Disusun oleh:
1. Elly Agustiana (NIK 20190309010)
2. Indri Sari (NIK 20190309016)
3. Flora Agustina (NIK 20190309021)
4. Evi Vania (NIK 20190309025)
A. Pendahuluan
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi dak kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan baik pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat di rumah sakit ditentukan organisasi rumah sakit.
Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima pasien merupakan
tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun hal ini tidak mudah dilakukan dewasa ini.
Meskipun rumah sakit telah dilengkapi dengan tenaga medis, perawat, dan sarana penunjang
lengkap, masih sering terdengar ketidak puasan pasien akan pelayanan kesehatan yang mereka
terima. Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan beberapa
dasawarsa sebelumnya. Beberapa faktor yang mendorong kompleksitas pelayanan kesehatan
pada masa kini antara lain: 1. Semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan
kesehatan bermutu, efektif, dan efisien, 2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, 3. Latar belakang pasien amat beragam (tingkat
pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya), 4. Pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin
dan institusi.
Organisasi Rumah Sakit merupakan hal yang pokok dalam rangka menjamin pelaksanaan
pelayanan kesehatan. Besar kecilnya rumah sakit ditentukan oleh kelas atau tipe rumah sakit.
Rumah sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan medik
umum, gawat darurat, pelayananan keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi bedah,
pelayanan medic spesialis dasar, penunjang medic, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medic,
pelayanan adaministrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulazaran
jenazah, laundry, ambulance, pemeliharaan saran aruamh sakit serta pengelolaan limbah.
Pola organisasi rumah sakit pemerintah pada umumnya sesuai dengan yang tertera dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 1045/MENKES/PER/XI/2006 dan Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002, tentang Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Daerah. Struktur organisasi merupakan visualisasi kegiatan dan pelaksana kegiatan
(personal) dalam suatu institusi. Berdasarkan kegiatan dan pelaksanaan tugas, fungsi dan
wewenang maka organisasi dibagi atas organisasi lini, organisasi staf dan organisasi lini beserta
staf.
Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik dan berbeda dengan organisasi lain.
Pola organisasi rumah sakit di Indonesia, pada umumnya terdiri atas Badan Pengurus Yayasan,
Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan Penasehat, dan Badan Penyelenggara. Badan
Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik, satuan pengawas, dan berbagai
bagian dari instalasi. Tergantung pada besarnya rumah sakit, dapat terdiri atas satu sampai empat
wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, wakil
direktur penunjang medik dan keperawatan, wakil direktur keuangan dan administrasi.
Keunikan Rumah Sakit sebagai penyedia jasa merupakan keunggulan kompetitif yang
harus dikembangkan oleh setiap pelaku industri perumah sakitan. Salah satu sumber daya yang
harus dikembangkan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia (SDM) adalah potensi
yang menjadi sumber penggerak organisasi. Setiap SDM mempunyai potensi yang berbeda,
maka kontribusi terhadap organisai juga tidak sama.
Rumah sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidang jasa,sumber daya manusia
(SDM) merupakan modal terpenting. Di samping investasi di segala bidang organisasi, investasi
yang terpenting yang dapat dilakukan oelh suatu organisasi adalah investasi SDM, karena
manusialah yang menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, baik
tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.RS mengatur personal atau staf yang
dikenal dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalam suatu institusi agar semua
kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua
tujuan dapat dicapai dengan baik. Penguraian tugas (jobdescription) masing-masing staf
pelaksana penting karena masing-masing orang yang terlibat dalam program tersebut harus
mengetahui dan melaksanakan program sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam
organisasi.
Struktur organisasi rumah sakit harus efektif, mudah beroperasi dan tidak banyak
birokrasi. Penetapan struktur organisasi ini dimaksudkan untuk bisa membagi tugas pekerjaan,
memberikan wewenang, melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban. Mengingat
sifat rumah sakit yang berbeda dengan sifat umumnya suatu institusi.
Setiap pimpinan organisasi di lingkungan Rumah Sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam lingkungannya masing-masing serta dengan unit-unit
lainnya.
Menurut Peraturan Pemerintah N0. 77 tahun 2015 tentang Pengorganisasian Rumah Sakit, Organisasi
Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:
Menurut Peraturan Pemerintah N0. 77 tahun 2015 tentang Pengorganisasian Rumah Sakit, kepala
Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi;
b. penetapan kebijakan penyelenggaraan Rumah Sakit sesuai dengan kewenangannya;
c. penyelenggaraan tugas dan fungsi Rumah Sakit;
d. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi;
dan
e. evaluasi, pencatatan, dan pelaporan.
Di bawah ini adalah fokus area standar tata kelola rumah sakit menurut standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 yang dikeluarkan oleh KARS
1.Pemilik.
2. Direksi.
3.Kepala bidang/divisi.
4. Manajemen sumber daya manusia.
5. Manajemen peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
6. Manajemen kontrak.
7. Manajemen sumber daya Organisasi dan tanggung jawab staf.
8. Unit pelayanan.
9. Manajemen etis.
10. Budaya keselamatan.
Pemilik
Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau swasta.
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit
Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu dengan
pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Badan hukum berupa: a. badan hukum yang bersifat
nirlaba; dan b. badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Komite Medis
1. Komite Medis merupakan unsur organisasi yang mempunyai tanggung
jawab untuk menerapkan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance).
2. Komite Medis dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada kepala
Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit. Komite Medis bertugas
meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit
dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan
melakukan pelayanan medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.
Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite Medis
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis
sesuai dengan masukan dari kelompok staf medis berdasarkan
norma keprofesian yang berlaku;
b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi,
kesehatan fisik dan mental, perilaku, dan etika profesi;
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran atau
kedokteran gigi berkelanjutan;
d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat;
f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan
rekomendasi kewenangan klinis kepada komite medik;
g. pelaksanaan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa
berlaku surat penugasan klinis dan adanya permintaan dari
komite medik; dan
h. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat
penugasan klinis.
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis sebagaimana
dimaksud, Komite Medis menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan audit medis;
b. rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis;
c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis rumah sakit tersebut; dan
d. rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis
yang membutuhkan.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf
medis, Komite Medis menyelenggarakan fungsi:
a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran
disiplin;
c. rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan
d. pemberian nasehat atau pertimbangan dalam pengambilan
keputusan etis pada asuhan medis pasien.
Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum terdiri atas:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
c. pelayanan penunjang medik; dan
d. pelayanan penunjang nonmedik.
a. pelayanan medik umum; Pelayanan medik umum merupakan pelayanan yang dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi yang meliputi pelayanan medik dasar.
b. pelayanan medik spesialis;
- Pelayanan medik spesialis merupakan pelayanan yang dilakukan oleh dokter spesialis
atau dokter gigi spesialis yang meliputi pelayanan medik spesialis dasar, dan pelayanan medik
spesialis lain selain spesialis dasar.
- Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, anak, bedah, dan
obstetri dan ginekologi.
- Pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar meliputi pelayanan mata, telinga
hidung tenggorok-bedah kepala leher, saraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, orthopedi dan traumatologi, urologi, bedah saraf, bedah plastik
rekonstruksi dan estetika, bedah anak, bedah thorax kardiak dan vaskuler, kedokteran forensik
dan medikolegal, bedah mulut, konservasi/endodonsi, orthodonti, periodonti, prosthodonti,
pedodonti, penyakit mulut, dan pelayanan medik spesialis lain.
Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi asuhan keperawatan generalis dan/atau asuhan
keperawatan spesialis, dan asuhan kebidanan.
Sumber daya manusia pada Rumah Sakit umum berupa tenaga tetap meliputi:
a. Tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan lain; dan
m. tenaga nonkesehatan.
Tenaga medis:
- Tenaga medis huruf terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis,
dan/atau dokter subspesialis.
- Dokter spesialis terdiri atas dokter spesialis atau dokter gigi spesialis untuk pelayanan
medik spesialis dasar, penunjang medik spesialis, dan medik spesialis lain selain spesialis dasar.
- Dokter spesialis untuk pelayanan medik spesialis dasar meliputi dokter spesialis penyakit
dalam, anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi. Dokter spesialis untuk pelayanan penunjang
medik spesialis meliputi dokter spesialis anestesi, radiologi, farmakologi klinik, patologi klinik,
patologi anatomi, mikrobiologi klinik, parasitologi, kedokteran fisik dan rehabilitasi, akupunktur
klinik, gizi klinik, onkologi radiasi, kedokteran nuklir, dan pelayanan penunjang medik spesialis
lain.
- Dokter spesialis untuk pelayanan medik spesialis lain selain spesialis dasar meliputi
dokter spesialis mata, telinga hidung, tenggorok-bedah kepala leher, saraf, jantung dan pembuluh
darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi dan traumatologi, urologi, bedah
saraf, bedah plastik rekonstruksi dan estetika, bedah anak, bedah thorax kardiak dan vaskuler,
kedokteran forensik dan medikolegal, bedah mulut, konservasi/endodonsi, orthodonti,
periodonti, prosthodonti, pedodonti, penyakit mulut, emergensi, dan dokter spesialis lain.
Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Rumah Sakit khusus dapat menyelenggarakan pelayanan lain di luar kekhususannya.
Pelayanan lain di luar kekhususannya meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
kegawatdaruratan. Pelayanan rawat inap di luar kekhususannya paling banyak 40% dari seluruh
jumlah tempat tidur.
Rumah Sakit khusus: a. ibu dan anak; b. mata; c. gigi dan mulut; d. ginjal; e. jiwa; f. infeksi; g.
telinga-hidung-tenggorok kepala leher; h. paru; i. ketergantungan obat; j. bedah; k. otak; l.
orthopedi; m. kanker; dan n. jantung dan pembuluh darah.
Menteri dapat menetapkan Rumah Sakit khusus lainnya, selain Rumah Sakit khusus diatas.
Rumah Sakit khusus lainnya penggabungan jenis kekhususan yang terkait keilmuannya atau
jenis kekhususan baru.Penetapan Rumah Sakit khusus lainnya dilakukan berdasarkan hasil kajian
dan rekomendasi asosiasi perumahsakitan serta organisasi profesi terkait.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit khusus paling sedikit terdiri atas:a.
pelayanan medik; b. pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan; c. pelayanan penunjang medik;
dan d. pelayanan penunjang nonmedik.
Pelayanan medic terdiri atas pelayanan medik umum, pelayanan medik spesialis sesuai
kekhususan, pelayanan medic spesialis lain di luar kekhususan, pelayanan subspesialis sesuai
kekhususan, dan pelayanan spesialis dengan kualifikasi tambahan sesuai kekhususan.
Pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan huruf b meliputi asuhan keperawatan generalis,
keperawatan spesialis, dan/atau asuhan kebidanan sesuai kekhususannya.
Pelayanan penunjang medik meliputi pelayanan penunjang medik spesialis, pelayanan penunjang
medic subspesialis, dan pelayanan penunjang medik lain.
Tenaga medis terdiri atas dokter, dokter gigi, termasuk dokter spesialis sesuai kekhususannya,
dokter gigi spesialis sesuai kekhususannya, dokter spesialis lain di luar kekhususannya, dokter
subspesialis, dan/atau dokter spesialis dengan kualifikasi tambahan sesuai kekhususannya.
KLASIFIKASI
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan,
Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan kriteria bangunan dan
prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia, dan peralatan.
Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B;
c. Rumah Sakit umum kelas C; dan
d. Rumah Sakit umum kelas D.
Rumah Sakit umum kelas D pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. Rumah Sakit umum kelas D; dan
b. Rumah Sakit umum kelas D pratama
Rumah Sakit umum kelas A dan kelas B memiliki kemampuan pelayanan medik spesialis dan
subspesialis. Rumah Sakit umum kelas C dan kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c dan huruf d memiliki kemampuan pelayanan medik spesialis, dikecualikan bagi Rumah Sakit
kelas D pratama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit umum kelas A sebagaimana dimaksud merupakan Rumah Sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5
(lima) penunjang medik spesialis, 12 (dua belas) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 13 (tiga
belas) subspesialis.
Rumah Sakit umum kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang
medik spesialis, 8 (delapan) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis dasar.
Rumah Sakit umum kelas B akan meningkatkan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya,
penambahan pelayanan paling banyak 2 (dua) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu)
penunjang medik spesialis, 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar, dan 1 (satu) subspesialis
lain selain subspesialis dasar.
Rumah Sakit umum kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) penunjang
medik spesialis.
Dalam hal Rumah Sakit umum kelas C akan meningkatkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
mediknya, penambahan pelayanan paling banyak 3 (tiga) pelayanan medik spesialis lain selain
spesialis dasar, dan 1 (satu) penunjang medik spesialis.
Rumah Sakit umum kelas D merupakan Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. Dalam hal Rumah Sakit
umum kelas D akan meningkatkan fasilitas dan kemampuan pelayanan mediknya, penambahan
pelayanan paling banyak 1 (satu) pelayanan medik spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik
spesialis.
Dalam hal di satu wilayah administratif provinsi tidak terdapat Rumah Sakit umum kelas A,
Rumah Sakit umum kelas B dapat menambah pelayanan mediknya paling banyak 3 (tiga)
spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis, dan 9 (sembilan)
pelayanan medik subspesialis berupa pelayanan medik subspesialis dasar dan/atau subspesialis
lain selain subspesialis dasar.
Dalam hal di satu wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat Rumah Sakit umum kelas
B, Rumah Sakit umum kelas C sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat menambah pelayanan
mediknya paling banyak 7(tujuh) spesialis lain selain spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang
medik spesialis.
Dalam hal di satu wilayah administratif kabupaten/kota tidak terdapat Rumah Sakit umum kelas
C, Rumah Sakit umum kelas D sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat menambah pelayanan
mediknya paling banyak 2 (dua) spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medic spesialis.
Rumah Sakit khusus kelas A merupakan Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai kekhususanya, serta pelayanan
medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang kekhususannya secara lengkap.
Rumah Sakit khusus kelas B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b merupakan
Rumah Sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan
subspesialis sesuai kekhususannya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang
menunjang kekhususannya yang terbatas.
Rumah Sakit khusus kelas C sebagaimana dimaksud merupakan Rumah Sakit khusus yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis sesuai
kekhususannya, serta pelayanan medik spesialis dasar dan spesialis lain yang menunjang
kekhususannya yang minimal, dikecualikan untuk Rumah Sakit khusus gigi dan mulut.
Setiap Rumah Sakit wajib memiliki izin setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan klasifikasi
Rumah Sakit. Persyaratan meliputi lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Lokasi bangunan Rumah Sakit harus berada pada lahan yang sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata bangunan lingkungan kabupaten/kota
setempat dan peruntukan lahan untuk fungsi Rumah Sakit. Lahan bangunan Rumah Sakit harus
memiliki batas yang jelas dan dilengkapi akses/pintu yang terpisah dengan bangunan fungsi lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Bangunan dan prasarana harus memenuhi prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
keamanan serta kemudahan. Rencana blok bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus berada dalam satu area yang terintegrasi dan saling terhubung.
Bangunan dan prasarana harus memenuhi peryaratan teknis sesuaidengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sumber daya manusia merupakan tenaga tetap yang bekerja secara purna
waktu. Selain tenaga tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit dapat
mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau konsultan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Pelayanan kefarmasian
dilaksanakan di instalasi farmasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peralatan meliputi peralatan medis dan peralatan nonmedis yang memenuhi standar pelayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan laik pakai. Peralatan medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa peralatan medis mayor dan peralatan medis minor, sesuai dengan
kebutuhan dan kriteria klasifikasi Rumah Sakit. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
Peralatan medis berdasarkan kriteria klasifikasi Rumah Sakit dilaksanakan sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Penyelenggaraan
Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
kegawatdaruratan.Pelayanan kegawatdaruratan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam menyelenggarakan pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1),
Rumah Sakit harus memiliki:
a. jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit:
1. 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah; dan
2. 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta.
b. jumlah tempat tidur perawatan di atas perawatan kelas I paling banyak 30% (tiga puluh
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan swasta.
c. jumlah tempat tidur perawatan intensif paling sedikit 8% (delapan persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit baik milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.
Dalam hal pelayanan rawat inap di Rumah Sakit umum, jumlah tempat tidur perawatan intensif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas 5% (lima persen) untuk pelayanan unit
rawat intensif (ICU), dan 3% (tiga persen) untuk pelayanan intensif lainnya. Ketentuan
sebagaimana dimaksud dikecualikan untuk Rumah Sakit khusus mata dan Rumah Sakit khusus
gigi dan mulut.
Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan
dan standar Rumah Sakit pendidikan. Penetapan Rumah Sakit pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta dapat berupa Rumah Sakit dengan penanaman modal
asing. Penyelenggaraan Rumah Sakit dengan penanaman modal asing sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Rumah Sakit
dengan penanaman modal asing memiliki paling sedikit 200 (dua ratus) tempat tidur atau
dilaksanakan berdasarkan kesepakatan/kerja sama internasional.
Klasifikasi Rumah Sakit dengan penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. Rumah Sakit umum kelas A dan kelas B; dan
b. Rumah Sakit khusus kelas A dan kelas B.
Rumah Sakit dapat mendayagunakan tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan warga negara
asing sesuai kebutuhan pelayanan. Pendayagunaan tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan
warga negara asing dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap Rumah Sakit harus memiliki peraturan internal danorganisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pimpinan Rumah Sakit tidak boleh merangkap jabatan manajerial di Rumah Sakit lain. Pemilik
Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala atau direktur Rumah Sakit.
Kepala atau direktur Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan.
Selain kepala atau direktur Rumah Sakit pimpinan unsur pelayanan medik di Rumah Sakit harus
seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
Dalam rangka pengelolaan Rumah Sakit, pemilik Rumah Sakit dapat melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga. Kerja sama dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Setiap Rumah Sakit wajib terakreditasi, diselenggarakan paling lama setelah beroperasi 2 (dua)
tahun sejak Rumah Sakit memperoleh Izin Operasional pertama kali sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Peningkatan kelas Rumah Sakit dapat dilakukan sesuai dengan kriteria klasifikasi Rumah Sakit.
Peningkatan kelas dilakukan secara bertahap dan hanya diperbolehkan naik satu tingkat di
atasnya. Peningkatan kelas Rumah Sakit sebagaimana dimaksud hanya dapat dilakukan terhadap
Rumah Sakit yang telah terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik
program kesehatan nasional. Pengembangan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik
program kesehatan nasional dilaksanakan sesuai dengan pedoman masing-masing program
kesehatan yang diatur oleh Direktur Jenderal.
Rumah Sakit yang melakukan pengembangan pelayanan klinik utama penanaman modal asing
sebagaimana dimaksud) harus memiliki Izin Operasional
Rumah Sakit penanaman modal asing penyelenggaraan klinik utama penanaman modal asing
sebagaimana dimaksud diatur dengan Peraturan Menteri. Ketentuan lebih lanjut mengenai Setiap
Rumah Sakit yang telah mendapatkan Izin Operasional harus teregistrasi di Kementerian
Kesehatan melalui aplikasi registrasi online Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. Selain melakukan registrasi Rumah Sakit juga harus melakukan
pembaharuan data secara berkala setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu jika terjadi perubahan
data Rumah Sakit.
PEMILIK
Organisasi serta wewenang pemilik dan representasi pemilik dijelaskan di dalam regulasi yang
ditetapkan oleh pemilik rumah sakit.
Tanggung jawab dan akuntabilitas pemilik dan representasi pemilik telah dilaksanakan sesuai
regulasi yang ditetapkan dan sesuai peraturan perundang-undangan.
Rumah sakit memiliki misi, rencana strategis, rencana kerja, program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, pengawasan mutu pendidikan, serta laporan akuntabilitas representasi
pemilik.
Regulasi dari pemilik tersebut dapat berbentuk peraturan internal rumah sakit atau corporat
bylaws atau dokumen lainnya yang serupa. Struktur organisasi pemilik termasuk representasi
pemilik terpisah dengan struktur organisasi rumah sakit sesuai dengan bentuk badan hukum
pemilik dan peraturan perundang-undangan.
Pemilik rumah sakit tidak diperbolehkan menjadi Direktur Rumah Sakit, tetapi posisinya berada
di atas representasi pemilik, serta mereka mengembangkan sebuah proses untuk melakukan
komunikasi dan kerja sama dengan Direktur Rumah Sakit dalam rangka mencapai misi dan
perencanaan rumah sakit. Representasi pemilik, sesuai dengan bentuk badan hukum kepemilikan
rumah sakit memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk memberi persetujuan, dan
pengawasan agar rumah sakit mempunyai kepemimpinan yang jelas, dijalankan secara efisien,
serta memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman. Di samping itu rumah sakit
harus memiliki struktur organisasi yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Ada penetapan siapa yang bertanggung jawab dan berwenang untuk menyediakan modal serta
dana operasional dan sumber daya lain yang diperlukan untuk menjalankan rumah sakit dalam
memenuhi visi dan misi serta rencana strategis rumah sakit;
menunjuk atau menetapkan direksi rumah sakit, dan melakukan evaluasi tahunan terhadap
kinerja tiap-tiap individu direksi dengan menggunakan proses dan kriteria yang sudah baku;
menunjuk atau menetapkan representasi pemilik, tanggung jawab dan wewenang, serta
melakukan penilaian kinerja representasi pemilik secara berkala minimal setahun sekali;
menetapkan struktur organisasi rumah sakit;
menetapkan regulasi pengelolaan keuangan rumah sakit dan pengelolaan sumber daya manusia
rumah sakit;
tanggung jawab dan kewenangan memberikan arahan kebijakan rumah sakit;
tanggung jawab dan kewenangan menetapkan visi serta misi rumah sakit, memastikan bahwa
masyarakat mengetahui visi dan misi rumah sakit, serta me-review secara berkala misi rumah
sakit;
tanggung jawab serta kewenangan menilai dan menyetujui rencana anggaran;
tanggung jawab dan kewenangan menyetujui rencana strategi rumah sakit;
tanggung jawab dan kewenangan mengawasi serta membina pelaksanaan rencana strategis;
tanggung jawab dan kewenangan menyetujui diselenggarakan pendidikan
profesional kesehatan dan penelitian serta mengawasi kualitas program program tersebut;
tanggung jawab dan kewenangan menyetujui program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien serta menindaklanjuti laporan peningkatan mutu dan keselamatan yang diterima;
tanggung jawab dan kewenangan mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan
kendali biaya;
tanggung jawab dan kewenangan mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien
dilaksanakan rumah sakit;
tanggung jawab dan kewenangan mengawasi serta menjaga hak dan kewajiban rumah sakit
dilaksanakan oleh rumah sakit;
tanggung jawab dan kewenangan mengawasi kepatuhan penerapan etika rumah sakit, etika
profesi, dan peraturan perundang-undangan.
Pengaturan tanggung jawab dan kewenangan antara pemilik dan representasi diatur di dalam
peraturan internal atau corporate bylaws atau dokumen lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Bila tanggung jawab dan wewenang pemilik ada yang didelegasikan maka diatur di dalam
regulasi yang dikeluarkan oleh pemilik rumah sakit. Sebagai contoh: persetujuan anggaran modal
dan operasional rumah sakit yang semula ada di pemilik rumah didelegasikan kepada
representasi pemilik atau didelegasikan kepada tim anggaran sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Tugas dan wewenang yang diatur di maksud dan tujuan ini merupakan minimal yang harus
diatur dan rumah sakit dapat menambah regulasi tersebut sesuai dengan yang diperlukan rumah
sakit.
Struktur Organisasi Rumah Sakit yang disebut pada butir 7 sesuai dengan peraturan perundang-
undangan paling sedikit meliputi: kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit; unsur pelayanan
medis; unsur keperawatan; unsur penunjang medis; unsur administrasi umum dan keuangan;
komite medis; dan satuan pemeriksaan internal.
Unsur Organisasi Rumah Sakit sebagaimana tersebut dapat digabungkan sesuai dengan
kebutuhan, beban kerja, dan/atau klasifikasi rumah sakit. Selain itu, perlu juga ditetapkan
lingkup pelayanan atau unit kerja yang masuk dalam unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,
unsur penunjang medis, serta unsur administrasi umum dan keuangan.
Pemilik menetapkan regulasi yang mengatur a) sampai dengan g) yang ada di dalam maksud dan
tujuan yang dapat berbentuk corporate by-laws,peraturan internal, atau dokumen lainnya yang
serupa. (R).
Ada penetapan struktur organisasi pemilik termasuk representasi pemilik sesuai dengan bentuk
badan hukum kepemilikan rumah sakit dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Nama
jabatan di dalam strukur organisasi tersebut harus secara jelas disebutkan. (R)
Ada penetapan struktur organisasi rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(R)
Ada penetapan Direktur Rumah Sakit sesuai dengan peraturan perundangundangan. (R)
Pemilik menetapkan regulasi yang mengatur a) sampai dengan g) yang ada di dalam maksud
dan tujuan yang dapat berbentuk corporate by-laws, peraturan internal, atau dokumen lainnya
yang serupa. (R)
Ada penetapan struktur organisasi pemilik termasuk representasi pemilik sesuai dengan bentuk
badan hukum kepemilikan rumah sakit dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Nama
jabatan di dalam strukur organisasi tersebut harus secara jelas disebutkan. (R)
Ada penetapan struktur organisasi rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(R)
Ada penetapan Direktur Rumah Sakit sesuai dengan peraturan perundangundangan. (R)
Ada bukti persetujuan, review berkala, dan publikasi/sosialisasi ke masyarakat tentang misi
rumah sakit sesuai dengan regulasi. (D,W)
Ada persetujuan rencana strategis, rencana kerja, dan anggaran rumah sakit sehari-hari sesuai
dengan regulasi. (D,W)
Ada persetujuan atas strategi dan program pendidikan, penelitian staf klinis, dan pengawasan
mutu program pendidikan tersebut. Elemen penilaian ini hanya untuk rumah sakit pendidikan.
(D,W)
Pemilik dan atau representasi pemilik memberi persetujuan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien rumah sakit, menerima laporan pelaksanaan program secara berkala, dan
memberi respons terhadap laporan yang disampaikan.
Pemilik atau representasi pemilik mempunyai tanggung jawab dalam pengawasan kendali mutu
dan kendali biaya. Dalam rangka pelaksanaan kendali mutu dan biaya rumah sakit maka rumah
sakit membuat program peningkatan mutu dan keselamatanpasien (PMKP). Pemilik dan atau
representasi pemilik mempunyai kewajiban untuk mengkaji program PMKP yang diusulkan oleh
Direktur Rumah Sakit dan menyetujui bila sudah sesuai dengan misi rumah sakit dan melakukan
pengawasan implementasi program PMKP secara berkesinambungan serta berkelanjutan.
Investasi mutu ini membutuhkan perencanaan sumber daya dan perlu dievaluasi serta dimonitor
melalui sistem yang ditetapkan.
Pemilik atau representasi pemilik memberi persetujuan dan menerima laporan pelaksanaan
program mutu sebagai berikut: laporan capaian indikator dan analisisnya setiap 3 bulan; laporan
kejadian tidak diharapkan (KTD) setiap 6 bulan; laporan kejadian sentinel setiap ada kejadian
dan laporan ulang setelah kejadian sentinel. Selesai dilakukan analisis dengan menggunakan
metode root cause analysis (RCA). Pemilik atau representasi pemilik wajib memberikan respons
terhadap laporan tersebut, khususnya bila terjadi insiden keselamatan pasien dan capaian
pemenuhan indikator yang masih rendah, termasuk juga untuk perbaikan/ memenuhi standar
diperlukan dana/anggaran tambahan maka representasi pemilik diharapkan dapat memperhatikan
usulan tersebut dan membantu mengupayakan dana/anggaran tambahan tersebut.
Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit telah disetujui oleh pemilik atau
representasi pemilik. (D,W)
2. Pemilik atau representasi pemilik telah menerima laporan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien tepat waktu
Representasi pemilik menindaklanjuti laporan dari RS. (D,W)
Direktur Rumah Sakit menentukan pelayanan yang akan diberikan oleh dokter praktik mandiri
dari luar rumah sakit. Dokter praktik mandiri dari luar rumah sakit yang memberikan pelayanan
diagnostik, konsultasi, dan layanan perawatan dari luar rumah sakit, seperti kedokteran jarak
jauh (telemedicine), radiologi jarak jauh (teleradiology), dan interpretasi untuk pemeriksaan
diagnostik lain seperti elektrokardiogram (EKG), elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), serta pemeriksaan lain yang serupa telah dilakukan proses kredensial dan pemberian
kewenangan klinik oleh rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Mutu pelayanan yang diberikan oleh dokter praktik mandiri tersebut telah dipantau sebagai
bagian dari program peningkatan mutu rumah sakit.
Berikut terlampir desain organisasi Rumah Sakit Umum
BAB III
PENUTUP
Pengorganisasian rumah sakit sangat berguna untuk mewujudkan Good Corporate
Governance (tata kelola perusahaan yang baik) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical
Governance) Perorganisasian RSU akan mempermudah dan memperlancar proses perencanaan
dan pelaksanaan pelayanan di RSU pada umumnya.Hal ini dapat dilihat dari tujuan-tujuan
pengorganisasian Rumah sakit serta prinsip-prinsip good corporate governance dan good clinical
governance ,dimana terdapat bagian masing-masing dalam melakukan pelayanan medis,adanya
landasan hukum serta regulasi-regulasi yang mendukung ketersediaan layanan Rumah sakit dan
bagian -bagian ini saling mendukung satu sama lain untuk memperlancar pelayanan medis baik
untuk pasien yang berkunjung sendiri maupun rujukan dari Rumah sakit lain sesuai kebutuhan
pasien .
Dengan adanya pengorganisasian rumah sakit kita dapat membedakan jenis-jenis rumah
sakit berdasarkan fisik,fungsi serta keunikannya masing –masing dalam melayani kebutuhan
pasien.
.Pengorganisasian rumah sakit ini akan semakin sempurna bila dalam pelaksanaannya dapat
direalisasikan dengan baik oleh pihak-pihak terkait dan apabila dalam pelaksanaannya terdapat
beberapa hambatan dapat disampaikan kepada Direktur untuk ditindak-lanjuti
Akhirul kata semoga tugas pengorganisasian rumah sakit ini dapat membantu teman-
teman di industry rumah sakit,meskipun tidak mendalam yang penting dapat memberikan sedikit
pencerahan.terimakasih atas perhatiannya.