Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha seseorang untuk memiliki

ilmu baik dalam ilmu spritual keagamaan, kebudayaan, kepribadian,

dan keterampilan agar dapat diberikan kembali ilmu yang telah didapat

kemasyarakat agar terciptanya pendidikan yang baik dan unggul.

Fungsi dari pendidikan agar menciptakan generasi yang baik dalam

menghadapi diera zaman teknologi sehingga calon generasi masa

depan dapat memiliki kemampuan ilmu yang baik dan keterampilan.

Kita pun dapat melihat dalam rangking pengetahuan pendidikan

di Indonesia dalam peringkat didunia dimana dari Media Kabar pada

tanggal 06/12/2016 Okezone News, dengan judul skor PISA Indonesia

masih dibawah rata-rata dengan penilaian peringkat Indonesia di PISA

yaitu peringkat ke 65 pada tahun 2015 Sebanyak 72 negara termasuk

Indonesia, mengikuti Programme for International Student Assessment

(PISA) untuk mengevaluasi sistem pendidikan dalam bidang

matematika, sains, dan membaca. Penilaian yang diinisiasi oleh

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) itu

dilakukan setiap tiga tahun sekali kepada siswa berusia 15 tahun

secara acak.

1
2

Berdasarkan hasil survei 2015 yang baru saja dirilis, Indonesia

berhasil naik enam peringkat dari posisi sebelumnya yakni dua

terbawah. Sayangnya, peningkatan capaian tersebut masih di bawah

rata-rata negara-negara OECD lainnya. Berdasarkan data, rata-rata

nilai sains negara OECD adalah 493. Sedangkan Indonesia baru

mencapai skor 403. Untuk matematika, rata-rata negara OECD 490,

namun skor Indonesia hanya 386. Sementara dalam membaca skor

rata-rata Indonesia baru 397. Padahal, rata-rata OECD adalah 493.

Rendahnya kesadaraan penduduk untuk pentingnya pendidikan

sehingga peringkat Indonesia menurun.

Begitupun data tidak hanya penelitian dari OECD tetapi

peringkat ini diambil juga dari ASEAN diambil dari sebuah berita

media masa Okezone News pada tanggal 25/11/2017 menyatakan

bahwa Sebagai anggota ASEAN, Indonesia sendiri ternyata masih

berada di bawah negara tetangga Malaysia dalam dunia pendidikan.

Berikut peringkat pendidikan negara-negara ASEAN seperti dilansir

Deutsche Welle. Saat ini Indonesia berada di posisi 108 di dunia

dengan skor 0,603. Secara umum kualitas pendidikan di tanah air

berada di bawah Palestina, Samoa dan Mongolia. Dalam melihat

peringkat pendidikan diIndonesia tidak hanya dilihat dari cangkupan

dunia saja tetapi dilihat dari cangkupan dunia hingga dilihat dari

skala nasional yang diteliti. Begitupun dalam pendidikan diIndonesia

dalam cangkupan nasional.


3

Sebuah berita yang diterbitkan oleh Jawa pos pada tanggal

11/06/2017 menyatakan bahwa penurunan nilai tidak hanya terjadi di

jenjang SMP/MTs. Kondisi serupa juga menimpa SD/MI. Dibanding

tahun lalu, hasil nilai ujian sekolah menurun ditahun ini, berdasarkan

data kolektif hasil ujian sekolah (DKHUS), total nilai rata-rata

Kabupaten Gresik 231,89. Rata-rata nilai bahasa Indonesia 74,28,

matematika 77,01, dan nilai IPA 80,60. Nilai rerata tersebut sedikit

lebih rendah dibanding 2016 yang mencapai 233,86. Saat itu, rata-rata

nilai bahasa Indonesia 76,61, matematika 75,79, dan IPA 81,46.

Sedangkan pada 2015 nilai rata-rata US SD/MI mencapai 247,78.

Dapat terlihat dari gambaran pendidikan Indonesia secara global

hingga ke nasional, bahwa pendidikan diIndonesia masih rendah

terutama dalam bidang pengetahuan dan matematika.

Berdasarkan Observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri

Curug 02 Bojong Sari Kota Depok, diperoleh data bahwa jumlah siswa

kelas V keseluruhan kelas V-A dan V-B dengan berjumlah 89 siswa.

Dimana hasil dari wawancara dengan guru kelas dan data rekapitulasi

hasil ujian tengah semester menyatakan masih sangat rendah tingkat

kesadaran siswa untuk mengerjakan tugas maupun belajar dirumah,

masih seringnya siswa malu saat maju kedepan kelas, seringnya

mencontek saat ulangan berlangsung, maupun terlalu sering bermain

handphone saat jam istirahat. Rata-rata nilai kelas V untuk mata

pelajaran matimatika 32, B.Indonesia 57, Ipa 52, dan Ips 55. Terlebih
4

lagi tingkat kepercayan diri dan rasa kepedulian sosial siswa dengan

teman sebayanya masih dari 89 siswa kelas V hanya 55% yang masih

baik dalam berinteraksi dengan teman sebayanya.

Manusia makhluk individu yang membutuhkan individu lain atau

kelompok untuk saling membantu dan memenuhi kebutuhannya itu

sendiri. Begitupun dalam tatanan kehidupan pasti perlunya berinteraksi

dengan sesama, interaksi sosial ini perilaku antar individu dengan

individu maupun individu dengan kelompok. Berinteraksi sosial ini

sangatlah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari dan terkadang

tanpa kita sadari berjalan maupun membeli barang sesuatu sudah

dikatakan interkasi sosial. Tetapi diera jaman ini rendahnya manusia

khususnya siswa pelajar untuk pentingnya berinterkasi.

Terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan interaksi sosial ini

menjadi rendah yaitu dapat dikarenakan pemalu, keterbatasan

berbicara sehingga siswa lebih menyukai berdiam diri tidak terbuka,

kurangnya percaya diri penampilan dapat membuat sulit berinteraksi,

tidak memperdulikan temannya, kurangnya saling menghargai antar

teman, sifat malas, dan keterbatasan fisik. Interaksi sosial yang

berlangsung baik yaitu adanya kontak sosial dengan yang lain dan

adanya komunikasi timbal balik dengan satu sama lain. Kemampuan

komunikasi berkenaan konsep diri akan menentukan kontak sosial

sehingga terjadilah interaksi sosial siswa. Maka dari itu, dalam

menumbuhkan konsep diri dan interkasi sosial siswa akan butuh


5

bekerja sama dengan orang tua dan lingkungan agar terciptanya

generasi yang baik dan unggul.

Padahal mendidik anak pada masa kecil adalah waktu yang pas

atau tepat. Karna pola pikir anak masih rendah sehingga peran orang

tua dan guru mengajarkan seorang anak berinteraksi untuk

meningkatkan dan memberikan wawasan yang luas kepada anak,

seperti salam sapa dengan teman lainnya, menghormati yang lebih

tua, dan mengajarkan anak arti penting dalam berinteraksi. Salah satu

contoh dimana rendahnya perhatian orang tua terhadap anak dengan

lingkungan sekitar, dimana orang tua lebih memilih anak sepulang

sekolah diharuskan berdiam dirumah tanpa tau pengalaman diluaran

sana, cara mengenal diri sendiri dan saling berkomunikasi dengan

teman sebaya.

Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Hubungan konsep diri dengan interaksi sosial

siswa” di kelas V Sekolah Dasar Negeri Curug 02 Kota Depok

Semester Genap tahun pelajaran 2018/2019.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasi permasalahan, yaitu:

1. Siswa kurang percaya diri seperti disaat ulangan semester saling

mencontek dengan teman yang lainnya.


6

2. Siswa sepulang sekolah sering menyendiri di kamar atau menonton

tv karena kurangnya perhatian dari orang tua untuk berkumpul

dengan anggota keluarga lainnya.

3. Siswa sering bermain game online disaat sepulang sekolah

sehingga kurangnya berinteraksi dengan teman sebayanya.

4. Siswa kurang memahami konsep diri tentang bagaimana mengenal

diri sendiri disaat dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.

5. Siswa kurangnya informasi mengenai pengetahuan umum

mengakibatkan merasa rendah diri untuk berbicara di tempat

umum.

6. Siswa kurang terbiasa berbicara mengungkapkan pendapat secara

lisan dan formal terutama jika menyangkut materi pembelajaran

didepan kelas.

7. Siswa kurang membaca sehingga kurangnya bermotivasi untuk

bersosialisasi di lingkungan sekitar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah,

maka pembatasan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini

mencakup hal-hal yang berkaitan dengan konsep diri sebagai variabel

bebas (X) dan interaksi sosial siswa sebagai variabel terikat (Y) di

kelas V Sekolah Dasar Negeri Curug 02 Kota Depok Semester Genap

Tahun Pelajaran 2018/2019.


7

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan

masalah:

Apakah terdapat hubungan konsep diri dengan interaksi sosial siswa di

kelas V Sekolah Dasar Negeri Curug 02 Bojong Sari Kota Depok

Semester Genap tahun pelajaran 2018-2019?

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoretis

mapun praktis:

1. Kegunaan Teoretis

a. Memberikan sumbangsih dan tambahan khazanah keilmuan

bagi dunia pendidikan dan memperkaya hasil-hasil penelitian

yang telah ada sebelumnya.

b. Sebagai bahan informasi mengenai hubungan antara konsep

diri dengan interaksi sosial sehingga dapat memberikan tinjauan

dalam meningkatkan pembelajaran yang lebih baik.

c. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian mengenai hubungan

antara konsep diri dengan interaksi sosial siswa di sekolah.

2. Kegunaan Praktis

a. Kegunaan untuk guru

1) Sebagai bahan koreksi terhadap kinerja guru dan menjadi

solusi untuk mengadakan perbaikan-perbaikan proses

pembelajaran.
8

2) Sebagai bahan acuan untuk menentukan strategi mengajar

agar terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif.

3) Sebagai gambaran bagaimana peran guru sebagai

administrator dan fasilitator siswa.

b. Kegunaan untuk siswa

1) Meningkatkan pemahaman, keaktifan serta minat siswa

dalam belajar.

2) Meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif

siswa.

3) Pembelajaran akan semakin menyenangkan sehingga siswa

lebih tertarik mengikuti pembelajaran.

c. Kegunaan untuk sekolah

1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan

sekolah.

2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

3) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan

prestasi sekolah

Anda mungkin juga menyukai