DI KELURAHAN PETOAHA
KECAMATAN NAMBO
KOTA KENDARI
2022
KELURAHAN : PETOAHA
KECAMATAN : NAMBO
KOTA : KENDARI
KELURAHAN : PETOAHA
KECAMATAN : NAMBO
KOTA : KENDARI
RABEN J1A119117 2
FITRIYANI J1A119032 3
ANJELI J1A119230 11
TISNA J1A119320 14
ii
KATA PENGANTAR
iii
Kabupaten/Kota Kendari yang telah memberikan banyak pengetahuan
serta memberikan motivasi kepada kami.
4. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
5. Bapak Muhammad Ichsan, Sp selaku Kepala Kelurahan Petoaha.
6. Tokoh-tokoh masyarakat kelembagaan Kelurahan dan tokoh-tokoh agama
beserta seluruh masyarakat Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo,
Kabupaten/kota Kendari atas kerjasamanya sehingga pelaksanaan kegiatan
PBL dapat berjalan dengan lancar.
7. Seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang
telah membantu sehingga laporan ini bisa terselesaikan.
Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa laporan PBL ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun.
Kami berdoa semoga Allah Azza Wajalla. selalu melindungi dan
melimpah kan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dan semoga laporan PBL ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tim Penyusun
iv
HALAMAN PENGESAHAN
KELURAHAN : PETOAHA
KECAMATAN : NAMBO
KABUPATEN/KOTA : KENDARI
Mengetahui :
Menyetujui :
v
DAFTAR ISI
vi
B. Saran............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
LAMPIRAN...........................................................................................................50
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR ISTILAH
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan landasan manusia agar
dapat menjalani hidup yang wajar dengan dan menikmati kehidupan secara
optimal di dunia ini. Sebagai kebutuhan sekaligus hak dasar, kesehatan harus
menjadi milik setiap orang dimanapun mereka berada melalui peran aktif
individu dan masyarakat untuk sentiasa menciptakan lingkungan yang sehat
serta berperilaku sehat sehingga dapat hidup secara produktif. Upaya yang
dilakukan untuk merealisasikan hal ini ditempuh melalui pembinaan
professional dalam bidang promotif dan preventif yang mengarah pada
pemahaman permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat, untuk
selanjutnya dapat melakukan pengembangan program intervensi menuju
perubahan paradigma dan perilaku kesehatan masyarakat yang sehat
(Martina, dkk., 2021).
Untuk dapat meningkatkan derajat kesejahteraan hidup masyarakat,
perlu diselenggarakan antara lain pelayanan kesehatan (Health Services) yang
sebaik-baiknya. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan di sini
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
kelompok serta masyarakat (Hulu, dkk., 2020).
Sesuai dengan pengertian di atas, maka yang termasuk pelayanan
kesehatan banyak macamnya. Apabila pelayanan kesehatan itu ditujukan
untuk pengobatan dan rehabilitasi, maka disebut dengan pelayanan
kedokteran, sedangkan pelayanan kesehatan yang ditekankan pada upaya-
upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif) yang
sasaran utamnya ditujukan kepada masyarakat, maka pelayanan seperti ini
disebut dengan pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health Services)
(Hulu, dkk., 2020).
1
Ilmu kesehatan masyarakat menurut Winslow (1920) adalah ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan,
melalui “usaha-usaha pengorganisasian masyarakat” untuk perbaikan sanitasi,
lingkungan, pemberantasan penyakit-penyakit menular, pendidikan untuk
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosis dini, dan pengobatan, dan pengembangan rekayasa
sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak
dalam memelihara kesehatannya (Fahiroh & Sitti., 2017).
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan
kesehatan masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi
masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada dalam masyarakat itu
sendiri untuk upaya-upaya preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif
kesehatan mereka sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk
penghimpun dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat
dalam konteks ini pada hakikatnya adalah menumbuhkan, membina dan
mengembangkan partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan.
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, karena memerlukan
pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-
masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya
(Rahman., 2018).
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut World Health
Organization (WHO,1974) yang dikatakan sehat adalah suatu keadaan yang
lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata
bebas dari penyakit dan atau kelemahan. Konsep sehat menurut WHO
diharapkan adanya keseimbangan dalam interaksi antara manusia, makhluk
hidup lain, dan dengan lingkungannya. Kesimpulan dari konsep WHO
tersebut, maka yang dikatakan manusia sehat adalah tidak sakit, tidak cacat,
tidak lemah, bahagia secara rohani, sejahtera secara sosial, sehat secara
jasmani (Notoatmodjo., 2017).
2
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Setiap pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang
lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan
lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian
tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan
baik secara biologis, psikologis maupun sosial budaya (Herlan. dkk, 2020).
Secara kronologis, kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan
kata lain, kesehatan masyarakat ialah sama dengan sanitasi yang mana
kegiatannya merupakan bagian dari pencegahan penyakit yang terjadi dalam
masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit
melalui kegiatan penyuluhan. Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
secara optimal seperti yang telah dicanangkan dalam undang-undang
kesehatan, diperlukan adanya peningkatan kualitas tenaga kesehatan baik
yang bergerak dalam bidang promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitas. Hal
ini dapat diperoleh melalui Pendidikan khusus baik diperguruan tinggi
akademik maupun sekolah lain yang mendidik tenaga khusus di sektor
Kesehatan (Eliana & Sri, 2017).
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) sebagai salah satu institusi
kesehatan yang bergerak dalam bidang promotif dan preventif mempunyai
tanggung jawab dalam meningkatkkan derajat kesehatan. Salah satu mata
kuliah wajib dalam mencapai gelar S.KM yaitu Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL).
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) adalah proses belajar untuk
mendapatkan kemampuan dibidang kesehatan masyarakat. Kemampuan
profesional kesehatan masyarakat merupakan kemampuan spesifik yang harus
dimiliki oleh seorang tenaga profesi kesehatan masyarakat, yaitu dapat
3
menerapkan diagnosis kesehatan masyarakat yang intinya mengenali,
merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat, dapat
mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang
bersifat promotif dan preventif, yang kemudian bertindak sebagai manager
madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan
peneliti, yang selanjutnya dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat
dan dapat bekerja dalam tim yang multidisipliner.
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis. Maka dari itu PBL harus dilaksanakan secara benar dan
berkesinambungan. Kegiatan pendidikan keprofesian yang sebagian besar
berbentuk PBL bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesi kesehatan
masyarakat yang berorientasi kesehatan masyarakat, meningkatkan
kemampuan dasar profesional dalam pengembangan dan kebijakan kesehatan,
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan mendekati problematik
kesehatan masyarakat secara holistik, Meningkatkan kemampuan profesi
kesehatan masyarakat dalam menangani permasalahan kesehatan masyarakat.
PBL ini terdiri dari tahapan mengikuti siklus perencanaan dan evaluasi,
yaitu PBL I, dan II. Maka proses tahapan pemecahan masalah (problem
sloving) didistribusikan pada PBL I dan II. Terkhusus pada kegiatan PBL I
yaitu dilakukan pelaksanaan program intervensi analisis dari faktor-faktor
penyebab prioritas masalah.
Diperlukan pengkajian teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang
relevan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab dari prioritas masalah
tersebut. Inti dari pelaksanaan PBL II adalah untuk mengevaluasi hasil
intervensi yang telah dilakukan di pengalaman belajar lapangan I (PBL).
Kelurahan Petoaha, salah satu kelurahan di Kecamatan Nambo Provinsi
Sulawesi Tenggara menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan PBL II.
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oloe angkatan
2019.
Diharapkan dengan adanya kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan II
(PBL II) dapat membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan di
4
masyarakat Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo Kota Kendari dalam
peningkatan derajat Kesehatan Masyarakat.
5
C. Manfaat PBL I dan II
Adapun manfaat dari pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan I dan
II (PBL I dan II) ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Institusi
Manfaat yang didapatkan untuk institusi adalah mampu mengembangkan
program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat yang ada di Universitas Halu
Oleo, sehingga dapat dikenal khalayak umum.
2. Manfaat Praktisi
Dapat membantu pemerintah desa dalam melaksanakan program-program
yang ada di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kota Kendari dan
untuk mempermudah kerja instansi kesehatan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
3. Manfaat Ilmiah
Dapat menambah pengalaman dengan cara berinteraksi kepada masyarakat
dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan kepada masyarakat
dengan menganalisis suatu masalah kesehatan, sehingga dapat
memberikan solusi terbaik dan dapat mengubah perilaku masyarakat untuk
mengurangi masalah kesehatan.
6
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI
7
sebuah daerah selama jangka waktu yang cukup lama. Terjadinya
perubahan iklim dikarenakan adanya sebuah unsur-unsur yaitu
penyinaran matahari, kelembaban udara, suhu udara, perawanan dan
curah hujan.
Iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-
rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu
bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah,
jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm. Di Kota
Kendari Kecamatan Nambo Kelurahan Petoaha pada umumnya
curah hujan yang terjadi tiap tahun sangat bervariasi tergantung
arus angin yang bertiup di atas wilayahnya. Dibulan Januari hingga
Februari, angin berhembus dari arah timur bersumber dari benua
Australia yang minim uap air. Hal ini menyebabkan terjadinya
musim curah hujan tepatnya dibulan Januari hingga Februari terjadi
musim hujan (curah hujan tinggi), angin berhembus banyak
terkandung uap air yang bersumber dari benua Asia maupun
Samudera Pasifik. Secara menyeluruh daerah Kota Kendari memiliki
suhu tropis.
2. Demografi
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahaan Petoaha
dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
8
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa 1.908 penduduk. Jenis
kelamin yang paling banyak di Kelurahan Petoaha yaitu laki-laki dengan
jumlah 976 orang atau 60,49% dan yang paling sedikit yaitu perempuan
dengan jumlah 60,20%.
Jumlah penduduk di Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Kelompok Umur
No. N
(Tahun) Persentase (%)
1 0-4 160 9,0
2 5-9 180 10,0
3 10-14 190 10,6
4 15-19 218 12,6
5 20-24 170 9,8
6 25-29 133 7,7
7 30-34 128 7,4
8 35-39 205 11,7
9 40-44 77 4,4
10 45-49 80 4,7
11 50-54 55 3,1
12 55-59 25 1,3
13 60-64 55 3,2
14 ≥ 65 56 2,9
Total 1.908 100
Sumber: Data Sekunder 2022
9
Distribusi penduduk di Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo/Kota
Kendari dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
a. RT 01 : 49 kk
Tabel 3. Distribusi jumlah penduduk di RT 1 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
Persentase
No. Jenis Kelamin N
(%)
1. Laki-laki 89 orang 50,86
2. Perempuan 86 orang 49,15
Total 175 orang 100
Sumber : Profil Kelurahan Petoaha 2022
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk
di RT 01 sebanyak 175 orang dengan jumlah penduduk lebih banyak
laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 89 orang atau 50,86%,
penduduk perempuan sebanyak 86 orang atau 49,15%.
b. RT 02 : 58 KK
Tabel 4. Distribusi jumlah penduduk di RT 02 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
Persentase
No. Jenis Kelamin N
(%)
1. Laki-laki 109 orang 53,14
2. Perempuan 96 orang 46,83
Total 205 orang 100
Sumber : Profil Kelurahan Petoaha 2022
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk
di RT 02 sebanyak 205 orang dengan jumlah penduduk lebih banyak
laki-laki. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 96 orang atau 46,83%,
penduduk laki-laki sebanyak 109 orang atau 53,14%.
10
c. RT 03 : 34 kk
Tabel 5. Distribusi jumlah penduduk di RT 03 Kelurahan Petoaha
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
d. RT 04 : 13 kk
Tabel 6. Distribusi jumlah penduduk di RT 04 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
11
e. RT 05 : 34 kk
Tabel 7. Distribusi jumlah penduduk di RT 05 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
f. RT 06 : 37 kk
Tabel 8. Distribusi jumlah penduduk di RT 6 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
12
g. RT 07 : 59 KK
Tabel 9. Distribusi jumlah penduduk di RT 07 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
h. RT 08 : 50 kk
Tabel 10. Distribusi jumlah penduduk di RT 08 Kelurahan Petoaha
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
13
i. RT 09 : 84 kk
Tabel 11. Distribusi jumlah penduduk di RT 09 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
Persentase
No. Jenis Kelamin N
(%)
1. Laki-laki 66 orang 49,62
2. Perempuan 67 orang 50.38
Total 133 orang 100
Sumber : Profil Kelurahan Petoaha 2022
Berdasarkan tabel 11, menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk
di RT 09 sebanyak 133 orang dengan jumlah penduduk lebih banyak
perempuan. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 67 orang atau
50.38%, penduduk laki-laki sebanyak 66 orang atau 49,62%.
j. RT 10 : 43 kk
Tabel 12. Distribusi jumlah penduduk di RT 10 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
Persentase
No. Jenis Kelamin N
(%)
1. Laki-laki 75 orang 50.36
2. Perempuan 74 orang 49,66
Total 149 orang 100
Sumber : Profil Kelurahan Petoaha 2022
Berdasarkan tabel 12, menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk
di RT 10 sebanyak 149 orang dengan jumlah penduduk lebih banyak
laki-laki. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 74 orang atau 49,66%,
penduduk laki-laki sebanyak 75 orang atau 50.36%.
14
k. RT 11 : 64 kk
Tabel 13. Distribusi jumlah penduduk di RT 11 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
l. RT 12 : 60 kk
Tabel 14. Distribusi jumlah penduduk di RT 12 Kelurahan Petoaha,
Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari.
15
B. Status Kesehatan Masyarakat
Kondisi lingkungan di Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo bisa di
tinjau dari 2 aspek yaitu lingkungan fisik dan sosial :
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik dapat ditinjai dari kondisi perumahan, air bersih,
jamban keluarga, pembuangan sampah dan SPAL. kondisi lingkungan
fisik di Kelurahan Petoaha adalah sebagai berikut :
a) Air Bersih
Terdapat dua sumber air bersih utama masyarakat Kelurahan Petoaha
yaitu sumur bor dan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).
Masyarakat pesisir hanya menggunakan air PDAM (Perusahaan Daerah
Air Minum). Dikarenakan tidak adanya lahan yang bisa digunakan
untuk membuat sumur bor. Berdasarkan kualitas airnya, semua sumber
air bersih di Kelurahan Petoaha sudah cukup baik, namun tidak bisa
dikonsumsi. Hal tersebut dikarenakan terdapat kandungan kapur
didalam air tersebut. Namun, sebagian masyarakat mengurangi zat
kapur dalam air dengan cara air dimasak sebelum dikonsumsi.
b) Jamban Keluarga
Sebagian besar masyarakat Kelurahan Petoaha sudah menggunakan
jamban dengan septik tank sendiri, sudah baik dan telah memenuhi
syarat. Namun, didaerah pesisir masih terdapat beberapa keluarga yang
menggunakan jamban cemplung. Tindakan masyarakat yang
membuang tinja melalui jamban cemplung tentu menjadi pencemar
lingkungan dan masyarakat sekitar.
c) Pembuangan sampah dan SPAL
Pada umumnya masyarakat Kelurahan Petoaha memiliki tempat
sampah. Namun, sebagian masyarakat terutama diwilayah pesisir
meskipun telah diberikan tempat sampah oleh pemerintah. Masyarakat
masih terbiasa membuang sampah dilaut. Karena mereka mengaggap
bahwa membuang smpah di laut jauh lebih mudah. Untuk Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL) sebagian besar masyarakat telah
16
memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) namun
pembuangan terakhir langsung mengalirkannya ke dalam selokan dan
langsung ke laut untuk masyarakat pesisir. Dapat disimpulkan bahwa
SPAL yang digunakan belum memenuhi syarat.
2. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi atau organik, segala sesuatu yang bersifat biotis
berupa mikroorganisme, parasit, hewan, tumbuhan, termasuk juga disini
lingkungan prenatal, dan proses-proses biologi seperti reproduksi,
pertumbuhan dan sebagainya. Masyarakat pesisir yang umumnya bertaraf
ekonomi menengah kebawah menyebabkan kurangnya sumber daya
manusia unggul di wilayah tersebut hal ini berakibat pada rendahnya
pendidikan masyarakat, khususnya dalam hal pengelolaan sumber daya
laut dan pesisir. Jika lingkungan pesisir telah mengalami kerusakan
berdampak pada hilangnya mata pencaharian dan penghasilan masyarakat
melalui sektor jasa dan penunjang pariwisata. (Danusaputra, 2017).
Kelurahan Petoaha secara geografi terbagi atas dua wilayah yakni
wilayah pesisir dan daratan. Pada wilayah Pesisir Petoaha hewan terdiri
atas jenis jenis ikan, kerang, kepiting, sotong,dan berbagai hewan pesisir
lainnya. Untuk tumbuhan pada wilayah Pesisir Petoaha yaitu pohon
mangrove. Pada Kelurahan Petoaha memiliki beberapa tempat yang
manjadi hutan mangrove, dimana mangrove tersebut perlu dijaga dengan
cara rehabilitasi agar bermanfaat meningkatnya produksi garam/ikan,
mengurangi abrasi pantai, menahan tiupan angin dari laut ke darat,
semakin banyak tangkapan biota (udang, kepiting, kerang) di pesisir, dan
menjadikan kawasan tersebut menjadi daerah objek wisata. Namun pada
kenyaataanya masyarakat kurang memanfaatkan potensi tersebut secara
maksimal.
Masyarakat wilayah pesisir pada umumnya bermata pencaharian
sangat bergantung terhadap hasil laut. Oleh karena hal ini pentingnya
menjaga ekosistem lingkungan biologis menjadi hal yang sangat penting,
akan tetapi masyarakat pesisir cenderung kurang memperhatikan hal
17
tersebut. Sedangkan pada wilayah Daratan Petoaha umumnya terdiri atas
hewan-hewan ternak seperti ayam, kambing, ular, tikus dan sebagainya.
Untuk tumbuhan pada wilayah Daratan Petoaha umumnya terdiri atas
jambu mente, pohon kelapa, pohon pisang, ubi kayu, bambu dan berbagai
tumbuhan lainnya.
3. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial masyarakat Petoaha sangat baik. Hal tersebut dapat
dilihat dari respon masyarakat dan pihak masyarakat dan kelurahan beserta
perangkat kelurahan yang menerima kegiatan PBL kami dengan baik. Di
Kelurahan Petoaha pada umumnya tingkat pendidikan dan pendapatan
masyarakat sudah cukup , tidak rendah ataupun tinggi. Tingkat Pendidikan
dan pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap status PIS-PK (Program
Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga) dimana dari seluruh
responden kami sebagian besar memilik status PIS-PK (Program Indonesia
Sehat melalui Pendekatan Keluarga) yang cukup baik karena sebagian
besar masuk kategori pra-sehat.
C. Perilaku
Perilaku masyarakat Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo terhadap
pelayanan kesehatan sudah cukup baik. Hal tersebut kami simpulkan
berdasarkan pendataan kami dilapangan bahwa mayoritas masyarakat ketika
sakit akan langsung pergi ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Namun, masyarakat Kelurahan Petoaha masih banyak yang
membuang sampah sembarang tempat, sebagian masih menggunakan jamban
cemplung, dan juga masih banyak masyarakat yang merokok di dalam rumah.
Semua perilaku tersebut merupakan kebiasaan yang akan menjadi faktor
penyebab penyakit bagi masyarakat Kelurahan Petoaha.
18
D. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan merupakan upaya yang di selenggarakan sendiri
maupun secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
1. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan atau masyarakat. Untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, diperlukan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat dalam rangka peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan
tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yang menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
19
Tabel 15. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Petoaha
Sarana dan
No. Kelurahan Jumlah
Pra Sarana
Sarana
Kesehatan Petoaha Nambo Sambuli TondonggeuBungkutoko
Pemerintah
1. Puskesmas
1 1
Induk
Puskesmas
1 1 1 1 4
Pembantu
Sarana
Kesehatan
Masyarakat
2. Posyandu
2 3 2 1 3 11
Balita
Posyandu
1 2 1 1 2 7
Lansia
Kendaraan
Operasional
Kendaraan
3. 2 2
Roda 4
Kendaraan
3 1 1 5
Roda 2
Sumber Data : UPTD Puskesmas Nambo
2. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan sangat penting peranannya dalam setiap daerah
guna meningkatkan pelayanan kesehatan ditempat tersebut. Tenaga
kesehatan Puskesmas Nambo masih kurang dari jumlah yang seharusnya.
Adapun jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Nambo dapat dilihat pada
tabel berikut :
20
Tabel 16. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo
Kecamatan Nambo Kota Kendari
Jumlah
No. Jenis Keterangan Keterangan
(Orang)
1. Dokter Umum 2 Aktif
2. Dokter Gigi 1 Aktif
3. Bidan DIV/S 2 Aktif
4. Bidan D3 3 Aktif
5. S1 Keperawatan 2 Aktif
6. SPK 2 Aktif
7. Perawat Gigi 1 Aktif
8. S1 Farmasi 2 Aktif
9. Kesehatan Masyarakat 5 Aktif
10. Kesehatan Lingkungan 1 Aktif
Sumber : Data SP2TP Puskesmas Nambo
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 29 jumlah Tenaga
kesehatan di Puskesmas Nambo yaitu tenaga kesehatan sudah cukup
tersedia bagi Kecamatan Nambo karena tenaga kesehatan yang ada
tersebut semua berstatus Aktif.
e) Sepuluh Besar Penyakit Tertinggi
Adapun daftar 10 besar penyakit di Puskesmas Nambo
Kecamatan Nambo dapat dilihat pada tabel berikut :
21
Tabel 17. Daftar 10 Besar Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas
Nambo Kecamatan Nambo Kota Kendari
22
balita disebabkan karena menderita infeksi saluran nafas akut
(ISPA). Diperkirakan 2-5 juta bayi dan balita diberbagai negara
setiap tahunnya. Dua pertiga dari kematian ini terjadi pada
kelompok bayi, terutama bayi usia 2 bulan pertama sejak
kelahiran. Kejadian infeksi pernapasan akut terutama bagian atas,
di Negara berkembang dilaporkan antara 4-7 kali per anak per
tahun, ini hampir sama terjadi di Amerika, Afrika dan Asia
(WHO, 2008).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang paling
sering berada dalam daftar 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di
puskesmas maupun di Rumah Sakit. Tahun 2016 di Provinsi
Sulawesi Tenggara, terdapat (2,22%) penderita ISPA, pada tahun
2017 di Provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat (2,39%) penderita
ISPA dan pada tahun 2018 terdapat (3,99%) penderita ISPA (4).
Data Dinas Kesehatan Kota Kendari jumlah penderita infeksi
saluran pernapasan (ISPA) sebanyak (47,34%) orang pada tahun
2016, pada tahun 2017 terdapat (53,15%) dan pada tahun 2018
sebanyak (70,57%) penderita ISPA (Dinas Kesehatan Kota
Kendari, 2018). Data yang diperoleh dari Puskesmas Nambo
penderita ISPA pada tahun 2016 terdapat (11,62%), tahun 2017
angka kejadian ISPA mengalami peningkatan sebanyak (12,09%),
dan pada tahun 2018 mengalami angka kejadian yang sama
sebanyak (12,09%).
b) Gastritis
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
dijumpai di klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radangpada daerah tersebut. Gastritis atau
23
lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah suatu keadaan peradangan
atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus
dan lokal (Suriani, 2017).
Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013 penyakit gastritis banyak dialami pada usia 20
tahun keatas, angka kejadian gastritispada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan pravelensi 274,396 kasusdari
238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan data 10 besar penyakit
di UPT Kesmas(Akhir et al., 2018). Promosi kesehatan salah satu
pendekatan konseling yang baik dan penting yang digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku pencegahan gastritis.
Oleh karena itu, tujuan literature review ini untuk melihat
peningkatan pengetahuan dan perilaku dalam pencegahan gastritis
(Putri et al., 2017).
c) Penyakit Pada sistem otot dan jaringan pengikat (penyakit tulang
belulang, radang sendi, termasuk rematik)
Otot mempunyai peranan penting dalam aktivitas gerak
manusia sehingga gangguan pada otot akan mempengaruhi
aktivitas gerak. Gangguan pada otot dapat terjadi dalam beberapa
bentuk seperti ini :
1) Atrofi
Penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau
kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit
yang disebabkan oleh virus. Virus ini menyebabkan kerusakan
saraf yang mengkoordinasi otot keanggota gerak bawah. Atrofi
adalah penyakit hidung kronis yang khas ditandai dengan atrofi
mukosa hidung progresif, krusta, fetor dan peluasan rongga
24
hidung, atrofi dibagi 2 tipe yaitu atrofi primer dan atrofi
sekunder.
2) Hipertrofi
Otot yang berkembang menjadi lebih besar dan kuat.
Hipertrofi disebabkan aktivitas otot yang kuat sehingga
diameter serabut – serabut otot membesar. Jantung mengalami
hipertropi dalam usaha kompensasi akibat beban tekanan
(pressure overload) atau beban volume (volume overload)
yang mengakibatkan peningkatan tegangan dinding otot
jantung. Hipertrofi karena beban hemodinamik tersebut dapat
berupa hipertropi adaptasi (fisiologis) atau Hipertrofi
(patologi).
3) Hipertensi
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan
besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi
yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer
kesehatan. Hal iłu merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan
data Riskesdas 2013. Di samping iłu, pengontrolan hipertensi
belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak
tersedia.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dałam keadaan
cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dałam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah
25
tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena
iłu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang
peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat
diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.
4) Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas
Infeksi saluran pernafasan atas adalah salah satu infeksi
yang paling umum terjadi di dunia.Hidung adalah tempat
dimulainya proses pernapasan. Di hidung terdapat Rambut-
rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk ke hidung agar udara tersebut
bersih dan tidak kotor. Pada tenggorokan terdapat batang
tenggorokan, di batang tenggorokan tersebut terdapat katup
yang berfungsi untuk membuka dan menutup saluran
pernapasan. Batang tenggorokan kemudian terbagi menjadi
dua yang disebut dengan bronkus, bronkus berfungsi sebagai
jalannya udara menuju paru-paru. Di paru-paru, bronkus
berkembang menjadi lebih banyak, atau disebut juga
bronkiolus. Bronkiolus berakhir alveolus atau gelembung paru-
paru. Di alveolus atau gelembung paru-paru terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Alveolus sangat mudah robek
karena hanya terdiri dari satu pembuluh darah.
5) Penyakit pulpa dan jaringan peripikel
Penyakit pada jaringan pulpa dan periapikal bersifat
dinamis dan progresif karena tanda dan gejalanya yang
bervariasi tergantung pada stadium penyakit dan status pasien.
Pemberian perawatan yang tepat untuk penyakit pulpa yaitu
dengan diagnosis lengkap endodontik dilakukan berdasarkan
tanda dan gejala, pemeriksaan klinis secara menyeluruh dan
pemeriksaan radiograf terperinci (Ali et al., 2015).
Penyebab penyakit pulpa paling utama adalah karies yang
disebabkan oleh bakteri. Karies masih penyebab utama dari
26
kerusakan gigi. Menurut survai kesehatan rumah tangga
(SKRT) Tahun 2004, prepalesis kries di indonesia berkisar
90,05 % menunjukkan tingginya angka penyakit tersebut.
Apabila karies tidak dirawat pada email dan demitn gigi, maka
bakteri dapat berlanjut kepulpa. Namaun, kelainan pulpa tidak
hanya di sebabkan oleh karies tetapi dapat juga disebabkan
oleh trauma, panas, dan kimia. Trauma dapat berasal dari
benturan benda keras panas dapat berasal dari saat preparasi
kafitas, dan kimia dapat berasal dari bahan material saluran
akar (Meilawaty et al., 2015).
6) Gingivitis dan Periodontitis Gingivitis
Gingivitis dan Periodontitis Gingivitis juga umumnya
disebut penyakit gusi atau penyakit periodontal,
menggambarkan kejadian-kejadian yang mulai dengan
pertumbuhan bakteri di dalam mulut anda dan mungkin
berakhir jika tidak dirawat dengan benar dengan kehilangan
gigi yang disebabkan oleh perusakan dari jaringan yang
mengelilingi gigi-gigi anda. Sebenarnya, gingivitis dan
periodontitis adalah dua stadium yang berbeda dari penyakit
gusi.
7) Penyakit kulit alergi
Penyakit kulit alergi adalah reaksi sistem imun tubuh yang
bersifat spesifik terhadap rangsangan suatu bahan yang pada
orang lain biasanya tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Alergi kulit adalah suatu reaksi hipersensitivitas yang diawali
oleh mekanisme imunologis, yaitu akibat induksi oleh IgE
yang spesifik terhadap alergen tertentu, yang berikatan dengan
sel mast. Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang
pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam
lingkungan, disebut alergen faktor sosial budaya.(Wistiani &
Notoatmojo, 2016).
27
8) Penyakit Kulit
Infeksi Kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi
sebagai pelindung tubuh sehingga mudah terjadi iritasi atau
infeksi. Struktur kulit anak dan dewasa serupa, tetapi kulit
anak lebih peka dan fungsinya belum sempurna sehingga
memudahkan terjadinya infeksi kulit. Hampir semua anak pasti
pernah mengalami infeksi kulit pada suatu waktu. Infeksi kulit
dapat dicetuskan oleh beberapa hal, antara lain: kondisi
imunologik, integritas kulit, status gizi, faktor lingkungan
(panas dan kelembaban), serta kurangnya sanitasi dan hygiene.
(Petoaha, 2019).
9) Diare
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Kemenkes
RI, 2015). Diare adalah buang air besar sebanyak tiga kali atau
lebih dalam satu hari dengan konsistensi cair (Brandt, et al,
2015). Diare saat ini masih menjadi masalah yang sulit untuk
ditanggulangi Menurut data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2015, angka kematian akibat diare pada
balita di Nigeria dan India sebanyak 42% dan angka kesakitan
balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut WHO, Penyakit
diare adalah penyebab utama kematian kedua pada anak di
bawah lima tahun, dan bertanggung jawab untuk membunuh
sekitar 525.000 anak setiap tahun. Penyakit diare adalah
penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, dan
sebagian besar hasil dari makanan dan sumber air yang
terkontaminasi. Di seluruh dunia, 780 juta orang tidak
memiliki akses ke air minum yang lebih baik dan 2,5 miliar
tidak memiliki sanitasi yang lebih baik. Diare akibat infeksi
tersebar luas di seluruh negara berkembang (WHO, 2017).
Mayoritas kematian ini 15% disebabkan oleh pneumonia
28
diikuti dengan diare sebanyak 9% (UNICEF, 2016). Perkiraan
angka kematian anak-anak akibat diare di Nigeria adalah
sekitar 151, 700–175.000 per tahun (Dairo dalam Omele,
2019).
29
BAB III INDEKTIFIKSI DAN PRIORITAS MASALAH
30
Tabel 18. Identifikasi Masalah Kesehatan
USG TOTAL
NO. PRIORITAS MASALAH RANKING
U S G
Kurangnya kesadaran
2. masyarakat tentang membuang 5 5 5 125 I
sampah pada tempatnya.
Keterangan:
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat Kecil
31
32
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan prioritas-prioritas masalah di atas,dapat dirumuskan
beberapa alternative pemecahan masalah yaitu, sebagai berikut :
a) Pembuatan tempat pembuangan sampah dari galon bekas
b) Penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), pegolahan
sampah, dan bahaya membuang sampah
c) Pelatihan/peyuluhan penggunaan garam beryodium yang baik dan benar
Dari 3 item alternatif pemecahan masalah tersebut, masyarakat dan
aparat kelurahan kemudian mencari prioritas pemecahan masalah dari
beberapa item yang telah di sepakati bersama. Dalam penentuan prioritas
pemecahan masalah, digunakan metode CARL (Capability, Accesability,
Readiness, Leaverage). Secara umum metode ini digunakan untuk
menentukan prioritas masalah dan metode ini digunakan apabila program
yang dilaksanakan masih memiliki keterbatasan (belum siap) dalam
menyelesaikan masalah.
Metode ini melihat bagaimana kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan suatu kegiatan (capability) apakah kegiatan itu mudah
dilakukan masyarakat atau tidak (Accesability),apakah masyarakat siap untuk
melakukan kegiatan tersebut (Readynees),dan bagaimana daya ungkit dari
kegiatan tersebut bila tidak dilakukan (Leaverage).
33
Tabel 19. Alternatif Pemecahan Masalah
2 PHBS, pegolahan
sampah, dan bahaya 4 4 5 3 240 II
membuang sampah
Pelatihan/peyuluhan
3 penggunaan garam
beryodium yang baik 3 2 3 2 36 III
dan benar
Sumber : data Agustus 2021
Keterangan :
5 = Sangat menjadi masalah
4 = Menjadi masalah
3 = Cukup menjadi masalah
2 = Kurang menjadi masalah
1 = Tidak menjadi masalah
Berdasarkan tabel dengan menggunakan metode CARL diatas, dapat di
rumuskan prioritas alternatif pemecah masalah kesehatan di Kelurahan
Petoaha Kecamatan Nambo seperti yang tertera pada tabel tersebut. Pada saat
pengambilan keputusan ketika Brainstorming bersama masyarakat Kelurahan
Petoaha telah menyepakati satu alternatif Pemecahan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Alternatif secara fisik adalah pembuatan tempat sampah dari galon bekas
2. Alternatif secara Non Fisik adalah Penyuluhan Tentang penanganan
masalah sampah.
34
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI
A. Pembahasan
a. Intervensi Fisik (Pembuatan Tong Sampah Mini)
Pada saat rapat pertemuan untuk menyepakati kembali program-program
yang telah disepakati pada Pengalaman Belajar Lapangan I. Tong sampah
mini adalah hal yang cukup penting untuk menunjang kesehatan masyarakat
terutama masalah kebersihan lingkungan di daerah pesisir Petoaha. Dimana
tong sampah hanya ditempatkan dirumah-rumah yang berada langsung
dipinggir jalan utama, sedangkan untuk rumah-rumah yang sudah memasuki
lorong jalan hanya beberapa yang memeiliki tong sampah. Maka untuk itu
kami mengusulkan untuk membuat tong sampah mini yang bahan utamanya
terbuat dari galon air minum bekas. Hal ini merupakan hasil pertimbangan
dari masyarakat dan aparat kelurahan pada saat rapat Brainstorming di
Kelurahan Petoaha. Adapun pembagian tong sampah mini tersebut kami
bagikan disepanjang lorong yang meliputi RT 08-12 dan RW 04-05. Dalam
hal pembiayaan 100% dari kami tim PBL kelompok 11. Pembuatan tong
sampah mini ini hanya memakan waktu kurang lebih 2 hari 1 malam.
b. Intervensi Non Fisik ( Penyuluhan Tentang penanganan masalah Sampah)
Program kegiatan intervensi non fisik yang kami laksanakan berdasarkan
hasil kesepakatan bersama dengan masyarakat Kelurahan Petoaha yaitu
penyuluhan tentang sampah di kelurahan petoaha. Penyuluhan yang kami
laksanakan pada tanggal 21 Juli 2021 ini membahas tentang bagaimana cara
mengatasi permasalahan seputar sampah. Kegiatan ini kami selenggarakan
dengan sistem door to door pada kediaman masyarakat di wilayah pesisir
Kelurahan Petoaha dengan menghadirkan perwakilan-perwakilan masyarakat
seperti ibu RW, ibu RT, dan ibu-ibu yang berada disekitar lingkungan
sosialisasi. Pada saat penyuluhan kami juga memberikan edukasi mengenai
proses daur ulang sampah. Kami mengedukasi masyarakat cara mendaur
34
ulang sampah yang masih bisa digunakan kembali sehingga dapat mengatasi
permasalahan sampah yang ada di kelurahan.
Adapun tujuan kami mengadakan penyuluhan yaitu untuk memberikan
edukasi dan menambah pengetahuan masyarakat mengenai cara penanganan
sampah dengan baik dan benar yang ada di Kelurahan Petoaha.
B. Pelaksanaan Evaluasi
1. Jadwal Penilaian Dilaksanankan pada PBL III tanggal 25 Januari 2022.
2. Petugas Pelaksana : Mahasiswa PBL III Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo di Kel.Petoaha Kec. Nambo Kota Kendari.
3. Data yang Diperoleh
a. Evaluasi Pemanfaatan Tempat Penampungan Sampah OrganikPersentase
Pemanfaatan
35
Kesimpulan
sebagai berikut:
a. Kegiatan intervensi yang telah kami rancang pada PBL I ( Satu) lalu,
program yang kami lakukan cukup mendapatkan dukungan dari Kelurahan
Petoaha beserta jajaran serta berbagai elemen masyaarakat. Hal ini di
36
karenakan program yang kami tawarkan selaras dengan komitmen
Kelurahan Petoaha yang berkeinginan untuk memberantas pemukiman
kumuh. Terbukti dengan banyaknya bantuan dari pihak kelurahan dan
jajaran masyarakat lainnya yaitu dengan memberikan bantuan berupa
sumbangan galon-galon bekas dari masyarakat untuk tempat sampah yang
akan di salurkan kepada masyarakat serta bantuan alat transportasi dan
kelurahan memberikan bantuan berupa lahan untuk penanaman toga serta
alat dan tanaman untuk penanaman toga yang mendukung program yang
kami bentuk sehingga berjalan dengan baik.
b. Kegiatan intervensi non fisik yang kami lakukan yaitu penyuluhan
penanganan masalah sampah tentang bagaimana cara mengatasi
permasalahan seputar sampah, mendapat respon dan dukungan yang sangat
baik dari pihak masyarakat pesisir di Kelurahan Petoaha, masyarakat
sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan kami. Setelah melakukan
penyuluhan kami menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan
staf lurah di Kelurahan Petoaha.
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat selama pelaksanaan kegiatan PBL II yaitu
sebagai berikut:
a. Faktor cuaca yang tidak mendukung menyebabkan kami harus menunda
kegiatan beberapa kali.
37
merugikan segala aspek yang menyangkut setiap kegiatan dan perilaku
masyarakat. Untuk mewujudkan kebersihan lingkungan, dibutuhkan kesadaran
dari masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan (Slamet, 2016).
Sampah merupakan konsekuensi nyata dari aktivitas yang dilakukan
manusia dalam kehidupannya, karena hampir seluruh kegiatan manusia akan
meninggalkan sisa atau bekas yang disebut dengan sampah. Salah satu dampak
akibat laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya volume sampah yang
diproduksi. Meningkatnya jumlah penduduk juga meningkatkan volume sampah.
Selain itu, perubahan pola konsumsi masyarakat juga telah menciptakan jenis
sampah yang kompleks (Chotimah, 2015).
Pada kegiatan PBL II ini kami menjadikan minimnya tempat pembuangan
sampah sebagai salah satu prioritas masalah. Oleh karena itu kami membuat
tempat percontohan tong sampah mini yang terbuat dari galon bekas. Karena
hanya sebagai tempat sampah percontohan, maka diharapkan masyarakat
Kelurahan Petoaha khususnya dibagian pesisir mampu membuat tempat sampah
dengan memanfaatkan apa yang ada disekitar serta dapat dimanfaatkan dengan
baik sesuai dengan kegunaannya.
1. Pembuatan Tong Sampah
Pada intervensi ini, pembuatan dan pembagian tong sampah mini yang
berada di Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo. Alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan pembuatan tong sampah mini yaitu galon bekas,
tali, piloks dan cat yang bersumber dari 100% dana mahasiswa. waktu yang
dibutuhkan untuk membuat tong sampah memakan waktu 2 hari 1 malam.
2. Pembagian Tong Sampah
Pembagian tong sampah ini di dampingi oleh ketua Camat Nambo,
tujuan agar dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan fungsinya. output yang
didapatkan dari intervensi ini yaitu tersebarnya 15 tong sampah yang tersebar
di daerah pesisir Kelurahan Petoaha dan setelah dilhat tong sampah yang telah
diberikan masih ada beberapa dipergunakan dengan baik.
38
E. Evaluasi Intervensi Non Fisik
1. Penyuluhan tentang Penanganan Masalah Sampah
Pada intervensi non fisik ini, berdasarkan kesepatan bersama kami
mengadakan penyuluhan tentang penanganan masalah sampah dengan metode
door to door pada masyarakat pesisir di Kelurahan Petoaha. Penyuluhan yang
kami laksanakan pada tanggal 13 september 2021 ini membahas tentang
bagaimana cara mengatasi permasalahan seputar sampah. Kegiatan ini kami
selenggarakan di RW 4, RT 8 Kelurahan Petoaha dan Taman Kelurahan
Petoaha. Pada saat penyuluhan kami juga memberikan edukasi mengenai
proses daur ulang sampah yang masih bisa digunakan kembali sehingga dapat
mengatasi pemasalahan sampah yang ada di Kelurahan Petoaha. Adapun
tujuan kami mengadakan penyuluhan sampah yaitu memberikan edukasi dan
menambah pengetahuan masyarakat serta diharapkan perubahan sikap
masyarakat dalam pengolahan sampah yang berkaitan dengan intervensi fisik
PBL I yakni pembuatan tempat sampah percontohan yang terbuat dari galon
bekas. Pada kusioner penyuluhan pengelolaan sampah membahas mengenai
pengertian sampah, pembagian sampah, tindakan pengelolaan sampah dengan
prinsip 3R (Reduce,Reuse,Recyele) tetapi diterjemahkan dalam bahasa
indonesia menjadi konsep 3M (Mengurangi,Menggunakan kembali,Mendaur
ulang) agar masyarakat lebih mudah memahami konsep pengelolaan sampah,
cara membuang sampah serta tempat sampah yang baik untuk kesehatan.
39
Kemudian setelah intervensi dilakukan kami memberikan lembar Post test
untuk mengetahui sejauh mana masyarakat mengerti dan paham materi yang
diberikan, dan data yang diperoleh dari hasil Pre-test dan Post-test :
1. Penyuluhan tentang sampah
a) Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang Sampah
b) Tipe Penilaian : Efektivitas Program
c) Tujuan Penilaian : Untuk Memberikan pemahaman tentang sampah dan
cara pemilahannya.
d) Desain Penilaian
Desain penilaian pada kegiatan ini adalah dengan melakukan test. Test
pertama pada PBL I telah di berikan lembaran Pre-Test dan Post-test I
Kemudian pada PBL II kembali di berikan Post-Test II yang di berikan
kepada warga Kelurahan Petoaha.
e) Indikator Keberhasilan
Kegiatan ini dikatakan berhasil jika pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang sampah meningkat.
f) Prosedur Pengambilan Data
Proses pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan memberikan Pre-
Test sebelum dilakukan penyuluhan pada PBL III dan kembali di berikan
Post- Test II pada PBL II yang menjadi acuan penilaian dan indikator
evaluasi.
g) Pelaksanaan Evaluasi
1. Jadwal Penilaian :
Dilaksanakan Pada PBL II tanggal 28 – 31 Januari 2022
2. Petugas Pelaksaan :
Mahasiswa PBL II Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
Oleo Kendari di Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo.
h) Data yang Diperoleh :
40
Responden pada kegiatan ini yaitu 12 orang. Dari hasil uji yang dilakukan
menggunakan program computer antara pre-test dan post-test pengetahuan
masyarakat Kelurahan Petoaha mengenai sampah diketahui bahwa hasil uji
paired test adalah 0,000. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan α (0,05),
maka diperoleh hasil sebegai berikut :
H0 = Tidak ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan.
H1 = Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan.
Tabel 20. Hasil Pre-Test dan Post-Test II Tingkat Pengetahuan Tentang Sampah
di Kelurahan Petoaha Tahun 2022
Kelompok Perlakuan
Pengetahuan Mean Mean
T P
(SD) (CI 95%)
Post test 2 7.80
(0.2) 0.8
2.50 0.017
Pre test 1 6.92 (0.1-1.5)
(0.3)
Keterangan :
H0 ditolak jika p < α
H1 ditolak jika p > α
Hasil p = 0,017
α = 0,05
Jadi : p < α
Kesimpulan :
41
Hasil yang diperoleh, p (0,017) lebih kecil dari α (0,05) sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima. Berarti ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
penyuluhan sampah. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan pada masyarakat Kelurahan Petoaha setelah dilakukan penyuluhan.
Tabel 21. Hasil Post-Test I dan Post Test II Tingkat Pengetahuan Tentang
Sampah di Kelurahan Petoaha Tahun 2022
Kelompok Perlakuan
Pengetahuan Mean Mean
T P
(SD) (CI 95%)
Post test 2 7.80
-0.4
(0.2)
((-0.9) – 1.68 0.101
Post test 1 8.22
0.8)
(0.1)
Keterangan :
H0 ditolak jika p < α
H1 ditolak jika p > α
Hasil p = 0,101
α = 0,05
Jadi : p > α
Kesimpulan :
Hasil yang diperoleh, p (0,101) lebih besar dari α (0,05) sehingga H0
diterima dan H1 ditolak. Berarti tidak ada perbedaan pengetahuan sebelum
dan sesudah penyuluhan tentang sampah. Dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi peningkatan pengetahuan pada masyarakat Kelurahan
Petoaha setelah dilakukan penyuluhan.
42
2. Evaluasi Dampak
a) Penyuluhan Tentang Sampah
Dari Pre-test yang telah dilakukan pada PBL I dan Post-test II yang
dilakukan pada PBL II, 12 Responden secara keseluruhan pada Penyuluhan
Tentang sampah Hasil yang diperoleh, p (0,017) lebih kecil dari α (0,05)
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada perbedaan pengetahuan
antara pre-test dan post-test II dari penyuluhan sampah. Dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pada
masyarakat Kelurahan Petoaha setelah dilakukan penyuluhan.
Dari Post-test I yang telah dilakukan pada PBL I dan Post-test II yang
dilakukan pada PBL II. Hasil yang diperoleh, p (0,101) lebih besar dari α
(0,05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Berarti tidak ada perbedaan
pengetahuan antara post-test I dan post-test II dari penyuluhan mengenai
sampah. Karena pada post-test I dilakukan intervensi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai sampah, sedangkan pada
post-test II tidak dilakukan intervensi sehingga sebagian besar masyarakat
sudah lupa mengenai materi yang telah di berikan. Dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan pengetahuan pada masyarakat
Kelurahan Petoaha setelah dilakukan penyuluhan.
43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL) II di Kelurahan Petoaha, Kecamatan Nambo, Kabupaten/Kota Kendari
yaitu:
a. Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo Kabupaten/Kota Kendari dikepalai
oleh seorang Kepala Kelurahan dan dibantu oleh Aparat Pemerintah
Kelurahan lainnya seperti Sekertaris Kelurahan, Kepala RT 1-12 dan kepala
RW 1-5, Tokoh Agama, Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat yang ada.
b. Karakteristik berdasarkan data yang diperoleh dari data profil Kelurahan
Petoaha, disebutkan bahwa Kelurahan Petoaha memiliki jumlah penduduk
sebanyak 1732 jiwa yang terdiri dari 895 jiwa penduduk laki-laki, dan 873
penduduk perempuan, rata-rata bermata pencaharian wiraswasta dan nelayan.
Kemudian untuk karakteristik menegenai Agama yaitu Masyarakat Kelurahan
Petoaha 1719 mayoritas beragama Islam dengan suku mayoritas adalah suku
Bugis dan Bajo. Norma yang berlaku di Kelurahaan Petoaha ini yaitu menjaga
dan menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh para
leluhur, hal ini terbukti masih berlakunya tatanan budaya serta kearifan lokal
pada setiap prosesi pernikahan,dan khitanan. Sedangkan untuk sarana yang
terdapat di Kelurahan Petoaha antara lain kantor lurah, masjid, Posyandu, TK,
dan SD.
c. Identifikasi masalah dari data primer dan data sekunder pada PBL I dan II di
Kelurahan Petoaha yaitu:
1) Masih banyaknya masyarakat yang merokok.
2) Kurangnya kesadaran masyarakat tentang membuang sampah pada
tempatnya.
3) Kurangnya pengetahuan tentang garam beryodium.
4) SPAL yang tidak memenuhi syarat.
44
d. Berdasarkan prioritas-prioritas masalah di atas,dapat dirumuskan beberapa
alternatif pemecahan masalah yaitu, sebagai berikut :
1) Pembuatan tempat pembuangan sampah dari galon bekas.
2) Penyuluhan tentang PHBS, pegolahan sampah, dan bahaya membuang
sampah di laut.
3) Pelatihan/peyuluhan penggunaan garam beryodium yang baik dan benar.
e. Perilaku masyarakat Kelurahan Petoaha Kecamatan Nambo terhadap
pelayanan kesehatan sudah cukup baik. Hal tersebut kami simpulkan
berdasarkan pendataan kami dilapangan bahwa mayoritas masyarakat ketika
sakit akan langsung pergi ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Namun, masyarakat Kelurahan Petoaha masih banyak yang
membuang sampah sembarang tempat, sebagian masih menggunakan jamban
cemplung, dan juga masih banyak masyarakat yang merokok di dalam rumah.
Semua perilaku tersebut merupakan kebiasaan yang akan menjadi faktor
penyebab penyakit bagi masyarakat Kelurahan Petoaha.
f. Pada kegiatan PBL II ini kami menjadikan minimnya tempat pembuangan
sampah sebagai salah satu prioritas masalah. Oleh karena itu kami membuat
tempat percontohan tong sampah mini yang terbuat dari galon bekas. Karena
hanya sebagai tempat sampah percontohan, maka diharapkan masyarakat
kelurahan petoaha khususnya dibagian pesisir mampu membuat tempat
sampah dengan memanfaatkan apa yang ada disekitar serta dapat
dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan kegunaannya. pada intervensi ini,
pembuatan dan pembagian tong sampah mini yang berada di Kelurahan
Petoaha, Kecamatan Nambo. Alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan pembuatan tong sampah mini yaitu galon bekas, tali, piloks dan
cat yang bersumber dari 100% dana mahasiswa. waktu yang dibutuhkan untuk
membuat tong sampah memakan waktu 2 hari 1 malam.
45
B. Saran
Adapun saran yang dituliskan dalam laporan PBL II ini adalah sebagai
berikut :
a. Diharapkan pemerintah Kota Kendari dapat mengalokasikan anggaran dalam
membantu pelaksanaan program intervensi di Kelurahan Petoaha.
b. Diharapkan pemerintah desa, tokoh masyarakat, pemuda, stakeholder dan
seluruh masyarakat di Kelurahan Petoaha dapat lebih antusias dan dapat
menjaga program yang telah dibangun bersama, sehingga derajat kesehatan
masyarakat di Kelurahan Peoaha dapat semakin meningkat.
c. Mahasiswa PBL diharapkan untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi
dengan mahasiswa PBL terkait peraturan, tata tertib, dan pedoman
pelaksanaan PBL.
d. Masyarakat diharapkan untuk menjaga kebersihan lingkungan, khusunya
pada lingkungan yang berpotensi perkembangbiakan sampah dan nyamuk
agar terhindar dari banjir.
46
DAFTAR PUSTAKA
Firnanda, N., Junaid, & Jafriati. (2017). Analisis Spasial Kejadian Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Kelurahan Puwatu Tahun
2017. JIM Kesmas, 2(7), 1–7.
Fahiroh & Sitti. (2017). PSIKOLOGI DALAM ILMU KESEHATAN, 55-56.
Herlan. dkk. (2020). KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA BUDAYA ETNIS DAYAK
KEBAHAN, 25-26.
Novitasary, A., Sabilu, Y., & Ismail, C. S. (2017). Faktor Determinan Gastritis Klinis
Pada Mahasiswa di Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
Tahun 2016. JIM Kesmas, 2(6), 1–11.
Novitasary, A., Sabilu, Y., & Ismail, C. S. (2017). Faktor Determinan Gastritis Klinis
Pada Mahasiswa di Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
Tahun 2016. JIM Kesmas, 2(6), 1–11.
Rahman. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat, 8-9.
47
Tandi, J. (2017). Tinajuan Pola Pengobatan Gastritis Pada Pasien Rawat Inao RSUD
Luwuk. Jurnal Ilmiah Farmas, 6(3), 355–363.
Victor Trismanjaya Hulu. dkk. (2020). Promosi Kesehatan Masyarakat. yogyakarta:
Yayasan Kita Menulis.
48
LAMPIRAN
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 2. Surat yang digunakan untuk keperluan PBL 2
51
2. Struktur Pemerintah Desa/Kelurahan (Jumlah RT, RW, dan Nama-Nama
Kepala Dusun)
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL SEKRETARIS
Rajuati, SE.
Penata TK. I. III/d
NIP. 19650802 199531 2 001
SEKSI PELAKSANA
PEMBANGUNAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Miyddehan, S. Sos
Penata muda. I. III/b
NIP. 19690415 200701 1 044
52
3. Kuesioner Wawancara/Survei Cepat
Lampiran 4. Kuisioner Pos-Test PBL 2
53
54
55
4. Master Data Hasil Wawancara/Survei Cepat
Lampiran 5. Master Data Hasil Wawancara/Survei Cepat
56
5. Out Put SPSS hasil wawancara/survey cepat
Lampiran 6. Output hasil wawancara/ survei cepat
57
6. Peta/Mapping
Lampiran 7. Peta/ lokasi Kelurahan Petoaha
7. Program Kerja
Lampiran 8. Dokumentasi Program Kerja
Gambar 1. Pembagian Pre-test dan Pos-test
58
Gambar 2. Membersihkan TOGA dan Menanam di Kantor Lurah
59
Gambar 5. Pengecekan penggunaan tong sampah
60