Disusun Oleh :
Nim : 201748046
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
BAB I
PENDAHULUAN
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
pelajaran itu sendiri adalah sususnan dan bahan kajian dan pelajaran untuk
adalah salah satu langkah dalam mengatasi persoalan di dunia pendidikan seperti
Dewasa ini melemahnya karakter warga negara yang baik pada diri siswa
memunculkan sikap egois dan fundamental, tampaknya sampai saat ini kita
sedang
1
berada dalam krisis multidimensi, yakni krisis nilai moral yang berujung pada aksi
untuk dapat mencegah dan menekan penularan virus Covid-19, pun peserta didik
perekonomian yang sudah kurang lebih 3 bulan lumpuh akibat dampak Covid-19,
sepenuhnya berani dibuka oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan anak usia sekolah
adalah anak yang cendrung masih labil dan senang akan berkumpul dengan
Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan saat ini bersifat daring yang sifatnya
jarak
jauh. Sudah barang tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam rangka
sekolah telah diberikan tanggung jawab dalam upaya pembangunan karakter sejak
Sejak masuk dalam kurikulum sekolah mulai tahun 1962 sampai saat ini, PKn
pendekatan pembelajaranannya.
indikasi empirik yang dihadapi mata pelajaran PKn di sekolah adalah: Proses
effect) yang terbatas pada penguasaan materi (content matery) atau dengan kata
(nurturant
effects) sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian sebagaimana
mestinya.
terjadi di kelas saat ini belum menekankan pada dimensi watak, karakter dan
langsung karena guru tidak melakukan tatap muka langsung dengan siswa
salah satunya adalah civic disposition. Pada civic disposition ini hal yang
kebiasaan yang baru dalam diri peserta didik. Mengingat teori belajar yang
hanya sebagai transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi peserta didik harus diajak
untuk belajar sambil melakukan artinya dalam proses pembelajaran peserta didik
kedalam sebuah kegiatan tertentu. Dengan belajar sambil melakukan ini maka
pembiasaan tersebut.
civic disposition juga bisa dilakukan secara langsung, secara intensif dan bisa
dilakukan secara online dimana yang terjadi lebih banyak proses pembelajaran
atau transfer pengetahuan saja, tak ada yang bisa menjamin siswa mendapatkan
(civic disposition) yang siswa terima dari orang tua sesuai dengan nilai-nilai yang
Nusaniwe “
nusaniwe.
3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-
6
BAB II
KAJIAN TEORI
Learning) mer
dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer. Bahannya biasa sering
diakses melalui sebuah jaringan. Sumbernya bisa berasal dari website, internet,
intranet, CD-ROM, dan DVD. Selain memberikan instruksi, e-learning juga dapat
memonitor kinerja peserta didik dan melaporkan kemajuan peserta didik. E-learning
tidak hanya mengakses informasi (misalnya, halaman web), tetapi juga membimbing
peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang spesifik (misalnya, tujuan).
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan
bekarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006 : 2).
karakter yang cerdas dan berkepribadian baik di dalam menjadi warga negara.
7
Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007: 4), mengemukakan
young people for their roles and responsibilities as citizens and in particural, the role of
dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk
mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus
warga masyarakat yang berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas
adalah suatu learning process yang tidak begitu saja meniru dan mentransformasikan
sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge,
mengambil keputusan politi secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi
PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang
dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Oleh karena itu Pendidikan
pembentukan warga negara untuk menjadi warga negara yang cerdas dan mempunyai
karakter sehingga Indonesia mempunyai generasi muda yang bisa bertanggung jawab
sebagai warga negara yang bertujuan mempunyai pemikiran yang kritis dan bertindak
Beberapa unsur yang terkait dengan perkembangan PKn, antara lain (Somantri,
Kewarganegaraan.
perkembangan PKn akan mempengaruhi pengertian PKn sebagai salah satu tujuan
satu tujuan pendidikan IPS yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan
warga
negara yang baik dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan
diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai
Tujuan pembelajaran PKn pada umumnya berisi berbagai tingkah laku yang
7), tujuan civic education adalah partisipasi yangbermutu dan tanggung jawab dalam
kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.
Sedangkan tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006 : 49), adalah untuk
Kewarganegaraan.
bernegara.
secara umum adalah untuk mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan
berkepribadian baik dalam tingkat lingkungan sosial, regional maupun global. Agar
tujuan PKn tersebut tidak hanya bertahan sebagai slogan saja, maka tujuan PKn
teori.
b. Keterampilan intelektual:
konsep atau topik PKn, (b) tujuan intruksional, (c) konstruksi tes
beserta penilaiannya.
di sekolah, harus mencakup tiga komponen. Menurut Branson (1999:4), yaitu Civic
Standar Nasional Pendidikan antara lain menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, pada jenjang pendidikanmenengah, terdiri atas lima kelompok mata
dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
manusia.
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebanggaan cinta tanah air, dalam
penjelasan pasal 37 ayat (1) UUDNomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional.
2.1.8 Hakikat Watak/ Karakter Kewarganegaraan (Civic Disposition)
A. Pengertian Karakter
Pembentukan Karakter dan Pendidikan Karakter bila dilihat dari asal katanya
dikatakan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti
“membuat tajam‟ atau membuat dalam. Secara konseptual, istilah karakter dipahami
dalam dua pengertian. Pertama, bersifat deterministik yakni karakter dikatakan sebagai
suatu anugerah (given) yakni sekumpulan kondisi rohaniah dalam diri manusia.
Kedua, non deterministik atau dinamis. Karakter dianggap sebagai suatu kemampuan
diri seseorang dalam mengatasi kondisi rohaniah yang sudah diberikan. Hal tersebut
dengan melakukan tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang
lain.
benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain”. Kehidupan yang berbudi
luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri sendiri ( seperti kontrol diri dan
moderasi) sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada hal lainnya
(seperti kemurahan hati dan belas kasihan), dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan.
Kita perlu untuk mengendalikan diri kita sendiri, keinginan kita, hasrat kita untuk
melakukan hal yang baik bagi orang lain. Karakter sering dikaitkan dengan sikap
moral. Dalam pribadi dengan karakter yang baik, pengetahuan moral, perasaan moral,
dan tindakan moral secara umum bekerja sama untuk saling mendukung satu sama
lain.
Tentu saja hal itu tidaklah selalu demikian, bahkan orang baik tidak terkecuali sering
gagal dalam melakukan perbuatan moral mereka yang terbaik. Namun seiring kita
mengembangkan karakter – proses seumur hidup- kehidupan moral yang kita jalani
yang baik.
Karakter tidak berfungsi dalam ruang hampa. Karakter juga berfungsi dalam
kadang karakter itu bersifat sedemikian rupa sehingga banyak orang atau bahkan
sebagian besar orang merasa bodoh dengan melakukan “hal yang bermoral”.
karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan
kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang telah
dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-
Watak atau karakter terbagi atas 2 sebagai berikut: “Karakter privat seperti
tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia dari setiap individu adalah wajib. Dan karakter publik adalah kepedulian
sebagai warga Negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir
karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berajalan sukses”. (Budimansyah dan
Suryadi, 2008: 61). Karakter privat lebih kepada penilaian terhadap diri sendiri atau
individu. Penilaian ini dilihat dari sikap dan etikanya yang baik dan mencerminkan sikap
tanggung jawab. Selain itu, karakter privat juga dapat dilihat dari sikapnya dalam
menghargai waktu dan menghargai manusia lain. Sedangkan karakter publik lebih
mengarah pada perilaku baiknya terhadap negara dan sebagai warga negara.
Contohnya mengikuti segala aturan yang berlaku dalam negara dan tidak melanggar
yang sama-sama diharapkan sama berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada
akhirnya menjadi karakter bangsa” (Dasim Budimansyah, 2012: 12). Untuk kemajuan
dinamis, berorientasi IPTEK yang semuanya dijiwai iman dan taqwa kepada Tuhan
merupakan ciri khas yang melekat pada pribadi seseorang atau sekelompok orang yang
adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan
Pendidikan karakter sesungguhnya masih bersifat liberatif yaitu sebuah usaha dari
secara sosial (melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup bersama, khususnya,
ciri khas yang melekat pada pribadi seseorang atau sekelompok orang yang tercermin
Dalam penelitian ini, pembentukan karakter dapat dikatakan sebagai suatu tahapan
mendorong terwujudnya karakter siswa yang perlu didukung dengan kultur yang baik
proses keteladanan juga pendidikan karakter yang diterapkan pada sekolah berasrama
tersebut. Oleh karena itu, pembentukan karakter merupakan suatu proses yang ada
civic knowledge “berkaitan dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya
deketahui oleh warga negara” (Branson, 1999: 8). Aspek ini menyangkut kemampuan
akademik- keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik,
hukum dan moral. Keduan, civic skills meliputi ketrampilan intelektual (intelectual
Kewarganegaraan.
ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang
bersifat afektif.
Watak, karakter dan sikap adalah tiga hal yang pasti dimiliki manusia. Watak
dapat diartikan dalam arti psikologis dan etis, dalam arti psikologis, watak adalah sifat-
sifat yang demikian nampak dan yang seolah-olah mewakili pribadinya. Sedangkan
dalam arti etis, watak harus mengenai nilai-nilai yang baik dan menunjukan sifat-sifat
yang selaludapat dipercaya, sehingga orang yang berwatak itu menunujukan sifat
mempunyai pendirian yang teguh, baik, terpuji dan dapat dipercaya. Karakter bisa
banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Sikap adalah perasaan
seseorang tentang obyek,aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi
konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral)
“ ...those attitudes and habit of mind of the citizen that are conducive to the healthy
functioning and common good of the democratic system” atau sikap dan kebiasaan
berfikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan
compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles” (Arif, 2009).
Maksud semua itu adalah kesopanan yang mencakup penghormatan dan interaksi
pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
kecakapan kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang
telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, organisasi-
bertanggung jawab dari tiap individu. Karakter privat seperti bertanggung jawab
moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap
individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting. Kepedulian sebagai
warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan
satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil
kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif,
Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air,
Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab (Pusat Kurikulum, 2009).
olah
ola olah
olah
2) Pendidikan karakter berbasis budaya, antara lain yang berupa budi pekerti,
4) Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses
Karakter yang paling ideal adalah intelektual profetik. Adapun seorang yang
dirinya, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa. Konsepsi ini dibangun
b) Cinta Tuhan
Orang yang sadar akan keberadaan Tuhan menyakini bahwa ia tidak dapat
rada cinta kepada Tuhan. Orang yang cinta Tuhan akan menjalani apapun
c) Bermoral
d) Bijaksana
e) Pembelajar sejati
pemahaman akan luasnya ilmu Tuhan (nilai tarnsendesi). Selain itu juga,
f) Mandiri
Dengan
pemahaman bahwa tiap manusia dan bangsa memiliki potensi dan sama-
sebagai bangsa.
g) Kontributif
(SMA). Udin S. Winataputra (2001) dalam (Winarno, 2013, hal. 189) kembali
3. Rasa hormat akan hak hidup, hak kebebasan atas dasar keimanan dan
dan sebagainya.
7. Hormat akan hak cipta atau karya milik orang lain dalam berbagai
23
macam bidang.
yang kuat untuk keputusan yang telah diambil secara mufakat dan adil.
10. Selalu kritis akan keadaan atau segala sesuatu yang datang dari luar,
dan harus diasadari oleh pribadi kita sendiri selain menurut aturan dalam
agama.
13. Jujur akan permasalahan yang telah dibuat oleh kita sendiri.
14. Bersedia “saling asah, asih, dan asuh”, dengan sadar dan tanggung
15. Saling toleransi untuk perasaan atau menjaga perasaan orang lain,
16. Norma yang sudah ada dan ditetapkan, harus dipatuhi dan
17. Menjadi wakil rakyat, harus memiliki kesadaran akan amanat yang
18. Jujur dalam pikiran, perkataan dan perbuatan atasa dasr keyakinan
19. Bersedia dan mau untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi.
20. Berkomitmen untuk belajar dengan sungguh-sungguh sepanjang
untuk :
Selanjutnya apa yang menjadi isi civic disposition dalam PKn sekolah mulai
dari tingkat dasar, menengah pertama hingga menengah atas. Untuk materi PKn
sekolah tingkat dasar, dimensi sikap dan nilai kewarganegaraan (civic disposition)
Kelas disposition)
Disepakati
III ( Tiga) 1 -
anak Indonesia
IV ( Empat) 1 -
2 -
V ( Lima ) 1 -
VI ( Enam) 1 -
2 -
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
uraian, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok,
melaporkan keadaan objek atau subjek yang teliti sesuai dengan apa
adanya (Sukardi, 2003: 157). Oleh karena itu, penelitian ini merupakan
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan dari Bulan Mei
27
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian. Agar suatu penelitian
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien baik dalam waktu, biaya, dan tenaga
setting, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
3.3.1 Observasi
yang dilihat dan hal-hal yang perlu dilakukan dalam mendukung penelitian yang
suatu
proses kompleks,suatu proses yang tersusun dari berbagai proses bilogis dan
3.3.2 Dokumentasi
penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian,
laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto
dan lain sebagainya. Suharsimi Arikunto (2006: 231) dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Oleh karena itu, yang
menjadi intrumen adalah peneliti sendiri, yang bisa bertindak sebagai alat yang
adaptif serta responsif. Penelitian ini dibantu dengan instrumen pedoman
terdiri dari tempat (Place), pelaku (Actor), dan kegiatan (Activity). Peneliti
sekolah.
Teknik analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam
Moleong (2012: 248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan
kepada orang lain. Sieddel (1982) dalam Moleong (2012: 248) menjabarkan
(1). Mencatat apapun data yang didapat dalam bentuk catatan lapangan,
dengan begitu sumber datanya dapat ditelusuri apabila membutuhkan data
tersebut kembali.
(2). Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. (3) Berpikir, dengan jalan
membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan
menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan
umum.
and Huberman (1984). Teknik ini dilakukan secara interaktif, terus menerus dan
data (Sugiyono, 2010: 246). Teknik analisis data kualitatif Miles and Huberman
penelitian. Data yang terkumpul dalam jumlah banyak nantinya akan membuat
penelitian berkembang dan bisa saja malah terjadi perubahan fokus penelitian.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan banyak cara dan juga dengan alat
Data yang diperoleh peneliti dari lapangan jumlahnya akan sangat banyak,
mencakupi data yang memiliki relevansi dengan fokus penelitian ataupun yang
tidak berhubungan sama sekali. Data yang ada kemudian direduksi atau
dirangkum, ditujukan pada hal-hal pokok dan diarahkan pada hal pokok yang
pada tujuan yang akan dicapai dan fokus penelitian agar data dapat terpilah sesuai
kebutuhan analisis.
Kelanjutan reduksi data adalah menyajikan data dalam bentuk yang mudah
dimengerti. Dalam penelitian kuantitatif data dapat disajikan dalam bentuk tabel,
data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
(1984) dalam Sugiyono (2010: 252), yaitu menarik kesimpulan dan memberikan
sebelumnya belum pernah ada maupun sudah ada namun belum diteliti.