Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973

11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Strategi Pengembangan Kecerdasan Moral Siswa


di Sekolah Berbasis Islamic Boarding School
Mochamad Arinal Rifa
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Program Pasca Universitas Negeri Yogyakarta
Pos-el: MochArinalRifa@yahoo.co.id

Abstrak
Permasalahan degradasi moral yang selalu menjadi pembahasan utama dikalangan pendidikan ini karena adanya globalisasi yang
semakin masuk ke Indonesia dan hal-hal negatif lainnya. Hal ini menunjukkan rendahnya kecerdasan moral yang dimiliki siswa.
Dengan penerapan strategi pengembangan menggunakan sistem boarding school, yang bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis pelaksanaan pengembangan kecerdasan moral siswa di sekolah dengan sistem boarding school. Metode penelitian
menggunakan studi litelatur yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian. Pembinaan moral siswa yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan perlu adanya pembiasaan
dan contoh langsung mengenai nilai-nilai moral yang baik dari orang tua, guru, maupun orang dewasa di sekitarnya. Kecerdasan
moral yang dikembangkan di sekolah dengan sistem boarding school berkaitan erat dengan civic disposition (watak
kewarganegaraan) sebagai salah satu kompetensi yang dikembangkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Sekolah dengan
sistem boarding school bertujuan untuk membentuk dan menanamkan karakter siswa dengan menyeimbangkan antara
pendidikan umum dan pendidikan agama, sehingga siswa memiliki nilai plus dengan bersekolah di boarding school. Karakter yang
ditanamkan tersebut tidak terlepas dari tindakan dan perbuatan berdasarkan nilai moral yang berlaku. Jika tindakan dan
perbuatan tersebut dilakukan secara terus menerus dan menjadi sebuah kebiasaan, maka menjadi sebuah kepribadian yang
tertanam dalam diri siswa. Dengan demikian, siswa yang memiliki kepribadian yang kuat dalam dirinya dapat menghadapi
permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Adanya arus globalisasi yang semakin berkembang saat ini pun bukanlah satu-
satunya alasan manusia menjadi jauh dari nilai-nilai moral yang baik, sehingga siswa sebagai generasi penerus bangsa harus
dibina untuk memiliki karakter yang kuat.
Kata kunci : boarding school, kecerdasan moral, pendidikan kewarganegaraan

Pendahuluan Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tinda-


kan dan perbuatan siswa tidak mencerminkan sese-
Saat ini, bangsa Indonesia sedang mengalami
orang yang berpendidikan karena moral yang dimiliki
permasalahan degradasi moral. Permasalahan degra-
siswa begitu rendah. Permasalahan ini disebabkan
dasi moral ini selalu menjadi pembahasan yang tidak
oleh berbagai faktor diantaranya keadaan lingkungan
ada habisnya seperti geng motor, tawuran antar sis-
yang tidak stabil dan tidak mendukung terlaksananya
wa, kekerasan, dan hal-hal negatif lainnya. Keber-
pembinaan moral sebagaimana mestinya yang ber-
adaan geng motor di berbagai daerah sangat meng-
akibat pada munculnya kegelisahan, kecurigaan, bah-
ganggu lingkungan sekitar begitupun dengan tawuran
kan kebencian terhadap orang lain. Dalam lingkungan
antar siswa yang membahayakan dirinya dan sering
sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi antar in-
menelan korban. Bahkan baru-baru ini, masyarakat
dividu dengan individu yang lain baik pengaruh positif
digegerkan dengan terjadinya kasus kekerasan siswa
maupun pengaruh negatif yang mudah ditiru oleh sis-
yang menewaskan teman sebayanya sendiri. Hal ini
wa, begitu pun dengan perkembangan teknologi yang
diperjelas dengan data Komisi Perlindungan Anak
semakin pesat Komariah (2011: 23).
Indonesia (KPAI) yang menyebutkan bahwa:
Selain itu, pemberitaan yang ditayangkan dalam
Jumlah kekerasan antar siswa yang meningkat
media massa pun sering mengabarkan kasus-kasus
setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2013 total telah
yang sama sekali bukan sebuah panutan bagi siswa
terjadi 255 kasus kekerasan yang menewaskan 20
seperti kasus korupsi yang tak kunjung selesai. Hal ini
siswa di seluruh Indonesia. Jumlah ini hampir dua kali
menunjukkan meningkatnya sikap mendahulukan ke-
lipat lebih banyak dari tahun 2012 yang mencapai 17
pentingan pribadi ataupun kelompoknya dibanding-
siswa. Tahun 2014 lalu, KPAI 2.737 kasus atau 210
kan dengan kepentingan orang lain dan meningkatnya
setiap bulannya termasuk kasus kekerasan dengan
ketidakjujuran dalam berbagai aktivitas, sehingga hi-
pelaku siswa yang ternyata naik hingga 10 persen.
langnya rasa peduli terhadap orang lain. Tak hanya
KPAI bahkan memprediksi tahun 2015 angka keke-
kasus korupsi, kasus kekerasan terhadap orang ter-
rasan dengan pelaku siswa termasuk tawuran antar
dekat pun sering terjadi bahkan sampai menewaskan
siswa akan meningkat sekitar 12-18 persen
korban. Seringnya penayangan kasus-kasus tersebut
seakan-akan menjadi pemberitaan yang lumrah di

116
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

masyarakat. Jika dilihat sepintas, kasus yang terjadi nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-
dilakukan oleh orang yang memiliki kedudukan dan Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
berpendidikan tinggi, sehingga memiliki kecerdasan yakni nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persa-
intelektual saja tidak cukup melainkan harus memiliki tuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai-nilai
kecerdasan moral. Pancasila tersebut harus senantiasa melekat dalam di-
ri warga negara Indonesia untuk diterapkan dalam ke-
Kecerdasan moral merupakan kemampuan dasar
hidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
seseorang dalam bertindak sesuai dengan etika yang
berlaku, mampu membedakan perbuatan yang baik Pendidikan, pembinaan, dan pembiasaan moral
dan tidak baik, sehingga memegang teguh nilai-nilai yang dilakukan di sekolah dengan sistem Boarding
karakter yang baik dalam dirinya. Kecerdasan moral School dapat dijadikan sebuah alternatif dalam meng-
membuat manusia mampu memahami dan mengenda- hadapi permasalahan degradasi moral yang terjadi di
likan dirinya sendiri dan orang lain. Selain itu, ke- Indonesia saat ini terutama di kalangan siswa. Siswa
cerdasan moral juga membuat seseorang memiliki yang masih berusia remaja perlu dilatih dan dibiasakan
kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan da- penanaman nilai-nilai moral yang baik agar memiliki
lam berbagai aspek kehidupan, serta bertindak dan kecerdasan moral yang kuat.
berperilaku kebaikan dalam berhubungan dengan
orang lain (Borba, 2008: 9). Siswa sebagai generasi Konsep Ilmiah
penerus bangsa perlu dididik sejak dini agar di kemu-
Moral berkaitan dengan tingkah laku manusia,
dian hari mereka telah terbiasa dalam melakukan hal-
kepribadian yang dimiliki manusia, serta etika yang
hal yang baik sesuai dengan tujuh kebajikan yang
berlaku dalam kehidupan manusia. Moral yang ter-
dikembangkan dalam kecerdasan moral.
tanam dalam diri manusia merupakan perwujudan
Tujuh kebajikan yang dikembangkan dalam kecer- dari nilai dan moral manusia, sehingga manusia yang
dasan moral menurut Borba (2008: 9) yaitu “empati, bermoral tentunya bertindak sesuai nilai dan norma
nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, tole- yang berlaku dalam perkataan maupun perbuatannya.
ransi, dan keadilan”. Dalam penerapannya di sekolah, Moral juga berkaitan erat dengan kepatuhan manusia
empati ditunjukkan oleh siswa yang memiliki kepe- dalam menjunjung tinggi nilai dan moral agar ter-
dulian, kepekaan, dan pengertian terhadap teman dan ciptanya kedamaian, ketertiban, dan persatuan. Sese-
guru, nurani ditunjukkan oleh siswa yang menerapkan orang yang memiliki moral menunjukkan bahwa ia
cara bertindak yang benar, jujur dalam melaksanakan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk melakukan
tugas maupun perintah guru. Kontrol diri berkaitan tindakan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dengan kemandirian, tanggung jawab, dan mampu tanpa paksaan dari orang lain (Muchson dan Samsuri,
memecahkan masalah. Rasa hormat meliputi meng- 2013: 7).
hargai dan menghormati teman dan guru, bersikap
Moral juga berkaitan erat dengan tindakan sese-
sopan dan santun. Kebaikan hati ditandai oleh siswa
orang yang memahami dan menyadari bahwa tin-
yang menunjukkan kepedulian, kasih sayang, memberi
dakan tersebut sesuai dengan nilai dan norma yang
bantuan kepada yang memerlukan. Toleransi yaitu
berlaku. Seseorang yang bermoral akan bertindak
menghargai perbedaan pendapat maupun latar bela-
sesuai dengan pandangan hidupnya untuk mewu-
kang serta keadilan yang berarti bertindak secara adil
judkan ketertiban bersama. Ia mampu membedakan
dan benar, amanah dalam melaksanakan perintah
tin-dakan yang benar dan salah, sehingga tindakan
guru.
yang dilakukannya memberikan manfaat untuk orang
Kecerdasan moral yang dikembangkan di sekolah lain. siswa sebagai generasi penerus bangsa yang men-
dengan sistem Boarding School berkaitan erat dengan duduki bangku persekolahan membutuhkan pembina-
civic disposition (watak kewarganegaraan) sebagai salah an moral untuk menghadapi kehidupannya baik di
satu kompetensi yang dikembangkan dalam Pendi- lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
dikan Kewarganegaraan. Civic disposition atau watak
Komponen utama dalam moralitas terbagi men-
kewarganegaraan dapat dikatakan sebagai watak
jadi tiga dimensi, yaitu pemikiran tentang moral,
warga negara meliputi tanggung jawab, disiplin, tole-
perasaan moral, dan perilaku moral. Pemikiran ten-
ransi, ketaatan, kesetiaan, dan sebagainya dalam me-
tang moral berkaitan dengan penalaran moral yang
wujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
harus dimiliki sebelum melakukan tindakan moral. Pe-
bernegara yang menjamin kepentingan umum
mikiran moral meliputi kepedulian moral, pemaha-
(Winataputra 2012: 27). Dengan terbentuknya warga
man nilai moral, pengambilan perspektif, memberi
negara yang memiliki ciri-ciri civic disposition tersebut,
alasan yang bermoral, membuat keputusan, dan pe-
maka terbentuk pula masyarakat yang memiliki ke-
mahaman diri. Pemikiran moral atau penalaran moral
adaban. Komponen-komponen tersebut termasuk
ini berkembang selama usia seseorang juga ber-
dalam indikator yang dikembangkan dalam kecerda-
kembang. Perasaan moral berkaitan dengan penilaian
san moral. Siswa dibimbing dan dilatih untuk me-
yang mempertimbangkan baik buruknya sebuah tin-
ngembangkan kecerdasan moral sesuai dengan nilai-
dakan yang akan dilakukan dan kebermanfaatannya.

117
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Perasaan tentang moral bukan hanya mengendalikan kelas yang paling bersih dan kelas yang paling kotor.
diri namun juga merasakan apa yang orang lain Hal ini mendorong siswa memiliki kesadaran dalam
rasakan, yang meliputi kepekaan hati nurani, peng- mencintai lingkungan serta kerjasama antar siswa di
hargaan diri, empati, mencintai kebaikan, pengontrol- kelas untuk sama-sama menjaga kebersihan kelas dan
an diri, dan kerendahan hati. Perasaan moral juga menjaga fasilitas yang ada di sekolah.
memberikan dorongan untuk berkomitmen dalam
Kecerdasan moral merupakan kemampuan sese-
melaksanakan moral. Dalam menunjukkan perilaku
orang dalam memahami dirinya dan orang lain, mam-
moral berdasarkan pada pemikiran dan perasaan
pu mengendalikan dirinya, menghargai, dan meng-
moral tersebut meliputi keinginan dan kesadaran
hormati orang lain tanpa membeda-bedakan latar be-
moral untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-
lakangnya yang ditunjukkan dalam perbuatan maupun
hari Supriadi (2015: 27).
perkataannya. Hal ini berkaitan erat dengan tiga di-
Dalam membina moral siswa perlu adanya mensi moral yang perlu dikembangkan yakni pemi-
keseimbangan antara pengetahuan tentang moral, kiran moral, perasaan moral, dan tindakan moral, se-
perasaan tentang moral, dan perbuatan tentang hingga seseorang yang memiliki kecerdasan moral
moral. Sejak kecil siswa sering meniru segala sesuatu mencakup ketiga dimensi moral tersebut. Pemikiran
yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya, moral dan perasaan moral yang dimiliki seseorang
sehingga perlu dibiasakan tindakan-tindakan moral berpengaruh pada tindakan moralnya yang ditunjuk-
yang baik sesuai dengan ukuran yang berlaku di kannya dalam sikap yang baik kepada orang lain, baik
lingkungannya. Setelah siswa terbiasa melakukan dalam tingkah lakunya maupun perkataannya. Mem-
tindakan tersebut dan memiliki kemampuan untuk bangun kecerdasan moral seseorang dapat dilakukan
berpikir, saat itulah siswa diajarkan mengenai konsep- dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masya-
konsep yang berkaitan dengan moral. Membina moral rakat terutama seorang anak sebagai generasi pene-
anak membutuhkan sebuah proses yang dilakukan rus bangsa. Membangun kecerdasan moral tersebut
secara berkesinambungan, sehingga tindakan moral sangat penting dilakukan agar mereka mengetahui
yang dicontohkan langsung pun harus dilakukan yang benar dan yang salah, dan dapat membatasi pe-
secara terus menerus untuk menjadi sebuah kebiasa- ngaruh yang tidak baik.
an bagi siswa yang melekat dalam dirinya untuk
Manfaat dari kecerdasan moral adalah memelihara
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari Pengeta-
karakter baik, menjadikan anak dalam bagian yang
huan tentang moral dan perasaan tentang moral juga
benar dengan mengajarkan mereka bagaimana ber-
diperlukan untuk memahami konsep-konsep moral
pikir dan bertindak secara moral, mengajarkan kete-
dan pemahamannya dalam melakukan tindakan moral.
rampilan hidup secara kritis seperti memecahkan
Dengan demikian, ketiga komponen moral ini perlu
konflik, mengenalkan dan membuat keputusan, men-
diajarkan dan dicontohkan langsung kepada siswa.
dorong perasaan kewarganegaraan yang kuat, dan
Penanaman nilai moral di sekolah dapat dilakukan membangkitkan semangat sikap yang baik dan mem-
tidak hanya dalam pembelajaran akademik di kelas, perkenankan anak untuk menjadi sopan, peduli, dan
namun juga dalam kegiatan di luar kelas seperti ke- hormat terhadap siapapun meskipun berbeda latar
giatan ekstrakurikuler dan kegiatan rutin sekolah lain- belakangnya. Kecerdasan moral mengajarkan anak
nya. Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sis- akan pengetahuan tentang moral untuk dapat di-
wa belajar berorganisasi, melatih karakter kepemim- aplikasikan dalam tindakan moral terhadap orang lain.
pinan, kerja sama, koordinasi antar anggota, dan Kecerdasan moral juga membina anak untuk bersikap
tanggung jawab. Adapun kegiatan yang dapat dikem- tanggap dan responsif terhadap hal-hal yang baik
bangkan dan diterapkan di lingkungan sekolah dalam seperti dalam menghadapi permasalahan yang terjadi
aspek internalisasi nilai-nilai religiusitas adalah siswa untuk dapat menyelesaikannya serta dapat mengambil
dan guru membiasakan untuk berdoa sesuai dengan keputusan sebagaimana mestinya. Seseorang yang
keyakinannya masng-masing saat memulai dan meng- memiliki kecerdasan moral akan mengakui persoalan
akhiri pembelajaran, beribadah bersama, mengucap- yang berhubungan dengan kebenaran kehidupan
kan salam saat bertemu dengan guru, dan menerap- dalam segi yang berbeda, memiliki komitmen dalam
kan kebiasaan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun menghadapi sebuah persoalan, dan berpotensi meng-
kepada semua orang. atur hal-hal yang baik dalam interaksi manusia. Hal ini
menunjukkan bahwa kecerdasan moral membuat
Selain itu, kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah
seseorang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
dalam pemeliharaan lingkungan sekolah adalah de-
permasalahan dalam berbagai aspek kehidupan, serta
ngan adanya kegiatan membersihkan sekolah ber-
bertindak dan berperilaku kebaikan dalam berhubu-
sama-sama semua pihak sekolah, seperti kegiatan
ngan dengan orang lain Clarken (2010: 7).
“gerakan pungut sampah” dan “Jumat bersih” atau
dengan mengadakannya perlombaan kelas paling ber- Kecerdasan moral diaplikasikan pada kehidupan
sih yang diumumkan setiap setelah upacara bendera sehari-hari dalam bentuk beberapa tindakan moral.
diikuti dengan adanya reward dan punishment bagi Lennick & Kiel (2005: 11) menyatakan bahwa ke-

118
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

cerdasan moral merupakan kemampuan seseorang tahuan, keterampilan, serta watak kewarganegaraan
dalam membedakan benar dan salah yang konsisten (civic knowledge, civic skill, civic disposition). Kecerdasan
dengan aturan umum dan dapat dibagi ke dalam em- moral ini termasuk dalam pengembangan watak ke-
pat prinsip dasar yaitu integritas, seseorang yang me- warganegaraan. Siswa dibimbing dan dilatih untuk
miliki integritas akan melakukan sesuatu yang baik mengembangkan kecerdasan moral sesuai dengan
dan menyampaikan kebenaran sesuai dengan keyaki- nilai-nilai yang terkandung dalam
nan dan prinsipnya. Jika ia tidak memiliki integritas,
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Re-
maka ia tidak memiliki kecerdasan moral; tanggung
publik Indonesia tahun 1945 yakni nilai ketuhanan,
jawab, dapat memastikan bahwa tindakannya sesuai
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dengan prinsip dasar manusia secara umum dan
dan nilai keadilan. Nilai-nilai Pancasila tersebut harus
menerima konsekuensi atas tindakan yang dilakukan,
senantiasa melekat dalam diri warga negara Indonesia
kegagalan, dan kesalahan; perasaan, menghormati
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
orang lain dan mampu menciptakan keadaan orang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
lain yang akan merespon dengan baik terhadap dirinya
ketika membutuhkannya; dan tindakan memaafkan Pendidikan Kewarganegaraan mencakup di dalam-
yakni menyadari ketidaksempurnaan diri dan mento- nya banyak hal, yaitu studi tentang konstitusi,
leransi kesalahan orang lain. Dalam memahami lebih penegakan atau kesadaran hukum dan berjalannya
mendalam mengenai prinsip dasar tersebut, terdapat lembaga publik, kajian-kajian tentang pemilihan
empat kompetensi dalam integritas yaitu bertindak umum, instruksi dalam nilai dan sikap warga negara
secara konsisten sesuai dengan prinsip, nilai, dan ke- yang baik, pengembangan keterampilan pemerintahan
percayaan, berbicara kebenaran, berpendirian benar, dan politik dalam mengelola pemerintahan dan poli-
dan menepati janji. Tiga kompetensi tanggung jawab tik, isu-isu tentang hak dan kewajiban asasi manusia,
yaitu bertanggung jawab atas diri sendiri, mengakui serta pemecahan masalah sosial. Pendidikan Kewar-
kesalahan dan kegagalan, dan memiliki tanggung jawab ganegaraan adalah proses pendidikan yang mencakup
untuk menjaga orang lain. Tindakan memaafkan men- pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak dan orang
cakup memaafkan dan melupakan kesalahan orang dewasa di dalam maupun di luar sekolah.
lain. Perasaan dapat diartikan sebagai memiliki kepe-
Pendidikan Kewarganegaraan mencakup segala
dulian terhadap orang lain. Kecerdasan moral menun-
hal terutama terkait dengan nilai dan perilaku untuk
jukkan kemampuan seseorang dalam memahami diri-
menjadi warga negara yang baik, sehingga perlu terus
nya sendiri dan orang lain serta tindakan yang sebaik-
dikembangkan di Indonesia agar semua warga negara
nya dilakukan dalam menghadapi permasalahan yang
ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan permasala-
terjadi Clarken (2010: 34).
han kemasyarakatan sesuai dengan karakter yang
Lain halnya dengan prinsip dasar yang dikemuka- dimiliki sebagai warga negara Indonesia. Warga ne-
kan oleh Clarken, Borba (2008: 9) menyatakan tujuh gara yang baik merupakan warga negara yang memiliki
kebajikan utama yang dikembangkan dalam kecerda- pengetahuan, watak, serta keterampilan kewarga-
san moral yaitu: a) Empati: memahami dan merasakan negaraan yang diperoleh melalui Pendidikan Kewar-
kekhawatiran orang lain. b) Nurani: mengetahui dan ganegaraan baik dalam konteks pendidikan perseko-
menerapkan cara bertindak yang benar. c) Kontrol lahan maupun dalam konteks kemasyarakatan. Hal ini
diri: mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat tentunya harus dilandasi dengan kepekaannya, tang-
menahan dorongan dari dalam maupun dari luar gung jawab, serta kecerdasannya sebagai warga ne-
sehingga dapat bertindak yang benar. d) Rasa hormat: gara untuk dapat menghadapi permasalahan yang ter-
menghargai orang lain dengan berlaku baik dan sopan. jadi dan bertindak serta berpartisipasi dalam ke-
e) Kebaikan hati: menunjukkan kepedulian terhadap giatan-kegiatan kemasyarakatan. Dengan demikian,
kesejahteraan dan perasaan orang lain. f) Toleransi: Indonesia perlu mengembangkan Pendidikan Kewar-
menghormati martabat dan hak semua orang meski- ganegaraan untuk mewujudkan warga negara yang
pun keyakinan dan perilaku mereka berbeda dengan baik yang faham atas peran dan tanggung jawabnya
kita. g) Keadilan: berpikir terbuka serta bertindak adil sebagai warga negara (CIVITAS International 2006;
dan benar. Winataputra, 2015).
Pada dasarnya, indikator kecerdasan moral terse- Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan
but merupakan kemampuan seseorang dalam me- di Indonesia berkaitan erat dengan pembinaan dan
ngendalikan perasaan dan perbuatan dirinya sendiri pengembangan karakter warga negara dalam berbagai
dan memahami perasaan orang lain yang mampu bidang agar dapat menghadapi dan memecahkan
bersikap sebagaimana mestinya sesuai dengan nilai permasalahan yang terjadi baik dalam kehidupan
norma yang berlaku. Indikator kecerdasan moral bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pembinaan
tersebut juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan dan pengembangan karakter warga negara tersebut
nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Ke- dapat dilakukan melalui pendidikan keluarga, sekolah,
warganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan menca- dan lingkungan masyarakat yang diintegrasikan dalam
kup tiga kompetensi yang dikembangkan yaitu penge- berbagai program dan kegiatan. Selain itu, Pendidikan

119
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Kewarganegaraan juga meningkatkan partisipasi aktif nilai dalam pembentukan watak warga negara terse-
warga negara agar dapat ikut serta dalam pemba- but. Watak warga negara memiliki peran penting un-
ngunan nasional demi mewujudkan tujuan negara tuk menentukan kualitas bangsa dalam menyelesaikan
yang telah dirumuskan dalam Pancasila dan UUD NRI masalah yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan
tahun 1945. bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan membina
warga negara untuk berperilaku sesuai dengan nilai
Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di Indo-
moral yang dikembangkan dalam Pancasila, sehingga
nesia seperti yang berkembang di negara lain memiliki
nilai ini tidak hanya diajarkan kepada siswa, melainkan
multidimensional yang berarti program Pendidikan
diinternalisasi menjadi kualitas pribadi yang diterap-
Kewarganegaraan bukan hanya untuk satu tujuan dan
kan untuk menjadi kebiasaan yang baik dalam
bukan hanya sebagai mata pelajaran wajib melainkan
kehidupan sehari-hari.
dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang yang
berkembang di kehidupan masyarakat. Sapriya, et al Berkaitan dengan misi PKn tersebut, nilai dan
(2009:8-9) mengemukakan bahwa terdapat tiga moral Pancasila akan melahirkan karakter Pancasila
dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu: a) Do- yang merupakan sikap, perbuatan, dan tingkah laku
main PKn sebagai program kurikuler merupakan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain ber-
program PKn yang dirancang dan dibelajarkan kepada dasarkan nilai-nilai yang dikembangkan dalam Panca-
siswa pada jenjang satuan pendidikan tertentu. b) sila yakni nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai per-
Domain PKn sebagai program akademik merupakan satuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Tingkah la-
program kajian ilmiah yang dilakukan oleh komunitas ku tersebut dapat ditunjukkan dalam perbuatan mau-
akademik PKn menggunakan pendekatan dan metode pun perkataannya yang ditanamkan dan dikembang-
penelitian ilmiah untuk memecahkan masalah-ma- kan untuk selalu mempertahankan sesuatu yang pe-
salah konseptual dan operasional guna menghasilkan nuh dengan kebajikan dalam hubungannya dengan
generalisasi dan teori untuk membangun batang Tuhannya, diri sendiri maupun orang lain baik dalam
tubuh keilmuan PKn. c) Domain PKn sebagai program lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
sosial kultural: program Pendidikan Kewarganegaraan Karakter Pancasila ini penting dikembangkan pada
dikembangkan dalam konteks kehidupan masyarakat setiap individu warga negara untuk membentuk war-
dengan sasaran semua anggota masyarakat. ga negara yang baik berdasarkan keimanan dan ketak-
waan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demi-
Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan meru-
kian, karakter Pancasila merupakan perilaku yang
pakan kemampuan seseorang sebagai warga negara
penuh dengan kebaikan berbasis Pancasila baik dalam
yang cerdas serta bertanggung jawab dalam kehi-
perlakuannya terhadap diri sendiri, orang lain, mau-
dupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
pun perlakuannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
mampu memecahkan suatu permasalahan yang diha-
dapinya sesuai dengan agama yang diyakininya dan Pembentukan warga negara yang baik dan cerdas
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam ling- yakni warga negara yang memiliki pengetahuan, wa-
kungannya. Adapun kompetensi Kewarganegaraan tak, dan keterampilan sebagai wujud dari aktualisasi
menurut Branson yaitu civic knowledge, civic skill, dan nilai-nilai Pancasila merupakan tujuan utama dari
civic disposition yang dapat diartikan sebagai pengeta- pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan (Ke-
huan kewarganegaraan, keterampilan kewarganega- menterian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).
raan, dan watak kewarganegaraan (Ubaedillah dan
Boarding school dapat diartikan sebagai sekolah
Rozak, 2013: 13).
berasrama, dan siswa tidak tinggal di rumah bersama
Ketiga kompetensi tersebut diawali dengan me- keluarganya melainkan tinggal di asrama bersama te-
ngetahui, memahami, menyadari, yang pada akhirnya man-temannya dengan bimbingan dari guru pembina
mengimplementasikannya dalam kehidupan bermas- asrama. Siswa diperbolehkan mengunjungi keluarga-
yarakat, berbangsa, dan bernegara yang dapat nya hanya saat akhir pekan dan libur saja. Adanya
diwujudkan melalui PKn. Pengetahuan kewarganega- berbagai peraturan yang diterapkan di boarding school
raan berkaitan erat dengan aspek kognitif yang di- melatih siswa untuk mengembangkan kedisiplinan dan
kembangkan dalam sistem pendidikan di Indonesia, kemandiriannya. Adapun pengertian dan tujuan board-
yakni mampu mengetahui, memahami, dan men- ing school sebagai berikut:
jelaskan berbagai komponen dalam PKn seperti hak
Boarding schools are an intensive form of education,
dan kewajiban, demokrasi, politik, hukum, pemerin-
in which students live at school, and visit their families
tahan, dan sebagainya.
only for weekends and vacations. Cookson et al.
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan (2008) argue that by doing so, parents hope to
moral berlandaskan pada Pancasila berupaya mem- provide their children a sense of discipline, and, thus,
bentuk perilaku dan watak warga negara yang baik prepare them for leadership positions. But boarding
berdasarkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tu- schools have also been used to increase the
han Yang Maha Esa, sehingga Pendidikan Kewarga- educational opportunities of marginalized and
negaraan menempatkan Pancasila sebagai sumber disadvantaged student. The explicit goal of these

120
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

boarding schools is to operate a substitution between mereka. Biaya hidup di Islamic boarding school relatif
the two main inputs of the education production lebih mudah dibandingkan di luar, karena siswa biasa-
function, namely school and home environment, nya cukup untuk hidup sehari-hari dengan memasak
under the presumption that this will generate better bersama, sebagian dari mereka bebas, terutama bagi
outcomes for students. However, very little is known anak yang krang mampu atau yatim. Seperti yang kita
on the effects this substitution actually produces ketahui sejak pendirian Islamic boarding school, yang
(Behaghel, Chaisemartin, and Gurgand, 2015: 2). merupakan pusat penyebaran islam dalam hal keya-
kinan atau hukum islam di Indonesia. Fungsi Islamic
Sekolah dengan sistem boarding school terdiri dari
boarding school, sebagai institusi penyebaran agama
dua macam yaitu sekolah berasrama yang mengem-
terlihat dari bagian pentingnya sendiri seperti mesjid
bangkan sistem pendidikan tradisional dan sekolah
di Islamic boarding school, yang juga merupakan
berasrama yang mengembangkan sistem pendidikan
kerjasama dalam melayani sebagai mesjid umum, yang
modern. Sebagaimana pernyataan Yuli et al
dinamakan sebagai tempat belajar agama dan tempat
(2011:158) bahwa
ibadah. Melalui fungsi tersebut, Islamic boarding school
Boarding schools today can be distinguished into two tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa yang
types, namely traditional boarding schools and mendapatkan pendidikan disana, melainkan juga bagi
modern schools. Traditional pesantren education masyarakat umum di sekitarnya.
system is often called salafi system. The systems keep
Dalam membina kecerdasan moral siswa, pendi-
the books of Islamic teaching as the core of classical
dikan yang dilakukan di sekolah perlu mengembang-
education at the seminary. Modern boarding school is
kan budaya moral positif. Budaya moral positif di
an education system that seeks to integrate fully the
sekolah terdiri dari kedisiplinan yang diterapkan di
traditional system and the formal school system. The
sekolah dengan mengembangkan nilai dan moral se-
purposes of the modernization process of boarding
perti saling menghormati, tanggung jawab, keadilan,
schools are trying to perfect the existing system of
dan kerja sama, pengelolaan dan dukungan sekolah
Islamic education at the seminary.
dalam pengembangan diri siswa, kepemimpinan dan
Siswa yang sekolah di sekolah berasrama adalah teladan dari kepala sekolah, guru, dan semua warga
atas dasar keinginannya sendiri ataupun keinginan sekolah serta menciptakan hubungan yang baik de-
orang tuanya. Orang tua yang menyekolahkan anak- ngan semua pihak. Pendidikan moral dalam sistem
nya ke sekolah berasrama mengharapkan anaknya sekolah ditunjukkan oleh siswa, guru, dan warga se-
mendapatkan pengetahuan sains maupun pengetahu- kolah yang membiasakan diri dengan perilaku disiplin
an agama. Hal ini menjadi keunikan dan kelebihan dari secara integratif. Pendidikan moral di sekolah juga
sekolah berasrama dibandingkan dengan sekolah pada mendorong tingkah laku yang benar dan memerlukan
umumnya. Orang-orang di pesantren juga telah me- komitmen dan konsistensi dari semua pihak dengan
ngetahui dan akrab dengan metode sains modern, se- menanamkan nilai-nilai yang baik, perilaku, kebiasaan,
hingga dapat mengikuti perkembangan ilmu pengeta- dan kemampuan untuk mengambil keputusan yang
huan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan benar pada semua tindakan.
dan teknologi yang semakin pesat dengan berbagai
Pendidikan moral akan mengembangkan toleransi,
dampak positif dan negatifnya dapat diikuti dan di-
etika, dan membangun semua aspek kewargane-
hadapi oleh mereka, sehingga pendidikan umum dan
garaan dalam pikiran siswa, sehingga memiliki tang-
pendidikan agama yang diberikan dapat diterima se-
gung jawab dalam masyarakat dan tingkatan yang lebih
cara seimbang.
global (Ogundele, et al, 2016: 223).
Sistem pendidikan Boarding school berbeda dengan
Pengembangan kecerdasan moral siswa di sekolah
sistem pendidikan yang dikembangkan di sekolah
perlu menciptakan suasana sekolah yang kondusif
pada umumnya dengan memiliki karakteristik tersen-
dalam arti semua pihak harus melakukan kerjasama
diri. Karakteristik tersebut dapat dibagi ke dalam be-
satu sama lain sesuai dengan peran dan fungsinya
berapa segi sebagai berikut: a) Dari segi sosial, sistem
masing-masing. Siswa yang masih memerlukan bimbi-
Boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan
ngan dari guru, akan meniru dan mencontoh tingkah
sosial yang heterogen yang cenderung buruk. b) Dari
laku yang ditunjukkan oleh orang di sekitarnya.
segi ekonomi, Boarding school memberikan layanan
Dengan demikian, budaya moral positif ini perlu di-
yang paripurna, sehingga menuntut biaya yang cukup
kembangkan di sekolah yang salah satunya telah
tinggi. c) Dari segi semangat religiusitas, Boarding
diterapkan di sekolah berasrama dengan pengawasan
school menjanjikan pendidikan yang seimbang antara
penuh dari pihak sekolah terhadap siswa baik dalam
kebutuhan jasmani dan rohani, intelektual, dan
program pembelajaran, kegiatan di asrama, maupun
spiritual (Sayu, 2013: 3).
kegiatan ekstrakurikuler. Lingkungan sekolah yang
Sebagai institusi sosial, Islamic boarding school baik dan kondusif akan menciptakan suasana belajar
mengakomodasi anak dari semua populasi tanpa yang baik pula bagi siswa, sehingga sekolah dapat me-
membeda-bedakan status sosial ekonomi orang tua nyeimbangkan antara pengembangan kecerdasan

121
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

intelektual, emosional, moral, maupun spiritual siswa. dikan karakter untuk dapat mengembangkan kecer-
Sebagaimana pernyataan Sudikno dan Aminah (2014: dasan moral secara efektif.
48) bahwa “lingkungan sekolah memberi kontribusi
Sumber pembelajaran ini berkaitan erat dengan
besar terhadap pencapaian prestasi belajar. Keadaan
media pembelajaran. Media pembelajaran yang digu-
lingkungan sekolah yang kondusif akan menciptakan
nakan juga perlu bervariasi agar pembelajaran di kelas
ketenangan dan kenyamanan dalam belajar”.
tidak menjenuhkan. Sebagaimana pendapat Musfiqon
Pembelajaran akademik di sekolah merupakan (2012: 35) bahwa media pembelajaran berfungsi un-
upaya yang strategis dalam mencapai tujuan pendi- tuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan indi-
dikan. Guru berinteraksi langsung dengan murid kator semua materi tuntas disampaikan dan siswa
dalam mendidik dan mengajarkan berbagai macam memahami secara lebih mudah dan tuntas.
pengetahuan, nilai-nilai yang sebaiknya diterapkan
Media pembelajaran digunakan untuk memudah-
siswa, serta pengembangan keterampilan yang dimiliki
kan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa
oleh siswa. Agar tercapainya tujuan tersebut perlu
juga lebih mudah menerima dan memahami materi
adanya inovasi pendidikan dan pembelajaran yang
yang diajarkan. Materi pembelajaran yang disampai-
sesuai dengan situasi dan kondisi siswa saat ini.
kan kepada siswa cukup bervariasi, sehingga media
Inovasi pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan
pembelajaran yang digunakan pun harus bervariasi
dengan berbagai macam cara dengan kreativitas yang
dengan memperhatikan keadaan siswa. Keberagaman
dimiliki oleh pihak-pihak yang terkait dengan
media pembelajaran ini telah digunakan dalam pem-
tercapainya tujuan pendidikan termasuk guru.
belajaran.
Perkembangan teknologi dan informasi yang
Selain melalui pembelajaran akademik di kelas, pe-
semakin pesat juga menuntut adanya pengembangan
ngembangan kecerdasan moral siswa juga dapat
inovasi pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan
dilakukan melalui kegiatan pembiasaan yang dikem-
perkembangan zaman agar terciptanya kemajuan se-
bangkan oleh sekolah maupun kegiatan pengem-
buah negara. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
bangan diri atau disebut sebagai kegiatan ekstra-
melakukan inovasi pendidikan dan pembelajaran me-
kurikuler. Sebagaimana pernyataan Marzuki (2015:
liputi kawasan jenis inovasi sebagai proses untuk me-
113) bahwa “dalam rangka pembinaan karakter siswa
nentukan kondisi belajar. Kawasan pengembangan
di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
sebagai variasi yang digunakan dalam pembelajaran,
di luar mata pelajaran, yaitu melalui pembiasaan-
kawasan pemanfaatan sebagai kegiatan yang berkaitan
pembiasaan atau pengembangan diri”.
dengan proses dan sumber untuk belajar, kawasan
pengelolaan sebagai pengendalian sebuah inovasi Lebih lanjut, Marzuki (2015: 108) menambahkan
pembelajaran melalui perencanaan dan pelaksanaan, bahwa “agar pembinaan karakter mulia para siswa
serta kawasan penilaian sebagai proses penentuan lebih efektif, diperlukan keteladanan (model) dari
efektif atau tidaknya pembelajaran. Hal ini sesuai para guru (termasuk kepalas sekolah) dan para karya-
dengan pernyataan Darmawan (2014:4) bahwa wan di sekolah agar siswa benar-benar termotivasi
teknologi pembelajaran dirumuskan berdasarkan dan tidak salah dalam penerapan nilai-nilai karakter
pada lima bidang garapan bagi teknologi pembelajaran yang ditargetkan”.
yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelo-
Adapun dalam sistem pendidikan yang dilakukan
laan, dan penilaian.
di boarding shool terdapat metode bimbingan akhlak
Kaitannya dengan pengembangan kecerdasan mo- secara intensif atau disebut sebagai halaqah. Halaqah
ral dalam kegiatan akademik di kelas, model pem- pertama kali ditemukan oleh Hasan Al Banna pada
belajaran yang digunakan selalu berbeda-beda pada tahun 1928 di Mesir dalam pergerakan politik Islam.
setiap pertemuannya yang bergantung pada materi Halaqah merupakan istilah dalam Bahasa Arab yang
dan tujuan pembelajarannya. Hal ini dilakukan untuk lebih dikenal sebagai aktivitas keagamaan dan dikelola
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan oleh komunitas dalam Mesjid. Proses pembelajaran-
menyenangkan. Untuk menciptakan suasana tersebut, nya dalam halaqah terdiri dari pendahuluan yang
guru perlu menerapkan inovasi dalam pembelajaran mencakup pengenalan arti Islam, pemahaman dan
yang dapat berupa model pembelajaran, media penguatan identitas Islam, dan penerapannya dalam
pembelajaran, sumber pembelajaran, maupun evalu- sebuah tindakan. Halaqah memberikan kesempatan
asi pembelajaran. Seperti penelitian yang telah dilaku- yang baik untuk menjalin komunikasi antara pembina
kan oleh Setiawan (2013:62) bahwa “pendidikan dengan anggotanya, meningkatkan keterbukaan dan
karakter dengan pola pembelajaran konvensional, ha- kejujuran antar keduanya serta menciptakan suasana
nya akan mengajarkan pendidikan moral sebatas teks- yang intensif dalam mempelajari lebih dalam tentang
tual semata dan kurang mempersiapkan siswa untuk Islam. Halaqah meliputi proses internalisasi nilai-nilai
menyikapi kehidupan yang kontradiktif”. Dengan Islam dengan menginformasikan nilai-nilai yang ter-
demikian dalam konteks mikro, pola pembelajaran kandung dalam ajaran Islam, melakukan interaksi tim-
inovatif menjadi syarat dalam mengaplikasikan pendi- bal balik antara pembina dengan anggota dan inter-

122
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

nalisasi sikap, mental, dan kepribadian pembina kepa- Pengembangan kecerdasan moral siswa dalam ke-
da anggotanya Benharoon (2013: 23). giatan ekstrakurikuler dilaksanakan lebih fleksibel de-
ngan menggunakan metode yang interaktif dan ino-
Pengembangan Boarding School menurut Teori
vatif melalui berbagai program kegiatan yang rutin di-
Behavioristik. Teori behavioristik merupakan aliran
kembangkan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan
yang menekankan pada perubahan perilaku yang
kegiatan ekstrakurikuler yang lebih menyenangkan,
dapat diamati melalui hubungan stimulus dengan res-
sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan yang
pons. Penggunaan penguatan diperlukan untuk pem-
diharapkan termasuk penanaman kecerdasan moral.
bentukan asosiasi antara stimulus dan respons ter-
sebut Rusuli (2014: 14). Kaitannya dengan pendidi- Faktor pendukung terlaksananya pengembangan
kan, stimulus ini berupa program-program yang di- kecerdasan moral siswa terdiri dari dukungan dari
kembangkan untuk membentuk perilaku siswa yang semua pihak, motivasi yang dimiliki siswa, dan ling-
diharapkan. Program-program tersebut dapat didu- kungan yang mendukung, sedangkan faktor pengham-
kung oleh metode atau pendekatan yang relevan, batnya adalah fasilitas yang kurang memadai, karakte-
lingkungan yang nyaman, fasilitas yang memadai, ristik siswa, dan perbedaan latar belakang keluarga
maupun dukungan dari pihak yang terlibat. Boarding siswa.
school yang memiliki lingkungan kondusif dalam pem-
binaan moral siswa berkaitan dengan konsep dalam Daftar Pustaka
teori behavioristik ini. Lingkungan boarding school
Benharoon, S. Y. (2013). Building a Culture of Peace
sangat mendukung pembinaan moral yang berdampak
in Muslim Community in Shouthern Thailand
pada perilaku siswa yang diterapkan dalam kehisupan
through Family Communication. Procedia-Social
sehari-hari.
and Behavioral Science 91 (2013) 522-531.
Adapun ciri-ciri teori behavioristik menurut Retrieved on: 09 May 2016 at:
Rusuli (2014:41-42) adalah “(1) perkembangan ting- www.sciencedirect.com
kah laku seseorang itu tergantung pada belajar; (2)
Behaghel, L., Chaisemartin, C. D., and Gurgand, M.
mementingkan bagian-bagian atau elemen-elemen,
(2015). Ready for Boarding? The Effects of a
tidak keseluruhan; (3) mementingkan reaksi dan me-
Boarding School for Disadvantaged Students. JEL
kanisme “Bond”, refleks dan kebiasaan-kebiasaan; dan
Codes: I21, I28, J24, H52. Diakses pada tanggal 15
(4) bertinjauan historis, artinya segala tingkah lakunya
Oktober 2015.
terbentuk karena pengalaman dan latihan”.
Borba, M. (2008). “Moral Intelligence” dalam
Berdasarkan pernyataan tersebut, cara belajar,
Noddings, et. al., Sample Approaches that
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan, pengalaman, dan
Support Character and Citizenship Education.
latihan sangat menentukan perkembangan tingkah
Character and Citizenship Education in Alberta
laku seseorang. Siswa di sekolah dapat memiliki peri-
Schools. The Heart of the Matter. Hal. 139-172
laku yang baik melalui kebiasaan-kebiasaan yang di-
terapkan di sekolah. Siswa mempraktekannya lang- Clarken, R. H. (2010). Considering Moral Intelligence
sung dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa as Part of a Holistic Education. Paper presented at
terlibat dalam pengalaman tersebut. Pengalaman yang the annual meeting of the American Educational
melibatkan siswa dilakukan secara berkesinambungan Research Association, Denver, CO, April 30-May 4,
dengan memperhatikan bagian-bagian penting yang 2010. School of Education, Northern Michigan
mendukung proses pelaksanaannya. Sebagaimana ke- University. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.
biasaan yang dilakukan siswa di boarding school, siswa
dilatih untuk membiasakan hal-hal baik sesuai dengan Darmawan, D. (2014). Inovasi Pendidikan Pendekatan
nilai moral dan nilai agama. Praktik Teknologi Multimedia dan Pembelajaran
Online. Bandung: Remaja Rosdakarya
Penutup Komariah, K. S. (2011). Model Pendidikan Nilai Moral
bagi Para Remaja Menurut Perspektif Islam. Jurnal
Pelaksanaan pengembangan kecerdasan moral
Pendidikan Agama Islam-Ta’lim. Vol. 9 No. 1-2011.
siswa dalam kegiatan akademik di kelas menggunakan
Hal 45-54.
metode yang bervariasi dengan berpusat pada siswa,
sehingga membuat suasana pembelajaran yang aktif Lennick, D. & Kiel, F. (2005). Moral Intelligence.
dan menyenangkan. Dengan membuat suasana ter- United States, America: Pearson Education.
sebut, siswa akan termotivasi dalam mengikuti pem-
belajaran dan mudah menerima materi yang diajarkan Marzuki. (2015). Pendidikan Karakter Islam. Jakarta:
serta nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Amzah
Pelaksanaan pembelajaran mencakup aspek kognitif, Musfiqon, H. M. (2012). Pengembangan Media dan
afektif, psikomotorik siswa yang dikembangkan baik Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi
dalam metode maupun penilaian yang digunakan. Pustakaraya.

123
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Muchson dan Samsuri. (2013). Dasar-Dasar Pendidikan Yuli, N.G., Haningsih, S., Adikrishna, R. (2011). The
Moral. Yogyakarta: Penerbit Ombak Common Room Design of Islamic Boarding
School: A Preliminary Research in Yogyakarta
Rusuli, I. (2014). Refleksi Teori Belajar Behavioristik
Islamic Boarding School. International Journal of
Dalam Perspektif Islam. ISSN: 1693-7775. Jurnal
Engineering & Technology IJET-IJENS Vol: 11 No:
Pencerahan Volume 8, Nomor 1, Juli - Desember
04.
2014. Halaman 38-54. Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
Sapriya, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan”. Bandung: Laboratorium PKn
UPI
Sayu, J. A. dkk. (2013). Adaptasi Sosial Siswa Kelas X
pada Boarding School SMA Taruna Bumi
Katulistiwa. Program Studi Pendidikan Sosiologi
FKIP Untan. Vol 2, No 9 (2009). Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran. Diakses pada 25 Nopember
2015, dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/vi
ew/3272/3258
Setiawan, D. (2013). Peran Pendidikan Karakter
dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun III Nomor 1, Februari
2013. Halaman 53-63
Sudikno, I. S. dan Aminah, Y. S. (2014). Pengaruh
Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah,
Disiplin Belajar, dan MotivasiBelajar terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa SMA Kelas XI IPS
SMA PGRI 1 Taman Pemalang. Economic Education
Analysis Journal Universitas Negeri Semarang. EEAJ
3 (1) (2014). ISSN 2252-6544. hal 46-51. Diakses
dari http://journal.unnes.ec.id/sju/index.php/eeaj
Supriadi. (2015) Reorientasi Pembinaan Moral
Mahasiswa di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Berbasis Syariat Islam (Sebuah Refleksi Pendidikan
Islam di Aceh). Jurnal Ilmiah Peuradeun SCAD
Independent. DOI: 10.13140/RG.2.1.4874.4082.
Retrieved on: 09 May 2016 at:
https://www.researchgate.net/publication/29699
4854
Ubaedillah, A dan Rozak, A. (2013). Pendidikan
Kewarganegaraan: Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani. Cetakan ke-9. Jakarta: ICCE
UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media
Group
Winataputra, U. S. (2012). Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Perspektif Pendidikan
untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Gagasan,
Instrumentasi, dan Praksis). Bandung: Widya
Aksara Press
Winataputra, U. S. (2015). Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional
Civic/Citizenship Education (Tinjauan Epistemologis,
Psiko-Pedagogis, dan Sosio-Andragogis) [Powerpoint
slides]. Tidak dipublikasikan, SPs UPI Bandung,
Indonesia.

124

Anda mungkin juga menyukai