Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PRATIKUM SPPK

ALAT PEMADAM API TRADISIONAL (APAT)

NAMA : Dena Eka Pujiwisanti Putri

Kelas : K3-4C

NRP : 0519040079

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2021
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

TUGAS PENDAHULUAN

1. Bagaimana Proses terjadinya Api jelaskan jawaban saudara?


Soehatman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu
saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar
dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segitiga
api (fire triangle). Menurut teori ini kebakaran terjadi karena adanya
tiga faktor yang menjadi unsur api yaitu:
• Bahan bakar, yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau
gas yang dapat terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara.
• Sumber, yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi
yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan
oksigen dari udara.
• Oksigen, terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau
oksigen, maka proses kebakaran tidak dapat terjadi. Dari peristiwa
diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa api dibentuk dari ketiga
unsur yaitu oksigen, bahan bakar, dan sumber panas apabila salah
satu unsure tidak terpenuhi maka tidak akan terbentuk suatu api, maka
dalam penanggulangan kebakaran perlu halnya memperhatikan ketiga
unsure tersebut. Bahkan masih ada unsur keempat yang disebut
reaksi berantai, karena tanpa adanya reaksi pembakaran maka api
tidak akan menyala terus-menerus. Keempat unsur api ini sering
disebut juga Fire Tetra Hidran. Pada proses penyalaan, api mengalami
empat tahapan mulai dari tahap permulaan hingga menjadi besar,
berikut penjelasannya:
1. Incipien Stage (Tahap Permulaan)
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas,
tetapi terbentuk partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan
selama periode tertentu

2. Smoldering Stage ( Tahap Membara)


Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat


sebagai “asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang
signifikan.

3. Flame Stage

Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai
berkurang sedangkan panas meningkat.

4. Heat Stage : Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan
gas beracun dalam jumlah besar. Transisi dari flame stage ke heat
stage biasanya sangat cepat seolah-olah menjadi satu dalam fase
sendiri.

2. Sebutkan media pemadam kebakaran tradisional yang anda ketahui


dan bagaimana cara pemadaman kebakarannya?
Alat pemadam api tradisional juga memiliki kelebihan, berikut
kelebihannya dan cara menggunakan:
a. Pasir Kelebihan :
- Baik digunakan pada kebakaran di lantai / tanah datar.
- Media pasir juga bisa dipakai untuk memadamkan api pada
awal terjadi kebakaran atau jika api masih dalam skala kecil.
- Pada lingkungan yang terdapat bahan minyak, media pasir
bisa digunakan untuk membendung tumpahan bahan
minyak.
b. Karung goni Kelebihan :
- Cocok untuk kebakaran minyak atau kompor
- Mudah didapatkan
c. Air Kelebihan :
- Cocok untuk kebakaran benda padat non logam seperti
kertas, kain, plastik dan kayu
- Mudah didapatkan dan digunakan
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran disebakan oleh suatu kondisi dimana bertemunya
unsur oksigen(O2), bahan bakar, dan panas menjadi satu atau biasa
dikenal dengan segitiga api. Kebakaran sendiri merupakan dimana
kondisi awal api dapat dikendalikan namun adanya suatu kesalahan
api tersebut menjadi tidak terkendali dan melahap bahan bakar yang
berada disekitarnya. Menurut lokasi kebakaran dibagi menjadi
beberapa bagian salah satunya yaitu kebakaran pemukiman. Kebakar
pemukiman umumnya disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik,
kompor meledak dan kegiatan membahayakan lainnya. Terdapat pada
beberapa daerah pemukiman yang padat penduduk serta bangunan
yang berhimpitan sehingga menyebabkan api menjalar semakin cepat
dan akses pemadam kebakaran yang sulit saat melewati gang
pemukiman tersebut, maka dari itu menyebabkan terhambatnya
pemadam kebakaran untuk memberikan pemadaman dan evakuasi
saat terjadinya kebakaran. Maka perlunya memberikan tindakan
pencegahan penanggulangan kebakaran dengan sistem pemadam
kebakaran.
Sistem pemadam kebakaran sangat penting karena setiap
tempat memiliki potensi terjadinya kebakaran baik pada bangunan
gedung, komplek perumahan dan juga hutan, yang semuanya itu
terjadi akibat ulah manusia, kurangnya pengetahuan tentang
kebakaran dan tidak tersedianya peralatan pemadam kebakaran yang
memadai. Kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa harta
benda, manusia dan juga kerusakan lingkungan. Tingkat kedisiplinan
yang masih rendah tentang pentingnya menyediakan sarana/ alat
pencegahan/ penanggulangan kebakaran sehingga kebakaran masih
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

tidak dapat ditanggulangi (Supangat, 2015). Alat pemadam kebakaran


tradisional merupakan solusi termudah untuk menanggulangi
kecelakaan kebakaran saat dalam kondisi terdesak yaitu dengan
memanfaatkan peralatan yang berada di rumah dengan menggunakan
karung goni yang dibasahi oleh air, menutup sumber api dengan
ember sehingga tidak terdapat kadar oksigen yang dapat
menyebabkan nyala api, lalu yang terakhir dapat memanfaatkan pasir.
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk memberikan wawasan
baru kepada pembaca dalam menanggulangi dan melakukan
pencegahan saat terjadinya kebakaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menggunakan alat pemadam kebakaran
tradisional dengan aman ?
2. Bagaimana menggunakan alat pemadam kebakaran tradisonal
dengan tepat?
3. Bagaimana mengatur kecepatan dalam menggunakan alat
pemadam kebakaran tradisional?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penggunaan alat pemadam kebakaran api
tradisional dengan aman
2. Dapat menggunakan alat pemadam api tradisional dengan
tepat
3. Dapat mengatur kecepatan penggunaan alat pemadam
kebakaran tradisional.
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Kebakaran


Untuk mengetahui apa itu alat pemadam api tradisional maka
kita harus mengetahui arti definisi dari kebakaran , karena alat
pemadam api tradisional mampu memadamkan dan menanggulangi
bahaya kebaaran. Berikut dibawah ini merupakan beberapa definisi
kebakaran dari bebearapa ahli :
 Menurut (Ramli, 2010)
Kebakaran adalah serangkaian peristiwa yang melibatkan api serta
tidak terkendali serta membahayakan kehidupan manusia beserta
barang barang lainnya.
 Menurut Perda DKI No.3 tahun 1992
Definisi kebakaran secara umum adalah suatu peristiwa atau kejadian
timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat membahayakan
keselamatan jiwa maupun harta benda.
 Menurut NFPA
Secara umum kebakaran didefinisikan sebagai: suatu peristiwa
oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan 39
bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan
sumber energi atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta
benda, cidera bahkan kematian.
 Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI)
kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan
mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen
(sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahayaa, asap,
uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lain.
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

Kesimpulan yang diambil dari beberapa definisi diatas,


kebakaran merupakan suatu kejadian dimana terdapat tiga unsur yaitu
osigen, bahan bakar, dan sumber panas bersatu membentuk suatu api
yang tidak dapat dikendalikan sehingga menimbulkan kerusakan harta
benda hingga kematian.

2.2 Teori Api


Soehatman Ramli menjelaskan bahwa api tidak terjadi begitu
saja tetapi merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar
dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal dengan segitiga
api (fire triangle). Menurut teori ini kebakaran terjadi karena adanya
tiga faktor yang menjadi unsur api yaitu:
• Bahan bakar, yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair atau
gas yang dapat terbakar yang bercampur dengan oksigen dari udara.
• Sumber, yaitu yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi
yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan
oksigen dari udara.
• Oksigen, terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau
oksigen, maka proses kebakaran tidak dapat terjadi.

Gambar 2.1 segitiga api


Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

Dari peristiwa diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa api


dibentuk dari ketiga unsur yaitu oksigen, bahan bakar, dan sumber
panas apabila salah satu unsure tidak terpenuhi maka tidak akan
terbentuk suatu api, maka dalam penanggulangan kebakaran perlu
halnya memperhatikan ketiga unsure tersebut. Bahkan masih ada
unsur keempat yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya
reaksi pembakaran maka api tidak akan menyala terus-menerus.
Keempat unsur api ini sering disebut juga Fire Tetra Hidran.

2.1 Gambar tetrahidran

Pada proses penyalaan, api mengalami empat tahapan mulai


dari tahap permulaan hingga menjadi besar, berikut penjelasannya:

2. Incipien Stage (Tahap Permulaan)


Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas,
tetapi terbentuk partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan
selama periode tertentu

2. Smoldering Stage ( Tahap Membara)


Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat


sebagai “asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang
signifikan.

3. Flame Stage

Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai
berkurang sedangkan panas meningkat.

4. Heat Stage

Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun
dalam jumlah besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya
sangat cepat seolah-olah menjadi satu dalam fase sendiri.

2.3 Klasifikasi Kebakaran


Bedasarkan ketentuan yang berlaku kebakaran dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kelas bedasarkan jenis bahan yang
terbakar sebagai berikut :
 Kategori kebakaran bedasarkan Per-04/MEN/1980
 Kelas A : bahan padat kecuali logam seperti kayu, ertas, plastic
dll.
 Kelas B : Bahan bakar cair dan gas seperti bensin, solar,
minyak tanah, alcohol, gas LPG dan sejenisnya
 Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan
 Kelas D : bahan logam seperti magnesium, alumunium, kalium
dll.
 Kategori kebakaran bedasarkan NFPA 10 tahun 2018 :
 Kelas A yaitu kebakaran pada material yang mudah terbakar,
misalnya kebakaran kertas, kayu, plastic, karet, busa dan lain-
lain
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

 Kelas B yaitu kebakaran bahan cair yang mudah menimbulkan


nyala api (flammable) dan cairan yang mudah terbakar
(combustible) missal kebakaran bensin, solven, cat, alcohol,
aspal, gemuk, minyak, gas LPG, dan gas yang mudah terbakar.
 Kelas C yaitu kebakaran listrik yang bertegangan
 Kelas D yaitu kebakaran logam, misalnya magnesium, titanium,
sodium,lithium, potassium, dll.
 Kelas E yaitu kebakaran disebabkan oleh Bahan-Bahan
Radioaktif
 Kelas K Kebakaran pada peralatan memasak dimana termasuk
medianya seperti minyak sayur-sayuran dan hewan, dan lemak

Maka dapat ditarik kesimpulan dari kedua peraturan tersebut,


dapat dikategorikan

1. Kelas A : bahan umumnya berasal dari bahan bakar padat


yang tidak mengandung unsur listrik,logam dan minyak.
2. Kelas B : Bahan bakar cair seperti minyak, gas bensin, solar
yang tidak dapat dipadamkan dengan air.
3. Kelas C : berhubungan dengan tegangan listrik
4. Kelas D : yaitu kebakaran yang` disebabkan oleh logam.
2.4 Tenik Pemadaman Kebakaran
Berbeda bahan pembakar suatu kebakaran maka berbeda pula
dalam memadamkan kebakaran tersebut, yang akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Cooling
Menurunkan suhu benda yang terbakar hingga dibawah titik
nyalanya
 Menggunakan bahan dasar air
 Biasanya disemprot dengan air
2. Something
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungan bahan


bakar dengan O2/ udara yang diperlukan bagi terjadinya proses
pembakaran. Cara ini dilakukan dengan (digunakan untuk
kebakaran kelas B/ bahan bakar cair ) :
 Selimut api (skala tradisional)
 Karung basah (skala tradisional)
 Lumpur/ pasir/ tanah (skala tradisional)
 Dengan foam (busa)
3. Starvation
Mengurai/ mengurangi jumlah bahan yang terbakar. Cara ini
dilakukan dengan cara :
 Memisahkan benda yang terbakar
 Menjauhkan benda yang belum terbakar
 Menutup kran pada instalasi gas/ minyak
4. Breaking Chain Reaction :
Pemutusan rantai reaksi pembakaran dapat juga
dilakukan secara fisik,kimia atau kombinasi fisik-kimia. Secar
fisik nyala api dapat dipadamkan dengan peledakan bahan
peledak ditengah-tengah kebakaran. Secara kimia pemadaman
nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan
yang dapat menyerap Hidroksit (OH) dari rangkaian reaksi
pembakaran. (Supangat, 2015)
Menurut (Supangat, 2015) Bahan-bahan tersebut dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1. Logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical).
2. Ammonia berupa tepung kimia kering
3. Halogen yeng berupa gas dan cairan
5. Dilution/ melemahkan
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

Cara ini sama halnya dengan somethering, hanya saja


pada cara ini seperti mengurangi konsentrasi dari setiap unsure
pembentuk api ( Heat, fuel, Oxygen) dengan memadukan 4
teori diatas. Dan mengurangi kadar O2 di udara sampai batas
minim sehingga pembakaran tidak dapat berlangsung
 Meniupkan gas inert ( menghalangi unsure oksigen menyalakan
api )
 Menggunakan media gas CO2
2.5 Alat Pemadam Api Tradisional
Menurut (Handoko, 2019 )Alat pemadam api tradisional bisa
didapatkan dari sumber daya alam dan benda yang bisa dimanfaatkan
untuk memadamkan api. Sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan
adalah air dan pasir. Benda yang bisa digunakan untuk memadamkan
api adalah selimut kain tebal atau karung goni.
Air bisa digunakan secara langsung dengan menyiramkannya
menggunakan ember atau selang. Sedangkan untuk pasir, bisa
dilempar secara langsung di atas titik api untuk memadamkan
kebakaran. Dan untuk kain goni, harus dibasahi terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk menutupi titik api sumber kebakaran.
Cara pengoperasian alat pemadam api tradisional cukup mudah
untuk dilakukan tetapi lebih berbahaya bila dibandingkan dengan alat
pemadam api modern karena alat pemadam api modern sudah
dirancang untuk memadamkan api dengan aman, cepat dan efektif.
Maka dalam menggunakan alat pemadam api tradisional perlu
memperhatikan keselamatan Alat pemadam api tradisional juga
memiliki kelebihan, berikut kelebihannya dan cara menggunakan:

a. Pasir Kelebihan :

- Baik digunakan pada kebakaran di lantai / tanah datar.


Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

- Media pasir juga bisa dipakai untuk memadamkan api pada


awal terjadi kebakaran atau jika api masih dalam skala kecil.
- Pada lingkungan yang terdapat bahan minyak, media pasir
bisa digunakan untuk membendung tumpahan bahan
minyak.

b. Karung goni Kelebihan :

- Cocok untuk kebakaran minyak atau kompor


- Mudah didapatkan

c. Air Kelebihan :

- Cocok untuk kebakaran benda padat non logam seperti


kertas, kain, plastik dan kayu
- Mudah didapatkan dan digunakan
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan dan alat
3.1.1 Bahan :
1. Tong tempat pembakaran
2. Karung
3. Solar
4. Kayu bakar
5. Peralatan kategori 1 (Peralatan yang cara pengoperasian
dan perawatannya mudah, risiko penggunaan rendah,
akurasi kecermatan pengukurannya rendah, serta sistem
kerja sederhana yang pengoperasiannya cukup dengan
menggunakan panduan (SOP, manual)

3.1.2 Perlengkapan :
1. Safety helmet
2. Safety shoes
3. Mask
4. Safety gloves
5. Wearpack (baju praktek)

3.2 Langkah Kerja Pengoprasian

Mulai

Ambil karung dari tempatnya (karung sudah dalam


keadaan basah)

Pegang karung pada ujungnya

A
Dena Eka Pujiwisanti Putri A
0519040079

Berlari kearah api/terjadinya kebakaran

Hempaskan karung kearah api dengan posisi


membungkuk

Biarkan sampai api padam

Lakukan kegiatan tersebut sampai benar-benar


mahir mnggunakan media pemadam kebakaran ini

Selesai
Dena Eka Pujiwisanti Putri
0519040079

DAFTAR PUSTAKA

Association, N. F. (2018). 1 Fire Code 2018. Amerika Serikat.

Handoko, L., & dkk. (2019). Job Sheet Pemadam Api Tradisional. Surabaya:
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Supangat, A. R. (2015). Modul Sistem Pemadam Kebakaran Untuk Mata


Pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di SMK
Darunnajah Banjarmangu. Tugas Akhir Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta , 38-45.

Anda mungkin juga menyukai