan yang
digunakan baik untuk sistem proteksi
Evaluasi Kebijakan Sistem aktif, pasif maupun cara – cara
Proteksi Kebakaran pada Dinas pengelolaan dalam rangka
Pemadam Kebakaran dan melindungi banguan dan lingkungan
Penyelamatan Kota Pekanbaru terhadap bahaya kebakaran. Dengan
adanya kebijakan sistem proteksi
Pembangunan di Kota kebakaran, maka dimensi manajemen
Pekanbaru semakin meningkat. Saat pada pelaksanaan kebijakan tersebut
ini banyak pembangunan gedung perlu untuk diterapkan dengan baik.
sebagai pendukung kinerja penduduk
di Kota Pekanbaru. Pembangunan Untuk mengukur efektivitas
gedung yang beragam dan kompleks proses sistem proteksi kebakaran,
menuntut aspek keselamatan dan rasa ada beberapa aspek penting yang
aman terhadap bangunan gedung dan perlu dipertimbangkan yakni (a)
lingkungannya. Salah satu aspek pencapaian tujuan, bahwa sistem
keselamatan yang penting dari yang dijalankan dapat dikatakan
sebuah bangunan gedung adalah efektif apabila penggunaannya sesuai
keselamatan dari bahaya kebakaran. dengan prioritas kebutuhan sehingga
Kebakaran merupakan suatu tujuan tercapai; (b) ketepatan waktu,
permasalahan yang tidak bisa lepas proses pelaksanaan sesuai dengan
dari manusia. Kerugian yang waktu pelaksanaan kegiatan yang

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 8


telah direncanakan hingga diwajibkan memiliki alat proteksi
berakhirnya kegiatan; (c) sesuai kebakaran, alat proteksi kebakaran
manfaat, sistem proteksi kebakaran berguna untuk menjamin
dirasakan manfaatnya oleh keselamatan dan kenyamanan
masyarakat dan (d) hasil sesuai penggunaan gedung”.
harapan masyarakat.
Dari hasil wawancara diatas
Sistem proteksi kebakaran dapat disimpulkan bahwa setiap
pada bangunan gedung merupakan bangunan memungkinkan untuk
sistem yang terdiri atas peralatan, menjadi timbulnya kebakaran akibat
kelengkapan dan sarana, baik yang tidak berfungsinya utilitas gedung,
terpasang maupun terbangun pada untuk itu setiap bangunan diwajibkan
bangunan yang digunakan baik untuk memiliki alat proteksi kebakaran,
tujuan sistem proteksi aktif, sistem alat proteksi kebakaran berguna
proteksi pasif maupun cara-cara untuk menjamin keselamatan dan
pengelolaan dalam rangka kenyamanan penggunaan gedung.
melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya Berikut hasil wawancara dengan Ibu
kebakaran. Agar terciptanya Irni Dewi Tari, S.STP selaku
Efektifitas kebijakan sistem proteksi Sekretaris Dinas Pemadam
kebakaran pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Pekanbaru Rabu tanggal 10 Januari
Pekanbaru maka haris diperhatikan 2021 yang mengatakan bahwa:
persyaratan teknis sistem proteksi “Masih kurang efektifitasnya
kebakaran pada bangunan gedung kesadaran dari masyarakat dan
dan lingkungan disebutkan bahwa pelaku usaha akan pentingnya alat
pengelolaan proteksi kebakaran proteksi kebakaran oleh sebab itu
adalah upaya mencegah terjadinya Badan penanggulangan Bencana
kebakaran atau meluasnya kebakaran dan pemadam Kebakaran
ke ruangan-ruangan ataupun lantai- berkerjasama dengan pihak terkait
lantai bangunan, termasuk ke seperti Satpol PP, Dinas
bangunan lainnya melalui eliminasi Perhubungan untuk melakukan
ataupun meminimalisasi risiko inspeksi pemeriksaan kelengkapan
bahaya kebakaran, pengaturan zona- alat proteksi”.
zona yang berpotensi menimbulkan Dari hasil wawancara diatas
kebakaran, serta kesiapan dan dapat disimpulkan bahwa saat ini
kesiagaan sistem proteksi aktif masih kurang efektivitasnya
maupun pasif. kesadaran dari masyarakat dan
pelaku usaha akan pentingnya alat
Berikut hasil wawancara dengan proteksi kebakaran oleh sebab itu
Bapak Burhan Gurning, S.Pd, M.Pd Badan penanggulangan Bencana dan
selaku Kepala Dinas Pemadam pemadam Kebakaran berkerjasama
Kebakaran dan Penyelamatan Kota dengan pihak terkait seperti Satpol
Pekanbaru Rabu tanggal 10 Januari PP, Dinas Perhubungan untuk
2021 yang mengatakan bahwa: melakukan inspeksi pemeriksaan
“ Setiap bangunan memungkinkan kelengkapan alat proteksi.
untuk menjadi timbulnya kebakaran Berikut hasil wawancara dengan Ibu
akibat tidak berfungsinya utilitas Irni Dewi Tari, S.STP selaku
gedung, untuk itu setiap bangunan Sekretaris Dinas Pemadam

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 9


Kebakaran dan Penyelamatan Kota dilakukan secara efisien, namun
Pekanbaru Rabu tanggal 10 Januari sistem proteksi kebakaran harus
2021 yang mengatakan bahwa : diperkuat dengan manajemen
“Semua personil di Dinas Pemadam penanggulangan kebakaran yang
Kebakaran dan Penyelamatan Kota meliputi organisasi, prosedur dan
Pekanbaru menguasai prosedur latihan penanggulangan kebakaran.
tanggap darurat, hal ini bertujuan
agar pegawai mampu melakukan Sistem proteksi kebakaran
proteksi kebakaran”. adalah salah satu sistem yang dapat
Dari hasil wawancara diatas diterapkan untuk menanggulangi
dapat disimpulkan bahwa semua kebakaran pada bangunan. Sistem
personil di Dinas Pemadam proteksi kebakaran dibedakan
Kebakaran dan Penyelamatan Kota menjadi 2, yaitu sistem proteksi aktif
Pekanbaru menguasai prosedur kebakaran dan sistem proteksi pasif
tanggap darurat, hal ini bertujuan kebakaran. Sistem proteksi
agar pegawai mampu melakukan kebakaran aktif dan pasif bekerja
proteksi kebakaran. dalam sinergi untuk melindungi
Berikut hasil wawancara dengan Ibu bangunan dan nyawa manusia.
Hj. Irna, SE, M.Si selaku Kasubag Sistem proteksi aktif berperan
Umum Dinas Pemadam Kebakaran sebagai pendeteksi api serta
dan Penyelamatan Kota Pekanbaru melakukan pemadaman darurat
Jumat tanggal 12 Januari 2021 yang sebelum pemadam kebakaran sampai
mengatakan bahwa : di lokasi terjadinya kebakaran.
“Untuk meningkatkan prosedur Sedangkan sistem proteksi pasif
tanggap darurat maka pegawai telah lebih mengacu pada desain, baik
menguasai prosedur tersebut melalui arsitektur maupun struktur, untuk
pendidikan dan pelatihan yang dapat menghambat penjalaran api
diberikan agar pegawai lebih dan mempercepat proses evakuasi.
terampil dalam menguasai prosedur
Berikut hasil wawancara dengan
tanggap darurat terutama kejadian
Bapak Burhan Gurning selaku
di lapangan ”
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran
dan Penyelamatan Kota Pekanbaru
Dari hasil wawancara diatas
Rabu tanggal 10 Januari 2021 yang
dapat disimpulkan bahwa untuk
menyatakan bahwa :
meningkatkan prosedur tanggap
“Setiap bangunan hendaknya
darurat maka pegawai telah
didirikan dengan memperhatikan
menguasai prosedur tersebut melalui
arsitektur gedung secara efisien, hal
pendidikan dan pelatihan yang
ini berguna agar nantinya terjadi
diberikan agar pegawai lebih
kejadian kebakaran dapat
terampil dalam menguasai prosedur
memudahkan penyelamatan gedung,
tanggap darurat terutama kejadian di
selain itu setiap bangunan gedung
lapangan.
harus memiliki tangga darurat atau
Efisien pintu darurat untuk memudahkan
Keberadaan sistem proteksi setiap orang yang didalam gedung
kebakaran sangatlah penting karena melakukan penyelamatan diri”.
sistem tersebut adalah sistem
penanggulangan kebakaran dapat Dari hasil wawancara diatas
dapat disimpulkan bahwa setiap

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 10


bangunan hendaknya didirikan pihak dalam menguasai alat proteksi
dengan memperhatikan arsitektur kebakaran maka perlunya diberikan
gedung secara efisien hal ini berguna pelatihan tentang proteksi kebakaran
agar nantinya terjadi kejadian pada masyarakat dan pelaku usaha.
kebakaran dapat memudahkan Perataan
penyelamatan gedung, selain itu Kebakaran merupakan
setiap bangunan gedung harus bencana yang dapat terjadi di mana
memiliki tangga darurat atau pintu saja dan kapan saja yang umumnya
darurat untuk memudahkan setiap ditimbulkan oleh kelalaian manusia
orang yang didalam gedung yang mengakibatkan kerugian jiwa
melakukan tindakan penyelamatan. dan materi. Kebakaran dapat terjadi
Kecukupan pada pusat perbelanjaan modern
Dalam kegiatan kebijakan dilihat dari banyaknya potensi
sistem proteksi kebakaran pada pemicu kebakaran seperti korsleting
bangunan gedung dan lingkungan listrik, percikan api dari pantry atau
ketersediaan sistem yang terdiri atas rokok yang mengenai bahan-bahan
peralatan, kelengkapan dan sarana, yang cepat merambatkan api seperti
baik yang terpasang maupun pada kain, kertas, atau bahan bakar yang
bangunan yang digunakan baik untuk menetes di area parkir kendaraan.
tujuan sistem proteksi aktif, sistem Pusat perbelanjaan modern memiliki
proteksi pasif, maupun cara – cara area yang luas dan ramai dikunjungi
pengelolaan dalam rangka berbagai kalangan dari mulai balita
melindungi bangunan dan hingga lanjut usia menjadikan proses
lingkungannya terhadap bahaya evakuasi sulit apabila terjadi
kebakaran harus mencukupi. kebakaran. Maka dari itu gedung
pusat perbelanjaan modern harus
Keselamatan gedung dilengkapi dengan sistem proteksi
merupakan kondisi yang menjamin aktif, sistem proteksi pasif, serta
keselamatan dan tercegahnya sarana penyelamatan jiwa yang baik
bencana dalam suatu gedung beserta sesuai peraturan yang berlaku untuk
isinya (manusia, peralatan, barang) mencegah dan menanggulangi
yang diakibatkan oleh kegagalan atau bahaya kebakaran pada bangunan.
tidak berfungsinya utilitas gedung. Berikut hasil wawancara
Berikut hasil wawancara dengan Ibu dengan Kepala Bidang Pencegahan
Hj. Irna, SE, M.Si selaku Kasubag dan Peningkatan Kapasitas SDM
Umum Dinas Pemadam Kebakaran pada Jumat tanggal 12 Januari 2021
dan Penyelamatan Kota Pekanbaru yang mengatakan bahwa :
Jumat tanggal 12 Januari 2021 yang “Luasnya wilayah Kota
mengatakan bahwa : Pekanbatu yakni sekitar 632
“Untuk meningkatkan keterampilan km2 tidak sebanding dengan
semua pihak dalam menguasai alat jumlah SDM tenaga instruktur
proteksi kebakaran maka perlunya yang hanya 4 orang untuk
diberikan pelatihan tentang proteksi melakukan sosialisasi dan
kebakaran pada masyarakat dan penyuluhan kepada
pelaku usaha”. masyarakat tentang alat
Dari hasil wawancara diatas proteksi kebakaran, jumlah
dapat disimpulkan bahwa untuk instruktur tersebut sangat
meningkatkan keterampilan semua sedikit, sehingga perataan

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 11


pelaksanaan sosialisasi alat bangunan gedung harus mempunyai
proteksi kebakaran tidak pengelolaan proteksi kebakaran
maksimal”. untuk mencegah terjadinya
penjalaran kebakaran ke ruangan
Dari hasil wawancara diatas ataupun bangunan lain. Setiap
dapat disimpulkan bahwa tidak bangunan gedung harus
sebandingnya jumlah SDM tenaga mengupayakan proteksi sebaik
instruktur yang hanya 4 orang untuk mungkin untuk dapat menanggulangi
melakukan sosialisasi dan kebakaran. Hal ini dapat dilakukan
penyuluhan kepada masyarakat dengan menerapkan sistem proteksi
tentang alat proteksi kebakaran, kebakaran pada bangunan.
jumlah instruktur tersebut sangat
sedikit, sehingga pelaksanaan Ketepatan
perataan sosialisasi alat proteksi Sistem proteksi kebakaran
kebakaran tidak maksimal. yang terdapat di bangunan
Responsivitas merupakan salah satu bentuk upaya
Kasus kebakaran merupakan salah pencegahan dan penanggulangan
satu bentuk kecelakaan yang kebakaran. Sistem proteksi
memerlukan perhatian khusus dan kebakaran berfungsi sebagai sistem
memerlukan pencegahan (preventif) pengaman dan pendeteksi terjadinya
untuk mengurangi bahkan kebakaran. Peristiwa kebakaran tidak
menghilangkan kemungkinan akan terjadi jika sistem proteksinya
terjadinya kebakaran. Salah satunya sesuai dengan standar yang
bisa dengan manajemen risiko, ditentukan salah satunya dengan
karena sangat penting bagi ketersediaan alat pemadam api
kelangsungan suatu usaha atau ringan.
kegiatan jika terjadi suatu bencana Berikut hasil wawancara
seperti kebakaran. dengan Bapak Burhan Gurning, SPd,
Berikut hasil wawancara M.Pd selaku Kepala Dinas Pemadam
dengan Bapak Burhan Gurning, Kebakaran dan Penyelamatan Kota
S.Pd, M.Pd selaku Kepala Dinas Pekanbaru Rabu tanggal 10 Januari
Pemadam Kebakaran dan 2021 yang mengatakan bahwa :
Penyelamatan Kota Pekanbaru Rabu “Setiap bangunan harus memiliki
tanggal 10 Januari 2021 yang alat pemadam api ringan.
mengatakan bahwa : penempatan alat pemadam api
“Setiap bangunan gedung harus ringan atau apar harus mudah
mempunyai pengelolaan proteksi dijangkau dan terdapat tanda
kebakaran untuk mencegah pemasangan dengan baik dan
terjadinya penjalaran kebakaran ke benar”
ruangan ataupun bangunan lain.
Setiap bangunan gedung harus Dari hasil wawancara diatas
mengupayakan proteksi sebaik dapat disimpulkan bahwa setiap
mungkin untuk dapat menanggulangi bangunan harus memiliki alat
kebakaran. Hal ini dapat dilakukan pemadam api ringan. penempatan
dengan menerapkan sistem proteksi alat pemadam api ringan atau apar
kebakaran pada bangunan”. harus mudah dijangkau dan terdapat
Dari hasil wawancara diatas tanda pemasangan dengan baik dan
dapat disimpulkan bahwa setiap benar.

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 12


Hambatan Dalam Evaluasi Berikut hasil wawancara dengan
Kebijakan Sistem Proteksi salah seorang petugas Operasional
Kebakaran pada Dinas Pemadam Dinas Pemadam Kebakaran :
Kebakaran dan Penyelamatan “Tersedianya jalur akses
Kota Pekanbaru masuk untuk mobil pemadam
kebakaran kelokasi bangunan
Penanggulangan kebakaran tidak didukung dengan tanda
melalui sistem proteksi aktif dan jalur masuk warna kontras
sarana penyelamatan jiwa dilakukan yang dapat dilihat pada
dengan pemenuhan paling sedikit malam hari, tingkat
meliputi APAR, hidran, deteksi asap kesesuaian akses dan
dan api, sistem alarm kebakaran, pasokan air untuk pemadam
sprinkler, pengendali asap, pintu kebakaran masih belum
darurat, jalur evakuasi, tangga optimal”
darurat, dan tempat titik kumpul Dari hasil wawancara
aman. Penanggulangan kebakaran diatas dapat disimpulkan
bertujuan untuk memastikan setiap bahwa saat ini jalur akses
orang bebas dari bahaya api, asap, mobil pemadam ke lokasi-
dan bahaya lain. Terdapat beberapa lokasi kebakaran masih sulit
hambatan dalam Evaluasi Sistem selain tidak didukung tanda
Proteksi Kebakaran pada Dinas jalur, mobil sulit menempuh
Pemadam Kebakaran dan lokasi karena jalan sempit
Penyelamatan Kota Pekanbaru antara bahkan keterlambatan
lain : melakukan pertolongan
a. Kurang Pemahaman akibat kerumunan warga.
Masyarakat Tentang Sarana b. Sarana Jalan Keluar Kurang
Penyelamatan Jiwa Memadai
Menurut PERMEN PU No. Gedung harus memiliki
26/PRT/M/2008 setiap beberapa sarana jalan keluar yang
bangunan harus dilengkapi dapat digunakan sebagai jalan
dengan sarana evakuasi yang untuk menyelamatkan diri ketika
dapat digunakan oleh keadaan darurat, namun kurang
penghuni bangunan, sehingga memadai karena kurang lebarnya
memiliki waktu yang cukup akses keluar penghuni.
untuk menyelamatkan diri Berikut hasil wawancara dengan
dengan aman tanpa terhambat Kepala seksi pada Bidang
hal-hal yang diakibatkan oleh Pengendalian Operasi Pemadaman dan
keadaan darurat. Sarana Penyelamatan Kebakaran serta
penyelamat jiwa meliputi Penanggulangan Bencana :
sarana jalan keluar, tangga “Tanda petunjuk keluar di gedung
darurat, tanda petunjuk arah, sebagian besar sudah sesuai dengan
pintu darurat, penerangan standar NFPA 101 dan SNI 03-1746-
darurat, dan titik berkumpul, 2000. Sama halnya , dengan sarana
namun masih banyak jalan keluar, tingkat kesesuaiannya
masyarakat yang belum sebesar 80% artinya elemen
memahami sarana terpasang tetapi ada sebagian kecil
penyelamatan jiwa yang yang tidak sesuai dengan standar
tersedia pada suatu bangunan. yang berlaku. Elemen yang tidak

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 13


terpasang di gedung umumnya Kebakaran pada Dinas Pemadam
adalah tidak dituliskan petunjuk Kebakaran dan Penyelamatan
“EXIT”. Kota Pekanbaru maka pihak
Dari hasil wawancara diatas Dinas Pemadam Kebakaran dan
dapat disimpulkan bahwa sebagian Penyelamatan Kota Pekanbaru
besar gedung atau bangunan yang sudah cukup melaksanakan
memiliki jalur akses keluar saat evaluasi sistem proteksi dengan
melakukan evakuasi belum memiliki menanamkan pemahaman kepada
petunjuk exit sebagai petunjuk jalan. pemilik bangunan agar
c. Kurangtahuan Posisi Tangga menyediakan APAR, hidran,
Darurat deteksi asap dan api, sistem alarm
Berdasarkan hasil observasi kebakaran, sprinkler, pengendali
tangga darurat harus sesuai asap, pintu darurat, jalur evakuasi,
dengan standar SNI 03-1746- tangga darurat, dan tempat titik
2000 dan NFPA 101. Gedung kumpul aman.
biasanya memiliki tangga 2. Adapun hambatan dalam evaluasi
darurat di bagian ujung kebijakan Sistem Proteksi
koridor timur dan ujung Kebakaran pada Dinas Pemadam
koridor barat pada setiap Kebakaran dan Penyelamatan
lantai, dari basement hingga Kota Pekanbaru adalah :
lantai yang ada. a. Kurang pemahaman masyarakat
Berikut hasil wawancara dengan saah tentang sarana penyelamatan jiwa
seorang masyarakat : b. Sarana Jalan Keluar Kurang
“ Pada pintu darurat dan Memadai
penerangan darurat di gedung atau c. Kurangtahuan Posisi Tangga
bangunan tidak tersedia, dan tidak Darurat
sesuai dengan standar yang berlaku.
Seharusnya setiap gedung atau DAFTAR PUSTAKA
bangunan memiliki pintu darurat
yang dilengkapi dengan penerangan Bungin, Burhan. 2008. Analisis
darurat untuk memudahkan jalur Data Penelitian Kualitatif,
evakuasi”. Jakarta: PT Raja Grafindo
Dari hasil wawancara diatas dapat Persada.
disimpulkan bahwa masih banyak
bangunan dan gedung yang memiliki Dunn, William N, 2013.
pintu darurat tapi tidak dilengkapi Pengantar Analisis Kebijakan
oleh penerangan darurat untuk Publik. CV.Indra prahasta,
memudahkan jalur evakuasi. Bandung.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan atas Islamy, M. Irfan, 2012,
permasalahan yang dijumpai dalam Prinsip-prinsip Perumusan
penelitian yang dilakukan di Kebijaksanaan Negara, Bumi
lapangan, maka berikut ini dapat Aksara, Jakarta.
dikemukakan beberapa kesimpulan,
antara lain : Labolo, Muhadam, 2007,
1. Dari hasil penelitian yang penulis Memahami Ilmu
lakukan tentang evaluasi Pemerintahan, Kelapa Gadin
kebijakan Sistem Proteksi Permai,Jakarta

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 14


Kebijaksanaan Publik, Jakarta,
Ndraha Taliziduhu, 2012, PT.Raja Grafindo Persada
Sistem Pemerintahan
Indonesia, Rineka Cipta, Winarno, Budi, 2017,
Jakarta Kebijakan Publik, : Teori,
Proses dan Studi Kasus,
_____________2013, Jakarta,Publishing
Kybernology (Ilmu
Pemerintahan Baru) 2, Rineka
Cipta, Jakarta Artikel Ilmiah

_____________, 2015, Adi, Kawara Rigen, Analisis


Kybernology Sebuah Sistem Proteksi Kebakaran
Kontruksi Ilmu Pemerintahan, Sebagai Upaya Pencegahan
Jakarta, Rineka Cipta dan Penanggulangan
Kebakaran (Studi di PT. PJB
Nogi, S. Tangkilisan, 2007, UP Brantas Malang), Jurnal.
Manajemen Publik, Jakarta, Stikes Vol. 3 No. 1, 70-85
Penerbit Gramedia
Amalia Putri, Okta, (2016),
Nugroho D, Riant. 2013. Evaluasi Penerapan Sistem
Kebijakan Publik Formulasi, Proteksi Kebakaran Aktif di PT
Implementasi, Dan Reckitt Benckiser Indonesia
Evaluasi. Jakarta. Gramedia, Semarang Factory Departemen
Pre Produksi
____________, 2020, Model-
Model Analisis Manajemen Kurniati, Erna (2012), Evaluasi
Resiko Untuk Kebijakan Sistem Proteksi Kebakaran
Publik, Jakarta, Gramedia pada Bangunan Apartemen
ditinjau dari Sarana
Paimin Napitupulu, 2015, Penyelamatan dan Sistem
Evaluasi Sistem Proteksi Proteksi Pasif (Studi Kasus di
Kabakaran Perusahaan, Apartemen Solo Paragon),
Penerbit Alumni, Bandung Jurnal UNS Vol. 5, No. 2, 221-
237
Sudaryana, Bambang, 2017,
Analisis Kebijakan Publik, Kurnianto, Agung, (2018)
Jakarta, Deepublish Evaluasi Keandalan Sistem
Proteksi Kebakaran di
Wahab, Solichin Abdul, 2015. Apartemen Green Bay Pluit.
Analisis Kebijakan. Penerbit Hasil penilaian pada penelitian
Alfabeta, ini untuk Nilai Keandalan
Jakarta Sistem Keselamatan Bangunan
(NKSKB)
Wibawa Samodra
Purbokusumo, Yuyun Noor, Qadhariyah Fitriyanti
Pramusinto Agus. 1994, Putri, (2020) Evaluasi Sistem
Evaluasi Proteksi Kebakran pada

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 15


Bangunan Gedung Hotel
Bertingkat

Stephanie (2017), Evaluasi


Sistem Proteksi Pasif
Kebakaran Bangunan (Studi
Kasus: Millennium ICT
Centre), Jurnal USU Vol. 3,
No. 1, 64-69

Peraturan-Peraturan

Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum Nomor 20/PRT/M/2008
Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran
pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan Peraturan
Walikota Pekanbaru Nomor 98
Tahun 2016 Tentang Susunan
organisasi Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan
Kota Pekanbaru

JOM FISIP Vol. 8: Edisi II Juli-Desember 2021 Page 16

Anda mungkin juga menyukai