Anda di halaman 1dari 7

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

Optimalisasi Chasless Sebagai Upaya Tindakan Pencegahan Peredaran Uang


Tunai Pada Lapas Kelas II A Pangkal Pinang

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan skripsi

NAMA : Irpan Ariyansyah


STB : 3968

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
TANGERANG
- 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lembaga pemasyarakatan (Lapas) merupakan tempat melaksanakan pembinaan


narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Sebagai lembaga pembinaan posisinya
sangat strategis dalam merealisasikan tujuan akhir dari sistem peradilan pidana, yaitu
rehabilitasi dan reosialisasi pelanggar hukum, bahkan sampai pada penanggulangan
kejahatan. Sehingga fungsi lembaga pemasyarakatan adalah pembinaan dan bimbingan,
dengan tahap-tahap orientasi, pembinaan dan proses asimilasi.

Dalam Pasal 1 ayat 1 UU No.22 tahun 2022 pemasyarakatan adalah subsistem


peradilan pidana yang menyelenggarakan penegakan hukum di bidang perlakuan
terhadap tahanan, anak, dan warga binaan. Lembaga pemasyarakatan merupakan
tonggak utama bagi pelaksanaan berbagai kegiatan di lembaga pemasyarakatan
selanjutnya keamanan merupakan syarat mutlak untuk terlaksananya program-program
di lapas Pada prinsipnya fungsi keamanan di lembaga pemasyarakatan dimaksudkan
untuk memberikan rasa aman, tertib kepada tahanan, narapidana dan anak didik
pemasyarakatan. Keamanan juga menjadi pendukung utama pencegahan pengulangan
tindak pidana, pelarian, pencurian antar narapidana dan kerusuhan, pencegahan
terjadinya kerusuhan atau pembangkangan pada tata tertib dan terhadap masuknya
benda-benda yang tidak diperkenankan masuk dalam hunian.

Dalam melaksanakan fungsi kemanan terdapat beberapa hal yang harus menjadi
perhatian petugas pemasyarakatan, dimana pengamanan dengan tindakan yang
berlebihan dengan mengabaikan hak-hak dasar akan berdampak pada terganggunya
keamanan dan ketertiban warga binaan. Pada konteks tersebut maka keseimbangan
antara keamanan dengan proses integrasi masyarakat, utamanya kepentingan narapidana
dan anak didik pemasyarakatan menjadi perspektif yang harus dimiliki petugas.
Disebutkan dalam pasal 9 Undang - Undang No.22 Tahun 2022 yang menjelaskan
pelayanan adalah kegiatan yang di selenggarakan untuk memberikan perlindungan dan
pemenuhan hak bagi tahanan dan anak pada proses peradilan. Terlepas pada proses

2
sistem pembinaan di lembaga pemasyarakatan, narapidana juga harus mendapatkan
perlindungan dan pemenuhan hak. Dalam hal ini setiap individu berhak untuk
mendapatkan hak nya, salah satunya yaitu membeli perlengkapan atau kebutuhan
sehari-harinya dalam lembaga pemasyarakatan itu sendiri. Di dalam lapas juga terdapat
sistem perekonomian yang berjalan antara pihak lapas dengan narapidana melalui
koperasi di dalam sistem perekonomian tersebut muncul proses pembayaran yang di
lakukan oleh narapidanan ketika bertransaksi dengan koperasi, berkaitan dengan hal itu
dalam Undang-undang No. 23 tahun 1999 BI pasal 1 dijelaskan bahwa Sistem
Pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan
mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi
suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegaitan ekonomi. Sistem pembayaran harus
dapat menjamin terlaksananya perpindahan uang masyarakat secara efisien dan aman
sehingga dapat menjamin kenyamanan dalam melakukan setiap transaksi yang
dilakukan dalam kegiatan ekonomi. Jadi bank Indonesia sebagai Bank sentral pada
dasarnya memilki kewajiban mengatur dan mengawasi sistem pembayaran yang
berlangsung dalam kegiatan ekonomi masyarakat dengan mewujudkann sistem yang di
inginkan oleh pelaku kegiatan ekonomi.”

Sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah


nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai
uang tersebut sangat beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana
sampai pada penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga.
Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia
dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank
Indonesia. Secara umum, sistem pembayaran terdiri atas beberapa komponen berupa
kebijakan, instrumenalat pembayaran, mekanisme kliring dan setelmen, kelembagaan,
infrastruktur pendukung dan perangkat hukum. Beberapa alat instrumen pembayaran
yang selama ini telah di kenal adalah uang, kartu debit, kartu kredit, serta alat
pembayaran elektronik seperti internet banking, RTGS, transfer kredit melalui kliring
dan sebagainya. Sesuai amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
3 tahun 2004, tugas Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran mencakup sistem

3
pembayaran tunai dan non tunai. Dalam perannya di bidang pembayaran tunai, Bank
Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa tanggung jawab yang dipikul untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah dalam jumlah dan pecahan yang cukup
merupakan sebuah tantangan tersendiri.

Hal ini mengingat bahawa dalam lembaga pemasyarakatan jumlah narapidana yang
cukup banyak serta kondisi lapas yang sangat luas untuk menggunakan uang dalam
jumlah dan pecahan yang optimal. Selain itu penggunaan uang tunai sebagai alat
pembayaran di masyarakat dirasakan mulai menimbulkan masalah terutama tingginya
biaya cash handling, risiko perampokan pencurian, kesehatan, kepraktisan serta uang
palsu. Penggunaan uang kas dalam jumlah yang sangat besar dalam jangka panjang
akan menimbulkan beban bagi perekonomian terutama berkaitan dengan cash handling
dan rendahnya velocity of money (percepata uang) . Di sisi lain penggunaan uang tunai
juga dapat mengakibatkan inefisiensi waktu karena panjangnya antrian di sentra-sentra
pembayaran serta ketidakpraktisan membawa uang dalam jumlah yang cukup banyak.
Dari sisi sistem pembayaran non tunai, Bank Indonesia berkepentingan untuk
memastikan bahwa sistem pembayaran non tunai yang digunakan oleh masyarakat dapat
berjalan secara aman, efisien dan handal. Oleh karena itu, perkembangan penggunaan
alat pembayaran non tunai mendapat perhatian yang serius dari Bank Indonesia
mengingat perkembangan pembayaran non tunai diharapkan dapat mengurangi beban
penggunaan uang tunai dan semakin meningkatkan efisiensi perekonomian dalam
masyarakat. Meskipun dari sisi teknologi alternatif penggunaan instrumen pembayaran
non tunai sangat feasible untuk menggantikan uang tunai namun demikian aspek
psikologis, keamanan, kenyamanan dan kepercayaan masyarakat terhadap uang kas
kemungkinan besar tetap merupakan hambatan yang masih harus dihadapi dalam
pengembangan instrumen pembayaran non tunai. Lapas kelas IIA Pangkal Pinang
dengan perkembangan teknologi yang pesat, pola dan sistem pembayaran dalam
transaksi ekonomi terus mengalami perubahan.

Kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran menggeser peranan uang tunai


sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efisien dan
ekonomis. Pembayaran non tunai umumnya dilakukan tidak dengan menggunakan uang

4
sebagai alat pembayaran melainkan dengan cara tap cash dan debit. Selain itu
pembayaran non tunai juga dapat dilakukan dengan menggunakan kartu sebagai alat
pembayaran, misalnya dengan menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit.
Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan tingkat persaingan bank yang
semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank untuk semakin inovatif
dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non tunai berupa sistem talat
pembayaran menggunakan kartu electronic card payment yang aman, cepat dan efisien,
serta bersifat global
Santomero dan Seater, 1996. Pembayaran elektronis tersebut, pada awal
perkembangannya masih terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang
menggunakannya. Dalam perkembangannya, beberapa negara telah menemukan dan
menggunakan produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai Electronic Money e-
money, yang karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah
disebutkan sebelumnya.

Pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money atau kartu ATM tidak
selalu memerlukan proses otorisasi dan terhubung ke Lapas kelas II A Pangkal Pinang
secara langsung online dengan rekening nasabah di bank Sumsel Babel. Sejumlah nilai
dana tertentu monetary value telah terekam tersimpan dalam alat pembayaran yang
digunakan tersebut. Kehadiran alat-alat pembayaran non tunai tersebut di atas, semata-
mata tidak hanya disebabkan oleh inovasi sektor perbankan namun juga didorong oleh
kebutuhan masyarakat akan adanya alat pembayaran yang praktis yang dapat
memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi.
Gambar 1.1
Diagram Fishbone
Penyebab Akibat

5
Kemudahan transaksi tersebut dapat mendorong penurunan biaya dan waktu
transaksi dan pada gilirannya dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi Dias, 2000.
Dalam dua dekade terakhir, alat pembayaran non tunai dianggap telah berperan dalam
menggantikan uang sebagai alat pembayaran. Metode pembayaran secara transfer antar
rekening bank semakin banyak menggantikan peran uang dalam perdagangan besar dan
transaksi transaksi keuangan nilai besar, sedangkan alat pembayaran menggunakan
kartu khususnya dalam bentuk kartu debit, kartu ATM, kartu kredit, maupun stored
value card prepaid card seperti e-money telah mulai menggantikan peran uang tunai
dalam pembayaran retail Lahdenpera, 2001.

King 1999 mengemukakan bahwa masa kejayaan monopoli bank sentral dalam
mengendalikan perekenomian melalui penerbitan uang dalam bentuk fiat money secara
bertahap akan berkurang sejalan dengan perkembangan alat pembayaran non tunai
electronic money. Hal yang sama juga dikemukan oleh Freidman 1999 dalam tulisannya
yang mengingatkan bahwa perkembangan Universitas Sumatera Utara 5 teknologi
informasi akan memberi implikasi pada berkurangnya peran base money dalam
transaksi pembayaran. Di masa depan akan semakin banyak lagi industri yang akan
terkonvergensi karena interlinkage yang semakin berkembang. Berbagai bisnis baru
diperkirakan akan terus tumbuh dan berkembang terutama karena semakin
berkembangnya telecommunication network, akses komputer dan internet yang semakin
meningkat di kalangan masyarakat serta teknologi yang semakin murah. Hal ini
tentunya akan mendorong biaya transaksi pembayaran non tunai menjadi semakin
murah karena handling fee yang lebih rendah bila dibandingkan dengan transaksi
menggunakan uang tunai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh transaksi non tunai terhadap Lapas kelas IIA Pangkal
Pinang ?
2. Apa

6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, dan rumusan permasalahan tersebut, penulis
menetapkan beberapa tujuan penelitian yaitu:
1. Menjelaskan bagaimana pengaruh penggunaan pembayaran non tunai terhadap
Lapas kelas IIA Pangkal Pinang
2.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi masukan kepada setiap
pengambil kebijakan dalam melihat pengaruh penerapan sistem pembayaran non-
tunai terhadap Lapas kelas IIA Pangkal Pinang. Penulis juga mengharapkan semoga
hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dan memperkaya
referensi untuk penelitian lebih lanjut. Bagi penulis sendiri, penelitian ini
diharapkan mampu memberi pengetahuan yang lebih mendalam mengenai
pengaruuh penerapan sistem pembayaran non-tunai terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai