Oleh :
GALUH HEMASTITI
14/376026/PEK/20195
Dosen Pengampu :
Dr. HARSONO, M.Sc.
MAGISTER MANAGEMENT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Terhitung mulai 01 Januari 2014 yang lalu, sistem pelayanan kesehatan
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat
1.3.
1.4.
Metodelogi Penelitian
Penulis menggunakan data dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Rumah sakit2 adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional
yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Pada saat ini rumah sakit adalah pusat
pelayanan kesehatan sangat penting dalam masyarakat yaitu melakukan sebuah
pelayanan harus berdasarkan melalui pendekatan kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabiltatif) dan dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Rumah sakit juga dituntut untuk menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik. Sebuah kualitas rumah sakit dapat berpengaruh pada citra rumah sakit
tersebut.
Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Pakem merupakan amal usaha
kesehatan (AUMKES) yang didirikan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Pakem. Bangunan PKU Muhammadiyah Pakem berdiri di atas tanah wakaf keluarga
besar Bapak Haji Muhammad Ilham S.H. dan wakaf para donatur. PKU
Muhammadiyah Pakem mulai berdiri akhir tahun 1999 dan resmi beroperasional
sejak tahun 2000. PKU Muhammadiyah Pakem terletak di Dusun Pakem Gede,
Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, propinsi daerah
Istimewa Yogyakarta.
Visi : Menjadi Rumah Sakit Kebanggaan Umat yang Mewujudkan Konsep Rahmatan
Lilalamin Melalui Pemberdayaan Insani, Proses yang Efektif dan Efisien
serta Berorientasi pada Kepuasan Pelanggan.
Misi :
dhuafa.
Membangun Institusi Kesehatan yang Islami.
Mengintensifkan pembinaan umat untuk terwujudnya masyarakat yang sehat
2 Azwar, A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
sejak 1 Januari 20143,4. PT Askes yang menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3 Republik Indonesia., 2004., Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional., Sekretariat Negara. Jakarta.
6 Republik Indonesia., 2012., Peraturan Presiden RI No.72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional., Sekretariat Negara. Jakarta.
perbedaan tarif pada kelas rumah sakit, dan perhitungan INA-CBGs yang tidak
berdasarkan unit cost pelayanan tiap penyakit. Juga, saat ini rumah sakit swasta
khususnya rumah sakit kelas D dan C berada di persimpangan jalan. Peserta BPJS
adalah segmen market rumah sakit kelas D dan C, namun tarif INA-CBGs secara
umum tidak menguntungkan.
Sebagian besar dokter rumah sakit swasta adalah dokter tamu8, sehingga
tingkat kesulitan untuk pengendalian standar pengobatan klinis (clinical pathway)
cenderung lebih besar dibandingkan rumah sakit pemerintah. Kemudian kendala
eksternal adalah tidak adanya subsidi operasional pada rumah sakit swasta, padahal
tarif yang dibayarkan ke rumah sakit swasta sama dengan tarif rumah sakit
pemerintah yang sudah mendapat subsidi. Hal ini menyebabkan tingkat kerugian
makin besar. Belum semua Rumah Sakit Swasta di Indonesia, termasuk RS PKU
Muhammadiyah Pakem memiliki Electronic Hospital Information System (e-HIS).
Dengan adanya peraturan tersebut maka RS PKU Muhammadiyah Pakem
membutuhkan aktifitas yang mampu menaikkan tingkat penghasilan pendapatan
diluar dari skema pelayanan BPJS. Yang tentunya aktifitas tersebut tidak melanggar
peraturan dari pemerintah.
3.2. Analisis SWOT
8 Aida, Mus., 2013., Kesiapan dan Strategi Rumah Sakit Swasta Menghadapi
Jaminan Kesehatan Nasional., Yogyakarta.
8
1. Strength
9 Thompson, S., Peteraf., Gamble., and Strickland., 2014., Crafting and Executing
Strategy: The Quest for Competitive Advantage Concepts and Cases, 19th edition,
McGrawHill.
9
2. Weakness
- Pelayanan Kedokteran Spesialis masih terbatas yang dikarenakan RS PKU
Muhammadiyah Pakem merupakan rumah sakit swasta, dimana pada rumah
sakit swasta dokter spesialis bukan merupakan dokter tetap (dokter tamu),
sehingga tingkat kesulitan untuk pengendalian standar pengobatan klinis
-
(clinical pathway).
Belum terlaksana dengan penuh pelayanan JKN terkait dengan penggunaan
diagnosis penyakit dan pemberian obat yang berdasarkan program Indonesia
3. Opportunity
10
Dengan adanya JKN yang sesuai dengan segmen market dari RS PKU
Muhammadiyah Pakem dapat mendatangkan pasien lebih banyak. Juga
didukung dengan jam pelayanan umum JKN hingga pukul 21.00 sehingga
RS PKU Muhammadiyah Pakem memiliki jam pelayanan yang lebih
4. Threat
- Sistem reimbursement pada JKN yang memakan waktu 15 hari setelah klaim
diajukan membuat RS PKU Muhammadiyah Pakem harus menggunakan
dana talangan dari internalnya sendiri untuk menutupi sampai reimbursement
biaya dibayarkan.
BAB IV
STRATEGI RS PKU Muhammadiyah Pakem
11
12
Clinical pathway10 merupakan sebagai salah satu upaya atau instrument yang
dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan mencegah adanya
variasi pelayanan yang tidak perlu. Didalamnya terdapat alur proses kegiatan
pelayanan pasien yang spesifik untuk suatu penyakit atau tindakan tertentu, mulai
dari pasien masuk sampai pasien pulang, yang terintegrasi dari pelayanan medis,
pelayanan keperawatan, perawatan farmasi dan pelayanan penunjang Etrat.
Penyusunan clinical pathway dan perhitungan biaya pelayanan untuk kasus kasus
yang sering terjadi sangat diperlukan untuk pengendalian mutu dan memperhitungkan
biaya rumah sakit. Oleh karenanya, perlu pemahaman dalam penyusunan clinical
pathway sehingga rumah sakit dapat membandingkannya dengan Etrate INA-CBGs.
Selain itu yang strategi untuk penambahan pendapatan yang dapat diterapkan
oleh RS PKU Muhammadiyah Pakem adalah dengan memperbaiki strategi terhadap
layanan home care dan home visite. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien,
program home care dan home visite melibatkan berbagai multidisiplin baik dokter,
tenaga medis, perawat, ahli gizi, fisioterapi, yang merupakan tenaga yang langsung
berhubungan dengan pemberian pelayanan kepada pasien. Untuk mengelola program
hospital-based home care dan home visite dengan sukses diperlukan komitmen semua
pihak baik pengelola home care disini adalah RS PKU Muhammadiyah Pakem
maupun para pemberi pelayanan.
Dalam melakukan praktek keperawatan kesehatan di rumah home care dan
home visite, perawat harus memiliki standar kompetensi yang sesuai. Dan perlu
adanya kerjasama yang solid antara dokter dan perawat dalam praktek home care dan
home visite tersebut karena perawat tetap berkolaborasi dengan dokter dalam upaya
penyembuhan kepada pasien.
10 Ransom, Scott B., DO, MBA, McNeeley, S. Gene, MD, Yono, Ardis, RN, Ettlie,
Jhon, PhD & Dombrowski, Mitchell P, MD. (1998). The Development and
Implementation of Normal Vaginal Delivery Clinical Pathways in a Large
Multihospital Health System. The American Journal of Managed Care, 4, pp. 723727
13
Rumah sakit merupakan organisasi jasa, dimana dalam organisasi jasa sumber
daya manusia menjadi kunci utama dalam sebuah organisani yang bergerak pada
bidang jasa. Pada program JKN sumber daya mulai dituntut untuk mampu bekerja
dengan minimal kesalahan. Pentingnya sumber daya manusia tersebut terkait dengan
pengembangan kompetensi yang dipahami sebagai kombinasi antara pengetahuan
(knowledge), ketrampilan (skill), dan sikap atau perilaku (attitude) karyawannya
sehingga mampu melaksanakan pekerjaan. Sayangnya hingga saat ini RS PKU
Muhammadiyah Pakem belum memiliki cara penilaian kinerja yang optimal untuk
diterapkan kepada karyawannya, untuk mengetahui kinerja dan perkembangan
kompetensi karyawan RS PKU Muhammadiyah Pakem. Selama ini RS PKU
Muhammadiyah Pakem menggunakan sistem penilaian kerja tradisional berupa
checklist yang dibagikan dan diisi oleh seluruh karyawan. Jenjang waktu penilaian
tidak memiliki waktu yang ditentukan secara terjadwal sehingga sangat tidak bisa
menggambarkan kinerja dan kompetensi karyawan. RS PKU Muhammadiyah Pakem
dapat menggunakan balanced scorecard yang mampu mengukur kinerja secara lebih
akurat dan komprehensif dalam aplikasi penilaian kinerja. Balanced scorecard11 tidak
hanya merupakan alat penilaian kinerja, tetapi berkembang lebih jauh menjadi suatu
sistem
manajemen
strategis
yang
membantu
menerjemahkan
dan
mengkomunikasikan visi dan misi rumah sakit, serta memperoleh umpan balik.
A. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan dapat dikaitkan sebagai how do we look to
shareholders. Perspektif keuangan merepresentasikan tujuan jangka panjang dari
rumah sakit dan untuk mendukung tercapainya profit yang maksimal, maka
ukuran hasilnya terletak pada seberapa besar tingkat keuntungan pendapatan.
Dalam perspektif ini dapat digunakan analisis keuangan melalui Peningkatan
11 Kaplan R.S. dan Norton D.P., 2000, Balanced Scorecard Menerapkan Strategi
Aksi, Erlangga, Jakarta.
14
Pengukuran
Peningkatan Return Of Invesment (ROI)
Pendapatan pokok pelayanan JKN
Pendapatan kegiatan pendukung diluar JKN
Turnover dari asset
Bobot
25 %
25 %
25 %
25 %
B. Perspektif Pelanggan
Sebagai organisasi yang bergerak pada bidang jasa maka perspektif
pelanggan berhubungan dengan kemampuan RS PKU Muhammadiyah Pakem
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat
pengguna jasa dalam hal ini adalah pasien. Citra rumah sakit merupakan sasaran
yang ingin dicapai pada perspektif pelanggan. Dengan citra rumah sakit yang baik
maka dapat
membentuk
Pengukuran
Perbandingan jumlah pasien dan dokter
Waktu mendapatkan pelayanan
Waktu tunggu untuk mendapatkan resep obat
Kemampuan menjawab informasi yang
dibutuhkan pasien
Bobot
25 %
25 %
25 %
25 %
Tujuan
Kompetensi
Karyawan
Pengukuran
Petunjuk informasi yang memberi kemudahan
bagi pasien atau pelanggan.
Kemampuan beradaptasi terkait
dengan
kebijakan JKN
Penilaian terhadap rencana pengembangan
Evaluasi
Bobot
25 %
25 %
25 %
25 %
Pelatihan Karyawan
Pengukuran
Pendidikan dan pelatihan pengembangan
SDM.
Pelatihan Penggunaan Teknologi.
Jumlah SKP seminar atau pelatihan yang
harus diikuti masing-masing profesi.
Bobot
25 %
25 %
50 %
16
Rencana Strategis Berdasarkan Elemen SWOT di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Pakem
FAKTOR INTERNAL
STRENGHT (S)
Mempunyai sumber daya manusia
(SDM) yang berpotensi dibidangnya
FAKTOR EKSTERNAL
OPPORTUNITY (O)
JKN yang sesuai dengan segmen
market dari RS PKU Muhammadiyah
Pakem dapat mendatangkan pasien
lebih banyak. Dan memiliki jam
pelayanan yang lebih fleksibel
dibandingkan dengan jam pelayanan
Puskesmas Pakem.
STRATEGI ( SO )
RS PKU Muhammadiyah Pakem
dapat membuka pelayanan baru
dengan menggunakan SDM yang
dimiliki untuk lebih menarik minat
para pasien BPJS yang bekerja
untuk berobat di rumah sakit.
THEARTS (T)
Sistem reimbursement pada JKN
yang memakan waktu 15 hari setelah
klaim diajukan membuat RS PKU
Muhammadiyah Pakem harus
menggunakan dana talangan dari
internalnya sendiri untuk menutupi
sampai reimbursement biaya
dibayarkan.
STRATEGI ( ST )
Dengan dimilikinya SDM yang
berpotensi,
RS
PKU
Muhammadiyah Pakem dapat
mencari peluang usaha lain untuk
mendapatkan
dana
talangan
internal
seperti
dengan
meningkatkan pelayanan home
care dan home visite. Serta
meningkatkan kerja sama dengan
Pelayanan Pasien Kerjasama atau
Relasi.
WEAKNESS (W)
Belum terlaksana dengan penuh
pelayanan JKN terkait dengan
penggunaan diagnosis penyakit dan
pemberian obat yang berdasarkan
program Indonesia Case Base Groups
(INA-CBGs) dan Formularium
Nasional (FORNAS)
STRATEGI ( WO )
Melakukan
pelatihan
lebih
intensif
dan
menerapkan
teknologi dalam kegiatan RS
PKU Muhammadiyah Pakem
sehingga memudahkan pasien dan
instansi untuk mau berkerja sama
sebagai Penyedia Pelayanan
Tingkat I.
STRATEGI ( WT )
Meningkatkan
penggunaan
teknologi
dalam
kegiatankegiatan yang ada di RS PKU
Muhammadiyah Pakem, termasuk
dengan melakukan promosi baik
dengan media elektronik maupun
media internet untuk mengurangi
persepsi atau pemikiran negatif di
masyarakat terhadap layanan JKN
yang dinilai belum memuaskan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Hughes D and Leethongdee S,Universal Coverage In The Land Of
Smiles: Lessons From Thailands 30 Baht Health Reforms., Health
Affairs 26, no. 4 (2007): 9991008.
2. Azwar, A. (1996). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.
3. Republik Indonesia., 2004., Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional., Sekretariat Negara. Jakarta.
4. Republik Indonesia., 2011., Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial., Sekretariat Negara.
Jakarta.
5. Republik Indonesia., 2013., Peraturan Presiden No.12 Tahun 2013
Tentang Jaminan Kesehatan., Sekretariat Negara. Jakarta.
6. Republik Indonesia., 2012., Peraturan Presiden RI No.72 tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional., Sekretariat Negara. Jakarta.
7. Republik Indonesia., 2009., Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan., Sekretariat Negara. Jakarta.
8. Aida, Mus., 2013., Kesiapan dan Strategi Rumah Sakit Swasta
Menghadapi Jaminan Kesehatan Nasional., Yogyakarta.
9. Thompson, S., Peteraf., Gamble., and Strickland., 2014., Crafting and
Executing Strategy: The Quest for Competitive Advantage Concepts and
Cases, 19th edition, McGrawHill.
10. Ransom, Scott B., DO, MBA, McNeeley, S. Gene, MD, Yono, Ardis, RN,
Ettlie, Jhon, PhD & Dombrowski, Mitchell P, MD. (1998). The
Development and Implementation of Normal Vaginal Delivery Clinical
Pathways in a Large Multihospital Health System. The American Journal
of Managed Care, 4, pp. 723-727
11. Kaplan R.S. dan Norton D.P., 2000, Balanced Scorecard Menerapkan
Strategi Aksi, Erlangga, Jakarta.
18