Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)


KEBAKARAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

NAMA : KARINA NABILA DEZA


KELAS : 1 EGB
NIM : 062240412354
PRODI : DIV - TEKNIK ENERGI
DOSEN : Tahdid, S.T.,M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH………….……………………………………………….….4
1.3 TUJUAN……………………..……………………………………………………….4
BAB II…………………………………………………………………….………………...…5
2.1 PENGERTIAN KEBAKARAN……….………………………….……………………..5
2.2 CARA PENYEBARAN KEBAKARAN…………………………………………..……6
2.3TEKNIK PEMADAM KEBAKARAN………………………………...………………...7
2.4 ALAT PEMADAM……………………………………………………………………...8
2.5 TANGGAP DARURAT PEMADAMAN………….……………………………..…….9
2.6 CARA PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARA…...10

BAB III……………………………………………………………………………………….12
KESIMPULAN……….……………………………………………………………………...12
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………….13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran merupakan salah satu peristiwa yang tidak diinginkan dan terkadang tak
terkendali. Oleh karena sifatnya yang membahayakan dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat, maka kebakaran dikatagorikan sebagai salah satu bentuk bencana.
Bencana, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), adalah “peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam, ataupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda
dan dampak psikologis”.

Daerah perkotaan (terutama kawasan dengan permukiman padat penduduk) merupakan


daerah yang rentan terhadap terjadinya bencana kebakaran. Berdasarkan data dari Badan
Penanggulangan Bencana Daerah-Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Kota Padang, kebakaran
yang terjadi di Kota Padang selama tahun 2015 adalah sebanyak 357 kasus, dengan kerugian
mencapai Rp 34 miliar lebih. Di Provinsi DKI Jakarta, bencana kebakaran yang terjadi
bahkan mencapai angka rata-rata 800 kasus per tahun atau sekitar 67 kasus per bulan. Angka-
angka tersebut menunjukkan bahwa masalah kebakaran di perkotaan perlu mendapat
perhatian serius, terutama dalam hal pencegahan dan penanggulangannya.

Kebakaran di perkotaan umumnya terjadi akibat hubungan singkat arus listrik


(korsleting) pada kabel/alat listrik, kebocoron pada pipa saluran tabung gas LPG, atau akibat
kelalaian manusia itu sendiri seperti lupa mematikan api kompor, api pembakaran sampah,
atau api puntung rokok[4]. Selain oleh faktor manusia, kejadian kebakaran juga dapat
disebabkan oleh alam seperti petir, gempa bumi, letusan gunung api, kekeringan, dan lain
sebagainya.

Upaya pemadaman kebakaran biasanya dilakukan secara gotong royong oleh warga
dengan peralatan seadanya, sebelum satuan pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian.
Masalah yang sering terjadi selama ini adalah keterlambatan kehadiran satuan pemadam
kebakaran di lokasi kebakaran. Hal ini bisa disebabkan karena tiga hal. Pertama, kurangnya
kesiapsiagaan petugas. Kedua, padatnya lalulintas di jalan menuju lokasi kejadian. Ketiga,

3
terlambatnya informasi yang diterima petugas (melalui nomor telepon darurat 113) dari
warga yang mengalami bencana tersebut.

Penyebab pertama dapat diatasi dengan meningkatkan kedisiplinan petugas. Penyebab


kedua dan ketiga dapat diatasi dengan menyediakan atau membuat suatu sistem deteksi dan
penyampaian informasi kebakaran secara otomatis kepada pihak kepolisian dan petugas
pemadam kebakaran. Jika terjadi kemacetan menuju lokasi kebakaran maka petugas
kepolisian akan melakukan penertiban jalan sehingga petugas pemadam kebakaran bisa
menuju lokasi kebakaran tanpa adanya hambatan.

Beberapa penelitian terkait dengan sistem penyampaian informasi kebakaran telah


dilakukan, antara lain dengan menggunakan sistem detektor kebakaran berbasis
mikrokontroler yang mengirimkan informasi melalui handphone. Oleh karena itu selain untuk
menyelesaikan tugas dari mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja ini , saya menyusun
makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi bedasarkan Tujuan makalah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Kebakaran?
2. Cara Penyebaran Kebakaran?
3. Bagaimana Teknik Pemadaman Kebakaran?
4. Apa saja Alat-alat yang digunakan untuk memadamkan Api?
5. Apa Tanggap Darurat Kebakaran?
6. Cara Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Mengetahui Pengertian Kebakaran.
2. Mengetahui Cara Penyebaran Kebakaran.
3. Mengetahui Teknik Pemadaman Kebakaran.
4. Mengetahui Alat-alat yang digunakan untuk memadamkan Api.
5. Mengetahui Tanggap Darurat Kebakaran.
6. Cara Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEBAKARAN

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
kehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan. Klasifikasi kebakaran Yang
dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran
berdasarkan pada jenis benda / bahan yang terbakar. Menurut NFPA (National Fire
Protection Association) kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur
yang harus ada, yaitu : bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang berakibat menimbulkan
kerugian harta benda, cidera bahkan kematian. Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
oleh adanya ancaman potensial dan derajatnya pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran
hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan.19 Menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan umum No. 26/PRT/M/2008 pasal 1 bahwa “bahaya kebakaran adalah bahaya yang
diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejakdari awal
terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan.”

Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut diharapkan akan lebih mudah atau lebih
cepat dan lebih tepat mengadakan pemilihan media pemadaman yang akan digunakan untuk
melaksanakan pemadaman. Klasifikasi kebakaran sesuai dengan bahan bakar yang
terbakardan bahan pemadaman untuk masing-masing kelas yaitu :

Kelas A Temasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakar
biasa, misalnya : kertas, kayu, maupun plastic. Cara mengatasinya yaitu bisa dengan
menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik penyulutan, serbuk
kering untuk mematikan proses pembakaran atau menggunakan halogen untuk memutuskan
reaksi berantai kebakaran Kelas B Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan
cairan combustible dengan cairan flammable, seperti bensin, minyak tanah, dan bahan serupa
lainnya. Cara mengatasinya dengan bahan foam Kelas C Kebakaran yang disebabkan oleh
listrik yang bertegangan untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan bahan pemadaman
kebakaran non kondusif agar terhindar dari sengatan listrik Kelas D Kebakaran pada bahan
logam yang mudah terbakar seperti titanium, alumunium,magnesium, dan kalium. Cara
mengatasinya yaitu powder khusus kelas ini

5
2.2 PENYEBARAN KEBAKARAN

Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling berhubungan, yaitu
adanya material, adanya oksigen dan adanya sumber panas (suhu panas yang berlebihan)
hingga menyebabkan munculnya api yang semakin membesar dan tidak terkendali. Segitiga
api dapat diatasi agar tidak terjadi persenyawaan yang dapat menimbulkan api dan akhirnya
membesar menjadi kebakaran, caranya adalah dengan memperkecil kemungkinan ketiga
unsur tersebut berkumpul dalam suatu ruang.

Api bermula adanya suatu massa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan dalam
proses kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai pelepasan energi atau
panas. Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil, kemudian membesar dan menjalar ke
daerah sekitarnya. Penjalaran api menurut Soehatman Ramli, dapat melalui beberapa cara
yaitu :

1. Konveksi

Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi, beton,
kayu, atau dinding. Jika terjadi kebakaran disuatu ruangan, maka panas dapat merambat
melalui dinding sehingga ruangan di sebelah akan mengalami pemanasan yang menyebabkan
api dapat merambat dengan mudah.

2. Konduksi

Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara, atau bahan cair lainnya.
Suatu ruangan yang terbakar dapat menyebarkan panas melalui hembusan angin yang
terbawa udara panas ke daerah sekitarnya.

3. Radiasi

Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau
gelombang elektro-magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses radiasi ini,
terjadi proses pemindahan panas (heat transfer) dari sumber panas ke objek penerimanya.
Faktor inilah yang sering menjadi penyebab penjalaran api dari suatu bangunana ke bangunan
lain di sebelahnya.

6
2.3 TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN

Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu atau
beberapa unsur dalam proses nyala api , beberapa cara memadamkan api yaitu :
A.    Pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah dengan cara
pendinginan/menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak dapat menimbulkan uap atau
gas untuk pembakaran. Salah satu bahan yang efektif terbaik menyerap panas adalah Air.
Pendinginan permukaan biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan yang mudah
terbakar dan memiliki flash point dibawah suhu air yang dipakai untuk pemadaman. Oleh
karena itu media air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebakaran dari bahan cairan mudah
terbakar dengan flash point di bawah 100 oC atau 37 oC.
B.      Penyalimutan (smothering)

Pendinginan dengan menggunakan oksigen (smothering), dengan


membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api akan dapat padam.
Pemadaman kebakaran dengan cara ini dapat lebih cepat apabila uap yang terbentuk dapat
terkumpul di dalam daerah yang terbakar, dan proses penyerapan panas oleh uap akan
berakhir apabila uap tersebut mulai mengembun, dimana dalam proses pengembunan ini akan
dilepasnya sejumlah panas.

C.   Mengurangi/memisahkan benda yang belum terbakar dengan cara diurai (starvation)

o  Menjauhkan benda yang belum terbakar

o  Menutup kran aliran minyak/gas yang terbakar

o  Merobohkan salah satu bangunan guna melindungi bangunan yang jumlahnya lebih
banyak dan belum terbakar

D. Dilusi

· Meniupkan gas inert untuk dapat menghalangi unsur O2 menyalakan api.

· Menggunakan media gas CO2.

E.  Pemisahan Bakar Mudah Terbakar

7
· Memisahkan bahan yang muda terbakar dari unsur api supaya api tidak mudah
menjalar

ke bahan yang belum terbakar agar api tidak semakin besar dan akan mudah di

padamkan.

· Dapat memindahkan bahan- bahan yang mudah terbakar dari jangkauan api.

F. Pemutusan Rantai Reaksi

· Memutuskan rantai reaksi api dengan menggunakan bahan yang tertentu untuk dapat

mengikat radikal bebas pemicu rantai reaksi dari sebuah api.

2.4 ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMADAMKAN API

Kita perlu mengetahui kelas-kelas (golongan) kebakaran atau sumber penyebab


terjadinya api supaya jenis APAR yang dipergunakan efektif dalam mengendalikan
kebakaran tersebut. Dalam Permenaker No. Per-04/MEN/1980, kelas atau golongan
kebakaran dibagi menjadi 4 golongan yaitu Golongan A, B, C dan D.
Berikut ini adalah Kelas atau Golongan Kebakaran beserta Jenis APAR yang efektif untuk
memadamkannya :

– Kebakaran Kelas A

Kebakaran Kelas A merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan


padat non-logam seperti Kertas, Plastik, Kain, Kayu, Karet dan lain sebagainya. Jenis APAR
yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas A adalahAPAR jenis Cairan (Water),
APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

– Kebakaran Kelas B

Kebakaran Kelas B merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan


cair yang mudah terbakar seperti Minyak (Bensin, Solar, Oli), Alkohol, Cat, Solvent,
Methanol dan lain sebagainya. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas
B adalah  APAR jenis Karbon Diokside (CO2), APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis
Tepung Kimia (Dry Powder).

8
– Kebakaran Kelas C

Kebakaran Kelas C merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh Instalasi


Listrik yang bertegangan. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas C
adalah APAR jenis Karbon Diokside (CO2) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

– Kebakaran Kelas D

Kebakaran Kelas D merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan


logam yang mudah terbakar seperti sodium, magnesium, aluminium, lithium dan potassium.
Kebakaran Jenis ini perlu APAR khusus dalam memadamkannya.

2.5 TANGGAP DARURAT

Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana,
maka Tanggap darurat kebakaran yang bisa kita lakukan saat adalah sebagai berikut ini:

1. Tetap tenang dan jangan panik

2. Segera menuju tangga darurat yang terdekat dengan berjalan biasa dengan cepat
namun tidak berlari

3. Lepaskan sepatu hak tinggi karena menyulitkan dalam langkah kaki

4. Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor/tas tangan

5. Beritahu orang lain / tamu yang masih berada di dalam ruangan lain untuk segera

melakukan evakuasi

6. Bila pandangan tertutup asap, berjalanlah dengan merayap pada tembok atau

pegangan pada tangga, atur pernafasan pendek-pendek

7. jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-orang di belakang anda

dan menghambat evakuasi

8. Segeralah menuju titik kumpul yang ada di tempat tersebut untuk menunggu instruksi

berikutnya

9
2.6 Cara Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

A. Petunjuk Pencegahan Kebakaran


1. Perhatikan Instalasi Listrik.

Periksa secara berkala instalasi listrik di rumah, apabila ada kabel rapuh, sambungan atau
stop kontak yang aus atau tidak rapat segera ganti dengan yang baru

2. Periksa Kondisi Dapur

Periksa kondisi tungku masak (baik kompor minyak maupun kompor gas, selang, tabung
dll) segera ganti apabila ada komponen yang rapuh atau bocor.

3. Tempatkan Bahan-bahan Yang Mudah Terbakar Pada Ruangan Khusus.

Bahan-bahan yang mudah terbakar tidak ditempatkan bercampur dengan bahan yang
dapat menimbulkan reaksi kebakaran.

B. Petunjuk Penanggulangan Saat Kebakaran

Saat Kebakaran di Gedung Perkantoran yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pelajari lokasi pintu darurat saat anda berada dalam suatu ruangan.
2. Tata letak bel tanda bahaya kebakaran dan alat pemadam kebakaran serta
selang air. Pecahkan kaca bel tanda bahaya yang paling dekat.
3. Gunakan alat pemadam atau selang air terdekat, jika api masih dapat dikontrol,
namun jangan ambil resiko untuk diri anda jika api tidak bisa dipadamkan,
tutup semua pintu dan segera tinggalkan ruangan/gedung lewat tangga darurat.
4. Jika terdengar alarm tanda bahaya segera persiapkan diri meninggalkan
ruangan. Jika terdengar seruan untuk meninggalkan ruangan melalui pengeras
suara maka segera tinggalkan ruangan melalui pintu darurat terdekat.
5. Jangan buang waktu untuk mengemasi barang-barang, selamatkan diri anda
terlebih dahulu.
6. Lewati tangga darurat dan jangan menggunakan lift.

10
7. Jika anda terjebak di ruangan, beritahu operator melalui telepon lokasi anda
segera basahi handuk atau kain lalu letakkan di bawah pintu agar asap tidak
masuk ke ruangan.
8. Jika baju anda terbakar berhenti lah sejenak dan berbaring lah. Tutup muka
Anda dan berguling-gulinglah perlahan untuk mematikannya (jangan berlari
sebab akan membesarkan api dengan oksigen).
jika anda memutuskan untuk menangani sendiri terlebih dahulu, ingat, pada kasus kebakaran
yang melibatkan minyak, Jangan pernah menyiram api yang bersumber dari kebakaran
minyak dengan air. Air selalu lebih berat dari minyak. Air yang anda siram tidak akan
memadamkan api, malah membantu api membesar dan menyebar dengan cepat karena
minyak selalu berada di atas air.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada,
yaitu : bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta
benda, cidera bahkan kematian. Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya
ancaman potensial dan derajatnya pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan.

Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling berhubungan, yaitu
adanya material, adanya oksigen dan adanya sumber panas (suhu panas yang berlebihan)
hingga menyebabkan munculnya api yang semakin membesar dan tidak terkendali. Cara
memadamkan api : Pendinginan (cooling) ; Penyalimutan (smothering) ;
Mengurangi/memisahkan benda yang belum terbakar dengan cara diurai (starvation) ; Dilusi ;
Pemisahan Bakar Mudah Terbakar : Pemutusan Rantai Reaksi

Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana,

12
DAFTAR PUSTAKA

1. https://damkar.bandaacehkota.go.id/2021/04/02/antisipasi-pencegahan-dan-
upaya-penanggulangan-kebakaran/
2. https://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/08/jenis-jenis-fungsi-dan-cara-
menggunakan-apar-alat-pemadam-api-ringan/
3. https://bpbd.kulonprogokab.go.id/detil/139/mengenal-bencana-kebakaran#
4. https://upp.ac.id/blog/pengertian-definisi-api-dan-kebakaran
5. http://scholar.unand.ac.id/29593/2/BAB%20I.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai