Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang


merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya
kesehatan tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya,
Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP), Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).

Pembangunan sektor kesehatan oleh pemerintah telah lama dipandang


sebagai tolak ukur yang penting dan utama untuk ditangani secara maksimal,
sebab sektor pembangunan ini secara tidak langsung bersentuhan dengan hajat
hidup dan kualitas hidup rakyat. Menurut sudiono pemerintah tidak hanya
berupaya meningkatkan, meratakan pelayanan kesehatan tetapi juga sudah
mulai untuk mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.

Menurut Undang-undang Republik indonesia No 25 Tahun 2009 Tentang


Pelayanan Publik pasal 1 ayat 1 yakni pelayanan publik adalah kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administrative yang dosediakan oleh penyelenggaraan pelayanan
publik. Bidang kesehatan telah menjadi kegiatan yang sangat mendapat
perhatian di Indonesia karena bidang kesehatan merupakan kegiatan yang
dapat neningkatkan kesejahteraan sosial dan juga dapat mendatangkan
keuntungan apabila pihak-pihak yang mengelola  dari kegiatan ini
2

melaksanakannya, mengoptimalkan dan merevitalisasikan secara profesional.

Aspek pelayanan (service) kesehatan sering  dianggap sebagai aspek paling


penting dalam meningkatkan derajat kesehatan manusia. Hal ini dapat dipahami
karena fungsi pelajaran secara langsung bersentuhan dengan kepentingan
masyarakat. Mengedepankan aspek pelayanan kesehatan medis, maka
keberadaan puskesmas dinilai aspek paling penting , sebab fungsi puskesmas
pada umumnya yang dikenal oleh masyarakat adalah pelayanan kesehatan
(medis). Fungsi ini secara langsung dapat dirasakan manfaatnya dalam
peningkatan mutu kesehatan mereka (masyarakat) sendiri.
Sementara itu semakin kompleksnya kebijakan pembangunan dibidang
kesehatan, sangat mendukung mekanisme kerja sebuah puskesmas untuk
mengelola semua usaha usaha kesehatan dengan cara terutur dan profesional
sehingga tujuan pelayanan kesehatan dapat mencapai sasaranya. Hal ini sangat
ditentukan oleh penyelenggaraan sistem pelayanan yang baik terhadap
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau.

Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, menyatakan


bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis sumber daya bidang kesehatan adalah segala bentuk
fasilitas dalam sistematis, sebab apabila dicermati secara mendalam maka
sistem pelayanan perlu didukung oleh manajemen yang baik, sumber daya
manusia yang memadai demi tercapainya tujuan pelayanan yang berdaya
ungkit tinggi, tepat guna, berhasil guna dan optimal secara menyeluruh. .

Salah satu usaha yang termasuk dalam bidang kesehatan adalah jasa
puskesmas yang saat ini menunjukan adanya perkembangan. Pembangunan
dibidang kesehatan ini dilakukan dengan memadukan berbagai kombinasi baik
teknologi, sumberdaya, modal yang memadai, serta sistem pengendalian yang
digunakan.
3

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1999


tentang syarat dan tata cara hak warga binaan pemasyarakatan. Pada pasal 14,
15, 16 dan 17 mengatakan “setiap warga binaan mendapat hak kesehatan, baik
itu kesehatan fisik, kesehatan kebugaran, kesehatan Mental maupun rohani”.
Adapun jenis pelayanan kesehatan yang dapat di berikan oleh Puskesmas DTP
Cibeber berupa pelayanan kesehatan Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif.

Kualitas pelayanan dianggap berhasil dibangun, apabila pelayanan yang


diberikan kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang
dilayani. Pengakuan terhadap keprimaan sebuah pelayanan, bukan datang dari
aparatur yang memberikan pelayanan, melainkan datang dari pengguna jasa
layanan  (pelanggan). Pelayanan prima adalah pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan (masyarakat) minimal sesuai dengan standart pelayanan prima. Bagi
organisasi atau instansi yang belum mempunyai standar pelayanan prima,
mengacu pada terpenuhinya keinginan pelanggan (cepat,tepat,murah,ramah,dll) 
Puskesmas Cibeber merupkan salah satu puskesmas yang berada di Kota
Cilegon, dan menjadi alternatif yang dipilih oleh masyarakat sebagai tempat
pelayanan kesehatan bagi warga masyarakat yang membutuhkanya. Untuk itu
sebagai pelayanan kesehatan warga masyarakat, utamnya lebih mengedepankan
kesehatan pasien (masyarakat) yang datang berobat secara langsung meskipun
dengan cara bertahap. Dengan kata lain perhatian dan ketulusan hati dari
pelayanan kesehatan sanagt berarti bagi kesembuhan dan pemulihan kesehatan
pasien baik yang berasal dari golongan atas, menengah, utamanya pada
golongan ekonomi lemah. Dengan adanya Puskesmas DTP Cibeber pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dapat lebih mudah dan cepat sehingga kualiatas
atau mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat bisa meningkat dan dapat
memenuhi tuntutan pelayanan bagi masyarakat.
4

1.2 Tujuan
1. Meningkatkan dan memudahkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas DTP Cibeber .
2. Memberdayakan Warga Binaan menjadi kader Lapas.
3. Memberdayakan sipir Lapas untuk menjadi pengawas kegiatan.

1.3 Rumusan Masalah


1. Akses Kesehatan di Lapas belum Optimal dan masih terbatas.
2. Mutu dan kualitas Pelayanan di Lapas yang kurang optimas
3. Fasilitas Sarana & Prasasarana di Lapas masih terbatas.
4. Sumber Daya Manusia yang ada di Lapas belum terlatih di bidang
kesehatan.
5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Akses Pelayanan Kesehatan di Lapas

Akses pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai
oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, social, ekonomi,
organisasi dan bahasa. Salah satunya yaitu keadaan geografis yang dapat diukur
dengan jarak, lama perjalanan, jenis transportasi dan atau hambatan fisik lain yang
dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan pelayanan ksehatan (Pohan,
2004). Akses pelayanan kesehatan ini tidak di batasi, tidak di kurangi dan bahkan
tidak untuk di hambat oleh siapapun baik instansi, kelompok, golongan maupun
perorangan yang dapat memiliki wewenang dalam kebijakan pelayanankesehatan,
termasuk akses pelayan kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Cilegon.

Lebih lanjut dalam teori Andersen di jelaskan bahwa hal-hal yang


mempengaruhi akses seseorang terhadap pelayanan kesehatan meliputi banyak
faktor yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu faktor predisposisi
(predisposing), faktor pemungkin (enabling) dan kebutuhan (need). Akses atau
pemanfaatan kesehatan oleh seseorang dipengaruhi oleh banyak hal. Keputusan
untuk memanfaatkan pelayanan merupakan proses yang sangat kompleks yang
melibatkan keputusan individual, sosial dan dipengaruhi oleh profesional kesehatan
(Miller, at al, 1997). Oleh karena itu setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
akses pelayanan kesehatan termasuk Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
Kelas III Cilegon sebagai mana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 32 tahun 1999 pasal 14 ayat 1 mengatakan “Setiap Narapidana
dan Anak didik pemasyarakatan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
layak”.
6

2.2 Mutu dan Kualitas Pelayanan di Lapas yang belum optimal

Bila akses pelayanan Kesehatan sudah terpenuhi maka harus ada peningkatan
pelayanan yaitu dengan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan itu sendiri,
seperti yang dikatakan menurut Kotler (2000:25), kualitas pelayanan merupakan
totalitas dari bentuk karakteristik barang dan jasa yang menunjukkan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, baik yang nampak jelas
maupun yang tersembunyi. Bagi perusahaan yang bergerak di sektor jasa,
pemberian pelayanan yang berkualitas pada pelanggan merupakan hal mutlak yang
harus dilakukan apabila perusahaan ingin mencapai keberhasilan. Hal ini senada
dengan yang di sampaikan oleh Suwithi dalam Anwar (2002:84) “Kualitas
pelayanan adalah mutu dari pelayanan yang diberikan kepada pelanggan, baik
pelanggan internal maupun pelanggan eksternal berdasarkan standar prosedur
pelayanan”.
 
Untuk itu UPTD Puskesmas DTP Cibeber bersedia dan siap untuk memberikan
akses pelayanan kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Cilegon dengan
baik, bermutu dan berkualitas sesuai yang di amanatkan dalam Undang-undang
Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2.3 Fasilitas Sarana & Prasasarana di Lapas masih terbatas.

Ketersediaan adalah kesiapan suatu sarana (tenaga, barang, modal dan


anggaran), dapat digunakan untuk melengkapi syarat yang mutlak dari sarana dan
prasaran tersebut. Menurut para ahli tentang definisi fasilitas adalah sesuatu yang
berupa benda maupun uang yang dapat memudahkan serta memperlancar
pelaksanaan suatu usaha tertentu (sam : 2002).
Ada juga pengertian fasilitas menurut Prof.Dr.Hj. Zakiah Darajat, seorang
pakar Psikologi Islam, yang berpendapat fasilitas artinya segala sesuatu yang bisa
mempermudah upaya serta memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu. Dati penjabaran ini dapat disimpulkan maksud dari fasilitas sarana
prasarana adalah segala sesuatu yang dapat membatu dan mempermudah
7

kelancaran dalam pelayanan kesehatan sehingga dapat dinikmati oleh para


pengguna jasa pelayan kesehatan.
Keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan dilapas akan menggangu
pencapaian kesehatan yang optimal di lingkungan Lapas, sehingga dapat dilihat
dengan ditemukannya penyakit yang terus menerus terjangkin di lapas tersebut.
Dilihat dari sisi kesehatan menandakan kurang pengetahuanya wawasan dari para
stakeholder akan pentingnya sarana dan prasarana penunjang kesehatan yang ada
dilapas dan perlu upaya yang ekstra keras untuk mengusahakannya agar
terealisasinya sarana dan prasarana yang terbaik bagi Lapas khususnya warga
binaan tersebut.

2.4 Sumber Daya Manusia yang ada di Lapas belum terlatih di bidang
kesehatan.

Sumber daya manusia atau human recources adalah usaha kerja yang dapat
diberikan dalam proses produksi, yang mencerminkan kualitas usaha yang
diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan sesuatu jasa
dengan mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai
kegiatan ekonomis yang menghasilkan suatu jasa demi kepantingan masyarakat,
teori ini diungkapkan oleh Sonny Sumarsono (2003,h4). Dimaksudkan di sini
bahwa sumber daya manusia harus mampu bekerja, lebih produktif, dan
berkualitas demi kepentingan masyarakat, bila sumberdaya sudah ada tetapi tidak
memiliki kualitas dalam bekerja maka akan menghasilkan sesuatu yang jauh dari
yang diharapkan. Sejalan dengan teori tersebut membuktikan bahwa sumber daya
manusia yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Cilegon membutuhkan
tenaga yang terlatih dan perlu dilatih khususnya melatih warga binaan tentang
kesehatan. Demi merealisasikan sumber daya manusia yang berkualitas UPTD
Puskesmas DTP Cibeber sudah membentuk Tim kesehatan di Lapas guna
menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan di lapas itu sendiri.
8

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Data Demografi


Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Cibeber Tahun 2017

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Cibeber.

Puskesmas DTP Cibeber merupakan salah satu dari 8 (Delapan) Puskesmas yang
ada di Kota Cilegon. Puskesmas DTP Cibeber terletak di Komplek PCI Blok D No. 52,
Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cibeber yang merupakan daerah perbatasan Kota Cilegon
dan Kabupaten Serang dengan luas wilayah + 21,49 KM.

Berdasarkan peta wilayah, tampak bahwa wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP
Cibeber memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Jombang
Sebelah Selatan : Kecamatan Mancak (Kabupaten Serang)
Sebelah Barat : Kecamatan Cilegon
Sebelah Timur : Kecamatan Kramat Watu (Kabupaten Serang)
9

Semua Kelurahan dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4
(empat) sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses sarana
pelayanan kesehatan dan memudahkan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Secara administratif, Kecamatan Cibeber mempunyai 6 (enam)
kelurahan yang mencakup 37 RW dan 143 RT dengan pembagian sebagai berikut :

No KELURAHAN RT RW
1 Bulakan 14 4
2 Cikerai 11 4
3 Kalitimbang 10 4
4 Karang Asem 12 6
5 Cibeber 50 8
6 Kedaleman 31 7
Jumlah 128 33
Tabel 1 : Pembagian Wilayah Kecamatan Cibeber.

Sarana kesehatan yang dimiliki kecamatan Cibeber sebagai berikut :

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah


.
1. Puskesmas 1
2. Puskesmas Pembantu 2
3. Pilondes 2
4. Posyandu 47
5. Kader Posyandu 238
6. Kader BKB 30
7. Kader KPKIA 20
8. Kader KWT 30
9. Kader Lapas (GEGANA PEDES) 10
10. Koordinator POS KB 7
11. Koordinator Pengawas Kesehatan Lapas 2
(GASWAT KELAPAS)
Tabel 2 : Sarana kesehatan yang dimiliki kecamatan Cibeber.

UPTD Puskesmas DTP Cibeber berada di wilayah yang sangat strategis


karena berada di tepi jalan raya yang tak jauh dari sarana dan prasarana
dilingkungan Unit Pelaksana Teknis Kecamatan. Tempat dan lokasi puskesmas
Cibeber dikatakan strategis karena lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat
dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi. Seluruh kelurahan diwilayah
10

kecamatan Cibeber dapat ditempuh dengan kendaraaan roda dua dan roda empat,
namun ada 2 kelurahan yaitu kelurahan Cikerai dan Bulakan yang lumayan jauh
jaraknya dan merupakan daerah perbukitan.
Puskesmas Cibeber adalah Puskesmas rawat inap yang sudah memenuhi
standart puskesmas PONED ( Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ).
Puskesmas Cibeber juga dapat merawat penduduk kabupaten serang yang
bertempat tinggal diwilayah perbatasan kota Cilegon dan kabupaten serang.

3.2 Gambaran kesehatan di Lapas


3.2.1 Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan di Lapas
Cilegon
Jumlah WBP dan tahanan di Lapas Cilegon sudah melebihi kapasitas lapas
sebesar 22 persen.
Jumlah WBP Jumlah Tahanan Total Kapasitas Lapas
671 184 855 700
Tabel 3. Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan di Lapas Cilegon per
30 Juni 20185

3.2.2 Jumlah Kunjungan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan yang
Berobat di Bulan Februari - Juni tahun 2018
Data diambil dari buku catatan registrasi kunjungan pasien. Data tersebut
menunjukkan seberapa sering pasien berobat, namun tidak menggambarkan jumlah
banyaknya penyakit, karena pasien yang sama dapat berobat lebih dari 1 kali pada
bulan yang sama. Data yang tercatat dalam buku registrasi yaitu mulai tanggal 13
Febuari 2018 hingga 20 Juni 2018. Rata-rata kunjungan tiap bulan yaitu 207
kunjungan.

Bulan Jumlah Kunjungan Pengobatan


Februari (mulai tanggal 13/2) 52
Maret 129
April 276
Mei 218
Juni (hingga tanggal 20/6) 92
Total 767
11

Tabel 4. Jumlah Kunjungan WBP dan tahanan yang berobat di bulan Februari- Juni 2018

3.2.3 Jumlah Frekuensi Pengobatan Penyakit Menular pada WBP dan Tahanan
yang Berobat Jalan pada Bulan Februari- Juni 2018
Data diambil dari buku catatan registrasi kunjungan pasien. Data tersebut
menunjukkan seberapa sering pasien berobat, namun tidak menggambarkan jumlah
banyaknya penyakit, karena pasien yang sama dapat berobat lebih dari 1 kali pada
bulan yang sama.
Data yang tercatat dalam buku registrasi yaitu mulai tanggal 13 Febuari
2018 hingga 20 Juni 2018.

No. Penyakit Februari Maret April Mei Juni Total

1. ISPA 5 21 72 42 23 163

2. Pioderma 12 18 38 42 6 116

3. Scabies 4 3 6 21 4 38

4. Febris 2 10 16 6 4 38

5. Karies dentis 5 12 15 3 3 38

6. Tinea 2 6 10 9 1 28

7. Susp. TB 2 2 4 5 2 15

8. OMSK/OMA/OE 1 3 6 4 0 14

9. Diare/GEA 0 2 5 5 1 13

10. Rhinitis/faringitis 1 1 2 2 6 12

11. Herpes zoster 2 3 2 0 0 7

12. Herpes simpleks 0 0 1 0 0 1

Total 483

Tabel 5. Jumlah Frekuensi Pengobatan Penyakit Menular pada WBP dan Tahanan yang
Berobat Jalan pada Bulan Februari- Juni 2018

3.2.4 Jumlah Frekuensi Pengobatan Penyakit Tidak Menular pada WBP dan
Tahanan yang Berobat Jalan pada Bulan Februari- Juni 2018
12

Data diambil dari buku catatan registrasi kunjungan pasien. Data tersebut
menunjukkan seberapa sering pasien berobat, namun tidak menggambarkan jumlah
banyaknya penyakit, karena pasien yang sama dapat berobat lebih dari 1 kali pada
bulan yang sama.
Data yang tercatat dalam buku registrasi yaitu mulai tanggal 13 Febuari
2018 hingga 20 Juni 2018.

No. Penyakit Februari Maret April Mei Juni Total

1. Dermatitis 7 33 47 30 8 125

2. Dispepsia 2 6 16 13 6 43

3. Urtikaria 1 5 8 9 2 25

4. Myalgia 1 1 14 3 2 21

5. Hipertensi 1 3 6 8 2 20

6. Cephalgia 2 1 5 3 3 14

7. Hemorhoid 0 0 4 3 6 13

8. DM 2 3 4 1 2 12

9. PPOK 1 0 2 4 4 11

Total 284

Tabel 6. Jumlah Frekuensi Pengobatan Penyakit Tidak Menular pada WBP dan Tahanan
yang Berobat Jalan pada Bulan Februari- Juni 2018

3.2.5 Jumlah WBP dan tahanan yang menderita penyakit kronis per Bulan Juni
2018
Data jumlah WBP yang menderita penyakit kronis didapatkan dari buku catatan
dokter di Lapas Cilegon.

No Penyakit Jumlah
1. TB 6 orang
2. HIV/AIDS 5 orang
3. DM 3 orang
4. Hipertensi 3 orang
5. PPOK 3 orang
Tabel 7. Jumlah WBP dan tahanan yang menderita penyakit kronis per Bulan Juni 2018
13

Puskesmas pada akhirnya sebagai Pilar Utama dalam NawaCita Pemerintah


di bidang kesehatan yaitu membuka selebar-lebarnya pintu akses pelayanan
kesehatan masyarakat yang murah, terjangkau dan mengena pada seluruh lapisan
masyarakat tanpa melihat suku, agama, ras, status sosial, jabatan maupun kekayaan
orang lain harus memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menerima
pelayanan kesehatan.
Gambaran khusus yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Cilegon
berupa :
No. Sarana/bangunan Fisik Jumlah Keterangan
1. Bangunan Utama pertama 1 unit Kantor
Ruang Tamu
Aula / ruang petemuan
2. Bangunan Utama Kedua 1 unit Ruang Pemeriksaan / metal
detektor
Ruang Tamu
Klinik Lapas
Kantor Administrasi
Aula / Ruang pertemuan
3. Bangunan Narapidana 3 unit 2 kondisi layak pakai
1 kondisi rusak/sedang rehab
4 Bangunan Mesjid 1 unit
5 Ruang Perawatan / Ruang 1 unit
Isolasi
6. Bangunan Dapur Lapas 1 unit
7. Bangunan Keterampilan 1 unit
8. Kebun dan bercocok tanam 1 Unit
9. Lapangan olah raga 3 Unit
Tabel 8 : Fasilitas Sarana dan Prasarana di Lapas kelas III Cilegon
14

3.3 Inovasi Pelayanan Kesehatan di Lapas


Kegiatan pelayanan kesehatan di lapas sudah berjalan sejak 2016 sampai
dengan sekarang, tetapi efektif dan mulai aktifnya pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan yaitu pada bulan Juli 2017, sehingga pada bulan Agustus mulai diadakan
wacana kerja sama yang terikat dalam bentuk Mou antara Pihak UPTD Puskesmas
DTP Cibeber dengan Pihak Lapas Kelas III Cilegon. Dan mulai terealisasinya di
bulan November 2017 dikarenakan adanya pergantian Kalapas Kelas III Cilegon,
akan tetapi pelayanan kesehatan dengan warga binaan Lapas tetap dilaksanakan dan
tatap berjalan. Sampai dengan September 2018 Pelayanan kesehatan di Lapas kelas
III Cilegon sudah banyak kemajuan, baik itu dari jumlah Petugas Kesehatan, dan
Petugas Lapas sudah banyak peningkatan baik kuantitas maupun kualitas.

Kerja sama pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh UPTD Puskesmas


DTP Cibeber selama di lapas sebagai berikut :

No Jenis Kegiatan Kunjungan Keterangan


.
1. Penyuluhan/Promkes 1 x/bulan Rutin
2. Pengobatan/Pusling Situasional
3. VCT Mobile
- KLINIK SEHATI (VCT) 2x/tahun Rutin
- KUPAS PISANG SI HAVID (Kunjungan Setiap ada Situasional
Lapas Pagi-Siang untuk Deteksi HIV/AIDS) Wabi baru
- Prinsip CADAL KAN KUAT (Cari,
Dapatkan, Laporkan, Lakukan Kunjungan,
dan Pengobatan)
4. IMS Mobile
- KLINIK SEHATI (IMS) 2x/tahun Rutin
- PERKASAI 2X LIPAT (Pemeriksaan 2x/tahun Rutin
Kesehatan dan IMS 2 kali per tahun)
- Prinsip CADAL KAN KUAT (Cari,
Dapatkan, Laporkan, Lakukan Kunjungan,
15

dan Pengobatan)
5. Screening TBC-Kusta
- LAPOR TUK PAPA PARUKU LEMAS 2x/tahun Rutin
(kolaborasi Program TBC-KUSTA dengan
penyuluhan,pengobatan,pengawasan
rutin,dan kunjungan Lapas)
- Prinsip CADAL KAN KUAT (Cari,
Dapatkan, Laporkan, Lakukan Kunjungan,
dan Pengobatan)
6. Pemeriksaan Laboratorium Sederhana 2x/tahun Rutin
7. Konseling Situasional
8. Rehabilitasi Situasional
9. Rujukan Situasional
10. Kesehatan Jiwa Situasional
11. Kesehatan Olah raga 2x/tahun Perencanaan
12. Pembinaan/Kaderisasi Wabi (Warga Binaan) 1x/tahun Berjalan
Tim GEGANA PEDES (Gerakan Warga
Binaan Peduli Kesehatan)
13. Pembinaan Petugas Sipir 1x/tahun Berjalan
Tim GASWAT KELAPAS (Petugas Pengawas
Kesehatan Lapas)
Tabel 9 : Kegiatan Inovasi di Lapas oleh UPTD Puskesmas DTP Cibeber.

Adapun penjabaran kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas DTP cibeber


yang menjadi inovasi kegiatan dilapas adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Promkes
Suatu kegiatan promosi kesehatan yang diadakan dalam bentuk
penyuluhan seperti PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), kegiatan
simulasi penanganan dan pengelolahan sampah organik dan non organik.
Kegiatan ini dilakukan 1x / bulan dan sudah rutin dilaksanakan.
16

2. Kegiatan Pengobatan/Pusling
Suatu kegiatan kuratif dan penegakan dignostik yang dilakukan
petugas kesehatan dalam mengatasi penyakit yang ada di Lapas. Dan
kegiatan ini dilakukan situasional.

3. Kegiatan VCT Mobile


Kegiatan VCT mobile adalah proses konseling pra testing, konseling
post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat Confidental
(Rahasia) dan secara lebih dini membantu seseorang untuk mengerti dan
menerima status (HIV +) dan merujuk pada layanan dukungan, kegitan ini
di lakukan diluar gedung (fasilitas kesehatan). Sampai saat ini terakumulasi
5 penderita Positif. Dan akses pengobatan telah diberikan oleh pihak
Puskesmas DTP Cibeber dengan bekerja sama dengan pihak Lapas dan
RSUD Cilegon. Kegiatan VCT mobile dengan “KLINIK SEHATI” sudah
berjalan sejak tahun 2016 sampai sekarang. Kemudian kegiatan KUPAS
PISANG SI HAVID (Kunjungan Lapas Pagi-Siang untuk Deteksi
HIV/AIDS) dengan prinsip CADAL KAN KUAT (Cari, Dapatkan,
Laporkan, Lakukan Kunjungan, dan Pengobatan) yang dilakukan setiap ada
warga binaan yang baru.

4. Kegiatan IMS mobile


Kegiatan IMS mobile merupakan kegiatan kolaborasi dengan VCT mobile,
dan dilakukan bersama-sama. Kegiatan ini yaitu “KLINIK SEHATI” dan
kegiatan PERKASAI 2X LIPAT (Pemeriksaan Kesehatan dan IMS 2 kali
per tahun) dan pelaksanaannya dengan prinsip CADAL KAN KUAT (Cari,
Dapatkan, Laporkan, Lakukan Kunjungan, dan Pengobatan).

5. Kegiatan Screening TBC-KUSTA


Melakukan pemeriksaan kolaborasi TBC dengan Kusta mengingat
penyakit ini sangat rawan untui menular sesama warga binaan yang tinggal
bersama dalam sel tahanan. Dapat di bayangkan betapa mudahnya penyakit
17

tersebut dapat menular dengan cepat, dan penyakit tersebut tidak pernah
dilakukan screening TBC-Kusta. Saat ini sudah beberapa kali Puskesmas
DTP Cibeber melakukan kunjungan dan melakukan pemeriksaan
laboratorium penunjang TBC-Kusta dan didapat adanya TBC aktif pada 6
warga binaan, dan saat ini sudah di tempatkan di sel khusus dan telah
mendapat pengobatan Combipak OAT dari Puskesmas DTP Cibeber
melalui pengelola program TB Paru. Dan ada 1 kasus warga binaan yang
harus mendapat pengobatan TB Paru kategori 2, dan sudah dilakukan
pengobatan intensif dengan penyuntikan Streptomisin selama 2 bulan.
UPTD Puskesmas DTP Cibeber sampai saat ini telah mengakomodir
pelayanan kesehatan dengan program Inovasinya yaitu LAPOR TUK
PAPA PARUKU LEMAS (Kolaborasi Program TBC-Kusta dengan
Penyuluhan, Pengobatan, Pengawasan Rutin dan Kunjungan ke Lembaga
Pemasyarakatan). Kegiatan tesebut dilakukan sebanyak 2x/tahun.

6. Pemeriksaan Laboratorium sederhana


Kegiatan yang dilakukan dalam menambah referensi pendukung
diagnosa penyakit, kegiatan ini untuk membatu atau melengkapi program
yang lain seperti dalam pemeriksaan HIV, Hepatitis, IMS, TBC, Kusta dan
lain-lain. Analis Puskesmas DTP Cibeber berkolaborasi dengan “KLINIK
SEHATI”, LAPOR TUK PAPA PARUKU LEMAS (Kolaborasi Program
TBC-Kusta dengan Penyuluhan, Pengobatan, Pengawasan Rutin dan
Kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan), KUPAS PISANG SI HAVID
(Kunjungan Lapas Pagi-Siang untuk Deteksi HIV/AIDS), PERKASAI 2X
LIPAT (Pemeriksaan Kesehatan dan IMS 2 kali per tahun) dan
pelaksanaannya dengan prinsip CADAL KAN KUAT (Cari, Dapatkan,
Laporkan, Lakukan Kunjungan, dan Pengobatan).

7. Kegiatan Konseling
Suatu kegiatan pendukung pelayanan kesehatan di Lapas yaitu
dengan melakukan cara pendekatan interpersonal kepada warga binaan yang
18

mengalami masalah kesehatan baik spikologis, mental dan sosial di Lapas.


Kegitan ini dilakukan pada saat kunjungan kelapas, seperti saat
pengobatan/pusling, saat kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Lapas,
umumnya dilakukan kondisi situasional saja..

8. Kegiatan Rehabilitas
Kegiatan rawat jalan bagi warga binaan yang masih memerlukan
konsultasi mengenai penyakitnya setelah menjalani pemeriksaan di Fasilitas
Kesehatan Lapas. Kegiatan ini hany bersifat Situasional dengan kata lain
kegiatan Rehabilitasi apa bila ada suatu kondisi warga binaan membutuhkan
perwatan lanjutan untuk penyembuhan luka atau penyakitnya.

9. Kegiatan Rujukan
Upaya untuk mendapatkan penanganan kesehatan medis maupun
penganan kesehatan tindak lanjut untuk mendapatkan penanganan yang
lebih memadai, kegiatan ini untuk institusi kesehatan yang memiliki fasilitas
yang lebih lengkap dan di tangani oleh doter spesialis yang lebih
berkompeten. Kegiatan ini juga besifat Situasional, mengiangat kasus yang
ditemukan masih jarang, karena sudah ditangani lebih awal oleh Puskesmas
DTP Cibeber.

10. Kesehatan Jiwa


Kegiatan pelayan kesehatan yang berorientasi kesehatan mental dan
kejiwaan maupun kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial bagi para
warga binaan di Lapas. Kegiatan ini bersifat situasional dan selama ini
belum di temukan kasus warga binaan mengalami penyakit tersebut.

11. Kesehatan Olah Raga


Upaya kesehatn untuk meningkatkan kualitas hidup dengan kegiatan
aktivitas fisik yang menyeluruh terhadap warga binaan dengan memantau
kebugaran jasmani melalui olah raga di lingkungan Lapas. Kegiatan ini
sudah berjalan di Lapas tetapi masih bersifat kegiatan lepas dan penyalur
19

hobi saja dan belum terkoordinasi dengan baik, sedang puskesmas DTP
Cibeber sudah melihat dan memonitoring kegiatan tersebut dan rencananya
akan memfasilitasi kegiatan kebugaran warga binaan tersebut dengan
kegiatan “KESORGA” (Kesehatan Olah Raga dan Kebugaran).

12. Pembinaan Kader Warga Binaan


Upaya yang dilakukan oleh Puskesmas DTP Cibeber selanjutnya
adalah upaya pembinaan kader bagi warga binaan, fungsinya di sini sejalan
dengan Program pemerintah yaitu memberdayakan masyarakat yang dalam
hal ini adalah warga binaan Lapas. Tim Kader Warga Binaan sudah
terbentuk yaitu dengan nama GEGANA PEDES (Gerakan Warga Binaan
Pedili Kesehatan). “Gegana Pedes” memiliki filosofi yaitu Gegana
merupakan satuan dari kepolisian yang memiliki kedisiplinan, keahlian dan
kemampuan khusus, disini warga binaan lapas yang terpilih sebagai kader
akan dilatih khusus di bidang kesehatan yang nantinya siap membantu
pelayanan kesehatan di lapas dengan melakukan upaya promotif dan
preventif berupa penyuluhan, pengawasan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat) dan membantu pengobatan sederhana bagi warga binaan di
lapas. Sedangkan Pedes merupakan kata kiasan pedas yang artinya setiap
kader yang sudah dilatih harus pandai bicara dan siap melakukan
penyuluhan kapanpun, dimanapun dan kemanapun di lingkungan Lapas,
kader ini akan idebtik dengan orang yang banyak bicara atau cerewet.
Karena untuk melakukan perubahan perilaku bagi warga binaan tidak bisa
dilakukan beberapa waktu saja tetapi harus rutin dilakukan agar cepat
mendapatkan hasil yang nyata di lingkungan Lapas.

13. Pembinaan Petugas Pengawas (Sipir)


Sedangkan untuk melihat dan memonitoring kegiatan kader Lapas
maka perlu adanya Tim pengawas yang ada di lingkungan Lapas, dalam hal
ini yaitu Petugas Sipir Lapas. Mereka di tugaskan untuk mengawasi,
memonitoring, membina, dan melindungi para Kader Lapas selama
melakukan kegiatan. Tim ini diberi nama GASWAT KELAPAS (Petugas
20

Pengawas Kesehatan Lembaga Pemasyarakatan). Yang dibentuk bersamaan


dengan Kader GEGANA PEDES. Kedua Tim ini bertanggung jawab atas
semua masalah kesehatan di Lapas dan turut membantu Petugas Kesehatan
di Lapas dan Puskesmas DTP Cibeber.
21

BAB IV
KEBERHASILAN PEMBINAAN KADER GEGANA PEDES

Tujuan dari Pembinaan kader kesehatan di Lapas adalah untuk


Memandirikan, Memberdayakan, dan memberikan kepercayaan kepada WBP yang
terpilih menjadi kader kesehatan lapas (GEGANA PEDES) sehingga mereka
menjadi orang yang Bertanggung Jawab. Sehingga apabila mereka telah selesai
masa tahanannya mereka lebih percaya diri untuk tampil di masyarakat.
Setelah terbentuknya kader yang berasal dari Warga Binaan pada tahun
2017, banyak sekali upaya dan keberhasilan yang di hasilkan oleh kader GEGANA
PEDES (Gerakan Warga Binaan Peduli Kesehatan) yaitu :
1. Melakukan Promosi kesehatan berupa penyuluhan perorangan maupun
penyuluhan berkelompok.
2. Membantu petugas kesehatan dengan melakukan motivasi kepada WBP
yang sehat untuk tetap hidup sehat maupun membantu WBP yang sedang
sakit.
3. Membantu mengarahkan para WBP untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan rutin.
4. Membantu melacak WBP yang dicurigai memiliki infeksi menular. Seperti
penyakit Infeksi Kulit, penyakit Infeksi Paru, HIV, SIFILIS dll.
5. Membantu mengawasi WBP yang sedang rutin pengobatan atau
Pemantauan Minum Obat (PMO). Seperti WBP yang mengidap penyakit
Infeksi Paru yang membutuhkan pengobatan rutin selama 6 bulan atau WBP
yang mengidap penyakit Diabetes Melletus (DM).
6. Membantu menciptakan lingkungan lapas yang sehat, dengan turut serta
dalam kegiatan kerja bakti di lapas.
7. Berperan aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan maupun
dari Puskesmas dilapas, seperti pemeriksaan HIV, SIFILIS, TB, dan
penyakit yang lainnya.
8. Membantu dokter dan perawat dalam memantau perkembangan kesehatan
WBP yang sedang sakit. Seperti melaporkan kondisi pasien (WBP) yang
22

sakit atau sedang pengobatan, ikut turut serta saat dokter dan perawat
visitasi ke WBP yang sedang sakit.
23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Selama Kerja sama antara UPTD Puskesmas DTP Cibeber dengan Lapas
Kelas III Cilegon terjadi peningkatan pelayanan kesehatan, dengan ditemukan
penyakit infeksi HIV, TBC, dan IMS terhadap warga binaan. Terlayaninya para
warga binaan terhadap kebutuhan pengobatan dan pencegahan penyakit, juga
telah terbentuk nya Tim kesehatan di Lapas yaitu terbentuknya Kader GEGANA
PEDES (Gerakan warga binaan peduli kesehatan) dan Tim GASWAT KELAPAS
(Petugas Pengawas Kesehatan Lapas) yang sangat membantu Tim kesehatan
Puskesmas maupun kesehatan di Lapas.

4.2 Saran
1. Perlu ada kerja sama yang sistematis dan terintegrasi antara UPTD
Puskesmas DTP Cibeber – Lapas Kelas III Cilegon – Dinas Pendidikan
– Departemen Agama – Dinas Tenaga Kerja.
2. Menambah Sarana Prasarana dan SDM di Lapas Kelas III Cilegon
3. Membuat vasiasi dan inovasi kegiatan yang baru untuk membangun
karakter Warga Binaan yang bermartabat dan siap guna di masyarakat.
24

DAFTAR PUSTAKA

Lapau, Buchari, (2012), Metode Penelitian Kesehatan ; Metode Ilmiah Penulis


Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Arin Widiastuti (2009), Hubungan antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana Usaha
Kesehatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Skripsi FIK UNY.
Soekidjo Notoatmojo, (2007), Pengantar Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta : Andi offset.
Sarwono, Prawirohardjo, (2005), Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Tridasa
Printer.
Kemenkes RI, (2012b) Buku Pedoman Penghapusan Stigma dan Diskriminasi bagi
Pengelola Program, Petugas Layanan Kesehatan dan Kader. Bakti Husada.
25

LAMPIRAN
26

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN


LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS III
CILEGON

Foto 1. Kegiatan Pembinaan/kaderisasi


27

Foto 2. Kegiatan KLINIK SEHATI (VCT dan IMS)

Foto 3. Kegiatan KUPAS PISANG SI HAVID pada warga Binaan yang baru.
28

Foto 4. Kegianatan Pemeriksaan Laboratorium sederhana bersama DinKes Cilegon

Foto 5. Kegiatan Konsolidasi persiapan pembentukan Tim GASWAT KELAPAS dan Tim
GEGANA PEDES
29

FOTO 6. Kegiatan Konsolidasi persiapan pembentukan Tim GASWAT KELAPAS dan Tim
GEGANA PEDES

Foto 7. Kegiatan pembinaan dan penyuluhan kesehatan


30

Foto 8. Foto kegiatan Pusling dan pengobatan

Foto 9. Foto kegiatan Pusling dan pengobatan


31

Foto 9 : kegiatan pelatihan dan kaderisasi di Lapas kelas III cilegon

Foto 10. Kegiatan pertemuan penanda tangan MoU dengan Kalapas cilegon

Foto 11. Kegiatan pertemuan penanda tangan MoU dengan Kalapas cilegon
32

Foto 12. Rapat koordinasi dengan Ka Lapas Cilegon

Foto 13. Kegiatan pelatihan dan pembinaan kader

Foto 14. Kegiatan pelatihan dan pembinaan kader


33

Foto 15. Konsultasi pasien Warga Binaan Lapas dengan Dokter Puskesmas
DTP Cibeber
34

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN


LAIN-LAIN

Anda mungkin juga menyukai