Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Pendidikan Karakter di SMA − 135

Y. Rimawan Prihartoyo, Siti Irene Astuti

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA DE BRITTO YOGYAKARTA


Y. Rimawan Prihartoyo, Siti Irene Astuti Dwiningrum
YPG-SMA GAMA, Universitas Negeri Yogyakarta
wawanpunokawan@yahoo.co.id

Abstrak
Pendidikan karakter di Indonesia dinilai gagal. Penyebabnya diyakini bahwa manajemen
pendidikan karakter di sekolah belum berlangsung sebagaimanamestinya. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui dan mendiskripsikan bagaimana manajemen pendidikan
karakter dilakukan di SMA De Britto dan apa saja faktor pendukung dan penghambatnya.
SMA De Britto memiliki landasan yang kokoh di bidang pendidikan karakter, dan tertuang
dalam Pedoman Kolese De Britto. Pendidikan karakter SMA De Britto dibagi dalam tiga
tahapan besar yaitu pendidikan ekskursi, live in, dan retret. Metode penelitian adalah
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pendidikan karakter
di SMA De Britto telah berjalan sebagaimana mestinya. Direncanakan dengan matang
melibatkan orang tua dan berpedoman pada visi misi secara kuat, diorganisasikan dengan
baik, dilaksanakan dengan dinamis, dikontrol dan diawasi dengan tegas oleh pejabat yang
ditunjuk, dan dievaluasi secara komprehensif melalui cara personalis, pendampingan, dan
retret/geladi rohani. Faktor penghambat adalah orang tua peserta didik yang meragukan
program pendidikan karakter De Britto. Sedangkan pendukung dapat diketahui adanya
yayasan yang kuat, jaringan alumni yang kuat, dana mantap, lokasi strategis, SDM
terpilih/unggul, dan lain-lain.
Kata kunci: karakter, pendidikan karakter, manajemen pendidikan karakter

CHARACTER EDUCATION MANAGEMENT


IN DE BRITTO HIGH SCHOOL YOGYAKARTA
Abstract
Character education in Indonesia is considered failed. The cause is believed that character education in
the school management has not should be done. The study was conducted to determine and describe
how the character management education management is done in De Britto high school and what are
the factors supporting and inhibiting. De Britto High School has a solid foundation in the field of
character education, and stipulated in the Guidelines for Colleges De Britto. De Britto High School
character education is divided into three major phases, namely educational excursions, live in, and
retreats. Research is descriptive qualitative method. The results showed that the character of
management education in De Britto High School has been running as it should. Carefully planned
involving parents and guided by the strong of vision and mission, well organized, implemented with
dynamic, controlled and supervised by officials appointed by the firm, and comprehensively evaluated
through cura personalist, mentoring, and retreat/spiritual rehearsals. Limiting factor is the parents of
students who doubted De Britto character education programs. While the discovery of a foundation
can support a strong, strong alumni network, steady funding, strategic location, selected human
resources/excel, and others.
Keywords: character, character education, character education management

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


136 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

Pendahuluan rasa hormat kepada orang tua dan guru,


Mutu pendidikan yang rendah rendahnya rasa tanggung jawab individu
disebabkan oleh peran sekolah yang belum dan warga negara, membudayanya peri-
optimal dalam menjalankan fungsinya. laku ketidakjujuran, adanya rasa saling
Sekolah dinilai gagal ketika tidak mampu curiga dan kebencian di antara sesama.
melahirkan orang-orang berpendidikan Perilaku menyimpang yang terjadi
yang dewasa dan berperilaku baik serta tersebut banyak dilakukan oleh orang
berbudaya. Seharusnya sekolah tidak muda terdidik, karena para pelaku pe-
hanya mengembangkan ilmu, ketrampilan, nyimpangan itu disebutkan sebagai pel-
dan teknologi, tetapi juga mengembangkan ajar, anggota legislatif, pegawai atau
aspek-aspek lain seperti: kepribadian, etik, petugas peradilan, dan lain-lain. Orang
moral, dan lain-lain. Sekolah memiliki nilai yang bekerja adalah orang dalam usia
kontributif dalam rangka pembentukan produktif atau usia muda. Mereka adalah
karakter anak bangsa. Pendidikan karakter hasil dari pendidikan di Indonesia. Gam-
di sekolah diberikan untuk pengembangan baran tersebut merupakan cermin kegagal-
kemampuan intelektual dan kemampuan an proses pendidikan kita. Kegagalan
moral. tersebut adalah dalam hal penanaman
Sekolah berperan dalam pendidikan nilai-nilai karakter sebagai manusia yang
karakter. Dengan pendidikan karakter di- berakhlak mulia, berketuhanan, menghor-
harapkan akan memperbaiki mutu pen- mati dan menghargai nilai-nilai humanis
didikan. Sekolah perlu mengoptimalkan dan kebangsaan, sehingga manusia muda
kemampuannya dalam melakukan transfer terdidik adalah manusia yang memiliki
pengetahuan yang bersifat multidimensio- perkembangan pribadi sehat dan produktif
nal. Keseimbangan hasil pendidikan di atau berkarakter.
bidang intelektual dan kemampuan moral Salah satu upaya mengatasi krisis
menjadi semakin mendesak untuk ditelaah karakter bangsa dilakukan melalui proses
kembali. Degradasi moral melanda gene- pendidikan yang komprehensif, berkesi-
rasi muda Indonesia. Bahkan sebagian nambungan dan tidak hanya mementing-
pakar menyebutkan bahwa Indonesia se- kan aspek formal-kognitif saja. Lilis Ummi
dang mengalami krisis multidimensional. Fa‟iezah, S.Pd.,MA., seorang guru di MTsN
Thomas Lickona, mengungkapkan Yogyakarta 1 menulis pandangannya ten-
bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman tang arti penting pendidikan karakter dan
yang harus diwaspadai. Jika tanda-tanda dimuat pada SKH Kedaulatan Rakyat
ini sudah ada, itu berarti bahwa sebuah tanggal 6 Oktober 2012. Beliau menulis:
bangsa sedang menuju jurang kehancur- Peninjauan ulang terhadap kuri-
an. Tanda-tanda yang dimaksud adalah kulum sekolah yang menurut banyak
(Ratna Megawangi, 2004: p.7-8): pihak terlalu sarat muatan perlu menjadi
Meningkatnya kekerasan di kalangan re- perhatian. Menjadikan pendidikan karak-
maja, seperti tawuran,penggunaan bahasa ter sebagai suatu mata pelajaran utuh,
dan kata-kata yang memburuk, seperti bukan sekedar diselipkan pada mata
mengolok-olok teman sebayanya, atau pelajaran lain rasanya perlu direalisasikan
berkata tidak sopan pada pendidik/guru, sebagai dasar pembentukan pribadi luhur.
pengaruh peer-group yang kuat dalam Mengingat pentingnya masalah ini, tidak
tindak kekerasan, termasuk tindakan ada alasan bagi kita semua untuk tidak
bulying yang menjadi sorotan di kalangan serius menangani masalah anarkisitas
remaja sekolah, meningkatnya perilaku pelajar dalam rangka menyelamatkan ge-
merusak diri, seperti penggunaan narkoba, nerasi muda.
alkohol dan seks bebas, semakin kaburnya Pendidikan bukan hanya menjadikan
pedoman moral baik dan buruk, me- seseorang lebih pandai ataupun memiliki
nurunnya etos kerja, semakin rendahnya pengetahuan kognitif, tetapi pendidikan
juga bertujuan mengembangkan pribadi

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Manajemen Pendidikan Karakter di SMA − 137
Y. Rimawan Prihartoyo, Siti Irene Astuti

anak didik agar menjadi manusia seutuh- sanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
nya. Melalui pendidikan haruslah dapat karakter memiliki esensi dan makna yang
dibentuk kelompok masyarakat terdidik sama dengan pendidikan moral dan
yang ditandai dengan semakin meratanya pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
keadaan damai, demokratis, berkeadilan, membentuk pribadi anak, supaya menjadi
berdaya saing, maju dan sejahtera, sehat, manusia yang baik, warga masyarakat, dan
mandiri, beriman, berkesadaran hukum warga negara yang baik.
dan lingkungan, bertoleransi, menguasai Keberhasilan pendidikan karakter di
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki sekolah sangat ditentukan oleh manajemen
etos kerja tinggi serta berdisiplin. Arah pendidikan yang dijalankan sekolah. Hal
pendidikan demikian ini selaras dengan ini mensyiratkan bahwa pendidikan
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, karakter adalah sebuah proses pembel-
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal ajaran yang tidak bisa dijalankan secara
1 ayat 1 yaitu: parsial dan terpisah-pisah. Proses pem-
Pendidikan merupakan usaha sadar dan belajaran ini didukung berbagai kompo-
terencana untuk mewujudkan suasana nen, yakni: guru, siswa, tujuan, materi,
belajar dan proses pembelajaran agar sarana/media dan metodologi. Faktor-
peserta didik secara aktif mengembangkan faktor tersebut mempunyai peranan yang
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan penting dalam mengupayakan efektivitas
spiritual keagamaan, pengendalian diri, proses pembelajaran yang berlangsung.
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, Demikian juga sekolah/satuan pendidikan
serta keterampilan yang diperlukan dalam memiliki peranan yang penting dalam
hidupnya. rangka pelaksanaan pendidikan karakter.
Dari uraian tersebut di atas dapat Satuan pendidikan merupakan wahana
dimaknai bahwa karakter adalah watak, pembinaan dan pengembangan karakter
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang siswa yang dilakukan secara formal di
yang terbentuk dari hasil internalisasi ber- lingkungan sekolah. Adapun pember-
bagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan dayaannya dapat dilakukan melalui: (a)
digunakan sebagai landasan untuk cara regulasi tentang pengintegrasian pembel-
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. ajaran karakter dalam semua mata pel-
Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, ajaran; (b) meningkatkan kapasitas sekolah
dan norma, seperti jujur, berani bertindak, sebagai wahana pendidikan karakter me-
dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lalui pelatihan para guru; (c) penyediaan
lain. Penggabungan dari berbagai kebajik- sumber-sumber belajar yang terkait de-
an tersebut juga di-pengaruhi berbagai hal. ngan upaya pengembangan karakter siswa;
Dalam pandangan filsuf Michael Novak dan (d) pemberian penghargaan kepada
disebutkan; satuan pendidikan yang telah berhasil
Character is a compatible mix of all those mengembangkan budaya karakter. (Darmi-
virtues identified by religious traditions, yati Zuchdi, dkk., 2012: p. 35)
literary stories, the sages, and persons of Pada sisi lain, guru adalah faktor
common sense down through history. yang strategis dalam proses pembelajaran.
(Lickona, 1992: p. 50). Guru adalah agen pembelajaran sekaligus
Jadi pengertian pendidikan karakter agen perubahan, manakala mendidik di-
adalah suatu usaha pengembangan dan maknai sebagai proses transfer penge-
mendidik karakter seseorang, yaitu ke- tahuan dan proses pendewasaan. Guru
jiwaan, akhlak dan budi pekerti sehingga dituntut memiliki seperangkat kompetensi,
menjadi lebih baik. Pendidikan karakter yaitu: kepribadian, pedagogis, profesional,
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai dan sosial. Kompetensi pedagogis me-
karakter kepada warga sekolah yang me- nyaratkan bahwa ia harus memiliki
liputi komponen pengetahuan, kesadaran kemampuan manajerial dalam mengelola
atau kemauan, dan tindakan untuk melak- kegiatan pembelajaran, yang menyangkut:

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


138 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

planning, organizing, staffing, leadership, dan tujuan penelitian adalah mendiskripsikan


controlling untuk dapat mencapai tujuan dan mengetahui tentang perencanaan,
pendidikan secara efektif dan efesien. pengorganisasian, perwujudan, pengawas-
Dengan kemampuan manajerial, guru akan an, dan evaluasi pendidikan karakter di De
mampu menciptakan suatu iklim belajar Britto; serta mengetahui faktor pendukung
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan dan penghambat dalam pendidikan
menyenangkan. karakter di De Britto.
Keseluruhan proses tersebut diwujud- Secara ideal, penelitian ini di-
kan ke dalam suatu kegiatan manajemen, harapkan dapat bermanfaat bagi beberapa
yaitu suatu proses yang kontinyu ber- aspek, diantaranya: secara teoritis mem-
muatan kemampuan dan keterampilan berikan sumbangan keilmuan terhadap
khusus yang dimiliki oleh seseorang atau perkembangan ilmu manajemen pendidik-
kelompok orang untuk melakukan ke- an terutama berkenaan dengan manajemen
giatan baik sendiri-sendiri maupun ber- pendidikan karakter di sekolah, sebagai
sama orang lain dalam mengkoordinasi bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain
dan menggunakan segala sumber daya yang akan melakukan penelitian bidang
untuk mencapai tujuan secara produktif, yang sama pada masa yang akan datang.
efektif, dan efisien. Mengacu pada pe- Secara praktis bagi institusi yang diteliti,
mahaman manajemen yang demikian itu, sebagai masukan yang konstruktif dalam
maka fungsi manajemen di bidang pen- mengelola manajemen pendidikan karakter
didikan berpijak pada prinsip planning, di sekolah, menjadi bahan masukan dan
organizing, actuating, controling, dan eva- sekaligus referensi bagi kepala sekolah,
luation disingkat POACE (Engkoswara, beserta wakil kepala sekolah, guru, ko-
2010: p.93). mite sekolah dan seluruh warga sekolah
Atas dasar pertimbangan tersebut, dalam mengembangkan pendidikan karak-
menarik untuk melakukan penelitian pe- ter di sekolah. Bagi para pengambil ke-
laksanaan manajemen pendidikan karakter bijakan, sebagai salah satu acuan dalam
di sekolah menengah umum khususnya di mengambil keputusan dan kebijakan
Yogyakarta sebagai kota pendidikan/kota tentang pengembangan pendidikan karak-
pelajar. Banyak sekolah-sekolah di Yogya- ter di sekolah.
karta yang memiliki prestasi dan menonjol
di bidang pendidikan karakter. Salah Metode Penelitian
satunya adalah SMA De Britto Yogyakarta, Penelitian ini menggunakan pen-
sekolah swasta karya misi yang bersifat dekatan diskriptif kualitatif. Data dan
terbuka untuk umum dan semua siswanya temuan dituliskan dalam bentuk kata serta
adalah laki-laki. kalimat dan diuraikan dalam paparan yang
Permasalahan dalam penelitian ini bersifat mendiskripsikan, untuk kemudian
yaitu bagaimanakah manajemen pendidik- ditarik suatu kesimpulan.
an karakter di De Britto dilaksanakan. Hal Waktu dan Tempat Penelitian
ini meliputi lima unsur pokok dalam Penelitian dilakukan diawali dengan
manajemen yaitu bagaimana perencanaan pra penelitian pada Bulan November 2012
pendidikan karakter di de Britto? Bagai- dan secara intensif penelitian dilaksanakan
manakah pengorganisasian pendidikan selama Bulan Maret 2013 sampai dengan
karakter di De Britto? Bagaimana per- akhir Bulan April 2013 di SMA De Britto
wujudan pendidikan karakter tersebut? Yogyakarta Jl. Adisucipto No. 161 Yogya-
Bagaimana kontrol/pengawasan pendidik- karta.
an karakter di De Britto? Bagaimanakah Subjek Penelitian
evaluasinya dilakukan? Permasalahan lain Subyek penelitian adalah sumber
adalah apa yang menjadi faktor pen- penelitian yang dibagi dalam dua jenis
dukung maupun penghambat dalam pen- yaitu informan utama dan informan.
didikan karakter di De Britto? Sedangkan Informan utama adalah Kepala Sekolah,

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Manajemen Pendidikan Karakter di SMA − 139
Y. Rimawan Prihartoyo, Siti Irene Astuti

dan informan lain adalah Wakil kepala Sebagai Kolese SMA De Britto
Sekolah Bidang Kesiswaan, Wakil Kepala tunduk pada satu pimpinan yang bersifat
Sekolah Bidang Kurikulum, Pamong Siswa kolegial, yaitu pimpinan Serikat Jesuit se-
dan Guru Bimbingan Konseling. bagai pemilik yayasan, pengurus yayasan
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan sebagai pengelola sekolah, dan direksi
Data sekolah sebagai pelaksana di lapangan.
Data terdiri dari dua macam yaitu Direksi sekolah terdiri dari pengurus
data primer dan data sekunder. Data yayasan dan kepala sekolah serta wakil-
primer adalah dokumen sekolah dan wakilnya. Pada konteks ini jelas bahwa
keterangan kepala sekolah. Data sekunder kepemimpinan kolegium itu sangat mem-
adalah keterangan yang didapat dari pengaruhi jalannya organisasi De Britto.
sumber lain. Data diperoleh dengan cara Rencana besar pendidikan karakter
wawancara mendalam dengan subyek telah disiapkan oleh para pendahulu dan
penelitian dan mempelajari dokumen yang pendiri De Britto yang sampai sekarang
berhubungan dengan penelitian. Instru- menjadi pedoman utama, dituangkan
men penelitian adalah peneliti sendiri dalam buku berjudul Pedoman Kolese De
sebagaimana sifat penelitian kualitatif. Britto. Di dalam buku ini juga dimuat
tentang profil siswa. Penetapan tentang
Teknik Analisis Data profil siswa yang hendak dihasilkan di
Pada prinsipnya, analisis data dilaku-
SMA De Britto menjadi dasar untuk me-
kan bersamaan dengan proses pengumpul-
nyusun program pendidikan karakter.
an data. Analisis data dilakukan dengan
Pedoman Kolese De Britto menjadi jiwa
mengatur urutan data, mengorganisasikan
bagi semua yang terlibat di dalamnya.
dalam bentuk pola tertentu, meng-
Tidak terkecuali pengurus yayasan ter-
kategorikan dan memilah data sesuai
tinggi De Britto pun tunduk dan men-
uraian pokoknya.
jalankan pedoman tersebut. Hal itulah
yang menjadikan SMA De Britto teguh dan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
kuat dalam menjalankan pendidikan
SMA De Britto didirikan oleh suatu karakter bagi siswa.
komunitas Imam-Imam Serikat Yesus yang Buku Pedoman Kolese ini berisi
dikenal dengan nama Jesuit. SMA De Britto panduan/pedoman umum yang bersifat
merupakan Kolese yang secara umum terbuka. Diperbarui setiap sepuluh tahun
mengambil sikap bersama dalam olah budi sekali sehingga isinya selalu disesuaikan
dan olah pikir membangun generasi muda dengan situasi dan perkembangan jaman.
bangsa. Sekolah di bawah Yayasan Johanes Sebagai sebuah pedoman yang disepakati
De Britto ini memiliki organisasi yang bersama, buku ini menjadi semacam buku
khas. yaitu tunduk pada Pedoman Kolese suci nya De Britto. Sehingga tidak ada satu
yang dibuat oleh pemilik yayasan, yaitu alasanpun untuk tidak mengacu pada
para Imam Serikat Jesus atau disebut Imam buku tersebut dalam setiap kebijakan yang
Jesuit yang memiliki pembesar ordo dikeluarkan oleh semua pemangku ke-
bertempat di Roma Italia. Pedoman Kolese pentingan SMA De Britto.
tersebut bersifat mengikat SMA De Britto SMA Kolese De Britto menerapkan
dan harus ditaati. Berisi visi dan misi yang Paradigma Pedagogi Ignasian dalam me-
sangat kuat, dan berisi pedoman umum nyusun kurikulum pendidikannya. Tuju-
yang selalu dievaluasi setiap 10 tahun annya untuk mendidik siswa agar me-
sekali. Di dalam Pedoman Kolese juga ngembangkan belajar mandiri sehingga
dimuat arah dasar pendidikan dan pe- siswa mampu mencari dan mencerna in-
ngembangan siswa De Britto, dimana isi formasi yang diperlukan dan membiasakan
pokoknya adalah menjadikan De Britto diri untuk proses belajar seumur hidup.
sebagai tempat mengolah diri membentuk Pedagogi Ignasian ialah cara para
pribadi unggul dan berkarakter. pengajar harus mendampingi siswa dalam

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


140 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

pertumbuhan, perkembangan, dan pem- pendidikan Kolese De Britto yang


bentukan kepribadian siswa, yang dilan- merupakan aktualisasi dari visi, misi, dan
dasi spiritualitas Santo Ignatius. Pedagogi tujuan pendidikan. Pendampingan pribadi
meliputi pandangan hidup dan visi dari siswa melalui kurikulum pendidikan di-
berbagai ideal manusia untuk dididik. arahkan kepada profil siswa yang di-
Pedagogi juga memberikan kriteria pilihan tetapkan berikut ini: siswa yang memiliki
sarana untuk dipakai dalam proses penghayatan iman yang terintegrasi dalam
pendidikan. Oleh karena itu, pedagogi ini kehidupan; pejuang untuk sesama; man-
tidak boleh direduksi menjadi metodologi diri, kreatif dan komunikatif; optimal dan
semata-mata. (Buku Pedoman Siswa 1 seimbang; disiplin, bekerja keras dan
SMA De Britto, 2013: p. 20-21) berusaha gigih.
Paradigma Pedagogi Ignasian me- Kolese De Britto sebagai karya
rupakan sebuah alat yang praktis dan kerasulan Serikat Jesus mengambil bagian
sebuah perangkat yang efektif untuk dalam usaha mewujudkan tujuan pen-
meningkatkan kinerja guru dan siswa didikan secara umum dan tujuan khusus
dalam proses kegiatan belajar mengajar. pendidikan Yesuit. Berpijak pada visi dan
Secara luas, paradigma ini merupakan cara misi yang telah dirumuskan, pendidikan di
bertindak yang membantu siswa ber- Kolese De Britto bertujuan membantu
kembang menjadi manusia yang berkom- proses pembentukan siswa menjadi pe-
peten, bertanggung jawab, dan berbelas mimpin-pemimpin pelayanan yang mene-
kasih. Pedagogi Ignasian mencakup lima ladan Yesus Kristus dengan kepribadian
langkah pokok, yaitu: konteks, peng- yang utuh, optimal dan seimbang, jujur,
alaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. disiplin, mandiri, kreatif, mau bekerja
Hal ini merupakan perwujudan visi keras, humanis, selalu sedia melayani, dan
dan misi SMA Kolese De Britto. Dalam berani berjuang bagi sesama.
visinya disebutkan Kolese De Britto Pedoman Kolese memberikan gam-
sebagai komunitas pendidikan berjuang baran umum tentang pendidikan karakter
untuk membantu proses pembentukan di SMA De Britto. Pendidikan karakter
pribadi siswa menjadi pemimpin-pe- SMA De Britto tidak diatur secara khusus
mimpin pelayanan yang kompeten, berhati dalam kurikulum. Tetapi pada muatan
nurani benar, dan berkepedulian pada lokal kurikulum De Britto dicantumkan
sesama demi kemuliaan Allah yang lebih program Spiritualitas Ignasian yaitu se-
besar. Sedang sedangkan misinya disebut- mangat dasar pendiri Jesuit Santo Ignatius.
kan dengan dilandasi semangat kristiani Ignasian adalah sebutan bagi para peng-
dan spiritualitas Ignasian, komunitas ikut Santo Ignatius. Program lain dalam
Kolese De Britto bertekad untuk: muatan lokal adalah pendidikan nilai-nilai,
a) membentuk siswa menjadi pemimpin dan pendampingan personal.
yang humanis, melayani, berani ber- Pendidikan karakter SMA De Britto
juang bagi sesama, dan berwawasan memiliki ciri khas pendidikan pada
kebangsaan, serta menghayati nilai-nilai lembaga pendidikan milik komunitas
luhur bangsa Indonesia; Jesuit yaitu: Kolese De Britto merupakan
b) membantu siswa menjadi pribadi yang wadah dan wahana Katolik, Kolese De
berkembang secara utuh, optimal, dan Britto merupakan pusat belajar, Kolese De
seimbang; Britto merupakan wadah dan wahana
c) mengembangkan siswa menjadi pribadi pembinaan kepribadian, Kolese De Britto
yang jujur, disiplin, mandiri, kreatif, dan merupakan keluarga, Kolese De Britto
mau bekerja keras. Peduli kepada siswa yang kurang mampu.
Kesatuan dari pedagogi Ignasian, Berdasarkan pedoman tersebut, SMA
visi, dan misi De Britto diwujudkan dalam De Britto mengelola pendidikan karakter
kurikulum pendidikan. Kurikulum SMA bagi siswanya dengan suatu program yang
De Britto adalah bagian dari proses matang dan berkesinambungan. Program

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Manajemen Pendidikan Karakter di SMA − 141
Y. Rimawan Prihartoyo, Siti Irene Astuti

pendidikan karakter bukan semata-mata OSIS, temu alumni secara periodik berke-
dibuat sebagai paket sekolah yang kaku sinambungan, dan lain-lain. Semua aktivi-
tetapi bergerak dinamis mengikuti tuntut- tas tersebut bertujuan membantu siswa
an dan kebutuhan. sampai pada pencapaian kesadaran seba-
SMA De Britto mengelompokkan gai manusia pribadi yang bebas. Kesadaran
program pendidikan karakter ke dalam akan kebebasan sebagai pribadi inilah yang
tiga tahapan utama, yaitu: pendidikan juga mendasari semangat pendidikan di De
ekskursi untuk kelas X, live in untuk kelas Britto, yaitu pendidikan bebas.
XI, dan retret/geladi rohani untuk kelas Masyarakat banyak mengirimkan
XII. Pendidikan ekskursi dimaksudkan dan menyampaikan pertanyaan kepada
bahwa siswa diajak untuk melihat dan sekolah tentang mengapa Kolese De Britto
mengamati dari luar tentang aneka macam memakai istilah pendidikan bebas. Dike-
peristiwa dalam kehidupan dan lingkung- tahui bahwa yang dimaksud bukanlah
an untuk kemudian diolah secara aka- suatu pendidikan ke arah anarki: suatu
demik dalam bentuk karya tulis pribadi sistem yang bebas dari peraturan yang
tentang apa, bagaimana, mengapa suatu perlu untuk kehidupan bermasyarakat.
peristiwa itu terjadi. Live in yaitu suatu Bukan pula suatu sistem yang merestui
perwujudan keterlibatan secara langsung segala penyelewengan dari nilai-nilai yang
para siswa di dalam proses kehidupan dan dicita-citakan, melainkan terutama adalah
lingkungan dengan berada bersama ma- suatu sikap dalam usaha para pendidik
syarakat, menjalani hidup, dan berusaha bersama peserta didik, untuk bersama-
survive tanpa bantuan orang tua atau sama mencari pengarahan dalam tindak-
sekolah. Hal ini dilakukan bersama ke- tanduk, berlandas pada pengakuan bahwa
lompok masyarakat yang dinilai berada di karunia manusia yang paling asasi dan
strata bawah, miskin dan terpinggirkan. luhur adalah kebebasannya yang harus
Retret dimaksudkan sebagai metode reflek- diprioritaskan dalam proses pembentukan
si diri, permenungan atas siapa dirinya, kepribadian.
mau apa, bagaimana, dan mengapa ada. Para pengajar SMA Kolese De Britto
Hal ini sebagai bentuk evaluasi diri dan sependapat dan sepakat bahwa mereka
upaya reflektif atas upaya pembentukan tidak hanya menyampaikan bahan pel-
diri selama mengikuti pendidikan di De ajaran saja (mengajar), tetapi sekaligus
Britto. mendidik. Artinya, menolong, membantu
Aktivitas kegiatan pendidikan karak- mencarikan pengarahan kepada anak didik
ter De Britto dimulai dengan suatu peren- supaya dapat memilih jalan hidup serta
canaan program yang disosialisasikan perbuatan sendiri, tanpa sebelumnya atau
kepada orang tua siswa di awal tahun sesudahnya menutup rapat-rapat ke-
ajaran baru, dimana dalam kegiatan mungkinan pemilihan lain.
tersebut sangat dimungkinkan adanya Pendidikan bebas bukan semata-
masukan dan usulan dari orang tua mata bebas melakukan apa saja, tetapi
tentang kegiatan apa yang bisa dilakukan dalam kebebasan itu siswa belajar me-
dalam rangka pendidikan karakter siswa. mahami bahwa ada batasan berupa ke-
Pada tahapan berikutnya, program ter- bebasan orang lain. Hal inilah yang
sebut diorganisasikan sesuai tahapan se- menjadi ciri khas pendidikan De Britto. De
bagaimana sudah disebutkan. Britto meyakini bahwa dalam kebebasan
Sedangkan perwujudan sehari-hari, sebagai manusia itulah karakter dapat
De Britto menetapkan suatu bentuk kegiat- terbentuk. Karena dengan demikian sese-
an berupa keteladanan guru, Bimbingan orang akan bebas memilih atau tidak
Konseling, ekstrakurikuler, pendidikan ni- memilih, melakukan atau tidak melakukan
lai-nilai, perwalian, LKTD, kegiatan rohani, secara sadar tanpa pemaksaan dan ke-
pendampingan pribadi, pembentukan pre- wajiban. Pada tahapan ini tampak bahwa
sidium siswa sebagai pengganti organisasi De Britto dengan tegas memilih apa yang

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


142 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

tidak dipilih oleh sekolah lain. Sikap yang dampingan bersifat cura personalis, yaitu
tegas dan jelas inilah tampaknya yang pendampingan secara pribadi sesuai ke-
menjadikan De Britto eksis dan bertahan butuhan siswa. Semua bentuk pembinaan
dari waktu ke waktu. siswa dan kontrol pendidikan karakter
Kemampuan dan kesanggupan un- dilakukan Pamong Siswa. Pamong ber-
tuk menentukan pilihan pribadi siswa bagi tanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
tindak-tanduknya dan jalan hidupnya Pamong memberikan rekomendasi kepada
sendiri dengan tanggung jawab pribadi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
tidak lain adalah kebebasannya. Sikap atas kemajuan siswa terutama berhubung-
yang harus mendasari pendidik dalam an dengan perkembangan pribadi/per-
mendidik adalah menolong, bukan meng- kembangan karakter pribadi siswa. Reko-
ambil alih, mencarikan pengarahan (mem- mendasi ini juga bisa berupa catatan
bimbing) pada anak didik. Anak didik bahwa seorang siswa belum layak untuk
adalah subyek, yaitu „sumber, pembawa, naik kelas ataupun lulus sekolah.
pemilik‟ aktivitas manusia yang dikaruniai De Britto membantu proses pem-
kebebasan untuk “melihat” dan “memilih” bentukan pribadi siswa secara optimal dan
secara manusia, yaitu secara bebas apa seimbang sesuai dengan bakat-bakatnya.
yang (dapat) memberikan arti kepada Kegiatan pendampingan siswa menekan-
hidupnya sebagai manusia (hidup yang kan cura personalis. Seluruh kegiatan pen-
berperikemanusiaan). Prinsip dasar pen- dampingan siswa yang tidak langsung ber-
didikan bebas itulah yang mendasari De kaitan dengan pengajaran menjadi tang-
Britto dalam mengelola kurikulum belajar gung jawab Pamong. Pamong meng-
siswa. Demi memegang teguh pada kese- koordinasi kegiatan pendampingan siswa
pakatan De Britto sebagai kolese, maka di- dalam bidang bimbingan dan konseling,
susunlah kurikulum pendidikan De Britto. perwalian, ekstrakurikuler, pembinaan
Di bidang kendali dan pengawasan rohani, kepresidiuman, bea siswa, dan tata
atau kontrol pendidikan karakter terutama tertib siswa. Untuk mengefektifkan kegiat-
adalah tanggungjawab Kepala Sekolah. an pendampingan siswa, pamong mengo-
Kepala sekolah tidak secara langsung ordinasi pertemuan antara pihak sekolah
terjun dalam pengelolaan dan pelaksanaan dengan orang tua/wali siswa yang di-
pendidikan karakter. Sekolah mendorong selenggarakan setiap semester gasal.
dan memfasilitasi, bahkan cenderung Di luar acara pertemuan yang secara
mengikuti keinginan warga sekolah khu- resmi diselenggarakan sekolah itu, di-
susnya siswa, sejauh hal itu berada dalam harapkan komunikasi dan kerjasama pen-
koridor semangat pedagogi Ignasian se- dampingan anak tetap berlangsung. Saat
bagaimana diuraikan sebelumnya. Demi- anak berhalangan tidak bisa masuk meng-
kian juga pihak yayasan tidak mendikte ikuti kegiatan sekolah, itulah saat komuni-
atau mengarahkan agar sekolah mengikuti kasi dan kerjasama orang tua dan sekolah
arahan yayasan dalam kegiatan mendidik diharapkan terjadi. Saat anak mengalami
siswa. Yayasan secara sadar tidak terlibat kesulitan belajar, kesulitan bergaul, ke-
dan tidak ikut menentukan ke arah mana sulitan-kesulitan pribadi, saat itulah ke-
para siswa hendak dibawa. sempatan komunikasi dan kerjasama di-
Dalam tata organisasi De Britto, wujudkan. Bapak-ibu sebagai orang tua
tanggung jawab Kepala sekolah di bidang dapat menghubungi pihak sekolah baik
pendidikan karakter ini didelegasikan pamong, subpamong, bimbingan konseling
kepada pejabat khusus. Yayasan De Britto maupun wali kelas berkaitan dengan pen-
menempatkan seorang pejabat yang di- dampingan dan perkembangan anak.
sebut Pamong Siswa. Tugas utamanya Di dalam manajemen pendidikan,
adalah mengelola pendidikan karakter evaluasi adalah salah satu cara untuk
mulai dari perencanaan sampai evaluasi. mengukur keberhasilan peserta didik di
Pamong siswa juga memberikan pen- dalam menyerap dan memahami materi

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Manajemen Pendidikan Karakter di SMA − 143
Y. Rimawan Prihartoyo, Siti Irene Astuti

yang diajarkan dan atau dilatihkan. Secara bahwa aspek penting dalam proses pen-
umum digunakan angka-angka sebagai didikan yang tidak hanya memberikan
indikator. Misalnya dengan nilai 10 berarti pengetahuan kognitif melainkan juga
anak tersebut dinyatakan berhasil dan harus bersifat afektif sangatlah penting.
dengan nilai 1siswa dinyatakan gagal. Perpaduan kurikulum nasional dengan
Pada tahapan evaluasi, De Britto muatan kurikulum lokal khas De Britto
tidak memberikan penilaian keberhasilan menunjukkan suatu manajemen pendidik-
pendidikan karakter dengan nilai kuanti- an yang bersifat dinamis dilakukan oleh
tatif. Evaluasi dilakukan pada saat siswa SMA De Britto. Integrasi yang terkontrol
naik ke kelas XII dengan cara wajib dan direncanakan dengan baik telah
mengikuti retret bagi yang Kristiani dan dilakukan SMA De Britto di dalam me-
mengikuti Geladi Rohani bagi yang non wujudkan tugas lembaga pendidikan, yaitu
Kristiani. Pada kegiatan ini siswa diajak sekolah yang berfungsi sebagai agen
untuk berefleksi tentang sejauh mana perubahan. Hal ini juga menunjukkan
mereka sudah memanfaatkan waktu se- bahwa dinamika kepemimpinan sekolah
lama mengikuti pendidikan di De Britto memberikan andil yang besar dalam pe-
untuk membentuk dan membangun diri- ngelolaan manajemen sekolah.
nya. Refleksi tentang profil siswa De Britto SMA De Britto telah memiliki konsep
diberikan oleh pembimbing untuk meng- dasar yang kuat di dalam menjalankan
ajak siswa sampai pada tahapan memaknai tugas dan kewajiban sekolah sebagai the
proses pembentukan dirinya. agent of change bagi para siswanya. SMA De
Retret menjadi bagian wajib dalam Britto menyadari betul bahwa pendidikan
merenungkan dan merefleksi diri sejauh haruslah menghasilkan insan berkarakter.
mana pribadi siswa dibentuk dan terben- SMA De Britto tidak menempatkan
tuk oleh dirinya sendiri, maupun lingkung- pendidikan karakater sebagai kurikulum
annya selama menempuh studi di SMA De tersendiri. Tetapi pendidikan karakter
Britto. Dengan retret, siswa dibawa dan terintegrasi ke dalam setiap mata pelajaran.
diajak oleh pembimbing untuk masuk ke Dengan demikian semua guru bertang-
dalam pemahaman proses belajar terus gung jawab atas keberlangsungan pen-
menerus untuk lebih mendewasakan diri didikan karakter tersebut. Tetapi dengan
dan pribadi. memilih muatan lokal kurikulum berupa
Demikianlah tampak secara nyata Spiritualitas Ignasian, pendidikan nilai-
bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan nilai, dan pendampingan, menunjukkan
karakter di De Britto dipersiapkan secara De Britto telah mengintegrasikan pen-
matang dan menjadi program berkelanjut- didikan karakter di sekolah secara cermat.
an sesuai jenjang kelas yang ditempuh SMA De Britto mengaplikasikan pe-
peserta didik. Proses pembelajaran menjadi ngertian manajemen pendidikan secara
sarana untuk membantu siswa memahami terbuka. Manajemen sebagai sekumpulan
kebermaknaan hidupnya, sekolah sebagai orang yang memiliki tujuan bersama dan
lembaga memberi dorongan dan fasilitas bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
untuk mencapainya, dan pembinaan siswa telah ditetapkan. Dalam manajemen ter-
dilakukan sekolah melalui aktifitas siswa kandung pengertian pemanfaatan sumber-
sebagai wadah untuk mewujudkan kreati- daya untuk tercapainya tujuan. Sumber-
fitas dan pembentukan profil diri siswa. daya adalah unsur-unsur dalam mana-
Hal ini telah diuraikan pada bagian awal jemen, yaitu manusia (man), bahan (mate-
penulisan tesis bahwa pendidikan karakter rials), mesin/peralatan(machines), metode/
secara terpadu di SMA dilaksanakan me- cara kerja (methods), modal uang (money),
lalui proses pembelajaran, manajemen se- informasi (information). Sumberdaya ber-
kolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. sifat terbatas, sehingga tugas manajer me-
Pengelolaan pendidikan karakter di ngelola keterbatasan sumber daya secara
SMA De Britto tersebut menunjukkan efisien dan efektif agar tujuan tercapai.

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


144 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

Proses manajemen adalah proses retret tersebut juga diberikan kepada para
yang berlangsung terus menerus, dimulai siswa untuk menyatakan isi hatinya
dari: membuat perencanaan dan pem- kepada para orang tua masing-masing
buatan keputusan (planning); mengorgani- melelalui sebuah surat. Kemudian surat
sasikan sumberdaya yang dimiliki (organi- tersebut diberikan kepada para orang tua
zing); menerapkan kepemimpinan untuk melalui pertemuan di sekolah dan harus
menggerakkan sumberdaya (actuating); me- dibalas juga oleh orang tua dan diberikan
laksanakan pengendalian (controlling), dan kepada siswa melalui sekolah. Di sini De
melakukan evaluasi. Britto menunjukkan bahwa proses pen-
Di dalam konteks manajemen seko- didikan bukan semata-mata tanggung
lah, SMA De Britto telah berhasil menjalan- jawab sekolah, melainkan juga tanggung
kan dan mengembangkan visi pendidikan jawab orang tua siswa.
melalui sebuah proses manajemen yang Pada sisi lain, hambatan datang dari
baik. Salah satu visi pendidikan disebutkan orang tua siswa. Setiap dilakukan sosiali-
bahwa kegiatan pembinaan kesiswaan sasi program pendidikan karakter pada
adalah berkembangnya potensi, bakat dan awal tahun ajaran baru, orang tua selalu
minat secara optimal, serta tumbuhnya mempertanyakan secara panjang lebar
kemandirian dan kebahagiaan peserta tentang aman tidaknya kegiatan diluar
didik yang berguna untuk diri sendiri, sekolah yang dipilih De Britto. Bahkan
keluarga dan masyarakat. Misi kegiatan seringkali tidak mengijinkan anaknya
pembinaan kesiswaan adalah (1) menye- mengikuti kegiatan pendidikan karakter.
diakan sejumlah kegiatan yang dapat Dalam pandangan orang tua aktivitas live
dipilih oleh peserta didik sesuai dengan in dimana siswa harus hidup di tengah dan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat bersama masyarakat yang dianggap ter-
mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan pinggirkan, kotor, miskin, penyakitan, dan
yang memberikan kesempatan peserta lain-lain adalah hal berbahaya bagi anak-
didik mengeskpresikan diri secara bebas anak mereka. Perdebatan yang panjang
melalui kegiatan mandiri dan atau lebar tentang hal ini seringkali menjadikan
kelompok. Hal ini juga tampak dalam sosialisasi berlarut-larut dan justru merugi-
prestasi yang dicapai siswa SMA De Britto. kan sekolah serta siswa. Namun keadaan
Siswa Kolese De Britto mempunyai se- demikian tidak menjadikan sekolah ber-
gudang prestasi di bidang olahraga kompromi dengan orang tua. Penjelasan
maupun non-olah raga. Untuk bidang olah yang sabar dari pimpinan sekolah bisa
raga, secara spesifik De Britto terkenal diterima sebagaian terbesar dari orang tua.
dengan prestasi basketnya. Sementara Dan jika ada yang tetap keberatan, sekolah
untuk non-olah raga, De Britto terkenal mempersilakan untuk mengambil kembali
dengan prestasi debatnya. (dengan prestasi anaknya dari De Britto.
yang melampaui taraf daerah), fotografi Sikap tegas dari pimpinan sekolah
(yang rutin mengadakan pameran), teater, yang demikian mampu menenangkan
dan cheerleaders (yang anggotanya tentu- orang tua siswa sehingga program pen-
nya laki-laki semua). didikan karakter De Britto berlangsung
Tampak sekali bahwa menilai keber- dengan baik. Sikap tegas sekolah yang
hasilan pendidikan karakter di SMA De demikian ini telah memberikan kontribusi
Britto tidak bisa dengan angka-angka. yang nyata bagi berlangsungnya proses
Melainkan dengan mendengar dan mem- pendidikan karakter di SMA De Britto.
berikan kesempatan kepada setiap pribadi Pada aspek dukungan, diketahui
siswa untuk mengungkapkan diri dan bahwa SMA De Britto berlokasi di tempat
pengalamannya selama mengenyam pen- yang sangat strategis. Di tepi jalan utama
didikan di De Britto secara bebas dan tidak Yogyakarta Solo. Berada di tengah kota,
dibatasi oleh larangan-larangan. Mereka tetapi karena lokasi yang sangat luas,
berefleksi lewat retret. Pada kesempatan dengan bangunan berkeliling yang kokoh,

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


Manajemen Pendidikan Karakter di SMA − 145
Y. Rimawan Prihartoyo, Siti Irene Astuti

lingkungan di dalam SMA De Britto sangat dan program keteladanan, ekstra-


asri. Pohon-pohon besar tumbuh dan kurikuler, ibadat rohani, perwalian,
hidup. Faktor pendukung lain adalah presidium siswa, pembinaan rohani,
Yayasan De Britto yang sangat kuat di- pelatihan kepemimpinan, tata tertib
dukung dari Serikat Imam Jesuit, sumber siswa, pendidikan nilai-nilai, dan bim-
dana baik dari orang tua maupun lembaga bingan konseling.
swasta atau perusahaan yang juga lancar, d. Pada tataran kontrol/pengawasan, SMA
dukungan alumni dengan yayasan alumni De Britto menempatkan seorang pejabat
yang bersinergi dengan sekolah sejak lama yang disebut Pamong Siswa sebagai
menjadikan SMA De Britto semakin kokoh. penanggung jawab pendidikan karakter.
Sumber Daya Manusia yang dimiliki ada- TugaS Pamong Siswa termasuk me-
lah pilihan dengan seleksi ketat. Sehingga lakukan pendampingan bersifat cura
pengelolaan sekolah menjadi lancar dan personalis dan penerapan sanksi sebagai
dinamis. Kekuatan visi dan misi yang metode olah diri.
dijabarkan secara jelas dan tegas oleh para e. Pada tahap evaluasi, SMA De Britto
pendiri SMA De Britto semakin memantap- tidak membuat evaluasi ujian tentang
kan keberlangsungan sekolah ini. keberhasilan program pendidikan ka-
Berdasarkan uraian di atas, tampak rakter tetapi menyelenggarakan kegiat-
bahwa pedidikan karakter SMA De Britto an retret/geladi rohani sebagai media
dirancang, dijalankan, dan dievaluasi ber- mengevaluasi diri dan pengokohan jati
dasarkan prinsip manajemen yang ter- diri siswa sesuai profil siswa yang telah
integrasi dalam prinsip POACE, yaitu ditetapkan.
planning, organizing, actuating, controlling,
Hal yang menghambat dalam mana-
dan evaluation. Prinsip fungsi manajemen
jemen pendidikan karakter di SMA De
pendidikan ini diaktualisasikan dalam
Britto adalah orang tua siswa. Manajemen
kegiatan nyata di SMA De Britto.
pendidikan karakter di SMA De Britto
Simpulan yang fleksibel dan dinamis, terbuka untuk
Manajemen Pendidikan Karakter di penyesuaian dengan kebutuhan siswa,
SMA De Britto Yogyakarta telah berjalan seringkali membuat orang tua siswa tidak
sebagaimanamestinya. Hal ini dapat dilihat bisa menerima sepenuhnya. Kekuatiran
sebagai berikut: akan keamanan, dan jaminan lainnya
a. SMA De Britto merencanakan pendidik- terhadap program pendidikan karakter di
an karakter dengan berpegang pada Pe- SMA De Britto sering menjadi perdebatan
doman Kolese yang ditetapkan oleh panjang pada pertemuan dengan orang tua
pimpinan tertinggi Serikat Yesuit yaitu wali siswa pada awal tahun ajaran baru.
pemilik Yayasan SMA De Britto. Prinsip Hal-hal yang mendukung SMA De
dasar pendidikan bebas De Britto men- Britto dapat disebutkan sebagai berikut:
jadi pedoman yang harus ditaati. Sifat lokasi sekolah yang sangat strategis,
terbuka dan demokratis digunakan dal- Yayasan De Britto yang kuat, sumber dana
am menyusun program utama pen- yang mantap, sumber daya manusia yang
didikan karakter, yaitu: pendidikan terpilih dan terlatih, alumni yang men-
ekskursi, live in, dan retret/geladi dukung secara riil.
rohani. Saran
b. Dalam pengorganisasian pendidikan Untuk lebih memantapkan mana-
karakter SMA De Britto melalui 3 jemen pendidikan karakter di SMA De
tahapan utama yaitu: pendidikan eks- Britto akan menjadi lebih baik jika pe-
kursi bagi kelas X, live in bagi kelas XI, doman pengelolaan pendidikan karakter
dan retret/geladi rohani bagi kelas XII. yang sudah ada dibuat dalam bentuk buku
c. Pada tahap pelaksanaan/actuating, kerja tersendiri. Selama ini meskipun ada
SMA De Britto menerapkan aktivitas buku pedoman Kolese De Britto, tetapi

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014


146 − Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan

diskripsi dan tata organisasi serta imple- ____________.(2012). Metode penelitian kuali-
mentasi pendidikan karakter di SMA De tatif dalam perspektif rancangan pene-
Britto masih tersebar dalam beberapa buku litian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
pedoman dan ada yang merupakan ke- Bogdan R.C., & Biklen, SK. (1992). Qualitatif
biasaan yang tidak dituliskan. research for an education: introduction
Dengan demikian jika cetak biru to theory and methodes, Needham
atau grand design manajemen pendidikan Heights: MA., Ally Bacon
karakter di SMA De Britto dapat dibuku- Clark, Power. F. (1997). Understanding the
kan tersendiri, akan menjadi kekayaan bagi character in character education, Uni-
berkembangnya warga SMA De Britto dan versity of Notre Dame. Di-unduh
sangat dimungkinkan menjadi contoh bagi dari http://www.tigger.uic.edu/
sekolah lain. Sehingga degradasi moral inucci/MoralED/articles/powerun
bangsa yang disebut sebagai tanda gagal- der.htmlTanggal 4 Januari 2013.
nya pendidikan karakter di Indonesia Darmiyati Zuchdi, Zuhdan Kun Prasetya.,
sebagaimana diuraikan pada awal tesis ini et.all. (2012). Model pendidikan karak-
dapat dieliminir dengan menerapkan ter terintegrasi dalam pembelajaran
manajemen pendidikan karakter di sekolah dan pengembangan kultur sekolah.
secara baik. Yogyakarta: UNY Press.
Peran kepemimpinan sekolah yang Doni Koesoema, A. (2010). Pendidikan
jelas, tegas, dan terbuka akan memberikan karakter strategi mendidik anak di
dampak yang positif bagi berkembangnya zaman global. Jakarta: PT. Grasindo.
lembaga dan komunitas sekolah. Model Hidayatullah, M. F. ( 2010). Pendidikan ka-
kepemimpinan yang terbuka, partisipatif, rakter: membangun peradaban bangsa.
dan bersedia mendengar mampu memberi- Surakarta: Yuma Pustaka.
kan dukungan akan kinerja seluruh staf Lickona, T. (1992). Educating for character,
sehingga organisasi bergerak sesuai yang how our schools can teach respect and
dicita-citakan. Demikian halnya dengan responsibility. New York: Bantam
kepemimpinan SMA De Britto untuk pe- Books.
ngelolaan pendidikan karakter siswa. Ke- _________. (2004). Character matters. New
terbukaan dalam memberikan ruang yang York: A Touchstone Book.
bebas bagi guru dan staf serta siswa dalam M .Berkowitz & M.Bier. (2006). What works
mengaktualisasikan pendidikan karakter in character education. Washington.
mampu membentuk sekolah yang sekolah Rusman. (2011). Manajemen kurikulum. Ja-
unggul dalam pendidikan karakter. karta: PT Raja Grafindo Persada.
Metode pengembangan pendidikan Ratna Megawangi. (2004). Pendidikan ka-
karakter yang dilakukan SMA De Britto rakter; solusi tepat untuk membangun
membuahkan hasil yang baik, dimana bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage
ditunjukkan dengan pencapaian prestasi Foundation.
sekolah, keunggulan alumni, maupun SMA Kolese De Britto. (2010). Buku pedo-
situasi siswa di dalam lingkungan yang man siswa 1. Yogyakarta: SMA
terus berubah dan seringkali menimbul- Kolese De Britto.
kan dampak negatif di masyarakat. Tetapi SMA Kolese De Britto. (2012). Buku pedo-
SMA De Britto dapat keluar dari situasi man siswa 2 tahun 2012 – 2013.
negatif tersebut, sehingga model pendidik- Yogyakarta: SMA De Britto.
an karakter di De Britto bisa ditiru dan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003.
dikembangkan oleh sekolah lain. Sistem pendidikan nasional. Jakarta:
Biro Hukum dan Organisasi Sekjen
Daftar Pustaka Depdiknas.
Andi Prastowo. (2011). Memahami metode- Yayasan De Britto. (2003). Pedoman Kolese
metode penelitian. Yogyakarta: Ar- De Britto. Yogyakarta: Yayasan De
Ruzz Media Britto.

Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 1, 2014

Anda mungkin juga menyukai