Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI NIFAS (PUERPERIUM)

Disusun oleh :
SEPTI WAHANA PINTARTI
P07124519004

PRODI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
yaitu setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan
diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia
pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab
kematian maternal yang paling banyak, namun dengan kemajuan ilmu kebidanan
terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan
obat-obat baru, dari itulah dapat diminimalisir terjadinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari
apa itu infeksi nifas, bagaimana penyebab terjadinya infeksi, pencegahanya dan
pengobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujudnya
persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga komplikasi pada masa
nifas tidak lagi terjadi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi nifas (puerperium) ?
2. Apa penyebab dari infeksi nifas (puerperium) ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari infeksi nifas (puerperium) ?
4. Apa saja jenis-jenis dari infeksi nifas (puerperium) ?
5. Bagaimana patofisiologi dari infeksi nifas (puerperium) ?
6. Bagaimana pathway dari infeksi nifas (puerperium) ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk infeksi nifas (puerperium) ?

2
8. Bagaimana terapi untuk infeksi nifas (puerperium) ?
9. Bagaimana pencegahan dari infeksi nifas (puerperium) ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari infeksi nifas (puerperium)
2. Mengetahui penyebab dari infeksi nifas (puerperium)
3. Mengetahui apa saja tanda dan gejala dari infeksi nifas (puerperium)
4. Mengetahui apa saja jenis-jenis dari infeksi nifas (puerperium)
5. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari infeksi nifas (puerperium)
6. Mengetahui bagaimana pathway dari infeksi nifas (puerperium)
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk infeksi nifas (puerperium)
8. Mengetahui bagaimana terapi untuk infeksi nifas (puerperium)
9. Mengetahui bagaimana pencegahan dari infeksi nifas (puerperium)

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006 ;
Helen Varney, 2008 ).
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah
persalinan (Saifuddin, 2006).
Infeksi kala nifas adalah infeksi perdangan pada semua alat genetalia pada
masa nifas oleh sebab apapun dengan kententuan meningkatnya suhu badan
melebihi 380C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari.
Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan
nifas. Hal ini dapat mengakibatkan demam nifas yaitu demam dalam nifas.
Setelah persalinan, terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
meningkatkan pembentukan urine untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi
beberapa penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga
mengalami peningkatan suhu badan sekitar 0,50C yang bukan merupakan keadaan
patologis menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan
tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala
nifas.

4
B. ETIOLOGI
Menurut Lusa (2011), infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman
ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan
infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
1. Ektogen (kuman datang dari luar)
2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)
Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh :
1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic  merupakan penyebab infeksi yang paling
berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak
steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab
infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampak sehat.
3. Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau  rektum. Escheria Coli dapat
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium.
Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
persalinan ditolong dukun.

5
Faktor Predisposisi
Menurut Saiffudin (2006) , dan Helen Varney (2008) faktor predisposisi dari infeksi
nifas, antara lain :
1. Kurang gizi atau malnutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah, yaitu :
a. Partus lama (macet)
b. Persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban
c. Manipulasi intra uteri
d. Trauma jaringan yang luas seperti laserasi yang tidak diperbaiki
e. Hematoma
f. Hemoragi
g. Korioamnionitis
h. Persalinan traumatik
i. Retensi sisa plasenta
j. Teknik aseptik tidak sempurna
6. Perawatan perineum tidak memadai
7. Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani.

C. TANDA DAN GEJALA INFEKSI NIFAS


Tanda dan gejala infeksi nifas meliputi (Helen Varney, 2008) :
1. Peningkatan suhu tubuh (38ºC atau lebih) yang terjadi antara hari ke 2-10
postpartum
2. Tachicardia
3. Malaise umum
4. Nyeri
5. Lochea berbau tidak sedap

6
D. JENIS-JENIS INFEKSI NIFAS
1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-
kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya
tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka
terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa
naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
2. Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam
waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan
kuman yang tidak seberapa patogen radang terbatas pada endometritium.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari
biasa dan lebih lama dirasakan. Lochea bertambah banyak, berwarna merah
atau coklat dan berbau. Lochea berbau tidak selalu menyertai endometritis
sebagai gejala. Sering ada sub involusi. Leukosit naik antara 15000-
30000/mm³.
Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan
lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat
dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi
menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan
dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokhea pada
endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak
boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai
oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau.
Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu
penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsur-

7
angsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh
terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lokhea, pasien boleh
diletakkan dalam letak fowler dan diberi juga uterustonika. Pasien disuruh
minum banyak
3. Septicemia dan piemia
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia
lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah
sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat,
biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau
lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia
hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut
nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum
dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan
embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah
berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian
diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari
tromboflebitis pelvika.
4. Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa
jalan :
a. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
b. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum.
c. Penyebaran sekunder dari trombofeblitis
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau
menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba

8
pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada
fossa iliaka.
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam
nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap
kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut
gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat
diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang
berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di
tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini,
suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan
menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Tumor di
sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat
parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena
selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang
menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.
5. Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus,
parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke
peritoneum atau langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis nifas bisa
terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-
sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada
kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke
rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah
pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya

9
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia
posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang
mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin,
terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum
tinggi. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut
pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis
umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian akibat infeksi.
6. Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis.

E. PATOFISIOLOGI
Perubahan fisiologis normal dari kelahiran meningkatkan resiko infeksi.
Selama pengeluaran, keasaman vagina berkurang oleh cairan amnion, darah, dan
lokhea yang bersifat alkali. Lingkungan yang alkali mendorong pertumbuhan
bakteri. Nekrosis dari garis endometrium dan timbulnya lokhia mendukung sebuah
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob. Beberapa laserasi kecil,
sangat mungkin terjadi pada endometrium, serviks dan vagina selama persalinan
dan memungkinkan bakteri memasuki jaringan. Meskipun uterus bagian dalam
tidak steril selama 3-4 minggu setelah persalinan, infeksi tidak berkembang pada
kebanyakan wanita, sebagian karena granulosit dalam lokhea dan endometrium
mencegah infeksi. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya infeksi
akibat bakteri yang memasuki jaringan tersebut sehingga menimbulkan berbagai
tanda dan gejala, seperti suhu meningkat, nyeri, dan bahkan infeksi yang berlanjut.

10
F. PATHWAY

11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi (Total SDP saat tidak hamil
4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
- Laju sedimentasi darah (LED), dan jumlah sel darah merah (SDM): sangat
meningkat pada adanya infeksi
- Hemoglobin / hematokrit(Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia (Hb saat tidak
hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat
hamil:32%-42%.
- Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraserfikal atau drainase
luka, pewarnaan gram dari lokhia serviks, dan uterus : mengidentifikasi
organisme penyebab
- Urinalisis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
- Ultra sonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan;
melokalisasi abses peritoneum
- Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, massa atau
pembentuka abses, adanya vena-vena dengan trombosis

H. TERAPI
- Berikan antibiotika dengan spectrum luas.
- Lakukan tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
- Jika terjadi abses lakukan pembukaan jahitan.
- Transfusi darah bila perlu.

I. PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS


Lusa (2011) mengemukakan bahwa, infeksi nifas dapat timbul selama
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga pencegahannya berbeda.
1. Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain :
a. Perbaikan gizi.

12
b. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.
2. Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut :
a. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.
b. Membatasi perlukaan jalan lahir.
c. Mencegah perdarahan banyak.
d. Menghindari persalinan lama.
e. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.
3. Selama nifas
a. Pencegahan infeksi selama nifas antara lain
b. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptic
c. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci
hama
d. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
e. Membatasi tamu yang berkunjung.
f. Mobilisasi dini.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record,
dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
a) pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam
b) bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu
postpartum.

13
c) adanya leukore dan lochia berbau menyengat
2) Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal kronik, hemofilia,mioma
uteri ,riwayat pre eklampsia,trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta.
b) Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita
hipertensi,peny jantung dan pre eklampsia,penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
c) Riwayat obstetric
1. Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus,
banyaknya,baunya,keluhan waktu haid.
2. Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin,kawin yang keberapa,
usia mulai hamil
d) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi:waktu hamil muda,hamil tua, apakah ada abortus.
2. Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup atau
mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
3. Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI cukup
atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
e) Riwayat kehamilan sekarang
1. Hamil muda:keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan BB,suhu nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
3. Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan, berapa kali,perawatan
serta pengobatannya yang didapat.
f) Riwayat persalinan sekarang

14
Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan
(misalnya : retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan),
anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Aktivitas istirahat
Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca partum multipel )
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3) Penggunaan Obat-Obatan
Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis )
4) Status Psikologis
Tanda :
a. Anoreksia, mual / muntah.
b. Haus, membran mukosa kering
c. Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
5) Neurosensori
Tanda : Sakit kepala
6) Nyeri / Ketidaknyamanan
Tanda :
a. Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen.
b. Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan
dengan guarding (endometritis)
b. Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral ( salpingitis / ooferitis,
parametritis ).
7) Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ).

15
8) Keamanan
Suhu 104,40 F atau lebih tinggi pada 2 hari secara terus menerus, namun 24 jam
pasca partum adalah tanda infeksi, namun suhu tinggi dari 1010 F (38,90 C) pada
24 jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi.
b. Pemeriksaan khusus
1) Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
2) Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
3) Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
4) Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
5) Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum

3. Diagnosa keperawatan
I. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
II. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan
kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
III. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot
rahim
IV. Intoleransi aktivitas b/d fatigue

4. Intervensi
Dx I : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapan
hipertermi pasien dapat teratasi dengan Kriteria Hasil:
NOC : Thermoregulation

16
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
4. dan tidak ada pusing
NIC 1 : Fever treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Berikan cairan intravena
5. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
6. Tingkatkan sirkulasi udara
NIC 2 : Manajemen obat
1. Kolaborasikan pemberian anti piretik
2. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
3. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Dx II : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,


kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam  diharapkan
pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :
NOC : Risk Control
Kriteria Hasil :
1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan.
3. DJJ normal
4. Leukosit pasien kembali normal
5. Suhu 36,5-37,5
NIC : Infection Control

17
1. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Pantau keadaan umum pasien
3. Bina hubungan saling percaya melalui komunikasi terapeutik
4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk pasien
5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antiseptik sesuai terapi

Dx III : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya


ketegangan otot rahim
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam  di harapkan 
nyeri berkurang atau nyeri hilang dengan kriteria hasil:
NOC : Pain Control
Kriteria Hasil
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg
2. N: 60-120 X/ menit.
3. Pasien tampak tenang dan rileks
4. Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang
NIC : Pain Management
1. Kali tanda-tanda Vital pasien
2. Kaji skala nyeri (1-10)
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi
4. Atur posisi pasien
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung

Dx IV : Intoleransi aktivitas b/d fatigue


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapan
intoleransi aktivitas pasien dapat teratasi
NOC : Self Care : ADLs
Kriteria Hasil:

18
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC : Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

5. Evaluasi
Dx I Resiko Infeksi
1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan.
3. DJJ normal
4. Leukosit pasien kembali normal
5. Suhu 36,5-37,5

19
Dx II Gangguan Rasa Nyaman
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg
2. N: 60-120 X/ menit.
3. Pasien tampak tenang dan rileks
4. Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang
Dx III Hipertermi
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
4. dan tidak ada pusing
Dx IV Intoleransi
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan
berlangsung kira - kira 6 minggu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan
diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia
pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab
kematian maternal yang paling banyak,namun dengan kemajuan ilmu kebidanan
terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan
obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.
Infeksi pada masa nifas diantaranya adalah : endometritis, parametritis,
peritonitis, infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks, salpingitis dan
ooforitis, septicemia dan piemia. Cara mengatasi masalahnya adalah : masa

kehamilan mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,

malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu,

selama persalinan hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga

supaya persalinan tidak berlarut-larut, selama nifas luka-luka dirawat dengan baik

jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang
berhubungan dengan alat kandungan harus steril.

21
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary F., dkk. (2005). Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta : EGC

DepKes RI (2007) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, DepKes RI

Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Walsh, Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC

Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC

22

Anda mungkin juga menyukai