Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kesehatan merupakan suatu kondisi atau keadaan sehat, baik secara fisik,

mental, spiritual maupun sosial dimana seseorang akan mampu hidup secara

produktif baik secara sosial maupun ekonomis.1 Kesehatan merupakan hak setiap

orang yang dijamin oleh konstitusi, sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai landasan filosofis dari hak atas

kesehatan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, khususnya defisini Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 angka 1, Konsideran Menimbang huruf a secara tegas menyatakan

“bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945”.

Baiknya tingkat kesehatan masyarakat maka dapat dikatakan baik pula

tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya sebagai salah satu unsur

kesejahteraan masyarakat, baiknya tingkat kesehatan harus diwujudkan dalam

rangka mencapai tujuan nasional. Segala upaya dan kegiatan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan dengan mendasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan yang sangat penting

1
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

1
artinya bagi terciptanya kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yang mempunyai

ketahanan, daya saing dalam percaturan dunia yang semakin kompleks.

Berkait dengan hal tersebut di atas, maka negara berkewajiban untuk

menyelenggarakan suatu program yang dapat memberikan jaminan akan

terpeliharanya kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu program yang

dimaksud adalah melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Tujuan yang hendak dicapai dari adanya Progran Jaminan Kesehatan

Nasional pada hakikatnya adalah untuk memberikan perlindungan sosial dibidang

kesehatan bagi masyarakat dalam rangka terwujudnya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan istilah

Puskesmas, merupakan salah satu ujung tombak dalam pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan Nasional tersebut. Sebagai ujung tombak dalam

penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional, maka Puskesmas mempunyai

peranan dan andil yang sangat strategis dan penting dalam rangka peningkatan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu perlu

pengelolaan dan penyelenggaraan Puskemas yang mengacu pada tata kelola yang

baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

rangka mewujudkan sistem kesehatan nasional yang optimal. Sehingga nantinya

diharapkan dengan terlaksananya tata kelola puskesmas yang baik maka

perlindungan hak pasien akan terjamin.

Tata kelola Puskesmas pada saat ini dapat dikatakan belum sepenuhnya

berjalan atau terlaksanan sesuai dengan pedoman tata kelola yang baik (Good

2
Corporate Governance). Dalam pelaksanaan di lapangan, Puskesmas mempunyai

beban yang cukup berat. Puskesmas mempunyai tugas utama dalam bidang

pelayanan kesehatan dasar, ditambah lagi pada saat ini dalam era Jaminan

Kesehatan Nasional, Puskesmas mempunyai tugas penyelenggaraan Jaminan

Kesehatan Nasional sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang menjadi

ujung tombak keberhasilan penyelenggaran Jaminan Kesehatan Nasional.

Selain daripada itu, Puskesmas juga mempunyai tugas pengawasan, yaitu

secara aktif melaksanakan pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya, meliputi lintas program dan lintas

sektoral.

Dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, maka perlu dikembangkan tata

kelola yang baik dalam pelaksanaan operasional Puskesmas. Meskipun ada Sistem

Informasai Manajemen Puskesmas atau disingkat SimPus namun dalam

kenyataannya masih terdapat banyak kendala seperti keterbatasan tenaga

kesehatan maupun tenaga administrasi baik secara kualitas maupun kuantitas di

Puskesmas, maka perlu adanya pembenahan di bidang tata kelola Puskesmas.2

Puskesmas sebagai lembaga penyelenggara fasilitas kesehatan tingkat

pertama sering kali tidak dapat melaksanakan peranannya secara optimal. Hal

demikian disebabkan oleh adanya berbagai kendala dan keterbatasan yang

dimilikinya.

Dari aspek sarana dan prasarana, masih banyak dijumpai adanya berbagai

perangkat atau peralatan yang dibutuhkan dalam menjalankan fungsi dan peranan
2
Simpus adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan
informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat Puskesmas mulai dari
data orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat.

3
Puskesmas yang tidak memadai. Misalnya terbatasnya jumlah obat, sarana

peralatan kesehatan, sarana pengolahan limbah dan lain sebagainya.

Dari aspek sumber daya manusia, masih banyak dijumpai adanya

kekurangan jumlah tenaga kesehatan, seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat,

tenaga rekam medis, apoteker yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi yang

ditentukan. Semisal tenaga rekam medis, tidak jarang dijumpai berpendidikan

SMA. Di instalasi farmasi Puskesmas, dijumpai juga tenaga yang melaksanakan

pelayanan bukan seorang apoteker. Bahkan ada Puskesmas yang memang tidak

berada di tengah kota, pelayanan gigi hanya dilakukan oleh perawat gigi, bukan

seorang dokter gigi. Tentunya hal demikian akan mengganggu kinerja dari

Puskesmas. Atas kondisi tersebut merupakan suatu hal yang berpotensi timbulnya

permasalahan hukum.

Berkait dengan hal tersebut, Yuliati berpendapat, konflik biasanya terjadi

manakala para pihak tidak menjalankan perannya sebagaimana diharapkan pihak

lain. Pasien sebagai pihak yang membutuhkan pertolongan berada pada posisi

yang lemah sehingga seringkali tidak memiliki posisi tawar yang menguntungkan

bagi dirinya. Sebaliknya pihak penyedia layanan kesehatan seringkali tidak dapat

menjalin komunikasi yang baik dengan pasien maupun keluarga pasien, akibatnya

transaksi terapeutik yang seharusnya dapat berjalan dengan baik menjadi keadaan

yang tidak menyenangkan bagi pasien, maupun dokter.3

Atas permasalahan yang dihadapi tersebut, Kementerian Kesehatan

melaksanakan kebijakan dengan melakukan akreditasi terhadap Puskesmas.


3
Yuliati, Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dalam Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, 2005, Hal. 3

4
Pelaksanaan akreditasi tersebut bertujuan untuk memetakan permasalahan yang

dihadapi oleh Puskesmas sekaligus upaya pemenuhan akan persyaratan yang

ditentukan. Hal demikian tentunya akan berdampak pada peningkatan mutu

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas.

Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015

tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter,

Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi dinyatakan bahwa : Pengaturan

Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat

praktik mandiri dokter gigi bertujuan untuk :

a. meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;


b. meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan,
masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, Klinik Pratama, tempat
praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai
institusi; dan
c. meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri
dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan kesehatan
perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat.
Dalam penyelenggaraan operasional pelayanan kesehatan dan tata kelola

Puskesmas dengan menerapkan pedoman tata kelola yang baik (Good Corporate

Governance) telah menjadi kebutuhan yang nyata bagi peningkatan kinerja. 4

Peningkatan kinerja dari penyelenggaraan operasional pelayanan kesehatan dan

tata kelola Puskesmas salah satunya ditandai dengan terjaminnya hak-hak pasien.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(selanjutnya disebut Undang-Undang Kesehatan), Bab II Bagian Kesatu (Pasal 4

sampai dengan Pasal 8), secara normatif, setiap orang berhak atas kesehatan,

akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau,
4
Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, Penerapan Good Corporate Governance,
Prenada Media Group, Jakarta, 2006, Hal. 115

5
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat,

informasi dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab, dan

informasi tentang data kesehatan dirinya.

Bahwa berkaitan dengan hak-hak pasien, Undang-Undang Kesehatan,

menjamin adanya hak-hak yang dilindungi dan diberikan kepada pasien,

diantaranya :

1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak
sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs,
kepentingan masyarakat).
3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan
penyelamatan nyawa atau cegah cacat).5
Lebih lanjut, dalam ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2009 tentang Praktik Kedokteran (selanjutnya disebut Undang-Undang Praktik

Kedokteran), dinyatakan bahwa Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik

kedokteran, mempunyai hak :

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d. menolak tindakan medis; dan
e. mendapatkan isi rekam medis.
Dengan keterbatasan sarana dan prasarana, kualitas dan kuantitas sumber

daya manusia di Puskesmas, serta begitu beratnya beban yang harus ditanggung

oleh Puskesmas terkait dengan fungsi Puskesmas sebagai Penyelenggara dan

Pengawas Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat, maka bisa berpotensi

5
Hak pasien yang diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 8 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

6
hak pasien tidak terpenuhi, maka penerapan prinsip Good Corporate Governance

sangat diperlukan.

Dalam penyelenggaraan operasional pelayanan kesehatan dan tata kelola

Puskesmas dengan menerapkan pedoman tata kelola yang baik (Good Corporate

Governance) telah menjadi kebutuhan yang nyata bagi peningkatan kinerja tenaga

kesehatan di Puskesmas.

Kebutuhan nyata yang dimaksud, meliputi 2 (dua) hal yang mendasar,

yaitu sebagai berikut :

1. Adanya peningkatan mutu pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas.

2. Adanya perlindungan yang optimal terhadap hak-hak yang dimiliki oleh

pasien.

Kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling

terkait. Dengan adanya peningkatan mutu pelayanan yang diberikan oleh Tenaga

Kesehatan di Puskesmas, tentu saja akan diikuti pula dengan terwujudnya

perlindungan hak-hak pasien secara optimal. Sehingga dengan demikian fungsi

dan peranan Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan dalam sistem

kesehatan nasional akan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Berkait dengan hal tersebut di atas, menarik hal yang dikemukakan oleh

Moses Eleazar Ferdinandus berikut : Adapun beberapa pertimbangan mengapa

pelayanan publik menjadi salah satu titik strategis untuk memulai pengembangan

Good Governance di Indonesia :

1. Pertama, pelayanan publik selama ini menjadi ranah dimana Negara yang
diwakili oleh pemerintah berinteraksi dengan lembaga-lembaga non
pemerintah. Dalam ranah ini terjadi pergumulan yang sangat intensif antara
pemerintah dengan warganya. Buruknya praktik governance dalam

7
penyelenggaraan pelayanan publik sangat dirasakan oleh warga dan
masyarakat luas. Namun keberhasilan dalam mewujudkan praktik good
governance dalam ranah pelayanan publik mampu membangkitkan
dukungan dan kepercayaan dari masyarakat luas bahwa membangun good
governance bukan hanya sebuah mitos tetapi dapt menjadi sebuah
kenyataan.
2. Kedua, berbagai aspek Good Governance dapat dapat diartikulasikan secara
relatif lebih mudah dalam ranah pelayanan publik. Aspek kelembagaan yang
selama ini sering dijadikan rujukan dalam menilai praktik Governance dapat
dengan mudah dinilai dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik.
3. Ketiga, pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur Governance.
Pemerintah sebagai representasi Negara, masyarakat sipil, dan mekanisme
pasar memiliki kepentingan dan keterlibatan yang tinggi dalam ranah ini.
Nasib sebuah pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, akan sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan mereka dalam mewujudkan pelayanan publik
yang baik. Keberhasilan sebuah rezim dan penguasa dalam membangun
legitimasi kekuasaan sering dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam
menyelenggarakan pelayanan publik yang baik dan dapat memuaskan
warga.6

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tesis ini akan mengkaji

permasalahan di atas, dengan mengambil judul “Penerapan Good Corporate

Governance Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Puskesmas Dan Perlindungan

Hak Pasien”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul sebagaimana tersebut di atas, dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana ketentuan hukum tentang tata kelola Puskesmas ?

6
Moses Eleazar Ferdinandus, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303
- 341X, Universitas Airlangga, Surabaya, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

8
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance dalam

peningkatan mutu pelayanan puskesmas dan perlindungan hak pasien ?

3. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi terlaksananya pelayanan

kesehatan yang bermutu dengan terwujudnya perlindungan hak pasien yang

optimal ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mendapatkan gambaran eksistensi hukum kesehatan yang berlaku di

Indonesia.

2. Untuk mendapatkan gambaran prinsip-prinsip hukum dalam tata kelola

Puskesmas yang sesuai dengan tata kaidah dalam peraturan perundang-

undangan di bidang hukum kesehatan yang berlaku.

3. Untuk mendapatkan gambaran arti penting atau peranan penerapan Good

Corporate Governance dalam peningkatan mutu pelayanan Puskesmas dan

perlindungan hak pasien dalam peraturan perundang-undangan maupun

dalam praktek pelaksanaannya.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

9
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmiah bagi ilmu pengetahuan hukum, umumnya dalam pengembangan ilmu

hukum kesehatan dan secara khusus dalam pengembangan bidang tata kelola

lembaga Puskesmas dan perlindungan hak-hak pasien.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1) menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam

pembangunan hukum kesehatan di Indonesia.

2) menjadi bahan sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan tata kelola

puskesmas yang baik.

3) menjadi bahan sumbangan pemikiran dalam rangka peningkatan mutu

pelayanan Puskesmas dan perlindungan hak pasien.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

a. Kerangka Konsep

10
Penulisan tesis ini disusun berdasarkan dan berawal dari kerangka konsep

sebagai berikut :

Pedoman Tata Landasan filosofis, arah dan


Kelola Puskesmas tujuan pembangunam hukum
kesehatan :
Alenia ke-4 Pembukaan UUD 1945

Pedoman Operasional Dalam


Pelayanan Kesehatan Yang
Optimal Pada Masyarakat
UU No. 29/2009, UU No. 36/2009, UU No.
28/1999, UU No. 36/2014, UU No. 38/2014,
PMK No. 75/2014, PMK No. 46/2015, PMK No.
1464/2010. PMK No. 30/2010, PMK No 44/2016.
PMK No. 101/2014, KMK No. 279/2006. KMK
No. 857/2009, berikut peraturan-peraturan lain
dan atau peraturan pelaksanaannya.

4 Pilar Dasar Tata Kelola Yang Baik Dalam Penyelenggaran


Operasional Puskesmas

Tertib Administrasi Tehnis Pelayanan dan Sarana dan Prasarana Kemampuan


Pengelolaan Organisasi Kepuasan Atas Puskesmas Yang Pengelolaan Risiko
Puskesmas Pelayanan Kesehatan Memadai
UU No. 29/2009, UU
UU No. 29/2009, UU No. UU No. 29/2009, UU UU No. 29/2009, UU No. No. 36/2009, UU No.
36/2009, UU No. 28/1999, No. 36/2009, UU No. 36/2009, UU No. 28/1999, UU No.
UU No. 36/2014, UU No. 28/1999, UU No. 28/1999, UU No. 36/2014, UU No.
38/2014, PMK No. 36/2014, UU No. 36/2014, UU No. 38/2014, PMK No.
75/2014, PMK No. 38/2014, PMK No. 38/2014, PMK No. 75/2014, PMK No.
46/2015, PMK No. 75/2014, PMK No. 75/2014, PMK No. 46/2015, PMK No.
1464/2010. PMK No. 46/2015, PMK No. 46/2015, PMK No. 1464/2010. PMK No.
30/2010, PMK No 1464/2010. PMK No. 1464/2010. PMK No. 30/2010, PMK No
44/2016. PMK No. 30/2010, PMK No 30/2010, PMK No 44/2016. PMK No.
101/2014, KMK No. 44/2016. PMK No. 44/2016. PMK No. 101/2014, KMK No.
279/2006. KMK No. 101/2014, KMK No. 101/2014, KMK No. 279/2006. KMK No.
857/2009, berikut 279/2006. KMK No. 279/2006. KMK No. 857/2009, berikut
peraturan-peraturan lain 857/2009, berikut 857/2009, berikut peraturan-peraturan
dan atau peraturan peraturan-peraturan lain peraturan-peraturan lain lain dan atau
pelaksanaannya. dan atau peraturan dan atau peraturan peraturan
pelaksanaannya. pelaksanaannya. pelaksanaannya.

b. Kerangka Teori

11
Penulisan tesis ini disusun dengan berdasarkan kerangka teori sebagai

berikut :

1. Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus

diwujudkan demi tercapainya tujuan nasional bangsa Indonesia.

Sesuai ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Kesehatan,

dinyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,

mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan

berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia

Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi

pembangunan nasional.

3. Bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan

kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan

kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak

baik Pemerintah maupun masyarakat, hal demikian didasarkan pada

pertimbangan setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan

kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian

ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi

pembangunan negara.

12
4. Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting

dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya

kesehatan. Oleh karenanya pengelolaan dan penyelenggaraan Pusat

Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan

aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka

meningkatkan derajat masyarakat serta menyukseskan program

jaminan sosial nasional.

5. Atas dasar kerangka pemikiran tersebut di atas, diharapkan dengan

penerapan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance) di

Puskesmas dapat meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan

perlindungan hak pasien.

c. Tinjauan Pustaka

Tujuan nasional bangsa Indonesia adalah melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta

melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan perdamaian

abdadi serta keadilan sosial. Tujuan nasional yang merupakan cita-cita

luhur bangsa Indonesia tersebut secara tegas tercantum dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam rangka mewujudkan dan mencapai tujuan nasional

tersebut, diselenggarakanlah upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan

13
sistematis, menyeluruh, terarah, dan terpadu dalam segala aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk pula pembangunan dalam

sektor kesehatan.

Sebagai hak asasi manusia, kesehatan merupakan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan dalam rangka mencapai tujuan

nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 dan nilai-nilai luhur Pancasila. Oleh karenanya,

dalam setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang

sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia

Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta

pembangunan nasional.

Berkait dengan hal tersebut, untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya, diawali dengan upaya penyembuhan

penyakit yang kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah

keterpaduan upaya kesehatan masyarakat dengan mengikutsertakan

masyarakat secara aktif dan luas yang mencakup upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Bahwa atas dasar pertimbangan tersebut, kiranya

Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat Puskesmas, memegang

peranan dan andil yang sangat strategis dan penting dalam rangka

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal

14
demikian secara ditegaskan pula dalam konsideran mengingat huruf a

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Kesehatan

No. 75 Tahun 2014, ditegaskan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang

selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Bahwa atas definisi

tersebut, Puskesmas mempunyai peranan dalam melaksanakan

pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

yang :

a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat;
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;
c. hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

Mengingat peranan yang sangat strategis dan penting tersebut,

pengelolaan dan penyelenggaraan Puskesmas perlu ditata ulang untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

rangka terwujudnya sistem kesehatan nasional yang optimal. Lebih

lanjut, dalam rangka penataan pengelolaan dan penyelenggaraan

Puskesmas tersebut, kiranya sangatlah penting untuk menerapkan tata

kelola yang baik (Good Corporate Governance).

15
Dalam penyelenggaraan operasional pelayanan kesehatan dan tata

kelola Puskesmas dengan menerapkan pedoman tata kelola yang baik

(Good Corporate Governance) telah menjadi kebutuhan yang nyata bagi

peningkatan kinerja.7

Bahwa sejalan dengan hal tersebut, dalam konsideran mengingat

huruf a dan huruf b Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi

Dan Nepotisme menyatakan :

a. Bahwa Penyelenggaraan Negara mempunyai peranan yang sangat


menentukan dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai cita-
cita perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar
1945.
b. bahwa untuk mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang mampu
menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan
penuh tanggungjawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan
negara;

Bahwa berkait dari uraian tersebut, dalam perspektif Undang-

Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang

Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme tersebut,

Puskesmas dipandang sebagai penyelenggara negara dalam bidang

pelayanan kesehatan. Oleh karenannya, dalam penyelenggaraan

operasional pelayanan kesehatan dan tata kelolanya, haruslah tetap

berpegang teguh pada prinsip-prinsip atau asas-asas penyelenggaraan

negara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang

No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan

Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme, sebagai berikut :


7
Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, Loc.cit.

16
1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara
Negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam
pengendalian penyelenggaraan negara.
3. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan
selektif.
4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan
rahasia negara.
5. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Masalah

Penelitian terhadap Penerapan Good Corporate Governance Dalam Rangka

Peningkatan Pelayanan Puskesmas Dan Perlindungan Hak Pasien ini

menggunakan pendekatan yang bersifat yuridis sosiologis, yaitu dengan

mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam

kenyataannya di masyarakat.8

8
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,
2002, hal. 15.

17
Pendekatan hukum sosiologis adalah mengidentifikasi dan mengkonsepsikan

hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem

kehidupan yang nyata.9 Penelitian hukum sosiologis menekankan penelitian

yang bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan

terjun langsung ke obyeknya yaitu mengetahui praktek-praktek

penyelenggaran pelayanan Puskesmas serta hak-hak yang diterima oleh

pasien dan mengkaitkannya dengan ketentuan hukum yang berlaku.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis,

yaitu penelitian yang mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial yang

menjadi pokok permasalahan. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

memberikan data yang seteliti mungkin tentang pokok-pokok permasalahan

yang diangkat.

3. Jenis Data

Penelitian hukum yang bersifat yuridis sosiologis selalu menitikberatkan pada

sumber data sekunder. Data sekunder pada penelitian dapat dibedakan

menjadi bahan-bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier. Dalam penelitian ini, bersumber dari jenis data sebagai berikut

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan rumusan

9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press,
Jakarta, 1986, hal. 51

18
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dan fenomena sosila,

atau hasil observasi (penelitian langsung) ke lapangan.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti peraturan perundang-undangan dalam bidang

hukum kesehatan, buku-buku hukum, makalah-makalah hukum dan lain

sebagainya.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Hukum Kesehatan dan

lain sebagainya.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian pada

dasarnya tergantung pada ruang lingkup dan tujuan penelitian. Menurut

Ronny Hanitijo Soemitro, teknik pengumpulan data terdiri dari studi

kepustakaan, pengamatan (observasi), wawancara (interview) dan

penggunaan daftar pertanyaan (kuisioner). Berdasarkan ruang lingkup, tujuan

dan pendekatan dalam penelitian ini, maka tehnik pengumpulan data yang

digunakan adalah studi kepustakaan, termasuk dokumenter.

5. Metode Alanisa Data

Data dianalisis secara normatif-kualitatif dengan jalan menafsirkan dan

mengkonstruksikan pernyataan yang terdapat dalam dokumen dan perundang-

undangan. Normatif karena penelitian ini bertitik tolak dari peraturan-

19
peraturan yang ada sebagai norma hukum positif, sedangkan kualitatif berarti

analisis data yang bertitik tolak pada usaha penemuan hukum.

Setelah seluruh data terkumpul, tahapan berikutnya adalah dengan melakukan

interpretasi data. Beberapa metode interpretasi data yang dipergunakan adalah

sebagai berikut :

a. Penafsiran gramatikal, pada penafsiran gramatikal ketentuan yang

terdapat di peraturan perundang-undangan ditafsirkan dengan

berpedoman pada arti kata menurut tata bahasa atau menurut kebiasaan.

b. Penafsiran autentik, adalah penafsiran yang dilakukan berdasarkan

pengertian yang ditentukan oleh pembentuk undang-undang.

c. Penafsiran historis, Penafsiran historis dilakukan berdasarkan :

a) Sejarah hukumnya, yaitu berdasarkan sejarah terjadinya hukum

tersebut.

b) Sejarah undang-undangnya, yaitu dengan menyelidiki maksud

pembentuk undang-undang tersebut.

d. Penafsiran sistematis, dilakukan dengan meninjau susunan yang

berhubungan dengan pasal-pasal lainnya, baik dalam undang-undang

yang sama maupun dengan undang-undang yang lain.

e. Penafsiran sosiologis, merupakan penafsiran yang dilakukan dengan

memperhatikan maksud dan tujuan dari undang-undang tersebut.

Penafsiran sosiologis dilakukan karena terdapat perubahan di

masyarakat, sedangkan bunyi undang-undang tidak berubah.

20
f. Penafsiran ekstensif, dilakukan dengan memperluas arti kata-kata yang

terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan.

g. Penafsiran restriktif, dilakukan dengan mempersempit arti kata-kata yang

terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan.

h. Penafsiran analogis, dilakukan dengan memberikan suatu kiasan atau

ibarat pada kata-kata sesuai dengan asas hukumnya.

i. Penafsiran a contrario, adalah penafsiran yang didasarkan pada

perlawanan antara masalah yang dihadapi dengan masalah yang diatur

dalam undang-undang.

G. PENYAJIAN TESIS

Untuk mempermudah pemahaman isi tesis ini, maka penyajian tesis ini

disusun menjadi beberapa bab dan sub-bab dengan sistematika penyajian sebagai

berikut.

Bab I merupakan pendahuluan, dimana penulis ingin mengantarkan

kepada para pembaca untuk mengetahui alasan penulis atau hal-hal yang

melatarbelakangi penulisan tesis ini, yang disertai pula dengan 2 (dua) rumusan

permasalahan yang diangkat dan dikaji dalam tesis ini. selain dari pada itu,

penulis uraikan mengenai tujuan penelitian dan manfaat manfaat penelitian.

Selanjutnya penulis menguraikan mengenai kerangka pemikiran, yang merupakan

kerangka berpikir yang melandasi dan penulis kembangkan dalam pengkajian atas

rumusan permasalahan yang diangkat dalam tesis ini. pada kerangka pemikiran ini

penulis menguraikan dan menjabarkan beberapa hal seperti kerangka konsep,

21
kerangka teori, dan tinjauan pustaka. Metode penelitian penulis uraikan pula pada

bab I ini, dengan harapan pembaca dapat mengetahui kegiatan penelitian yang

penulis laksanakan dalam penyusunan tesis ini, yang berisikan antara lain metode

pendekatan, spesifikasi penelitian, desain penelitian, variabel dan defini

operasional, jenis data, metode pengumpulan data, dan metode analisa data.

Demikian pula diuraikan mengenai rencana penyajian penelitian dan jadwal

penelitian, dengan maksud agar memperjelas urutan pokok-pokok penelitian serta

jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian.

Bab II merupakan tinjauan pustaka yang menguraikan pengertian, fungsi

dan arti penting pedoman tata kelola yang baik (Good Corporate Governance)

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan; prinsip-prinsip hukum tata kelola

Puskesmas; dan arti penting penerapan pedoman tata kelola yang baik (Good

Corporate Governance) dalam kaitan dengan peningkatan hak pasien.

Pada bab III ini penulis menguraikan tentang hasil penelitian dan

pengkajian mengenai penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

dalam penyelenggaraan operasional Puskesmas dan arti penting penerapannya

terhadap peningkatan mutu pelayanan Puskesmas dan perlindungan hak pasien.

Bab IV merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran, yang

dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam

pembangunan hukum, khususnya hukum kesehatan di Indonesia.

22
H. JADWAL PENELITIAN

Jadwal aktivitas penelitian sampai penulisan laporan perlu dibuat agar

penelitian dapat secara tepat waktu menyelesaikan studinya. Dengan membuat

jadwal, peneliti mempunyai target dan alokasi waktu untuk setiap kegiatan.

Tabel 1.1 Jadwal Persiapan Aktivitas Penelitian

No Nop Desember Januari Februari


Kegiatan
. 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan Proposal
2. Ujian Proposal
3. Pengumpulan dan
Pengolahan Data
4. Pembuatan Tesis
5. Ujian Tesis
6. Revisi

23

Anda mungkin juga menyukai