Anda di halaman 1dari 32

Sistem

Pengendalian Asap Kebakaran


AGENDA
• Pendahuluan
• Sifat Asap
• Penyebaran Asap
• Pengendalian Asap
• Desain dan Sistem Pengendali Asap
• Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
Dalam perancangan sistem pengendalian asap adalah hal yang sangat
penting, sehingga memungkinkan penghuni menyelamatkan diri dengan
aman dari dalam bangunan, atau bila dikehendaki ke dalam daerah aman di
dalam bangunan, dengan tujuan :
Menghalangi asap yang masuk ke sarana jalan ke luar, daerah tempat
berlindung, atau daerah yang serupa.
Menjaga lingkungan yang masih dapat dipertahankan dalam daerah tempat
berlindung dan sarana jalan ke luar selama waktu yang dibutuhkan untuk
evakuasi.
Menghalangi perpindahan asap dari zona asap.
Menyediakan kondisi di luar zona kebakaran yang memungkinkan petugas
mengambil tindakan darurat untuk melakukan operasi penyelamatan dan
untuk melokalisir dan mengendalikan kebakaran.
Menambah proteksi jiwa dan untuk mengurangi kerugian harta milik.
DEFINISI
Asap
Zat padat atau cair yang melayang di udara dan gas yang ditimbulkan jika
bahan mengalami pemanasan atau pembakaran, bersama-sama dengan
sejumlah udara yang dimasukkan atau dengan kata lain dicampur ke dalam
massanya.
Sistem Pengendalian Asap
Sistem keteknikan yang menggunakan fan mekanik untuk menghasilkan
perbedaan tekanan di kedua sisi penghalang asap untuk mencegah aliran
asap.
Sistem Pembuangan Asap
Sistem mekanik atau gravitasi ditujukan untuk menggerakkan asap dari
zona asap ke luar bangunan, termasuk sistem pembersihan asap,
pembilasan dan ven, seperti fungsi fan pembuangan yang digunakan untuk
mengurangi tekanan dalam zona asap.
PENDAHULUAN

ASAP KEBAKARAN
 Terminologi asap:
asap adalah terdiri dari partikel/partikulat padat dan cair dan
gas-gas berterbangan yang timbul ketika sebuah material
mengalami proses pirolisis atau pembakaran, bersama
dengan sejumlah udara yang terikutkan atau tercampur
kedalam massa tersebut.

 Sebagai produk dari pembakaran:


biasanya termasuk partikulat, bahan bakar/material yang
tidak terbakar, uap air, gas CO2, CO, dan gas-gas lain yang
bersifat racun dan korosif.
PENDAHULUAN
ASAP ADALAH PENYEBAB KEMATIAN TERBESAR
USA
 72% korban meninggal pada peristiwa kebakaran disebabkan oleh asap (data NFPA)
 Kejadian kebakaran di Hotel MGM 26 lantai(1980)
INDONESIA
Sebab utama korban meninggal 85 orang:
 Kejadian di Hotel Perdana Wisata, Bandung (2002)
- 75 mati – Menghisap asap dan karbon monosida
 Kebakaran di Toserba Ramayana, Bogor (1997)
- 4 mati – Menghisap asap  Kebakaran di Bank BTN, Jakarta (2009)
- 1 mati – Luka bakar
- 3 mati – Luka bakar dan menghisap asap
- 1 mati – Keretakan masif tempurung kepala
- 1 death - Myocarditis
- Tingkat karbon monosida 25% to 66% saturation.
- Luka-luka 650 orang

6
SIFAT ASAP

1. Pengaruh toksisitas
Asap membawa gas beracun: karbon monoksida
2. Pengaruh kepekatan
Asap menghalangi pandangan dan iritasi mata, merintangi
evakuasi
3. Pengaruh panas/temperatur
Temperatur asap dapat mencapai > 120C
SIFAT ASAP : DAYA RACUN ASAP DARI PEMBAKARAN
BERBAGAI JENIS BAHAN
Gas beracun Bahan terbakar
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
• Karbon dioksida, karbon monoksida Bahan combustible mengandung karbon
• Nitrogen oksida Celluloid, polyurethane
• Hidrogen cyanida Wol, sutra, kulit, plastik mengandung ni-
trogen, bahan selulosik, plastik, rayon
• Acrolein Kayu, kertas
• Sulphur dioxide Karet, thiokols
• Asam halogen (asam hidroklorik, PVC, plastik penghambat api, fluorinated
asam hidrobromik, phosgene) plastics
• Ammonia melamine, nilon, urea formaldehyde resin
• Aldehydes Phenol formaldehydes, kayu, nilon, resin
• Benzena Polystyrene
• Isocyanates Polyurethane foams
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SIFAT ASAP : PENGARUH KEPEKATAN

9
SIFAT ASAP : PENGARUH PANAS
 Bila anda jauh dari api kebakaran, biasanya pengaruh panas
asap tidak besar.
 Akan tetapi pengaruh racun tetap ada sehingga disarankan
untuk bergerak merangkak di lantai menghindari asap.
PENYEBARAN ASAP

Faktor prinsip yang menyebabkan asap menyebar ke daerah luar


kompartemen kebakaran adalah:

1. Efek cerobong / stack effect


2. Daya apung/ buoyancy & Ekspansi
3. Kondisi cuaca: angin dan temperatur
4. Perbedaan tekanan udara karena:
- sistem pengolahan udara mekanik/ VAC
- efek torak elevator
DAYA APUNG / BUOYANCY

Sumber: SFPE Handbook 2002


KONDISI CUACA / ANGIN DAN TEMPERATUR

 Temperatur di luar bangunan mempengaruhi pergerakan asap di


dalam bangunan.

 Temperatur udara luar yang dingin (di musim dingin) menyebabkan


pengaruh efek normal cerobong yang cukup signifikan.

 Sebaliknya temperatur udara luar yang panas (di musim panas)


menyebabkan pengaruh efek reversal cerobong yang kecil. Karena itu
di negeri tropis pengaruh angin lebih signifikan dari pengaruh efek
cerobong

 Pengaruh angin: besar dan arahnya dapat menghambat pergerakan


asap ke luar bangunan.
PENGENDALIAN ASAP

Pengendalian asap dapat dibagi dalam dua prinsip


sebagai berikut:
1.Perbedaan tekanan cukup besar yang bekerja di kedua
sisi penghalang akan mengendalikan gerakan asap.
2.Aliran udaranya sendiri akan mengendalikan gerakan
asap jika kecepatan udara rata-rata cukup besar.
PENGENDALIAN ASAP
Beberapa cara pengendalian asap adalah:

1. Lantai dan bangunan dibagi menjadi beberapa


kompartemen  kompartemenisasi
2. Dilusi / mengencerkan asap dengan
memasukkan udara luar
3. Mendorong asap dengan aliran udara
4. Memberikan tekanan udara yang berlebih
dibandingkan dengan ruang yang terbakar
5. Memanfaatkan daya apung asap
PENGENDALIAN ASAP : KOMPARTEMENISASI

 Satu lantai dibagi menjadi beberapa kompartemen yang masing-masing


dibatasi oleh dinding, partisi, langit-langit dan pintu.

 Satu bangunan juga dibagi kompartemen per lantai yang dibatasi oleh
lantainya sendiri.

 Antara kompartemen satu dengan lainnya tidak boleh ada lubang yang dapat
membocorkan udara, artinya juga asap.

 Cerobong udara yang melewati batas fisik kompartemen harus dipasangi


damper asap yang akan menutup secara otomatik.

 Demikian juga jalur pipa dan kabel yang melewati batas fisik kompartemen
harus dipasangi sekat tahan api (firestop).

 Pintu kompartemen yang membuka ke jalur evakuasi harus dipasangi door


closer atau dibuat dapat menutup secara otomatik dikendalikan oleh sistem
pengendalian asap.
PENGENDALIAN ASAP :
PENGENCERAN ASAP

 Pengenceran asap atau dilution atau purging dengan tujuan


menurunkan konsentrasi asap dengan cara memasukkan
udara dari luar.

 Pada kondisi tertentu tidak praktis dilakukan mengingat


produksi asap kebakaran dapat sangat besar. Biasa
dilakukan pada waktu kebakaran telah dipadamkan, atau
pada tempat yang jauh dari kompartemen kebakaran.
PENGENDALIAN ASAP : MENDORONG DENGAN
ALIRAN UDARA

Sumber: SFPE Handbook 2002


PENGENDALIAN ASAP : MEMBERIKAN TEKANAN
BERLEBIH
APLIKASI PRESURISASI TANGGA
KEBAKARAN
PENGENDALIAN ASAP :
MEMANFAATKAN DAYA APUNG ASAP

 Daya apung menggerakkan asap ke langit-langit


 Sebelum asap memenuhi ruangan, membahayakan dan merintangi
penghuni untuk evakuasi, maka harus dikeluarkan melalui ven di
langit-langit
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP

Bangunan dengan vol besar yang tidak dipisah-pisah:


 Misalnya mal, atrium, auditorium, sporthall yang lebih dari 1000 m2.
 Asap kebakaran berupa produk pembakaran dan udara terikutkan (entrained
air) akan bergerak ke atas karena efek daya apung.
 Tujuannya adalah melindungi jalur evakuasi penghuni dengan menampung
asap di bagian atas  reservoir asap.
 Batas reservoir dapat berupa dinding, tirai (screen) atau penyekat lainnya
 Asap yang terperangkap di bagian atas tersebut dapat dikeluarkan secara
mekanis (menggunakan fan) atau alami (melalui ventilasi terbuka di atap).
 Cara ini disebut ventilasi atau pembuangan asap.
 Udara yang memadai (udara pengganti atau make-up air) harus dimasukkan
di bawah lapisan asap untuk menggantikan udara udara yang terikutkan
atau sistem tidak akan berfungsi.
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
Konsep reservoir asap dan ventilasi asap:

Pada bangunan yang tidak memiliki ventilator asap, asap mengurangi visibilitas dalam upaya
pemadaman dan penyelamatan. Panas yang terakumulasi mengancam keamanan struktur

Pada bangunan berventilator asap, asap dan panas dibuang sehingga memudahkan petugas pemadam
masuk ke bangunan dan memadamkan api tanpa menggunakan bahan pemadam air terlalu banyak

Sumber: Prof. Dr. Suprapto


DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
Konsep reservoir asap dan ventilasi asap:
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
Prosedur desain:
Desain sistem pengendalian asap yang memadai bergantung
antara lain kepada.
Dimensi dan struktur bangunan.
Isi bangunan dan tata letaknya.
Klasifikasi hunian.
Besaran perkembangan api  api rancangan (design fire).
Jalur evakuasi.
Sistem proteksi pasif dan aktif kebakaran terpasang:
kompartemenisasi, firestop, alarm dan sinyal, dan sprinkler
otomatis .
Waktu tanggap/ waktu panggilan dan kehadiran pemadam
kebakaran.
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
UDARA PENGGANTI (Inlet/ Make Up Air)

 Udara pengganti penting ada kalau tidak maka sistem tidak berfungsi.
 Untuk aliran steady, aliran masa udara atau asap yang dibuang dari puncak
bangunan sama dengan aliran udara masuk di bawah lapisan asap. Aliran udara
masuk ke atrium ini disebut udara pengganti atau makeup air.
 Udara pengganti atau makeup air ini dapat disuplai secara alami atau oleh tenaga
fan.
 Udara pengganti atau makeup air yang disuplai oleh fan sering lebih kecil dari laju
aliran udara pembuangan dan sisanya secara alami mengalir melalui bukaan atau
jalur kebocoran.
 Udara pengganti atau makeup air alami yang mengalir melalui bukaan seperti pintu
terbuka dan ven, dan jalur aliran udaranya dapat menjadi kombinasi kompleks dari
kamar-kamar dan koridor.
 Kecepatan dari udara pengganti atau makeup air tidak boleh merusak tubuh plume
asap atau secara signifikan mendefleksi plume pada suatu sudut. Dengan menjaga
kecepatan pada atau di bawah 1 m/s (200 fpm) maka dapat dihindari kerusakan
dari plume.
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
KONTROL

 Dalam keadaan darurat harus beroperasi secara cepat dan otomatis.


 Dilengkapi operasi manual untuk inspeksi, tes dan pemeliharaan.
 Aktivasi pada saat pertama dari deteksi asap pada zona pengendalian
asap, atau aktivasi sistem sprinkler otomatis.
 Semua kabel listrik untuk daya dan kontrol pada sistem ventilasi asap
harus tahan panas, dan mendapat pasokan dari sebuah generator
keadaan darurat. .
 Untuk sistem ventilasi asap alami, ven harus:
a. pada posisi “terbuka” bila terjadi kegagalan daya/sistem;
b. dan ditempatkan sedemikian agar tidak dipengaruhi secara
merugikan oleh tekanan angin positif. .
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP

KONTROL
MASALAH STRATIFIKASI DAN DETEKSI ASAP

• Sering suatu lapisan udara panas terbentuk


di langit-langit atrium sebagai akibat dari
radiasi panas matahari. Temperatur lapisan
udara panas tersebut dapat melebihi 50oC.
Lapisan ini disebut lapisan pre-stratifikasi.
• Bila temperatur rata-rata dari plume / awan
asap lebih kecil dari lapisan pre-stratifikasi,
maka asap akan membentuk lapisan
terstratifikasi dibawahnya.
• Jadi bila ada sebuah lapisan pre-stratifikasi,
asap tidak akan mencapai langit-langit, dan
detektor asap yang terpasang disitu tidak
dapat diharapkan untuk memberikan alarm.
Detektor asap jenis berkas cahaya dapat
mengatasi keterbatasan detektor asap yang
dipasang di langit-langit.
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP

MEMILIH VENTILATOR ASAP

 Asap dapat diventilasi secara alamiah atau mekanis. Pilihan tergantung pada hakekat
kebakaran dan bangunan dimana kebakaran terjadi.
 Untuk sistem ventilasi asap alami, ven harus pada posisi “terbuka” bila terjadi
kegagalan daya/sistem.
 Sistem ventilasi alami sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca, temperatur udara luar
dan arah angin.
 Ventilasi mekanis dengan fan bertenaga listrik lebih disukai karena memberikan
tekanan positif terhadap luar bangunan
 Semua kabel listrik untuk daya dan kontrol pada sistem ventilasi asap harus tahan
panas, dan mendapat pasokan dari sebuah generator keadaan darurat. .
 Semua komponen ventilasi mekanis (motor, kerangka, kipas) harus harus mampu
beroperasi terus menerus pada temperatur 250 derajat Celsius selama 1 (satu) jam.
REFERENSI
 SNI 03-6571-2001 Tentang Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada
Bangunan Gedung
 SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi
Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
 NFPA 80A, Recommended Practice for Protection of Buildings from
Exterior Fire Exposures.
 NFPA Fire Protection Handbook 19 th Edition.
 SFPE Handbook of Fire Protection Engineering 2002.
 Consolidated Model of Fire and Smoke Transport, CFAST, NIST.
 Fire Dynamics Simulator (FDS) & Smokeview (SMV), NIST.
 NFPA 92 A : Recommended practice for Smoke Control System, 2000
edition. National Fire Protection Association
DESAIN DAN SISTEM PENGENDALIAN ASAP
REGULASI & STANDAR YANG RELEVAN

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008 Tentang


Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
Lingkungan
 Draft Pergub Ventilasi dan Pengendalian Asap Kebakaran dari Perda DKI Jakarta
No. 8 Th. 2008 Tentang Penanggulangan Kebakaran
 SNI 03-6571-2001 : Sistem Pengendalian asap Kebakaran pada Bangunan
Gedung (Acuan NFPA 92A Recommended Practice for Smoke-Control Systems)
 SNI 03-7012-2004 : Sistem Managemen asap di mal, atrium dan ruangan
bervolume besar (Acuan NFPA 92B Guide for Smoke Management Systems in
Malls, Atria, and Large Areas)
 BRE 186 - Design Principles For Smoke Ventilation In Enclosed Shopping Centres,
atau BR 258 - Design Approaches for Smoke Control in Atrium Buildings, laporan
yang diterbitkan oleh Fire Research Station, Building Research Establishment, UK.

31

Anda mungkin juga menyukai