Anda di halaman 1dari 151

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization, Pengertian Rumah
Sakit adalah suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang
mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan lengkap
kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif pelayanan keluarnya
menjangkau keluarga dan lingkungan rumah. Departemen Kesehatan RI
menyatakan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan yang
menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik spesialistik,
pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, baik rawat jalan, rawat
inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu sarana
kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan atau masyarakat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah
sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya
kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu serta berkesinambungan.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Didalam
menjalankan manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (planning,
Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana
dalam mencapai tujauan organisasi. (Nursalam, 2009). Keempat fungsi

1
2

tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan


ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual
yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya
guna dan bermanfaat kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen
keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2009)
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan
mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk
memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien
(Gillies, 2010). Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat. Menurut
Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari
dari fungsi-fungsi manajemen yang dilakasanakan oleh seorang manejer.
Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah
penting wajib dikerjkan oleh seorang manejer untuk mencapai tujuan.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode perlakuaan asuhan keperawatan yang profesional,
sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagai mana
proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil, karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai maka setiap tahap
anda dalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses
keperawatan.
3

Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari, terletak di kabupaten


Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Gunung Kidul
merupakan daerah perbukitan kapur atau KARST atau lebih dikenal
ssebagai kawasan Gunung Seribu. Kabupaten Gunung Kidul masuk dalam
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas wilayah sebagai berikut:
sebelah timur berbatasan dengan wilayah Wonogiri, dan kabupaten
Pacitan, sebelah Utara berbatasan dengan Klaten dan Sleman, sebelah
barat berbatasan dengan kabupaten Bantul, sementara sebelah selatan
dibatasi oleh samudera Indonesia. Luas wilayah kabupaten Gunung Kidul
secara keseluruhan mencapai 1.485,36 km2 sekitar 46,63% dari
keseluruhan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejarah berdirihnya RSUD Wonosari secara pasti belum diketahui
sampai dengan saatini, belum ditemukan adanya catatan peresmian
pendiriannya, tetapi menurut penuturan para sesepuh yang dapat ditemui,
menyatakan bahwa keberadaan RSUD Wonosari saat itu tidak terlepas dari
usaha zeending pada waktu penjajahan Belanda. Semula hanya semacam
balai pengobatan dengan nama PETRONELA. Kemudian meningkat
menjadi tempat perawatan orang sakit. Seiring dengan adanya wabah
hongeroedema pada sekitar tahun 1950, fasilitas kesehatan ini ditingkatkan
sehingga mirip sebuah rumah sakit.
Rumah sakit umum daerah Wonosari menempati lokasi di Dusun
Jeruksari, Desa Wonosari, kabupaten Gunung Kidul. Berada di sebelah
utara kantor bupati Gunung Kidul yang beralamat di jalan taman bhakti
nomor 06 Wonosari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejak awal berdirinya sampai sekarang, RSUD Wonosari telah
mengalami beberapa peningkatan baik mengenai fisik bangunan, saran dan
prasarana rumah sakit hingga peningkatan jumlah sumber daya
manusianya. Selain itu juga meningkatkan dari type D menjadi type C
pada tahun 1993 berdasarkan SK Menkes RI Nomor
201/MENKES/SK/II/2010 tanggal 26 Februari 2010.
4

Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari merupakan rumah sakit


umum dengan kapasitas 178 tempat tidur, merupakan milik Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul yang mempunyai Motto ”Cepat, Bersih,
Simpatik” serta bertugas menyelenggarakan urusan rumah tangga
Pemerintah Daerah dan Tugas Perbantuan di bidang pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang mempunyai fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan umum di bidang


pengelolaan pelaynan kesehatan kepada masyarakat.
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan kepada
masyarakat
3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
4. Pengelolaan tata usaha rumah sakit daerah

Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari dibentuk berdasarkan


Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 13 Tahun 2008, dan
telah diubah dengan Perda Nomor 23 Tahun 2011 dengan Visi dan Misi
Rumah Sakit sebagai berikut:
Visi: Rumah Sakit Pilihan Utama, Unggul dalam pelayanan, Terjangkau
oleh semua

Misi:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan


terjangkau
2. Mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan
3. Meningkatkan kapasitas SDM yang professional pada bidang
tugasnya
4. Meningkatkan Kinerja Administrasi dan keuangan yang efektif dan
efisien
Dalam Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
5

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna yang


menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam UU tersebut
diamanatkan, bahwa rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah harus berbentuk Unit Pelaksanan Teknis dari instansi
kesehatan, instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberlakuan
BLUD di RSUD Wonosari sejak Tahun 2010, khususnya untuk kegiatan
pelayanan kesehatan..
Mengingat pelayanan keperawatan bersifat kompleks, maka dalam
pemberian pelayanan harus terorganisir dengan baik, oleh karena itu
diperlukan suatu pedoman pengelolaan didalam memberikan pelayanan
keperawatan. Ruang anggrek merupakan suatu unit di rumah sakit yang
memiliki tim kerja dengan kemampuan yang mumpuni dan peralatan yang
lengkap serta memadai untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang
terorganisir.
Pelayanan Keperawatan merupakan bagian integral dari seluruh
pelayanan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan yang diberikan tersebut
haruslah mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang professional. Profesionalisme dalam
keperawatan bertujuan untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan pada masyarakat, serta didasarkan pada pemahaman adanya
suatu landasan ilmiah yang spesifik dan menjadi dasar pada praktek
keperawatan, disertai dengan adanya kemampuan tenaga keperawatan
untuk melaksanakan praktek keperawatan tersebut dan diterapkan untuk
kesejahteraan manusia (Logan, 200).
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dituntut
untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan
6

yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan


manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan keterampilan manajerial
yang handal selain didapatkan dibangku kuliah juga harus melalui
pembelajaran di lahan praktek. Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners Universitas Respati Yogyakarta dituntut untuk dapat
mengaplikasikan langsung pengetahuan manejerial di ruang Bakung
RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta dengan bimbingan dari
pembimbing lapangan maupun dari pembimbing pendidikan. Dengan
adanya praktek ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang
didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajeman.

B. Waktu dan Tempat


Praktik stase manajemen keperawatan Program Pendidikan Profesi
Ners Angkatan VIII Universitas Respati Yogyakarta dilaksanakan di ruang
Bakung RSUD Wonosari selama 5 minggu yaitu dari tanggal 2 Mei – 4
Juni 2016.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek keperawatan manajemen
mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen
keperawatan pada unit pelayanan kesehatan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang
Bakung RSUD Wonosari mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan masalah
pelayanan keperawatan di ruang Bakung yang berhubungan
7

dengan fungsi asuhan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan


dan pengendaliaan.
b. Menentukan penyebab masalah berdasarkan masalah yang timbul
c. Menentukan prioritas masalah berdasarkan hasil identifikasi
masalah
d. Mengimplementasikan tindakan dengan prioritas yang dirumuskan
e. Mengevaluasi tindakan-tindakan yang telah dilakukan selama
proses pelayanan keperawatan

D. Metodologi
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk
identifkasi masalah dilakukan dengan metode:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan, keadaan inventaris ruangan dan asuhan
keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer,
perawat pelaksana, keluarga pasien untuk mengumpulkan data
tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen
ruangan, prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap
asuhan keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan
pelaksanaan model praktek keperawatan profesional
8

E. Kategori Umum Penilaian


Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan
keperawatan adalah menggunakan instrument A, B dan C (Depkes, RI
2009). Kriteria penilaian dengan mengunakan acuan dari Arikunto (2010)
dengan rentang nilai sebagai berikut:
1. Kriteria baik (76-100%)
2. Kriteria Cukup (55-75%)
3. Kriteria Kurang (<55%)

F. Peserta Praktik
Mahasiswa Praktik Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Unversitas Respati Yogyakarta angkatan VIII Kelompok B
dengan anggota:
1. Rendi Jamhari
2. Anak Agung Gde Bagus Ari Predana
3. Arnold K N Wijana
4. Melfi Irmayati Tulle
5. Eliza Ekol
6. Agustin Angel Rumambi
7. Nurhayati
8. Yuni Kartika Binti Abdullatif
9. Serviana Siak Bian Bau
10. Inggrid Lake
BAB II
PENGKAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum RSUD Wonosari


1. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari
a. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari terletak di kabupaten
Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Gunungkidul
merupakan daerah perbukitan kapur/KARST atau yang lebih dikenal
sebagai kawasan Gunung Seribu. Kabupaten Gunungkidul masuk
dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas wilayah
sebagai berikut: Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Wonogiri dan Kabupaten Pacitan, Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Klaten dan Sleman, Sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Bantul, sementara sebelah selatan dibatasi oleh Samudra
Indonesia. Luas Wilayah Kabupaten Gunungkidul secara keseluruhan
mencapai 1.485,36 km2 sekitar 46,63% dari keseluruhan wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejarah berdirinya RSUD Wonosari secara pasti belum diketahui,
sampai dengan saat ini belum ditemukan adanya catatan peresmian
pendiriannya, tetapi menurut penuturan para sesepuh yang dapat
ditemui, menyatakan bahwa keberadaan RSUD Wonosari saat itu tidak
terlepas dari usaha zending pada waktu penjajahan belanda. Semula
hanya semacam balai pengobatan dengan nama PETRONELA.
Kemudian ini meningkat menjadi tempat perawatan orang sakit.
Seiring dengan adanya wabah hongeroedema pada sekitar tahun 1950,
fasilitas kesehatan ini ditingkatkan sehingga mirip sebuah rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari menempati lokasi di Dusun
Jeruksari, Desa Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Berada di sebelah
utara kantor bupati Gunungkidul yang beralamat di Jl. Taman Bhakti
Nomor 06 Wonosari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

9
10

Sejak awal berdirinya sampai sekarang, RSUD Wonosari telah


mengalami beberapa peningkatan baik mengenai fisik bangunan,
sarana dan prasarana rumah sakit hingga peningkatan jumlah sumber
daya manusianya. Selain itu juga mengalami peningkatan dari type D
menjadi type C pada tahun 1993 berdasarkan SK Menkes RI Nomor
201/MENKES/SK/II/1993 tanggal 26 Februari 1993.

b. Strategi Pelaksanaan Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari


Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari merupakan milik
pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dengan tugas menyeenggarakan
urusan rumah tangga Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di
bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta mempunyai
fungsi:
1) Penyiapan badan perumusan kebijakan umum di bidang
pengelolaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
2) Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan kesehatan kepada
masyarakat
3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
4) Pengelolaan tata usaha rumah sakit umum daerah
Dengan kata lain RSUD Wonosari merupakan lembaga yang bersifat
pelayanan public di bidang pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
pelayanan kesehatan perorangan (UKP) di wilayah Kapubaten Gunung
Kidul. Sebagai rumah sakit pemerintah, RSUD wonosari juga berfungsi
sebagai rumah sakit rujukan diwilayah Kabupaten Gunung Kidul,
sehingga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat menjaungkau
seluruh lapisan masyarakat. Sebagai unit kerja yang begitu banyak
melibatkan berbagai profesi dengan multi disiplin ilmu yang beranega
ragam, tentu saja pengelolaan Rumah Sakit juga merupakan mata rantai
pelayanan kesehatan yang berfungsi utama sebagai unit kerja
penyembuhan dan pemulihan. Kompleksitas permasalahan yang
11

dihadapi tentu saja bukan mutlak permasalahan yang dapat ditangani


secara mandiri oleh Rumah Sakit tetapi merupakan komitmen bersama
antara pemilik Rumah Sakit dalam hal ini Pemerintah Daerah dan juga
masyarakat selaku pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit melalui
perwakilan mereka di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

c. Filosofi RSUD Wonosari


1) Visi
Rumah Sakit Pilihan Utama, Unggul dalam pelayanan, Terjangkau
oleh semua
2) Misi
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau
b. Mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk menunjang
pelayanan
c. Meningkatkan kapasitas SDM yang professional pada bidang
tugasnya
d. Meningkatkan Kinerja Administrasi dan keuangan yang efektif
dan efisien
Motto
Cepat, Bersih, Simpatik
3) Kedudukan Tugas dan Fungsi
a. Kedudukan
(1) Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari adalah unsur
pelaksana tugas Kepala Daerah di Bidang pengelolaan
rumah sakit
(2) Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari dipimpin oleh
seorang direktur yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
12

b. Tugas
Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai tugas
menyeenggarakan urusan pemerintahan daerah dan tugas
pembantuan dibidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
c. Fungsi
(1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan umum di bidang
pengelolaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat;
(2) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan
kepada masyarakat;
(3) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat;
(4) Pelaksanaan standar pelayanan minimal di bidang
pelayanan kesehatan kepada masyarakat;
(5) Pengendalian dan pelaksanaan norma, standar, pedoman
dan petunjuk operasional pelayanan kesehatan kepada
masyarakat; dan
(6) Pengelolaan ketatausahaan rumah sakit umum daerah

d. Profil Dan Gambaran Umum Ruang Bakung


1. Profil Ruang Bakung
Ruangan Bakung merupakan ruang rawat inap kelas tiga yang
diperuntukan bagi pasien syaraf dan UPD. Ruangan Bakung didalamnya
terdapat 12 ruangan kamar yang berada di sebelah utara dan selatan.
Disebelah selatan terdapat 7 kamar dan utara 5 kamar. Masing-masing
kamar terdapat 2 tempat tidur, 2 lemari, dan 2 bangku. Setiap TT diberi
nomor mulai dari nomor 3 sampai 23. Terdapat pula 4 kamar mandi
pasien dan 2 kamar mandi perawat.
2. Batas-Batas Ruang Bakung
Batas-batas ruangan Bakung yaitu sebelah utara berbatasan dengan
ruangan mawar, sebelah timur berbatasan dengan poliklinik, sebelah
13

selatan berbatasan dengan ruangan Dahlia, dan sebelah barat berbatsan


dengan Instalasi Gizi.
Proses asuhan keperawatan di Ruang Bakung dengan Metode Tim yaitu
terdiri dari 1 Kepala Ruangan yang memiliki pendidikan AMK dan
Primary Nurse (PN) yang berpendidikan AMK. PN dibagi menjadi 2 Tim
yaitu PN 1 yang beranggotakan 5 Associate Nurse (AN) dan PN 2
beranggotakan 5 Associate Nurse (AN). Praktik keperawatan Profesional
dengan Metode Tim yaitu sekelompok pasien dirawat oleh sekelompok
perawata selama dirawat di Rumah Sakit. Tim 1 bertanggung jawab dari
kamar no 3-13 dan Tim 2 bertanggung jawab dari kamar no 14 sampai 23.
Perawat yang bertanggunng jawab adalah PN dan beberapa anggotanya
yaitu AN.

3. Struktur Organisasi
Gambar 2.1
Bagan Struktur Organisasi Ruang Bakung

KEPALA INSTALASI RAWAT INAP


dr. Dyah Herawati., M. Kes

KEPALA RUANGAN
Sajiyem.,AMK

Ketua TIM I Ketua TIM II


Langgeng Indarto., AMK Rusiyah Nurdiyani.,AMK

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


1. Sri Jumiati.,AMK 1. Fifia Sosilawati., AMD Kep
2. Ngaderi., AMK 2. Sigit Mualim., AMK
3. Kusniyah Jamil., AMD Kep 3. Yuliana Nurhayati., AMK
4. Adiyani Putri W.U. ,AMK Kep 4. Tri Ermawati., AMK
5. Sri Lestari R.F.,AMD Kep 5. Muhammad Yudha S., AMD
Kep
14

Sumber: Data Primer 2016 Ruang Rawat Inap Bakung RSUD Wonosari

4. Denah Ruangan Bakung

5. Tata Ruangan Bakung


Moto 5 R yaitu ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin, merupakan suatu
program terstruktur yang secara sistematis menciptakan ruangan
kerja(work place) yang bersih, teratur, dan terawat dengan baik. 5 R juga
bertujuan meninhgkatkan moral karyawan, kebanggaan dalam pekerjaan
mereka, serta rasa kepemilikan dan tanggung jawab mereka. Target utama
dari 5R adalah goal dan efisien dirunag kerja. Prinsip 5R adalah
mencegah pemborosan akibat kesulitan mencari dan mendapatkan suatu
komponen dalam suatu rangkaian proses produksi dengan cara mendesign
ruangan kerja, sehingga hanya komponen terkait diruangan kerja tersebut
dan ditempatkan secara rapi dan teratur, sehingga mudah dicari dan
dikembalikan lagi ketempatnya semula. Penjelasan 5 R antara lain :
a. Ringkas (Pemilihan). Elemen yang pertama ini tidak lain
merupakan kegiatan memilih segala barang yang benar-benar
diperlukan dari tempat kerja.
15

b. Rapi (Penataan). Elemen yang kedua adalah kegiatan menata tata


letak peralatan atau perlengkapan kerja dengan rapi sehingga
memudahkan untuk mencari, menemukan, serta mengembalikan.
c. Resik (Pembersihan). Artinya jelas: yakni kegiatan bersih-bersih
tempat kerja, mesin, perlengkapan, dan peralatan kerja.
d. Rawat (Perawatan). Merupakan kegiatan memelihara fasilitas
tempat kerja, serta peralatan kerja secara teratur.
e. Rajin (Pendisiplinan). Artinya bagaimana empat elemen di atas
dilakukan secara istikomah, dan bisa menjadi sebuah kebiasaan atau
disiplin kerja yang kokoh.

Tabel 1.1
Tata ruangan di ruang Bakung RSUD Wonosari
Ruang Karu Nurse Station Gudang Ruang
No Kriteria Tindakan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Resik √ √ √ √
2. Rapi √ √ √ √
3. Ringkas √ √ √ √
4. Rawat √ √ √ √
5. Rajin √ √ √ √
Total 0 100 2 3 0 5 1 4
Prosentase 0% 100% 40% 60% 0% 100% 20% 80%

Analisa Data
Dari tabel 1.1 menunjukkan tata Ruang Bakung yang menjadi perhatian
dan perlu penataan yaitu: ruang gudang dengan 100% tidak memenuhi kriteri
5R, diikuti ruang tindakan 80% tidak memenuhi kriteria 5R dan tidak adanya
ruangan khususu Kepala Ruang, dalam artian bahwa di Ruang Bakung tidak
memiliki ruang tindakan sehingga dibutuhkan tindakan untuk menangani hal
tersebut supaya terwujudnya 5R rapi, resik, ringkas, rawat, dan rajin.
B. Unsur Input
1. MAN
a. Pasien
16

1) Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang
membutuhkan pelayanan medis atau keperawatan yang terganggu
kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO, 2010).
Karakteristik pasien yang dirawat di suatu ruangan berpengaruh
dalam pemberian pelayanan keperawatan. Semakin banyak ragam
penyakit dan alat-alat medik yang digunakan di ruangan dituntut
semakin banyak pula penmgetahuan dan keterampilan yang harus
dimiliki oleh perawat. Demikian pula perangkat lunak yang harus
dimiliki ruangan seperti petunjuk teknis standar asuhan
keperawatan, juga semakin banyak yang harus disediakan.
2) Kajian Data
Distribusi Jumlah Pasien di Ruang Bakung RSUD Wonosari
Tabel 2.1
Distribusi Jumlah Pasien di Ruang Bakung RSUD Wonosari
Bulan April 2015 – Maret 2016

No Bulan Jumlah Pasien Persentase ( %) Lama Rawat


1. Mei 70 orang 7.11 % 325
2. Juni 72 orang 7.31 % 311
3. Juli 75 orang 7.62 % 356
4. Agustus 86 orang 8.73 % 380
5. September 82 orang 8.33 % 311
6. Oktober 89 orang 9.06 % 354
7. November 85 orang 8.63 % 343
8. Desember 91 orang 9.27 % 382
9. Januari 79 orang 8.04 % 340
10. Februari 76 orang 7.72 % 330
11. Maret 92 orang 9.34 % 400
12. April 87 orang 8.84% 397
Total 984 orang 100% 4.229
Sumber : Buku Register Pelayanan Pasien Rawat Inap Ruang Bakung RSUD
Wonosari
17

Analisa Data

Dari data tabel 2.1 dapat dijelaskan bahwa jumlah distribusi pasien di ruang
Ranap Bakung terbanyak pada bulan Maret 2016 yaitu sebanyak 9.34 % ( 92
orang) orang sedangkan jumlah ditribusi terendah yaitu pada bulan Mei 2015
yaitu sebanyak 7.11 % ( 70 orang)

Tabel 2.2
Distribusi 10 PenyakitTerbanyak di Ruang Bakung RSUD Wonosari Bulan
April 2015 – Maret 2016
No Jenis penyakit Jumlah Persentase (%)
1 Stroke 264 36.82%
2 Anemia 114 15.89%
3 CHF 66 9.20%
4 Hipertensi 57 7.94%
5 Diabetes Mellitus 51 7.11%
6 CKD 49 6.83%
7 Hemiparese 40 5.57%
8 Vertigo 35 4.88%
9 Febris 26 3.62%
10 Chest Pain 15 2.09%
Total 717 100
Sumber : Buku Temp banggsal Bakung RSUD Wonosari

Analisa Data

Berdasarkan Tabel 2.2 angka kejadian penyakit di bangsal Bakung dari bulan
April 2015 sampai bulan Maret 2016 penyakit terbanyak yaitu Stroke 36.2% ( 264
kasus), dan paling sedikit dari 10 besar penyakit terbanyak di ruang Bakung yaitu
Chest pain yaitu 2.09% ( 15 kasus).

b. Peserta Didik (Mahasiswa)


1) Kajian Teori
Program profesi merupakan suatu proses sosialisasi peserta didik
dalam mendapat pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan
keterampilan professional yaitu intelektual, sikap dan teknik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. Berdasarkan
18

kurikulum pendidikan tinggi keperawatan, maka program profesi


memiliki tujuan mempersiapkan mahasiswa melalui penyesuaian
profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan
secara komprehensif. Sebagai profesi keperawatan dituntut untuk
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan
teknis, dan moral. Hal ini bisa ditempuh dengan meningkatkan
kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan pada program
pendidikan ners dengan menggunakan tatanan pelayanan nyata di
RS, Puskesmas, Panti, dan Komunitas (Nursalam, 2007).
2) Kajian Data
Data mahasiswa yang praktik di Ruang Bakung berdasarkan jumlah
dan institusi pendidikan pada bulan April 2015 sampai Maret 2016
sebagai berikut:
Tabel 2.3
Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktik di Ruang Bakung RSUD
Wonosari Bulan April 2015 – Maret 2016
No Institusi Jumlah Mahasiswa Praktek (bulan) Jmh
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
1 UNRIYO 16 9 9 5 9 48
2 Stikes A Yani 12 10 6 28
Yogyakarta
3 Akbid Yogyakarta 4 8 12
4 Poltekes Yogyakarta 9 4 6 19
5 Stikes Wira Husada 6 6
6 Akper Notokusuma 8 25 12 10 7 4 10 2 4 4 86
7 Stikes Aisyiyah 1 1 4 4 2 2 14
8 Akper Karya Husada 10 3 13
9 Poltekes Surakarta 8 8
10 UGM 8 8
11 Stikes Muh Klaten 9 6 15
12 Stikes Surya Global 1 8 9 1 6 1 8 9 43
13 Stikes Yogyakarta 3 3
14 Alma Ata 22 11 33
15 Akper KBH 4 4 8
16 Akper YKY 2 3 2 4 3 14
Jumlah / Bulan 12 41 89 38 37 10 8 33 9 18 50 11 358
19

Sumber : Buku Absen Mahasiswa Ruang Rawat Bakung RSUD Wonosari


Analisa Data
Berdasakan Tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa mahasiswa praktikan terbanyak di
Rawat Ruang Bakung RSUD Wonosari dari bulan April 2015 sampai bulan Maret
2016 yaitu dari Akademi Notokusumo sebanyak 86 orang, sedangkan mahasiswa
praktikan paling sedikit yaitu dari Stikes Yogyakarta sebanyak 3 orang.
Sedangkan jumlah mahasiswa praktikan per bulan paling banyak yaitu pada bulan
Juni 2015 sebanyak 89 orang dan paling sedikit yaitu pada bulan Oktober 2015.
Jumlah total mahasiswa praktikan yang praktik di Ruang Bakung RSUD
Wonosari pada bulan April 2015 sampai bulan Maret 2016 yaitu sebanyak 358
orang.
Tabel 2.4

Distribusi Jumlah pembimbing klinik di Ruang Bakung RSUD


Wonosari
No Nama Mahasiswa Jumlah Persentase
Bimbingan Bimbingan (%)
1. Sajiyem, AMK Profesi, S1 dan D3 121 33.79%
2. Kusniah Jamil, S1, Profesi dan D3 119 33.25%
AMK
3. Langgeng Indarto, S1, D3 dan Profesi 118 32.96%
AMK
Sumber : Buku Register Ruang Rawat Ruang Bakung RSUD Wonosari

Mahasiswa Bimbingan
Satiyem Kusniah Jamil Langgeng

33% 33%

33%

Analisa
20

Berdasakan Tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah pembimbing untuk setiap
mahasiswa yang praktik di Ruang Bakung adalah 3 orang dengan penjabaran
sebagai berikut: Sajiyem, AMK membimbing 121 orang (33.79%), Kusniah
Jamil, AMK membimbing 119 Orang (33.25%) dan Langgeng Indarto, AMK
membimbing 123 orang (32.96%)

c. Kualitas Tenaga Perawat


1) Kajian Teori
Keberhasilan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian
asuhan keperawtan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang
berkualitas memerlukan sumber daya yang sesuai dengan kualitas
dan perawat profesionallitas perawat dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya. Praktek profesional yang merupakan ciri profesi
yang harus tetap dipelihara dan ditingkatkan dalam rangka
mempertahankan akontabilitas dan standar kinerja yang tinggi.
Menurut PPNI (2001), tingkat kemampuan perawat
diharapkan dikuasai oleh perawat bertingkat sesuai kemampuan
berdasarkan pendidikan dan pelatihan yang dimiliki yang terbagi
menjadi PK I, PK II, PK III dan PK IV. Tingkat kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada setiap jenjang yaitu :
a) Keperawatan medikal bedah umum (PK I)
Melakukan kemampuan keperawatan dasar umum medikal
bedah
b) Keperawatan Medikal Bedah Dasar (PK II)
a. Memahami konsep biomedik bedah dasar
b. Mengumpulkan data
c. Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan
d. Menyusun rencana asuhan keperawatan yang
menggambarkan intervensi pada keperawatan medikal
bedah tanpa komplikasi
21

e. Melakukan tindakan keperawatan 12 sistem tubuh meliputi


(a) Membantu klien memenuhi kebutuhan dasar
(b) Melakukan observasi
(c) Melakukan pendidikan kesehatan
(d) Melakukan pemeriksaan diagnostik
c) Keperawatan Medikal Bedah Lanjut (PK II)
(1) Memahami konsep biomedikal bedah lanjutan
(2) Mengumpulkan data
(3) Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan
(4) Menyusun rencana askep yang menggambarkan intervensi
pada keperawatan medikal dengan resiko
(5) Melakukan tindakan keperawatan 12 sistem tubuh meliputi
(a) Membantu klien memenuhi kebutuhan dasar
(b) Melakukan observasi
(c) Melakukan pendidikan kesehatan
(d) Melakukan pemeriksaan diagnostic
(e) Mengelola asuhan keperawatan klien medikal dengan
resiko atau komplikasi
(f) Keperawatan Medikal Bedah Khusus (PK IV)
(1) Memahami konsep biomedikal bedah lebih
spesifik
(2) Dapat melakukan asuhan keperawatan medikal
bedah yang khusus pada salah satu sistem tubuh.
(3) Bertidak sebagai supervisor perawat jenjang PK I,
PK II, PK III dan sesuai kekhususannya
(4) Bertindak sebagai pendidik bagi klien, keluarga,
sesama teman dan peserta didik
Ruang Bakung merupakan ruang rawat pasien dengan
penyakit Saraf laki-laki maupun perempuan, akan tetapi
digunakan juga untuk pasien dengan penyakit dalam karena
kekurangan ruang di bangsal yang lain sehingga di operkan ke
22

bangsal Bakung. Bangsal bakung memberikan pelayanan yang


mengutamakan kenyamanan dan kepuasan pasien.
Kompetensi program profesi mengacu pada SK Mendiknas
232/200 dan 045/2002/KPNI 129/ 1999, standart kompetensi dari
ICN, serta hasil konversi nasional tentang standart kompetensi
perawat Indonesia. Menurut Djojodibroto (1997) konsep
pengembangan SDM yang disebut Human Resource
Development mempunyai 3 program yaitu
1. Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan pada
pekerjaan saat ini
2. Education, yaotu aktivitas dimana proses diarahkan pada
pekerjaan yang akan dating
3. Development, yaitu dimana proses belajar diarahkan untuk
perkerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung
23

2) Kajian Data
Kualifikasi tenaga perawat bedasarkan tingkat pendidikan dan pelatihan/ aktifitas pendukung yang diikuti terdapat pada tabel
berikut :
a) Keperawatan
Tabel 2.5 Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Bakung berdasarkan pendidikan dan pelatihan yang pernah
dilakukan
JENIS PELATIHAN YANG PERNAH
NO NAMA PERAWAT PENDIDIKAN JABATAN NIP/NIK LAMA KERJA
DIIKUTI
1 Sajiyem, AMK DIII Keperawatan Ka. Ruang 19661015 198812 2 002 2 tahun 0 bulan 1. PPGD
2. Asuhan Keperawatan
3. CI
4. BLS
5. APAR
2 Langgeng Indarto, DIII Keperawatan Ka. TIM (PN) 19740314 199402 1 002 16 tahun 10 bulan 1. PPGD
AMK 2. Pelatihan Kepala Ruang
3. Training Of Trainer (TOT).
4. Rehabilitasi Medik Pasien Hemofilia
5. Pelatihan Internal Komunikasi Efektif dan
Teknik Edukasi
6. BLS
7. APAR
3 Ngaderi, AMK DIII Keperawatan AN 19961019 198812 1 001 22 tahun 0 bulan 1. PPGD
2. BLS
3. APAR
4 Rusiyah DIII Keperawatan AN 19700112 1. PPGD
2. BLS
3. APAR
5 Sri Jumiati, AMK DIII Keperawatan AN 19610710 199003 2 002 20 Tahun 9 bulan 1. PPGD
2. BLS
3. APAR
6 Tri Ermawati, AMK DIII Keperawatan AN - 1. Pelatihan Internal Teknik Aseptik dan Spill
Management.
2. BLS
3. APAR
24

7 Kusniyah Jamil, A.Md. DIII Keperawatan AN 19801205 200501 2 010 11 tahun 1. PPGD
Kep 2. Pelatihan Internal Komunikasi Efektif dan
Teknik Edukasi
3. Pelatihan Internal Teknik Aseptik Dan Spill
Management
4. BLS
5. APAR
8 Yuliana Nurhayati, DIII Keperawatan AN 19880704 201001 2 012 8 tahun 11 Bulan 1. PPGD
AMK 2. Pelatihan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
3. Hand Hygine
4. PPI
5. APAR
6. BLS
9 Sigit Mualim, AMK DIII Keperawatan AN 19820518 201001 1 020 8 Tahun 11 bulan 1. PPGD
2. BLS
3. APAR
10 Fifia Sosilawati, A.Md. DIII Keperawatan AN 19810515 201406 2 002 - 1. PPGD
Kep 2. BLS
3. APAR
11 Adiyani Putri Wuri DIII Keperawatan AN - 1 Tahun 7 bulan 1. PPGD
Utami, A.Md. Kep 2. BLS
3. APAR
12 Muhammad Yudha S., DIII Keperawatan AN - 7 Bulan 1. PPGD
A. Md. Kep 2. BLS
3. APAR
13Sri Lestari Restu DIII Keperawatan AN - 9 bulan 1. PPGD
Fitriani, Amd.Kep 2. Hand Hygine
3. Komunikasi Efektif
4. BLS APAR
Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.5, menurut data kepala ruang bangsal saraf dapat diketahui bahwa pengembangan SDM di bangsal Bakung
sesuai dengn pelayanan Rumah Sakit yaitu DIII Keperawatan. Untuk perawat di bangsal saraf sebagian besar tenaga keperawatan sudah
mengikuti berbagai pelatihan khususnya PPGD dan pelatihan – peltiha yang bersifat internal. Tetapi ada juga pelatihan yang telah diikuti
25

oleh tenanga keperawatan tetapi tidak tercatat dalam tabel diatas karena saat wawancara sebagian besar perawat mengatakan tidak
mengingat pelatihan apa saja yang telah diikuti

b) Non Keperawatan
Tabel 2.6 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Rawat Bakung berdasarkan pendidikan dan pelatihan yang pernah
Dilakukan
No Nama Pendidikan Jabatan NIP LAMA Pelatihan Status
BEKERJA
1 Wulan Sari SMK Tenaga Harian Lepas 1 Tahun 6 1. BTCLS NON PNS
(THL) bulan 2. APAR Karyawan
tetap
2 Wulandini - - 3 Tahun - -

Analisa:
Berdsarkan tabel diatas menunjukkan tenaga non keperawatan di ruang Bakung ada dua orang Cleaning Service
Berdasarkan tabel 2.7 diatas menunjukkan tenaga non keperawatan di Ruang Bakung ada 2 orang cleaning service dan itu ruang bakung
harus berkolaborasi dengan bagian Sanitasi, sedangkan untuk cleaning servise di ruangan sendiri belum ada, sehingga masih kekurangan
tenaga cleaning servise di dalam Ruang Bakung. Selain itu Ruang Bakung juga belum ada tenaga administrasi tersendiri sehingga tugas
dan peran perawat di ruangan Bakung double dengan administrasi.
26

d. Kuantitas Tenaga Keperawatan


1) Kajian Teori
Tujuan dari program pengalokasian adalah untuk mengetahui
jumlah perawat yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
dengan tepat sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
efektif ke klien (Gillies, 2001). Beberapa ahli telah mengembangkan
formula untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut
2) Kajian data
a) Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk setiap
shift seperti tabel berikut :

Tabel 2.7 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi


Ketergantungan Pasien Menurut Douglas.
Waktu Kebutuhan Perawat
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Sumber: Douglas 1984
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam / 24 jam dengan kriteria :
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilkukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2. Perawatan intermediate memerlukan waktu 3 – 4 jam/24jam dengan
kriteria :
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
27

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam


c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Foley Kateter / intake-output dicatat
e) Klien dengan pemasangan infuse, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur.
3. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/24jam
dengan kriteria :
a) Segalanya diberikan/dibantu
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
d) Pemakaian suction
e) Gelisah atau disorentasi
Tabel 2.8 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Pasien Menurut Douglas di Ruang Bakung

Shif Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Rata-rata Rata-rata nilai Jumlah
Klasifikasi Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Pasien Ketergantungan Rata-
rata
02/05/16 03/05/16 04/05/16 05/05/16 06/06/16
Minimal 9 8 8 7 9 8.2 8.2 X 0,17 = 1.39 2.5
Pagi
Intermediet 4 4 4 2 4 3.6 3.6 X 0.27 = 0.97
Maksimal 0 0 1 1 0 0.4 0.4 X 0.36 = 0.14

Minimal 8 7 5 9 9 7.6 7.6 X 0.14 = 1.06 1.66


Sore
Inermediet 4 4 3 3 4 3.6 3.6 X 0.15 = 0.54

Maksimal 0 0 1 0 0 0.2 0.2 X 0.30 = 0.06

Minimal 8 8 5 9 9 7.8 7.8 X 0.07 = 0.54 0.98


Malam
Intermediet 4 5 3 4 4 4 4 X 0.10 = 0.4

Maksimal 0 0 1 0 0 0.2 0.2 X 0.20 = 0.04

Jumlah 5.14

Analisa:
Menurut perhitungan Douglas, jumlah perawat yang butuhkan. Berdasarkan
hasil perhitungan, maka rata-rata perawat untuk dinas :
Pagi : 2.5 Orang
Sore : 1.66 Orang
Malam : 0.98 Orang
Kebutuhan tenaga = tenaga perawat + (1/3 x tenaga perawat)
28

= 5.14 + (1/3 x 5.14) = 5.14 + 1.71


= 6.85 (7 Orang) + 1 Orang Karu

Jadi kesimpuan kebutuhan tenaga keperawatan menurut douglas


sebesar 6 orang perawat dan 1 Karu yang dibutuhkan di Ruang Bakung.

b) Menurut Depkes (2005)


Kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:
1. Asuhan keperawatan minimal
(a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
(b) Makan dan minum dilakukan sendiri
(c) Ambulasi dengan pengawasan
(d) Observasi tanda vital dilakukan setiap shift
(e) Pengobatan minimal status psikologis stabil
2. Asuhan keperawatan sedang
1. Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan keperawatan agak berat
(b) Sebagian aktivitas dibantu
(c) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
(d) Terpasang folley kateter, intake output dicatat
(e) Terpasang infuse
(f) Pengobatan lebih dari sekali
(g) Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Asuhan keperawatan maksimal
(h) Segala aktivitas diberikan perawat
(i) Posisi diatur
(j) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
(k) Makan memerlukan NGT, terapi intravena
(l) Penggunaan section
29

(m)Gelisah/ disorientasi

Jumlahtenaga keperawatan yang diperlukan


jumlah jam perawatan di ruangan/hari
¿
jam kerjaefektif per shif
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day).

Loss Day =Jumlah minggu dalam 1 Tahun+Cuti+Hari Besar x jmlh


perawat
Jumlah hari kerja efetif

Non keperawatan (non nursing job) seperti contohnya; membuat perincian


pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dll
diperkirakan 25% dari jam perawatan.
Non Nursing Job = (Kebutuhan tenaga + loss day) x 25%
Faktor koreksi = Loss day + faktor koreksi
Jadi, Jumlah Tenaga Keperawatan yang Dibutuhkan = Tenaga yang
diperlukan + faktor koreksi

Ada beberapa kategori dan jam dalam klasifikasi pasien Depkes 2005,
yaitu:
1. Askep minimal : 2 /24 jam
2. Askep sedang : 3,08/24 jam
3. Askep agak berat : 4,15/24 jam
4. Askep maksimal : 6,16/24 jam

Kajian data
30

Klasifikasi pasien / tingkat ketergantungan pasien terhadap tenaga


keperawatan.
(1) Kriteria Pasien 02 Mei 2016
Jumlah jam perawatan/hari
Perawatan minimal :8x2 = 16
Perawatan sedang : 4 x 3.08 = 12.32
Perawatan agak berat : 0 x 4.15 = 0
Perawatan maksimal : 0 x 6.16 = 0
Total : 28.32
(2) Kriteria Pasien 03 Mei 2016
Jumlah hari perawatan/hari
Perawatan minimal :8x2 = 16
Perawatan sedang : 5 x 3,08 = 15,4
Perawatan agak berat : 0 x 4,15 = 0
Perawatan maksimal : 0 x 6,16 = 0
Total : 31.4
(3) Kriteria pasien 04 Mei 2016
Jumlah hari perawatan/hari
Perawatan minimal :5x2 = 10
Perawatan sedang : 3 x 3.08 = 9.24
Perawatan agak berat : 1 x 4.15 = 4.15
Perawatan maksimal : 0 x 6.16 = 0
Total : 23.39
(4) Kriteria pasien 05 Mei 2016
Jumlah hari perawatan/hari
Perawatan minimal :9x2 = 18
Perawatan sedang : 4 x 3.08 = 12,32
Perawatan agak berat : 0 x 4.15 = 0
Perawatan maksimal : 0 x 6.16 = 0
Total : 30.32
(5) Kriteria pasien 06 Mei 2016
31

Jumlah hari perawatan/hari


Perawatan minimal :9x2 = 18
Perawatan sedang : 4 x 3.08 = 12,32
Perawatan agak berat : 0 x 4.15 = 0
Perawatan maksimal : 0 x 6.16 = 0
Total : 30.32
Jadi jumlah perawatan selama 5 hari adalah 28.32 +31.14 + 23.39 +
30.32 + 30.32 = 143.49
Maka jumlah jam perawatan selama 1 hari adalah 143.49/5 = 28.69
TP = Jumlah jam perawatan di ruangan/hari
Jam
TP = Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
= 28.69
7
= 4.09

Faktor koreksi :

Loss day = (Jmlh hari minggu/tahun + cuti + hari besar/tahun) X jumlah


perawat
Jumlah hari kerja efektif/hari
Loss day = (52 + 15 +18) x 4.09
365 – (52 + 15 + 18)
= 85 x 4.09
280
= 1.24 hari
Tugas non perawat = (TP + Loss day) x 25%
= (4.09 + 1.24) x 25%
= 5.33 x 25%
= 1.33

Maka jumlah perawat yang diperlukan :


32

X = TP + Loss day + Tugas non perawat


= 4.09 + 1.24 + 1.33 = 6.66
= 7 perawat
Jadi menurut perhitungan Depkes, di Ruang Rawat Bakung
dibutuhkan 7 orang perawat ditambah 1 orang kepala ruangan. Jadi
total keseluruhan perawat di Ruang Bakung berjumlah 8 orang
perawat.

c) Teori Menurut Gilles (2001)


Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut :

A x B x 365
Tenaga Perawat = ¿
( 365−C ) x Jam Kerja /Hari ¿
Keterangan :
A : Jam efektif / 24 Jam
B : BOR x Jumlah tempat tidur (jumlah pasien rata-rata/hari)
C : Jumlah hari libur
365 : Jumlah hari kerja selama setahun
Perhitungan menurut Gilles (1994), tenaga keperawatan di Ruang Bakung
adalah sebagai berikut :

1) Jam efektif pasien Bakung 3.65/24 jam untuk mencari jam efektif
langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Tanggal 02 Mei 2016
Self care 3.25 jam/24 jam : 8 x 3.25 = 26
Intermediate 4.25 jam/24 jam : 4 x 4.25 = 17
Total care 4 – 6 jam/24 jam :0x4 =0
Intensife care9.25 jam/24 jam : 0 x 9,25 =0
Total = 43/12 = 3.58

b) Tanggal 03 Mei 2016


33

Self care 3.25 jam/24 jam : 8 x 3.25 = 26


Intermediate 4.25 jam/24 jam : 5 x 4,25 = 21.25
Total care 4 – 6 jam/24 jam :0x4 =0
Intensife care 9.25 jam/24 jam : 0 x 9,25 =0
Total = 47.25/12 = 3.93
c) Tanggal 04 Mei 2016
Self care 3.25 jam/24 jam : 5 x 3.25 = 16.25
Intermediate 4.25 jam/24 jam : 3 x 4.25 = 12.75
Total care 4 – 6 jam/24 jam :1x4 =4
Intensife care 9.25 jam/24 jam : 0 x 9.25 =0
Total = 33/9 = 3.66
d) Tanggal 05 Mei 2016
Self care 3,25 jam/24 jam : 9 x 3.25 = 29.25
Intermediate 4,25 jam/24 jam : 4 x 4.25 = 17
Total care 4 – 6 jam/24 jam :0x4 =0
Intensife care 9,25 jam/24 jam : 0 x 9.25 =0
Total = 46.25/13 = 3.55
e) Tanggal 06 Mei 2016
Self care 3.25 jam/24 jam : 9 x 3.25 = 29.25
Intermediate 4.25 jam/24 jam : 4 x 4.25 = 17
Total care 4 – 6 jam/24 jam :0x4 =0
Intensife care 9.25 jam/24 jam : 0 x 9.25 =0
Total = 46.25/13 = 3.55
Jadi jam efektif pasien di Ruang Rawat Bakung
= 3.58 + 3.93 + 3.66 + 3.55 + 3.55 = 18.27/5 = 3.65
2) BOR April 2015 – Maret 2016 adalah 55%
3) Jumlah tempat tidur adalah 21 TT
4) Jumlah hari minggu per tahun : 52 minggu
5) Cuti 14 hari
6) Libur nasional 19 hari (dalam tahun 2015)
7) TP= jumlah tenaga keperawatan yang di butuhkan
34

TP = (55% x 21) x 3.65 x 365)


(365-92) x 7
= 11.55 x 3.65 x 365
1981
= 15387
1911
= 8.05 = 8 orang
Jadi tenaga kerja berjumlah 8 perawat + 1 karu = 9 orang

Tabel 2.9 Jumlah Total Tenaga Keperawatan berdasarkan Metode


Douglas, Gillies dan Depkes
No Keterangan Jumlah Tenaga Keperawatan
1 Metode Douglas 8 orang
2 Metode Depkes 8 orang
3 Metode Gillies 9 orang
Sumber: Data Primer 2016 Ruang Rawat Bakung, RSUD Wonosari

Analisa :
Berdasarkan tabel 2.9 didapatkan hasil jumlah total tenaga
keperawatan berdasarkan masing-masing teori di atas, maka dapat di
analisa bahwa masing-masing teori berbeda. Secara kuantitas, jumlah
tenaga keperawatan di Ruang Rawat Bakung jika dilihat dari konsep
diatas adalah sebagai berikut :
1) Menurut Dougles
Menurut perhitungan Douglas jumlah perawat yang dibutuhkan
sebanyak 7 orang dan di tambah 1 orang kepala ruang. Jika dilihat
dari ketenagaan keperawatan yang ada yaitu sebanyak 13 orang
dengan 1 kepala ruang, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga
perawat di Ruang Rawat Bakung mengalami kelebihan sebanyak 5
orang tenaga perawat.

2) Menurut Depkes
35

Menurut perhitungan Depkes bahwa perawat yang dibutuhkan 8


orang. Jika dilihat dari keterangan yang ada sebanyak 13 orang
dengan 1 kepala ruang, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga
perawat di Ruang Rawat Bakung kelebihan sebanyak 5 orang
3) Menurut Gillies
Menurut perhitungan Gillies bahwa perawat yang dibutuhkan di
Ruang Rawat Bakung adalah 9 orang dengan karu 1 orang. Jika
dilihat dari ketenagaan yang ada yaitu 13 orang perawat dengan 1
orang kepala ruang, maka disimpulkan bahwa tenaga perawat di
Ruang Rawat Bakung lebih 4 orang

2. METODE
a. Kajian teori
Standar merupakan pernyataan yang apsah model yanhg disusun
berdasarkan wewenangkebiasaan, kesepakatan mengenai apa yang
memadai dan sesuai serta diterima dengan layak. Standar praktek
keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan
seorang perawat yang dianggap baik, tepat,benatr dalam penelitian
penampilan kerja ( Nursalam,2012).
Menurut Gilies 1898 dalam Nursalam 2012 tujuan dari standar
asuhan keperawatan adalah untuk menungkatkan kualtas aasuhan
keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi
perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi
pasien dari tindakan tidak terapeutik. Salah satu jenis standar bahasa
keperawatan yang dapat digunakan dalam seluruh asuhan keperawatan
yang dikenal dengan bahasa standaar dalam penentuan diagnosa
keperawaatan berdasarkan NANDA, penetapan tujauan dengan NOC,
dan perencanaan Intervensi dengan NIC (Kautz,dkk,2006)
NOC sebagai standar kriteria hasil unyuk mengevaluasi tindakan
keperawatan yang dilakukan ke pasien. NOC terdiri dari tujuh domain
36

(fungsi kesehatan, psikososial, pengetahuan, perilaku, persepsi,


keluarga, dan masyarakat) (Moorhead, 2008)
NIC sebagai standar intervensi yang digunakan pada semua area
keperawatan berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil
yang diharapkan ( MC Closkey dkk, 2008)
Standar bahasa keperawatan NANDA NOC dan NIC hingga saat
ini belum diaplikasikan sefcara maksimal sebagai pedoman standar
asuhan keperawatan dibeberapa rumah sakit.
b. Kajian data
Kajian data metode dijelaskan pada bagian unsure proses pada bagian
planning, organizing, actuating, controlling
1) Standar Operasional Prosedure (SOP)
Tabel 2.10
Standar Operasional Prosedur (SOP), Standar Keselamatan Pasien (SKP),
Protap RSUD Wonosari, Gunung Kidul, DIY 2016

No Nama SOP Nomer SOP Tanggal Ket


Penerbitan
1 SOP Penunggu Dan 01/SPO.16/I/2015 31 Januari Ada
Kujungan Pasien 2015
2 SOP Pengelolaan 01/SPO.56/IX/2015 18 September Ada
Pengaduan Masyarakat 2015
3 SOP pedoman 50/SPO.UMUM/2016 25 Febuari Ada
penyedian sarana dan 2016
pra sarana
pertemuaan/rapat
4 SOP do not resuscitase 03/SPO.28.B/VI/2015 18 juni 2015 Ada
(DNR)
5 SOP prinsip pemberian 13/SPO.MPO/2016 5 February Ada
obat dengan 7 Benar 2016
6 SOP persediaan obat 40/SPO.MPO/2016 9 February Ada
stock kosong 2016
7 SOP prosedur 39/SPO.MPO/2016 9 February Ada
penanganaan bila 2016
apotik IKS tutup
8 SOP persetujuan 03/SPO.137.B/VIII/201 3 Agustus Ada
tindakan kedokteran 5 2015
(Informen Consent)
37

9 SOP pemberian 03/SPO/27/VI/2015 18 Juni 2015 Ada


informasi pelayanan
kesehatan
10 SOP cara memperoleh 05/SPO.42/VIII/2015 1 Agustus Ada
second opinon didalam 2015
atau diluar Rumah
Sakit
11 SOP menjaga 03/SPO.57.B/IX/2015 1 September Ada
keamanan Rekam 2015
Medis
12 SOP perlindungan 03/SPO.43/VIII/2015 1 September Ada
terhadap kelompok 2015
beresiko
(bayi/anak/manula)
13 SOP perlindungan 01/SPO.38 B/VII/2015 2 Desember Ada
pasien dan kekerasan 2013
fisik
14 SOP Manajemen 14/SOP/XII/2013 2 Desember Ada
Pencegahan Jatuh (Fall 2013
Prevention
Management)
15 SOP Manajemen 15/SOP/XII/2013 27Juli 2015 Ada
Pencegahan
Perdarahan (Bleeding
Precaution
Management)
16 SOP pengamanan 01/SPO.40.E/VIII/2015 1 Agustus Ada
barang milik pasien 2015
yang tidak sadar dan
tidak ada keluarga
17 SOP pengamanan 01/SPO.40.B/VIII/2015 1 Agustus Ada
barang milik pasien 2015
yang tertinggal
18 SOP perlindungan 01/SPO.40.B/VIII/2015 1 Agustus Ada
terhadap barang milik 2015
pasien
19 SOP pelayanan 03/SPO.45/VIII?2015 1 September Ada
kerohanian 2015
20 SOP) pemberian 03/SPO.28/VI/2015 18 Juni 2015 Ada
informasi hak pasien
dan keluarga
21 SOP persyaratan dan 09.E/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
kompetensi pemberi 2016
pendidikan pasien dan
keluarga
22 SOP pemberian 09.D/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
38

pendidikan kesehatan 2015


pasien dan keluarga
interdisiplin
23 SOP edukasi pasien 09.C/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
dengan metode speak 2016
up
24 SOP verifikasi 11/SPO. PPK /2016 19 Januari Ada
pemahanam pasien dan 2016
keluarga terhadap
materi informasi dan
edukasi

25 SOP pendidikan pasien O8/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada


dan keluarga tentang 2016
tehnis rehabilitasi
26 SOP pendidikan pasien 06/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
dan keluarga tentang 2016
manajemen Nyeri
27 SOP pendidikan pasien 09.B/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
mengenai nutrisi 2016
28 SOP pendidikan pasien 06/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
dan keluarga tentang 2016
keamanan dan
efektifitas penggunaan
peralatan medis
29 SOP pendidikan pasien 07/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
dan keluarga tentang 2016
penggunaan seluruh
obat secara efektif dan
aman
30 SOP sistem pencatatan 10/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
pendidikan pasien dan 2016
keluarga
31 SOP komunikasi 03/SPO.67.G/IX/2015 16 September Ada
efektif untuk 2015
mendorong
keterlibatan pasien dan
keluarga dalam proses
pelayanan
32 SOP edukasi pasien 03/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
rawat jalan secara 2016
individu
33 SOP edukasi pasien 05/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
dan atau secara 2016
kelompok di luar
Rumah Sakit
39

34 SOP edukasi pasien 02/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada


dan atau keluarga 2016
secara kelompok di
dalam Rumah Sakit
35 SOP mekanisme 04/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
pendidikan pada pasien 2016
dan keluarga
36 SOP Assesment 01/SPO.PPK/2016 19 Januari Ada
kebutuhan pendidikan 2016
kesehatan pasien dan
keluarga
37 SOP penjelasan dan 03/SPO.219.C/X/2015 21 Oktober Ada
persetujuan umum 2015
38 SOP pemberian 01/SPO.308.XII/2015 1 Oktober Ada
informasi hak dan 2015
tanggung jawab pasien

39 SOP Identifikasi nilai- 03/SPO.68.C/IX/2015 16 September Ada


nilai dan kepercanyaan 2015
pasien dalam
pelayanan
40 SOP pengelolaan 01/SPO.56/IX/2015 18 September Ada
pengaduan masyarakat 2015
41 SOP penyelesaian 01/SPO.88/X/2015 21 September Ada
keluhan konflik dan 2015
perbedaan pendapat
42 SOP pelanyan 01/SPO.87/X/2015 21 Oktober Ada
kerohanian terhadap 2015
pasien terminal/akhir
hayat
43 SOP pelayanan pasien 03/SPO.219.B/X/2015 21 Oktober Ada
tahap terminal 2015
44 SOP penanganan Nyeri 03/SPO.55/IX/2015 18 September Ada
2015
45 SOP asesmen Nyeri O3/SPO.55/IX/2015 18 September Ada
2015
46 SOP penelusuran 30/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
riwayat penggunaan 2016
obat dan rekonsiliasi
obat
47 SOP penarikan obat 15/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
2016
48 SOP fomulir 43/SPO.MPO/2016 9 Februari Ada
pengeluaran obat 2016
49 SOP pelayanan obat 35/SPO.MPO/2016 5 januari 2016 Ada
pasien pulang
40

50 SOP pelanyanan obat 32/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada


pasien obat pasien 2016
rawat inap
51 SOP pemantauan dan 22/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
pelaporan efek 2016
samping obat
52 SOP pemantauan efek 23/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
pengobatan pasien 2016
53 SOP penggunaan obat 38/SPO.MPO/2016 9 Februari
sendiri oleh pasien 2016
54 SOP verifikasi resep 45/SPO.MPO/2016 9 Februari Ada
2016
55 SOP duplikasi terapi 46/SPO.MPO/2016 9 Februari Ada
2016
56 SOP penyaluran obat 44/SPO.MPO/2016 9 Februari Ada
resep 2016
individu/individual
prescrebing
57 SOP persepan 19/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
2016
58 SOP distrubusi obat 107/ SPO.MPO/2016 27 Februari Ada
pasien rawat inap 2016
dengan sitem ODD
( one day dispensing)
59 SOP mengembangkan 109/SPO.MPO/2016 27 Februari Ada
kebijakan dan prosedur 2016
60 SOP pelaporan 48/ SPO.MPO/2016 9 Februari Ada
kesalahan obat 2016
61 SOP obat yang dibawa 20/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
luar rumah sakit 2016
(rekonsiliasi obat
62 SOP intraksi obat 29/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
2016
63 SOP pencampuran obat 24/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
suntik 2016
64 SOP pemesanaan obat 15/SPO.MPO/2016 5 Februari Ada
ruangan 2016
65 SOP pengenceran 36/SPO.MPO/2016 9 Februari Ada
elektrolit pekat (kalium 2016
chloride)
66 SOP penggunaan alat 03/SPO.229/XI/2015 6 November Ada
pelindung diri (APD) 2015

67 SOP kebersihan tangan 03/SPO.227/XI/2015 6 November Ada


2015
68 SOP indentifikasi 03/SPO.238/XI/2015 6 November Ada
41

pasien 2015

69 SOP Inditifikasi pasien 03/SPO.241/IX/2015 6 November Ada


sebelum tranfunsi 2015
darah
70 SOP Proses Sign In 03/SPO.255/XI/2015 6 November Ada
2015
71 SOP pencegahan risiko 03/SPO.257/XI/2015 6 November Ada
pasien jatuh 2015
72 SOP upaya pencegahan 03/SPO.225/XI/2015 6 November Ada
dan pengendalian ISK 2015
73 SOP upaya pencegahan 03/SPO.232/XI/2015 6 November Ada
dan pengendalian 2015
dekubitus
74 SOP upaya pencegahan 03/SPO.231/XI/2015 6 November Ada
dan pengedalian sepsis 2015
Sumber : Data sekunder Posedur Tetap Ruang Bakung RSUD Wonosari

Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data primer di bangsal
Bakung RSUD Wonosari didapatkan hasil bahwa terdapat 74 protap pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada pasien syaraf yang merupakan acuan tahun 2015 dan
petugas kesehatan lainnya telah menggunakan protap yang sudah ada tersebut.

3. MATERIAL DAN MESIN


a. Kajian Teori
Proses manajemen pelayanan keperawatan sangat diperlukan
adanya pengelolaan fasilitas dan peralatan sebagai faktor pendukung
dan penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan. Fasilitas dan
peralatan kesehatan untuk pelayanan keprawatan dan kebidanan
merupakan semua bentuk alat kesehatan atau peralatan lainnya yang
dipergunakan untuk melaksanakan asuhan pelayanan keperawatan dan
kebidanan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan sehingga diperoleh
tujuan pelayanan keperawatan yang efisien dan efektif.
Rumah sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan komplek,
keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan,
termasuk pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan dan kebidanan.Sehubungan dengan hal itu diperlukan
42

adanya standar pengelolaan fasiltas dan peralatan kesehatan untuk


pelayanan keperawatan dan kebidanan sebagai pedoman bagi manajer
keperawatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas peralatan demi
mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan
dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-
masing institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan/ warna,
ukuran, jenis kegiatan, jumlah yang dibutuhkan.Juga didasarkan atas
pergroup bahan-bahan yang dipakai, disimpan maupun dicuci.
Menurut Azwar A (1995),bahwa bila sarana (kualitas dan
kuantitas) yang tersedia tidak cukup (tidak sesuai) dengan kebutuhan,
maka sulitlah diharapkan baiknya mutu dari pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Meteri terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Perawatan minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan,
ruang perawat jaga, ruang ganti perawat, ruang tindakan perawat, ruang
obat dan peralatan, ruang penyimpanan alat tenun, ruang diskusi, kamar
mandi perawat atau petugas.Penyediaan alat-alat di Ruang Bakung
berdasarkan pedoman buku Standar Fasilitas dan Peralatan
Keperawatan RSUD Wonosari. Standar tersebut meliputi fasilitas ruang
perawatan kelas III.
1. Fasilitas Untuk Pasien
a. Tempat tidur pasien
b. Kasur busa
c. Bantal
d. Selimut
e. Meja almari
f. Kursi
g. Kipas angin
h. Kursi roda
i. Kamar mandi pasien dan keluarga
j. Wahstufle
43

k. Tempat sampah
l. Tiang infus
m. Oksigen center
n. Tabung Oksigen
2. Fasilitas Untuk Perawat
a. Ruang jaga perawat
b. Kamar mandi
c. Wahstufle
d. Handwash
e. Handscrub
f. Lemari penyimpanan alat
g. Lemari penyimpanan Dokumen
h. Rak penyimpanan obat
i. Rak sepatu
j. Meja perawat
k. Computer
l. Dapur
m. Gudang
n. Dispenser
o. Kipas angin di ruang perawat
p. Kulkas
q. TV

Tabel 2.11
Inventaris material di bangsal Bakung 2016

No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan


Alat di
44

Ruang
Medis
1 Termometer Air 1 Baik 2/Ruang Kurang
Raksa
2 Glukometer 1 Baik 2/ruangan Baik
3 Nebuliser 1 Baik 1/Ruangan Baik
4 Stetoskop 1 Baik 3/Ruangan Baik
5 Spygmomanometre 3 Baik 3/kamar Baik
6 Timbangan BB Tidak Baik 1/ruangan Baik
ada
7 Pengukur TB Tidak Baik 1/ruangan Baik
Ada
8 Oksigen Central 21 Baik 21/ruangan Baik
9 Ambu bag Tidak Baik 1/ruangan Kurang
Ada
10 Troly alat 1 Baik 2/ruangan Baik
11 Troli Emergency 1 Baik 1/ruangan Kurang
12 Emegency kid 1 Baik 1/ruangan Kurang
13 Set Medikasi 2 Baik 2/Ruangan Kurang
14 Pinset anatomis 2 Baik 4/Ruanagn Kurang
15 Pinset cirurgis 2 Baik 4/ruangan Kurang
16 Gunting Jaringan 2 Baik 2/ruangan Kurang
17 Klem 2 Baik 4/ruangan Kurang
18 Bengkok 7 Baik 2/ruangan Baik
19 Tempat sampah 4 Baik 2/ruangan Baik
infeksius
20 Tempat sampah 7 Baik 1/Ruangan Baik
noninfeksius
21 Safety box 2 Baik 1/ruangan Baik
22 Penumbuk obat 1 Baik 1/ruangan Baik
23 Baju operasi Tidak
Ada
24 Pispot 9 Baik 16/ruangan Baik
25 Urinal 8 Baik 9/ruangan Baik
26 Torniquet 1 Baik 2/ruangan Kurang
Non Medis
1 Tempat tidur 21 Baik Ruangan Kurang
Kelas III
2 Tiang infus 18 Baik 21/ruangan Kurang
3 Sarung bantal 21 Baik 30/ruangan K
4 Bantal 13 Baik 21/Ruangan Kurang
5 Sprei 27 Baik 30/ruangan Kurang
6 Selimut 30 Baik 30/ruangan Baik
7 TV 1 Baik R.Jaga Baik
8 Kompor Gas 1 Baik 1/Ruangan Baik
45

9 Tabung Gas 15kg 1 Baik 1/Ruangan Baik


10 Pesawat Telephone 1 Baik 1/Ruangan Baik
11 Panci sedang 1 Baik 2/Ruangan Baik
12 Baskom Besar 1 Baik 1/ruangan Baik
13 Ceret Pemanas Tidak 1/Ruangan Kurang
Ada
14 Gayung 6 Baik 6/Ruangan Baik
17 Perlak 36 Baik 30/ruangan Baik
18 Rak Kayu 2 Baik 2/Ruangan Baik
19 Lemari Besi 21 Baik 21/ruangan Baik

20 Lemari Kayu 1 Baik 1/Ruangan Baik


21 Lemari Kaca 1 Baik 1’Ruangan Baik
22 Pengharum Ruangan Tidak - 1/Ruangan Kurang
Ada
23 Meja 4 Baik 4/ruangan Baik
24 Kursi 21 Baik 21/ruangan Baik
25 White board 1 Baik 1/Ruangan Baik
26 Gorden 5 Baik 5/ruangan Baik
29 Komputer 1 Baik 1/Ruangan Baik
30 Meja Komputer 1 Baik 1/Ruangan Baik
32 Tempat Tissue 1 Baik 3/Ruangan Kurang
33 Kulkas 1 Baik 1/Ruangan Baik
34 Rak Sepatu 2 Baik 2/Ruangan Baik
35 Kamar Mandi & WC 6 Baik 6/Ruangan Baik

36 Cok Roll 1 Baik 1/Ruangan Baik


38 Piagam 1 Baik 1/Ruangan Baik
40 Jam dinding 3 Baik 3/Ruangan Baik
41 Dispenser + Galon 1 Baik 1/Ruangan Baik
42 Rak piring Tidak - 1/Ruangan Kurang
Ada
Sumber data primer dan sekunder R. Bakung 2016

Analisa Data:

Berdasarkan tabel 2. 11 sarana dan prasarana di ruang Bakung


RSUD Wonosari bermacam-macam. Kondisi ruangan baik dan ideal
dengan kamar mandi kelas 3 (6 kamar mandi) (Nursalam, 2012). Adapun
beberapa fasilitas yang ketersediaannya terbatas atau kurang yaitu
washtufle, torniquet, termometer air raksa, set medikasi, troli emergency,
46

Emegency kid, safety box, tisu dan ambubag. Fasilitas yang lain dilakukan
pemeliharaan secara berkala.

Tabel 2.12
Daftar Mesin di ruang Anggrek RSUD Wonosari

No Nama barang Jumlah Kondisi ideal Usulan

1 Kulkas 1 Baik 1/ruangan Baik

2 EKG 1 Baik 1/ruangan Kurang


3 Suction 1 Baik 1/ruangan Baik
4 Nebulizer 1 Baik 1/Ruangan Baik
5 Blood Tidak Ada 1/kamar Kurang
warmer

Analisa Data :

Berdasarkan tabel 2.12 mesin yang berada di ruang Bakung RSUD


Wonosari sudah cukup baik tapi ada beberapa fasilitas yang masih kurang
yaitu mesin EKG dan blood warmer. Fasilitas yang sudah ada dilakukan
pemeliharan berkala untuk menjaga tetap berfungsi dengan baik.

4. MONEY
a. Kajian Teori

Money atau uang merupakan slah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat ukur dan alat pengukur nilai. Besar
kecil hasilnya kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yag beredar
dalam perusahaan oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
beberapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga
kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta beberapa hasil
yang akan dicapai dalam suatu organisasi (Satria Negara, 2009)
47

Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya pada setiap


jenis pengeluaran harus transparan dan jelas. Untuk pengeluaran ada
perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan program,
insentif perawat, rincian harga pelayanan jasa, pengobatan dan lain-lain.
Tindakan medis maupun non medis merupakan salah satu fungsi
rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan secara
optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat. Oleh
karena itu, rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan atau bahan
medis, nonmedis, dan jasa pemborongan.
Menurut Djojodibroto (2010), ada tiga komponen biaya tarif pelayanan
rumah sakit, yaitu:
a) Jasa pelayanan rumah sakit yang terdiri atas biaya tenaga kerja,
biaya material dan biaya overhead
b) Jasa medis dan anastesi adalah biaya pelayanan profesional medis
yang diberikan oleh tenaga medis
c) Jasa sarana, penggunaan bahan dan alat yang digunakan langsung
untuk memberikan pelayanan kepada pasien.

b. Kajian Data
RSUD Wonosari merupakan Badan Pelayanan Kesehatan Kabupaten
GunungKidul. Sumber dana dalam penyelenggaraan berasala dari:
a) APBD Kabupaten Gunungkidul untuk kegiatan pembelajaran secara
langsung maupun tidak langsung
b) APBN untuk kegiatan pembelanjaan alat-alat kesehatan dan
pembangunan fisik
c) Pendapatan fungsional dan nonfungsional dari pelayanan rumah
sakit
Fokus pembiayaan tersebut adalah:
a) Biaya operasinal
b) Belanja daya dan jasa: listrik, air, gas dapur, telepon
c) Belanja pemeliharaan: gedung, alat medis, dan non medis
48

d) Belanja investasi: alat medis dan non medis

Tabel 2.13
Cara Pembayaran Pasien di ruang Bakung rumah sakit RSUD
Wonosari periode tahun Mei 2015- April 2016
No Cara pembayaran Total per tahun Persen
1 JAMKESMAS 539 54%
2 Umum 276 27%
3 BPJS 192 19 %
Total keseluruhan 1,007 100%

Sumber: data tahunan dari Teknologi Informasi (TI) dan penjaminan

Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.13 didapatkan cara bayar pasien paling banyak
dengan menggunakan JAMKESMASsebanyak 539 orang dan paling
sedikit menggunakan BPJS sebayak 192 orangdalam periode 2015-
2016.Sumber dana dan pengaturan telah sesuai dengan prosedur yang
berlaku dirumah sakit pemerintah. Pengelolaan keuangan di ruang Bakung
diatur secara sentral oleh bidang keuangan RSUD Wonosari di bawah
pimpinan rumah sakit, serta terlihat dalam perencanaan dan pengadaan,
baik triwulan, semester maupun tahunan. Dalam beberapa situasi, untuk
pendanaan di ruang Bakung biasanya mengajukan usulan bagi keperluan
yang sangat penting dan mendesak. Ruangan harus mengajukan usulan ke
rumah sakit dalam bentuk proposal.

C. UNSURE PROSES

1. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan


a. Kajian Teori
Proses asuhan keperawatan adalah ilmiah dalam pemberian asuhan
keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses
49

terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat


dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. (Carpenito, 1989 cit Keliat 2010). Proses
asuhan keperawatan terdiri dari :
1) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan
pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data
harus bermanfaat bagi semua anggots tim kesehatan. Komponen
pengkajian meliputi: pengumpulan data, pengelompokkan data,
dan perumusan data.
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik
aktual, maupun potenisal berdasarkan hasil pengkajian data.
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisa, dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat dengan wewenang perawat,
dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala
(PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat
aktual apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat
potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan
terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
3) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen perencanaan keeprawatan meliputi
prioritas masalah, tujuan, rencana tindakan, dan implementasi.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama
yang mengancam kehidupan pasien. Prioritas ketiga masalah yang
mempengaruhi perilaku.
4) Implementasi Keperawatan
50

Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan


dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemulihan serta pemeliharaan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana
yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien,
menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
pada pasien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip
aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman,
ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan keselamatan
pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon
pasien, merujuk segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yanng telah
dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan
keperawatan pada prosedur teknik yang telah ditentukan.
5) Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan
secara periode sistemik, dan terencana untuk menilai
perkembangan pasien. Evaluasi dilakssanakan dengan memeriksa
kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien
termasuk strategi keperawatan yang telah diberikan untuk
memecahkan masalah pasien. Evaluasi melibatkan pasien,
keluarga dan tim kesehatan lain serta dilakukan sesuai dengan
standar.
6) Pencatatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan merupakan data tertulis tentang
kesehatan dan perkembangan pasien selama dalam pemberian
asuhan keperawatan. Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat
51

inap dan rawat jalan. Catatan dapat digunakan sebagai bahan


informasi, komunikasi dan laporan yang dilakukan setelah selesai
melakukan tindakan asuhan keperawatan. Penulisan harus jelas
dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus
mencantumkan paraf dan nama perawat yang melaksanakan
tindakan dan waktu pelaksanaan serta menggunakan formulir
yang telah ada dan disimpan sesuai dengan peraturan yan berlaku.
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dengan
menggunakan metode pencatatan FOKUS (Process orientasi and
Client Focus System). Digunakan untuk mengorganisisr
dokumentasi asuhan keperawatan. Penulisan catatan
perkembangan dengan menggunakan format DAR (Data-Action-
Response), dengan data berisi mengenai data subyektif dan
obyektif yang mendukung dokumentasi fokus, action berupa
dokumentasi tindakan keperawatan yang segera atau yang akan
dilakukan berdasarkan pengkajian atau evaluasi keadaan klien dan
respon terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien
digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar
keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2012) yang mengacu
dalam tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa kepereawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Ciri-ciri mutu keperawatan yang baik antara lain:


a) Memenuhi standar profesi ditetapkan
b) Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar dan efisien
c) Aman bagi pasien dan perawat sebagaipemberijasa
pelayanan
52

d) Memasukan bagi pasien dan tenaga keperawatan


serta
e) Aspek sosial, ekonomi, budaya, agama,etika dan tata
nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.
Disamping itu persyaratan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan antara lain:
a) Pimpinan yang peduli dan mendukung
b) Adanya kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan
c) Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan cara diadakan
program diklat.
d) Sarandan perlengkapan dan lingkungan yang mendukung,
serta (5),tersedia dan diterapkannya standar asuhan
keperawatan.
b. Kajian Data
Data yang diperoleh dalam kegiatan penerapan standar Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bakung dalam upaya peningkatan
pendokumentasian asuhan keperawatan maka didapatkan hasil :

1. Instrumen A

Tabel 2.14
Distribusi Hasil Pengkajan Standar Asuhan Keperawatan dengan
Instrumen A di Ruang Bakung RSUD Wonosari Tanggal 02-06 Mei 2016 (n
= 20 )
No ASPEK YANG DINILAI Dilakukan Tidak Dilakukan
N % N %
A. Pengkajian
1. Pengkajian meliputi pemeriksaan fisik 18 90% 2 10%
2. Pengkajian meliputi status
9 45% 11 55%
psikososial-spiritual klien
3. Pengkajian meliputi pola hidup klien 1 5% 19 95%
4. Pengkajian lengkap dilakukan dalam
18 90% 2 10%
waktu 24 jam setelah klien masuk
5. Pengkajian lengkap dilakukan oleh
perawat yang bertanggung jawab 19 95% 1 5%
terhadap klien tersebut.
TOTAL 65 65% 35 35%
B. Diagnosa
1. Diagnosa Keperawatan berdasarkan
20 100% 0 0%
prioritas masalah klien saat itu
2. Diagnosis keperawatan mencakup
0 0% 20 100%
tentang masalah psikososial
3. Diagnosa keperawatan mencakup
tentang masalah kurangnya 0 0% 20 100%
pengetahuan klien
4. Diagnosa Keperawatan
mencerminkan PE/PES 20 100% 0 0%

TOTAL 40 50% 40 50%


C. Rencana Tindakan
1. Rencana asuhan keperawatan
dikembangkan oleh perawat 20 100% 0 0%
bertanggung jawab pada klien
2. Terdapat rumusan tujuan keperawatan 19 95% 1 5%
54

disertai kriteria evaluasi


3. Rencana asuhan keperawatan
20 100% 0 0%
mencakup tindakan observasi
4. Rencana asuhan keperawatan
20 100% 0 0%
mencakup terapi keperawatan
5. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan pendidikan 5 25% 15 75%
kesehatan

6. Rencana asuhan keperawatan berisi


20 100% 0 0%
tindakan observasi
7. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan yang
6 30% 14 70%
menggambarkan keterlibatan klien
dan keluarga
TOTAL 110 78,57% 30 21,43%
D. Tindakan/Implementasi
1. Tindakan observasi keperawatan yang
20 100% 0 0%
dilakukan didokumentasikan
2. Tindakan terapi keperawatan yang
20 100% 0 0%
dilakukan didokumentasikan
3. Tindakan pendidikan kesehatan yang
0 0% 20 100%
dilakukan didokumentasikan
4. Tindakan kolaborasi yang dilakukan
20 100% 0 0%
didokuemntasikan
5. Respons klien terhadap tindakan
20 100% 0 0%
keperawatan didokumentasikan
TOTAL 80 80% 20 20%
E. Evaluasi
1. Diagnosis keperawatan dievaluasi
20 100% 0 0%
setiap hari sesuai dengan SOAP
2. Diagnosis keperawatan yang sudah
3 15% 17 85%
teratasi terlihat dalam dokumentasi
TOTAL 23 57,5% 17 42,5%

F. Catatan Asuhan Keperawatan


1. Menuliskan pada format yang baku
20 100% 0 0%

2. Pencatatan dilakukan sesuai dengan


tindakan yang dilaksanakan 20 100% 0 0%

3. Pencatatan ditulis dengan jelas,


ringkas, istilah yang baku dan benar 20 100% 0 0%
55

4. Setiap dokumentasi perawat


mencantumkan paraf/nama jelas, dan
tanggal serta jam dilakukannya 18 90% 2 10%
tindakan

5. Berkas catatan keperawatan disimpan


sesuai dengan ketentuan yang berlaku 20 100% 0 0%

TOTAL 98 98% 2 2%
Sumber: Hasil observasi studi dokumentasi asuhan keperawatan di Ruang
Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul 02 – 06 Mei 2016

Tabel 2.16
Nilai rata-rata Instrumen A di Ruang Bakung RSUD Wonosari Tanggal 02-
06 Mei 2016 (n = 20 )
No Aspek yang Dinilai Hasil (%) Keterangan
.
1. Pengkajian 65% 35% belum mencatat data yang
dikaji sesuai dengan pedoman
pengkajian, data psikososio-
spiritual dan pola hidup klien
belum dikelompokkan dan kadang
tidak diisi

2. Diagnosa 50% 50% diagnosa keperawatan belum


mencermikan tentang masalah
psikososial dan belum mencakup
masalah tentang kurangnya
pengetahuan klien.

3. Perencanaan 78,57% 21,43% perencanaan belum


disusun sesuai dengan urutan
prioritas, pendidikan kesehatan
belum semua dicantumkan dan
tidak mencakup tindakan yang
menggambarkan keterlibatan
56

klien dan keluarga

4. Tindakan 80% 20% Tindakan pendidikan


kesehatan yang tidak dilakukan
dan tidak didokumentasikan
5. Evaluasi 57,5% 42,5% Evaluasi diagnosa
keperawatan yang teratasi tidak
dicancumkan dalam rekam medis
6. Catatan asuhan 98% 2% Dokumentasi perawat tidak
keperawatan mencantumkan paraf/nama jelas,
dan tanggal serta jam
dilakukannya tindakan

Rata-rata 71,51%
Sumber: Hasil studi dokumentasi Ruang BakungRSUD Wonosari Gunung Kidul

Analisa Data

Berdasarkan tabel tentang evaluasi asuhan keperawatan dengan instrumen A


diketahui bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan di Bangsal Bakung RSUD
Wonosari sudah pada format yang baku (meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, evaluasi, dan catatan asuhan keperawatan). Diagnosa yang
ditegakkan harus sesuai dengan prioritas diagnosa berdasarkan kondisi dan
keluhan pasien saat dilakukan pengkajian agar dalam pemberian asuhan
keperawatan bisa lebih baik lagi. Masih pada diagnosa, harus mencermikan
tentang masalah psikososial dan mencakup masalah tentang kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga. Pada bagian perencanaan belum disusun sesuai
dengan urutan prioritas, pendidikan kesehatan belum semua dicantumkan dan
tidak mencakup tindakan yang menggambarkan keterlibatan klien dan keluarga.
Dalam implementasi tindakan pendidikan kesehatan yang tidak dilakukan dan
tidak didokumentasikanDalam evalusi sudah mengandung unsur SOAP dan setiap
evaluasi sudah ditulis tetapi belum menunjukkan bahwa masalah keperawatan
yang sudah di berikan tindakan teratasi atau belum evaluasi diagnosa
keperawatan yang teratasi tidak dicancumkan dalam rekam medis. Dokumentasi
57

asuhan keperawatan ada yang masih belum tertulis lengkap dan dalam penulisan
masih menggunakan istilah yang belum baku dan dokumentasi perawat tidak
mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal serta jam dilakukannya tindakan.

2. Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu
asuhan keperawatan dengan cara wawancara pada pasien di Ruang
Bakung menggunakan angket sampelnya 20

Tabel 2.17
Instrumen Pengkajian Hasil Mutu Asuhan Keperawatan : Berdasarkan
Persepsi Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Ruang Bakung (n= 20)

Krieria (n)= 20
No
Ya % Tidak %
1. Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 11 55 9 45
Apakah perawat melarang anda / pengunjung 1 80 4 20
2.
merokok di ruangan 6
Apakah perawat selalu menanyakan 1 55 9 45
3. bagaimana pantagan dalam hal makanan anda 1
/keluarga anda
Apakah perawat pernah menanyakan 1 65 7 35
4. pantangan dalam hal makanan anda/keluarga 3
anda
Apakah perawat menanyakan memperhatikan 1 65 7 35
5. berapa jumlah makanan dan minuman yang 3
biasa anda /keluarga anda habiskan
Apabila anda / keluarga anda tidak mampu 7 35 13 65
6. makan sendiri apakah perawat membantu
menyuapinya
Pada saat anda/keluarga anda dipasang infus, 18 90 2 10
apakah perawat selalu memeriksa
7.
cairan/tetesannya dan area sekitar
pemasangan jarum infuse
Apabila anda /keluarga anda mengalami 16 80 4 20
kesulitan buang air besar apakah perawat
8.
menganjurkan makan buah-buahan, sayuran,
minum yang cukup, banyak bergerak.
9. Pada saat perawat membantu anda/keluarga 15 75 5 25
58

anda waktu buang air besar-buang air kecil,


apakah perawat memasang sampiran/selimut.
Menutup jendela/pintu, mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan.
Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda 20 100 0 0
10. selalu dijaga kebersihannya dengan disapu
dan diapel setiap hari
Apakah lantai kamar mandi/ WC selalu 20 100 0 0
11. bersih, tidak licin, tidak berbau dan cukup
terang.
Selama anak anda belum mandi (dalam 8 40 12 60
12. keadaan istirahat total )apakah dimandikan
oleh perawat.
Apakah anak anda dibantu jika tidak mampu: 5 25 15 75
13. menggosok gigi, membersihkan mulut atau
mengganti pakaian atau menyisir rambut.
Apakah alat-alat tenun seperti sprei,selimut 19 95 1 5
14.
dll diganti setiap kotor.
Apakah perawat pernah memberikan 13 65 7 35
15. penjelasan akibat dari : kurang bergerak,
berbaring terlalu lama.
Pada saat anda /keluarga anda masuk rumah 18 90 2 10
sakit apakah perawat memberikan penjelasan
16. tentang fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya. Peraturan, tata tertib yang
berlaku di rumah sakit.
Selama anda/keluarga anda dalam perawatan 20 100 0 0
17. apakah perawat : memanggil nama dengan
benar.
Selama anda /keluarga anda dalam perawatan 20 100 0 0
apakah perawat mengawasi keadaan anda
18.
secara teratur pada pagi, sore maupun malam
hari.
selama anda keluarga anda dalam perawatan 20 100 0 0
19. apakah perawat segera memberi bantuan bila
diperlukan
20. Apakah perawat bersikap: sopan, ramah 20 100 0 0
Apakah anda /keluarga anda mengetahui 15 75 5 25
21. perawat yang bertanggung jawab setiap kali
pergantian dinas
22. Apakah perawat selalu memberi penjelasan 19 95 1 5
59

sebelum memberikan tindakan perawatan atau


pengobatan.
Apakah perawat selalu bersedia 20 100 0 0
23 mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluhan anda /keluarga anda
Dalam hal memberikan obat apakah perawat 13 65 7 35
24.
membantu menyiapkan/meminum obat
Selama anda /keluarga anda dirawat apakah 20 100 0 0
diberikan penjelasan tentang perawatan /
25.
pemeriksaan lanjutan setelah anda /keluarga
anda diperbolehkan pulang.
Jumlah 39 80,2 96 19,8
0 % %
Sumber: Hasil pengkajian Terhadap pasien dan keluarga di Ruang Bakung

Analisa Data :

Berdasarkan tabel 2.17 diketahui bawa nilai dari data primer kuisioner persepsi
pasien terhadap mutu pelayanan di Bangsal Bakung RSUD Wonosari didapatkan
hasil yaitu 80,2% yang berarti masuk dalam kategori baik. Nilai baik seperti yang
dikemukakan oleh Arikunto (2010). Namun masih terdapat mutu pelayanan yang
perlu diperhatikan danditingkatkan

Tabel 2.18
Instrumen Pengkajian Hasil Kepuasan Perawat Ruang Bakung RSUD
Wonosari (n= 8 )

No Pertanyaan STP % TP % CP % P % SP %
1 Jumlah gaji yang diterima 0 0 0 0 4 50% 2 25 2 25
dibandingkan pekerjaan yang % %
saudara lakukan
2 Sistem penggajian yang dilakukan 0 0 0 0 3 37,5 4 50 1 12,5
institusi tempat saudara bekerja % % %
3 Jumlah gaji yang diterima 0 0 1 12,5 3 37,5 3 37,5 1 12,5
60

dibandingkan dengan pendidikan % % % %


saudarar
4 Pembagian insentif tambahan 0 0 4 50 0 0 3 37,5 1 12,5
atau sesuai prestasi atau pekerjaan % % %
ekstra
5 Tersedianya peralatan dan 0 0 5 62,5 3 37,5 0 0 0 0
perlengkapan yang mendukung % %
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang 0 0 5 62,5 0 0 2 25 1 12,5
seperti kamar mandi, tempat % % %
parkir dan kantin
7 Kondisi ruangan kerja terutama 1 12 1 12,5 3 37,5 1 12,5 2 25
yang berkaitan dengan ventilasi ,5 % % % %
udara, kebisingan dan kebersihan %
8 Adanya jaminan kesehatan 0 0 1 12,5 4 50% 2 25 1 12,5
keselamatan kerja % % %
9 Perhatian institusi rumah sakit 0 0 3 37,5 2 25% 3 37,5 0 0
terhadap saudara % %
10 Hubungan antar karyawan dalam 0 0 0 0 4 50% 4 50 0 0
kelompok kerja %
11 Kemampuan dalam bekerjasama 0 0 0 0 4 50% 4 50 0 0
antar karyawan %
12 Sikap teman-teman sekerja 0 0 0 0 4 50% 3 37,5 1 12,5
terhadap saudara % %
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan 0 0 1 12,5 3 37,5 4 50 0 0
latar belakang pendidikan saudara % % %
14 Kemampuan dalam menggunakan 0 0 0 0 3 37,5 4 50 1 12,5
waktu bekerja dengan penugasan % % %
yang diberikan
15 Kemampuan 0 0 2 25 2 25% 4 50 0 0
supervisi/pengawasan dalam % %
membuat keputusan
16 Perlakuan atasan selama saya 0 0 0 0 4 50% 4 50 0 0
bekerja di sini %
17 Kebebasan melakukan metode 0 0 0 0 4 50% 4 50 0 0
sendiri dalam menyelesaikan %
pekerjaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan 0 0 1 12,5 5 62,5 1 12,5 1 12,5
kemampuan kerja melalui % % % %
pelatihan atau pendidikan
tambahan
19 Kesempatan untuk mendapatkan 0 0 0 0 8 100% 0 0 0 0
posisi yang lebih tinggi
20 Kesempatan untuk membuat suatu 0 0 0 0 6 75% 2 25 0 0
prestasi dan mendapatkan %
kenaikan pangkat
Jumlah 1 0, 24 15 69 43,12 54 33,7 12 7,5
62 % % 5% %
5
%
Sumber: Hasil pengkajian Terhadap perawat di Ruang Bakung

Analisa Data
61

Berdasarkan tabel 2.18 diatas diketahui bahwa untuk item sangat tidak puas
berjumlah 1 (0,625%), yang merasa tidak puas 24 (15%), yang merasa cukup puas
69 (43,12%), yang merasa puas 54 (33,75%), dan yang merasa sangat puas 12
(7,5%). Dari hasil penilaian diatas didapatkan bahwa dari 20 pertanyaan yang
diajukan kepada 8 orang karyawan di Ruang Bakung RSUD Wonosari didapatkan
bahwa sebagian besar karyawan cukup puas dengan kinerja mereka ditandai
dengan presentasi terbesar yang didapat yaitu 69 item (43,12%)

3. Instrumen C
Instrumen C mengevaluasi tentang kepatuhan terhadap SOP
keperawatan
a. Kajian teori
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, etis.
(PPNI, 1999). Standar praktek keperawatan merupakan
komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat
terhadap praktik yang dil;akukan oleh anggota profesi. Standar
praktik keperawatan harus dinamik sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Tujuan
standar praktik keperawatan menurut Gillies (1989) adalah
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi
biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari
kelainan dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien
dari tindakan yang tidak terapeutik.
Ruang lingkup standar praktik keperawatan menurut PPNI
(1999) :
Standar I : Ilmu Pengetahuan
Standar II : Akuntabilitas profesional
Standar III : Pengkajian
Standar IV : Perencanaan
Standar V : Pelaksanaan
Standar VI : Evaluasi
Standar intervensi keperawatan di rumah sakit mengacu pada
teori kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh
Henderson, yaitu terdiri dari 14 kebutuhan dasar manusia
(Nursalam, 2008). Demikian pula dengan prosedur tetap
62

keperawatan di RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta


disusun berdasarkan standar V asuhan keperawatan, yaitu
pelaksanaan yang terdiri dari 14 komponen umum. Dari
masing-masing tindakan keperawatn diuraikan tentang
pengertian, tujuan, persiapan pasien, persiapan alat, urutan
prosedur tindakan serta ha-hal yang harus diperhatikan selama
melakukan tindakan keperawatan.

b. Kajian data
Tenaga perawat terhadap standar dinilai berdasarkan
instrument observasi pelaksanaan tindakan keperawatan

Tabel 2.19
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari
(n=6) Memberikan Oksigen
N Jenis Aspek Observasi
o Kegiatan Dilakuka Tidak
n dilakukan
1. Memberi- a. Kriteria persiapan
kan 1) Tabung O2 dan flow meter √
Oksigen 2) Botol pelembab √
3) Selang nasal/canul √
4) Memberikan penjelasan kepada √
63

pasien
b. Kriteria pelaksanaan
1) Mengatur posisi pasien √
2) Membuka flow meter dan
mengukur dosis secara bertahap √
3) Memasang selang kanul/ masker √
pada pasien
4) Memperhatikan reaksi pasien √
5) Mencatat dalam lembar catatan
perawat √

Sumber: Data Primer Observasi Tanggal 02-06 Mei 2016 Ruang Bakung

Analisa Data :

Berdasarkan tabel 2.19 diketahui nilai data primer observasi pada tindakan
keperawatan Memberi oksigen adalah 78% yang diinterpretasikan sebagai
katagori baik yaitu menurut kategori Arikunto 2010 76-100%. Umumnya perawat
di Bangsal Bakung kurang memberikan penjelasan mengenai pentingnya
pemberian oksigen.

Tabel 2.20
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung
RSUD Wonosari (n= 6 )
Menjaga Keselamatan Pasien Di Tempat Tidur
No Jenis Aspek Observasi
Kegiatan
Dilakukan Tidak
dilakukan
64

2 Menjaga a. Kriteria persiapan


keselamatan 1) Tempat tidur dengan bed √
pasien di plang √
tempat tidur 2) Tali tangan/kaki yang aman
b. Kriteria pelaksanaan √
1) Cuci tangan √
2) Tempat tidur lengkap
disiapkan √
3) Bed plang dipasang √
4) Pasien ditidurkan dengan √
posisi yang nyaman √
5) Keluarga diberi √
penjelasan
6) Bila perlu kaki&tangan
pasien diikat dengan √
posisi bergantian setiap
3 jam √
7) Pasien diawasi secara
teratur sesuai keadaan √
8) Bila perlu keluarga √
diizinkan menunggu
9) Cuci tangan
10) Mendokumentasikan
tindakan
Jumlah 11
Total 11/12x100
Presentase 92%
Sumber: Data Primer Observasi Tanggal 02-06 Mei 2016 Ruang Bakung

Analisa Data

Berdasarkan tabel diketahui nilai data primer observasi pada tindakan


keperawatan Menjaga Keselamatan Pasien di Tempat Tidur adalah 92% yang
diinterpretasikan sebagai katagori baik yaitu menurut kategori Arikunto 2010 76-
100%. Umumnya perawat di Bangsal Bakung sudah menjaga keselamatan pasien
di tempat tidur

Tabel 2.21
Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari
(n= 6) Penanganan nyeri

No Jenis Aspek Observasi


Kegiatan Dilakukan Tidak dilakukan
65

3 Penangan a. Kriteria persiapan


an Nyeri b. Kriteria pelaksanaan
1) Lakukan identifikasi pasien √
2) Ucapkan salam √
3) Lakukan asesmen nyeri pada √
pasien dan tentukan skala
nyeri ( ringan/sedang/berat)
4) Lakukan intervensi sesuai √
dengan tatalaksana nyeri
a. Nyeri ringan dapat
dilakykam oleh perawat
dengan cara
 Teknik relaksasi
sebagai berikut
1. Pasien menarik
nafas dalam dan
menahannya
didalam paru
2. Secara perlahan-
lahan keluarkan
udara dan rasakan
tubuh menjadi
kendor
3. Pasien bernafas
dengan irama
normal dalam
beberapa waktu
5) Mendokumentasikan
tindakan √
Jumlah 4
Total 4/5x100
Persentase 80%
Sumber: Data Primer Observasi Tanggal 02-06 Mei 2016 Ruang Bakung

Analisa Data

Berdasarkan tabel diketahui nilai data primer observasi pada tindakan


keperawatan Penanganan Nyeri adalah 80% yang diinterpretasikan sebagai
katagori baik yaitu menurut kategori Arikunto 2010 76-100%. Umumnya perawat
di Bangsal Bakung kurang mengajarkan kepada pasien penanganan nyeri
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam.

Tabel 2.22

Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari


(n= 6)
66

Pemberian Transfusi Darah


No Jenis Aspek Observasi
Kegiatan Dilakukan Tidak dilakukan
4 Pemberia a. Kriteria persiapan
n 1) Plabot darah √
Transfusi 2) Tensimeter √
3) Termometer √
Darah
b. Kriteria pelaksanaan
1) Jelaskan prosedur kepada √
pasien
2) Minta klien untuk √
melaporkan gejala
berikut : menggigil, sakit
kepala, gatal dan
kemerahan pada tubuh
3) Pastikan bahwa klien √
telahmenendatangani
format persetujuan
4) Cuci tangan da gunakan √
sarung tangaan
5) Gunakan selang infus yang √
mempunyai filter
6) Gantungkan wadah larutan √
0,9% untuk diberikan
setelah transfusi darah
7) Mencocokan golongan √
darah pasien dengan plabot
transfusi darah
8) Mulai untuk melakukan √
transfusi darah
9) Lepas sarung tangan dan √
cuci tangan
10) Mendokumentasikan √
tindakan
Jumlah 13
Total 13/13x100
Persentase 100 %
Sumber: Data Primer Observasi Tanggal 02-06 Mei 2016 Ruang Bakung

Analisa Data

Berdasarkan tabel diketahui nilai data primer observasi pada tindakan


keperawatan pemberian transfusi darah adalah 100% yang diinterpretasikan
sebagai katagori baik menurut Kategori Arikunto, 2010. Bahwa sikap manusia
67

dikatakan baik apabila berada dlam rentang 75-100%. Perawat di Bangsal Bakung
sudah melakukan tindakan keperawatan transfusi darah dengan baik

Tabel 2.23

Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari


(n= 6)
Perawatan Luka

No Jenis Aspek Observasi


Kegiatan Dilakukan Tidak dilakukan
5 Perawata a. Kriteria persiapan
n Luka 1) Siapkan alat √
2) Cuci tangan √

b. Kriteria pelaksanaan
1) Ucapkan salam √
2) Jalaskan tindakan dan √
tujuan
3) Menjaga privasi klien √
4) Balutan dibuka dengan √
kapas alkohol atau dengan
cairan Nacl
5) Balutan kotor dimasukkan √
ke dalam bengkok
6) Gunakan sarug tangan √
streril
7) Daerah sekitar luka √
dibersihkan menggunakan
kasa dan Nacl
8) Bersihkan lka sampai √
bersih
9) Berikan obat secara benar √
10) Tutup luka dengan √
menggunakan kasa
11) Balut luka dengan √
menggunakan plester
12) Atur kembali posisi klien

dengan rapi

13) Evaluasi respon klien
14) Merapikan alat √
15) Cuci tangan √
16) Dokumentasikan tindakan √
Jumlah 15
68

Total 15/18x100
Persentase 83%
Sumber: Data Primer Observasi Tanggal 02-06 Mei 2016 Ruang Bakung

Analisa Data

Berdasarkan tabel 2.23 diketahui nilai data primer observasi pada tindakan
keperawatan Perawtan Luka adalah 83% yang diinterpretasikan sebagai katagori
baik yaitu menurut kategori Arikunto 2010 76-100%. Umumnya perawat di
Bangsal Bakung kurang menggunakan sarung tangan steril dalam melakukan
perawatan luka.

Tabel 2.24

Hasil Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung RSUD Wonosari


(n= 6 )
Memberi obat melalui suntikan

Jenis Aspek Observasi


69

No Kegiatan Dilakukan Tidak


dilakukan
6. Memberi obat a. Kriteria persiapan
melalui 1) Spuit disposable sesuai √
suntikan kebutuhan
2) Kapas alkohol 70% √
3) Pasien diberi penjelasan √
b. Kriteria pelaksanaan
1) Cuci tangan √
2) Memperhatikan prinsip √
aseptik
3) Membaca etiket obat √
4) Membaca dosis obat √
5) Memasukkan obat ke dalam √
spuit kemudian udara
dikeluarkan
6) Mengatur posisi pasien √
7) Menentukan daerah yang √
akan disuntik
8) Mendesinfeksi kulit/area yang √
akan disuntik sesuai dengan
suntikan
9) Memasukkan jarum sesuai √
dengan teknik penyuntikan
10) Melakukan aspirasi √
11) Memasukkan obat dengan √
perlahan-lahan
12) Memperhatikan respon pasien √
13) Mencabut jarum perlahan- √
lahan
14) Mendesinfeksi kulit/area √
dengan kapas alkohol 70%
15) Mencatat respon pasien √
setelah pemberian obat
16) Cuci tangan. √

Jumlah 18
Total 18/19x100
Persentase 95%
Sumber: Data Primer Observasi Tanggal 02-06 Mei 2016 Ruang Bakung

Analisa Data

Berdasarkan tabel diketahui nilai data primer observasi pada tindakan


keperawatan Memberi Obat suntikan adalah 95% yang diinterpretasikan sebagai
katagori baik yaitu menurut kategori Arikunto 2010 76-100%. Umumnya perawat
70

di Bangsal Bakung kurang melakukan aspirasi sebelum memberikan obat dan


dimasukkan

Tabel 2.25

Data Observasi Tindakan Keperawatan di Ruang Bakung


RSUD Wonosari Tanggal 02-06 Mei 2016
No Jenis Kegiatan Rata-rata Keterangan
(%)
1. Memberikan Oksigen 78% Prosedur pemberian oksigen di
Bangsal Bakungsudah berada
dalam kategori baik. Umumnya
perawat di Bangsal Bakung
kurang memberikan penjelasan
mengenai pentingnya pemberian
oksigen
2. Menjaga keselamatan 92% Prosedur Menjaga keselamatan
pasien di tempat tidur pasien di tempat tidur di Bangsal
Bakung sudah berada dalam
katagori baik. Umumnya perawat
di Bangsal Bakung sudah
menjaga keselamatan pasien di
tempat tidur.

3. Penanganan Nyeri 80% Prosedur penanganan nyeri di


Bangsal Bakung sudah berada
dalam katagori baik. Umumnya
perawat di Bangsal Bakung
kurang mengajarkan kepada
pasien penanganan nyeri
menggunakan teknik relaksasi
nafas dalam
4. Pemberian Transfusi 100% Prosedur Pemberian Transfusi
Darah Darah sudah berada dalam
katagori baik. Perawat di Bangsal
Bakung sudah nmelakukan sesuai
dengan SOP pemberian transfusi
darah
5. Perawatan Luka 83% Prosedur Perawatan Luka
dibangsal Bakung sudah berada
dalam katagori baik. Umumnya
perawat di Bangsal Bakung
kurang menggunakan sarung
tangan steril dalam melakukan
71

perawatan luka.

6. Memberi obat melalui 95% Prosedur Memberi obat melalui


suntikan suntikan di Bangasal Bakung
sudah berada dalam katagori
baik. Umumnya perawat di
Bangsal Bakung kurang
melakukan aspirasi sebelum
memberikan obat dan
dimasukkan

2. Proses manajemen Pelayanan Kesehatan


a. Pilar I pendekatamn Manajemen (Manajemen Approach)
Model praktek keperawatan menempatkan pendekatan manajemen
(Manajemen Approach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama.
Oleh sebab itu, proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin
demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien dan atau
keluarga.
Di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk
fungsi manajemen yang terdiri dari hal-hal berikut:
1) Perencanaan (Planning)
2) Pengorganisasian (Organizing)
3) Pengarahan (Directing)
4) Penegndalian (Controling)
Mekanisme kerja fungsi manajemen menurut Handoko (2000)
dapat digambarkan dalam skema dibawah ini

Gambar 2.2. Skema Mekanisme Fungsi Manajemen

Perencanaan
72

pengorganisasian

Pengarahan Tujuan

pengkoorganisasian

Pengawasan

b. Kajian Teori:
1) Planning atau Perencanaan
Perencanaan merupakan pemikiran atau konsep-konsep
tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi penting
didalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, efek-efek dan perubahan. Selama proses
perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan
adalah menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi
organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek,
mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan
yang ada, dan aktifitas spesifik serta prioritas. Perencanaan dalam
manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk
menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam
organisasinya sehingga dalam mengoptimalkan efektifitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
Kerangka perencanaan terdiri dari:
(a) Visi, berisi tujuan jangka panjang
(b) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah
mencapai visi
73

(c) Filosofi, suatu yang bisa menguatkan motivasi


(d) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai
(e) Objektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
(f) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
(g) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang
Model Perencanaan meliputi:
(a) Reactive planing, yaitu tak ada perencanaan, manejer langsung
melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan
yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan
kondisi yang ada
(b) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan
masalah yang muncul telah ada bayangan atau perencanaan tetapi
dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan perkembangan
masalah.
(c) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti
( sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah
tujuan yang akan dicapai jelas, terdapat pembatasan waktu
perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian target,
risiko dan ketidakpastian jelas.
(d) Proactive plannning, yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa
lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai
pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan
perencanaan masa lalu dan sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi:
74

(a) Perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang


direncanakan untuk tahun depan
(b) Perencanaan jangka pendek terdiri dari:
1) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
perawat (kepala ruangan, kepala tim, dan perawata
pelaksana) sesuai dengan perannya masing-masing yang
dibuat untuk setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan
peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum
operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan
dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dilakukan dan
dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
Rencana harian kepala ruangan meliputi :
a) Asuhan keperawatan
b) Supervise katim dan perawat pelaksana
c) Suvervise tenaga selain perawat dan kerjasama
dengan unit terkait.
Rencana harian ketua tim meliputi :
a) Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien oleh
tim yang menjadi tanggung jawabnya
b) Melakukan supervisi perawat pelaksana
c) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain
d) Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
Rencana harian perawat pelaksana :berisi tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat untuk
shif dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore
dan malam agak berbeda, yaitu jika hanya satu orang
dalam satu tim perawat tersebut berperan sebagai ketua
tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre
dan post conference.
2) Rencana bulanan
75

Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang


dibuat oleh kepala ruangan dan kepala tim.
a) Rencana bulanan kepala ruang
Setiap akhir bulan kepala ruang melakukan evaluasi
hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan
hasil evaluasi tersebut. Karu akan membuat rencana
tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas hasil.
Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu sebagai
berikut:
(1) Membuat jadwal dan memimpin case coference
(2) Membuat jadwal dan memimpin pendidikan
kesehatan kelompok keluarga
(3) Membuat jadwal dinas
(4) Membuat jadwal petugas TAK
(5) Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan
perawat
(6) Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim
kesehatan
(7) Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja
ketua tim dan perawat pelaksana
(8) Melakukan audit dokumentasi
(9) Membuat laporan bulanan
b) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi
terhadap keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh
timnya. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan
katim adalah sebagai berikut:
1) Mempresentasikan kasus dalam case conference
2) Memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
3) Melakukan supervise perawat pelaksana.
76

c) Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi
hasil kegiatan dalam 1 tahun yang dijadikan sebagai
acuan rencana tindak lanjut dan penyusunan rencana
tahunana berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup hal-hal berikut:
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang
kinerja MPKP baik proses kegiatan (kegiatan 4
pilar praktek profesional yang sudah dilakukan)
maupunevaluasi mutu pelayanan.
2) Melakukan rotasi tim untuk penyegaran anggota
masing-masing tim.
3) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus
kegiatan yang memiliki pencapaian rendah.
4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karir perawat ( Pelaksana
menjadi katim, katim menjadi karu) rekomendasi
untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat
jadwal untuk mengikuti pelatihan.
Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi ( struktur
organisasi dan uraian jabatan keperawatan RSUD Wonosari):
1) Menyusun rencana kerja kepala unit
2) Membuat jadwal dinas dan berkoordinasi dengan
perawat primer
3) Membuat usulan pengembangan tenaga
4) Berperan serta menyusunan falsafah dan tujuan
pelayanan keperawatan di ruang yang bersangkutan.
5) Menyususn rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari
segi jumlah maupun kualifikasi di ruangan di ruang
rawat koordinasi dengan instalasi.
2) Organizing (Pengorganisasian)
77

a) Kajian teori
Pengorganisasian adalah pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat,
mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta
melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan
power serta wewenang dengan tepat. (marquis dan
Houston,2000)
Organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang
dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan
apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan
memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem
kerja sama dapat dilihat, antara lain 1) ada komunikasi antara
orang yang bekerja sama, 2) individu dalam organisasi tersebut
mempunyai kemampuan untuk bekerja sama, 3) kerjasama itu
ditujukan untuk mencapai tujuan .
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang
akan melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggung jawaban masirng-
masing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian
dari kepala ruang adalah (Nursalam,2002)
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
(4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
(5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
(6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
78

(7) Mendelegasi tugas saat kepala unit tidak berada ditempat


kepada ketua tim.
(8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
(9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
(10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Hoffart dan woods (1996) mendefinisikan MPKP sebagai
suatu sistem (struktur, proses, nilai-nilai profesional ) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian
asuhan keperawatan.
Sub sistem MPKP terdiri dari 5 elemen yaitu :
(a) Pendekatan manajemen
(b) Hubungan profesional
(c) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
(d) Metode pemberian asuhan keperawatan
(e) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada
beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan. Ada
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan akan terus dikembangkan.
(a) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien,pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan
dilaksanakan oleh perawat yang berbeda-beda tergantung
pada kompleksitas dari setiap tugas, contoh : fungsi
menyuntik, membagi obat, membalut luka
(b) Metode kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
79

jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama


pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam
memberkan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi
dan intensive care
Kelebihannya :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya :
1. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
(c) Metode tim
Metode ini dikembangkan berdasarkan falsafah,
mengupayakan pencapaian tujuan dengan menggunakan
kecakapan dan kemampuan anggota kelompok, ketua tim
(perawat profesional) mengkoordinasikan sekelompok
anggota (perawat profesional, non profesional, pembantu
perawat). Metode ini menggunakan tim yany terdiri dari
anggota-anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Kepala
tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi
asuhan keperawatan untuk semua pasien yang ada dibawah
tanggung jawab timnya. Tujuan perawat tim adalh
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan staf yang tersedia.
Konsep metode Tim :
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
80

2. Pentinggnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas


rencana keperawatan terjamin.
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4. Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
(d) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ketertiban pasien dan keluarga
(e) Pengembangan MPKP dengan Metode Primer Modifikasi
(MPM)
Metode primer modifikasi (MPM) merupakan metode
yang saat ini diadopsi oleh banyak rumah sakit di Indonesia
karena sesuai dengan kondisi keperawatan yang ada saat ini
(Sumarsi,2008). MPM adalah metode pemberian asuhan
keperawatan yang dimodifikasi dengan menggabungkan
metode primer dan metode tim yang sesuai dengan
manajemen asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan di
RSUD Wonosari (Sumarsi, 2008).
MPM dikembangkan dengan menyesuaikan situasi dan
kondisi di RSUD Wonosari. Metode keperawatan primer
81

tidak dapat digunakan secara murni karena pada umumnya


di Indonesia masih terkendala oleh keterbatasan kualitas
tenaga keperawatan, maka dalam rangka menjamin
terselenggaranya asuhan keperawatan yang bermutu dan
professional dikembangkan metode primer yang
dimodifikasi dengan harapan kualitas asuhan keperawatan
dapat terjamin secara terus-menerus selama pasien dirawat
dan terselenggara dengan terfokus pada kepuasan pasien
atau keluarga (sumarsi, 2008).
Pada prinsipnya metode ini sama dengan metode primer
tetapi di modifikasi dalam hal :
1) Pada saat PP tidak ada sebagai ganti yang bertugas
dilaksanakan oleh PA terutama pada saat sore, malam,
dan hari libur.
2) Karena pendidikan perawat yang tersedia di rumah sakit
sangat terbatas, maka pendidikan PP dapat
memanfaatkan perawat dengan pendidikan minimal D3
keperawatan sebagai perawat primer pemula yang
mempunyai kinerja baik serta kemampuan klinis yang
memadai sesuai dengan bidang tugasnya.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat primer
antara lain :
a) Memiliki kemampuan professional (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan) yang memadai
b) Mampu menjalin komunikasi yang efektif/
kolaborasi dengan tim kesehatan lain serta menjalin
hubungan baik secara horizontal maupun vertikal.
c) Mampu mengkoordinasi semua kegiatan anggota/PA
d) Mampu bertindak sebagai konsultan dalam asuhan
keperawatan
e) Mampu bertindak sebagai role model
82

f) Mampu melakukan pengkajian dan menentukan


kebutuhan pasien dalam asuhan keperawatan
g) Mampu membuat rencana keperawatan untuk semua
pasien yang ada di dalam tanggung jawabnya.
Rencana ini meliputi kegiatan yang akan
dilaksanakan, cara untuk mengerjakannya, perawat
yang akan diserahi tugas, tempat dan waktu untuk
melakukan kegiatan
h) Mampu memperbaiki dan menyesuaikan rencana
keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
i) Mampu mengobservasi baik terhadap kondisi pasien
maupun terhadap situasi kerja anggota/ PA
j) Mampu berperan sebagai pendidik/ guru/ pengajar,
antara lain mampu menentukan materi pengajaran,
waktu dan tempat pengajaran serta orang yang perlu
diberi pengajaran.
k) Mampu melakukan evaluasi secara baik dan objektif.
Evaluasi yang dilakukan harus menyeluruh baik
terhadap diri sendiri, anggota/PA, penampilan kerja
tim serta asuhan keperawatan. Evaluasi yang
dilakukan harus didasarkan pada kriteria yang telah
ditentukan.

Tugas kepala ruang dalam MPM :


a) Membagi staf kedalam grup MPM sesuai dengan
kemampuan kerja
b) Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PP
c) Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien
dan ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk
laporan permasalahan dinas malam.
83

d) epala ruang melakukan meeting morning untuk


menindak lanjuti masalah yang ada yang diawali
dan diakhiri dengan doa.
e) Membagi pasien kedalam grup MPM sesuai dengan
kemampuan dan beban kerja.
f) Memfasilitasi dan mendukunh kelancaran tugas PP
dan PA
g) Melakukan supervise dan memberi motivasi sluruh
staf keperawatan untuk mencapai kinerja yang
optimal.
h) Memberikan reinforcement positif kepada semua
staf termasuk pada saat mengakhiri meeting
morning kepada dinas malam dan dinas pagi
i) Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan
keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui
angket pada setiap pasien yang akan pulang
j) Mendelegasikan tugas kepeda PPJR pada jaga sore
malam dan libur
k) Berperan sertta sebagai konsultan
l) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf
melalui daftar hadir yang ada diruangan.
m) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga
n) Mengadakan CNE (Continuing Nursing Education)
tiap bulan sekali.
Uraian tugas yang mendukung MPM ini adalah :
a) Bertugas pada pagi hari
b) Bersama perawat asosiet menerima operan tugas
jaga dari perawata sosiet yang tugas jaga malam
84

c) Bersama perawat asosiet melakukan


konfirmasi/supervise tentang kondisi pasien segera
setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien
d) Bersama perawat asosiet melakukan doa bersama
sebagai awal dan akhir tugas, dilakukan setelah
operan tugas jaga malam
e) Melakukan pre conference dengan semua perawat
asosiet yang ada dalam grupnya pada setiap awal
dinas pagi
f) Membagi tugas/pasien kepada perawat asosiet
sesuai kemampuan dan beban kerja
g) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah /
diagnose dan perencanaan keperawatan kepada
semua pasien yang menjadi tangguang jawabnya
dan ada bukti direkam keperawatan
h) Memonitor dan membimbing tugas perawat asosiet
i) Membantu tugas perawat asosiet untuk kelancaran
pelaksanaan asuhan pasien
j) Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan
asuhan keperawatnan yang dilakukan oleh perawat
asosiete yang ada dibawah tanggung jawabnya
k) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien
sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan askep
dan ada bukti dalam rekam keperawatan
l) Melaksanaakan post conference pada setiap akhir
dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari
perawat asosiete untuk persiapan tugas operan jaga
selanjutnya
m) Mendampingi perawat asosiete dalam oporan tugas
jaga kepada perawat asosiete yang tugas jaga
berikutnya
85

n) Memperkenalkan perawat asosiate yang ada dalam


satu grup yang akan merawat selama pasien
dirawat kepada pasien / keluarga baru
o) Menyelengarakan diskusi kasus / conference
dengan dokter / tim kesehatan lain setiap minggu
sekali
p) Menyelengarakan diskusi kasus/conference dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal
sebulan sekali
q) Mengadakan diskusi kasus/conference sesuai
prosedur
r) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan
kegiatan
s) Menggantikan tugas PJ ruangan pada pagi hari bila
PJ ruangan tidak ada
t) Mendelegasikan tugas perawat primer pada sore,
malam dan hari libur kepada perawat asosiate
u) Memberikan bimbingan kepada mahasiswa praktek
yang ada dalam grupnya dalam rangka pelaksanaan
praktek keperawatan
v) Perawat primer menginformasikan peraturan dan
tata tertib yang berlaku kepada pasien / keluarga
w) Perawat primer melakukan visite / monitoring
perkembangan pasien dan memberitaukan serta
menyampaikan pasien yang akan pulang
x) Perawat primer menerima konsultasi / keluhan
pasien / keluarga dan berupaya mengatasinya serta
memfasilitasi pelaksanaan konsultasi dengan
dokter
86

y) Perawat primer membuat laporan tugas kepada PJ


ruangan di setiap akhir tugas tentang kondisi pasien
dan masalah yang ada
z) Mengikuti pertemuan ilmiah / rutin yang
diselenggarakan di RS / di lingkungan tugasnya

Uraian Tugas Untuk PA Meliputi:


a) Melakuan doa setiap awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas
jaga
b) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap
awal dinas pagi
c) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperwatan
d) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti
di rekam keperawatan
e) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien
kepada PP
f) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti direkam keperawatan
g) Menerima keluhan pasien dan keluarga serta
berusaha untuk mengatasinya
h) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
i) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir
tugas pada semua pasien yang menjadi tugasnya dan
ada bukti direkam keperawatan
j) Mengikuti post conference yang diaadakan oleh PP
pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi /
87

perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung


jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan
k) Bila PP tidakada, wajib mengenalkan PA yang ada
dalam satu grup yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien /
keluarga baru
l) Melaksanakan tugas PN pada siang / malam / hari
libur
m) Berkoordinasi dengan PPJR / dokter / ilmu kesehatan
yang lain bila ada kesulitan dalam pelayanan
n) Mengikuti diskusi kasus/conference dengan dokter
grup kesehatan lain, setiap minggu.
o) Mengikuti diskusi kasus/conference dalam
pertemuan rutin keperawatan di ruangan
p) Melaksaanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
b) Kajian Data Organizing
Dalam pengorganisasian di ruangan sudah mengacu metode Tim,
yaitu sudah mempunyai 1 orang KaRu, 2 PN, dan 10 orang AN.
Penilaian mengenai pemahaman perawat terhadap metode asuhan
keperawatan pada pasien di Ruang Bakung RSUD Wonosari
dilakukan melalui observasi dan wawancara.

Tabel 2.26
Hasil Pengkajian Tugas Kepala Ruang Keperawatan di Ruang Bakung
RSUD Wonosari 02-06 Mei 2016 (diobservasi 5 kali)
(Skala Gutman : Ya 1 , Tidak 0 )
Observasi
88

No Tugas Kepala Ruang Keperawatan Yang Ya Tidak


Mendukung Pelaksanaan Sistem Pemberian
Asuhan Keperawatan Dengan Metode Tim

1. Membagi staff ke dalam grup MPM sesuai dengan √


kemampuan dan beban kerja

2. Membuat jadwal dinas koordinasi dengan PN √

3. Kepala Ruang melakukan meeting morning √

4. Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai √


dengan kemampuan dan beban kerja

5. Menfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PN √


dan AN

6. Melakukan supervisi dan memberi motivasi √


seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja
yang optimal

7. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan √


keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui
angket setiap pasien akan pulang

8. Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga √


sore, malam, libur

9. Berperan serta sebagai konsultan dari PN √

10. Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staff √


melalui daftar hdir yang ada diruang

11. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien √


dan keluarga

Jumlah 8 3

Total (%) = 6/11 X 100 = 72,7


%

Sumber: Hasil data primer di Ruang BakungRSUD Wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa Data
Hasil observasi tugas kepala ruang bakung menunjukan hasil 72,7 %. Hal
ini menunjukan bahwa tugas kepala ruangan dalam kategori cukup.Meeting
89

morning belum dilakukan oleh kepala ruang beserta staf ruangan bakung. Selain
itu kepala ruang juga kurang melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien
akan pulang

Tabel 2.27
Hasil Pengkajian Pelaksanaan Tugas PN di dalam Sistem Asuhan
Keperawatandengan Model Tim di Ruang Bakung RSUD Wonosari 02-06
Mei 2016
(Skala Gutman: Ya 1, Tidak 0)
N Tugas PN yang mendukung pelaksanaan Observasi
o sistem pemberian asuhan keperawatan Pn 1 Pn 2
dengan metode tim Ya Tidak Ya Tidak
1 Bertugas pada pagi hari √ √

2 Bersama AN menerima operan tugas jaga √ √


dari AN yang tugas malam

3 Bersama AN melakukan √ √
konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan tugas jaga
malam

4 Bersama AN melakukan do’a bersama √ √


sebagai awal dan akhir tugas dilakukan
setelah selesai operan tugas jaga malam

5 Melakukan pre conference dengan semua √ √


AN yang ada dalam grupnya setiap awal
dinas pagi

6 Membagi tugas atau pasien kepada AN √ √


sesuai kemampuan dan beban kerja

7 Melakukan pengkajian, menetapkan √ √


masalah atau diagnosa dan perencanaan
keperawatan kepada semua pasien yang
menjadi tanggung jawab ada bukti di
rekam keperawatan

8 Memonitor dan membimbing tugas AN √ √

9 Membantu tugas AN untuk kelancaran √ √


pelaksanaan asuhan pasien

10 Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi √ √


90

catatan asuhan keperawatan yang


dilakukan oleh AN yang ada di bawah
tanggung jawabnya

11 Melakukan evaluasi hasil kepada setiap √ √


pasien sesuai tujuan yang ada dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan ada
bukti dalam rekam keperawatan

12 Melaksanakan operan jaga pada setiap √ √


akhir dinas dan menerima laporan akhir
tugas jaga dari AN untuk persiapan operan
tugas jaga berikutnya

13 Mendampingi AN dalam operan tugas jaga √ √


kepada AN yang tugas jaga berikutnya

14 Memperkenalkan AN yang ada dalam satu √ √


grup atau yang akan merawat selama
pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga
baru

15 Mendelegasikan tugas kepada AN pada √ √


sore, malam, libur

16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ √ √


ruang bila pagi hari tidak bertugas

17 Menyelenggarakan diskusi kasus dengan √ √


dokter dan tim kes lain setiap minggu

18 Menyelenggarakan diskusi kasus dalam √ √


pertemuan rutin keperawatan di ruangan
minimal sebulan sekali

19 Melakukan bimbingan klinik keperawatan √ √


kepada AN minimal seminggu sekali
(ronde keperawatan/bed side teaching)

20 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian √ √


tugas

Jumlah 16 4 16 4

16/20x10 4/20x1 16/20x10 4/20x10


0%= 00%= 0%= 0%=
80% 20% 80% 20%
91

Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa Data

Berdasarkan hasil PN di Bangsal Bakung menunjukkan Hasil 80% yang artinya


masuk dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan bahwa peran PN dalam
mengkoordinir anggotanya sudah baiknamun ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu belum melakukan bimbingan kepada AN, belum melakukan
preconference disetiap awal tugas, dan belum melakukan perkenalan perawat jaga
kepada pasien.

Tabel 2.27
Hasil Pengkajian Pelaksanaan Tugas AN dalam Sistem Asuhan
Keperawatandengan MetodeTim di RuangBakung RSUD Wonosari 02-06
Mei 2016
(Skala Gutman : Ya 1, Tidak 0)
Observasi
Tugas AN yang mendukung pelaksanaan sistem Ya Tidak
pemberian asuhan keperawatan dengan metode
No
tim

1 Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir √


jaga dari dan kepada AN yang ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang √
kondisi pasien segera setelah selesai operan setiap
pasien
3 Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir √
tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima
operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan PN setiap √
awal tugas
5 Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien √
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti √
di rekam keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah √
pasien/keluarga kepada PN
92

8 Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan √


kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dan ada bukti di rekam keperawatan
9 Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha √
untuk mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada √
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada √
semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
12 Mengikuti post conference yang diadakan oleh PN √
pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan
perkembangan semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya kepada PN
13 Bila tak ada PN wajib mengenalkan AN yang ada √
dalam grup yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya kepada
pasien/keluarga baru
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PN pada sore, √
malam libur
15 Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan √
lain bila ada masalah pasien pada sore malam libur
16 Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim √
kesehatan lain setiap seminggu sekali
17 Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin √
keperawatan di ruangan
18 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN √
19 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas √
membantu melakukan bimbingan PKK kepada
peserta dikeperawatan
Jumlah 14 5
Total (%) 14/19x100 5/19x100%
%=73,6% = 26,4%
Sumber: hasil data primer di RuangBakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa Data

Berdasarkan observasi AN Bangsal Bakung, menunjukkan hasil 73,6% yaitu


dalam kategori cukup, dan mengacu pada standar yang ada serta perlu
tingkatkan supervisi kepada pasien dalam meningkatkan hasil yang maksimal.
93

Tabel 2.28
Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan dengan PasienDalam
Sistem Asuhan Keperawatan di RuangBakung RSUD Wonosari 02-06 Mei
2016
(Skala Gutman : Ya 1, Tidak 0)
Hubungan Profesional Antar staf
Keperawatan dengan Pasien atau Keluarga Ya Tidak
No
dapat Terjalin Terus Menerus Selama Pasien
Dirawat
1 Kepala ruang melakukan supervisi seluruh √
pasien yang ada di ruangan setiap awal tugas
2 PN dan AN mensupervisi seluruh pasien yang
menjadi tanggungjawabnya segera setelah √
menerima operan tugas setiap pasien.
3 PN menginformasikan peraturan dan tata tertib
RS yang berlaku kepada setiap pasien atau √
keluarga baru
4 PN memperkenalkan perawat dalam satu grup

yang akan merawat selama pasien dirawat di RS
5 PN atau AN melakukan visit atau monitoring
pasien untuk mengetahui perkembangan atau √
kondisi pasien
6 PN memberikan penjelasan setiap rencana
tindakan atau program pengobatan sesuai √
wewenang dan tanggung jawabnya.
94

7 Setiap akan melakukan tindakan keperawatan


PN atau AN memberikan penjelasan atas

tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau
keluarga
8 Kesediaan PN atau AN untuk menerima
konsultasi/keluhan pasien/keluarga dan berupaya √
mengatasinya
9 Pasien atau keluarga mengetahui siapa PN atau
perawat yang bertanggung jawab selama ia √
dirawat dan ditulis pada papan nama pasien.
10 PN atau AN memberitahu dan mempersiapkan

pasien yang akan pulang.
Jumlah 7 3
Total (%) = 7/10x100 3/10x1
%=70% 00%=
30 %
Sumber: Hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa data

Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan bahwa hubungan profesional antar staf


di Ruang Bakung berada dalam kategori cukup yaitu 70%, dan diharapkan kepada
semua staf untuk lebih meningkatkan lagi hubungan profesional antara staf
keperawatan dengan pasien.

Tabel 2.29
Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan yang dapat menjamin
Asuhan Keperawatan di RuangBakung RSUD Wonosari 02-06 Mei 2016
(Skala Gutman : ya :1 dan tidak :0)
Hubungan Profesional Antar staf Keperawatan Ya Tidak
No yang Dapat Menjamin Asuhan Keperawatan
yang Berkesinambungan Secara Terus Menerus
Penyedia mengadakan pertemuan rutin Karu √
1
minimal 1x/minggu
PJ Ru Kep mengadakan petemuan rutin dengan √
2
seluruh staf kep minimal sebulan sekali
Karu mengadakan pertemuan rutin dengan PN √
3
minimal 1x/minggu
PN mengadakan pre dan post konference pada √
4
setiap awal dan akhir jaga pagi
95

PN menerima serah terima dari AN yang tugas √


5
jagasebelumnya
PN mendampingi serah terima tugas jaga antara AN √
6
pada tugas jaga berikutnya.
AN melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga √
7
sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.
PN melakukan dokumentasi askep terutama dalam √
8 pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan
rencana keperawatan.
AN melakukan dokumentasi askep terutama dalam √
9
hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
PN membuat laporan tugas pada PJ Ru Kep setiap √
10 akhir tugas terutama keadaan umum pasien dan
permasalahan yang ada.
PN melakukan motivasi √
11
/bimbingan/reinforcementdengan AN setiap hari
12 AN menggantikan tugas PN bila PN tidak ada √
13 PPJr menggantikan tugas PJRu pada tugas S/M/HL

Jumlah 11 2
84,6 15,4
Total (%) =
% %
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian disimpulkan bahwa hubungan profesional antar staf


Bangsal Bakung berada dalam kategori Baik yaitu 84,6% dan diharapkan kepada
semua staf keperawatan untuk lebih memperhatikan kegiatan preconference dan
postconference yang dilakukan di Bangsal Bakung.

Tabel 2.30
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar Staf Keperawatan dengan
Dokter/Tim Kesehatan lain di RuangBakung RSUD Wonosari 02-06 Mei
2016
(Skala Gutman : ya 1. Tidak 0)
Hubungan Profesional/Kemitraan Antar Staf Ya Tidak
No Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan
Lain Terjalin dengan Baik
PN atau AN melakukan visite bersama dengan √
1
dokter/tim kesehatan lain yang merawat
96

PN melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim √


2
kesehatan minimal 1x/minggu
Hubungan profesional/kemitraan dengan tim √
3 dokter/tim kesehatan lain tercermin dalam dokumen
rekam medis
PN atau AN dapat segera memberikan data pasien √
4 yang akurat dengan cepat dan tepat kepada
dokter/tim kesehatan lain bila dibutuhkan
PN/AN menggunakan rekam medik sebagai sarana √
5 hubungan profesional dalam rangka pelaksanaan
program kolaborasi
Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam √
6 keperawatan sebagai sarana hubungan profesional
dalam rangka program kolaborasi
Dokter/tim kesehatan yang lain mengetahui setiap √
7
pasien siapa Pnnya
PN memfasilitasi pelaksanaan konsultasi √
8
pasien/keluarga dengan dokter/tim kesehatan lain
Jumlah 7 1
Total 87,5% 12,5%
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa data
Berdaasarkan tabel hasil pengkajian Hubungan Profesional/Kemitraan Antar
Staf Keperawatan dengan Dokter/Tim Kesehatan lain di RuangBakung berada
dalam kategori baik yaitu 87,5%. Namun dokter belum mengetahui PN masing
masing pasien. Sehingga dokter perlu berkomunikasi dengan masing masing
PN aagarn lebih mudah dalam menyelesaikan kasus pasien

Tabel 2.31
Hasil Pengkajian Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (operan )di Ruang
Bakung RSUD Wonosari 02-06 Mei 2016 (diobservasi 5 kali)
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Menyiapkan tempat untuk melakukan tugas jaga √
2. Serah terima tugas jaga diikuti oleh Karu PN dan AN √
3. Didahului dengan doa bersama √
Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan √
4.
penerima tanggung jawab dilakukan di depan pasien
97

Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx √


5. keperawatan, tindakan keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu pelaksanaannya
Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan √
6.
keperawatan yang belum dilakukan
Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama √
7.
shift
Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah √
8.
dilakukan (bila ada)
9. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan √
Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta √
10
waktunya yang dilakukan selama shift
Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan √
11.
selama shift
12 Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama √
perawat shift berikutnya pada akhir tugas
13 Memberikan salam kepada pasien, keluarga serta √
mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam rangka
klarifikasi)
Jumlah 9 4
Total (%) = 69,2% 30,8%

Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06


Mei 2016

Analisa data
Berdasarkan tabel diketahui bahwa pelaksanaan serah terima tugas jaga
(operan)di Ruang bakung dalam kategori Cukup dengan persentasi
69,2%. Dalam operan diruang bakung perawat tidak melakukan operan di
depan pasien dan tidak memperkenalkan perawat yang akan jaga
selanjutnya. Selain itu pada waktu operan jarang didahului dengan
melakukan doa bersama

Tabel 2.32
Hasil Pengkajian Pelaksanaan Meeting Morning Ruang Bakung RSUD
Wonosari 02-06 Mei 2016 (di observasi 5 kali)
Sebelum
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Karu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting √
98

morning
2. Karu memberikan arahan kepada staf dengan materi √
yang telah disiapkan sebelumnya
3. Karu melakukan klarifikasi apa yang telah √
disampaikan kepada staff
4. Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan √
permasalahan yang muncul di ruangan
5. Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah √
yang dapat ditempuh
6. Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada √
staff
Jumlah 1 5
Total (%) 16,6% 83,4%
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa data

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pwlaksanaan meeting morning di Bangsal


Bakung dalam kategori kurang yaitu 16,6%. Hal ini didasarkan dari observasi
selama 5 hari dari tanggal 2-6 Mei 2016, apad pelaksanaan meeting morning tidak
pernah dijalankan. Kepala Ruang hanya memberikan reinforcement kepada Katim
dan PP namun tidak pada saat meeting morning. Kelompok menyarankan agar
meeting morning dilakukan karena memiliki banyak maanfaat seperti memberikan
informasi baru tentang keadaan pasien dan informasi baru tentang pelayanan
medis

Tabel 2.33
Hasil Pengkajian Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Bakung RSUD
Wonosari 02-06 Mei 2016 (diobservasi 5 kali)
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang /tempat √
Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
2. √
tanggungjawabnya.
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conferance √
4. Memandu pelaksanaan pre conference √
5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien, √
keperawatan dan rencana keperawatan yang
99

menjadi tanggung jawabnya.


Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan
6. yang dimiliki dengan memperhatikan √
keseimbangan kerja.
Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan
7. asuhan pasien/ tindakan. √

Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan


8. √
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan.
Mengklarifikasi kesiapan AN untuk
9. melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien √
yang menjadi tanggung jawabnya.
10 Memberikan reinforcement positif pada AN √
11. Menyimpulkan hasil pre conference √
Jumlah 0 11
Total (%) 0% 100%
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016
Analisa data

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa diketahui pelaksanaan preconference di


Bangsal Bakung dalam kategori kurang yaitu 0%. Dalam pelaksanaan
preconference tidak pernah dilakukan. Karu mengumpulkan RM namun tidak
melakukan preconference.

Tabel 2.34
Hasil Pengkajian Pelaksanaan Post Conference di Ruang Bakung RSUD
Wonosari 02-06 Mei 2016 (di observasi 5 kali)
Sebelum
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Menyiapkan ruang /tempat √
2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung

jawabnya.
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post conferance √
4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/ hasil

asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA.
5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
memberikan ASKEP pasien dan mencari upaya √
penyelesaian masalahnya.
6. Memberi reinforcement pada PA. √
7. Menyimpulkan hasil post conference √
8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas √
100

jaga shift jaga berikutnya (melakukan ronde keperawatan)


Jumlah 0 8
Total (%) 0% 100%
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa data

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa diketahui pelaksanaan postconference di


Bangsal Bakung dalam kategori kurang yaitu 0%. Dalam pelaksanaan
postconference tidak pernah dilakukan. Karu mengumpulkan RM namun tidak
melakukan preconference.

Tabel 2.35
Hasil Pengkajian Total Penerapan MPKP di Ruang BakungRSUD Wonosari
Tanggal 02-06 Mei 2016
No Jenis Rata- Kategori Interpretasi
Penilaian rata (%)
1 Tugas Karu 72,7 Cukup Evaluasi kerja Karu menunjukan
kategori Cukup. Karu selalu membagi
staf ke dalam grup MPM sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja,
memfasilitasi dan mendukung
kelancaran tugas PN dan AN. Karu
tidak melakukan meeting morning dan
tidak melakukanupaya peningkatan
mutu asuhan keperawatan dengan
melakukan evaluasi melalui angket
setiap pasien akan pulang mungkin
belum dilakukan
2 Tugas PN 80% Baik PN sudah menjalankan tugas baik dan
sudah mengacu pada standar yang ada
serta perlu ditingkatkan. Pn sudah
menerima operan tugas jaga dari AN,
101

bersama AN melakukan konfirmasi


atau supervisi tentang kondisi pasien,
PN sudah mebagi tugas kepada AN
sesuai kemampuan dan beban kerja
3 Tugas AN 73,6% Cukup AN sudah melakukan operan tugas
setiap awal dan akhir jaga, An sudah
melakukan monitoring respon pasien
dan dibuktikan dalam RM, AN juga
sudah mengikuti diskusi kasus dengan
dokter seminggu sekali.
4 Hubungan 70% Cukup Pasien dan keluarga jarang
perawat- mengetahui siapa perawat yang
pasien bertanggung jawab selama di ruangan
dan perawat tidak melakukan
supervisi ke pasien
5 Hubungan 84,6% Baik Perawat sudah menerima serah terima
sejawat dari AN yang tugas jaga sebelumnya
dengan baik, dan sudah
mendokmentasikan setiap tindakan
keperawatan dan mengevaluasinya
6 Hubungan 87,5% Baik Hubungan profesional/kemitraan antar
perawat- staf keperawatan dengan dokter/tim
dokter kesehatan lain terjalin baik, dan perlu
lebih ditingkatkan lagi agar hubungan
profesional antara staf keperawatan
menjadi lebih baik. PN hanya kadang–
kadang melakukan diskusi kasus
dengan dokter atau tim kesehatan
7 Evaluasi 69,2% Cukup Diketahui bahwa pelaksanaan serah
serah terima terima tugas jaga (operan) di ruang
jaga Anggrek Masih jarang menyebutkan
tentang penkes yang telah diberikan
102

kepada pasien dan evaluasi hasil


tindakan yang telah dilakukan.
8 Evaluasi 16,6% Kurang Karu jarang menyiapkan tempat untuk
pelaksanaan melakukan pertemuan. Akan tetapi
meeting Karu jarang melakukan klarifikasi apa
morning yang telah disampaikan kepada staff.
pelaksanaan meeting morning belum
berjalan dengan optimal. Dikarenakan
belum ada sosialisasi tentang meeting
morning. Hal-hal seperti pembahasan
kasus yang belum terselesaikan.
9 Evaluasi 0% Kurang Karu tidak melaksanaan preconference
pelaksanaan seperti menjelaskan tujuan
pre dilakukannya preconference, membagi
conference tugas kepada AN sesuai kemampuan
yang dimiliki dengan memperhatikan
keseimbangankerja, mendiskusikan
cara dan strategi pelaksanaan asuhan
pasien/tindakan, memberikan
reinforcement positif pada AN dan
menyimpulkan hasil preconference.
Preconference jarang dilakukan oleh
perawat di Bangsal Bakung
10 Evaluasi 0% Kurang Karu jarang melakukan post
pelaksanaan conferance seperti menerima
post penjelasan dari AN tentang hasil
conference tindakan/hasil asuhan keperawatan
yang telah dilakukan AN, memberikan
reinforcement pada AN dan
menyimpulkan hasil post conference.
Mendiskusikan masalah yang
ditemukan dalam memberikan ASKEP
103

pasien dan mencari upaya


penyelesaian masalahnya masih
kurang dilakukan
Rata-rata
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD Wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

3) Actuating
a. Kajian Teori
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang
bertujuan menyelesaikan sasaran keperawatan atau proses
penerapan rencana manajemen untuk menyelesaikan sasaran
keperawatan. pengarahan meliputi, proses pendelegasian,
pengawasan, koordinasi dan pengendalian, implementasi,
rencana organisasi (Swanburg, 2000).
Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan
unuk bisa mengarahkan stafnya atau bawahannya untuk
menjalankan fungsi masing-masing dengan baik. Tiga elemen
utama dalam pengarahan adalah mewujudkan pengawasan dalam
personel perawatan: motivasi, kepemimpinan dan komunikas
(Swanburg, 2000).

b. Kajian Data

Tabel 2.36
Sll Kdng TP
No Standart Data Ket
(2) (1) (0)
1 Pengarahan √ Observasi Melalui observasi yang telah
dilakukan, pengarahan dilakukan
karu ketika diperlukan saja
2 Supervisi staf √ Observasi Setelah dilakukan wawancara dan
Wawancara observasi dengan perawat
supervisi kadang dilakukan jika
perlu
3 Koordinasi √ Observasi Karu selalu melakukan koordinasi
orientasi staf orientasi pada staf guna
104

meningkatkan kualitas kinerja


4 Orientasi √ Observasi Orientasi mahasiswa praktek
mahasiswa selalu dilakukan di Bangsal
praktek Bakung oleh karu maupun PN
ruangan
5 Orientasi √ Observasi Orientasi pada pasien dan keluarga
pasien/keluarga kadang-kadangdilakukan dan
bahkan tidak dilakukan sama
sekali dengan detail
6 Memobilisasi √ Observasi Karu kadang-kadang membagi
sumber daya tugas perawat di bangsal untuk
yang ada untuk melakukan kinerja
mencapai
tujuan
7 Memberi √ Observasi Motivasi pada anggota kadang-
motivasi pada kadang dilakukan di bangsal
anggota bakung
8 Membuat √ Observasi Karu selalu membuat keputusan
keputusan saat terjadi diskusi tentang
pelayanan pasien dibangsal
bakung
9 Manajemen √ Observasi Manajemen konflik kadang-
konflik kadang terjadi pada staf bangsal
bakung
10 Menelaah √ Observasi Berdasarkan observasi yang
kemampuan dilakukan, karu kadang-kadang
individu melakukan telaah terhadap
kemampuan anggotanya dalam
melakukan pelayanan kesehatan
11 Membimbing √ Observasi Berdasarkan observasi karu selalu
tenaga membimbing tenaga keperawatan
keperawatan yang ada di ruangan
12 Mengadakan √ Observasi Berdasarkan observasi yang
pertemuan dilakukan karu kadang-kadang
berkala atau mengadakan pertemuan berkala
sewaktu-waktu untuk membahas perubahan di
dengan staf ruangan dan informasi-informasi
keperawatan yang terbaru.
dan petugas
lain yang
bertugas di
ruang rawatnya
13 Memberi √ Observasi Kepala ruang selalu memberikan
kesempatan/ kesempatan/ijin kepada staf
ijin kepada staf keperawatan apabila hal tersebut
keperawatan sangat diperlukan
105

14 Mengupayakan √ Observasi Berdasarkan observasi yang


pengadaan dilakukan, karu selalu melakukan
peralatan dan upaya pengadaan peralatan
obat-obatan maupun obat-obatan di Ruangan
15 Mendampingi √ Observasi Hasil observasi yang dilakukan
visite dokter selama pengkajian karu dan
dan mencatat perawatn selalu mengikuti atau
instruksi dokter mendampingi dokter saat visite
dan mencatat instruksi dari dokter
16 Mengelompokk √ Observasi Hasil observasi di ruangan bakung
an pasien dan tampak adanya ppengelompkan
mengatur mengelompokkan pasien
penempatannya berdasarkan kelompok infeksi dan
di ruang rawat non infeksi.
menurut tingkat
kegawatan,
infeksi/non
infeksi untuk
kelancaran
pemberian
asuhan
keperawatan
17 Mengendalikan √ Observasi Melalui hasil observasi mengenai
kualitas system kualitas sistem pencatatan
pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
pelaporan yang dilakukan karu selalu optimal
asuhan
keperawatan
18 Meneliti √ Observasi Berdasarkan hasil observasi yang
pengisisan dilakukan karu selalu melakukan
formulir sensus pengecekan jumlah pasien dan
hari pasien di daftar pasien di ruangan sudah
ruang rawat optimal dengan adanya buku
pelaporan pasien masuk, keluar,
kematian, dan jumlah pasien APS
19 Meniliti/ √ Observasi Melalui hasil observasi karu
memeriksa selalu melakukan pengecekan
pengisian daftar permintaan makanan pasien.
permintaan
makanan pasien
berdasarkan
macam dan
jenis makanan
pasien
20 Menyiapkan √ Observasi Karu selalu menyiapkan berkas
berkas catatan catatan medic pasien. Akan tetapi
106

medic pasien belum optimalnya pencatatan hasil


keperawatan yang lengkap
21 Memberi √ Observasi Berdasarkan hasil observasi yang
penyuluhan dilakukan penyuluhan kesehatan
kesehatan kadang-kadang dilakukan oleh
Karu.
Jumlah 24 9
Total 33
Prosentase 24/33x100=72,72%
Sumber: Hasil data primer di Ruang BakungRSUD Wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa Data :

Berdasarkan tabel dapat dilihat kajian actuating berdasarkan observasi dan


wawancara, kemampuan pimpinan untuk bisa mengarahkan stafnya untuk tetap
menjalankan fungsi dengan baik dengan nilai rata-rata 72,72%.

Tabel 2.37
Pelaksanaan Pemberian Informasi Pasien Baru (IPS)
RSUD Wonosari Tanggal 02-06 Mei 2016 (n=5)
Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Persiapan
a. Menyiapkan ruangan khusus yang rapidan tenang 0 5
untuk memberikan informasi bagi pasien baru/
keluarga
b. Menyiapkan pedoman informasi pasien baru 5 0
c. Mengajak pasien/keluarga ke ruangan yang telah
dipersiapkan untuk mendapatkan informasi 0 5
d. Mempersilakan pasien duduk berhadapan dengan
perawat 5 0

2 Pelaksanaan
a. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan 1 4
pemberian informasi pasien baru
b. Menyerahan satu berkas permohonan informasi 0 5
pasien baru kepada pasien/keluarga untuk dibaca
bersamaa
c. Menjelakan informasi secara urut sesuaii
pedoman 3 2
1) petugas yang merawat |(dokter, perawat,
bidan)
2) jadwal konsultasi
107

3) hak dan kewajiban pasien


4) peraturan rumah sakit
5) perkembangan pasien setiap hari
6) rencana pasien pulang
7) fasilitas ruangan
b. Mempersilakan pasien/keluarga untuk mengisi
formulir, terutama yang dalam bentuk narasi 0 5
panjang (hak dan kewajian pasien, tarif
pelayanan, tata tertip pengunjung dan penunggu,
prosedur administrasi pasien, dan fasilitas ruang)
dan menanyakan apakah pasien/keluarga
mengerti atas penjelasan yang diberikan
Ka’Ru/PP.
3 Pendokumentasian
a. Meminta pasien/keluarga untuk mengisi 5 0
formulir menandatanginya
b. Ka.Ru/PP yang memberikan informasi 5 0
mendatangani peernyataan yang sudah dibuat
pasien/keluarga
c. Menyimpan bukti pemberian informasi pada
tempat yang sudah ditentukan 5 0

4 Pemberian informasi berkelanjutan


a. Memberi penjelasan kepada pasien atau 3 2
keluarga mengenai perkembangan pasien
setiap hari 5 0
b. Mencatat informasi yang diberikan direkam
medis pasien
TOTAL 37 28
JUMLAH 56,9% 43,1%
PERSENTASE
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa Data :

Berdasarkan pengkajian diperoleh hasil 56,9% pemberian informasi pasien baru di


Bangsal Bakung terdapat penjelaasan secara khusus seperti penjelassanMemberi
penjelasan kepada pasien atau keluarga mengenai perkembangan pasien setiap
hariMencatat informasi yang diberikan direkam medis pasien

4) Controling
a. Kajian Teori
108

Pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi


langsung dengan ketua tim maupun pelakasana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien, melalui supervisor
(Nursalam,2002) untuk keperluan megevaluasi hasil kinerja
diperlukan terlebih dahulu persiapan:
a. standar oprasional prosedur
b. standar atau pedoman diagnose terapi
c. indicator penilaian penampilans

b. Kajian Data
Tabel 2.38
Kajian Controlling Selama 5 Hari 02-06 Mei 2016

No. Standart Selalu Kadang Tidak Data Ket.


pernah
(2) (1) (0)
1. Pengawasan √ Observasi
langsung melalui
inspeksi
2. Pengawasan √ Observasi
langsung melalui
laporan langsung
secara lisan
3. Pengawasan √ Observasi
langsung melalui
laporan tertulis
4. Pengawasan pada √ Observasi
kelemahan yang ada
5. Pengawasan tidak √ Observasi
langsung dengan
mengecek daftar
hadir perawat yang
ada.
6. Pengawasan tidak √ Observasi
langsung dengan
membaca dan
memeriksa rencana
keperawatan
7. Pengawasan dengan √ Observasi
mendengar laporan
dari PN mengenai
109

pelaksanaan tugas
8. Evaluasi upaya √ Observasi
pelaksanaan
9. Membandingkan √ Observasi
dengan rencana
keperawatan yang
telah disusun
bersama
10. Sosialisasi √ Observasi
kebijakan
11. Mengecek √ Observasi
kelengkapan
inventaris
perawatan
12. Mengecek obat- √ Observasi
obatan yang
tersedia
13. Melakukan √ Observasi
supervisi
14. Menilai √ Observasi
pelaksanaan asuhan
keperawatan yang
telah ditentukan
15. Melakukan √ Observasi
penilaian kinerja
tenaga keperawatan
16. Menilai mutu askep √ Observasi
sesuai standar yang
berlaku secara
mandiri / koordinasi
dengan
pengendalian mutu
asuhan
keperawatan.
Jumlah 16 7 0
Total 23 23
Persentase 69,56% 30,44% 0
Sumber: hasil data primer di Ruang BakungRSUD wonosari Tanggal 02-06 Mei
2016

Analisa Data :
Berdasarkan tabel hasil pengkajian controlling didapatkan hasil 69,56% tentang
pengawasan langsung melalui komunikasi antara tenaga kesehatan berada dalam
kategori cukup.
110

3. Pelaksanaan Universal Precaution


a. Kajian Teori
Dalam instrumen pelaksanaan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah sa
Tangtunya adalah dalam pelaksanaan Universal Precaution.(Sumarsi,
2008). Universal Precaution adalah langkah sederhana pencegahan
infeksi yang resiko penularan dari pathogen yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh di antara pasien dan pekerja kesehatan.
Pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakikt dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya infeksi selama pasien di rumah sakit.
Pelaksanaan upaya pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari
kewaspadaan universal, tindakan invasif, tindakan non invasif, tindakan
terhadap anak dan neonatus, sterilisasi dan disinfeksi.Universal
Precaution adalah suatu pedoman yang ditetapkan oleh Counters for
Disease Control (CDC) (1985) untuk mencegah penyebaran dari berbagai
penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit
maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Universal precaution merujuk pada praktik, dalam kedokteran,
menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara pemakaian
barang seperti sarung tangan medis, kacamata, dan perisai wajah. Praktik
ini diperkenalkan pada tahun 1985-1988. Pada tahun 1987, praktik
universal precaution telah disesuaikan dengan seperangkat aturan yang
dikenal sebagai isolasi zat tubuh. Pda tahun 1996, kedua praktik tersebut
diganti dengan pendekatan terbaru yang dikenal dengan kewaspadaan
standar (perawatan kesehatan).
111

Universal precaution dirancang untuk dokter, perawat, pasien, dan


pekerja perawatan kesehatan dukungan yang diperlukan untuk datang ke
dalam kontak dengan pasien atau cairan tubuh. Ini termasuk staff dan
orang lain yang mungkin tidak datang ke dalam kontak langsung dengan
pasien.
Di dalam universal precaution, semua pasien dianggap pembawa
kemungkinan pathogen melalui darah. Pedoman yang direkomendasikan
memakai sarung tangan ketika mengambil atau penanganan darah dan
cairan tubuh yang terkontaminasi dengan darah, memakai perisai ketika
ada bahaya percikan darah pada selaput lendir dan membuang semua
jarum dan benda tajam dalam wadah tahan tusukan.

b. Kajian Data
Tabel 2.39
Pelaksanaan Universal Precaution di Ruang Bakung RSUD Wonosari
Gunung Kidul Prosedure Memakai Sarung Tangan (n=5)
No. Uraian Tugas Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Lepas cincin atau perhiasan di daerah lengan 4 1
2 Cuci tangan sesuai prosedure 5 0
3 Siapkan area yang cukup luas, bersih dan kering 4 1
4 Buka pembungkus sarung tangan, letakkan sarung tangan 2 3
dengan bagian telapak menghadap ke atas
5 Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri, ambil salah satu 1 4
sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya
(bagian yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat
dipakai)
6 Posisikan sarung tangan setinggi pinggang menggantung ke 1 4
lantai, sehingga bagian lubang jari-jarinya terbuka, masukkan
jari-jari tangan dan sesuaikan
7 Ambil sarung tangan ke dua dengan cara menyelipkan jari-jari 0 5
tangan yang sudah memakai sarung tangan ke dalam bagian
lipatan
8 Pasang sarung tangan ke dua dengan memasukkan jari-jari 1 4
tangan yang belum memajai sarung tangan
9 Buka lipatan dengan cara mengambil bagian dalam lipatan 0 5
sarung tangan, usahakan tidak menyentuh kulit
Jumlah 18 27
Total 45
112

Persentase 18/45x100% =
40%
Sumber data primer R. Bakung 2016

Analisa Data
Berdasarkan tabel diketahuai bahwa nilai dari data primer observasi prosedur
memakai sarung tangan didapakan 40% yang artinya masuk kedalam katagori
kurang (Arikunto,2010). Pada umumnya dalam melakukan tindakan seperti
peerawtan luka atau tindakan steril lainnya perawat di Bangsal Bakung kurang
memakai sarung tangan steril.

Tabel 2.40
Pelaksanaan Melepas Sarung Tangan di Ruang Bakung RSUD Wonosari
(n=5)

No. Uraian Tugas Pelaksanaan


Ya Tidak
1 Masukkan sarung tangan yang masih dipakai kedalam 0 5
klorin, gosokkan untuk mengangkat bercak darah atau
kotoran lain.
2 Pegang salah satu sarung tangan pada lipatannya lalu 2 3
tarik kearah jari-jari tangan sehingga bagian dan
sarung tangan pertama menjadi sisi luar
3 Jangan dibuka sampai dilepas sama sekali, biarkan 4 1
sebagian masih berada pada tangan sebelum melepas
sarung tangan yang kedua
4 Biarkan sarung tangan yang pertama sampai disekitar 3 2
jari-jari luar lalu pegang sarung tangan yang kedua
pada lipatannya lalu tarik kearah ujung jari sehingga
bagian dalam sarung tangan menjadi sisi luar,
demikian dilakukan secara bergantian
5 Pada akhir setelah hampir diujung jari, secara 3 2
bersamaan dan sangat hati-hati sarung tangan di lepas
6 Tangan yang terbuka hanya boleh menyentuh bagian 4 1
dalam sarung tangan
7 Cuci tangan setelah sarung tangan dilepas 5 0
Jumlah 21 14
113

Total 35
Persentase 21/35x100%=60%
Sumber Data Primer R. Bakung 2016

Analisa Data

Berdasarkan tabel diketehui bahwa nilai dari data primer observasi prosedur
melepas sarung tangan didapakan 60% yang artinya masuk kedalam katagori
cukup (Arikunto,2010). Pada umumnya dalam melakukan tindakan melepas
kurang memperhatikan tindakan memasukkan sarung tangan kedalam klorin
untuk mengangkat bercak darah dan kotoran lain.

Tabel 2.41
Pelaksanaan Mencuci Tangan di Ruang Bakung RSUD Wonosari (n=5)
No. Uraian Tugas Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Lepas semua perhiasan termasuk cincin dan arloji 4 1
2 Basahi tangan dengan air yang mengalir 5 0
3 Gunakan antiseptik atau sabun sesuai petunjuk 5 0
4 Cuci tangan serambi mencuci tangan secukupnya 4 1
(dilakukan apabila tangkai kran pendek atau tidak
mungkin ditutup dengan siku)
5 Bilas kran air sampai bersih dari antiseptik atau 5 0
sabun (30 dtk untuk melangkah 4-5)
6 Cuci tangan sekali lagi secara menyeluruh mulai dari 2 3
telapak tangan dan punggung sampai pergelangan
tangan
7 Cuci sela-sela jari tangan depan belakang 5 0
8 Bersihkan telapak tangan 4 1
9 Bersihkan telapak tangan secara menyeluruh mulai 5 0
dari telapak tangan dan punggung sampai
pergelangan tangan
10 Bilas seluruhnya dengan air mengalir (selama 30 5 0
detik untuk langkah 7-8)
11 Tutup kran air 5 0
Jumlah 49 6
Total 55
Presentase 49/55x100%=89%
114

Sumber Data Primer R. Bakung 2016

Analisa Data

Berdasarkan tabel diketahuai bahwa nilai dari data primer observasi prosedur
mencuci tangan didapakan hasil 89% yang artinya masuk kedalam katagori baik
(Arikunto,2010). Pada umumnya dalam melakukan tindakan perawat di Bangsal
Bakung tidak mencucui lagi secara menyeluruh mulai dari telapak tangan dan
punggungng tangan sampai pergelangan tangan.

Tabel 2.42
Pelaksanaan Memakai Masker di Ruang Bakung RSUD Wonosari (n=5)

No. Uraian Tugas Pelaksanaan


Ya Tidak
1 Mencuci tangan sesuai prosedure 4 1
2 Ambil masker, temukan tepi atas masker 5 0
3 Tekuk bagian logam yang akan mengenai hidung sesuai 5 0
dengan hidung pemakai
4 Pegang masker pada kedua tali atau pita bagian atas 5 0
5 Pasang masker hingga menutup mulut dan hidung 5 0
6 Ikat kedua tali atas pada puncak belakang kepala, 5 0
dengan melewati atas telinga
7 Ikatkan kedua tali bawah dengan kuat sekitar leher, 5 0
dengan masker tepat dibawah dagu.
Jumlah 34 1
Total 35
Persentase 34/35x100%=
97%
Sumber Data Primer R. Bakung 2016

Analisa Data

Berdasarkan tabel diketahuai bahwa nilai dari data primer observasi prosedur
memakai maskerdidapakan hasil 97% yang artinya masuk kedalam katagori baik
(Arikunto,2010). Pada umumnya dalam melakukan pelaksanaan memakai masker
115

perawat di Bangsal Bakung masih ada yang kurang memperhatikan tindakan


mencuci tangan sebelum memakai masker.

Tabel 2.43
Pelaksanaan Melepas Masker di Ruang Bakung RSUD Wonosari (n-5)

No. Uraian Tugas Pelaksanaan


Ya Tidak
1 Lepas sarung tangan terlebih dahulu (jika memakai) 4 1
2 Cuci tangan 4 1
3 Lepas tali bawah dahulu kemudia atas 3 2
4 Lepas masker, gulung masker dari arah dalam ke luar, 5 0
lipat dan ikat tali
5 Cuci tangan 5 0
Jumlah 21 4
Total 25
Persentase 21/25x100%=84%

Analisa Data
Berdasarkan tabel diketahuai bahwa nilai dari data primer observasi prosedur
melepas maskerdidapakan hasil 84% yang artinya masuk kedalam katagori baik
(Arikunto,2010). Pada umumnya dalam melakukan pelaksanaan melepas masker
perawat di Bangsal Bakung masih ada kurang memperhatikan tindakan mencuci
tangan setelah melepas masker.
116

Tabel 2.44
Pengkajian Pelaksanaan Universal Precaution di Ruang Bakung

No Jenis Penilaian Persen- Kategori Keterangan


Tase
1. Memakai sarung 40% Kurang Data pada kajian data
tangan
universal precaution
memakai sarung tangan di
bangsal bakung berada dalam
kategori kurang. Munculnya
data dalam kategori kurang
dikarenakan perawaat di
Bangsal Bakung kurang
menggunakan sarung
tamngan steril didalam
tindakan steril
2. Melepas sarung 60% Cukup Data pada kajian data
tangan universal precaution melepas
sarung tangan di bangsal
Bakung berada dalam
kategori cukup. Melihat hasil
tersebut, maka hal ini perlu
ditingkatkan lagi agar
mencapai hasil yang
maksimal.
3. Pelaksanaan cuci 89% Baik Data pada kajian data
tangan universal precaution
pelaksanaan cuci tangan di
bangsal Bakung berada
dalam kategori baik. Hasil
observasi yang dilakukan
yaitu perawat telah
menerapkan 6 langkah dan 5
momen cuci tangan yang
sudah ditetapkan oleh WHO.
117

Dan tetap dipertahankan agar


semakin baik
4. Memakai masker 97% Baik Data pada kajian data
universal precaution
penggunaan masker di
bangsal Bakung berada
dalam kategori baik.
Pencapaian ini harus
dipertahankan dan
ditingkatkan agar standar
tindakan sesuai dengan SOP
yang berlaku.
5. Melepas masker 84% Baik Data pada kajian data
universal precaution
pelepasan masker di bangsal
Bakung berada dalam
kategori baik. Berdasarkan
hasil observasi yang
dilakukan di bangsal bakung
didapatkan hasil bahwa rata-
rata petugas melakukan cuci
tangan sebelum melepas
masker.
Rata-rata 74 % Cukup Hasil rata-rata pelaksanaan
universal precaution di
bangsal bakung berada dalam
kategori cukup. Kesadaran
individu sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan hasil
yang lebih maksimal.

4. Pengelolaan Sampah
a. Kajian Teori
1) Pengertian
Penanganan limbah medis padat, mulai dari pemisahan dan
pewadahan sampai pengadaan ke tempat pembuangan sampah
(TPS) incinerator. Limbah medis padat adalah limbah padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
118

radioaktif, limbah kontainer, dan limbah dengan kandungan logam


berat yang tinggi.

2) Tujuan
Untuk memastikan limbah medis padat tidak tercecer dan tidak
menimbulkan kontaminasi dan infeksi nosokomial di lingkungan
rumah sakit.
a) Kebijakan
(1) Kepmenkes No: 1204/Menkes/SK/X/2004, tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
(2) Perawat di ruangan harus memasukkan semua limbah
medis padat, yaitu: jarum suntik bekas, ampul, botol, obta,
plastik infuse, perban, dan lain-lain ke dalam kantung
plastik kuning atau tempat peruntukkan yang disediakan.
(3) Instalasi sanitasi dan kesehatan lingkungan mengambil
limbah medis padat kemudian melakukan proses disinfeksi
dan memusnahkan di incinerator.
b) Prosedur
Perawat di ruangan harus memasukkan limbah medis
padat ke dalam kontainer yang dilapisi plastik kuning sesuai
peruntukkannya.
(1) BD hub cutter: tempat jarum suntik (needle)
(2) Kontainer limbah medis benda tajam dilapisi plastik
kuning: siringe, ampul, jarum transfusi, objek glass, pisau,
jarum infuse.
(3) Kontainer limbah medis benda non tajam dilapisi plasitik
kuning: jaringan ubuh, darah, perban, plester, selang
infuse, masker, kassa, kantung transfusi, urine bag,
handscoon, kateter, pembalut atau pampers dan abocath.
119

(4) Kontainer botol infuse: botol infuse dan botol kaca vial
obat.
(5) Kantung plastik setelah terisi 2/3 bagian limbah medis
padat, diikat dan diberi label asal ruangan oleh petugas
ruangan.
(6) Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengangkut
limbah medis padat dari ruangan penghasil limbah padat ke
TPS incinerator tiap pagi hari.
(7) Limbah medis padat yang telah terkumpul di TPS dibakar
dan dimusnahkan oleh petugas instalasi sanitasi.
(8) Sisa pembakaran dimasukkan ke karung atau sak untuk
dibuang ke TPA oleh Dinas Kebersihan Pemda Kulon
Progo (KSO dengan DKP)
(9) Kontainer limbah medis padat di ruangan penghasil limbah
medis padat dibersihkan, dicuci oleh petugas
cleaningservice.
(10) Proses penanganan limbah botol infuse, botol kaca, dan
vial obat dilakukan dengan bahan disinfektan oleh sanitasi.
b. Kajian Data
Tabel 2.45
Data Observasi Pengelolaan Sampah di Ruang Bakung
RSUD Wonosari
No Uraian Tugas Aplikasi Ket
Ya Tidak
1 Standar alat √
A. Kotak sampah tertutup ukuran sedang volume
20 liter
B. Kotak sampah berwarna kuning
C. Kotak sampah warna kuning dengan garis
hitam
D. Kotak sampah warna Abu-abu
F. Safety box
2 Masing-masing kotak sampah dilapisi plastic √
dengan larutan dekontaminasi hipoklorit 1%
120

3 Troli kotak sampah √


Prosedur
1 Pasang kantong alat dengan cara melipat keluar √
dibagian pingggir ember
2 Pastikan bahwa kotak sampah dan plastik tidak √
bocor
3 Masukan dengan hati-hati sesuai dengan labeling √
supaya tidak bocor
4 Segera angkat sampah setelah berisi tiga √
seperempat ember dengan menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri)
5 Ikat plastik dengan kencang dan jangan sekali-kali √
dibuka kembali
6 Kirim sampah kepenampungan sementara untuk √
selanjutnya dilakukan pengelolaan oleh IPSRS
Jumlah 8 1
Total 9
Presentase 8/9x100%=89%
Sumber : Data Primer Ruang Bakung 2016

Analisa data

Berdasarkan tabel diketahui pelaksanaan pengelolaan sampah di Bangsal Bakung


dalam katagori baik yaitu 89%. Hal ini didasarkan dari observasi selama 5 hari da
tanggal 2-6 Mei 2016.

Tabel 2.46
Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Benda Tajam Di Ruang Bakung RSUD
Wonosari
121

No Uraian Tugas Ya Tidak

1 Kotak cukup tebal sehingga tidak √


mudah tembus
2 Mulut kotak/ container besar √
kurang lebih 3cm
3 Berlabel tempat sampah tajam √
4 Waktu digunakan kotak tidak √
pernuh
5 Memasukan sampah tajam dengan √
cara memasukan melalui mulut
kotak/ kontak
6 Memasukan jarum suntik dengan √
penutupnya
7 Memastikan sampah benda tajam √
masuk dalam container / kotak
8 Menutup mulut kontainer setelah √
dipakai
9 Menghindari pemberian cairan/ √
larutan desinfektan kedalam
kontainer/kotak
10 Menghindari goyangan/kocakan √
pada container
11 Penatalaksanaan metode recopping √
pada alat untuk yang digunakan
ulang
Jumlah 9 2
Total 9/11x100%= 82%
Sumber : Data Primer Ruang Bakung 2016
Analisa Data
Berdasarkan tabel 2.46 diketahui pelaksanaan pengelolaan sampah benda tajam
selama 5 hari didapatkan hasil 82% yang termasuk dalam katagori baik.
Kelompok melakukan observasi mulai dari tanggal 2-6 mei 2016 dilakukan setiap
melakukan tindakan injeksi di Bangsal Bakung

5. Pelaksanaan 6 Solusi Patient Safety


a. Kajian Teori
122

Solusi keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang meliputi : assesement
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden,
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
(Depkes, 2006).
Menurut UU No. 44 tahun 2009 pasal 43 tentang keselamatan pasien
menjelaskan :
Ayat 1 Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
Ayat 2 Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pelaporan insiden.menganalisa dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang
tidak diharapkan.
Ayat 3 Rumah sakit melaporkan sebagaimana maksud pada ayat (2)
kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang
ditetapkan oleh Mentri.
Ayat 4 Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi
system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
Ayat 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan Menteri.
Dalam rangka asuhan pasien lebih lama, perlu menetapkan
program keselamatan pasien yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1961/Menkes/Per/VIII/2011
tentang keselamatan pasien rumah sakit.Sasaran keselamatan pasien
merupakan syarat untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
123

kepada Nine Life Saving Patient Safety Solution dari WHO Patient safety
(2007) yang digunakan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commision International (JCI).
Sasaran keselamatan pasien dimaksud untuk mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien.Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatann menjelaskan bukti serta solusi
dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.Diakui
bahwa desain sistem yang baik secara instrinsik adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai
berikut :
1) Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
a) Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau
meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
b) Maksud dan Tujuan Sasaran I
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat
terjadi dihampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan
pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien
yang dalam keadaan terbius atau tersedasi, mengalami disorientasi,
tidak sadar, bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi dirumah
sakit, adanya kelainan sensori atau akibat situasi lain. Maksud
sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu :
Pertama, untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan, dan kedua untuk kesesuaian
pelayanan atau pengobatan, dan kedua untuk kesesuaian pelayanan
atau pengobatan terhadap individu tersebut. kebijakan dan
prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi khususnya pada proses untuk
mengidentifikasi pasien ketika memberikan obat, darah, atau
124

produk darah : pengambilan darah dan spesimenlain untuk


pemeriksaan klinis, atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan dan prodsedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan barcode
dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi bisa digunakan
untuk identifikasi. Kebijakan dan atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan identitas berbeda di lokasi berbeda di rumah sakit,
seperti pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, dan ruang
operasi,termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan
kebijakan dan atau prosedur agar dapat memastikan semua
kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Suatu sistem dimana petugas kesehatan/ perawat/ bidan
melaksanakan asuhan pasien lebih aman dengan memasang gelang
identitas. Kegiatan ini meliputi :
a. Pemasangan gelang identitas pasien untuk rawat inap
dipasang di IGD
b. Memberikan gelang (warna biru untuk laki-laki dan merah
muda untuk pasien perempuan)
c. Gelang diberi label nama lengkap
d. Gelang diberi label nomor rekam medic
e. Gelang diberi label usia pasien
f. Gelang diberi label alamat pasien
g. Pemasangan gelang identitas pasien yang belum terpasang
di IGD dipasang di ruangan dimana pasien dirawat.
h. Gelang identitas pasien tertulis di resep pasien

2) Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Terapeutik


a) Standar SKP
125

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan


efektifitas komunikasi antara pemberi layanan.
b) Maksud dan Tujuan Sasaran II
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan mnghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk
elektronik, lisan, dan tertulis.Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan adalah pada saat perintah diberikan secara lisan atau
melalui telepon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
melaporkan hasil laboratorium cito melalui telepon keunit
pelayanan. Rumah sakit cara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan atau prosedur untuk perintah lisan dan telepon masuk :
mencatat atau memasukan ke computer perintah yang lengkap atau
hasil pemeriksaan oleh penerima pesan, kemudian penerima
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil
pemeriksaan, dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah tuliskan
dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan atau prosedur
pengindentifikasian menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak
melakukan pembacaan kembali bila tidak memungkinkan seperti
situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
3) Sasaran III : Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high-alert)
a) Standar SKP III
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamaan obat-obatan yang perlu di waspadai (high-
alert)

b) Maksud dan Tujuan Sasaran III


126

Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,


manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan
keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medication) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
seperti obat-obatan yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
(nama obat serupa dan ucapan mirip/ NORUM, Look Alike Sound
Alike/ LASA). Obat –obatan yang sering disebutkan dalam isu
keselamatan pasien adalah elektrolit konsentrat secara tidak
sengaja (misalnya : kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat,
kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9% dan
magnesiumsulfat 50% atau lebih pekat) kesalahan ini bisa terjadi
bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit
pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan
terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat
darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeleminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan
proses pengelolaan obat-obatan yang perlu diwaspadai, termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi.
Enam solusi pasien safety merupakan kebijakan keselamatan
pasien yang digunakan RSUD Wonosari Gunung Kidul Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan keputusan pemenkes
No.1961/ Menkes/ PER/ VIII/ 2011 tentang keselamatan pasien.
Mengurangi kesalahan dalam pemberian obat
Sistem petugas kesehatan melaksanakan asuhan pasien lebih aman
dalam memberikan obat untuk menghindari kesalahan, kegiatan
meliputi :
127

a. Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk


pemberian obat dengan program inovasi lima jari dan berisikan
lima program teppat sesame perawat
b. Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek tepat
nama pemberian obat
c. Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk
tepat waktu dalam pemberian obat.
d. Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk
tepat obat dalam pemberian obat.
e. Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk
tepat cara dalam pemberian obat.
f. Petugas kesehatan melakukan cross cek dan double cek untuk
tepat dosis obat dalam pemberian obat.
g. Obat ditempatkan di tempat obat atau troli dengan identitas
pasien dibaca jelas
h. Petugas kesehatan memberikan edukasi atau penjelasan kepada
pasien atau keluarga sebelum obat diberikan.
i. Pemberian obat terdokumentasi dengan jelas di rekam medic
4. Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat
Pasien Operasi
a. Standar SKP IV
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien.
b. Maksud dan tujuan SKP IV
Salah lokasi, salah prosedur, pasien, salah pada operasi
adalah suatu yang menghawatirkan dan tidak jarang terjadi di
Rumah Sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang
tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang atau tidak meliibatkan pasien didalam pendanaan lokasi
(site marking) dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
operasi. Disamping itu asesment yang tidak adekuat, penelaahan
128

ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak


mendukung, komunikasi yang terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang
tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan
adalah faktor-faktor konstribusi yang sering terjadi. Rumah sakit
perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan atau prosedur yang efektif dalam mengeliminasi masalah
yang menghawatirkan digunakan juga praktik berbasis bukti,
seperti yang digambarkan di surgikal safety chek list dari WHO
patient safety (2009), juga di The Join commision’suniversal
protocol for preventing wrong site, wrong prosedur, wrong
penson surgery.Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien
dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu
harus digunakan secara konsisten di Rumah Sakit dan harus
dibuat oleh operator atau orang yang melakukan tindakan,
dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan
dan harus terlihat sampai saat akan si sayat. Penandaan lokasi
operasi dilakukan semua kasus termasuk (laterality), multipel
struktur (jari tangan, jari kaki. lesi) atau multipel level (tulang
belakang).
Maksud proses verifikasi pra operatif adalah untuk:
1) Memferivikasi lokasi, prosedur dan pasien yang besar
2) Memastikan bahwa semua dokumen, foto, (imaging), hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik,
dan dipampang.
3) Melakukan verifikasi ketrsediaan peralatan khusus dan atau
implant-implant yang dibutuhkan.
5. Sasaran V: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
a. Standar SKP V
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
129

b. Maksud dan tujuan saran V


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan
biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan keperihatinan besar bagi
pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.Infeksi
biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah
(blood stream infection) dan pneumonia (sering kali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis).Pusat dari eliminasi
infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa
dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional
dan internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif
untuk mengembangkan kebijakan dan atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang
diterima secara umum dan untuk inplementasi petunjuk itu di
RumahSakit.
6. Sasaran VI: Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko dari cidera karena jatuh.
b. Maksud dan tujuan saran VI
Jumlah kasus jatuh bermakna sebagai penyebab cidera bagi
pasien rawat inap.Dalam konteks populasi atau masyarakat
yang dijalani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya di
Rumah Sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurani resiko cidera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
telaah terdapat konsumsi alkohol, gaya jalan dan
130

keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh


pasien. Program tersebut harus diterapkan Rumah Sakit.
Suatu sistem petugas kesehatan/ perawat/ bidan
melaksanakan asuhan pasien lebih aman dengan menerapkan
standar keamanan untuk menghindari pasien jatuh. Kegiatan
meliputi :
a. Di ruang rawat inap terpasang pengaman di sisi kanan dan
kiri tempat tidur
b. Perawat/ bidan memasang tanda segitiga merah jika pasien
rawan jatuh
c. Perawat/ bidan memasang tanda segitiga kuning jika
pasien potensial jatuh
d. Perawat/ bidan memasang tanda segitiga hijau jika pasien
kooperatif dan bisa menjaga dirinya terhindar jatuh.

b. Kajian Data
Tabel 2.47
Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
02-06 Mei 2016 “Ketepatan Identifikasi Pasien” (n=5)
No PROSEDUR Ya Tidak
1 Pemasangan gelang identitas pasien untukrawatinap 5 0
dipasang di IGD
2 Memberikangelang (berwarnabiruuntukpasienlaki-laki, 5 0
berwarnamerahmudauntukperempuan)
3 Gelangdiberi label namalengkap 5 0
4 Gelangdiberi label rekamedis 5 0
5 Gelangdiberi label umurpasien/tanggal lahir 5 0
6 Gelang diberi label alamat pasien 5 0
7 Pemasangangelangidentitas yang belumterpasang di 5 0
IGD dipasangdiruangandimanapasiendirawat
8 Gelang identitas pasien tertulis diresep pasien 5 0
JUMLAH 40 0
Persentase 40/40x100%=100%

Analisa Data
131

Bedasarkan tabel 2.47 diketahui niolai data primer observasi pada jenis tindakan
keperawatan melakukan tindakan tentang mengidentifikasi identitas pasien adalah
100% yang diinterpretasikan sebagai kategori baik.

Tabel 2.48
PelaksanaanPatient Safety di Ruang Bakung RSUD Wonosari
Gunung Kidul 02-06 Mei 2016
MeningkatkanKomunikasiTerapeutik” (n=5)
No Prosedur Ya Tidak
1 Perawat mengecek ulang instruksi dokter dengan cara melihat 5 0
instruksi yang ditulis dokter
2 Perawat meminta kepada dokter untuk membacakan instruksi 5 0
obat dengan jelas jika perawat dan bidan tidak jelas
3 Perawat mengisi ceklis untuk serah terima pasien dari perawat 5 0
keperawatan
4 Perawat mengisi formulir operan sesuai dengan situasi dan 3 2
latarbelakang pasien, assessment dan rekomendasi dengan jelas
5 Petugas kesehatan melaksanakan komunikasi efektif untuk 3 2
menghindari kesalahan prosedur dan mengurangi complain
6 Komunikasi dilakukan sesuai protap 5 0
JUMLAH 26 4
PERSENTASE 87% 13%
Analisa Data

Berdasarkan tabel 2.49 menunjukkan 87% perawat Bangsal Bakung melakukan


komunikasi dengan tim kesehatan lain. Presentase ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat sudah melakukan komunikasi efektif namun masih ada
beberapa yang belum melakukan komunikasi efektif yaitu dengan presentase
13%. Oleh karena itu perlu adanya perubahan sehingga komunikasi efektif dapat
ditingkatkan

Tabel 2.50
PelaksanaanPatient Safety di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
02-06 Mei 2016 “Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai (high
alert)”(n=5)
No PROSEDUR Ya Tidak
1 Perawat melakukan croshcheck untuk pemberian obat 5 0
132

dengan program 7 program tepat sesama perawat


2 Perawat melakukan cross check dan double check untuk 5 0
tepat nama pemberian
3 Perawat melakukan crosh check dan double check untuk 5 0
tepat waktu pemberian obat
4 Perawat melakukan croshcheck dan double check untuk 5 0
tepat obat pemberian obat
5 Perawat melakukan crosh check dan double check untuk 5 0
tepat dosis pemberian obat
6 Perawat melakukan crosh check dan double check untuk 5 0
tepat cara pemberian obat
7 Perawatmelakukan croshcheck dan doublecheck untuk 5 0
tepat dokumentasi pemberian obat
8 Perawat melakukan croshcheck dan doublecheck untuk 5 0
tepat reaksi pemberian obat
JUMLAH 40 0
100% 0%
Analisa Data

Berdasarkan tabel 2.50 menunjukkan nilai untuk pemberian obat di


Bangsal Bakung sebanyak 100% termasuk dalam kategori baik. Dalam
setiap pemberian obat perawat di Bangsal Bakung selalu memperhatikan
prinsip 7 benar obat oleh karena itu harus dipertahankan.

Tabel 2.51

Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung


Kidul Tanggal 02-06 Mei 2016 “Penandaan Lokasi Operasi”

No Prosedur Ya Tidak
1 Operator / Dokter ahli melakukan penandaan
pada lokasi operasi (site Marking) di ruang
rawat inap 24 jam sebelum dilakukan operasi,
atau paling lambat 1 jam sebelum operasi di
ruang persiapan kamar operasi
2 Operator / Dokter ahli dengan menggunkan
spidol permanen warnah hitam membuat tandi √
133

(centang) pada lokasi operasi, disasikan pasien


dan atau keluarga. Penandaan lokasi operasi
terutama :
a. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan
kiri
b. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
c. Multiple level ( operasi tulang belakang,
cervical. Thorak, lumbal)
d. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap

3 Bila lokasi operasi lebih dari satu, operator /


dokter ahli member penomoran di dekat tanda √
(centang), misalnya : bila operasi dilakukan
pada 3 lokasi, maka di tuliskan dengan cara :
1/3,2/3,3/3.
Operator / dokter ahli melakukan penandaan
dengan cara menulis lokasi operasi pada gelang
pasien, bila tidak memungkinkan penandaan
dengan masker (misalnya untuk pasien
neonatus).
4 Operator / dokter ahli melakukan penandaan
pada hasil radiologi pada kondisi tertentu,
misalnya :
a. Operasi gigi selain hasil radiologi ditambah
penandaan dengan dental chard
b. Tulang belakang
5 Khusus untuk oeperasi mati, operator / dokter
ahli melakukan penandaan dengan cara menutup
area mata yang akan di operasikan dengan kasa
atau dop mata.
6 Beberapa pengecualian yang tidak diberi
penanda meliputi :
a. Organ tunggal seperti operasi seksio cesaria,
operasi jantung.
b. Area yang secara anatomis dan teknis sulit
dilakukan penandaan termasuk di perineum
sekitar kulit yang bermasalah dan bayi
premature dan neonates
7 Situasi Gawat Darurat
JUMLAH
PERSENTASE
Analisa Data
134

Berdasarkan tabel 2.51 menunjukkan bahwa Bangsal Bakung merupakan


bangsal penyakit Syaraf sehingga kelompok tidak dapat mengobservasi
penandaan lokasi pasien operasi

Tabel 2.52
Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung
Kidul Tanggal 02-06 Mei 2016 “Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi ”
No Prosedur YA TIDAK

1 Di instalasi dan ruang rawat inap tersedia tempat cuci 5


tangan, cairan antiseptic dan Acuta
2 Perawat melakukan edukasi kepada pasien/ keluarga 5
tentang pentingnya cuci tangan
3 Perawat melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah 3 2
menyentuh pasien
4 Petugas Rumah Sakit, petugas kesehatan perawat patuh 5 0
terhadap prosedur cuci tangan
JUMLAH 18 2
PRESENTASE 90% 10%

Analisa Data

Berdasarkan tabel 2.52 menunjukkan nilai untuk pencegahan dan


pengendalian infeksi di Bangsal Bakung sebanyak 90% termasuk dalam
kategori baik. Dalam setiap tindakan perawat di Bangsal Bakung
melakukan tindakan cuci tangan untuk mencegah infeksi nosokomial.

Tabel 2.53
Pelaksanaan Patient Safety di Ruang Bakung RSUD Wonosari Gunung Kidul
Tanggal 02-06 Mei 2016 “Mencegah Pasien Jatuh”
No Prosedur Ya Tidak
1 Perawat melakukan scoring resiko jatuh pada pasien 3 2
baru
2 Perawat memasang side rail (penghalang sisi kanan dan 5 0
sisi kiri tempat tidur)
3 Perawat memasang label resiko jatuh sesuai dengan 4 1
kondisi pasien
4 Menginformasikan kepada keluarga pasien tentang 3 2
resiko jatuh pasien
135

JUMLAH 15 5
PERSENTASE 75 % 25%
Analisa Data :

Berdasarkan tabel 2.53 menunjukkan nilai untuk mencegah pasien jatuh di


Bangsal Bakung sebanyak 75% termasuk dalam kategori cukup. Dalam setiap
pasien yang beresiko jatuh perawat di Bangsal Bakung memberikan tanda atau
label resiko jatuh pada pasien.

Tabel 2.54
Pelaksanaan 6 Patient Safety di Bangsal Bakung
RSUD Wonosari

Presentase
No Pelaksanaan Kegiatan Keterangan
(%)
1. Ketepatan Identifikasi 100% Dalam ketepatan identifikasi pasien
Pasien di Bangsal Bakung berada dalam
kategori baik sehingga harus
dipertahankan
2. Meningkatkan 87% Dalam meningkatkan komunikasi
komunikasi Terapeutik efektif di Bangssal Bakung berada
dalam kategori baik namun harus
lebih ditingkatkan lagi supaya
hasilnya maksimal
3. Peningkatan Keamanan 100% Peningkatan keamanan obat
Obat yang perlu memiliki hasil yang maksimal yaitu
diwaspadai (high alert) 100% untuk itu perawat di Bangsal
Bakung harus mempertahankannya
136

4. Penandaan Lokasi - Dari hasil pengkajian kelompok


Operasi tidak menemukan penandaan lokasi
operasi di Bangsal Bakung.
Dikarenakan Bangsal Bakung
merupakan bangsan syaraf yang
pasiennya jarang dilakukan tindaka
operasi
5. Pencegahan dan 90% Skor yang didapatkan dari hasil
Pengendalian Infeksi observasi pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah 90%
yaitu berada dalam kategori baik.
Namun yang perlu lebih
diperhatikan adalah prosedur dalam
mencuci tangan yaitu 5 moment
dan 6 langkah
6. Mencegah pasien jatuh 75% Dalam mencegah resiko pasien
jatuh perawat di Bangsal Bakung
berada dalam kategori cukup yaitu
dengan presentase 75%. Sehingga
perawat perlu malakukan skoring
pada pasien yang memiliki resiko
jatuh serta menginformasikan
kepada keluarga untuk mencegah
resiko pasien jatuh dan
meningkatkan supaya hasilnya
maksimal
Sumber data: Data primer Bangsal Bakung 02-06 Mei 2016 2016
D. Unsur Output
1. Kajian teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan
yang meliputi (BOR, LOS, TOI,BTO)
1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai
seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu
ruangan atau rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar
nasional untuk RSU dalam satu tahun adalah sekitar 60-85%
jumlah hari perawatan
BOR= x 100 %
jumlah TT x hari perawatan

4.229 hari
BOR= x 100 %
21 x 365
137

4.229 hari
BOR= x 100 %
7.665
BOR=55 %
Jadi BOR per tahun pada bangsal bakung adalah 55%

2) LOS (Length Of Stay), merupakan efisiensi yang menunjukan

lama waktu pasien tinggal. Semakin pendek LOS pasien

semakin baik, menurut standar yang baik adalah sekitar 7-10

hari

lama hari perawatan


LOS=
jumla pasien keluar hidup atau mati

4229
LOS=
984

LOS = 4.2 hari

Jadi LOS (length of stay) pasien di bangsal bakung adalah 4.2


hari

3) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan

keperawatan yang menunjukan rata-rata tempat tidur kosong

atau waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasin sampai diisi

kembali. Standar nasional adalah 1-3 hari

4229
TOI = x 100 %
21

TOI = 0.20
Jadi TOI per tahun pada bangsal bakung adalah 0.20
138

Tabel 2.55

Indikator Efisiensi Ruangan

No Indikator Standar
1 BOR 60-85%
2 LOS 7-10 hari
3 TOI 1-3 hari
4 BTO 5.45ari

2. Kajian Instrumen A, B dan C

Tabel 2.56
Pengkajian Mutu Asuhan Keperawatan di Ruang Anggrek RSUD Wonosari

Instrument Persentase Keterangan

A 71,51% Berdasarkan tabel tentang evaluasi asuhan


keperawatan dengan instrumen A diketahui
bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan di
Bangsal Bakung RSUD Wonosari sudah pada
format yang baku (meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, evaluasi, dan
catatan asuhan keperawatan). Diagnosa yang
ditegakkan harus sesuai dengan prioritas
diagnosa berdasarkan kondisi dan keluhan
139

pasien saat dilakukan pengkajian agar dalam


pemberian asuhan keperawatan bisa lebih baik
lagi. Masih pada diagnosa, harus mencermikan
tentang masalah psikososial dan mencakup
masalah tentang kurangnya pengetahuan klien
dan keluarga. Pada bagian perencanaan belum
disusun sesuai dengan urutan prioritas,
pendidikan kesehatan belum semua
dicantumkan dan tidak mencakup tindakan
yang menggambarkan keterlibatan klien dan
keluarga. Dalam implementasi tindakan
pendidikan kesehatan yang tidak dilakukan
dan tidak didokumentasikan Dalam evalusi
sudah mengandung unsur SOAP dan setiap
evaluasi sudah ditulis tetapi belum
menunjukkan bahwa masalah keperawatan
yang sudah di berikan tindakan teratasi atau
belum evaluasi diagnosa keperawatan yang
teratasi tidak dicancumkan dalam rekam medis.
Dokumentasi asuhan keperawatan ada yang
masih belum tertulis lengkap dan dalam
penulisan masih menggunakan istilah yang
belum baku dan dokumentasi perawat tidak
mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal
serta jam dilakukannya tindakan..
B 61,66% Berdasarkan tabel diketahui bawa nilai dari
data primer kuisioner persepsi pasien terhadap
mutu pelayanan di Bangsal Bakung RSUD
Wonosari didapatkan hasil yaitu 80,2% yang
berarti masuk dalam kategori baik. Nilai baik
seperti yang dikemukakan oleh Arikunto
(2010). Namun masih terdapat mutu pelayanan
140

yang perlu diperhatikan danditingkatkan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa untuk


item sangat tidak puas berjumlah 1 (0,625%),
yang merasa tidak puas 24 (15%), yang merasa
cukup puas 69 (43,12%), yang merasa puas 54
(33,75%), dan yang merasa sangat puas 12
(7,5%). Dari hasil penilaian diatas didapatkan
bahwa dari 20 pertanyaan yang diajukan
kepada 8 orang karyawan di Ruang Bakung
RSUD Wonosari didapatkan bahwa sebagian
besar karyawan cukup puas dengan kinerja
mereka ditandai dengan presentasi terbesar
yang didapat yaitu 69 item (43,12%)

C 88% Prosedur pemberian oksigen di Bangsal


Bakung sudah berada dalam kategori baik.
Umumnya perawat di Bangsal Bakung kurang
memberikan penjelasan mengenai pentingnya
pemberian oksigen. Prosedur Menjaga
keselamatan pasien di tempat tidur di Bangsal
Bakung sudah berada dalam katagori baik.
Umumnya perawat di Bangsal Bakung sudah
menjaga keselamatan pasien di tempat tidur.
Prosedur Menjaga keselamatan pasien di
tempat tidur di Bangsal Bakung sudah berada
dalam katagori baik. Umumnya perawat di
Bangsal Bakung sudah menjaga keselamatan
pasien di tempat tidur. Prosedur Pemberian
Transfusi Darah sudah berada dalam katagori
baik. Perawat di Bangsal Bakung sudah
nmelakukan sesuai dengan SOP pemberian
transfusi darah. Prosedur Perawatan Luka
dibangsal Bakung sudah berada dalam katagori
baik. Umumnya perawat di Bangsal Bakung
kurang menggunakan sarung tangan steril
dalam melakukan perawatan luka. Prosedur
Memberi obat melalui suntikan di Bangasal
Bakung sudah berada dalam katagori baik.
Umumnya perawat di Bangsal Bakung kurang
melakukan aspirasi sebelum memberikan obat
141

dan dimasukkan
BAB III

MASALAH DAN RENCANA KEGIATAN

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian dan pendataan yang dilakukan di Bangsal
bakung pada tanggal 02 – 06 Mei 2016 dapat diidentifikasi hal sebagai
berikut:

Tabel 3.1
Analisa Data

No Analisa Data Masalah


1 Dari hasil pengkajian 5R (Rapi, Resik, Belum optimalnya
Ringkas, Rawat dan Rajin) didapatkan hasil: penerapan 5R di Bangsal
a. Ruang KaRu : 0% bakung terutama di
b. Nurse Station : 40% gudang dan tidak ada
c. Gudang : 0% ruang karu di ruang
d. Ruang tindakan : 20% bakung
2 M-2 (Material & machine) Sarana dan prasarana
Dari hasil pengkajian terhadap penyediaan belum tercukupi terutama
alat di ruangan didapatkan hasil inventaris mengenai alat kesehatan
ruangan: yang mendukung dalam
a. tersedianya tempat wastafel untuk pasien pengobatan dan
1 buah perawatan pasien di
b. Jumlah bak instrument kecil di ruangan bangsal bakung
kurang, hanya tersedia satu tanpa
penutup
c. Tourniquet hanya ada 1 buah
d. Tidak tersedianya troly emergency
e. Tidak tersedia alat ukur TB
f. Belum tersedia alat timbangan BB
g. Tidak tersedia ambu bag
h. Tidak ada baju operasi
3 Unsur proses (Instrumen A) Belum optimalnya
1. Nilai pengkajian : 65% (kurang) pengkajian, diagnosa dan
2. Nilai diagnosa : 50% ( kurang) perencanaan disertai
3. Nilai perencanaan :78,57% (cukup) dengan kriteria hasil
4. Nilai tindakan : 80% (baik) yang dijelaskan secara
5. Nilai Evaluasi :57,5% (kurang) rinci dan evaluasi
6. Nilai catatan askep : 98% ( baik)
143

4 Dari hasil pengkajian terhadap pengelolaan Sudah optimal


sampah di Bangsal bakung didapatkan hasil: pengolahan sampah dan
a. Pengolahan sampah : 89% safety box di Bangsal
b. Pengolahan sampah benda tajam : 82% bakung, sudah baik
5 Dari hasil pengkajian Patient Safety di Belum optimalnya
Bangsal bakung didapatkan hasil: pelaksanaan patient
a. SKP I: Ketepatan identifikasi pasien 100% safety SKP IV yaitu
b. SKP II: Peningkatan Komunikasi Yang Kepastian Tepat Lokasi,
Terapeutik 87% Tepat Prosedur, Tepat
c. SKP III: Peningkatan Keamanan obat Pasien Operasi dan SKP
yang perlu diwaspadai (high-alert) 100% VI yaitu pengurangan
d. SKP IV: Kepastian Tepat Lokasi, Tepat resiko pasien jatuh di
Prosedur, Tepat Pasien Operasi - Bangsal bakung
e. SKP V : Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi 90%
f. SKP VI: Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
75%
6 Metode M-3 Belum optimalnya
Dari hasil pengkajian Metode Primer pelaksanaan meeting
Modifikasi (MPM) dengan Metode Praktik morning, preconference
Keperawatan Profesional (MPKP) di Bangsal dan post conference serta
bakung didapatkan hasil: belum optimal dalam
a. Evaluasi tugas KaRu: 72,7% pelaksanaan di bangsal
b. Evalusai tugas PN: 80% bakung
c. Evaluasi tugas AN: 73,6%
d. Hubungan perawat dengan pasien: 70%
e. Hubungan staf keperawatan dengan teman
sejawat : 84,6%
f. Hubungan perawat dengan dokter: 87,55
g. Evaluasi pelaksanaan serah terima jaga
(Operan) : 69,2%
h. Evaluasi pelaksanaan meeting morning di
Bangsal bakung : 16,6%
i. Evaluasi pelaksanaan Preconference : 0%
j. Evaluasi pelaksanaan Postconference : 0%

B. Skoring Masalah
Tabel 3.2
Langkah-langkah Menentukan Skoring Masalah

No Masalah U MG A I MN T Total
1 Material dan Machin di
3 2 2 3 2 12 14
Bangsal Bakung
2 Unsur proses asuhan
keperawatan di Bangsal 4 3 2 3 1 2 15
Bakung
144

3 Pengelolaan dan penempatan


2 3 2 3 2 1 13
sampah di Bangsal Bakung
4 Patient safety di Bangsal
3 2 3 2 2 1 13
Bakung
5 Penerapan MPM di Bangsal
4 4 3 4 3 4 22
Bakung

Keterangan Skoring
U : Urgency / mendesak 1 Rendah Sekali
MG : Magnitude/ penting/ besar sesuatu 2 Rendah
A : Applicative /penerapan 3 Sedang
I : Impact /dampak yang kuat 4 Tinggi
MN : money /keuangan 5 Tinggi Sekali
T : Tools/ alat sarana / fasilitas

Peroritas Masalah:

1. Penerapan MPM di Bangsal bakung


2. Unsur proses asuhan keperawatan di Bangsal bakung
3. Material dan Machin di Bangsal bakung
4. Patient safety di Bangsal bakung
5. Pengelolaan dan penempatan sampah di Bangsal bakung
145

E. Rencana Tindakan
Tabel 3.3
Planning Of Action Di Ruang Rawat Inap Bakung RSUD Wonosari 02-06 Mei 2016

Waktu
No Masalah Pokok kegiatan Uraian kegiatan Sasaran Target PJ
pelaksanaan
1 Dari hasil pengkajian A. Mengoptimalkan A. Pelaksanaan Meeting KARU, PN, 1. 80% staf 02 Mei -02 Arnold dan
MPM dengan MPKP di manajemen ruangan morning AN dan ruang Juni 2016 Agung
Ruang bakung bangsal bakung dengan 1. Melakukan koordinasi Mahasiswa bakung
didapatkan hasil: metode primer dengan Karu, PN, dan melakukan
1. Evaluasi tugas karu: modifikasi (MPM): AN dalam pelaksanaan meeting
72,7% 1. Mengevaluasi meeting morning di morning
2. Evalusai tugas PN: penerapan MPM di ruangan setiap pagi. 2. 80%
80% ruangan bakung secara 2. Mencari literatur yang perawat
3. Evaluasi tugas AN: keseluruhan. tepat tentang meeting ruang
73,6% 2. Mengevaluasi hubungan morning supaya bakung
4. Hubungan perawat antar petugas kesehatan diaplikasikan di ruangan mengikuti
dengan pasien: 70% dan antar staf di ruang 3. Melakukan role play operan jaga
5. Hubungan staf bakung. untuk penerapan 3. 80%
keperawatan dengan 3. Berkoordinasi dengan meeting morning sebagai perawat
teman sejawat : KARU terkait role model. mengikuti
84,6% keharmonisan hubungan 4. Melakukan evaluasi pre
6. Hubungan perawat staf di ruang bakung. terhadap kegiatan confrence
dengan dokter: 4. Melakukan evaluasi meeting morning 4. 80%
87,5% terkait pelaksanaan 5. Melakukan dokumentasi perawat
7. Evaluasi meeting morning di pelaksanaan meeting mengikuti
pelaksanaan serah ruangan. morning post
terima jaga (Operan) 5. Melakukan evaluasi confrence.
84.6% terkait
8. Evaluasi B. pelaksanaan operan B. Pelaksanaan operan
pelaksanaan meeting jaga di ruangan. jaga
morning di Bangsal 1. Mengevaluasi 1. Melakukan koordinasi
bakung 16,6% terkait pelaksanaan dengan Karu, PN, dan
146

9. Evaluasi preconfrence di AN dalam


pelaksanaan ruangan bakung pelaksanaan operan
Preconference 0% 2. Mengevaluasi jaga di ruangan setiap
10. Evaluasi kegiatan post pagi.
pelaksanaan post confrence di 2. Mencari literatur yang
preconference 0% ruanganbakung tepat tentang operan
jaga supaya
diaplikasikan di
ruangan
3. Melakukan role play
untuk operan jaga
sebagai role model.
4. Melakukan evaluasi
terhadap kegiatan
operan jaga
5. Melakukan
dokumentasi
pelaksanaan operan
jaga.

C. Pelaksanaan Pre
Confrence
1. Melakukan
koordinasi dengan
Karu, PN, dan AN
dalam pelaksanaan
pre confrense
2. Mencari literatur
tentang pre
confrence dan
mensosialisasikan
hasilnya
3. Melakukan role
play pre confrence
147

di ruangan.
4. Melakukan evaluasi
terhadap kegiatan
pre confrence yang
dilakukan.
5. Melakukan
pendokumentasian.
D. Pelaksanaan post
confrence
1. Melakukan
koordinasi dengan
Karu, PN, dan AN
dalam pelaksanaan
post confrense
2. Mencari literatur
tentang post
conference
mensosialisasikan
hasilnya
3. Melakukan role play
post confrence di
ruangan.
4. Melakukan evaluasi
terhadap kegiatan
post confrence yang
dilakukan.
5. Melakukan
pendokumentasian
148

2. Mengoptimalkan Mengoptimalkan Mengoptimalkan KARU, PN, 75-100% 02 Mei -02 Eliza & Nur
pendokumentasian sesuai kelengkapan instrumen A di kelengkapan instrumen A AN dan Juni 2016
dengan standar yang ruangan bakung: di ruangan bakung : Mahasiswa
berlaku. 1. Mengevaluasi terkait 1. Mengingatkan PN
7. Nilai pengkajian : kelengkapan status untuk melengkapi
65% bersama KARU, PN dan status saat melakukan
8. Nilai diagnosa : AN. pendokumentasian.
50% 2. Memantau cara 2. Membantu AN dalam
9. Nilai perencanaan : pendokumentasian melakukan tindakan
78,57% asuhan keperawatan keperawatan yang
10. Nilai tindakan : yang dilakukan oleh PN. sesuai dengan SOP
80% 3. Memantau ketepatan yang berlaku.
11. Nilai Evaluasi : perencanaan yang 3. Mengevaluasi tindakan
57,5% diambil pada setiap yang dilakukan oleh
12. Nilai catatan askep pasiennya. AN.
: 98% 4. Memantau ketepatan
tindakan sesuai
perencanaan yang telah
dibuat.
3 Belum optimalnya Mengoptimalkan material Mengoptimalkan material Bagian 75-100% 02 Mei -02 Angel
material & machin di dan machin di bangsal dan machin di ruangan fasilitas RS, Juni 2016 &servian
bangsal bakung yang bakung bakung: KARU,
meliputi: 1. Mengevaluasi fasilitas- 1. Melakukan Mahasiswa
1. tersedianya tempat fasilitas yang belum perencanaan tentang
wastafel untuk tersedia di ruangan bagaimana teknis
pasien 1 buah Bakung untuk melengkapi
2. Jumlah bak 2. Melakukan koordinasi fasilitas-fasilitas yang
instrument kecil di dengan Karu dan PN belum tersedia.
ruangan kurang, tentang pentingnya 2. Berkoordinasi untuk
hanya tersedia satu fasilitas-fasilitas yang Melengkapi fasilitas-
tanpa penutup belum terpenuhi. fasilitas yang belum
3. Tourniquet hanya 3. Melengkapi fasilitas- tersedia
ada 1 buah fasilitas yang belum 3. Mendokumentasikan
4. Tidak tersedianya tersedia dengan semua tindakan yang
149

troly emergency pertimbangan telah dilakukan.


5. Tidak tersedia alat kreativitas.
ukur TB
6. Belum tersedia alat
timbangan BB
7. Tidak tersedia ambu
bag
8. Tidak ada baju
operasi
4. Belum optimalnya A. SKP VI: Mengurangi A. SKP VI: Mengurangi KARU, 75-100% 02 Mei -02 Yuni
pelaksanaan Patient resiko pasien jatuh resiko pasien jatuh PN, Juni 2016 kartika &
Safety di ruang bakung. 75% : 1. Membiasakan AN, Inggrid
a. SKP I: Ketepatan 1. Mengevaluasi memasang bed side Pasien dan
Identifikasi Pasien pengetahuan perawat rails pada bed pasien Keluarga
100% tentang skala morse 2. Edukasi keluarga
b. SKP II: 2. Menerapkan skala untuk membantu
Meningkatkan morse ke pasien memenuhi kebuthan
komunikasi 3. Melakukan pasien
Terapeutik 87% koordinasi dengan B. SKP V: penandaan
c. SKP III: Peningkatan Karu, PN, dan AN lokasi operasi
tentang kepatuhan 1. Melakukan observasi
Keamanan Obat
pemasangan bed side kepada staff anggrek
yang perlu rails pada bed pasien tentang kolaborasi
B. SKP IV: penadaan tindakan penandaan
diwaspadai (high
lokasi operasi - lokasi operasi
alert) 100% 1. Mengevaluasi 2. Melakukan
pelaksanaan koordinasi dengan
d. SKP IV: penadaan
tindakaan Karu, PN, dan AN
lokasi operasi -
2. Melakukan tentang pemberian
e. SKP V: pencegahan
koordinasi dengan tanda pada lokasi
dan pengendalian
karu,PN dan AN operasi
infeksi 90%
tentang pemberian
f. SKP VI: Mencegah
tanda pada lokasi
pasien resiko jatuh :
operasi
150

75%
5 Mengoptimalkan C. Mengoptimalkan A. Mengoptimalkan KARU, PN, 75-100% 02 Mei -02 Rendi &
pengelolaan dan pengelolaan sampah di pengelolaan sampah AN, seluruh Juni 2016 Melfi
penempatan sampah di ruang bakung: di ruang bakung staff, pasien,
ruang bakung: 1. Mengevaluasi sesuai dengan teori keluarga dan
1. Pengolahan sampah bersama KARU pengelolaan sampah mahasiswa
benda tajam tentang pengelolaan di rumah sakit:
2. Pengolahan sampah sampah di ruang 1. Melakukan pemilahan
medis bakung dan pemisahan
3. Pengelolan sampah 2. Mengevaluasi terhadap sampah di
non medis hambatan yang ruangan bakung
terjadi terkait menggunakan tanda
pengelolaan sampah. yang berbeda seperti
3. Mencari literatur plastiknya.
tentang pengelolaan 2. Menyediakan stiker
sampah di rumah dan ditempelkan di
sakit. tempat sampah yang
4. Melakukan penataan sesuai dengan
ulang terhadap fungsinya.
sampah di ruang 3. Mensosialisasikan
bakung. terkait pengelolaan
sampah kepada seluruh
staf dan pasien di
ruangan bakung
4. Melakukan evaluasi
pengelolaan sampah di
ruang bakung.
5. Memberikan teori
pengelolaan sampah
kepada seluruh staf
dan pasien dalam
bentuk leaflet.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2009. Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta

PPNI.2005. Kode Etik Perawatan Indonesia (Konsep Etik Dan Penerapannya)


Buku 1. Majelis kehormatan Etik Keperawatan PPNI: Jakarta

Hendra Kusnoto.2000. Praktek Manajemen Terbaik Di Dunia.Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta.

Notoatmodjo,S.2002. Metode Penelitian Kesehatan.Edisi Refisi.Rineka


Cipta.Jakarta

Nurjana 1.2001.Hubungan Terapeutik Perawat Dan Klien. Media Pressindo:


Yogyakarta

Nursalam. 2001. Prosess Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan


Praktik.Jakarta : Salemba Medika.

.2002.Mananjemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Professional. Jakarta: Salemba Medika

.2012. Manajemem Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan.


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

.2015. Mananjemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Professional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Winarti,S.R.2012.Panduan Praktik Manajemen Keperawatan.Yogyakarta:


Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai