Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO.

1 PEBRUARI 2005 : 1 - 61

KAJIAN PENANGGULANGAN BAHAYA


KEBAKARAN PADA PERUMAHAN
(SUATU KAJIAN PENDAHULUAN DI PERUMAHAN SARIJADI BANDUNG)

Oleh :
Ida Bagus Gede Wirawibawa Mantra
Dosen Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana
Email: wirawibawa@yahoo.com

ABSTRAK
Perumahan menempati urutan tertinggi dalam hal kejadian kebakaran di Indonesia. Selain
karena beban api yang tinggi, juga disebabkan oleh kepadatan bangunan yang tinggi. Kebakaran jenis ini
umumnya menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi penghuninya bahkan tidak jarang
mengakibatkan korban jiwa.
Studi pendahuluan ini tentang kondisi perumahan dikaitkan dengan bahaya kebakaran. Studi ini
tidak akan membuat model penataan yang terukur, tetapi hanya melakukan pendekatan konsepsual. Studi
ini membandingkan berbagai literatur dengan kondisi perumahan Sarijadi Bandung sebagai kasus studi.
Hasil pengkajian yang dilakukan menunjukkan kondisi perumahan Sarijadi kurang mememenuhi
persyaratan terhadap bahaya kebakaran terutama bila dilihat ketersediaan berbagai kebutuhan
pemadaman api, ketersediaan air untuk pemadaman, kesulitan mencapai lokasi kebakaran kompartemen
pada banungn dan persyaratan lainnya.
Saran-saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukanya kompartemensasi antar rumah
terutama dengan menggunakan bahan penghambat api, ketersediaan akses pemadaman oleh petugas
perlu dilakukan seperti penyediaan air (hidran), akses untuk kendaraan pemadaman serta lapangan atau
areal untuk manuver kendaraan.
Kata Kunci : kerapatan bangunan, beban api, dan kompartemen,.

ABSTRACT
The highest number of Indonesia’s fire incidents occurs in housing areas. Besides high fire loads,
it is also caused by high building density areas. In generally, it is can be easily for hundreds of people
losing their homes and lives.
This is a preliminary study of housing’s condition which related to fire hazard. It will not make a
model of measure planning, but conduct conceptual approach only. It is compare any literature with
condition of Sarijadi Bandung housing as a case study.
The result shows that condition of Sarijadi housing is lack of fulfill fire requirement, especially
lack of fire prevention equipment, lack of water for fire fighting, difficulty in accessing the fire location,
building’s compartment and other.
So I suggest that fire safety in Sarijadi housing must conduct inter houses compartment with fire
retardant material; access and water for fire fighting; and areas for vehicle’s turning radius.
Key Word: building density, fire load, and compartment.

24
KAJIAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PADA PERUMAHAN (IDA BAGUS GEDE WIRAWIBAWA MANTRA)

perlu dilakukan kajian terhadap kondisi


PENDAHULUAN
penanggulangan kebakaran pada pemukiman
tersebut, sehingga dapat diinventarisasi
1. Latar Belakang kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-
Kebakaran pada bangunan tidak dapat kelebihannya terhadap bahaya kebakaran.
dipungkiri memberikan kerugian bagi manusia
baik itu kerugian materi maupun korban jiwa 2. Perumusan Masalah
yang tidak sedikit. Permasalahan yang ingin diungkapkan
Penyebab kebakaran utama adalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah
hubungan arus pendek listrik 39,4%, kompor kondisi penanggulangan kebakaran perumahan
minyak tanah 20% dan lampu tempel 9%. Tidak Sarijadi Bandung?
jarang kebakaran juga disebabkan oleh hal
sepele seperti putung rokok (Suprapto, 1998: 3. Metoda Penulisan
10).
Penelitian ini merupakan kajian
Kebakaran terbanyak terjadi pada pendahuluan dan tidak bermaksud untuk
bangunan rumah tinggal 65,8% kemudian membuat model penataan yang terukur,
disusul bangunan pusat perbelanjaan dan melainkan hanya melakukan pendekatan
pertokoan 9,3%, selanjutnya bangunan industri konsepsual sebelum penelitian lapangan yang
(7,2%) dan pertokoan (6,5% ).(Suprapto 1998: lebih mendalam dilakukan. Metoda utama yang
10) dilakukan adalah membandingkan kajian
Salah satu peristiwa kebakaran, terutama literature dengan kondisi perumahan Sarijadi
pada daerah pemukiman padat adalah kebakaran yang dipergunakan sebagai kasus studi. Lebih
yang terjadi pada hari Jumat tanggal 9 lanjut perlu dilakukan penelitian lebih mendalam
September 1994 pukul 22.45 WIB di RT 01 terhadap permukiman padat di Indonesia.
sampai 07 RW 08, memusnahkan 358 rumah
yang dihuni 465 KK dan terdiri dari 2.345 jiwa TINJAUAN PUSTAKA
(Dinas Perumahan DKI, 1996: 9).
Kebakaran merupakan suatu reaksi
Perumahan Sarijadi merupakan suatu kimia termo yang disebabkan oleh tiga faktor
perumahan yang diperuntukkan untuk golongan yaitu oksigen, bahan bakar dan panas.
masyarakat berpenghasilan sedang. Kondisi awal
perumahannya adalah rumah kopel permanen Menyatunya ketiga faktor diatas akan
satu lantai dengan atap pelana. menimbulkan peristiwa kebakaran yang
menimbulkan panas, nyala api, asap dan gas.
Saat ini rumah asli yang masih tersisa Fenomena dari api inilah yang menimbulkan
hanya sedikit, sebagian besar rumah yang ada bencana baik bagi manusia maupun bagi
sudah dirombak sesuai dengan kebutuhan bangunan dan isi didalamnya.
penghuninya serta disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh pemilik rumah
yang bersangkutan. 1. Penyebaran Api

Seperti halnya kondisi perumahan yang Penyebaran api berlangsung secara


sejenis di Indonesia, kepadatan penduduk dan konduksi, konveksi dan radiasi. Bagian atas
kerapatan bangunan yang ada di Perumahan ruangan merupakan bagian yang paling cepat
Sarijadi ini secara sepintas cenderung memiliki terasa panas karena api banyak yang
resiko yang tinggi terhadap bahaya kebakaran. terkonveksikan ke arah tersebut.

Melihat kecenderungan di atas, untuk Konduksi dapat terjadi melalui dinding


memberikan gambaran tentang kondisi pemisah ruang. Bagian dinding pada ruang
permukiman ditinjau dari aspek kebakaran maka berikutnya menerima kalor yang dapat

25
JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO. 1 PEBRUARI 2005 : 1 - 61

membakar permukaan benda yang terletak pada berangsur turun. Selain penurunan
dinding tersebut. temperatur, ciri lainnya adalah laju
pembakaran yang juga turun.
Konveksi dapat terjadi melalui bagian-
bagian bangunan yang terbuka seperti tangga,
3. Upaya Proteksi
dan koridor.
Usaha untuk melakukan perlindungan
Radiasi terjadi antara ruang/bangunan
terhadap bangunan beserta isinya termasuk juga
yang berdekatan. Hal ini akan lebih cepat terjadi
manusia dari bahaya kebakaran dilakukan
jika sebaran api dibantu oleh tekanan
dengan berbagai cara yaitu melalui proteksi
udara/angin ke arah bangunan lain.
aktif, proteksi pasif dan fire safety management.
Ketiga usaha di atas dilakukan secara simultan-
2. Tahap Perkembangan Api sehingga mendapatkan suatu hasil yang
Perkembangan api mengalami beberapa diharapkan.
tahapan yang lama masing-masing tahapan tidak
sama pada satu peristiwa kebakaran dengan yang a. Proteksi Aktif
lainnya. Adapun tahapan perkembangan api
tersebut adalah: Proteksi terhadap bahaya kebakaran
dengan bantuan alat-alat bantu pemadaman
a. Tahap Penyalaan/Peletusan. ditandai maupun pendeteksian seperti misalnya sprinkler,
dengan munculnya api di dalam ruangan. fire hidrant, detektor, special fire lift dan
Proses timbulnya api dalam ruangan ini peralatan pemadaman lainnya.
disebabkan oleh adanya energi panas yang
mengenai material dalam ruang. Energi Hidrant adalah peralatan pemadam api
panas tersebut bisa berasal dari panas akibat yang menggunakan air bertekanan dan
ledakan kompor, hubungan singkat arus komponen utamanya berupa nozzle, slang,
listrik dan lain sebagainya. kopling dan kotak hidrant.
b. Tahap Pertumbuhan: api mulai Dalam pemukiman, yang penting untuk
berkembang sebagai fungsi dari bahan bakar dikemukakan adalah fasilitas hidrant halaman
dengan sedikit/tanpa pengaruh dari luar. dimana dipersyaratkan bahwa debit air yang
Tahapan ini merupakan tahap yang paling dimiliki adalah 1000 liter/menit dengan
baik untuk melakukan evakuasi penghuni. persedian air untuk setiap waktu adalah 30.000
Pada saat ini pula sensor-sensor pencegah liter dan mudah dicapai oleh pemadam
kebakaran dan alat pemadaman harus sudah kebakaran.
mulai bekerja.
c. Tahap Flashover: masa transisi antara tahap b. Proteksi Pasif
pertumbuhan dengan tahap pembakaran Proteksi terhadap bahaya kebakaran
penuh. Prosesnya berlangsung sangat cepat, yang lebih menekankan pada aspek disain
yang mana suhunya berkisar antara 300 bangunan seperti misalnya pemilihan bahan
sampai 600 C. Terjadinya tahapan ini karena bangunan yang tidak manghasilkan gas yang
terjadinya ketidakstabilan termal dalam beracun, perencanaan yang tidak menyebabkan
ruang. asap dengan mudah memenuhi ruang, ataupun
d. Tahap Pembakaran Penuh: pada tahap ini, api tidak mudah merambat ke ruang lain, dan
kalor yang dilepaskan adalah yang paling lain sebagainya.
besar, karena kebakaran terjadi di seluruh Adapun yang menjadi penekanan utama
ruang. Seluruh material dalam ruang pada proteksi pasif ini adalah:
terbakar sehingga temperatur dalam ruang • Site plan dan lingkungan bangunannya,
menjadi sangat tinggi mencapai 1200 C. • Struktur yang tahan api,
e. Tahap Surut: tercapai bila material terbakar • Sarana penyelamatan jiwa,
sudah habis dan temperatur ruangan • Pemilihan bahan bangunan yang digunakan.

26
KAJIAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PADA PERUMAHAN (IDA BAGUS GEDE WIRAWIBAWA MANTRA)

pergelaran suatu pertunjukan misalnya untuk


c. Fire Safety Management perayaan tujuhbelasan.
Proteksi aktif dan pasif hanyalah
menyangkut unsur fisik bangunan, sementara itu
permasalahan utamanya adalah pencegahan
terhadap bahaya kebakaran, langkah-langkah
yang harus diambil untuk mencegah meluasnya
kebakaran, tindakan evakuasi dan lain
sebagiannya. Hal inilah yang diperlukan untuk
melengkapi kedua proteksi di atas. Untuk itu
diperlukan suatu fire safety management yang
didefinisikan sebagai:

Merupakan suatu pola pengelolaan/pengendalian Foto 1.


unsur-unsur manusia/Merupakan suatu pola Salah satu jalan dengan lebar lebih kurang 2 meter
pengelolaan/pengendalian unsur-unsur dengan perkerasan di aspal
manusia/personil, sistem dan peralatan, informasi,
dan data teknis, serta kelengkapan lainnya dengan Penduduk mendapatkan air bersih dari
tujuan untuk menjamin dan meningkatkan PDAM yang mengalir di seluruh areal
keamanan total pada bangunan gedung terhadap perumahan. Dengan penerangan melalui jalur
bahaya kebakaran. (Suprapto, 1998: 14) PLN dan juga telah masuk jaringan telepon.
Masyarakat umumnya hanya mengandalkan air
yang berasal dari PDAM sehingga saat terjadi
KONDISI PERUMAHAN SARIJADI kerusakan penduduknya kesulitan mencari air
BANDUNG untuk keperluan sehari-harinya. Disamping itu
juga ada semacam sumber air tanah yang didapat
a. Kondisi Lingkungan dengan pompa tangan dibeberapa titik yang
melayani beberapa rumah.
Perumahan Sarijadi khususnya RW 3
dan RW 4 memiliki jalur lalu lintas secara
melintang dengan lebar 4 meter dengan selokan b. Kondisi Rumah Penduduk
di kedua sisinya. Perkerasan jalannya berupa Penduduk Sarijadi termasuk perumahan
aspal tanpa trotoar. Di sekeliling perumahan penduduk kelas menengah, yang mana rumahnya
dikelilingi oleh jalur lalu lintas umum yang terbuat dari batu bata yang diplester dan sudah
memiliki lebar jalan lebih kurang 12 meter, serta juga terbangun rumah yang lebih dari satu lantai
jalan dengan lebar 10 meter yang membelah dengan bahan beton bertulang.
perumahan ini secara membujur.
Pada awalnya perumahan ini merupakan
Jalur-jalur yang lebih kecil untuk masuk rumah kopel, yang masing-masing berpasangan.
ke dalam perumahan adalah berupa jalan kecil Seiring dengan peningkatan perekonomian
selebar lebih kurang 2 meter dengan perkerasan penduduknya, maka kualitas rumahnyapun
diplester semen atau diperkeras dengan aspal. Di semakin meningkat dengan mulai dibuat rumah-
tengah-tengah perumahan terdapat tanah rumah baru dengan berbagai bentuk dan bahan
lapangan yang umumnya dipergunakan untuk bangunan yang beragam.
oleh raga ataupun parkir masyarakat sekitar.
Kadang-kadang juga dipergunakan untuk

27
JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO. 1 PEBRUARI 2005 : 1 - 61

Foto 2.
Salah satu kondisi rumah penduduk perumahan.

Jarak antar rumahnya rapat, yang mana


dinding bangunan rumah sekaligus sebagai
dinding pembatas. Bahan dinding adalah batako,
batu, ataupun batu bata merah yang diplester.

c. Kondisi Pemadaman Api Aktif


Perumahan Sarijadi sebagai salah satu
pemukiman di Kota Bandung tidak terlihat
memiliki suatu sistem hidrant yang melingkupi Gambar 1.
daerah sekitar perumahan. Lay Out Wilayah Studi.
.
KONDISI PENCEGAHAN DAN Akan tetapi tempat manuvernya harus
PENANGGULANGAN KEBAKARAN memanfaatkan jalan umum membuat perputaran
petugas akan sedikit terganggu dengan aktivitas
Pembahasan yang akan dilakukan pada di jalan tersebut yang cukup ramai. Intesitas
daerah perumahan Sarijadi ini, meliputi kondisi penggunaan jalan inipun cukup tinggi sehingga
lingkungan, dan tidak membahas mengenai tata saat terjadi kebakaran akan sangat merepotkan
ruang dari masing-masing rumah penduduk. petugas. Perlu ada petugas khusus yang
menangani masalah arus, disinilah perlunya
1. Perencanaan Jalur Akses kerjasama dari semua pihak tidak hanya
masyarakat setempat dengan petugas kebakaran,
Dilihat dari bentuk akses yang ada, dan akan tetapi juga petugas dari lalulintas yang akan
dibandingkan dengan aturan yang dipersyaratkan mengatur sirkulasi kendaraan di sekitar kejadian
dalam peraturan, terlihat bahwa bentuk akses sehingga semua kegiatan dapat berjalan dengan
dan jalan sudah cukup baik dimana mobil dapat baik, terutama tugas pemadam kebakaran.
bergerak menerus tanpa harus memutar terlebih
dahulu untuk keluar areal. Kondisi ini dari segi Jalan masuk menuju perumahan Sarijadi
pemadaman api sangat memudahkan bagi yaitu jalan lingkungan yang mempunyai lebar
petugas dalam melaksanakan tugasnya sehingga hanya lebih kurang 4 meter sudah termasuk
benturan antar petugas dapat dihindari. selokan dikedua sisinya dapat menyulitkan
mobil dinas kebakaran untuk mengatasi
kebakaran di dalam perumahan. Jalan yang
sempit ini untuk mobil biasapun sudah harus
berhati-hati, apalagi mobil pemadam kebakaran
yang jauh lebih lebar.

28
KAJIAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PADA PERUMAHAN (IDA BAGUS GEDE WIRAWIBAWA MANTRA)

Dengan panjang selang yang dimiliki, sudah


cukup bagi petugas pemadam kebakaran untuk
memadamkan api yang ada dari jalan umum
disekeliling perumahan yang memang cukup
lebar.
Masalah yang akan dihadapi bila
melakukan pemadaman dari jalan umum
disekeliling perumahan adalah pada saat
kebakaran memanjang disekitar pertengahan
perumahan sehingga kekuatan pemadaman harus
dibagi dua yaitu untuk memadamkan di satu sisi
dan petugas lainnya memadamkan di sisi
Foto 3. lainnya. Pembagian kekuatan ini tentunya sangat
Jalan masuk menuju ke tanah lapang sebagai tempat melemahkan potensi petugas yang dimiliki.
pengungsian dan manuver kendaraan pemadam
kebakaran 2. Pengaturan Jarak Bangunan dan
Kompartemensasi

Disamping itu entrance-nyapun cukup Jarak bangunan di dalam kompleks


menyulitkan untuk masuk ke dalam terutama ke perumahan dapat dikatakan rapat, dimana antara
tanah lapang. Sayangnya akses menuju ke tanah dinding rumah menyatu dengan disebelahnya.
lapang itu yang sulit sehingga menyulitkan juga Hal ini memang umum terjadi pada perumahan
bagi dinas pemadam kebakaran untuk yang dibangun di daerah perkotaan. Jarak yang
melakukan pemadaman melalui lapangan parkir terlihat antar bangunan adalah pada jalan-jalan
yang cukup luas yang di miliki perumahan ini. atau gang yang memang banyak dimiliki sebagai
akses bagi rumah-rumah yang ada di dalamnya.
Dalam hal ini jalan dan gang dapat
dikatagorikan sebagai upaya untuk mengatur
jarak antara bangunan yang satu dengan
bangunan lainnya. Perencanaan seperti ini
dilakukan karena keterbatasan lahan dan
mahalnya harga lahan di daerah perkotaan
sehingga harga bangunan beserta tanahnya dapat
terjangkau oleh konsumen yang berpenghasilan
menengah.
Foto 4. Kondisi perumahan dengan jarak
Jalur lalu lintas yang memungkinkan kendaraan bangunan seperti ini sangat rentan terhadap
melakukan sirkulasi yang melingkar kebakaran yang mana sulit untuk dikendalikan.
Dalam artian bahwa jika terjadi kebakaran di
Berdasarkan standar yang ada terlihat satu bangunan, akan dapat dengan mudah
bahwa untuk jalan yang hanya 4 meter menyebar ke bangunan lainnya sehingga akan
seharusnya memiliki radius perputaran sebesar 6
dapat menyebabkan kebakaran yang besar
meter. Hal ini tidak dimiliki oleh perumahan ini
sehingga perjalanan petugas akan terhambat dan bahkan dapat memusnahkan semua
dalam memadamkan api. bangunan yang ada. Hal seperti ini tentunya
tidak diinginkan oleh semua pihak termasuk
Akan lebih baik bagi kendaraan dinas petugas pemadam kebakaran, pemerintah dan
kebakaran untuk tidak masuk kedalam sudah tentunya penduduk di dalam perumahan.
perumahan dan melakukan pemadaman dari
jalan umum yang mengelilingi perumahan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Pekerjaan Umum Republik Indonesia No

29
JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO. 1 PEBRUARI 2005 : 1 - 61

10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis 3. Ruang-ruang Terbuka


Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Dalam lingkungan perumahan Sarijadi,
Bangunan Gedung dan Lingkungan, mengatur pada masing-masing RW terdapat sebuah daerah
tentang jarak bangunan yang aman terhadap terbuka yang difungsikan sebagai lapangan oleh
bahaya kebakaran yaitu untuk bangunan dengan raga atau terkadang untuk mengadakan
tinggi sampai 8 meter mempunyai jarak pertunjukan dan sehari-harinya dimanfaatkan
minimum 3 meter satu sama lainnya. Kalau juga sebagai tempat parkir mobil penduduk.
aturan ini diikuti maka semua bangunan di Umumnya di sinilah penduduk melakukan
perumahan ini tidak memenuhi persyaratan interaksi sosial dengan sesama penduduk
dalam pencegahan dan penanggulangan perumahan terutama generasi mudanya. Tempat
kebakaran.. mereka berkumpul dan tempat anak-anak
Akan tetapi dalam peraturan yang sama bermain.
juga diatur mengenai pemisahan antar bangunan Tempat masuk menuju lapangan ini
di mana didalamnya diatur mengenai dinding cukup sempit, dimana untuk mobil melakukan
bangunan yang berdekatan atau yang menempel manuver saja harus berhati-hati karena jalan
satu sama lainnya harus mempunyai ketahanan masuknya yang cukup sempit, juga jalannya
terhadap api dan dapat mengisolasi rambatan sendiri juga cukup sempit. Tanah lapang ini
atau radiasi api. tanpa perkerasan, jadi berupa tanah yang
Dengan adanya aturan ini tentunya dapat memang cukup padat tetapi seringkali becek dan
dipergunakan dalam perumahan Sarijadi yaitu berlumpur saat musim hujan.
dengan menggunakan dinding bangunan sebagai Ditinjau dari aspek kebakaran, tanah
kompartemensasi antar bangunan sehingga api lapang ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat
tidak mudah menjalar dari satu bangunan dengan evakuasi penduduk, dimana tempatnya yang
bangunan lainnya. berada di tengah kompleks perumahan.
Dilihat dari pengamatan dari luar, Hal ini tentunya cukup layak dan aman
kondisi dinding kompartemensasi terlihat belum untuk dijadikan tempat penampungan sementara
semua menggunakannya. Sebagian rumah bagi penduduk dan juga harta bendanya.
penduduk masih betul-betul menyatu satu sama
lainnya dan hanya dibatasi oleh satu dinding Sementara untuk sarana pemadam
bersama, sehingga pada saat terjadi kebakaran, kebakaran seperti kendaraan pemadam
api akan sangat mudah menyebar ke rumah kebakaran, akan mengalami kesulitan untuk
lainnya sehingga kebakaran besar sulit dihindari. dapat mencapai daerah ini. Selain karena
Sebagian telah membuat dinding yang jalannya memang sempit, jalan masuknyapun
dipergunakan sebagai dinding pemisah yang sempit sehingga menyulitkan kendaraan untuk
sekaligus sebagai kompartemensasi walaupun mencapai tanah lapang. Disamping itu tanah
kemungkinan tanpa disengaja. Bentuk lapang yang tanpa perkerasan ini akan membawa
kompartemensasinya adalah berupa dinding masalah tersendiri bagi kendaraan pemadaman
pemisah persil yang mana masing-masing persil karena suatu mobil dinas kebakaran pada saat
membuat dinding sehingga dindingnya menjadi melakukan tugasnya memerlukan landasan
rangkap dua. Bahan yang umumnya dengan kekuatan tertentu untuk menahan
dipergunakan adalah batu bata yang merupakan tekanan pada saat pemadaman berlangsung.
jenis bahan yang cukup tahan terhadap radiasi Perlu dilakukan perbaikan untuk
panas, walaupun tidak dapat tahan sampai 2 memperkecil resiko bahaya terhadap kebakaran
jam.. Hal ini cukup memadai untuk mengisolasi dengan membuat akses yang lebih lebar
api secara sementara dan memberikan sehingga memudahkan manuver kendaraan
kesempatan kepada penghuninya untuk pemadam kebakaran. Hal ini tentunya tidak
menyelamatkan diri serta sebagian dari harta mudah karena perlunya melakukan penggusuran-
miliknya ke luar bangunan. penggusuran rumah.

30
KAJIAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PADA PERUMAHAN (IDA BAGUS GEDE WIRAWIBAWA MANTRA)

Hal yang masih dapat dilakukan adalah minum dari PDAM ini tentunya tidak akan
dengan melakukan pelebaran pada jalan masuk memenuhi persyaratan untuk usaha pemadaman
menuju lapangan untuk mempermudah manuver api jika terjadi kebakaran, karena memang
kendaraan. Pelebaran yang dimaksud disini fungsinya bukan untuk pemadaman air. Adanya
adalah pelebaran jalan masuk ke tanah lapang pompa tangan untuk menaikkan air juga bukan
dari jalan di depannya. Walaupun jalan di depan merupakan sarana penyediaan air untuk
lapangan cukup sempit, tetapi dengan adanya pemadaman api yang baik. Sumur-sumur
jalan untuk masuk ke lapangan (berupa jembatan ataupun sumber-sumber air lainnya baik berupa
kecil yang melewati selokan) cukup lebar, akan kolam maupun sungai yang mampu
memudahkan kendaraan untuk melakukan menyediakan air dengan kapasitas minimum
manuver. 15.000 liter setiap saat sehingga bisa
dimanfaatkan oleh dinas pemadam kebakaran
Disamping itu perlu dilakukan
pada saat terjadi kebakaran, juga tidak dijumpai
pemadatan disekitar tanah lapangan itu sebagai
disekitar perumahan. Hal ini memperbesar
landasan untuk kendaraan pemadam kebakaran
kemungkinan terjadinya resiko bahaya
karena kendaraan jenis ini, saat dipergunakan
kebakaran. Jarak sumber air yang bisa
memberikan suatu tekanan yang cukup besar ke
dimanfaatkan untuk pemadaman juga cukup jauh
tanah sehingga jika kondisi tanahnya seperti
karena dalam radius 500 m dari perumahan tidak
sekarang ini dikhawatirkan akan membuat
dijumpai sumber air yang memadai untuk
kendaraan tidak stabil dan tugasnya tidak dapat
pemadaman api.
terlaksana dengan baik.
Dalam hal ini beberapa bagian dari tanah 5. Areal Parkir
lapang tersebut dibuat perkerasan yang
disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari Parkir kendaraan di perumahan ini
masyarakat sekitarnya. Pemanfaatan tanah yang umumnya dilakukan di pinggir jalan dan
diperkeras tersebut bisa dimanfaatkan untuk memanfaatkan tanah lapang di tengah
lapangan bulutangkis ataupun kegiatan lain yang perumahan. Hal ini membuat tanah lapang akan
memerlukan perkerasan. penuh kendaraan sehingga saat terjadi kebakaran
akan sangat menyulitkan petugas dalam
menanggulangi kebakaran.
4. Hidrant dan Sumber-sumber Air
Lainnya Dalam hal ini diperlukan kerjasama
Hidrant halaman tidak dijumpai disekitar penduduk dimana tempat-tempat tersebut masih
daerah perumahan Sarijadi sehingga tetap dapat dipergunakan sebagai tempat parkir
dikhawatirkan pada saat terjadi kebakaran akan akan tetapi pada saat darurat dimanapun
sangat sulit bagi petugas pemadam kebakaran disekitar perumahan, kendaraan tersebut harus
untuk mendapatkan sumber air untuk segera dipindahkan sehingga mempermudah
pemadaman. Disamping itu juga telah kerja petugas untuk memadamkan api.
dipersyaratkan oleh peraturan bahwa setiap
bangunan yang memiliki maksimal 4 lantai harus 6. Sarana Komunikasi
dilengkapi hidran yang berjarak maksimal 90 Sarana komunikasi yang ada di
meter antar hidrant dan berjarak 3 meter dari tepi perumahan ini adalah berupa telepon baik itu
jalan. Peraturan ini mengisyaratkan bahwa setiap telepon di rumah penduduk maupun beberapa
lingkungan harus memiliki hidran halaman yang telepon umum (wartel) yang tersebar di beberapa
melayani suatu daerah tertentu, sehingga akan tempat di daerah ini. Sarana ini akan sangat
sangat membantu petugas kebakaran saat mempermudah penyampaian informasi kepada
kebakaran berlangsung. petugas pemadam kebakaran sehingga kejadian
Untuk memenuhi kebutuhan akan air kebakaran yang mungkin ada akan mudah
bersih, penghuni perumahan Sarijadi diketahui petugas dan mempercepat
memanfaatkan jasa Perusahaan Air Minum yang penanganannya. Sarana lain adalah adanya
melayani seluruh daerah perumahan. Debit air penduduk yang menjadi anggota radio amatir

31
JURNAL PERMUKIMAN NATAH VOL. 3 NO. 1 PEBRUARI 2005 : 1 - 61

(orari) sehingga penyampaian informasipun akan terus meluas dari rumah satu ke rumah lainnya.
dapat cepat disampaikan kepada petugas dan Adapun perincian dari kondisi perumahan
selanjutnya cepat mengadakan penanganan yang Sarijadi berdasarkan item yang dibahas diatas
tepat. adalah:
1. Dilihat dari bentuk jalan lingkungan, kondisi
7. Pemakaian Bahan-bahan untuk yang ada baik untuk sirkulasi pemadam
Komponen Struktur
kebakaran, akan tetapi dilihat dari ukuran
Seperti telah diuraikan sebelumnya, yang ada, akan menyulitkan pelaksanaan
rumah penduduk saat ini sebagian besar telah pemadaman karena dimensinya kurang
mempergunakan bahan-bahan yang cukup lebar.
mampu untuk menahan penyebaran api ke
2. Sebagian rumah di perumahan Sarijadi telah
bagian lainnya beberapa saat. Hal ini karena
memanfaatkan dinding sebagai
sebagian besar dan bahkan hampir diseluruh
kompartemensasi dari bahaya kebakaran
perumahan telah mempergunakan bahan-bahan
walaupun diperkirakan dilakukan dengan
beton untuk struktur serta dilengkapi dengan
tidak sengaja, akan tetapi sebagian lagi
pemakaian batu bata atau batako untuk dinding
masih sangat rawan terhadap kebakaran
penutupnya. Sementara itu untuk bahan penutup
terutama penyebaran api lewat atap yang
atapnya telah mempergunakan genteng tanah
terbuat dari genteng.
yang dibakar bahkan ada beberapa yang telah
menggunakan genteng beton yang dicetak. 3. Lapangan terbuka yang ada dapat
Pemakaian dinding rangkap pada perbatasan difungsikan sebagai tempat pengungsian
dengan dinding tetangga (masing-masing bagi penduduk maupun barang miliknya,
membuat dinding yang bahannya dari batu bata serta dapat juga dipergunakan sebagai
ataupun batako) merupakan sarana tempat kendaraan kebakaran melakukan
kompartemensasi yang cukup efektif untuk tugasnya karena letaknya yang ditengah
menghambat penyebaran api ke bangunan perumahan, akan tetapi tiadanya pemadatan
lainnya. membuat kinerja petugas kurang maksimal
karena kendaraan kebakaran saat kebakaran
Beton bertulang sebagai struktur pada
mengeluarkan tekanan yang cukup tinggi ke
bangunan bertingkat merupakan bahan yang baik
tanah.
untuk menahan atau mengurangi keruntuhan
bangunan pada saat kebakaran. Hal ini memberi 4. Ketiadaan hidrant sebagai sumber air untuk
kesempatan yang lebih lama bagi penghuni pemadaman membuat nilai tingkat resiko
untuk menyelamatkan dirinya maupun barang- kebakaran pada perumahan ini cukup tinggi
barang miliknya pada saat kebakaran. sehingga sangat rawan saat terjadi
kebakaran. Sementara itu keberadaan
sumber air lainnya tidak dijumpai di dekat
perumahan sehingga makin memperberat
SIMPULAN DAN SARAN-SARAN jika benar-benar terjadi kebakaran di
perumahan ini.
a. Simpulan 5. Sarana komunikasi yang ada di dalam
Secara umum perumahan Sarijadi cukup lingkungan perumahan adalah berupa
sulit terjadi kebakaran mengingat bahan pesawat telepon baik itu telepon pribadi
bangunan yang dipergunakan serta beban api maupun di wartel. Sementara itu jenis alat
yang umumnya diperumahan cukup rendah, akan komunikasi lainnya yang dapat dipakai
tetapi pada saat terjadinya kebakaran dari dalam keadaan darurat untuk kebakaran
kelalaian manusia, akan sangat sulit bagi petugas adalah pesawat radio amatir yang mana
melakukan penanggulangan karena kondisi sebagian penduduknya menjadi anggota di
lingkungannya yang tidak mendukung. Hal ini dalamnya.
dapat berakibat sangat fatal yaitu kebakaran akan

32
KAJIAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PADA PERUMAHAN (IDA BAGUS GEDE WIRAWIBAWA MANTRA)

6. Bahan struktur yang dipergunakan dalam DAFTAR PUSTAKA


bangunan adalah berupa beton bertulang
untuk bangunan dengan lantai lebih dari
satu. Hal ini memberikan angka keamanan Aswito Asmaningprodjo, 1999. Materi Kuliah
yang cukup tinggi saat terjadi kebakaran. Pengendalian Lingkungan
Sementara itu untuk lantai satu bahan Bangunan, Bandung: Program
strukturnya menggunakan dinding pemikul Magister Arsitektur,.
yang bahan dindingnya dari batu bata atau
batako. Pemakaian bahan ini juga cukup Butcher, E.G, and Pamell, A.C, 1983. Designing
kuat menahan api walaupun tidak sampai 2 for Fire Safety, New York: John
jam tetapi karena lantai satu, waktu yang ada Wiley and Sons.
masih memungkinkan keluar dari bangunan
dengan selamat. Diasana Putra, I D.G.A, 2000. Kajian
Peningkatan Kinerja Proteksi Pasif
b. Saran-saran terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Pasar Tradisional
1. Akses yang sempit hendaknya dibuat bebas Bertingkat, Bandung: Program
parkir sehingga memudahkan petugas saat Pascasarjana ITB.
terjadi kebakaran. Selanjutnya akses menuju
lapangan yang ada diperlebar sehingga Marcelo M. Hirschler, Fire Hazard and Fire
memudahkan manuver kendaraan terutama Risk Assesment, Philadelphia.
kendaraan pemadam kebakaran.
2. Diusahakan bangunan yang belum Menteri Pekerjaan Umum, 2000. Keputusan
memanfaatkan dinding sebagai alat Menteri Pekerjaan Umum No
kompartemensasi agar memanfaatkan fungsi 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
dinding tersebut bila mengadakan renovasi Teknis Pengamanan terhadap
terhadap bangunannya. Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, Jakarta.
3. Ruang terbuka yang berupa tanah lapang
dibuatkan perkerasan dibeberapa bagian Neil Schultz, 1985. Fire Flammability
yang dapat dimanfaatkan untuk landasan Handbook, New York: Van
kendaraan pemadaman kebakaran disamping Nostrand Reinhold Company,.
juga dapat dipergunakan untuk fungsi lain
seperti lapangan badminton maupun fungsi Paul Stollard, 1994. Design Against Fire,
lainnya. London: E & FN Spon.
4. Perlu direncanakan pengadaan dan
perletakkan hidrant halaman sehingga Ron Cote, P.E, 1994. Life Safety Code
memudahkan petugas dalam melakukan Handbook, Massachusetts: National
pemadaman, karena penyediaan air dari Fire Protection Association, Inc.
sumber lainnya sepertinya tidak
memungkikan karena keterbatasan lahan. Suprapto, 1994. Sistem Proteksi Pasif (Passive
Fire Protection Systems), Bandung:
5. Pemakaian bahan yang tahan terhadap api Pusat Litbang Pemukiman.
seperti beton bertulang dan dinding dari batu
baik itu batako maupun batu bata perlu Suprapto, 1999. Materi Kuliah Pengendalian
ditingkatkan pada bangunan yang akan Lingkungan Bangunan, Bandung:
direnovasi. Program Magister Arsitektur,
Program Pascasarjana ITB.

33

Anda mungkin juga menyukai