Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

ILMU ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

Oleh : SALMA

Kemampuan Rumah Sakit dalam transfusi darah secara umum masih rendah.
Kementerian Kesehatan RI (2015). UndangUndang Republik Indonesia No 36 tahun
2014 tentang tenaga kesehatan menimbang bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan
penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tinggginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi serta salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana
dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945,
dalam peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa hak asasi manusia harus diwujudkan
dengan salah satu caranya yaitu memberikan pelayanan kesahatan dan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi,
keahlian yang sudah terlatih. Permasalahan terletak pada kurang berkinerjanya rumah
sakit dan atau pelayanan kesehatan di Indonesia, sehingga peneliti tertarik untuk
menguji faktor-faktor yang bisa “menyembuhkan” kondisi tersebut1.

Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek manajemen maupun


operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, mulai dari
mutu, efisiensi, equity, kebijakan otonomi daerah sedangkan Rumah Sakit memiliki
sumber daya yang terbatas untuk memenuhi semua tuntutan. Rumah Sakit sebagai
produsen layanan kesehatan harus mampu mengantisipasi perubahan dan mengetahui
posisinya untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan menjauhi ancaman-
ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan
memimpin dalam pengelolaan rumah sakit dan sesuatu yang diharapkan di masa depan
dapat terwujud. Perencanaan strategis mempunyai peranan yang penting untuk dapat
menjawab tuntutan lingkungan di sekitar rumah sakit tersebut (Trisnantoro L, 2008).
Definisi Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit Pasal 1 Ayat 1 adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan menurut
Siregar (2004), Rumah Sakit adalah tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan2.

Upaya pelayanan kesehatan yang mulai dijalankan sejak 1 Januari 2014 oleh Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan pelaksanaan upaya pelayanan
kesehatan global (health coverage) dengan kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat
Indonesia ini diharapkan dapat memenuhi hak setiap warga negara dalam mendapatkan
kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan akan membayar kepada
fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan sistem kapitasi dan untuk fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan dengan sistem paket Indonesia Case Based Groups (INA-
CBG’s). Penerapan tarif paket INA-CBGs ini menuntut manajemen rumah sakit untuk
mampu mengefisiensi biaya dan mengoptimalkan pengelolaan keuangan rumah sakit,
serta melakukan kendali mutu3.

Berdasarkan Kamus Indikator Kinerja Rumah Sakit dan Balai, daya tanggap terhadap
keluhan menjadi salah satu indikator mutu nasional rumah sakit, yaitu fokus mutu pada
bidang manajerial. Kamus menyebutkan bahwa waktu tanggap dan tindak lanjut
grading merah maksimal 1x24 jam, gradasi kuning maksimal 3 hari, dan gradasi hijau
maksimal 7 hari. Sementara itu, rumah sakit menetapkan level 4 untuk ditanggapi dan
diselesaikan dalam waktu maksimal dua jam, level 3 dan 2 dalam waktu maksimal
2x24 jam, dan level 1 dalam waktu maksimal 1x24 jam. Jika rumah sakit ingin
menerapkan standar waktu yang lebih baik, koordinasi lintas unit dapat dilakukan
sebagai komunikasi dalam organisasi dengan mengacu pada standar modifikasi yang
ditetapkan oleh rumah sakit. Kecepatan respon terhadap keluhan yang diberikan oleh
rumah sakit dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap pengelolaan keluhan
yang dilakukan oleh penyedia layanan. Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan
Kemanusiaan, salah satu faktor penting untuk keberhasilan pengelolaan pengaduan
adalah kepemimpinan dan komitmen organisasi. Manajemen memainkan peran
penting dalam menciptakan lingkungan untuk mengelola penanganan pengaduan
dengan baik4.

KESIMPULAN

Rumah Sakit adalah tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

Definisi Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 tentang Rumah Sakit Pasal 1 Ayat 1 adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Upaya pelayanan kesehatan yang mulai dijalankan sejak 1 Januari 2014 oleh Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan pelaksanaan upaya pelayanan
kesehatan global (health coverage) dengan kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat
Indonesia ini diharapkan dapat memenuhi hak setiap warga negara dalam mendapatkan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurcahya, A. & Pratolo, S. Kinerja Pusat Pertanggungjawaban Rumah Sakit dalam


Perspektif Balanced Scorecard. J. Medicoeticolegal dan Manaj. Rumah Sakit
10.18196/jmmr.2016 6, 66–71 (2017).

2. Jeklin, A. RENCANA STRATEGIS BISNIS RSU PKU MUHAMMADIYAH


GUBUG GROBOGAN. 1–23 (2016).

3. Dwi Astuti, Y., Dewi, A. & Arini, M. Evaluasi Implementasi Clinical Pathway Sectio
Caesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul. J. Medicoeticolegal dan Manaj.
Rumah Sakit 6, 97–111 (2017).

4. Setyani, A. F., Widjanarko, B. & Agushybana, F. Management Of Hospital Customer


Complaint With E-Complaint. J. Medicoeticolegal dan Manaj. Rumah Sakit 8, 129–
137 (2019).

Anda mungkin juga menyukai