Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No.

2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

HUBUNGAN PENANAMAN NILAI RUKUN KEPADA ANAK TERHADAP


PERILAKU RUKUN TINGKAT SMP

Ulfa Danni Rosada


Kusno Effendi
Amien Wahyudi

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
e-mail: ulfa.rosada@bk.uad.ac.id

Info Artikel Abstrak


Diterima: 14 Nopember Tujuan dalam penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran tentang
2017 hubungan penanaman nilai rukun oleh orangtua kepada anak pada siswa-
Direvisi: 20 Desember siswa SMP Negeri se Kabupaten Bantul. Metode dalam penelitian ini adalah
2017 metode penelitian kuantitatif. Teknik Pengumpulan Data menggunakan
Dipublikasikan: 31 angket penanaman nilai rukun. Dalam penelitian yang dilakukan, teknik yang
Desember 2017 digunakan untuk pengumpulan data adalah angket. Jumlah item angket
Kata Kunci: dalam bentuk dua alternatif jawaban (ya dan tidak), disusun 45 item.
Penanaman nilai rukun, Penelitian dilaksanakan pada empat (4) lokasi yang tersebar di Kabupaten
perilaku rukun Bantul, sebagai berikut: (a) Wilayah Bantul Utara, (b) Wilayah Bantul Barat, (c)
Keyword : Wilayah Bantul Selatan, (d) Wilayah Bantul Timur, (e) Wilayah Bantul Tengah.
Planting of harmonious Teknik Pengambilan Sampel adalah non-random sampling. Teknik analisis data
values, harmonious menggunakan Korelasi Product Moment. Korelasi antara nilai perilaku rukun
behavior dengan nilai penanaman rukun dengan p = 0,71 dan p > 0,05 berarti tidak ada
korelasi antara nilai perilaku rukun siswa dengan nilai penanaman rukun oleh
orang tua kepada siswa. Bila dilihat dari nilai p 0,71 maka p> 0,05 sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara penanaman nilai
rukun oleh orang tua kepada siswa terhadap perilaku rukun siswa.
Abstract
The purpose of the research is want to get a about the relationship by parents to take
great care of planting the value of a child at the public junior high schools all the
kabupaten bantul students. The method in this research is quantitative research
method. Data Collection Techniques using questionnaires implantation on the pillars.
In the research conducted, the technique used for data collection is a questionnaire.
Total item questionnaire in the form of two alternative answers (yes and no), compiled
45 items. The research was conducted in four (4) locations in Bantul, as follows: (a)
The area of Bantul North, (b) Region Bantul West, (c) The area of Bantul South, (d)
The area of Bantul East, (e) The area of Bantul Central. Sampling technique is non-
random sampling. Data analysis techniques using Product Moment Correlation. The
correlation between the value of the behavior of harmony with the value of planting
along well with p = 0.71 and p <0.05 means there is no correlation between the value
of the pillars of the behavior of students with grades of planting the pillars by the
parents to the student. When seen from the value of p 0.71 p> 0.05 so that it can be
concluded that there is no relationship between the implantation on the pillar by the
parents to the students of the pillars of student behavior.
DOI: https://doi.org/10.24176/jkg.v3i2.1731
© 2017 Universitas Muria Kudus
Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 174
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

PENDAHULUAN lain : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan


Krisis ekonomi yang mulai pulih pada remaja, (2) ketidakjujuran yang membudaya,
dekade 1999 pasca-reformasi, walaupun rakyat (3) semakin rendah rasa tidak hormat kepada
kecil masih dihadapkan pada janji-janji para orang tua, guru, dan figur pemimpin, (4)
kandidat yang akan memanfaatkan mereka meningkatnya kecurigaan dan kebencian, (5)
untuk menuju “kursi” empuk kekuasaan, baik penggunaan bahasa yang memburuk, (6)
di legislatif maupun eksekutif, mendorong penurunan etos kerja, (7) menurunnya rasa
secara perlahan-lahan, walaupun tertatih-tatih, tanggung jawab individu dan warga negara, (8)
tubuh bangsa Indonesia untuk bangkit sebagai meningginya perilaku merusak diri, dan (9)
bangsa yang kuat. semakin kaburnya pedoman moral. Untuk
Setelah merdeka lebih dari 60 tahun, mengatasi hancurnya suatu bangsa, maka
Indonesia telah banyak merah kemajuan di orang tua, guru, dan para pemimpin bangsa
bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan harus mampu mendidik, membimbing
keagamaan. Hal ini ditunjukkan dengan generasi muda terhadap akhlaq, moral dan
perkembangan demokrasi peningkatan budaya mereka.
pendapatan per kapita, penguatan integritas Beberapa waktu yang lalu, di
sosial, pemerataan pendidikan, dan Yogyakarta digemparkan oleh peristiwa
kesemarakan kehidupan keagamaan (Anas, kekerasan di jalanan melibatkan pelajar Kota
2013). Kemajuan tersebut juga ditandai oleh Yogyakarta atau biasa disebut klitih menjadi
pengakuan internasional. Stamina spiritual dan perhatian tersendiri bagi warga Bantul dan
intelektual bangsa ini tidaklah kalah jika masyarakat sekitarnya. Edi (2017) dalam
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. beberapa kasus klitih, senior-senior menyuruh
Namun, energi yang positif tersebut sampai mereka yang berusia di bawah umur untuk
batas tertentu terbuang sia-sia karena melakukan tindak pidana kekerasan. seorang
ketidaksungguhan dan berbagai kesalahan pelajar SMP bernama IBF (15) tewas karena
kolektif, yang terkait melemahnya visi dan sebuah luka bacokan di dada sebelah kanan.
karakter bangsa. Korban tewas dibacok saat berboncengan
Kekaburan visi dan kelemahan dengan kakaknya yang merupakan pelajar
karakter bangsa menjadi beban nasional yang SMA. Kedua sedang dalam perjalanan usai
berat ketika berakumulasi dengan berbagai bermain biliard. IBF tewas setelah sempat
persoalan internal yang kompleks pada tubuh dirawat di rumah sakit Ludira Husada. IBF
bangsa ini, seperti kemiskinan, pengangguran, menghembuskan nafas terakhir pada pukul
kebodohan, keterbelakangan, korupsi, 12.45 WIB.
kerusakan lingkungan, utang luar negeri, dan Masa remaja merupakan puncak
perilaku elite yang tidak menunjukkan emosionalitas, yaitu perkembangan emosi
keteladanan selaku negarawan. Beban nasional yang tinggi. Pada usia remaja awal,
semakin berat dengan adanya faktor eksternal perkembangan emosinya menunjukkan sifat
seperti intervensi kepentingan asing dan yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat
dampak krisis global dalam berbagai aspek terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat
kehidupan. Akibatnya, bangsa ini kehilangan negatif dan temperamental. Sedangkan remaja
daya tahan dan kemandiriannya. Jika akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
dibiarkan, keadaan tersebut menjadi gumpalan Mencapai kematanga emosional merupakan
masalah yang besar, Indonesia tidak hanya tugas perkembangan yang sangat sulit bagi
kehilangan peluang untuk tumbuh menjadi remaja. Proses pencapaiannya sangat
bangsa dan negara yang sukses mengukir dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional
kejayaan peradaban, tetapi sebaliknya akan lingkungannya, terutama lingkungan keluarga
semakin terpuruk di hadapan bangsa-bangsa dan kelompok teman sebaya. Meskipun pada
lain (PPM, 2009) usia remaja kemampuan kognitifnya telah
Tanda-tanda kehancuran suatu bangsa berkembang dengan baik, yang
dapat dilihat dari bangsa itu sendiri yang memungkinkannya untuk dapat mengatasi
sudah tidak bermoral beretika atau berbudaya. stres atau fluktuasi emosi secara efektif, tetrapi
Suatu bangsa yang berperadaban tinggi, ternyata masih banyak remaja yang belum
apabila bangsa itu mengakui kebudayaannya mampu mengelola emosinya, sehingga mereka
sendiri. Lickona,T (dalam Chazan, 1992), banyak mengalami depresi, marah-marah, dan
tanda-tanda kehancuran suatu bangsa antara kurang mampu meregulasi emosi. Kondisi ini

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 175
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

dapat memicu masalah, seperti kesulitan 45 item. Validitas dan reliabiltas yang
belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku digunakan adalah external criterion dengan
menyimpang expert (ahli testing). Item-item yang telah
Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan disusun kemudian di sampaikan kepada dua
Jawa dan pusat pendidikan, terkenal dengan orang ahli untuk dicermati, dipertimbangkan
masyarakatnya yang berkepribadian baik, tata dan ditentukan baik dan tidaknya setiap item
krama baik, menjunjung nilai-nilai agama dan angket.
budaya yang baik, tetapi generasi mudanya Populasi Penelitian
berperilaku yang sangat bertentangan dengan Populasi adalah keseluruhan subjek
nilai-nilai moral dan budaya. Keadaan ini penelitian (Suharsimi, 2010) sedangkan di
sangat erat kaitannya dengan peran orangtua dalam buku yang sama Suharsimi (2010)
di keluarga, mengingat keluarga merupakan menyatakan bahwa sampel adalah sebagian
tempat utama dan pertama tumbuh atau wakil dari populasi yang diteliti.
kembangnya anak. Permasalahan yang Sedangkan pendapat lainnya menyatakan
nampak saat sekarang khususnya keluarga bahwa populasi adalah sebagai wilayah
masyarakat Jawa, adalah telah terjadi generalisasi yang terdiri atas:obyek/subyek
degradasi perilaku anak-anak kita yang sudah yang mempunyai kualitas dan karakteristik
meninggalkan nilai budaya sebagai pedoman tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
berperilaku di lingkungan masyarakat mereka. dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Penelitian
METODE dilaksanakan pada empat (4) lokasi yang
Jenis Penelitian tersebar di Kabupaten Bantul, sebagai berikut:
Jenis penelitian yang digunakan dalam (a) Wilayah Bantul Utara, (b) Wilayah Bantul
penelitian ini adalah penelitian korelasi, Barat, (c) Wilayah Bantul Selatan, (d) Wilayah
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya Bantul Timur, (e) Wilayah Bantul Tengah.
hubungan yang diteliti, jika ada hubungan Teknik Pengambilan Sampel
maka seberapa erat hubungan tersebut dan Teknik yang digunakan untuk
berarti atau tidak hubungan itu. Menurut pengambilan sampel adalah non-random
Suharsimi (2010) :Penelitian korelasi mencakup sampling. Cara ini digunakan mengingat
kegiatan pengumpulan data yang digunakan keberadaan wilayah satu dengan yang lain ada
untuk menentukan adalah hubungan variabel perbedaan. Demikian pula keadaan orangtua
independent dengan variabel dependent yang dan siswa juga berbeda-beda.Tempat
akan diteliti”. penelitian SMP Negeri Se Kabupaten Bantul
Metode dalam penelitian ini adalah Teknik Analisis Data
metode penelitian kuantitatif karena gejala Penelitian ini terkumpul dalam bentuk
hasil pengamatan diwujudkan dalam bentuk kuantitatif (angka) sehingga memungkinkan
angka-angka dan kemudian dianalisis dengan untuk dianalisis secara statistik menggunakan
ketnik analisis statistik. Data yang telah diolah Korelasi Product Moment, untuk mengetahui
dan hasil analisis data selanjutnya dibahas hubungan variabel-variabel independent
lebih lanjut dilengkapi dengan deskriptif secara dengan dependent. Apabila hubungan dua
kualitatif, pembahasan yang diutamakan variabel XY naik atau XY turun berjalan paralel
penyebab dan akibat dari hasil penelitian. menunjukkan arah yang sama, disebut korelasi
Teknik Pengumpulan Data positif. Sedangkan dua variabel yang
Dalam penelitian yang dilakukan, berkorelasi berjalan dengan arah berlawanan,
teknik yang digunakan untuk mengumpulan diikuti kenaikan atau pertambahan dan
data adalah angket. Penyusunan item angket penurunan atau pengurangan, disebut korelasi
berdasarkan kisi-kisi masalah penelitian. negatif (Suharsimi, 2012).
Prinsip rukun mencakup nilai: kebaikan Rumus yang digunakan untuk
hati/jujur, keadilan, kasih sayang dan mengetahui ada tidaknya hubungan atau
kerelaan. Jumlah item angket dalam bentuk pengaruh adalah sebagai berikut
dua alternatif jawaban (ya dan tidak), disusun (Sugiyono,2011) :
n XY  ( X )(Y )
rxy 
{n X 2  ( X ) 2 }{nY 2  ( Y ) 2 }

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 176
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Keterangan : Prinsip Rukun


r xy : koefisien korelasi antara variabel Jujur
X dan Y Jujur sebagai sebuah nilai merupakan
n : jumlah responden keputusan seseorang untuk mengungkapkan
X : jumlah jawaban item (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau
Y : jumlah item keseluruhan perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak
dimanipulasi dengan cara berbohong atau
HASIL DAN PEMBAHASAN menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.
Hasil Penelitian Kata jujur identik dengan “benar” yang lawan
Kaidah untuk korelasi ini adalah katanya adalah “bohong”. Makna jujur lebih
apabila p < 0,050 berarti ada korelasi antara jauh dikorelasikan dengan kebaikan
nilai perilaku rukun dengan nilai penanaman (kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki
rukun, namun apabila p ≥ 0,050 berarti tidak makna kepentingan orang banyak, bukan
ada korelasi antara nilai perilaku rukun dengan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya,
nilai penanaman rukun. Korelasi antara nilai tetapi semua orang yang terlibat (Dharma,
perilaku rukun dengan nilai penanaman rukun 2013).
dengan p = 0,71 dan p > 0,05 berarti tidak ada Dalam konteks pembangunan karakter
korelasi antara nilai perilaku rukun siswa di sekolah, kejujuran menjadi amat penting
dengan nilai penanaman rukun oleh orang tua untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia
kepada siswa. Bila dilihat dari data di atas saat ini. Karakter ini dapat dilihat secara
maka nilai p 0,71 maka p> 0,05 sehingga dapat langsung dalam kehidupan di kelas, semisal
diambil kesimpulan bahwa tidak ada ketika anak melaksanakan ujian. Perbuatan
hubungan antara penanaman nilai rukun oleh mencontek merupakan perbuatan yang
orang tua kepada siswa terhadap perilaku mencerminkan anak tidak berbuat jujur kepada
rukun siswa. diri, teman, orang tua, dan gurunya.
Kaidah untuk uji normalitas adalah Keadilan
apabila nilai signifikansi dari uji Kolmogorov Keadilan lebih dimaknai memberikan
Smirnov > 0,050 maka sebaran data mengikuti sesuatu sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam
distribusi normal. Namun, apabila nilai konteks ini, guru yang mengajar dengan pola
signifikansi dari uji Kolmogorov Smirnov ≤ yang sama, pendekatan monolog,
0,050 maka sebaran data tidak mengikuti mengabaikan karakteristik belajar siswa yang
distribusi normal. Berdasarkan hasil uji beragam justru tidak mengajarkan keadilan.
Kolmogorov Smirnov untuk variabel perilaku Siswa yang cepat belajar, tidak mesti
rukun diperoleh K-S Z = 0,814 dengan p = 0,522 diperlakukan “sama” dengan yang lambat
berarti sebaran data variabel perilaku rukun belajar. Yang lebih penting guru memfasilitasi
mengikuti sebaran data yang normal. dengan beragam cara agar keduanya dapat
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov Smirnov meraih keunggulan sejauh yang bisa mereka
untuk variabel penanaman rukun diperoleh K- capai. Dengan menghormati dan mengakui
S Z = 0,759 dengan p = 0,522 berarti sebaran setiap siswa sebagai pribadi unik
data variabel perilaku rukun mengikuti sesungguhnya siswa telah merasa
sebaran data yang normal. diperlakukan secara adil pula (Gunawan,
Pembahasan 2009).
Pendidikan Karakter Nilai-nilai luhur yang terkandung
Pendidikan karakter, menurut Ratna dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan
(2004) “sebuah usaha untuk mendidik anak- Beradab yaitu bahwa manusia memiliki
anak agar dapat mengambil keputusan dengan harktar, martabat dan derajat yang tinggi
bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
sehari-hari, sehingga mereka dapat Esa yang paling mulia di bumi, manusia
memberikan kontribusi yang positif dalam memiliki agama, manusia memiliki budaya,
lingkungannya”. Definisi lainnya manusia memiliki daya pikir, daya cipta dan
dikemukakan oleh Fakry (2010): “sebuah daya karsa untuk berbuat demi kemaslahatan
proses transformasi nilai-nilai kehidupan umat, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
untuk ditumbuh kembangkan dalam dan kebenaran.
kepribadian sesorang sehingga menjadi satu Kasih Sayang
dalam perilaku kehidupan orang itu”.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 177
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Kasih sayang adalah suatu SIMPULAN


kosa kata yang sangat indah maknanya. Kata Berdasarkan hasil penelitian dan
itu dapat diartikan sebagai pemberian pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
perhatian dan bimbingan kepada seseorang bahwasanya tidak ada hubungan antara
tanpa mengharapkan balasan apapun, seperti penanaman nilai rukun oleh orang tua kepada
kasah sayang orang tua kepada anaknya. siswa terhadap perilaku rukun siswa.
Makna ini akan semakin menarik dikaji bila
diterapkan dalam dunia pendidikan, sebab DAFTAR PUSTAKA
dengan pendekatan kasih sayang dalam proses Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta:
pembelajaran berarti guru-guru memang Rineke Cipta
pantas menyandang gelar pahlawan tanpa
tanda jasa (Das, 2008). Dengan pendekatan __________ (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta:
kasih sayang seorang guru bisa mengetahui Rineke Cipta
batasan-batasan di hadapan siswa dalam
Chazan, B. (1992). Contemporary Approaches to
bertindak.
Kerelaan Moral Education, New Jersey:
Kerelaan adalah bersedia melakukan Englewood Cliff
dengan ikhlas, dapat diterima dengan senang
Dharma, K. (2013). Pendidikan Karakter : Kajian
hati, melakukan sesuatu tanpa mendapatkan
Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung :
imbalan (KBBI). Kerelaan seorang pendidik
dalam mengajarkan pendidikan karakter di PT. Remaja Rosdakarya
sekolah tidaklah mudah dalam penerapannya. Edi, P. (2017). Masih Pelajar, Pembacok Siswa
Untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai SMP Di Yogyakarta Terancam 7 Tahun
elemen untuk menciptakan watak individu Bui, (Online),
yang sesuai dengan tuntunan agamanya. https://www.merdeka.com/peristiwa/
Perilaku Rukun masih-pelajar-pembacok-siswa-smp-di-
Perilaku merupakan suatu tindakan yogyakarta-terancam-7-tahun-bui.html,
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
diakses 27 November 2017
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku adalah kumpulan Gaffar, M.F. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis
berbagai faktor yang saling berinteraksi Islam. (Disampaikan pada Workshop
(Wawan, 2011). Kata dasar dari kerukunan, Pendidikan Karakter Berbasis Agama,
adalah rukun, yang artinya antara lain; tenang 08-10 April 2010 di Yogyakarta)
dan tenteram, aman (perhubungan, Gunawan, W. (2009). Tantangan Pendidikan
persahabatan dan lain-lain); tidak bertengkar, Karakter di Sekolah. (Online),
persatuan yang bertujuan untuk bantu https://www.kompasiana.com, diakses
membantu. Sedangkan arti kerukunan adalah 12 November 2017
perihal hidup rukun, kesepakatan, perasaan
rukun (bersatu hati). Kata rukun sinonimnya Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter;
adalah toleransi yang juga umum dipakai di Solusi yang Tepat untuk Membangun
Indonesia. Dalam khazanah bahasa Indonesia, Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage
istilah toleransi diartikan dengan bersifat Foundation
toleran yaitu “menenggang” (menghargai, PP. Muhammadiyah. (2009). Revitalisasi Visi
membiarkan, membolehkan) pendirian
dan Karakter Bangsa : Agenda Indonesia Ke
(pendapat, pandangan, kepercayaan,
Depan. Yogyakarta: PPM
kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri (KBBI, Salahudin, A. (2013). Pendidikan Karakter.
2008). Adapun yang dimaksud dengan Bandung: Pustaka Setia
perilaku rukun adalah suatu tindakan yang
dapat diamati dengan menciptakan suasana Salirawati, D. (2008). Tinjauan Berbagai Aspek
tenang dan tentram dalam berinteraksi atau Caracter Building Bagaimana Mendidik
bersosialisasi antara individu dengan Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara
masyarakat.
Wacana.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 178
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan


(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008).
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Wawan. (2011). Teori dan pengukuran


pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 179

Anda mungkin juga menyukai