Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973

11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Penanaman Nilai-nilai Religius di Sekolah Dasar


untuk Penguatan Jiwa Profetik Siswa
Dian Chrisna Wati1, Dikdik Baehaqi Arif2
1
Program Studi PGSD Universitas Ahmad Dahlan
2
Program Studi PPKn Universitas Ahmad Dahlan
Pos el: dian.chrisnawati@gmail.com, dikdikbaehaqi@ppkn.uad.ac.id

Abstrak
Artikel ini mendeskripsikan penanaman nilai religius di sekolah dasar dalam rangka penguatan jiwa profetik siswa. Sekolah
dasar merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai religius sejak dini pada siswa.
Fokus kajian ini meliputi nilai-nilai religius yang ditanamkan di sekolah dasar, strategi penanaman nilai-nilai religius, dan
hambatan dalam penanaman nilai-nilai religious di sekolah dasar. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi di SD Muhammadiyah Sidoarum Sleman Yogyakarta. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru kelas, guru
ekstrkurikuler, orang tua/wali murid, dan siswa yang dipilih secara bertujuan. Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai religius
yang ditanamkan di SD Muhammadiyah Sidoarum meliputi nilai disiplin, kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, toleransi, saling
menghargai, dan peduli lingkungan. Penanaman nilai religius terintegrasi dalam semua mata pelajaran, budaya sekolah, dan
kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian juga menunjukkan adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang menghambat
penanaman nilai-nilai religius untuk penguatan jiwa profetik siswa.
Kata kunci : nilai religius, integrasi mata pelajaran, budaya sekolah, ekstrakurikuler, jiwa profetik

Pendahuluan rosotan akibat melemahnya pendidikan kebudayaan


dan karakter bangsa. Kebiasaan mencontek pada saat
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang
ulangan. Sekarang ini mencontek bukan menjadi hal
sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan adalah
yang aneh pada kalangan pelajar melainkan sudah
jembatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
menjadi kebiasaan buruk. Bahkan ada juga siswa yang
manusia. Pendidikan dapat dilakukan dengan usaha
ingin lulus dan mendapatkan nilai bagus tanpa ber-
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
usaha keras dan belajar dengan giat hanya meng-
belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik
andalkan cara yang tidak beretika.
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian Kemerosotan akhlak pada peserta didik disebab-
diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta kete- kan karena kurang tertanamnya pendidikan agama
rampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa yang kuat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
dan negara. Rumusan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 kurang tertanamnya pendidikan agama yang kuat bagi
tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas anak yaitu dari faktor keluarga, lingkungan, dan
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi sekolah. Selain kurangnya pendidikan agama bagi anak
mengembangkan kemampuan dan membentuk karak- ada faktor lain yaitu kurangnya penanaman karakter
ter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam yang dilakukan sejak dini.
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
Selain pendidikan formal, pendidikan informal
konteks demikian sekolah merupakan lembaga paling
sebenarnya memiliki peran yang sangat besar dalam
penting dalam mendukung tercapainya fungsi
keberhasilan pendidikan anak. Namun demikian,
pendidikan itu. Sekolah dapat mengembangkan
keadaan sebenarnya yang terjadi di masyarakat tidak
segenap kemampuan siswa dan membentuk karakter
seperti itu. Orang tua cenderung menyerahkan se-
mereka. Sekolah memiliki tanggung jawab moral
mua pendidikan peserta didik kepada pihak sekolah.
untuk mendidik anak agar cerdas dan berkarakter
Padahal keluarga dan lingkungan juga membentuk
positif.
karakter seorang anak. Peserta didik mengikuti
Karakter dan pendidikan dasar memiliki hubungan pendidikan formal kurang lebih hanya 7 jam per hari,
yang sangat erat. Suyanto (Kurniawan, 2013:33) atau kurang dari 30% selebihnya peserta didik berada
menyebut bahwa pendidikan dasar menjadi pfndasi pada keluarga dan lingkungan sekitar.
dalam menanamkan karakter kepada peserta didik,
Banyak permasalahan yang muncul pada masya-
yaitu pada usia dini dan sekolah dasar.
rakat bangsa Indonesia, tidak terkecuali dengan kasus
Dampak globalisasi yang terjadi pada saat ini men- minimnya karakter yang dimiliki oleh peserta didik.
jadikan masyarakat Indonesia melupakan karakter. Seperti karakter religius, rasa kurang percaya diri,
Tata krama, etika, kreatifitas anak mengalami keme- dan kurang disiplin. Padahal rasa religius, percaya diri

60
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

dan disiplin merupakan salah satu pilar karakter yang Menurut Robbins (Tobroni, 2014:38) kepemim-
harus ditanamkan kepada peserta didik. Akhir-akhir pinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
ini bangsa kita sedang mengalami krisis rasa religius sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan
bisa dilihat dari perilaku anak seusia sekolah dan sasaran. Oleh sebab itu peran kepala sekolah
membunuh orang tua kandungnya sendiri gara-gara dalam menentukan tujuan sekolah itu sangat penting.
tidak menuruti permintaannya. Selain itu rasa percaya Semua itu tidak terlepas dari peran kepemimpinan
diri penduduk di Indonesia kurang, dapat dilihat dari kepala sekolah untuk membangun mutu sekolah yang
lebih banyak penduduk yang bekerja di bawah unggul. Salah satu visi dari SD Muhammadiyah Sido-
pimpinan warga asing daripada mencoba untuk arum ini yaitu meningkatkan kualitas kehidupan
membuka usaha secara mandiri pada keahlian yang sekolah agar tumbuh dan berkembang sesuai nilai-
dimilikinya. Sikap disiplin dapat terlihat dari berbagai nilai spirit dan nilai-nilai sekolah. Dengan visi tersebut
aspek salah satunya yaitu saat berada di pember- maka peran kepemimpinan kepala sekolah berpenga-
hentian lampu merah, masih banyak warga yang ruh besar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan
kurang disiplin dan tidak sadar bahwa perilaku yang yang dihadapi sekolah dalam mencetak lulusan yang
dimiliki itu tidak tepat dan melanggar hukum. cerdas, terampil, mandiri dan bernurani.
Nilai religius merupakan salah satu nilai karakter Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam me-
yang dijadikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh ngembangkan budaya mutu merupakan upaya untuk
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, tole- mensinergikan semua komponen organisasi agar
ran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan berkomitmen pada mutu sekolah. Selain itu peran ke-
hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter pemimpinan kepala sekolah yaitu peran menggerak-
religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam meng- kan, memberikan motivasi, dan mempengaruhi untuk
hadapi perubahan zaman dan degradasi moral seperti bersedia melakukan serta menjalankan program yang
saat ini. Dalam hal ini siswa diharapakan mampu telah dibuat secara bersama. Seperti pengamatan
memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik buruk yang peneliti lakukan di SD Muhammadiyah Sido-
yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan arum, pendidikan karakter ditanamkan mulai awal.
agama. Salah satu karakter yang terpenting untuk ditanamkan
pada peserta didik yaitu karakter religius. Karena
Penanaman karakter religius dapat dikembangkan
karakter religius merupakan karakter yang menjadi
melalui tiga model pendidikan karakter yaitu: ter-
pondasi atau dasar dari karakter yang lain. Atau dalam
integrasi dalam mata pelajaran, pembudayaan seko-
kata lain jika seorang anak memiliki karakter religius
lah, ekstrakurikuler. Adapun penjabaran dari ketiga
yang bagus maka akan memiliki akhlak mulia.
model pendidikan karakter sebagai berikut:
Kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran
Penanaman karakter religius melalui integrasi da-
penting dalam penanaman karakter pada peserta
lam mata pelajaran. Dalam konteks ini mata pelajaran
didik. Kepala sekolah dapat mengatur strategi baru
yang memfokuskan untuk menanamkan karakter reli-
dalam kepemimpinannya. Kepala sekolah diharapkan
gius yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama
berani bertindak demi membangun kultur sekolah
Islam. Namun demikian, dalam setiap mata pelajaran
yang unggul. Sebagai sekolah swasta di bawah
guru berhak menyisipkan pendidikan karakter pada
naungan persyarikatan Muhammadiyah, SD Muham-
peserta didik. Sehingga semua aspek saling men-
madiyah Sidoarum berupaya membuat sekolah ini
dukung dan memiliki tujuan yang sama.
berbeda dari yang lain. Perbedaan terbesar yang
Setiap sekolah tentunya memiliki aturan-aturan tampak adalah pada upaya menjunjung tinggi karakter
tertentu salah satunya yaitu pembudayaan sekolah. karakter religius. Hal itu karena karakter religius
Pembudayaan sekolah bisa dikatakan sebagai aturan merupakan pondasi untuk karakter-karakter yang
yang harus dipatuhi oleh seluruh warga sekolah lain.
sehingga aturan tersebut lama-lama akan menjadi
Penanaman karakter di SD Muhammadiyah Sido-
suatu kebiasaan baik yang tertanam pada diri
arum tidak hanya menjadi tugas kepala sekolah, guru
seseorang. Salah satu contoh pembudayaan sekolah
agama, dan guru ekstrakurikuler. Tetapi semua guru,
yaitu wajib melaksananakan sholat secara berjamaah.
karyawan serta orang tua/wali memiliki peran penting
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu dalam penanaman karakter. Sehingga semua aspek
kegiatan yang dilakukan untuk mengasah bakat yang kegiatan yang dilaksanakan di sekolah tersebut selalu
dimiliki oleh seorang peserta didik. Salah satu ekstra- menyisipkan pendidikan karakter. Itu merupakan
kurikuler untuk mengasah bakat yang dimiliki peserta salah cara yang dilakukan oleh SD Muhammadiyah
didik yaitu baca tulis Al-Quran (BTAQ). Selain fokus Sidoarum dalam menanamkan karakter pada diri
pada mengasah kempuan yang dimiliki oleh peserta peserta didik.
didik guru ekstrakurikuler juga mananamkan nilai-
Karakter pertama yang ditanamkan oleh sekolah
nilai karakter pada setiap materi yang diberikan.
ini yaitu karakter religius. Karena menurut beberapa
guru, karakter religius ini merupakan pondasi dari

61
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

segala karakter yang akan ditanamkan oleh peserta Aktivitas rutin salat dhuha berjamaah dilakukan
didik. Sekolah ini mempunyai beberapa program bukan hanya oleh peserta didik, tetapi guru, kepala
unggulan dalam menanamkan karakter relius pada sekolah, dan seluruh sivitas akademika di SD Muham-
peserta didik. Fokus penelitian ini adalah untuk madiyah Sidoarum juga terlibat. Demikian juga akti-
mendeskripsikan model penanaman karakter religius vitas membaca Al-Quran dan perilaku yang ber-
dan mengungkapkan hambatan-hambatan dalam pe- akhlakul karimah. Ketiga aktivitas tersebut melibat-
nanaman karakter religius di SD Muhammadiyah kan seluruh komponen sekolah. Guru sebagai orang
Sidoarum. tua di sekolah, kepala sekolah, maupun sivitas aka-
demika lainnya di sekolah berperan menjadi contoh
Metode Penelitian perilaku terbaik (teladan).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian Adanya pembiasaan aktivitas rutin, dan ketela-
ini yaitu penelitian kualitatif. Selama proses penelitian, danan yang ditampilkan oleh guru, kepala sekolah, dan
peneliti mengungkapkan apa yang terjadi di lapangan sivitas akademika merupakan salah satu cara pena-
secara wajar tanpa adanya manipulasi data. Data yang naman karakter pada peserta didik ketika berada di
diperoleh selama melakukan penelitian dideskripsikan sekolah. Peserta didik pada usia sekolah dasar sedang
secara menyeluruh sampai data yang diperoleh jenuh. berada pada tahap meniru. Sehingga keteladanan yang
Menurut Arifin (2011:140), penelitian kualitatif adalah ditampilkan merupakan langkah efektif dan efisien
suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar bagi penanaman karakter peserta didik. Bandura
dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan (Slavin, 2011:202-203) mengemukakan bahwa pem-
tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang belajaran manusia tidak dibentuk oleh konsekuen-
dikumpulkan terutama data kualitatif. sinya tetapi dipelajari dengan lebih efisiensi langsung
dari suatu model (peniruan). Peniruan ini melalui
Strauss (Ahmadi, 2016:15). Menyatakan bahwa
empat tahap yakni tahap perhatian, pengingatan, re-
yang dimaksud dengan istilah penelitian kualitatif
produksi, dan motivasi. Peserta didik akan mem-
adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan
perhatikan contoh guru ketika salat dhuha, membaca
temuan-temuan yang tidak diperoleh oleh alat-alat
Al-Quran, dan berperilaku berdasarkan akhlakul
prosedur statistik atau alat-alat kuantifikasi lainnya.
karimah, dengan mempraktikkannya dan mere-
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat
produksinya. Strategi peniruan ini sesuai dengan
disimpulkan bahwa penelitian kualitatif yaitu mendes-
pernyataan yang dikemukakan oleh Gunawan
kripsikan fenomena-fenomena alamiah (natural) yang
(2012:19-21) bahwa faktor intern yang mem-
terjadi pada saat penelitian tanpa adanya manipulasi
pengaruhi karakter peserta didik adalah adat atau
data.
kebiasaan (habit).
Hasil dan Pembahasan Pendidikan karakter pada dasarnya dilaksanakan
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik kepada
Rumusan visi misi SD Muhammadiyah telah secara peserta didik. Pembiasaan-pembiasaan yang disusun
tegas menjadikan nilai-nilai ke-Islaman sebagai basis oleh pihak sekolah untuk menanamkan nilai-nilai
untuk mewujudkan sekolah terdepan dalam prestasi keagamaan sejalan dengan pernyataan Lickona
dan peduli pada lingkungan. Karena itu, penanaman (Saptono, 2011), yang menyatakan pendidikan karak-
karakter religius menjadi prioritas di samping ter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk
beberapa nilai budaya dan karakter lainnya. Pernya- mengembangkan karakter yang baik (good character)
taan menarik yang disampaikan AS, Kepala SD Mu- berdasarkan kebajikan-kebajikan inti (core virtues)
hammadiyah Sidoarum bahwa SD Muhammadiyah yang secara objektif baik bagi individu dan masya-
Sidoarum merupakan laboaraturium hidup dalam rakat. Dengan begitu sekolah bisa menyusun sendiri
bidang keagamaan. Ini berarti bahwa segala aktivitas daftar mengenai nilai-nilai yang ingin ditumbuh-
yang dilakukan selama di sekolah maupun di ling- kembangkan melalui pendidikan karakter.
kungan sekolah senantiasa berlandaskan pada nilai-
nilai keagamaan. Pembiasaan yang dilakukan secara terus-menerus
diharapkan peserta didik akan memiliki kesadaran,
Agar aktivitas sekolah berpijak pada landasan kepedulian, dan terbiasa menerapkan hal-hal kebaikan
nilai-nilai keagamaan, AS menyebut ada program dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian peri-
internalisasi nilai-nilai Islam yang dilakukan melalui laku sehari-hari peserta didik tidak terlepas dari nilai-
serangkaian aktivitas rutin yang dilakukan di dalam nilai religius. Pernyataan tersebut sejalan dengan
kelas maupun di lingkungan sekolah. Aktivitas rutin pendapat yang dikemukakan oleh Sudewo (2011:14),
tersebut dijalankan terus sehingga menjadi kebiasaan. karakter dapat didefinisikan sebagai kumpulan sifat
Diantara pembiasaan yang dilakukan di SD Muham- baik yang menjadi perilaku sehari-hari. Perilaku se-
madiyah Sidoarum adalah pembiasaan untuk me- hari-hari tersebut dapat berupa perwujudan kesa-
laksanakan salat dhuha berjamaah, membaca Al- daran menjalankan peran, fungsi, dan tugas dalam
Quran, dan membiasakan perilaku berdasar akhlakul mengemban amanah dan tanggung jawab.
karimah.

62
Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN 2598-5973
11 November 2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta e-ISSN 2599-008X

Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di SD Mu- dan MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran). Pembinaan
hammadiyah Sidoarum adalah nilai-nilai disiplin, ekstrakurikuler lainnya juga tidak terlepas dari nilai-
kejujuran, tanggung jawab, ikhlas, toleransi, saling nilai religius.
menghormati, dan peduli lingkungan. Nilai-nilai
Faktor yang menghambat penanaman nilai-nilai
karakter tersebut ditanamkan melalui integrasi mata
religius di SD Muhammadiyah Sidoarum meliputi,
pelajaran, budaya sekolah, dan kegiatan ekstra-
faktor internal peserta didik, faktor sarana prasarana,
kurikuler.
dan faktor masyarakat.
Semua guru di SD Muhammadiyah Sidoarum
Secara umum, upaya penanaman nilai-nilai karak-
dianggap sebagai guru agama. Dengan demikian, se-
ter religius di SD Muhammadiyah Sidoarum adalah
mua guru harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai
ikhtiar lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk
religius dalam setiap mata pelajaran yang diampu.
menguatkan jiwa profetik para siswa. Sehingga lulusan
Penanaman nilai religius di SD Muhammadiyah Sido-
dari SD Muhammadiyah Sidoarum tidak hanya cerdas
arum tidak hanya terdapat dan menjadi tugas/
dan terampil secara intelektual, tetapi juga memiliki
tanggung jawab satu mata pelajaran khusus, me-
karakter yang baik (akhlakul karimah) seperti teladan
lainkan menjadi satu dalam mata pelajaran lain. Se-
yang dicontohkan Rasulullah SAW.
hingga, selama proses pembelajaran guru menyisipkan
nilai-nilai Islami sesuai dengan kreatifitas yang
Daftar Pustaka
dimilikinya.
Ahmadi, R. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Perencanaan pendidikan karakter dilakukan pada
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
saat penyusunan rencana pembelajaran. Penyusunan
perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung:
RPP. Berdasarkan penelusuran dokumen dalam setiap Rosdakarya.
RPP terkandung nilai-nilai pendidikan karakter. Ter-
kait dengan materi penanaman karakter yang akan Saptono. (2011). Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter
disampaikan guru, telah tersusun rapi dan jelas dalam Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis. Jakarta:
RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran). Sehingga Esensi Erlangga Group.
selama proses belajar mengajar akan mempermudah Sudewo, E. (2011). Best Practice Character Buliding
guru dalam menyampaikan materi yang di dalamnya Menuju Indonesia Lebih Baik. Jakarta: Republika
terdapat karakter. Penerbit.
Budaya sekolah merupakan seluruh pengamalan Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan
psikologis para peserta didik baik yang bersifat sosial, Praktik. Jakarta: Indeks.
emosional maupun intelektual yang diserap oleh me-
reka selama berada di lingkungan sekolah. Kurniawan. S. (2013). Pendidikan karakter: Konsepsi
dan Implementasinya secara terpadu di lingkungan
Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan karakter keluarga, sekolah, perguruan tinggi dan
yang dirancang Kemendiknas (2010), strategi pe- Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
ngembangan pendidikan karakter dapat dilakukan
melalui transformasi budaya sekolah school culture dan Gunawan. H. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan
pembiasaan melalui kegiatan pengembangan diri Implementasi. Bandung: Alfabeta.
ekstrakurikuler. Pengembangan budaya sekolah yang Kemendiknas. (2010). Diambil dari wabsite resmi
dilaksanakan dalam kaitannya dengan pengembangan Kemendikbud. http://kemendikbud.go.id
diri, Kemendiknas menyarankan melalui empat hal,
yang meliputi: 1) melalui kegiatan rutin; 2) kegiatan
spontan; 3) keteladanan dan 4) melalui pengkondi-
sian. Sesuai dengan arahan Kemendiknas, SD
Muhammadiyah Sidoarum mengembangkan budaya
sekolah berlandaskan nilai-nilai religius. Sekolah dija-
dikan sebagai laboraturium hidup keagamaan, seluruh
komponen sekolah mendukung proses penanaman
nilai religius melalui pembiasaan dan keteladanan.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu ke-
giatan yang dikhususkan untuk mengasah bakat-bakat
yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan begitu pena-
naman nilai-nilai religius melalui kegiatan ekstra-
kurikuler di SD Muhammadiyah Sidoarum terutama
dilaksanakan pada ekstrakurikuler HW (Hizbul
Wathan), BTAQ (baca tulis Al-Quran), Tapak Suci,

63

Anda mungkin juga menyukai