Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penanggulangan kebakaran merupakan langkah yang wajib dilakukan olehsetiap orang.
Kebakaran termasuk masalah yang tidak dikehendaki kedatangannya, baik itu dirumah maupun
ditempat kerja. Penyebabnya beragam dari yang sepele sampai ke masalah yang berat. Seperti
membuang putung rokok sembarangan, kebocoran tabung gas sampai konsleting listrik. Contoh
tadimerupakan penyebab yang biasa kita jumpai.

Kebakaran merupakan salah satu peristiwa yang tidak diinginkan dan terkadang tak terkendali.
Oleh karena sifatnya yang membahayakan dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat, maka kebakaran dikatagorikan sebagai salah satu bentuk bencana. Bencana,
menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), adalah “peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam, ataupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis”.

Upaya pemadaman kebakaran biasanya dilakukan secara gotong royong oleh warga dengan
peralatan seadanya, sebelum satuan pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian. Masalah yang
sering terjadi selama ini adalah keterlambatan kehadiran satuan pemadam kebakaran di lokasi
kebakaran. Hal ini bisa disebabkan karena tiga hal. Pertama, kurangnya kesiapsiagaan petugas.
Kedua, padatnya lalulintas di jalan menuju lokasi kejadian. Ketiga, terlambatnya informasi yang
diterima petugas (melalui nomor telepon darurat 113) dari warga yang mengalami bencana
tersebut.

Kebakaran yang diakibatkan adanya kelalaian pada pekerja mungkin sesuatu yang tidak terduga
dan tidak dapat dihindari oleh para pekerja, bukan hanya mengenai APAR (alat pemadam api
ringan) saja yang wajib dimilki pekerja, pengetahuan mengenai berbaga bahaya atau akibat yang
mungkin dapat ditimbulkan apabila pekerja tidak tahu jenis APAR yang cocok atau sesuai
dengan jenis kebakaran. Terjadinya kebakaran besar biasanya di akibatkan karena beberapa
faktor diantaranya : Tidak adanya penanggulangan atau pemadaman api secara dini dengan
menggunakan APAR, kurangnya pengetahuan dan kesadaran serta ketidakpahaman tentang
fungsi dari APAR itu sendiri. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki pekerja
dalam penggunaan APAR, sering mengakibatkan terjadinya kebakaran besar yang merugikan
perusahaan, oleh karena itu kita harus mengubah perilaku pekerja agar menggunakan APAR
pada awal mula terjadinya kebakaran.
APAR merupakan alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api
pada mula terjadinya kebakaran, pada saat api belum terlalu besar. Kondisi APAR yang tidak
sesuai standar akan mempengaruhi kemampuan, kemudahan, dan kesiapan APAR di dalam
mencegah api menjadi besar. penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan analisa mengenai
pengetahuan alat pemadam api ringan (APAR) serta cara perilaku penggunaan dari stakeholder
yang telah ditentukan dengan kesesuaian antara penerapan standar pemasangan, pemeriksaan,
pemeliharaan, dan pengisian ulang APAR.

TUJUAN UMUM

Mengidentifikasi hubungan antara penggunaan APAR dan Fire Blanket untuk pemadaman
kebakaran dengan prosedur pengukuran bahaya dan hasil pengukuran bahaya yang diperoleh
mahasiswa.

TUJUAN KHUSUS

Untuk mengetahui jenis dan penggunaan APAR

Untuk mengetahui penggunaan Fire Blanket

MANFAAT

Menambah pengetahuan mahasiswa tentang penggunaan APAR dan Fire Blanket serta
menambah pengetahuan dalam upaya penyelarasan antara ilmu yang didapat selama
pembelajaran teori dengan keadaan nyata di dalam lingkungan kerja serta bekal dalam
menghadapi permasalahan di masa yang akan datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KEBAKARAN

Kebakaran adalah suatu keadaan darurat yang disebabkan karena terjadinya


kebakaran/ledakan di berbagai tempat yang rawan di atas kapal yang dapat membahayakan
jiwa manusia, harta-benda, dan lingkungan. Sehingga dari definisi tersebut dapat kita
simpulkan bahwa penanganan kebakaran adalah suatu proses atau cara untuk mengatasi
bahaya kebakaran di kapal. Ancaman bahaya kebakaran tergantung dari terkendali atau
tidaknya api yang menyala. Oleh sebab itu dikatakan, bahwa bahaya kebakaran adalah
bahaya yang ditimbulkan oleh adanya api yang tidak terkendali dan dapat mengancam
keselamatan jiwa maupun harta benda. Berikut beberapa definisi kebakaran

1) Menurut Perda DKI No.3 tahun 1992


Definisi kebakaran secara umum adalah suatu peristiwa atau kejadian timbulnya api yang
tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda.
2) Menurut NFPA
Secara umum kebakaran didefinisikan sebagai : suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan
tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada
dalam udara, dan sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta
benda, cidera bahkan kematian.

JENIS ALAT PEMADAM KEBAKARAN


Berikut ini perbedaan jenis alat pemadam api ringan beserta fungsinya:
1) Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical Powder
Jenis alat pemadam ringan serbuk kimia atau dry chemical powder fire
extinguisher terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi
dari Mono-amonium dan ammonium sulphate. Serbuk kering kimia yang
dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan oksigen
yang merupakan unsur penting terjadinya kebakaran.
2)  Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF)
Jenis alat pemadam ringan ini terdiri dari bahan kimia yang dapat membentuk
busa. Busa dapat melindungi dan mematikan api dengan signifikan. Busa AFFF
(Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar akan menutupi bahan yang
terbakar sehingga oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran. APAR Jenis
Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan-bahan
padat non-logam seperti kertas, kain , karet, (kebakaran kelas A).
3) Alat Pemadam Api (APAR) Air / Water
Jenis alat pemadam ringan ini disikan oleh Air dengan tekanan tinggi. APAR jenis
air ini paling ekonomis dan cocok untuk memadamkan api yang dikarenakan oleh
bahan-bahan padat non-logam seperti kertas, kain, karet, plastik, dan lain
sebagainya (kebakaran kelas A).
4) Alat Pemadam Api (APAR) Karbon Dioksida / Carbon Dioxide (CO2)
Jenis alat pemadam ringan ini menggunakan bahan karbon dioksida (carbon
dioxide / CO2) yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengisolasinya. Ini
karena CO2 memiliki masa yang lebih berat dari pada oksigen. Selain itu, CO2
juga memiliki suhu yang cukup dingin sehingga bisa dapat memadamkan api
dengan cara mendinginkan sumber panas pada titik api.
5) Fire Blanket
Fire blanket atau selimut api adalah alat pemadam api kecil berbentuk selimut, terbuat
dari terbuat dari bahan tahan api, seperti benang fiber, serat kaca, serat aramid (Kevlar),
dan kain fiberglass terbentuk dari benang fiber yang melalui proses tenun menjadi kain
yang sangat efisien sebagai bahan peredam panas sampai panas maksimal 550 derajat
celcius.
KLASIFIKASI KEBAKARAN
Kategori kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar.
Dengan adanya kategori tersebut, akan lebih mudah dalam pemilihan media pemadaman
yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran.
Kategori Kebakaran Berdasarkan Per-04/MEN/1980
a) Kelas A- Kebakaran yang di sebabkan bahan padat kecuali logam
b) Kelas B- Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar
c) Kelas C- Kebakaran instalasi listrik bertegangan
d) Kelas D- Kebakaran Logam

Segitiga api

Menurut Ramli (2010), nyala api terjadi karena adanya tiga unsur, yaitu “bahan bakar” (fuel), “panas”
(heat) dan “oksigen” (O2). Bahan bakar (fuel), yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau gas yang
dapat terbakar dan bercampur dengan oksigen dari udara. Panas (heat), yang menjadi pemicu
kebakaran dengan energi yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari
udara. Tanpa adanya udara atau oksigen, maka proses kebakaran tidak dapat terjadi

1. Bahan mudah terbakar

a. Bahan padat : kayu, kertas, karet dan plastik;

b. Bahan cair : bensin, spiritus, solar dan oli;

a. Bahan gas : LNG, LPG.

2. Sumber panas

a. Sumber panas mekanis, misalnya gesekan logam dan benturan logam;

b. Sumber panas listrik, misalnya bunga api listrik, listrik statis petir dan aliran

listrik;

c. Sumber panas berasal dari reaksi kimia eksotermis;

d. Sumber panas dari tenaga nuklir;


e. Sumber panas dari tenaga matahari.

a. Oksigen

Pembakaran tidak akan terjadi apabila kadar oksigen kurang dari 12% dari 21%

oksigen di udara bebas, bahkan terdapat unsur ke empat yang mendukung terjadinya

kebakaran atau disebut reaksi berantai, yaitu tanpa adanya reaksi pembakaran api tidak

dapat hidup secara terus menerus. Teori ini sering disebut dengan tetrahedron of fire.

Proses penjalaran api

Penjalaran api terdiri dari beberapa jenis, kebakaran biasanya dimulai dari kecil kemudian

membesar dan menjalar ke daerah sekitarnya. Penjalaran api menurut Ramli

1. Konveksi

Penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat mallui besi, beton, kayu, atau

dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu ruangan, maka panas dapat merambat melalui

dinding sehingga ruangan, maka panas dapat merambat melalui dinding sehingga ruangan di

sebelah akan mengalami pemanasan yang menyebabkan api dapat merambat dengan mudah.

2. Konduksi

Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara, atau bahan cair lainnya. Suatu

ruangan yang terbakar dapat menyebar panas melalui hembusan angin yang terbawa udara

panas ke daerah sekitarnya.

3. Radiasi

Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau gelombang

elektro-magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses radiasi terjadi proses

perpindahan panas dari sumber panas ke objek penerimanya. Faktor inilah yang sering
menjadi penyebab penjalaran api dari suatu bangunan ke bangunan di sebelahnya.

BAB III
HASIL
3.1 Pengertian APAR
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 04 Tahun 1980 tentang Pemasangan
dan Pemeliharaan APAR menjelaskan bahwa pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
adalah alat yang ringan serta mudah dilayani atau digunakan oleh satu orang untuk
memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
3.2 Komponen Pada APAR
1. Tabung (cylinder/tube)
Tabung adalah bagian luar dari APAR, Tabung APAR (Tube) terbuat dari bahan baja
paduan (mild steel) Alasan penggunaan bahan ini adalah agar tahan terhadap bahan kimia
serta tahan terhadap tekanan yang terukur. Tabungnya sendiri dibuat tanpa adanya las
atau seamless. Tujuannya adalah untuk meminimalisir resiko kebocoran dibandingkan
dengan sambungan las.
2. Valve
Valve berfungsi sebagai katup untuk mengatur dan mengontrol aliran keluarnya
media(isi) di dalam tabung.
3. Handle atau Tuas APAR
Komponen ini berfungsi sebagai pegangan dan juga membantu si valve untuk
mengeluarkan isi dari tabung atau membuka dan menutup katup valve tersebut.
4. Hose atau Syphon tube
Komponen ini berfungsi untuk menyalurkan isi dari media di dalam APAR. Biasanya
hose memiliki beberapa tipe tergantung dengan berat berapa kilo tabung yang akan
dipakai.
5. Nozzle
Komponen nozzle ini biasanya terhubung dengan hose. Nozzle ini juga memiliki fungsi
untuk mengarahkan dimana sumber api tersebut.
6. Pressure gauge / indicator
Komponen ini fungsinya untuk mengetahui berapa besar tekanan N2 dalam tabung
APAR. Tujuannya juga sebagai indikator untuk memantau tekanan APAR tetap stabil.
7. Nozzle Holder
Komponen ini digunakan hanya untuk dudukan selang pada tabung. Yang biasanya
terdapat di bagian bawah samping tabung dan tidak bisa berpindah2 atau sudah melekat.
8. Safety Pin
Safety pin atau biasa disebut pin pengaman sebagai pengaman pada tabung APAR. Pin
pengaman ini biasanya terletak pada bagian atas handle APAR. Jika pin pengaman ini
tidak dibuka ketika terjadi kebakaran, maka APAR tidak akan berfungsi.
9. Bracket atau Hanger
Komponen yang berguna sebagai gantungan untuk APAR.

10. Media APAR


Isi dari alat pemadam kebakaran, rata - rata di Indonesia ada 4 jenis isi alat pemadam ini
yaitu CO2, powder, foam, dan Gas Halon.
3.3 Cara Penggunaan APAR
1.) Pilih jenis alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan bahan yang terbakar atau kelas
kebakaran.
2.) Usahakan selalu mengikuti arah angin pada waktu memadamkan.
3.) Praktikkan kaedah PASS ketika menggunakan APAR seperti :
a.) Pull (tarik) : tarik segel keselamatan / safety pin
b.) Aim (tujuan) : arahkan nozel ke arah puncak api
c.) Squeeze (tekan/remas) : tekan handle untuk menyemprotkan media pemadam api.
d.) Sweep (sapu) : gerakkan nozel ke kanan dan ke kiri untuk menyegerakan proses
pemadaman.
3.4 Pemasangan APAR
Pemasangan APAR merupakan suatu kegiatan memasang APAR baik meletakkan atau
menggantungkannya pada dinding yang berpedoman pada peraturan yang berlaku.
Pemasangan APAR sesuai dengan Permenakertrans No 04/MEN/1980 yaitu :
1) Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat
dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan agar tidak sukar dijangkau ketika terjadi kebakaran.
2) Pemberian tanda pemasangan APAR harus berwarna dasar merah berbentuk segitiga
sama sisi dengan ukuran 35 cm, tinggi huruf “alat pemadam api” 3 cm berwarna dasar
putih warna huruf hitam bold, tinggi tandah panah 7,5 cm berwarna putih.
3) Tinggi pemberian tanda pemasangan APAR adalah 125 cm dari dasar lantai, kecuali jenis
CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat,
jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai
agar tidak merusak dan mempengaruhi isi APAR.
4) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran agar efisien dalam waktu serta biaya.
5) Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu
dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 - 20 meter.
6) Semua tabung alat pemadam api ringan berwarna merah.
7) Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati sudah
berlubang-lubang atau cacat karena karat.
8) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding
dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan
dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
9) Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu
melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C kecuali apabila alat pemadam api ringan
tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas agar tidak merusak bagian
isi APAR.
10) Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan
tutup pengaman agar tidak mudah terkontaminasi oleh suhu dan cuaca.
3.5 Pengertian Fire Blanket
Fire blanket atau selimut api adalah alat pemadam api kecil berbentuk selimut, terbuat dari
terbuat dari bahan tahan api, seperti benang fiber, serat kaca, serat aramid (Kevlar), dan kain
fiberglass terbentuk dari benang fiber yang melalui proses tenun menjadi kain yang sangat
efisien sebagai bahan peredam panas sampai panas maksimal 550 derajat celcius.
Selimut api atau fire blanket biasanya dipersiapkan dan digunakan untuk memadamkan kelas
kebakaran B (benda cair mudah terbakar), kelas kebakaran F (lemak dan minyak untuk
memasak) dan kelas kebakaran A (benda padat mudah terbakar).  Pada dasarnya, selimut api
terbuat dari bahan yang tahan api. Sehingga, bisa untuk memadamkan api kecil atau untuk
membungkus individu yang terkena api.
3.6 Penggunaan Fire Blanket
Tarik selimut api dari wadahnya dan pegang erat-erat pada tali kainnya.
Untuk mencegah terkena jilatan api pada tangan dan lengan, pastikan kamu membungkus
tangganmu dengan ujung fire blanket.
 Berjalan menuju titik api dengan fire blanket sebagai perisai di depan, perhatikan arah
angin dan jangan melawan arah angin saat menuju ke titik api.
 Letakan fire blanket di atas titik api dengan hati-hati dan perlahan, jangan sekali-kali
melempar fire blanket di titik api, karena dapat memicu bara api menyebar.
 Pastikan kamu telah menutupi seluruh area kebakaran untuk memutus aliran oksigen,
sehingga api bisa padam.
 Tunggu sampai asap putih menggepul sebagai tanda api sudah benar-benar padam.
3.7 Perbedaan Bahan Fire Blanket
 Wol
Wol secara alami memiliki kandungan nitrogen dan air yang tinggi. Sifat ini membuat
bahan ini sangat tahan api. Hal penting lainnya yang penting adalah wol tidak meleleh,
menetes atau menempel pada kulit saat terbakar. Dengan demikian, wol adalah serat
yang sangat baik untuk digunakan sebagai selimut api.
1. Titik bakar pada suhu tinggi 550-600 °C.
2. Indeks oksigen tinggi (tingkat oksigen yang memicu bahan untuk terbakar).
3. Dapat padam sendiri saat terbakar.
4. Panas pembakaran rendah (jumlah panas yang keluar dalam proses pembakaran).
5. Aman untuk digunakan untuk kebakaran elektrikal (kelas kebakaran C).
 Fiberglass
Fiberglass adalah bahan selimut api yang paling efektif dan umum di pasaran. Bahan
fiberglass terbuat dari anyaman benang kaca dengan bentuk fleksibel. Bahan tersebut juga
merupakan campuran benang silikon atau fiberglass berlapis grafit.
Selimut api yang terbuat dari fiberglass dapat digunakan sebagai “perisai” terhadap
kebakaran, karena tidak hanya melindungi dari api tetapi juga panas. Selimut api fiberglass
dapat melindungi dari suhu yang lebih tinggi daripada wol. Fiberglass dapat tahan terhadap
panas api dari 260 °C. Bahan ini juga dapat menahan percikan logam cair hingga 1200 ° C.
Maka dari itu, fire blanket fiberglass sering digunakan di rumah, kantor, pabrik, bengkel,
dll.
 Tekstur padat dan lembut.
 Toleransi panas yang lebih tinggi dari wol.
 Kuat dan tahan bahan kimia.
 Terbaik untuk kebakaran yang kelas kebakaran B dan minyak dan F.

3.8 Teknik Pemadaman Api/Kebakaran


Terdapat 4 (empat) teknik pemadaman api / kebakaran. Dengan mempertimbangkan unsur –
unsur dan reaksi yang membentuk terjadinya api, maka dengan cara menyingkirkan salah satu
dari unsur- unsur tersebut, ataupun reaksi yang terjadi maka akan memadamkan api. Adapun
teknik pemadaman api tersebut adalah sebagai berikut :
1.) Smothering (menyelimuti), adalah teknik pemadaman dengan cara memisahkan uap
bahan bakar dengan oksigen (udara).
2.) Cooling (mendinginkan), adalah teknik pemadaman dengan cara menyerap panas
(menurunkan suhu) dari bahan bakar yang terbakar, sehingga proses pembakaran akan
terhalang.
3.) Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar), teknik pemadaman dengan cara
memutus persediaan bahan bakar.
4.) Breaking Chain Reaction, teknik pemadaman dengan cara memutus rantai reaksi kimia
atau reaksi pembakaran, atau dengan menangkap radikal-radikal bebas agar tidak dapat
melanjutkan proses pembakaran dari api tersebut. Penangkapan radikal-radikal bebas
dapat menggunakan agen gas seperti CO2 atau N2 yang memiliki suhu sangat rendah dan
membeku bila terkena anggota tubuh serta dapat mengakibatkan frosbit, atau
menggunakan agen lain seperti gas halon (sudah dilarang karena merusak lapisan ozon)
atau menggunakan agen gas seperti Argonite, Inergen, dan lainlain (Widayana &
Wiratmaja, 2014).
Kepmenaker RI No. KEP-186/ MEN/ 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja.
Kebakaran. 2020. Diakses 4 Desember 2022 pada. https://lib.ui.ac.id/pemadam-S-5629-
Kebakaran.pdf
Defara. 2022. Jenis Alat Pemadam Kebakaran. https://www.orami.co.id/magazine/jenis-alat-
pemadam-ringan diakses pada 7 Desember 2022

http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/pengenalan-apar-alat-pemadam-api-ringan/
http://repository.pip-semarang.ac.id/956/
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126431-S-5629-Evaluasi%20dan-Pendahuluan.pdf

Anda mungkin juga menyukai