Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN BENCANA

KEBAKARAN

Disusun Oleh :
Kelompok 5 :

Adi Putra
Agung Pratama
Novica Saputri
Phagia Febriani
Wahyu Mustika Rani
Yuli Agus Dina
 
Dosen Pembimbing :Junaidi
S.Rustam,S.kep,MNS
Pengertian

Definisi umum Kebakaran adalah suatu


nyala api, baik kecil atau besar pada
tempat yang tidak kita kehendaki,
merugikan pada umumnya sukar 
dikendalikan
Perda DKI (1992)
01 Kelas A Temasuk dalam kelas ini adalah kebakaran
pada bahan yang mudah terbakar biasa,misalnya :
kertas, kayu, maupun plastic.

kalsifikasi kebakaran

02
Kelas B
sesuai dengan bahan Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan
bakar yang terbakar dan bahan cairan combustible dengan cairan
bahan  pemadaman flammable, seperti bensin, minyak tanah,
untuk masing-masing
kelas yaitu :

03
Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan
untuk  untuk  mengatasinya yaitu dengan menggunakan
bahan pemadaman kebakaran non kondusif agar
terhindar dari sengatan listrik.

04 Kelas D
Kebakaran pada bahan logam yang mudah
terbakar seperti titanium, alumunium, magnesium,
dan kalium
PENYEBAB KEBAKARAN

2.Faktor Teknis
1.Faktor Manusia

1) Merokok di sembarang tempat 1) Tidak pernah mengecek kondisi


2) Menggunakan instalasi listrik instalasi listrik
yang berbahaya 2) Menggunakan peralatan masak
3) Melakukan pekerjaan yang yang tidak aman
berisiko menimbulkan 3) Menempatkan bahan yang
kebakaran tanpa menggunakan mudah terbakar didekat api
pengamanan yang memadai 4) Menumpuk kain-kain bekas
4) Pekerjaan yang mengandung yang mengandung minyak
sumber gas dan api tanpa tanpa adanya sirkulasi udara
tanpa mengikuti persyaratan
keselamatan
Dampak Kebakaran

Peristiwa kebakaran memberikan efek bahaya antara lain:

 Asap
Efeknya iritasi/rangsangan pada mata, selaput lendir pada hidung dan
kerongkongan.
 Panas
Efeknya tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka bakar/terbakar pada kulit
dan pernafasan, mematikan jantung.
 Nyala/Flame biasa timbul pada proses timbul pada proses pembakaran
sempurna dan pembakaran sempurna dan membentuk cahaya berkilauan.
 Gas Beracun
Cara Pencegahan Kebakaran

2.Waspada Pada
Penerang Api 3.Waspada Anak-Anak 4.Waspada & Rawat
1.Waspada Ketika mati lampu dan dan Lansia Perangkat Listrik dan
Rokok  5.Melakukan
menggunakan Jauhkan benda-benda Perangkat Api Pembinaan dan
Tidak penerangan api seperti yang berapi atau yang Rawat dengan baik dan
membuang Sosialisasi
lilin dan lampu tempel dapat mengeluarkan rutin kompor gas, Kebakaran
puntung rokok api. Paling tidak ada setrikaan, mejik, jar,
semprong / petromak
sembarangan maka jangan pernah orang dewasa yang solder, kabel-kabel listrik
lalai untuk  mengawasi mengawasi dan perangkat listrik dan
lampu api lainnya

6.Siapkan Perangkat Pemadam Kebakaran


Ringan 7.Waspada Lingkungan Sekitar 

Jika bangunan cukup besar gunakan sistem Kebakaran juga bisa akibat dari bangunan
pemadam detektor  asap, pemancar air, sebelah yang terbakar  sehingga bangunan kita
perangkat penunjang hidup saat kebakaran, ikut menjadi korban karena api bisa membesar 
hidran, selang penyemprot air, tabung pemadam dan merembet ke mana-mana
semprot, dan lain sebagainya
Disaste Preparedness
1.Pencegahan
Mitigation Kebakaran Tidak menggunakan perangkat listrik bercabang untuk  meminimalisir konsleting
Mengetahui standar penggunaan gas elpiji dan memelihara memelihara kondisi gas kondisi
gas dan kompor.
Hindari peralatan yang mudah terbakar dari jan ari jangkauan anak-anak

2.Mitigasi
Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) minimal 1 unit/RT (sesuai standar sarana
penanggulangan kebakaran)
Menyediakan karung basah atau alat yang dapat memadamkan api
Pengaktifan dan pemeliharaan fungsi hidran dan sumber air  rumah tangga secara berkala
penampungan air hujan sebagai alternatif  prasarana pemadaman

3.Kesiapsiagaan
Menyediakan peta jalur evakuasi dan asemblly point (titik  kumpul) bagi masyarakat.  
Penyuluhan dan pelatihan masyarakat terhadap jenis- jenis kebakaran dan cara
menanganinya.
Penyiapan warga/masyarakat dalam proses evakuasi, pertolongan pertama pada
kecelakaan, dan penyedia penyedia logistik logistik awal saat  bencana.
Peningkatan akses dan kapasitas informasi proses encegahan kebakaran dari berbagai
media dan institusi pemerintah
 
4.Penanggulangan kedaruratan/Response/Early se/Early Warning System
Penyediaan lokasi evakuasi warga dan barang- barang saat terjadi kebakaran ke jalan
atau lapangan yang luas
Menggunakan sumber air mandiri di rumah yang memiliki kuantitas dan kontinuitas yang
baik untuk melakukan pemadaman api di rumah.
Menggunakan bak penampungan air mandiri yang ditempatkan di bagian depan rumah.
Menggunakan lap/karung basah yang ditempatkan di sumber  potensi api di rumah
(didekat tungku/dapur).
Menggunakan pasir yang ditempatkan di sumber potensi api di rumah (didekat
tungku/dapur).

5.Pemulihan
Memperbaiki fisik yang terkena dampak kebakaran seperti  bangunan ataupun sarana
dan prasarana.  
Memperbaiki dan memulihkan ekonomi warga yang terkena dampak kebakaran
Peningkatan building capacity warga agar ga agar memiliki kearifan local dalam proses
mitigasi kebakaran
Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana
Kebakaran

Peran dalam pencegahan primer Peran perawat dalam keadaan darurat

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan tim Perawat harus melakukan pengkajian secara
perawat dalam masa  pra bencana ini antara lain : cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan
Mengenali intruksi ancaman bahaya kebakaran  
pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk
Menyiapkan peralatan kesehatan di daerah rawan
kebakaran
penanganan segera (emergency), akan ;ebih
Mengidentifikasi kebutuhan saat fase emergency efektif. Bisa disebut TRIASE:
Melatih penanganan pertama korban bencana Label Merah paling penting prioritas utama,
kebakaran baik  mengembangkan kemampuan mengancam jiwa.
sendiri maupun melatih masyarakat Label Kuning prioritas kedua, meliputi cedera,
Berkoordinasi dengan dinas fraktur.
pemerintahan,organisasi lingkungan, palang merah Label Hijau, prioritas ketiga, meliputi cedera
nasional maupun lembaga-lembaga
tertutup, luka lecet.
kemasyarakatan
Label Hitam, meninggal.
Peran perawat dalam posko pengungsian

Mamfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis


Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien dari tempat posko ke
RS
Mengevaluasi kebutuhan harian
Memeriksa dan mengatur ketersediaan obat, makanan, makanan
khusus bayi, peralatan kesehatan.
Membantu penganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil sehingga membahayakan diri dan
lingkungan
Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas,
depresi) maupun reaksi psikomatik (hilang nafsu makan, insomnia)
Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak- anak
Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya.
Reviuew jurnal

Penulis
Pelaksanaan mitigasi bencana kebakaran pada dinas pemadam
La Asiri1 1Dosen Program Studi Ilmu kebakaran kabupaten buton
Pemerintahan, Universitas
Muhammadiyah Buton E-mail:
laasiriaris72@gmail.com Temuan
Bencana ini secara umum termasuk dalam dua kategori bencana, yakni bencana alam dan bencana tempat
  pemukiman, kebakaran yang disebabkan oleh kejadian alam dimasukan kedalam kategori bencana alam, misalnya
kebakaan hutan yang disebabkan olek kekeringan atau guguran lava gunung berapi. Kebakaran yang termasuk dalam
Tujuan
kategori bencana pemukiman adalah kebakaran pemukimam, gedung, alat, transportasi, dll (Priambodo, 2011)
 
bertujuan untuk mendeskripsikan
Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika
Pelaksanaan Mitigasi Bencana tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang cukup serius melalui upaya mitigasi bencana
Kebakaran Pada Dinas Pemadam Hal tersebut mengindikasikan bahwa bencana kebakaran, selain dipengaruhi oleh kondisi fisik atau yang bersifat
Kebakaran Kabupaten Buton alamiah juga dapat terjadi akibat kelalaian manusia sebagai penyebabnya
Dalam upaya mencegah atau meminimalkan potensi dampak bencana kebakaran pada masa mendatang diperlukan
perencanaan program pelaksanaan mitigasi dan kesiagaan terhadap bencana kebakaran. Pelaksanaan mitigasi
adalah upaya menurunkan/meminimalkan resiko bahaya bencana, pada populasi yang rentan terhadap lingkup
Desain /metode mitigasi meliputi eliminasi dan resiko serta transmisi tanggung jawab
Jenis penelitian ini merupakan ggung jawab. Fokus pelaksanaan mitigasi adalah mengeliminasi atau membatasi kemungkinan kejadian bencana, dan
penelitian kualitatif menurunkan kerentanan populasi. Kesiagaan terhadap potensi bencana adalah suatu bentuk upaya peningkatan
kemampuan masyarakat dalam merespon secara efektif ancaman dan dampak bencana dan segera pulih dari dampak
jangka panjang. Partisipasi aktif masyarakat memainkan peran penting dalam aspek kesiagaan terhadap bencana.
Salah satu jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah kebakaran.
Tingkat bukti
Faktor kelalaian masyarakat mendominasi sebagai penyebab kebakaran. Hal tersebut memunculkan pertanyaan besar
Kybernan : Jurnal Studi
Kepemerintahan Vol. 3 No. 2 Bulan
tentang ketidakpedulian masyarakat terhadap berbagai penyuluhan dan pendekatan yang dilakukan jajaran Dinas
September 2020 P-ISSN: 2502- Pemadam Kebakaran.
2539/ E-ISSN: 2684-9836 Adanya motivasi yang kuat dibutuhkan dengan dasar adanya kebutuhan masyarakat untuk mencegah munculnya
kejadian kebakaran. Motivasi itu dibicarakan dalam keluarga, pertemuan antarwarga, dan sosialisasi sehingga perlu
disusun suatu langkah kerja berupa koordinasi antara masyarakat dengan RT untuk mengadakan pelatihan dan
sosialisasi atau himbauan terkait upaya pencegahan kebakaran.
Penulis
Studi literatur pencegahan bahaya kebakaran pada
  pemukiman masyarakat suku baduy dan penerapannya
Meta Vaniessa Tampubolon1*,
Lily Tambunan2 , Fauzan Alfi
Agirachman3 Program Studi
Magister Arsitektur, SAPPK,
Institut Teknologi Bandung1* Temuan
metatampubolon07@gmail.com
Kelompok Keahlian Teknologi
Potensi bencana yang ada di perkotaan yang paling tinggi adalah bahaya
Bangunan, SAPPK, Institut kebakaran, disebabkan karena wilayah perkotaan memiliki tingkat kepadatan
Teknologi Bandung2,3
penduduk yang tinggi, kompleksitas penggunaan lahan, pemusatan aktivitas
penduduk perkotaan, penggunaan material bangunan, dan adanya daerah-
Tujuan daerah permukiman kumuh perkotaan (Taridala, Yudono, Ramli, & Akil, 2017).
bertujuan untuk melihat tindakan
yang dilakukan oleh masyarakat
Sistem pengklasteran lokasi karena tingkatan resiko kebakaran berkaitan
pada Kampung Kota Bersejarah dengan aktifitas dan material sebagai sumber dan bahan bakar saat terjadi
untuk menjaga dan
melestarikannya bencana kebakaran telah diaplikasikan dalam titik lokasi penyusunan ruang di
Kampung Adat Suku Baduy
Sistem pengklasteran lokasi karena tingkatan resiko kebakaran berkaitan
Desain /metode
Metode yang digunakan pada dengan aktifitas dan material sebagai sumber dan bahan bakar saat terjadi
penelitian ini adalah qualitative
explanatory research
bencana kebakaran telah diaplikasikan dalam titik lokasi penyusunan ruang di
Kampung Adat Suku Baduy
peran dari pemilik dan masyarakat pengguna sangat dibutuhkan sebagai
Tingkat bukti
MENARA Ilmu Vol. XIII No.4 April pemerhati dan pelaksana langsung tindakan-tindakan pencegahan dan
2019
perawatan bagi bangunan dan kawasan bersejarah (Salleh & Ahmad, 2009).
Pelaksanaan Mitigasi Bencana Kebakaran Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton
Pelaksanaan Mitigasi Bencana Kebakaran
Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Buton
Penulis
1Dosen Program Studi Ilmu Hasil
Pemerintahan, Universitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah mitigasi yang perlu diketahui sebelum terjadinya bencana kebakaran (tindakan
Muhammadiyah Buton preventif) adalah sebagai berikut:
1. Perlu menghindari penggunaan peralatan listrik yang melebihi beban kapasitas meter listrik;
2. Sedapat mungkin pemasangan instalasi listrik di rumah tidak memakai sambungan isolasi yang mudah memuai dan mengelupas
Tingkat bukti bila terkena suhu panas listrik;
Kybernan : Jurnal Studi 3. Pada saat listrik padam, tidak dibenarkan meletakkan lilin atau lampu minyak dekat dengan bahan yang mudah terbakar;
Kepemerintahan Vol. 3 No. 2 Bulan 4. Memeriksa secara berkala instalasi listrik di rumah. Apabila ditemukan ada kabel rapuh, sambungan atau stop kontak yang aus,
September 2020 P-ISSN: 2502- segera diganti dengan peralatan yang baru;
2539/ E-ISSN: 2684-9836 5. Memeriksa kondisi tungku masak dan segera diganti jika ada yang sudah mengalami kebocoran;
6. Menempatkan benda-benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar pada tempat khusus dan jangan dicampur aduk dengan
benda atau bahan yang dapat menimbulkan reaksi kebakaran; 7. Menyiapkan alat pemadam kebakaran seperti air, pasir, serta
karung goni yang dibasahi di lingkungan sekitar;
Populasi 8. Memahami cara penggunaan alat pemadam kebakaran dan teknik dalam memadamkan api.
Dinas Pemadam Kebakaran  
Kabupaten Buton Bila bencana kebakaran benarbenar terjadi khususnya dilingkunganpermukiman, penting bagi anggota masyarakat untuk memahami
langkahlangkah taktis sebagai berikut:
1. Jangan panik dan segera menyelamatkan diri bersama anggota keluarga di tempat aman dan jauh dari kobaran api;
2. Segera padamkan api dengan alat pemadaman yang ada seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau dengan karung goni
Hipotesis yang dibasahi air;
Terdapatnya pelaksanaan mitigasi 3. Tutup ruangan yang terbakar agar tidak menjalar dan meluas ke ruangan lain;
bencana kebakaran yang 4. Segera hubungi petugas pemadam kebakaran jika api tidak bisa dipadamkan atau dikendalikan dengan kemampuan sendiri;
sudahberjalan dengan baik di 5. Tidak mengunci pintu-pintu rumah agar jika ada petugas pemadam kebakaran mudah untuk melakukan tindakan pemadaman api;
dinas pemadam kebakaran 6. Menggunakan kain basah dan ditempelkan di hidung agar pernafasan lancar dan tidak sesak karena banyaknya asap kebakaran;
kabupaten Buton 7. Menjauhi arah hembusan angin.
 
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tanggap darurat yaitu meliputi :
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya;
Metode
2. Penentuan status keadaan darurat bencana; 3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
Penelitian ini menggunakan metode
4. Pemenuhan kebutuhan dasar; 5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
desktiptif kualitatif.
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
 
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai