PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi kebakaran
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kebakaran
c. Untuk mengetahui proses terjadinya kebakaran
d. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi kebakaran
e. Untuk mengetahui jenis-jenis media pemadam api
f. Untuk mengetahui dan memahami metode dalam memadamkan api
g. Untuk mengetahui dan dapat mempraktikkan cara memadamkan api yang benar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti
tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya.
2.2.5 Kesengajaan
Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur
sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya.
1. Unsur panas
Tanpa panas yang cukup, sebuah kebakaran tidak dapat dimulai dan apabila sudah
terjadi, kebakaran tersebut tidak dapat berlanjut. Panas dapat dihilangkan dengan
penggunaan zat yang dapat mengurangi jumlah panas yang tersedia untuk
memungkinkan terjadinya sebuah api / kebakaran. Salah satu zat yang sering
4
dihunakan adalah air, yaitu zat yang membutuhkan panas untuk merubah fasenya
dari fase cair menjadi fase gas / uap.
8
2.6 Metode dalam pemadaman api
Bedasarkan teori segitiga api maka prinsip teknik pemadaman adalah dengan merusak
keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab kebakaran, atau dengan menghentikan
proses pembakaran dengan memutus rantai reaksi. Prinsip itu dapat dilakukan dengan
teknik-teknik sebagai berikut :
2.6.5 Dilusi
Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api.
Menggunakan media gas CO2.
9
2.7 Teknik pemadaman api
Dalam pemadaman api perlu diperhatikan :
1. Arah angin
2. Jenis bahan yang terbakar
3. Volume dan potensi bahan yang terbakar
4. Letak dan situasi lingkungan
5. Lamanya terbakar
6. Alat pemadam yang tersedia
1. Helm yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran terbuat dari bahan plastik
serta serta komposit beserta tali dagu serta hood yang ada di bagian belakang.
Kegunaan tali dagu pada helm pemadam kebakaran ini yaitu supaya ketika
digunakan tetap dalam posisi yang benar serta tak bergeser.
2. Sarung tangan yang aman biasanya berukuran besar serta tebal. Walaupun sarung
tangan bisa melindungi tangan terhadap luka gores serta luka bakar namun jenis Alat
Pelindung Diri ini mengurangi kelincahan petugas pemadam kebakaran ketika
bekerja seperti menyambung selang serta mengoperasikan peralatan karena sarung
tangan tersebut berbahan tebal.
3. Hood serta pelindung wajah secara bersamaan dengan Self Contained Breathing
Apparatus (SCBA) yang fungsinya sebagai alat bantu pernafasan. Ketika
memadamkan api, kondisi udara di sekitar mengandung karbondioksida dan minim
oksigen. Sehingga akan membuat petugas pemadam kesulitan bekerja apabila tak
menggunakan alat tersebut. Walaupun SCBA sangat penting, namun alat ini
mempunyai sejumlah kekurangan, yaitu mengurangi jarak pandang periferal serta
mengurangi kemampuan dalam komunikasi. Ketika cuaca dingin, maka masker
SCBA akan menimbulkan kabut. Ketika cuaca panas maka masker akan penuh
dengan keringat. Sejumlah perusahaan pembuat SCBA ini melengkapi masker
dengan tali pengikat yang bisa digantungkan di leher. Hal tersebut memungkinkan
petugas kebakaran untuk selalu siap dengan maskernya.
4. Menggunakan sepatu safety dan baju anti api. Pemadam kebakaran tidak hanya
dituntut untuk memadamkan api saja, namun dituntut juga untuk menyelamatkan
10
orang yang terjebak dalam kebakaran. Hal ini membuat petugas pemadam kebakaran
menaruhkan nyawanya untuk keselamatan orang lain, maka dari itu perlunya baju
anti api agar petugas tidak terbakar dan sepatu safety agar petugas tidak terlalu
khawatir dengan kakinya apabila tertimpah reruntuhan.
11
4. Keempat, setelah api tertutup karung goni tunggu sampai ada asap putih
yang keluar. Hal ini sebagai tanda api telah padam dan angkat perlahan
karung goni seperti kita meletakkannya tadi.
Untuk penggunaan karung goni basah sebagai pemadam api ringan dapat
dilihat pada gambar dibawah:
2.7.2 Hydrant
Untuk teknik pemadaman dengan hydrant yang harus diperhatikan:
A. Cara memegang nozzle adalah:
1. Posisi kaki selalu kuda-kuda
2. Buka atau tutup pancaran air harus diarahkan ke atas.
3. Saat Pancaran jet sebaiknya nozzleman harus dalam posisi di tempat
(berhenti) dan ingat bahaya tekanan balik dari pancaran air.
4. kalau bergerak harus dengan pancaran tirai, kaki tidak melangkah tetapi
bergeser dan selalu membentuk kuda-kuda.
5. Pandangan selalu ke depan ke arah api dan selalu memperhatikan kerja
sama tim.
6. Cara memegang nozzle sesuai dengan prinsip ergonomi yang aman dan
disesuaikan dengan teknik pemadaman yang diiginkan.
12
Gambar 5. Hydrant
13
2.7.3 APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api portable yang
mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran, selain
itu pula karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah mendekati
daerah kebakaran. Dikarenakan fungsinya untuk penanganan dini, peletakan APAR-
pun harus ditempatkan di tempat-tempat tertentu sehingga memudahkan didalam
penggunaannya. APAR atau fire extinguishers atau racun api merupakan peralatan
reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A, B dan C.
A. Jenis-jenis APAR berdasarkan isinya:
1. APAR Jenis Air
Pada jenis ini media pemadamnya berupa air yang terletak pada tabung.
Dibuat dalam dua konstruksi yaitu SPT dan GCT. Jarak jangkau pancaran
sekitar 10 ft sampai 20 ft. Dan waktu pancaran sekitar satu menit untuk
kapasitas 2,5 galon. Hanya direkomendasikan untuk kebakaran jenis A,
dengan luas bidang jangkauan sekitar 2500 ft persegi, jarak penempatan
setiap 50 ft.
2. APAR Jenis Busa
Tabung utama berisi larutan sodium bikarbonat (ditambah dengan penstabil
busa). Tabung sebelah dalam berisi larutan aluminium sulfat. Campuran dari
kedua larutan tersebut akan menghasilkan busa dengan volume 10 kali lipat.
Busa ini kemudian didorong oleh gas pendorong (biasanya CO2 ).
3. APAR Jenis Karbon Dioksida
APAR jenis ini memadamkan dengan cara isolasi (smothering) di mana
oksigen diupayakan terpisah dari apinya. Di samping itu CO2 juga
mempunyai peranan dalam pendinginan. Material yang diselimuti oleh
CO2 akan cenderung lebih dingin..
4. APAR Jenis Serbuk Kimia Kering (dry chemical powder)
APAR jenis ini berisi tepung kering sodium bikarbonat dan tabung gas
karbon dioksida atau gas nitrogen (di dalam cartridge) sebagai
pendorongnya. Gas pendorong bisa ditempatkan dalam tabung atau di luar
tabung. Tepung kimia kering bersifat cepat menutup material yang terbakar,
dan mempunyai daya jangkau menutup permukaan yang cukup luas.
5. APAR Jenis Gas Halon dan Pasca Halon
APAR jenis ini biasanya berisi gas halon yang terdiri dari unsur-unsur
karbon, fluorine, bromide dan chlorine. Namun sejak diketemukan lubang
14
pada lapisan ozon yang diduga disebabkan oleh salah satu unsur gas halon
maka menurut perjanjian Montreal gas halon tidak boleh dipergunakan lagi,
dan mulai 1 Januari 1994 gas halon tidak boleh diproduksi.
B. Bagian-bagian APAR
15
Gambar 8. Cara penggunaan APAR
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Definisi kebakaran secara umum adalah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat,
situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan pada umumnya sulit
untuk dikendalikan. Penyebab terjadinya kebakaran meliputi tiga unsur, yaitu:
1. Unsur panas
2. Bahan bakar
3. Agen Oksidator
Terdapat tiga cara untuk mengatasi atau memadamkan kebakaran:
1. Menggunakan karung basah
2. Menggunakan hydrant
3. Menggunakan APAR(Alat Pemadam Api Ringan)
3.2 Saran
Untuk mengurangi korban dan kerugian akibat kebakaran maka kita harus senantiasa
mencegah terjadinya kebakaran serta menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar dan
mudah meledak dari sumber api.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/10383/MjM1Mjg=/APAR-alat-pemadam-api-
ringan-dan-instalasi-hydrant-sebagai-salah-satu-upaya-pencegahan-dan-penanggulangan-
kebakaran-di-area-pabrik-I-PT-Petrokimia-Gresik-abstrak.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemadam_kebakaran
18