B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kebakaran?
2. Bagaimana konsep dasar terjadinya api?
3. Apa penyebab kebakaran?
4. Bagaimana klasifikasi kebakaran?
5. Bagaimana klasifikasi bahaya kebakaran?
6. Apa Kerugian akibat kebakaran?
7. Apa saja Sarana Proteksi Aktif?
8. Bagaimana Cara Menanggulangi dan Mencegah Bahaya Kebakaran?
9. Apa saja Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Kebakaran?
10. Apa saja Penyakit Akibat Kebakaran?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kebakaran
2. Untuk mengetahui konsep dasar terjadinya api
3. Untuk mengetahui penyebab kebakaran
4. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran
5. Untuk mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran
6. Untuk mengetahui kerugian-kerugian akibat kebakaran
7. Untuk mengetahui sarana proteksi aktif kebakaran
8. Untuk mengetahui cara menanggulangi dan mencegah bahaya kebakaran
9. Untuk mengetahu undang-undang dan peraturan pemerintah tentang kebakaran
10. Untuk mengetahui penyakit-penyakit akibat kebakaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBAKARAN
a. Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluar kemampuan dan
keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan suatu proses
kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini
dikenal sebagai segitiga api (fire triangle) (respository.usu.ac.id).
Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya 3 faktor yang menjadi unsur
api, yaitu: bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan oksigen. Kebakaran dapat
terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya. Tanpa
adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat menyala. Teori ini dikembangkan
oleh W.H Haessler (1974). Menururt beliau, kebakaran disebabkan oleh empat
faktor, yaitu, bahan bakar, bahan pengoksidasi, suhu, dan reaksi berantai. Ke
empat unsur ini disebut Bidang Empat Api atau istilah lainnya ialah The
Tetahedron of Fire (Zaini, 1998).
b. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak
kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI, 1992).
c. Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak dikehendaki bersama,
karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat (Departemen penerangan RI,
1978).
Berdasarkan bentuknya benda yang dapat terbakar di bagi menjadi tiga (3)
golongan yaitu :
a. Benda padat
b. Benda cair
c. Benda gas
b. Menurut peraturan daerah DKI tahun 1971 yang di maksud dengan klasifikasi
kebakaran yaitu :
a. Kelas A
Yang termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah
terbakar biasa, misalnya: kertas, kayu, maupun plastik. Cara mengatasinya
yaitu bisa dengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di
bawah titik penyulutan, serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran
atau menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi berantai kebakaran.
b. Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti cairan
combustible dengan cairan flammable, seperi bensin, minyak tanah, dan bahan
serupa lainnya. Cara mengatasi dengan bahan foam.
c. Kelas C
Kebakaran yag di sebabkan ole listrik yang bertegangan untuk mengatasinya
yaitu dengan menggunakan bahan pemadam kebakaran non kodusif agar
terhindar dari sengatan listrik.
d. Kelas D
Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium,
alumumium, magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus
kelas ini.
b. Jalan petugas
Gambar 1. APAR
i. Karakteristik APAR :
1) APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk segala jenis
kebakaran, oleh karena itu sebelum menggunakan APAR perlu
diidentifikasi jenis bahan terbakar.
2) APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat, APAR
kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar
3) Waktu ideal: 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu maksimum terus
menerus 8 detik.
Pilih yang Zat kimia kering (Dry CO2 Halo Air Zat kimia basah (Wet
sesuai Chemical) n Chemical)
Multi Sodium Purpl Carbo Halo Water Pump Loaded
propos bikarbona eK n n Tank Stream
e t dioxid 1211
e
Serba NaHCO3 CO2 Air Tanki& Busa
guna bertekana Pompa Bertekana
n n
A Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya
B Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya
C Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Keteranga Bekerja dengan cepat Bahan ini tidak Murah, sesuai untuk Sesuai
n disarankan tersedia pada meninggalkan bahan bangunan, untuk lab.
gudang bahan bakar minyak bekas. Sesuai rumah, gedung, Dan
dan gas, mobil serta bahan alat elektronik sekolah, perkantoran tempat
mudah terbakar lainya dan gudang dsb. bahan
bahan kimia
pemakaian
Petunjuk Lepas pena kunci, genggam Lepas pena Lepas Pegang Lepas
Pemakain handel dan arahkan moncong kunci, pena moncong pena
di bawah api genggam kunci, . kunci,
handel genggam Dipompa genggam
& arahkan handel , guyur handel
moncong ke & guyur bahan & guyur
sumber api bahan terbakar bahan
bakar bakar
c. Alat Pemadam Kebakaran Besar
Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja secara otomatis.
1) Hidran Kebakaran
Instalasi Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadaman air bertekanan yang di alirkan melalui pipa-pipa
dan selang kebakaran. Sistim ini terdiri dari persediaan air, pompa perpipaan,
kopling, outlet dan inlet serta selang dan nozzle (SNI 225-1987).
Sedangkan berdasarkan jenis dan penempatanya, hidran menurut SNI 225-1987
terdiri dari:
a) Hidran gedung
Hidran gedung tediri dari dua persyaratan yaitu:
iii. Persyaratan teknis
Diameter selang maksimal 1,5 inci
Minimal debit air 380 liter/menit
Tekanan air maksimal ,5 kg/cm2
Diameter pipa (kopling) 2,5 inci
b) Hidran halaman
i. Persyaratan teknis
Debit hidran 950 liter / menit
Tekanan maksimal 7kg/cm dan tekanan minimum 4,5kg/cm
Diameter selang 2,5 inci
ii. Persyaratan umum
Pilar hidran di pasang pada ketinggian 50cm dari permukaan tangga
Jarak pilar hidran di pagar 1 m
Hidran haaman mudah terihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh
benda- benda lain
Pilar hidran harus di cat merah
Selang hidraan dalam keadaan baik
Penceghahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakran tergantung lima (5)
prinsip pokok (Suma’mur,1996) sebagai berikut :
a) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik
b) Pembuatan bangunan tahan api
c) Pengawasan yang teratur dan berkala
d) Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamannya
e) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat kebakaran
Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentan dan persyaratan terknis dalam proteksi
kebakaran pada bangunan mliputi :
a) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan
peralatan sistem proteksi kebakaran
b) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisi resiko bahaya dan
stadart serta ketentuan yang berlaku
c) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan
disebarluaskan
d) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap kebakaran
secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis yang berlaku.
e) Perlu dilakkukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk menjamin
agar sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi siap pakai.
d) Bila terjadi kebakaran besar: bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain
untuk pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam
kebakaran.
e) Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan
tenang.
Sedangkan menurut Soedharto (1985), Teknik Dasar Pemadaman Kebakaran ada tiga
macam :
1. Urai
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menyingkirkan/menguraikan bahan-
bahan yang terbakar. Contohnya pada kejadian kebakaran sebuah rumah, agar
cepat padam maka sebagian bangunannya (dinding, kayu, dll) dirusak atau
dirobohkan. Hal itu dilakukan agar api tidak sempat berkobar lebih besar, dan
jangan sampai menjalar ke tempat lain.
2. Pendinginan
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara menurunkan kadar panas. Dalam hal
ini air adalah bahan pemadam yang pokok. Contohnya penyemprotan air pada
kebakaran rumah. Hal ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan cara yang
pertama tadi.
3. Isolasi
Adalah pemadaman kebakaran dengan cara mencegah reaksi udara. Cara ini
disebut juga dengan lokalisasi, yaitu membatasi atau menutup benda-benda yang
terbakar agar tidak berhubungan dengan udara bebas. Contohnya, pemadam
kebakaran minyak dengan menggunakan bahan pemadam yang disebut busa.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak
kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan. Kebakaran
merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat
mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup
besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Adanya
kasus kebakaran yang terus meningkat menyebabkan pemerintah mengeluarkan
undang-undang dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya
kebakaran sejak dini sangat penting agar masyarakat mengetahui adanya potensi
bahaya kebakaran di semua tempat, antara lain, di rumah, tempat kerja, tempat
ibadah, tempat-tempat umum dan lain-lain. Sehingga, kasus kebakaran di
Indonesia bisa diminimalisir.
3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami materi dan
persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan mengenai kebakaran
dan bagaimana upaya untuk menanggulangi dan mencegah kebakaran sehingga
kasus kebakaran dapat diminimalisir. Selain itu, dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat dilakukan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai
pengkajian ini
DAFTAR PUSTAKA