Anda di halaman 1dari 57

MODUL A-08

KONTRUKSI BANGUNAN
“Kaitannya dengan Penanggulangan Kebakaran”

Pada Pelatihan & Sertifikasi


Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran
Silabi
• Mempelajari berbagai aspek mengenai konstruksi bagunan, beban api, dan
ketahanan api struktur bangunan.

• Mempelajari berbagai jenis struktur bagunan meliputi : klasifikasi sifat bahan


bangunan, bangunan & konstruksi bangunan, standar ketahanan terhadap api.

• Mempelajari masalah kontruksi bangunan tinggi terhadap kebakaran yang


menyangkut masalah elevator, tangga darurat, sarana proteksi dan masalah asap
Pendahuluan
• Standar keselamatan bangunan sudah ditetapkan sejak zaman dahulu. Paling tidak
tercatat sejak tahun 2250 SM telah ditetap syarat mendirikan bangunan yang meliputi
persyaratan material kontruksi, ukuran bangunan, dan prosedur inspeksi
bangunanuntuk mengurangi korban jiwa akibat runtuhnya bangunan.

• Sejak terjadinya kebakaran hebat dilondon tahun 1660 yang menghancurkan hampir
seluruh kota, maka standard bangunan semakin diperketat dan memasukan aspek
pencegahan kebakaran seperti dilarangnya atap bangunan terbuat dari jerami dan
mensyaratkan atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar atau yang lainnya .
• Perkembangan selanjutnya standar keselamatan bangunan ditinggikan dan
persyaratkan ketahan api dan pencegahan penjalaran api dan asap
Peraturan Perundangan dan Standar keselamatan bangunan
• Undang-undang no 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung

• Peraturan Pemerintah no 36 Tahun 2005 Tentang peraturan pelaksana Undang-


undang no 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

• Peraturan Mentri Pekerjaan Umum no 26/PRT/M/2008 sebagai pengganti permen PU


no 10/KPTS/2000.

• SNI 03-1736-2000 Perencanaan sistem proteksi pasif untuk mencegah kebakaran


pada bangunan. Sebagai pengganti SNI 03-1736-1989 tata cara perancanaan struktur
bangunan untuk mencegah kebakaran
Peraturan Perundangan dan Standar keselamatan bangunan
(Lanj)

•SNI 03-1739-2008 Metoda jalar api pada permukaan bangunan

•SN 03-1740-2008 Metoda uji sifat bakar bahan bangunan

•SNI 03-1741-2008 cara uji ketahan api komponen struktur bangunan untuk mencegah
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
Konsep Proteksi Kebakaran Pada Konstruksi Bangunan

Sistem Proteksi pada bangunan :


Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun
pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi
pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
FENOMENA KEBAKARAN
KENAIKAN TEMPERATUR

PASCA FLASHOVER

PERTUMBUHAN
PEMBAKARAN PENUH

FLASHOVER
SURUT
PENYALAAN

WAKTU
Beban dan Ketahanan terhadap Api
• Parameter yang mempengaruhi kurva Temperatur-Waktu adalah Fire Load (Beban
Api).
• Beban api adalah jumlah nilai kalori netto dari bahan-bahan mudah terbakar yang
diperkirakan terbakar dalam kompartemen kebakaran, termasuk bahan lapis penutup,
bahan yang dapat dipindahkan maupun yang terpasang serta elemen bangunan
gedung (kep-PU 26).
• The fire load [MJ] is defined as the quantity of energy which is released by the
complete combustion of all combustible material in a fire compartment. The fire load is
often subdivided into variable (movable or mobile) and permanent (fixed or immobile)
fire load. The net heat of combustion [MJ/kg] is defined as the potential combustion
energy per kilogram contained in the material. The fire load density is defined as the
fire load per unit floor area [MJ/m2] or per unit volume [MJ/m3]. A fire compartment is
defined as the enclosed space, which is separated from adjoining spaces by adequate
fire barriers. (SFPE Fire Protection Engineering 5th edition Ch 35)
Beban dan Ketahanan terhadap Api (Lanj)

• Konsep beban api didasarkan luas area dalam kurva temperatur-waktu dari awal
nyala sampai tahap penurunan, dan ini disebut sebagai fire severity. Fire severity ini
fungsi dari beban api.
• Fire severity merupakan metode untuk mengukur besaran potensi kebakaran.
Beban dan Ketahanan terhadap Api

• Fire saverity adalah metode untuk mengukur besaran


potensi kebakaran yang dapat merusak struktur
bangunan, yang diasumsikan luas area dalam kurva
temperatur-waktu. Untuk luas area yang sama maka fire
severity nya sama.

• Berdasarkan konsep beban api (fire load) dan fire


severity maka dibuat standar temperatur dan waktu untuk
mengukur ketahanan elemen struktur bangunan terhadap
kenaikan temperatur
Beban dan Ketahanan terhadap
Api

• Standar kurva/tabel temperatur – waktu merupakan


idealisasi phenomena kebakaran untuk keperluan
perencanaan kebakaran.

• Tabel temperatur – waktu diatas merupakan


pendekatan profil temperatur berdasarkan rata-rata
gedung.

Tabel perbandingan Standar kurva tem-wak


Berdasarkan SNI dan ASTM
Standard Temperature pada Room Fire
1. Menurut SNI 03-1741 dan ASTM E119
Standard Temperature pada Room Fire
2. Menurut beberapa standard di dunia
Standard Temperature pada Room Fire
2. Menurut British Standard Institute

Persamaan profil temperatur room fire


Standard Temperature pada Room Fire
Klasifikasi

• Profil temperatur – waktu yang sesungguhnya pada kebakaran kompartemen


(kebakaran gedung) sangat dipengaruhi oleh :.
1. Total beban api
2. Sistem ventilasi
3. Total luas area permukaan yang membatasi ruang yang terbakar seperti dinding,
langit-langit dll
4. Sifat thermal bahan yang membatasi ruang seperti isolator atau konduktor
5. Jumlah fraksi energi dari gas bakar persatuan waktu.
Beban dan Ketahanan terhadap Api (Lanj)

Gambar pengaruh faktor luas jendela terhadap temperatur api


Beban dan Ketahanan terhadap Api
Beban dan Ketahanan terhadap Api
Beban dan Ketahanan terhadap Api
Beban dan Ketahanan terhadap Api
Bagaimana menghitung ventilasi ?
Bagaimana menghitung ventilasi ?
Bagaimana menghitung ventilasi ?
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan

• Beberapa sifat dan karakteristik elemen struktur bangunan yang rentan terhadap
suhu tinggi adalah sifat mekanis seperti kekuatan bahan, sifat deformasi, sifat laju
menjadi arang (rate of charring).
• Pada suhu 500 – 600 c struktur baja kehilangan kekuatan sampai 50% (konstruksi
colleps).
• Konstruksi beton dengan berbagai komponen seperti silica, carbonate akan
kehilangan kekuatan pada suhu sekitar 600 – 700 c.
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan
Creep
Creep, often referred to as creep strain, is defined as the time-dependent plastic deformation of the material
and is denoted by .t (mÝm–1). At normal stresses and ambient temperatures, the deformation due to creep is not
significant. At higher stress levels and at elevated temperatures, however, the rate of deformation caused by creep
can be substantial. Hence, the main factors that influence creep are the temperatures, the stress level, and their
duration.
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan
Metoda Proteksi kebakaran Pada Struktur Bangunan

• Secara umum metoda proteksi kebakaran adalah dengan melapisi bahan yang
konduktivitas panasnya yang rendah seperti gypsum, perlite, semen dll

• Metoda pelapisan bisa berbentuk box atau contur.

• Semakin tebal pelapisan maka semakin tinggi ketahan apiannya.


Metoda Proteksi kebakaran Pada Struktur Bangunan
Klasifikasi Sifat Bahan Bangunan
Klasifikasi Bangunan
(Pengelompokan bangunan berdasarkan fungsi)
Kelas 1 : Bangunan gedung hunian biasa. Satu atau lebih
bangunan gedung yang merupakan:
1) Kelas 1a, bangunan gedung hunian tunggal yang berupa: a) Kelas 2 : Bangunan gedung hunian, terdiri atas 2 atau lebih
satu rumah tinggal; atau b) satu atau lebih bangunan gedung unit hunian yang masing-masing merupakan tempat tinggal
gandeng, yang masing-masing bangunan gedungnya terpisah.
dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasuk rumah Kelas 3 : Bangunan gedung hunian di luar bangunan
deret, rumah taman, unit town house, villa; atau gedung kelas 1 atau kelas 2, yang umum digunakan sebagai
2) Kelas 1b, rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel atau tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang
sejenisnya dengan luas total lantai kurang dari 300 m 2 dan tidak berhubungan, termasuk:
tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara tetap, dan tidak 1) rumah asrama, rumah tamu (guest house), losmen; atau
terletak di atas atau di bawah bangunan gedung hunian lain 2) bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel;
atu banguan kelas lain selain tempat garasi pribadi. atau
3) bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau
Atau
4) panti untuk lanjut usia, cacat atau anak-anak; atau
5) bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan gedung perawatan kesehatan yang menampung karyawan-
karyawannya.

Kelas 4 : Bangunan gedung hunian campuran. Tempat tinggal yang berada di dalam suatu bangunan gedung
kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan gedung tersebut.

Kelas 5 : Bangunan gedung kantor. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha profesional,
pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar bangunan gedung kelas 6, 7, 8 atau 9.

Kelas 6 : Bangunan gedung perdagangan


Bangunan gedung toko atau bangunan gedung lain yang dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau
pelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:
1) ruang makan, kafe, restoran; atau
2) ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau motel; atau
3) tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum; atau
4) pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.
Kelas 7 : Bangunan gedung penyimpanan/Gudang. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk penyimpanan, termasuk:
1) tempat parkir umum; atau
2) gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang.

Kelas 8 : Bangunan gedung Laboratorium/Industri/Pabrik. Bangunan gedung laboratorium dan bangunan gedung yang
dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produk, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau
pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan.

Kelas 9 : Bangunan gedung Umum. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat umum,
yaitu:
3) Kelas 9a : bangunan gedung perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dai bangunan gedung tersebut yang berupa
laboratorium.
4) Kelas 9b : bangunan gedung pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau
sekolah lanjutan, hall, bangunan gedung peribadatan, bangunan gedung budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk setiap
bagian dari bangunan gedung yang merupakan kelas lain.
Kelas 10 : Bangunan gedung atau struktur yang bukan hunian.
1) Kelas 10a : bangunan gedung bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau sejenisnya.
Kelas 10b : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, inding penyangga atau dinding yang berdiri bebas,
kolam renang, atau sejenisnya
Bangunan gedung-bangunan gedung yang tidak diklasifikasikan khusus. Bangunan gedung atau bagian
dari bangunan gedung yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan gedung 1 s.d 10 tersebut, dalam
persyaratan teknis ini, dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai peruntukannya.
Bangunan gedung yang penggunaannya insidentil. Bagian bangunan gedung yang penggunaannya insidentil
dan sepanjang tidak mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan gedung lainnya, dianggap memiliki klasifikasi
yang sama dengan bangunan gedung utamanya.

Klasifikasi jamak. Bangunan gedung dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari bangunan gedung harus
diklasifikasikan secara terpisah, dan:
1) bila bagian bangunan gedung yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10% dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan
gedung, dan bukan laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi bangunan gedung utamanya.
2) Kelas-kelas : 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b, adalah klasifikai yang terpisah;
3) Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler (ketel uap) atau sejenisnya, diklasifikasi sama dengan
bagian bangunan gedung di mana ruang tersebut terletak.
Klasifikasi Bangunan
(Pengelompokan bangunan berdasarkan ketahan apian berdasarkan SNI 03-1736-1989)
SNI 03-1736-1989 ini sudah diganti dengan SNI 03-1736-2000

1. Bangunan Tahan Api


Yaitu bangunan yang konstruksi utamanya terdiri dari konstruksi tahan api, yang memenuhi syarat :
• Komponen utama tahan api dan dilengkapi dengan pintu api (fire doors) dan peralatan penanggulangan
kebakaran (Springkler, hidran dll).
• Komponen bangunan tahan api untuk bangunan bertingkat tinggi
• Tangga dari bangunan tahan api

2. Bangunan agak tahan api


Harus memenuhi persyaratan :
• Pemikul utama dan tangga menggunakan bahan mutu tingkat M1.
• Dinding memenuhi dan atap memenuhi ketahan apian serta menggunakan bahan mutu tingkat M1 atau M2.

3. Bangunan lain yang tidak termasuk dalam golongan 1 dan 2


Klasifikasi Bangunan
(Pengelompokan bangunan berdasarkan ketahan apian berdasarkan SNI 03-1736-2000)
Tipe – A
Konstruksi yang unsur struktur
pembentuknya tahan api dan mampu
menahan secara struktural terhadap Tipe – B
beban bangunan. Pada konstruksi ini Konstruksi yang elemen struktur
terdapat komponen pemisah pembentuk pembentuk kompartemen penahan api
kompartemen untuk mencegah penjalaran mampu mencegah penjalaran kebakaran
api ke dan dari ruangan bersebelahan dan ke ruang-ruang bersebelahan dalam Tipe – C
bangunan, dan dinding luar mampu Konstruksi yang komponen struktur
dinding yang mampu mencegah mencegah penjalaran kebakaran dari luar bangunannya dari bahan yang
penjalaran panas pada dinding bangunan bangunan. dapat terbakar serta tidak
yang bersebelahan dimaksudkan untuk mampu
menahan secara struktural
terhadap kebakaran

Menurut SNI 03-1736-2000


Ketahan Apian
• Ketahan apian adalah kemampuan bahan atau konstruksi menahan
beban panas yang dihasilkan oleh api kebakaran yang dinyatakan
dalam satuan waktu
• Tingkat ketahan Apian (TKA) adalah tingkat ketahanan terhadap api
yang diukur dalam satuan menit.
• Standar uji ketahan apian adalah :
a. Ketahanan memikul beban (kelayakan struktur)
b. Ketahanan terhadap penjalaran api (integritas)
c. Ketahanan terhadap penjalaran panas (isolasi)
Kepmen PU No 26/2008
Daftar ketahan apian konstruksi berdasarkan SNI 02-1736-1989
Kelompok Fungsi Luas Lantai Preriode Min KTA Komponen Struktur
(m2) (Jam)
I. Rumah Sederhana TD 0,5
I. Perumahan Lainnya 3000 0,5
I. Institusional 3000 0,5
I. Perkantoran 3000 0,5
TD 1
I. Pertokooan 2000 0,5
3000 1
TD 2
I. Pabrik 2000 0,5
3000 1
TD 2
I. Bangunan Umum 3000 0,5
TD 1
I. Gudang 500 0,5
1000 1
3000 2
TD 4
TD = Tanpa Dibatasi
Daftar ketahan apian konstruksi berdasarkan SNI 03-1736-2000
CONTOH TKA KONSTRUKSI TIPE A
Tingkat Ketahanan Api (TKA)
Kelaikan struktur/integritas/Isolasi
Elemen bangunan
Kelas 2,3,4 Kelas 5,7,9 Kelas 6 Kelas 8

Dinding luar atau elemen bangunan


luar lainnya yang jaraknya ke sumber
api adalah :
Bagian pemikul beban :
kurang dari 1,5 m 90/90/90 120/120/120 180/180/180 240/240/240

1,5 m ~ <3 m 90/60/60 120/90/90 180/180/120 240/240/180

3 m atau lebih 90/60/30 120/60/30 180/120/90 240/180/90

Bagian bukan pemikul beban :


kurang dari 1,5 m -/90/90 -/120/120 -/180/180 -/240/240
1,5 m ~ < 3 m. -/60/60 -/90/90 -/180/120 -/240/180

3 m atau lebih -/-/- -/-/- -/-/- -/-/-


Daftar ketahan apian konstruksi berdasarkan Kepmen PU no 26/2008
CONTOH TKA KONSTRUKSI TIPE B
PENGUJIAN SIFAT BAHAN

• Pemilihan bahan bangunan dan komponen struktur (khususnya sifat


ketahanan terhadap api) merupakan salah satu unsur pokok dalam upaya
peningkatan building safety
• Perencanaan sistem pencegahan dan perlindungan bangunan terhadap
kebakaran perlu informasi klasifikasi mutu sifat bahan bangunan
• Pengujian  diperoleh data tentang sifat serta performansi bahan bangunan
UJI BAKAR (NON-COMBUSTIBILITY TEST )

Klasifikasi Bahan • Non combustible: jika terbakar tidak


menyebarkan api. Biasanya terbuat dari
bahan non organik
• Combustible: jika terbakar
menyebarkan api dan mengeluarkan
asap dan gas beracun. Terbuat dari
bahan organik

Standar
Japan Industrial Standard (JIS) A 1321-1975
SNI 03-1740-2008
Ketentuan Hasil Uji Bakar
• Bahan digolongkan tidak terbakar jika selama pembakaran tidak satu pun dari seluruh
benda uji:
• Menunjukkan kenaikan temperatur lebih dari 50oC di atas temperatur awal tungku
• Terjadi nyala api yang konstan di dalam tungku selama 10 detik

Tidak terbakar : kenaikan temperatur < 50oC


Terbakar : kenaikan temperatur > 50oC
UJI JALAR API PERMUKAAN (SURFACE TEST)
• Menilai penjalaran api pada permukaan bahan
dan kepadatan asap yang ditimbulkan

• Karakteristik yang diperhatikan:


• Combustibility
• Jumlah kalor (panas) yang dihasilkan
• Jumlah asap
• Cepatnya penyalaan

• Standar
JIS A 1321-1975
SNI 03-1739-2008
• Klasifikasi bahan pada uji jalar api permukaan
• Tidak terbakar (non-combustible)
• Sukar terbakar (semi non-combustible)
• Menghambat api (fire retardant)
• Agak menghambat api (semi fire retardant)
• Mudah terbakar (combustible)
KETENTUAN HASIL UJI JALAR API
PERMUKAAN
Klasifikasi Tidak Terbakar Sukar Terbakar Menghambat Api Agak Meng- Mudah Terbakar
Pengamatan (M1) (M2) (M3) hambat Api (M4) (M5)

Lama pemanasan 10 menit 10 menit 6 menit 6 menit 6 menit

Luas kurva temp.- (td) = 0 Tidak lebih 100 Tidak lebih 350 Tidak lebih 350 Tidak terbatas
waktu
(td) oC.menit

Kepadatan Asap CA < 30 Tidak lebih 60 Tidak lebih 120 Tidak terbatas Tidak terbatas
(CA)

Perubahan bentuk: - Tidak terjadi lelehan melebihi tebalnya


- Tidak terjadi perubahan bentuk yang membahayakan

Retak: Kedalaman retak pada permukaan bagian belakang benda uji < 1/10 tebalnya

Lain-lain: Tidak mengeluarkan gas beracun


PENGUJIAN KETAHANAN KOMPONEN STRUKTUR
BANGUNAN TERHADAP API
• Maksud pengujian: mengetahui ketahanan dari
komponen struktur bangunan terhadap pengaruh
api dengan temperatur tinggi
• Tujuan pengujian: Menentukan klasifikasi
ketahanan api dari komponen struktur
bangunan, untuk mampu bertahan terhadap api
yang dinyatakan dalam satuan waktu, yaitu 30
menit, 1 jam, 2 jam, dan 3 jam
• Metode Pengujian
Pengujian dilakukan berdasarkan
JIS A 1301,1302,13041975
ISO 834-1975
British Standard 476: Part 20 : 1987
ASTM E119-1988
SNI 03-1741-2008
• Kriteria Hasil Uji
Untuk menentukan tingkat ketahanan terhadap api, dilakukan
pengamatan sejak pembakaran sampai tercapai salah satu dari tiga
kriteria berikut:
 Stabilitas, yaitu pada periode pembakaran benda uji
mengalami keruntuhan atau collapse
 Integritas, yaitu pada peride pembakaran benda uji
mengalami retak tembus sehingga dapat dilalui oleh asap
atau api
 Insulasi, yaitu pada periode pembakaran , temperatur
belakang benda uji mencapai 140oC
Jika salah satu kriteria atau ketiga-tiganya tercapai, pengujian
dihentikan dan catat berapa menit atau berapa jam kriteria tersebut
terjadi. Menit atau jam itu menunjukkan ketahanan dari bahan uji
tersebut terhadap api
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai