Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU GIZI DAN KESEHATAN NARAPIDANA

“INOVASI PELAYANAN KESEHATAN MELALUI PROGRAM LAPPARI JEMPOL


DI LAPAS KELAS IIB PARIAMAN”

DISUSUN OLEH:

RAYHAN ALFENDO

STB. 4578

PRODI TEKNIK PEMASYARAKATAN B

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, kita panjatkan atas segala limpahan
rahmat, karunia, dan nikmat, dan tentunya pertolongan-Nya yang telah memudahkan kami
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak cukup sampai disitu, wajib bagi
kami berterima kasih atas segala nikmat-Nya yaitu dengan memaksimalkan hasil dan manfaat
makalah ini agar bisa berguna bagi siapapun yang membacanya.

Tujuan daripada penyusunan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan sebagai
syarat pemenuhan nilai mata kuliah Ilmu Gizi dan Kesehatan Narapidana. Selanjutnya, tujuan
umum penyusunan makalah ini tentu saja memberikan wawasan baru kepada para pembaca
terkait Inovasi Pelayanan Kesehatan Melalui Program Lappari Jempol Di Lapas Kelas
Iib Pariaman. Kami berharap penulisan ini mampu memberi manfaat tidak hanya kepada
para pembaca melainkan kami selaku penyusun.

Selanjutnya kami sangat berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat
dalam penyusunan makalah ini, yang tidak bisa disebutkan satu per satu namun tidak
mengurangi rasa hormat dan terima kasih atas bantuan baik berupa waktu ataupun tenaga
sehingga makalah ini sampai kepada akhir penyusunan.

Sebagaimana kita mengimani bahwa satu-satunya yang sempurna didunia ini


hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan kata lain selain-Nya merupakan jauh dari
kesempurnaan. Begitu juga dengan makalah ini yang mana penulis meyakini bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dikarenakan ilmu pengetahuan dan
pengalaman kami yang sangat terbatas. Oleh karenanya, kami mohon maaf apabila ada
kekurangan dan sangat mengharapkan adanya pemberian kritik dan saran dari teman-teman
pembaca terhadap tulisan ini agar kedepannya bisa menjadi lebih baik.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam konteks Lembaga Pemasyarakatan, tidak semua narapidana dalam
keadaan sehat. Bagi narapidana yang mengalami masalah kesehatan, penting bagi
mereka untuk menerima perawatan kesehatan yang terbaik. Ini sesuai dengan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang mendefinisikan
kesehatan sebagai pencapaian kesadaran, kemampuan, dan kemauan untuk menjalani
hidup sehat bagi setiap individu, tanpa memandang faktor seperti ras, agama,
kepercayaan politik, atau latar belakang ekonomi. Hal yang sama berlaku untuk
narapidana yang menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, di mana
mereka memiliki hak yang sama dalam menerima layanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Lembaga Pemasyarakatan merupakan
salah satu pemberian Hak Asasi Manusia dari negara kepada warganya. Pelayanan
kesehatan yang baik bagi narapidana tidak terlepas dari tersediannya sarana dan
prasarana kesehatan. Sudah seharusnya bahwa pelaksanaan hak pelayanan kesehatan
kepada narapidana dilakukan sesuai dengan tinjauan undang-undang. Hal ini diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 Tentang
Pemasyarakatan yang terdapat pada pasal 9 huruf d “Narapidana berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan dan makanan yang layak sesuai dengan kebutuhan gizi”.
Dalam upaya meningkatkan kesehatan narapidana, terdapat beberapa aspek
yang perlu diberikan oleh petugas Lapas. Salah satunya adalah peran penting petugas
dalam memberikan pelayanan kesehatan, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1999. Undang-undang ini menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan harus
memenuhi tujuan yang ditetapkan dan sesuai dengan standar yang telah disepakati
oleh Lapas. Pelayanan kesehatan di bidang kesehatan adalah contoh konkret dari
pelayanan yang diberikan oleh Lapas, dan kesehatan dianggap sebagai faktor kunci
dalam pelaksanaan tugas ini. Pemberian pelayanan kesehatan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan individu narapidana dalam mengatasi, menjaga, menetralisir,
dan menghindari perbuatan kriminal yang berulang.
Dalam memenuhi pelayanan kesehatan terhadap narapidana, Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Pariaman mencoba untuk membuat suatu inovasi yang
bernama Lappari Jempol.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana bentuk inovasi pelayanan kesehatan melalui program Lappari
Jempol yang ada di Lapas Kelas IIB Pariaman?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui bentuk inovasi pelayanan kesehatan melalui program Lappari
Jempol yang ada di Lapas Kelas IIB Pariaman
D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar dapat Mengetahui bentuk
inovasi pelayanan kesehatan melalui program Lappari Jempol yang ada di Lapas
Kelas IIB Pariaman

E. Identifikasi Masalah

Diagram Fishbone dibuat untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah pada


unit yang mengalami permasalahan atau kemacetan. Diagram Fishbone disusun
dengan dasar observasi yang diklarifikasi dengan wawancara kepada petugas yang
terlibat. Penyebab masalah yang terlihat saat observasi merupakan penyebab primer.
Dari penyebab primer digali akar penyebab sekunder, yang diketahui dari wawancara
melalui telpon dengan petugas. Dari wawancara dengan petugas didapatkan hasil pada
gambar bahwa penyebab primernya yaitu: manusia, metode, perilaku social, dan
lingkungan. Kemudian, dari penyebab primer digali informasi untuk mendapatkan
masalah sekunder, berupa manusia: kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga,
penggunaan zat terlarang, penggunaan zat terlarang seperti merokok; Metode:
hygienie yaitu upaya memelihara dan melindungi kebersihan, pemeriksaann kesehatan
berkala; Perilaku sosial: makan dan minum dari alat yang sama, memakai pakaian
yang bukan milik pribadi; Lingkungan: Kontaminasi air, sanitasi yang buruk, polusi
udara, sampah berserakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Inovasi Lappari Jempol di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pariaman
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pariaman terletak di Kota Pariaman,
Sumater Barat. Lembaga Pemasyarakatan sebelumnya terletak didalam lingkungan
pasar Kabupaten Padang Pariaman yang merupakan bangunan peninggalan kolonial
Belanda. Seiring dengan perkembangan zaman dan perluasan pembangunan di area
pasar Kabupaten Padang Pariaman, maka pada tahun 1984 bangunan Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Pariaman dipindahkan ke Jalan Syech Burhanuddin Karan
Aur Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman dan mulai dioperasikan pada awal
tahun 1985. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Pariaman memiliki kapasitas hunian
170 Orang.
Lembaga Pemasyarakatan ini menyelenggarakan program-program pembinaan
bagi narapidana yang bertujuan untuk membantu narapidana memperoleh
keterampilan baru, mendapatkan pemahaman agama, dan meningkatkan kualitas
mereka agar dapat memberikan kontribusi yang positif ketika kembali kepada
lingkungan masyarakat secara umum. Selain memberikan program pembinaan,
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pariaman juga tidak lupa terkait pelayanan
kesehatan terhadap narapidana.

600
500
400
300
200
100
0

Grafik 1 Kunjungan Kesehatan

Pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab pihak lapas terhadap


kesehatan narapidana. Dalam grafik diatas menggambarkan tingginya angka
kunjungan kesehatan narapidana ke klinik yang menandakan tingginya angka
penyakit yang ada didalam lapas. Dengan tingginya angka kunjungan kesehatan
narapidana ke klinik, Lapas Kelas IIB Pariaman menciptakan suatu inovasi terkait
pelayanan kesehatan yang bernama Lappari Jempol. Lappari Jempol merupakan
akronim dari Lapas Pariaman Jemput Bola. Jemput bola bermaksud dimana tenaga
medis secara lansung datang kedalam setiap kamar hunian narapidana. Kegiatan ini
dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari kamis pagi. Inovasi ini diberikan dan
diwujudkan oleh pihak Lapas agar setiap Narapidana dapat termonitoring dengan jelas
dan baik, sehingga narapidana merasa dipedulikan oleh pihak petugas. Pada grafik
juga menggambarkan adanya penurunan kunjungan kesehatan pada empat bulan
terakhir yang menggambarkan bergunanya program Lappari Jempol untuk memantau
kesehatan narapidana. Selain itu, dengan adanya inovasi ini petugas juga dapat secara
lansung mengetahui faktor-faktor timbulnya penyakit yang diderita narapidana seperti
kebersihan lingkungan terutama kamar atau blok hunian yang kurang bersih.
Program ini juga merupakan bentuk Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (POSBINDU-PTM) yang ada didalam Lapas. Pihak Lapas melakukan
monitoring terhadap setiap narapidana yang berada di dalamnya sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan. Tujuan Lapas adalah memberikan pelayanan yang terbaik
kepada narapidana sehingga mereka merasa bahwa pelayanan kesehatan di dalam
Lapas dilaksanakan dengan baik. Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang sesuai
dengan kapasitas tenaga kesehatan atau petugas kesehatan. Namun, di dalam konteks
Lapas, pelayanan kesehatan akan diberikan secara optimal dengan upaya untuk
menjaga kesehatan narapidana melalui pelayanan yang optimal.
Inovasi ini diimplementasikan untuk memastikan bahwa narapidana terus
dipantau oleh petugas kesehatan. Inovasi ini muncul karena tidak semua narapidana
mampu datang ke ruang kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan mereka. Inovasi
Lappari Jempol dapat dianggap sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
berhasil. Banyak narapidana yang menghargai inovasi ini karena sangat membantu
narapidana yang mungkin mengalami kelemahan fisik dan kesulitan berjalan.
Keefektifan dalam mengimplementasikan inovasi ini memberikan manfaat yang
signifikan bagi petugas dan narapidana. Narapidana merasakan manfaat yang besar
dari inovasi ini, sementara petugas merasa lebih mudah dalam memantau kondisi
narapidana. Efektivitas program ini dapat dilihat dari kehadiran yang rutin dari staf
medis untuk memeriksa kondisi narapidana di setiap blok. Lappari Jempol dianggap
berhasil dalam menjalankan peranannya, dan tidak ada keluhan terkait dengan
pelaksanaan program ini. Narapidana merasakan manfaat yang nyata ketika program
ini dijalankan.
Program yang telah dirancang sesuai dengan rencana dan memberikan
pelayanan yang lebih nyaman bagi narapidana. Pelayanan yang akan mereka terima
akan lebih bermanfaat, karena narapidana tidak perlu pergi ke ruang kesehatan;
sebaliknya, petugas kesehatan akan datang ke blok tempat mereka tinggal. Petugas
kesehatan di Lapas selalu siap memberikan pelayanan agar kesehatan narapidana tetap
terjaga. Mereka juga akan memberikan resep obat kepada narapidana untuk
memastikan bahwa mereka merasa lebih baik dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan
di Lapas. Dalam hal ini, narapidana merasakan dimuliakan sebagai seorang manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inovasi pelayanan kesehatan terhadap narapidan di Lapas Kelas IIB Pariaman
dilakukan dalam bentuk suatu program yang bernama Lappari Jempol yang
merupakan akronim dari Lapas Pariaman Jemput Bola. Pelayanan kesehatan pada
program ini dilakukan dalam bentuk kunjungan petugas kesehatan kedalam kamar
atau blok hunian pada hari kamis untuk memonitoring kesehatan setiap narapidana.
Program ini juga merupakan bentuk Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(POSBINDU-PTM) yang ada didalam Lapas. Dengan adanya program ini, petugas
juga secara lansung mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit pada
narapidana.
Inovasi ini mendapatkan respon yang baik karena ketika sakit tidak semua
narapidana bisa untuk datang lansung ke ruangan kesehatan dan narapidana merasa
sangat terbantu akan inovasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrezi, F. B., & Wibowo, P. (2020). Upaya Pemenuhan Hak Pelayanan Kesehatan
Kepada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan. Widya Yuridika: Jurnal
Hukum, 3(2), 363-376.
Nurulita, Y. A., & Muhammad, A. (2021). Implementasi Inovasi Jengmona
Terhadap Efektifitas Pelayanan Kesehatan Di Lapas Perempuan Kelas Iia
Semarang. Jurnal Justitia: Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, 8(6), 1801-
1808.
Suryani, R., Ciptono, W. S., & Satibi. (2017). Analisis Pelayanan Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Di Yogyakarta Dengan Pendekatan Lean Hospital.
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 7(3), 132-141.

Anda mungkin juga menyukai