Anda di halaman 1dari 51

Penyusunan Rencana

dan Pemenuhan Fasilitas


Program Proteksi Kebakaran

dr. Ahmad Bilal M.Si, FISQua CRP


Outline
1) Pendahuluan
2) Program Strategis Proteksi Kebakaran
3) Sistem Proteksi Pasif
4) Sistem Proteksi Aktif dan Sistem deteksi Dini
5) Evakuasi yang Aman dan Sistem Manajemen Proteksi Kebakaran
Mengapa RS membutuhkan program
proteksi kebakaran?
• RS memiliki peralatan yang menimbulkan panas,
• Adanya gas medis dan penggunaan zat kimia di banyak lokasi,
• Banyak kabel listrik dengan tegangan yang tinggi,
• Bahan habis pakai dan perlengkapan yang mudah terbakar kassa,
linen, ATK, dll,
• Beragam peralatan medis dengan teknologi tinggi
• RS memiliki aktivitas yang tinggi dengan petugas yang selalu
bergantian.
Pasca kebakaran rumah sakit
Regulasi
◼ Undang-undang no 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
◼ Undang-undang no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
◼ Undang-undang no 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
◼ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 26/prt/m/2008 Tanggal 30 Desember 2008
tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
◼ Peraturan Pemerintah no 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
◼ Peraturan Menteri Kesehatan RI no 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit.
◼ Peraturan Menteri Kesehatan RI no 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
dan Prasarana Rumah Sakit
◼ Pedoman teknis prasarana rumah sakit, sistem proteksi kebakaran aktif,
direktorat bina pelayanan penunjang medik dan sarana kesehatan, direktorat bina upaya
kesehatan, kementerian kesehatan ri, tahun 2012
Standar MFK 7
• RS merencanakan dan menerapkan suatu
1.Program proteksi kebakaran
program untuk pencegahan dan
2.Asesmen risiko Kebakaran
penanggulangan bahaya kebakaran dan
penyediaan sarana dan fasilitas jalan 3.Sistem deteksi dini dan sistem

keluar (evakuasi) yang aman sebagai proteksi aktif

respons terhadap kebakaran dan keadaan 4.Jalur evakuasi aman


darurat lainnya.
Program Proteksi Kebakaran RS
1) Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko, seperti penyimpanan dan
penanganan bahan-bahan mudah terbakar secara aman, termasuk gas-gas
medis yang mudah terbakar seperti oksigen;
2) Penanganan bahaya yang terkait dengan konstruksi apapun, di atau yang
berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
3) Penyediaan sarana evakuasi yang aman dan tidak terhalangi bila terjadi
kebakaran; termasuk kebutuhan pasien saat evakuasi seperti O2, IV’S,
Ventilator dll;
4) Penyediaan sistem deteksi dini, seperti detektor asap, detektor panas dan
alarm kebakaran;
5) Penyediaan Sistem Proteksi Aktif, seperti Hydrant, APAR dan sistem sprinkler;
6) Menerapkan sistem manajemen proteksi kebakaran.
Tujuan Program Proteksi Kebakaran:
1. Memastikan semua orang di RS aman dari bahaya kebakaran, asap, atau
situasi gawat darurat;
2. Menyediakan pencegahan, deteksi dini, supresi, pengurangan, dan evakuasi
aman dari fasilitas sebagai respons terhadap bahaya kebakaran;
3. Menjamin proteksi berkesinambungan dengan mengembangkan proses
pengujian berkala yang terdokumentasi pada perencanaan keselamatan api
dan asap, termasuk penyediaan alat-alat yang digunakan untuk deteksi dini
dan supresi.
Area berisiko kebakaran di RS
• Laboratorium
• Dapur dan Laundry
• Ruang boiler dan genset
• Ruang penyimpanan dan Gudang Umum (Linen, Kassa, ATK dll)
• Ruang penyimpanan dan jalur instalasi gas medis
• Tempat Penyimpanan Sementara Limbah RS (TPS)
• Kantin atau tempat makan petugas yang menggunakan api
• dll
Asesmen Risiko Kebakaran
a. Tekanan dan risiko lainnya di kamar operasi
b. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian api dan
asap
c. Daerah berbahaya (dan ruang di atas langit-langit di seluruh area) seperti
kamar linen kotor, tempat pengumpulan sampah, ruang penyimpanan oksigen
d. Sarana evakuasi
e. Dapur yang berproduksi dan peralatan masak
f. Laundry dan linen
g. Sistem tenaga listrik darurat dan peralatan
h. Gas medis dan komponen sistem vakum.
Prinsip Pendekatan Struktur bangunan harus
Pemenuhan Fasilitas tahan api (fire resistive)
untuk FIRE SAFETY di RS
Kompartemenisasi kebakaran
Pendekatan spesifik
area dengan
STRATEGI Bahan pelapis / interior
DefendinPlace
‘Principle' Deteksi api dan pemadaman /
fire detection / suppression

Sarana jalan ke luar yg aman

Fire safety management


Struktur Bangunan Tahan Api

1. 1. Bahan bangunan harus dari jenis tidak mudah terbakar (non


combustible).
2. 2. Memiliki tingkat ketahanan api (TKA) sbb : disebut sebagai
• Bangunan rendah : 1 jam sistem proteksi
pasif
• Bangunan sedang /tinggi : 2 jam
3. Persyaratan tahan api struktur diperoleh dengan :
• Kolom dan balok dari beton bertulang
• Kolom dan balok metal, yang dilindungi dengan bahan pelapis tahan api
(intumescent material) atau bahan insulasi dari bahan gipsum
Pemeliharaan Tingkat Ketahanan Api

◼ Tergantung bahan bangunan yang digunakan


◼ Elemen beton tidak memerlukan pemeliharaan spesifik
◼ Kalkulasi kekuatan perlu dilakukan apabila diterapkan pada
beban lebih berat atau apabila elemen struktur diganti.
◼ Bahan pelapis mudah rusak bila kena gangguan dan harus
diperiksa secara reguler. Bahan pelapis perlu diganti pada
waktu- waktu tertentu sesuai spesifikasi.
Kompartemenisasi
• Kompartemenisasi merupakan dasar sistem proteksi pasif
• Tujuan Kompartemenisasi :
a) Membatasi penyebaran api dari tempat asal mulanya.
b) Membatasi potensi api menjadi besar
c) Memisahkan area dengan hazard yang berbeda
d) Memisahkan area untuk jalan keluar yang aman, evakuasi dan tempat
mengungsi atau penempatan sementara.
e) Mengurangi ancaman terhadap integritas struktur dari bangunan akibat api
f) Memberikan waktu yang cukup untuk evakuasi dan pemadaman api oleh
petugas damkar.
Komponen Kompartemenisasi
Horizontal Exit
Upaya Proteksi Kebakaran di Rumah Sakit
1. Sistem Deteksi Dini Kebakaran
a) Alarm Kebakaran (Manual dan Otomatis)
b) Sistem detektor asap
c) Sistem detektor panas
2. Sistem Proteksi Aktif
a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b) Hidrant
c) Springkler
3. Evakuasi yang aman dan Sistem Manajemen Proteksi Kebakaran
Sistem Deteksi Dini Kebakaran
Sistem Deteksi Dini
•Ada pengaturan ketentuan ruangan RS untuk penempatan detektor
asap dan panas.
•Persyaratan jarak antar detektor yang sama, baik untuk detektor asap
atau detektor panas

Area yang dicakup untuk detektor asap Area yang dicakup untuk detektor panas
Sistem Proteksi Aktif
Klasifikasi Jenis Kebakaran
Jenis kebakaran Klas APAR KLAS APAR
USA U.K
Jenis APAR yang
digunakan harus Kebakaran benda padat mudah terbakar bukan Klas A Klas A
sesuai dengan logam, misal kayu, kertas, kain, karet, plastik

Klasifikasi Jenis
Kebakaran Kebakaran benda cair mudah menyala, lemak Klas B Klas B & C
masak dan gas

Kebakaran yang melibatkan peralatan Klas C Klas E


bermuatan listrik

Kebakaran yang melibatkan logam mudah Klas D Klas D


terbakar

Kebakaran yang melibatkan minyak untuk Klas K Klas K


memasak (cooking oils)
APAR Dry Chemical

• Dapat digunakan memadamkan api untuk class A,B dan C


• Berisi serbuk kimia yang dapat menyerap panas,tidak
menghantarkan listrik,mempunyai daya lekat yang baik,dan
menghalangi terjadinya oksidasi pada bahan bakar.
• Dapat disimpan selama 2 tahun
• Tidak boleh digunakan dalam ruang sempit dan tertutup,karena
bila terhirup akan mempengaruhi sistem pernafasan.
• Tidak dapat digunakan pada ruangan dengan peralatan yang
canggih karena sifat serbuknya dapat merusak alat medis.
APAR Gas CO2

• Dapat digunakan memadamkan api untuk class A,B dan C


• Berisi gas CO2 bertekanan 1000-1200 psi (± 80 atm)
• Berfungsi mendinginkan dan memutus O2 (menyelimuti)
• Dapat disimpan selama 4-5 tahun
• Sangat efektif digunakan pada ruangan sempit dan tertutup
• Tidak menimbulkan efek samping pada kesehatan
• Umumnya memiliki ukuran tabung yang besar dan berat
Penempatan dan Pemilihan Jenis APAR

• APAR ditempatkan pada ketinggian dari permukaan lantai setinggi :


a. Maksimal 120 cm sesuai dengan pedoman sistem proteksi aktif di RS th
2012
b. Maksimal 150 cm sesuai dengan permen PU no 26 th 2008.
• Jarak antar APAR sesuai ketentuan ialah 15 m untuk area risiko tinggi
dan area dengan penggunaan minyak masak dan 25 m untuk area
risiko sedang dan rendah.
• Untuk area dengan penggunaan teknologi tinggi atau peralatan medis
digunakan APAR jenis CO2 dan area lain dapat menggunakan APAR
jenis dry chemical.
Cara Penggunaan APAR

( jangan melawan arah angin )


HYDRANT GEDUNG
HYDRANT LUAR HYDRANT DALAM
PERLENGKAPAN HYDRANT
1. Box Hydrant
2. Kepala Hydrant
3. Selang + kopling Pemancar
4. Pemancar
5. Kunci Hydrant

Kepala Hydrant Kunci Hydrant Selang + kopling Box Hydrant


Sistem Pipa Tegak dan Selang Kebakaran
Lokasi Hydrant gedung dan jangkauan selang
Sistem Springkler
Sistem Sprinkler Otomatik tidak wajib di area :
1. Setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan air, merupakan ancaman yang serius
terhadap kehidupan atau bahaya kebakaran,
2. Setiap kamar atau ruang di mana sprinkler dianggap tidak diinginkan karena sifat dari isi
ruangan,
3. Ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari bangunan dengan dinding dan lantai /
langit-langit atau rakitan atap / langit-langit yang memiliki nilai ketahanan api tidak kurang dari
2 jam,
4. Kamar atau daerah yang konstruksinya tidak mudah terbakar dengan isi sepenuhnya bahan
tidak mudah terbakar,
5. Ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien dipindahkan (ruang bedah, ruang ICU,
ruang radiologi, dan lain-lain) sprinkler boleh tidak dipasang asalkan dinding, lantai, langit-
langit dan bukaan, mempunyai tingkat ketahanan api minimal 2 jam.
Standar MFK 7.1 1. Uji Coba secara berkala
sistem deteksi dini dan
RS menguji secara berkala sstem proteksi aktif
rencana proteksi kebakaran 2. Pelatihan penanggulangan
dan asap, termasuk semua kebakaran dan
alat yang terkait dengan penggunaan APAR
deteksi dini dan pemadaman 3. Cara Evakuasi pasien ke
serta mendokumentasikan tempat aman.
hasil ujinya.
Manajemen Proteksi Kebakaran Rumah Sakit

• Frekuensi pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan sistem perlindungan


dan pengamanan kebakaran, sesuai ketentuan;
• Rencana evakuasi yang aman dari fasilitas bila terjadi kebakaran atau
ada asap;
• Proses untuk melakukan uji coba semua bagian dari rencana, dalam
jangka waktu 12 bulan;
• Pendidikan yang perlu bagi staf untuk dapat melindungi secara efektif
dan mengevakuasi pasien bila terjadi kedaruratan, dan ;
• Partisipasi semua staf dalam uji coba pengamanan kebakaran sekurang-
kurangnya setahun sekali.
Pemeriksaan Berkala dan Uji coba
1. Sistem deteksi dini
➢Alarm
➢Smoke/ Heat Detector
2. Sistem Proteksi Aktif
➢Hydrant
➢APAR
➢Springkler
Pemeriksaan Berkala
1. Jalur Evakuasi / Tangga Darurat
• Tanda evakuasi dan tanda Exit
• Lampu emergency dan exhaust
2. Sistem Ventilasi Gedung.
3. Kerusakan jalur kabel listrik atau tidak teratur penempatannya.
4. Tempat penyimpanan bahan bakar di RS, tempat penyimpanan gas
medis dan jalur gas medis sentral dan tempat lain dengan risiko
tinggi kebakaran.
Pengujian oleh Tim Fire Safety RS

•Dimana letak katup penutup gas medis?


•Jika anda harus menutup katup jalur gas medis, bagaimana
cara Anda merawat/mengasuh pasien yang membutuhkan
oksigen?
•Di mana letak alat pemadam api pada unit anda? Bagaimana
anda melaporkan kejadian kebakaran?
•Bagaimana anda melindungi pasien selama terjadinya
kebakaran? Bila anda harus mengevakuasi pasien, prosesnya
bagaimana?
•Dokumentasikan, bila hasil belum baik, lakukan re-edukasi
Manajemen Penanganan Kebakaran
RUANG : TANGGAL :

Pj Api Pj Yan Pasien Pj Aset Pj Dokumen

NO PENANGGUNG DINAS
JAWAB PAGI SORE MALAM
1 API ( MERAH)
2 PASIEN (KUNING)
3 DOKUMEN ( PUTIH )
4 ASET ( BIRU )
Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
• Melakukan pelatihan penanggulangan kebakaran dan penggunaan APAR
di tingkat rumah sakit termasuk pihak ketiga, tenant atau penyewa lahan.
• Simulasi Kebakaran minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap gedung.
• Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan
kebakaran:
1. RS perlu menguji secara berkala rencana.
2. penanganan kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang terkait dengan
deteksi dini dan pemadaman serta evakuasi yang aman.
Contoh KODE DARURAT
• Kode merah (kebakaran),
• Kode hijau (gempa bumi),
• Kode hitam (bom)
• Kode pink (penculikan bayi)
• Kode biru (Henti Nafas dan Henti Jantung)
• Kode Kuning (Kedaruratan Internal)

44
◼ Siap menampung pasien dari lokasi kebakaran
terdekat
◼ Perhatikan instruksi selanjutnya
◼ Pertahankan pasien tetap di ruangan sampai ada instruksi
selanjutnya
◼ Jaga agar semua pintu tetap tertutup
◼ Bersiap untuk evakuasi bila di-instruksikan
◼ Jangan menggunakan lift/elevator
Tindakan Staf atau Petugas RS
PRINSIP R.A.C.E
▪ Selamatkan semua pasien, pengunjung,
karyawan, staf dan tamu lainnya segera (RESCUE)
▪ Bunyikan alarm sambil menelpon nomor darurat serta
laporkan lokasi kebakaran (ALARM)
▪ Batasi lokasi api dengan menutup semua pintu
(CONFINE)
▪ Padamkan api bila masih cukup kecil (gunakan prinsip
pass (EXTINGUISH)
Problem of evacuating patients
Evakuasi staf rumah sakit
Standar MFK 7.2 1. Regulasi penetapan RS
sebagai kawasan bebas rokok
RS merupakan kawasan dan asap rokok
tanpa rokok dan asap rokok 2. Evaluasi Kepatuhan staf,
sesuai dengan peraturan pasien, keluarga pasien dan
perundang-undangan. pengunjung terhadap regulasi
tersebut.
Implementasi kawasan Dilarang Merokok
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai