39.
1. BAB I
2. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
3.
Dalam pembangunan, manusia merupakan salah satu faktor
terpenting
manusia yang memiliki kualitas dan kuantitas agar hasil yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik. Tugas besar bangsa Indonesia saat ini selain dalam upaya
menumbuhkan ekonomi masyarakat juga menanggulangi tingginya angka
kejahatan. Kejahatan yang juga merupakan bagian dari permasalahan sosial yang
bertentangan dengan hukum akan tetap ada selama peradaban manusia masih
ada, dalam kehidupan sehari-hari pun banyak kita jumpai kejahatan melalui
pemberitaan di media massa yang sangat banyak dan hal ini dikarenakan
banyaknya kejahatan yang terjadi.
4.
Pemidanaan adalah suatu upaya untuk menyadarkan narapidana
agar dapat menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya
dan
41.
40.
38. 2
39.
a.
b.
sebagainya.
Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil, misalnya
pengelolaan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam menjadi
bahan setengah jadi dan jadi (contoh mengolah rotan menjadi perabotan
rumah tangga, pengolahan makanan ringan berikut pengawetannya dan
c.
d.
nafkah.
Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan
pertanian (perkebunan) dengan menggunakan teknologi madya atau
teknologi tinggi, misalnya industri kulit, industri pembuatan sepatu
kualitas ekspor, pabrik tekstil, industri minyak atsiri dan usaha tambak
udang.1
6.
Pada kenyataannya lembaga pemasyarakatan Klas 1A Kota
Cirebon
sudah
menyediakan
beberapa
kemampuan
sebagai
penunjang
41.
40.
38. 3
39.
7.
kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,
professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana.
8.
Program Kepribadian pada Lembaga Pemasyarakatan Klas 1A
Kota Cirebon meliputi :
1. Pembinaan Mental Spritual (Kegiatan Agama Islam)
a. Program pemberantas Buta huruf Al-quran
b. Talim mutaalim
c. Shalat berjamaan dan Ceramah umum
d. Pembacaan Surat Yasin berjamaah
e. Dzikir Mubaroq dan Khotmil Quran
f. Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha
g. Peringatan Maulid Nabi SAW
h. Isra Miraj
9. Kegiatan Agama Kristen:
a. Kebaktian Mingguan dan Bulanan
b. Hari Raya Natal, Tahun baru dan Paskah
2. Pembinaan Kesadaran berbangsa dan bernegara:
a. Kegiatan keterampilan baris berbaris
b. Kegiatan kepramukaan
c. Kegiatan upacara kesadaran Nasional/hari besar kenegaraan
d. Kegiatan pemilihan umum yang dilaksanakan secara periodik
3. Pembinaan kemampuan Intelektual (kecerdasan)
a. PKBM (Program Kegiatan belajar mengajar Masyarakat)
b. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
c. Kegiatan perpustakaan
4. Pembinaan Kesenian
a. Band (music)
b. Tarling/dangdut
c. Marawis
5. Pembinaan Kesadaran Hukum
a. Pengenalan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pasal-pasal tertentu
b. Penyuluhan hukum yang dilaksanakan oleh lembaga bantuan hukum.
10.
41.
40.
38. 4
39.
diarahkan untuk dapat memproduksi suatu barang atau jasa yang mempunyai nilai
jual, dan bagi narapidana yang dapat memproduksi akan diberikan upah/premi.
11.
Dalam
kenyataannya
narapidana
yang
menjadi
tahanan
41.
40.
38. 5
39.
13.
narapidana
setelah
selesai
menjalani
Pembinaan
di
Lembaga
Pemasyarakatan. Selain hal tersebut, efektif atau tidak sistem yang diterapkan di
Lembaga Pemasyarakatan sehingga narapidana tersebut bisa berubah menjadi
lebih baik dengan teknologi tinggi ataukah dapat membuat narapidana menjadi
lebih mahir di bidang kejahatannya.
14.
Pembinaan yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan
didasarkan pada Undang-Undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan.
Lembaga pemsyarakatan sebagai ujung tombak diharapkan mampu untuk
membina warga binaan sehingga bisa berdayaguna dan menjadi manusia yang
lebih baik serta dapat diterima kembali oleh masyarakat. Pelaksanaan pembinaan
narapidana ini didasarkan pada pola pembinaan narapidana yang telah dikeluarkan
oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman RI Nomor. M. 022-PK.04. 10 Tahun 1990 meliputi pendidikan,
rehabilitasi dan reintegrasi. Namun pembinaan ini tentu akan tergantung pada
situasi dan kondisi warga binaan yang ada pada Lembaga Pemasyarakatan, karena
latar belakang yang dimilikinya berbeda-beda. Hal ini sesui dengan pernyataan
41.
40.
38. 6
39.
dan
masyarakat
untuk
meningkatkan
kualitas
warga
binaan
41.
narapidana
dalam
upaya
40.
38. 7
39.
dilakukan, tidak hanya bersifat material atau sprititual saja, melainkan keduanya
harus berjalan dengan seimbang, ini merupakan hal-hal pokok yang menunjang
narapidana mudah dalam menjalani kehidupannya setelah selesai menjalani masa
pidana. Bimbingan Lembaga Pemasyarakatan diharapkan mampu membentuk
kepribadian serta mental narapidana yang dianggap tidak baik dimata masyarakat
menjadi berubah kearah yang normal dan sesuai dengan norma dan hukum yang
berlaku.
17.
komponen-komponen
yang
menunjang
keberhasilan
proses
pembinaan
41.
40.
39.
38. 8
Paket B setara SMP/MTs dan Paket C setara SMA/MA yaitu Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
20.
Banyak masyarakat yang tidak memahami pendidikan nonformal,
padahal hasil pendidikan nonformal juga dihargai setara dengan hasil pendidikan
formal, tentunya setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (6).
21.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 1
bahwa pendidikan nonformal termasuk pendidikan non formal berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka life
long education. Konsekuensi logis dari fungsi tersebut maka terdapat kebutuhan
peningkatan mutu pendidikan non formal yang sepadan atau setara dengan fungsi
pendidikan formal dalam memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Pada
kenyataannya, lulusan pendidikan non formal selama ini masih termarjinalkan.
Pendidikan non formal berfungsi sebagai pengganti (substitude education) fungsi
sekolah di suatu daerah karena alasan tertentu. Program pendidikan non formal
terdiri dari kesetaraan Paket A, Paket B, dan Paket C. Program kesetaraan
41.
40.
38. 9
39.
terserapnya seluruh warga binaan yang mengikuti program ini, total jumlah
penghuni sekitar 600an (Enam Ratus) hanya terserap 50an (Lima puluh),
disamping itu warga binaan yang sudah terdaftar sebagai murid pun masih jarang
hadir diklas. Hal ini menimbulkan kesan bahwa kegiatan belajar mengajar pada
program kesetaraan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1A Kota Cirebon kurang
dilakukan secara serius oleh pihak-pihak terkait.
2
41.
40.
38. 10
39.
25.
faktor usia yang sudah menuapun menjadi masalah yang serius dan perlu
dibenahi, karena pada kenyataannya minat belajar pada warga binaan menjadi
sangat kurang bahkan sampai ada yang masih buta huruf, karena pada
kenyataannya diantara 600an narapidana banyak yang masih putus sekolah tingkat
SMA.
26.
41.
40.
38. 11
39.
32.
Narapidana
yang
telah
menjalani
pembinaan
di
Lembaga
41.
40.
38. 12
39.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
1.5 Kerangka Pemikiran
45.
46.
47.
48.
49.
50.
9. DINAS
Pendidikan
51.
menyelenggarakan
program52.pendidikan non
53. dengan :
formal, sesuai
54.
- UU no 55.
20 tahun 2003
tentang 56.
sistem pendidikan
-
nasional
PP no
57. 17 tahun 2010
tentang
penyelenggaraan
dan pengelolaan pendidikan
58.
Peraturan
Menteri
59.Nasional
Pendidikan
Keputusan 60.
Menteri
61.
Pendidikan Nasional
62.
63.
64.
65.
66.
6. 4.UUD 1945
7. Pasal 31 tentang
11.Pembinaan
Warga
8.Pendidikan
Binaan berbasis
14. UU no
12 tahun 1995
13.
karakteristik
tentang
15.
Pemasyarakatan
-Keputusan Menteri Kehakiman RI
Nomor M.022-pk.04.10 tahun
1990
tentang
pelaksnaan
pembinaan
- Keputusan
Menteri
5. Dinas Pendidikan
Kota Cirebon
10. Lembaga
Pemasyarak
12. Narapidana/Warg
a Binaan
Kehakiman
Republik
17. Nomor M. 02Indonesia
18.PK.04.10
PP no 57 tahun
1999 1990
Tahun
tentang
kerjasama
tentang Pola Pembinaan
penyelenggaran
Narapidana/Tahanan
pembinaan dan
pembimbingan
19.
16.Menciptakan warga
Bekerjanya hukum dimulai
dengan
pembuatan
hukum, pembuatan
binaan yang
lebih
baik
dan Cerdas
41.
40.
38. 13
39.
68.
hukum
hukum) didayagunakan
dan
untuk
implementasinya
melakukan
analisis
(tentang
tentang
bekerjanya
pembentukan
Robert B. Seidman & William J. Chambles, Law, Order, and Power, Printed in
United States of America, Pubhlised Stimulant Costly in Canada Library
of Congress Catalog Card No. 78-111948.
41.
40.
38. 14
39.
dapat dipisahkan dari hukum yang bekerja di dalam masyarakat. Bahwa hukum
itu untuk masyarakat, sebagaimana teori living law. Fungsi-fungsi hukum hanya
mungkin dilaksanakan secara optimal, jika hukum memiliki kekuasaan dan
ditunjang
41.
oleh
kekuasaan
politik.
Meskipun
kekuasaan
politik
40.
38. 15
39.
memiliki karakteristik
tidak
ingin
dibatasi,
sebaliknya
hukum
memiliki
41.
40.
38. 16
39.
kejahatan melalui rentetan sejarah yang panjang mengalami perubahanperubahan dan perkembangan, dari satu cara yang bersifat pembalasan
terhadap orang-orang yang melakukan kejahatan, yang berubah menjadi alat
untuk melindungi individu dari gangguan individu lainnya, dan perlindungan
masyarakat dari gangguan kejahatan akan terus berubah sebagai wadah
pembinaan nara pidana untuk pengembalian ke dalam masyarakat7.
76.
Ultimum Remidium (upaya terakhir) yang lebih tertuju kepada alat agar
narapidana sadar akan perbuatannya sehingga pada saat kembali ke dalam
masyarakat ia akan menjadi baik, baik dari segi keagaman, sosial budaya
maupun moral sehingga akan tercipta keserasian dan keseimbangan di tengahtengah masyarakat. Pemasyarakatan membentuk sebuah prinsip pembinaan
dengan sebuah pendekatan yang lebih manusiawi seperti yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan.
77.
pemasyarakatan
7
41.
merupakan
wujud
tercapainya
reintegrasi
sosial
yaitu
Soedjono Dirdjosisworo, 1984, Sejarah Dan Azaz Penologi, Armico, Bandung, hlm
11
40.
38. 17
39.
partisifatif bukan hanya hal ini datang dari petugas akan tetapi semua pihak
8
41.
40.
38. 18
39.
pemberian
senantiasa bertindak
partisipatifnya
sesuai
dengan
para
petugas
prinsip-prinsip
menunjukkan
sikap,
tindakan
dan kebijaksanaannya
dalam
41.
40.
38. 19
39.
dicapai
dengan
penyiksaan,
melainkan
dengan
yang
lampau.
Narapidana
dapat diikutsertakan
dalam
system
41.
40.
38. 20
39.
kebutuhan
pelaksanaan
program-program
pembinaan dan
Perlulah
diingat
bahwasannya
penjatuhan
pidana
bukan
(integral) dengan sehat dalam masyarakat serta dapat berperan bebas dan
bertanggung
narapidana
jawab. Adapun
sebagai
maksud
individu yang
dari
diarahkan
manusia
fitrahnya
seutuhnya
untuk
adalah
menjalin
10 Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.3.
41.
40.
38. 21
39.
82.
sebagai penjaraan belaka, namun juga sebagai upaya rehabilitasi dan reintegrasi
sosial. Konsepsi itu di Indonesia disebut Pemasyarakatan. Untuk pelaksanaan
pidana penjara yang berdasarkan kepada sistem pemasyarakatan di Indonesia saat
ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Serta penjelasan umum Undang-undang Pemasyarakatan yang
merupakan dasar yuridis filosofi tentang pelaksanaan sistem pemasyarakatan di
Indonesia dinyatakan bahwa 12:
1. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran
baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi
juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial warga binaan
pemasyarakatan telah melahirkan suatu sitem pembinaan yang sejak lebih
dari tiga puluh tahun yang dinamakan sistem pemasyarakatan.
2. Walaupun telah diadakan berbagai perbaikan mengenai tatanan (stelsel)
pemidanaan
seperti
pranata
pidana
bersyarat (Pasal
14a
KUHP),
sifat
pemidanaan
masih bertolak
dari
asas
dan
system
41.
40.
39.
38. 22
41.
40.
39.
38. 23
41.
40.
39.
38. 24
bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dari perilaku alam. Manusia
bertindak sebagai agen dalam mengonsrtuksi realitas sosial. Cara konstruksi
dilakukan dengan memahami atau memberikan makna terhadap perilaku mereka
sendiri. Oleh karena itu, tugas ilmu sosial khususnya ilmu hukum adalah
mengamati cara agen melakukan penafsiran, memberi makna terhadap realitas.
Makna berupa partisipan agen melakukan konstruksi melalui proses partisipasi
dalam kehidupannya. Paradigma konstruktivisme ingin mencermati munculnya
motif dan alasan tindakan individual guna memasuki ranah struktural.17
90.
91. 1.6.2 Jenis Penelitian
92.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang menekankan quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau
jasa.18 Karena pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana asas-asas
hukum dan sistematika hukum diterapkan untuk mengetahui Model Pembinaan
Narapidana Berbasis Karakteristik (Studi Kerjasama Lembaga Pemasyarakatan
Klas 1A Kota Cirebon dengan Dinas Pendidikan Kota Cirebon). Dalam jenis
penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.
93.
94. 1.6.3 Metode Pendekatan
16 Agus Salim, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.Yogyakarta: UGM
Press.
17 Op.cit. hlm.124.
41.
40.
38. 25
39.
95.
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah
19 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum : Paradigma, Metode dan Dinamika
Masalahnya, Jakarta, ELSAM dan HUMA, 2002, hlm. 164.
20 Pendekatan ini tetap dalam ranah hukum, hanya perspektifnya yang berbeda.
Cermati Zamroni,
Pengembangan Pengantar Teori Sosial, Tiara Yoga, Yogyakarta, 1992, hlm.8-82.
Perkembangan ilmu sekarang telah mengalami pergeseran menuju suatu pendekatan
holistic.
41.
40.
38. 26
39.
dan hasilnya lebih baik. Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat
pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi.
100.
Menurut Sugiyono
22
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.
102.
103. 1.6.5 Instrumen Pendukung
104.
41.
40.
38. 27
39.
41.
40.
38. 28
39.
112.
primer dan data sekunder. Data primer yang dipergunakan bersumber atau
diperoleh dari penelitian lapangan yaitu data mengenai gambaran narapidana
mengenai Model Pembinaan Narapidana Berbasis Karakteristik (Studi Kerjasama
Lembaga Pemasyarakatan Klas 1A Kota Cirebon dengan Dinas Pendidikan Kota
Cirebon). Sedangkan data sekunder adalah berupa data yang bersumber atau
diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data sekunder dibidang hukum dibedakan
menjadi 3 (tiga) yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier24, yaitu:
23
Sugiyono, Op.cit
24
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Op.Cit., Hlm 13
41.
40.
38. 29
39.
1.
Bahan hukum primer. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat, dan terdiri dari :
116.
Pembinaan
Dan
Pembimbingan
Warga
Binaan
Pemasyarakatan
Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, yaitu :
a. Buku-buku hasil karya para sarjana.
b. Hasil penelitian hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini.
c. Makalah/bahan penataran maupun artikel-artikel yang berkaitan dengan
3.
materi penelitian.
Bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier yaitu kamus, ensiklopedia, dan bahanbahan lain yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahanbahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang
dikaji.
117.
118. 1.6.8 Analisis Data
119.
41.
40.
38. 30
39.
dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Didalamnya terdapat regularitas
atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).25
120.
Analisa data adalah proses mengatur
urutan
data,
25
Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis
Kearah Penguasaan Modal Aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 53.
26
Lexy J. Moleong, Metode Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 103.
27
Ibid. hlm. 3.
41.
40.
38. 31
39.
124.
Triangulasi yaitu penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber data sehingga
hanya data absah yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian.28
125.
Ada 4 macam triangulasi dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Triangulasi data yaitu menambah atau memperkaya data sampai mantap sekali
2. Triangulasi peneliti yaitu mengadakan pengecekan dengan peneliti lain
3. Triangulasi teori yaitu mencocokan dengan teori terdahulu
4. Triangulasi metodologi yaitu mengumpulkan data dengan metode lain
126.
28
Abdoellah, Budi. 2014. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Bandung: Pustaka Setia
41.
40.
38. 32
39.
137.
138.
139.
140.
141.BAB II
142.TINJAUAN UMUM MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA
BERBASIS KARAKTERISTIK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
143.
2.1 Pengertian Model
144.
Model adalah pola (contoh, acuan dan ragam) dari sesuatu yang
dengan hanya
bagian atau sifat kehidupan sebenarnya.30 Sebelum tahun 50-an pemakaian model
di lingkungan manajemen sangatlah terbatas, perkembangan selanjutnya terjadi
setelah tahun 50-an dimana pemakaian model untuk pembuatan kebijakan dan
teknik pemecahan
masalah berkembang
pesat.
Dengan berhasilnya
jenis
29
Departemen P & K, 1984 : 75
30
Simarmata, 1983 : ix-xii
41.
40.
38. 33
39.
analisis ini untuk pemecahan masalah, maka hubungan yang sehat antara
perencana dan pengambil keputusan tercipta. Mereka dapat mengembangkan
kebijakan yang rasional. Pengembangan model bertujuan untuk menciptakan
berbagai bentuk prototype implementasi yang dapat dijadikan sebagai referensi
atau acuan bagi pengambilan kebijakan dan pelaksanaan di lapangan. Berikut ini
jenis-jenis model yang dibagi ke dalam lima klas yang berbeda, yaitu:31
1. Klas I, pembagian menurut fungsi terdiri dari tujuh, yaitu:
a. model deskriptif, hanya menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa
rekomendasi dan peramalan. Contoh : peta organisasi
b. Model preditif : model ini menunjukkan apa yang akan terjadi bila
sesuatu terjadi
c. Model normatif : model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap
satu persoalan. Model ini memberikan rekomendasi tindakan tindakan
yang perlu diambil. Contoh : model budget advertensi, model economic
lot size, model marketing mix.
2. Klas II merupakan pembagian menurut struktur yang terdiri dari :
a. Model ikanik yaitu model yang menirukan sistem aslinya, tapi dalam
suatu skala tertentu. Contoh : model pesawat.
b. Model analog yaitu suatu model yang menirukan sistem aslinya dengan
hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya
dengan benda atau sistem lain secara analog. Contoh aliran lalu lintas di
jalan dianalogkan dengan aliran air dalam sistem pipa
31
ibid
41.
40.
38. 34
39.
simbol-simbol, biasanya
dengan
simbol-simbol
yang tidak
memasukkan
faktor
waktu dalam
perumusannya
b. Dinamis yaitu model yang mempunyai unsur waktu dalam perumusannya
4. Klas IV yaitu model yang memiliki referensi kepastian dan terdiri dari:
a. Deterministis yaitu model dimana pada setiap kumpulan nilai input, hanya
ada satu output yang unik dan merupakan solusi dari model dalam
keadaan pasti.
b. Probabilistik yaitu model yang menyangkut distribusi probabilistik dari
input atau proses dan menghasilkan suatu deretan harga untuk
satu
146.
b. Khusus
41.
145.
40.
38. 35
39.
147.
model normatif yaitu model yang memberikan jawaban terbaik bagi suatu
persoalan
148.
2.2 Pengertian Pembinaan
149.
adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.
Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan
yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian
segala sesuatu secara teratur dan terarah.33 Pembinaan juga dapat diartikan :
bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau
sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat
mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan. 34
Sedangkan menurut Pengertian pembinaan menurut Djudju Sudjana pembinaan
dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian professional terhadap
semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang disebut terakhir itu berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana
32
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2001).
33
Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan I, (Semarang Toha Putra,1973).
34
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras, 2009), hal.144.
41.
40.
38. 36
39.
pembinaan terdapat unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan
pembinaan. Selain itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan
adanya perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian.
1. Perencanaan
152.
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisian dan seefektif
mungkin.36 Dalam setiap perencanaan terdapat tiga kegiatan yaitu (1)
Perumusan tujuan yang ingin dicapai (2) Pemilihan program untuk mencapai
tujuan itu (3) Identifikasi dan pengerahan sumber.37
a. Perumusan Tujuan
153. Komponen
dalamsistem
tujuan
memiliki
pembelajaran.
Akan
fungsi
terjadi
yang
proses
sangat
penting
pembelajaran
35
Sartika Budi A. 2013. Evaluasi Model Pembinaan Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Wanita Semarang. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
36
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 49
37
Ibid hal 49
41.
40.
38. 37
39.
Sehingga
antara
materi
dan
kegiatan
saling
berkesinambungan.
c. Identifikasi Dan Pengerahan Sumber
155. Sumber dalam kegiatan pembinaan disini ada 2 macam, yaitu
sumber manusia dan sumber non manusia. Sumber manusia adalah tenaga
atau orang yang bertanggung jawab serta yang berperan serta dalam
kegiatan pembinaan, diantaranya pimpinan lembaga pemasyarakatan,
sipir serta narapidana. Sedangkan dari sumber non manusianya meliputi ,
sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembinaan narapidana
tersebut
38
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana,2009), hal. 121.
41.
40.
38. 38
39.
2. Pengorganisasian
156.
39
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2009) hal. 71.
40
http://ekhardhi .blogspot.com
41.
40.
38. 39
39.
norma- norma yang telah melembaga. Sedangkan menurut Bateman & Snell,
Pengendalian adalah memantau kemajuan dari organisasi atau unit kerja
terhadap tujuan - tujuan dan kemudian mengambil tindakan - tindakan
perbaikan jika diperlukan.
158.
dalam
Pemantauan umumnya
pengawasan
dilakukan
ada
aktivitas
memantau
(monitoring).
apakah program yang telah berjalan itu sesuai dengan sasaran atau sesuai
dengan tujuan dari program. Jadi kegiatan monitoring ini bisa dilaksanakan
dengan cara memantau dan mengecek dari aktivitas kegiatan pembinaan.
159.
160.2.3 Pembinaan Narapidana
161.2.3.1 Pengertian Pembinaan Narapidana
162.
memperbaiki dan meningkatkan ahlak (budi pekerti) para narapidana dan anak
didik yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
163.
41.
40.
38. 40
39.
1917.41 Pada tanggal 27 April 1964, sistem pembinaan untuk di penjara dikenal
dengan nama baru yaitu pemasyarakatan yang dikenalkan dalam konferensi Dinas
Kepenjaraan yang berlangsung di Lembang. Konferensi Dinas Kepenjaraan di
Lembang menghasilkan sepuluh prinsip pembinaan dan bimbingan bagi
narapidana. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan kepadanya
bekal hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalam
masyarakat.
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan pembalasan dendam dari negara.
3. Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dengan menyiksa melainkan dengan
bimbingan.
4. Negara berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau lebih
jahat daripada sebelum ia masuk Lembaga Pemasyarakatan.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana kami dikenalkan
kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi
waktu atau hanya diperuntukkan bagi kepentingan lembaga atau negara
saja. Pekerjaan yang diberikan harus ditujukan untuk pembangunan
negara.
41
Sartika Budi A. 2013. Evaluasi Model Pembinaan Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Wanita Semarang. Semarang: Universitas Negeri
Semarang. Hal 14
41.
40.
38. 41
39.
lebih dikenal sebagai sepuluh prinsip pemasyarakatan. Ada tiga hal yang dapat
ditarik dari kesepuluh prinsip pemasyarakatan yaitu sebagai tujuan, proses
dan pelaksanaan pidana penjara di Indonesia42
165.
meningkatkan kualitas keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Intelektual, sikap
dan perilkau profesional serta kesehatan dan rohani narapidana. 43 Sistem
pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan yang berlandaskan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 tidak lagi sekedar mengandung aspek
penjeraan belaka, tetapi juga merupakan suatu upaya untuk memwujudkan
reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan yaitu pulihnya kesatuan hubungan
42
C.I. Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta : Djambatan. 1995)
43
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1999 Tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakat,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845.
41.
40.
38. 42
39.
Menurut teori ini bahwa suatu kejahatan tidak mutlak harus diikuti
dengan suatu pidana. Penjatuhan pidana tidak cukup hanya dengan suatu
kejahatan melainkan harus dipikirkan manfaatnya dari pidana itu bagi
masyarakat atau bagi si penjahat. Dasar pemidanaan dalam teori ini
adalah mempertahankan tata tertib masyarakat. Oleh sebab itu tujuan
pemidanaannya
adalah
mencegah
atau
menghindarkan
(prevensi)
44
Departement kehakiman RI dan Hak Asasi Manusia, Kebijaksanaan Strategi dan
Pola Implementasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. (Jakarta : Badan Pembinaa
Hukum Nsional, 1999), hal.1
41.
40.
38. 43
39.
41.
40.
38. 44
39.
adalah :
171. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum
demi pengayoman masyarakat.
172. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga
menjadi orang baik dan berharga.
173. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,memulihkan
keseimbangan,mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
174. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.46
175.
mempunyai
dampak
positif
bagi
terpidana
dan
masyarakat.47
176.
sebagai objek dan pribadi yang inheren dengan tindak pidana yang
dilakukannya. Narapidana dipandang sebagai manusia yang memiliki fitrah
kemanusiaan, itikad dan potensi positif yang dapat digali dan dikembangkan
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Prinsip-prinsip
pembinaan narapidana dengan pendekatan yang lebih manusiawi tersebut
tercermin dalam usaha-usaha pembinaan terhadap narapidana berdasarkan
46
Djisman Samosir. 1992. Fungsi pidana penjara dalam sestem pembinaan di
Indonesia. Bandung: CV Armico
47.
47
Ibid hal 21
41.
40.
38. 45
39.
50.
41.
40.
38. 46
39.
yang ikut serta dalam membina narapidana sangat dominan sekali dalam
179.
49
Sartika Budi A. 2013. Evaluasi Model Pembinaan Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Wanita Semarang. Semarang: Universitas Negeri
Semarang. Hal 25
50
Ibid
41.
40.
38. 47
39.
41.
40.
38. 48
39.
dilindungi oleh hukum dan penegak hukum, khususnya para staf di Lembaga
Pemasyarakatan, merupakan suatu yang perlu bagi negara hukum yang
menghargai hak-hak asasi narapidana sebagai warga masyarakat yang harus
diayomi, walaupun telah melanggar hukum. Disamping itu, juga banyak
ketidakadilan pelakuan bagi narapidana. Misalnya penyiksaan, tidak mendapatkan
fasilitas yang wajar, tidak adanya kesempatan untuk mendapatkan remisi, cuti
menjelang bebas. Harus diakui, narapidana sewaktu menjalani pidana di Lembaga
Pemasyarakatan dalam beberapa hal kurang mendapat perhatian, khususnya
perlindungan hak-hak Asasinya sebagai manusia. Hal itu menggambarkan
perlakuan yang tidak adil. Padahal konsep Pemasyarakatan yang dikemukakan
oleh Sahardjo menyatakan, narapidana adalah orang yang tersesat yang
mempunyai waktu dan kesempatan untuk bertobat. Tobat tidak dapat dicapai
41.
40.
38. 49
39.
185.
41.
40.
38. 50
39.
pembinaan
Narapidana,
dilakukan
melalui
beberapa
ditahap,
diantaranya:
1. Mengenal diri sendiri
2. Memiliki kesadaran beragana, kesadaran terhadap kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sadar sebagai makhluk Tuhan .
3. Mengenal potensi diri
4. Mengenal cara memotivasi, adalah mampu memotivasi diri
sendiri ke arah yang positif, ke arah perubahan yang semakin
baik
5. Mampu memotivasi orang lain
6. Mampu memiliki kesadaran yang tinggi, baik untuk diri
sendiri, keluarga, kelompoknya, masyarakat sekelilingnya, agama,
bangsa dan negaranya
7. Mampu berfikir dan bertindak
8. Memiliki kepercayaan diri yang kuat
9. Memiliki tanggung jawab
52
Undang-Undang No 12 Tahun 1995
41.
40.
38. 51
39.
agar narapidana
57.
41.
40.
38. 52
39.
190. Diri sendiri, yaitu Narapidana itu sendiri, Keluarga, adalah anggota
keluarga inti atau keluarga dekat. Masyarakat adalah orang-orang yang
berada disekeliling narapidana pada saat masih diluar Lembaga
Pemasyarakatan dapat masyarakat biasa atau pejabat setempat. Petugas,
dapat berupa petugas kepolisian, petugas sosial, petugas masyarakatan
dan lain sebagainya55.
191.
institusi
hukuman
atau
pidana
itu
sama,
yaitu
untuk
Tentang
Pembinaan
dan
Pembimbingan
Warga
Binaan
Pemasyarakatan
55
Ibid hal 48
41.
40.
38. 53
39.
192.
dan
masyarakat
untuk
meningkatkan
kualitas
Warga
Binaan
diselenggarakan
dalam
rangka
membentuk
Warga
Binaan
41.
40.
38. 54
39.
41.
40.
38. 55
39.
memperbaiki dan meningkatkan akhlak (budi pekerti) para narapidana dan anak
didik
yang
berada
di
dalam
Lembaga
Pemasyarakatan/Rutan
terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang
bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan
antara Narapidana dengan masyarakat. Disamping menjadi arah dan tujuan pidana
penjara, sekaligus berfungsi sebagai treatment of prisoners, karena mendidik
41.
40.
38. 56
39.
Pengertian Narapidana
200.
41.
40.
38. 57
39.
60.
41.
40.
38. 58
39.
tindakan yang paling baik dan yang berlaku hingga sekarang yaitu dengan
menghilangkan kemerdekaan bergerak si pelanggar hukum tersebut
berdasarkan keputusan hakim. Mereka yang diputuskan pidana penjara dan
pidana kurungan berdasarkan vonis dari hakim itulah dinamakan narapidana.
203.
1. Narapidana
adalah
terpidana
yang
menjalani
pidana
hilang
b.
c.
Anak sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua walinya
memperoleh penetapan pengadilan untuk di didik di Lembaga
41.
40.
38. 59
39.
Umur
207.
Jenis kelamin
208.
209.
Jenis kejahatan
210.
Kriteria
lainnya
sesuai
dengan
kebutuhan
atau
bertujuan
untuk
perkembangan pembinaan57
2.5.3
Sistem
Pemasyarakatan
di
samping
Menyadari
Pemasyarakatan
hal
Indonesia
itu
lebih
maka
telah
ditekankan
sejak
pada
lama
aspek
sistem
pembinaan
41.
40.
38. 60
39.
binaan diatur dalam undang undang Republik Indonesia dalam pasal 14 ayat 1
Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang tertuang yang isinya
memuat hak-hak narapidana, diantaranya sebagai berikut:
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;
c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
41.
40.
38. 61
39.
j.
Indonesia. Sistem pidana penjara baru dikenal pada zaman penjajahan, itu pun
belum dikenal penjara seperti sekarang, pada zaman VOC masih digunakan istilah
rumah tahanan yang diperuntukkan bagi wanita tuna susila, pengangguran atau
58
Undang Undang No.12 Tahun 1995, op.cit
41.
40.
38. 62
39.
41.
40.
38. 63
39.
paksa di mana terpidana dirantai, dan kerja paksa biasa, mendapat makanan, dan
tanpa upah.63
218.
Pada saat itu penjara disebut bui, sesuai keadaannya sebagai tempat
Kebijakan
ini
dibawah
kepemimpinan
Kepala
Urusan
41.
40.
38. 64
39.
diberlakukan pada tanggal 1 Januari 1918. Tidak lagi dikenal adanya pidana
kerja, namun diganti dengan pidana hilang kemerdekaan.67 Bersamaan dengan
berlakunya KUHP tersebut pembinaan narapidana secara kelembagaan dalam
sejarah di Indonesia, dimulai sejak zaman Pemerintahan Kolonial Belanda dengan
ordonansi tanggal 10 Desember 1917, stbl. 1917 No. 708 yang dikenal dengan
sebutan Gestichten Reglement (Reglemen Penjara Baru) yang mulai berlaku
sejak tanggal 1 Januari 1918 berdasarkan Pasal 29 WvS. Dalam masa ini
pemerintah Hindia Belanda tidak berusaha mengadakan penjara-penjara pusat,
akan tetapi mengadakan penjara-penjara istimewa untuk beberapa golongan
66
Adi Sujatno, Ibid, hal 108
67
Ibid, hal 108, baca juga di Peraturan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor :
M.HH.OT.02.02. Tahun 2009 tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem
Pemasyarakatan, (Jakarta : Depkuham, Dirjen Pemasyarakatan, 2009), hal 14
41.
40.
38. 65
39.
41.
40.
38. 66
39.
72
Ibid, hal 15
73
Adi Sujatno, Op.Cit, hal 111
41.
40.
38. 67
39.
219.
74
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 40 Tahun Pemasyarakatan Mengukir Citra
Profesionalisme, Jakarta, 2004, hal 26, Lihat Adi Sujatno, Op.Cit, hal 116
41.
40.
38. 68
39.
221.
menjadi dua bagian, yaitu masa sebelum dan sesudah munculnya pemasyarakatan
sebagai model pemidanaan di Indonesia.
222.
41.
40.
38. 69
39.
Surat Edaran Nomor : J.H. 1.3.17/35 tahun 1952 sebagai adanya pedoman
penempatan terpidana berdasarkan jenis kejahatan, lama pidana, status
pendidikan, batas umur, jenis kelamin, status sosial, serta pemidanaan terpidana
dengan sisa pidana 3 (tiga) bulan ke penjara agar dekat dengan keluarga. 78
Perkembangan kepenjaraan selanjutnya, dengan diadakannya Konferensi Dinas
Kepenjaraan di Nusakambangan pada bulan Nopember 1951, yang menghasilkan
76
Peraturan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor : M.HH.OT.02.02. Tahun 2009
tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, (Jakarta :
Depkumham, Dirjen Pemasyarakatan, 2009), hal 15
77
Ibid, hal 15
78
Ibid, hal 16
41.
40.
38. 70
39.
maka pada tahun 1964 istilah penjara diganti dengan pemasyarakatan. Istilah
pemasyarakatan diperkenalkan pertama kali oleh Sahardjo pada tahun 1963, yang
saat itu menjabat Menteri Kehakiman, Sahardjo sebagai Doktor Honoris Causa
(DR HC) dari Universitas Indonesia, di dalam pidato pengukuhannya pada
tanggal 5 Juli 1963 mengatakan tujuan dari pidana penjara disamping
menimbulkan rasa derita bagi terpidana karena dihilangkannya kemerdekaan
79
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Dari Penjara ke Pemasyarakatan, ( Jakarta :
Departemen Kehakiman, 1983), hal 58
84.
80
Peraturan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor : M.HH.OT.02.02. Tahun 2009
tentang Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, (Jakarta :
Depkuham, Dirjen Pemasyarakatan, 2009), hal 16.
41.
40.
38. 71
39.
81
Sahardjo, Pohon Beringin Pengayoman, (Bandung : Lembaga Pemasyarakatan Klas I
Suka Miskin, 1963), hal 21
87.
41.
40.
38. 72
39.
Menurut
Soedjono
Dirdjosisworo
(1984:20),
Lembaga
Lembaga
Pemasyarakatan
merupakan
unit
pelaksana
teknis
41.
40.
38. 73
39.
82
Adi Sujatno. Sistem Pemasyarakatan Indonesia (Membangun
Manusia Mandiri), Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Departemen Kehakiman dan HAM RI, Jakarta, 2004, hlm. 15-17
41.
40.
38. 74
39.
90.
41.
40.
38. 75
39.
yang
mengedepankan
hak-hak
narapidana.84
Hak
narapidana tersebut antara lain terdapat pada Pasal 14 Ayat (1) UU Nomor
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yaitu :
a. melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
b. mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani
c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran
d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
e. menyampaikan keluhan
f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang
g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
h. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya
i.
j.
41.
40.
38. 76
39.
tata kehidupan yang aman dan tertib yang pada akhirnya mampu mewujudkan
narapidana yang telah siap kembali ke masyarakat sebagai manusia yang
bermartabat, siap menjalankan perannya di masyarakat dan berbakti terhadap
bangsa dan negara
2.7
2.7.1
atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi
pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.
Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan
keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya.85 Istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak
lahir86
2.7.2
86
Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: PT Grasindo
41.
40.
38. 77
39.
siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
87
Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
88
Wibowo, Agus, 2012, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
89
Berkowitz, M.W, and Bier, Melinda, C, 2005, What Works In Character Education: A
Research-driven guide for educators, Washington, DC: Univesity of Missouri-St Louis
41.
40.
38. 78
39.
dengan nilai dari perilaku seseorang. Karenanya tidak ada perilaku anak yang
tidak bebas dari nilai. Dalam kehidupan manusia, begitu banyak nilai yang ada
41.
40.
38. 79
39.
91
Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas, 2009, Pengembangan dan Pendidikan Budaya &
Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, Jakarta: Puskur Balitbang Kemdiknas.
92
Lickona, Thomas, 1993, Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect
and Responsibility,, New York: Bantam Books
41.
40.
38. 80
39.
pembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan banyak arah. Kedua, desain
pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini membangun budaya
sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata
sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri siswa.
Ketiga, desain pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam mendidik,
komunitas sekolah negeri maupun swasta tidak berjuang sendirian. 93 Kalau ketiga
komponen bekerjasama melaksanakan dengan baik, maka akan terbentuk karakter
bangsa yang kuat.
2.7.6
41.
40.
38. 81
39.
Letak Geografis
249.
Dimana Kota Cirebon terletak pada 108 33 Bujur Timur dan 6 41 Lintang
Selatan pada pantai utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari
barat ke timur 11 km dengan ketinggian dari permukaan laut 5 m (termasuk
dataran rendah). Pusat Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh
130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta. Kota Cirebon
terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi
antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai
menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan
dengan wilayah perbukitan. Luas Kota Cirebon adalah 3.735,82 hektar atau
37,35 km dengan jumlah Kecamatan lima Kecamatan dan kelurahan berjumlah
22 Kelurahan. Kota Cirebon mmeiliki perbatasan sebagai berikut:
250. Sebelah Utara
: Sungai Kedung Pane.
251. Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga.
252. Sebelah Barat
: S. Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon.
253. Sebelah Timur
: Laut Jawa.
254.Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cirebon berjarak sekitar 258 km dari Jakarta
dan dari Jakarta dapat ditempuh dengan melalui :
1. Transportasi Darat.
41.
40.
38. 82
39.
255.
untuk
41.
40.
38. 83
39.
pemeriksaan
(pasal
ayat
PerMenkeh
RI
No.
M.04.UM.01.06tahun 1983),
4. Mendapat perawatan yang meliputi makanan, pakaian, tempat tidur,
kesehatan rohani dan jasmani (pasal 5 PerMenkeh RI)
5. Tidak diberlakukan wajib kerja bagi tahanan dan bila anda ingin
bekerja secara sukarela, anda harus mendapatkan ijin dari instansi
yang menahan (pasal 15 PerMenkeh RI )
6. Segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik, diajukan kepada
penuntut umum dan kemudian proses ke pengadilan (pasal 50 ayat 1
dan2 KUHAP) Dapat secara bebas memberikan keterangan kepada
penyidik (pasal 52KUHAP)
7. Mendapatkan
bantuan
hukum
dari
penasihat
hukum
selama
41.
40.
38. 84
39.
terjadinya overkapasitas di lembaga pemasyarakatan. Semakin banyaknya orangorang yang nekad dalam melakukan berbagai aksi kejahatan, secara langsung
akan memenuhi sel tahanan yang ada di lembaga pemasyarakatan. Selain itu
mindset yang dibangun atas penjatuhan hukum pidana yang dipandang akan
memberikan efek jera menyebabkan banyaknya mantan narapidana yang
kemudian kembali lagi ke lembaga pemasyarakatan untuk yang kesekian kalinya.
Seharusnya mindset yang dibangun adalah lembaga pemasyarakatan sebagai
41.
40.
38. 85
39.
terjadi
over
kapasitas.
Jumlah
berbeda
didapat
dari
Lembaga
Pemasyarakatan Klas 1 Cirebon, jumlah warga binaan sebanyak 689. Berikut ini
jumlah warga binaan berdasarkan pendidikan terakhir, agama, daerah asal, jenis
pidana dan jenis hukuman
3.1.2.1 Berdasarkan Pendidikan Terakhir
261. Berikut ini jumlah warga binaan berdasarkan pendidikan terakhir.
262.
263.
264.
265. Tabel 3.1 Jumlah Warga Binaan Berdasarkan Pendidikan Terakhir
41.
40.
38. 86
39.
266.
267. Pendidikan
No
268. Jumlah
272. Tidak
271. Lulus
Lulus
273.
274. SD
275. 133
276. 75
278. SMP
279. 128
280. 47
282. SMA
283. 205
284. 49
286. Diploma
287. 12
288. -
290. S1
291. 27
292. -
294. S2
295. 5
296. -
299. 24
300. -
303. 534
304. 171
1
277.
2
281.
3
285.
4
289.
5
293.
6
297.
7
301.
302. Total
305. Sumber : Lapas Klas 1 Cirebon
306. Tabel di atas menunjukan masih ada narapidana yang tidak tamat pendidikan
12 tahun sebanyak 171 dengan tidak tmat SD sebanyak 75, SMP 47 dan
SMA 49
3.1.2.2 Berdasarkan Masa Hukuman
307. Berikut ini jumlah warga binaan berdasarkan vonis hukuman
41.
40.
38. 87
39.
Napi B1
93%
308.
309. Gmbar 3.1 Jumlah Narapidana Berdasarkan Vonis Hukuman
310. Diagram di atas menunjukan bahwa jumlah narapidana dengan vonis mati
sebanyak 2%, vonis seumur hidup sebanyak 5% dan sebagian besar
narapidana di Lapas klas 1 Cirebon merupakan narapidana dengan hukuman
selain hukuman mati dan hukuman seumur hidup.
3.1.2.3 Jumlah Narapidana Berdasarkan Agama
311. Berikut ini jumlah narapidana berdasarkan agama
Budha
Islam
Kristen
Protestan
1% 2% 1%
96%
312.
313. Gambar 3.2 Jumlah Narapidana Berdasarkan Agama
41.
40.
39.
38. 88
41.
40.
39.
38. 89
317.
140
120
100
80
60
40
20
0
41.
40.
38. 90
39.
250
200
150
100
50
0
41.
40.
38. 91
39.
325.
326.JAM
NO
328.
329.04.30-
1
331.
05.00
332.05.00-
327.KEGIATAN
330.Shalat Subuh
333.MCK
2
334.
05.30
335.05.30-
3
337.
06.00
338.06.30-
336.Apel Pagi
339.Buka Kamar
4
340.
07.00
341.07.00-
5
343.
07.30
344.07.45-
08.00
347.08.00-
7
349.
11.30
350.11.30-
8
352.
12.00
353.12.00-
9
355.
12.30
356.12.30-
10
358.
13.00
359.13.00-
348.Pembinaan Kepribadian/Kemandirian
351.Pembagian Makan Siang
354.Shalat Dzuhur Berjamaah
357.Apel Siang
360.Pembinaan Kepribadian/Kemandirian
11
361.
14.30
362.14.30-
12
364.
15.30
365.15.30-
363.MCK
366.Shalat Ashar Berjamaah
13
367.
16.00
368.16.00-
14
370.
16.30
371.16.30-
41.
372.Kunci Kamar
40.
38. 92
39.
15
373.
17.00
374.17.00-
16
376.
17.30
377.17.30-
375.Kebersihan Kamar
378.Apel Malam
17
379.
18.00
380.18.00-
18
382.
19.00
383.19.00-
381.Shalat Maghrib
384.Shalat Isya
19
385.
20.00
386.20.00387.Istirahat
20
04.30
388.Sumber: Lapas Klas 1 Cirebon
3.1.4
41.
40.
39.
38. 93
selalu diadakan setiap hari. Hal ini dimungkinkan karena di dalam lapas
terdapat gereja. Lapas klas 1 Kota Cirebon juga bekerjasama dengan enam
gereja yang ada di Cirebon dalam mendatangkan pastur untuk kebaktian.
Berikut ini jenis kegiatan agama kristen, diantaranya sebagai berikut:
a. Kebaktian Mingguan dan Bulanan
b. Hari Raya Natal, Tahun baru dan Paskah
3. Pembinaan Kesadaran berbangsa dan bernegara
392.
Pembinaan ini ditujukan agar warga binaan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya, diharapkan setelah
bebas nanti kecintaan terhadap negara dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut ini jenis pembinan kesadaran berbangsa dan
bernegara
a. Kegiatan keterampilan baris berbaris
b. Kegiatan kepramukaan
c. Kegiatan upacara kesadaran Nasional/hari besar kenegaraan
d. Kegiatan pemilihan umum yang dilaksanakan secara periodik
4. Pembinaan kemampuan Intelektual (kecerdasan)
393.
Kegiatan ini ditujukan dalam rangka meningkatkan kemampuan
intelektual, berikut ini pembinaan intelektual yang ada di Lapas Klas 1 Kota
Cirebon
a. PKBM (Program Kegiatan belajar mengajar Masyarakat)
b. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
c. Kegiatan perpustakaan
5. Pembinaan Kesenian
394.
Pembinaan ini dilakukan untuk menampung aspirasi warga binaan
yang memiliki sejumlah bakat dalam seni. Berikut ini jenis pembinaan
kesenian yang ada di lapas klas 1 Cirebon
a. Band (music)
b. tarling/dangdut
c. Marawis
6. Pembinaan Kesadaran Hukum
395.
Pembinaan ini dilakukan agar warga binaan mengerti dan paham
mengenai undang undang dan hukum. Diharpkan setelah kelur dari penjara
41.
40.
38. 94
39.
41.
PENANGGUNGJAWAB
: SEKSI
36.
BIMBINGAN
KERJA
37. SELESAI
40.
38. 95
39.
416.
417.
41.
40.
38. 96
39.
Untuk
selanjutnya
guna
memelihara
kelangsungan
f.
g.
h.
i.
j.
41.
40.
38. 97
39.
429.
diminati oleh warga binaan sehingga yang mengikuti pembinaan bidang ini
hanya satu orang
l. Bengkel Las dan Bubut
430.
Bidang ini diikuti oleh 4 orang warga binaan
431.
3.2 Peranan PKBM Nurjati
432.
41.
40.
38. 98
39.
termasuk pendidikan non formal agar hasil yang didapat menjadi maksimal.
3.3 Model Kerjasama Pembinaan Berbasis Karakteristik Dinas Pendidikan
Kota Cirebon dengan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1A Cirebon
95
ibid
96
Ibid
41.
40.
38. 99
39.
3.3.1
Pemerintah
Nomor
17
Tahun
2010
tentang
41.
40.
38. 100
39.
Draft Kerjasama
pekerjaan
meliputi:
1. Penyelenggaraan Program Keaksaraan Fungsional diperuntukan bagi
mereka yang dapat membaca dan menulis aksara latin dan ditempuh
selama enam bulan
2. Penyelenggaraan program paket diperuntukan bagi mereka putus
sekolah dasar dan bagi mereka yang telah tamat keaksaraaan
41.
40.
38. 101
39.
41.
40.
38. 102
39.
41.
40.
38. 103
39.
449.
Kabupaten Cirebon dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Dalam
penyelenggaraan pendidikan non formal Dinas Pendidikan Kota Cirebon
bekerjasama dengan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM). Salah satu
kelompok belajar yang mengadakan kegiatan belajar mengajar adalah Lembaga
Pemasyarakatan Klas 1 Cirebon yang pengelolaannya dilakukan oleh PKBM
Nurjati. Penyelenggaraan pendidikan non formal di Lapas klas 1 Cirebon telah
berlangsung selama 6 tahun sejak ditandatanganinya draft kerjasama antara Dinas
Pendidikan Kota Cirebon dengan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Cirebon.
450.
1 Cirebon jumlah narapidana sebanyak 698 orang dari jumlah tersebut 75 orang
tidak lulus SD 47 orang tidak lulus SMP dan 49 tidak lulus SMA. Jadi yang tidak
tamat pendidikan sembilan tahun sebanyak 171 orang. Berikut ini tabel jumlah
narapidana yang lulus dan tidak lulus pendidikan 9 tahun
451.
452.
N
459.
1
463.
2
467.
3
471.
4
475.
5
479.
6
41.
453. Pendidikan
454. Jumlah
458. Tidak
457. Lulus
Lulus
460. SD
461. 133
462. 75
464. SMP
465. 128
466. 47
468. SMA
469. 205
470. 49
472. DIPLOMA
473. 12
474. -
476. S1
477. 27
478. -
480. S2
481. 5
482. -
40.
38. 104
39.
483.
7
485. 24
486. -
490.
487. Total
488. 534
Sumber: Lapas Klas 1A Cirebon
489. 171
491.
hanya 86 orang yang mengikuti pendidikan non formal yang terdiri dari 43 orang
pendidikan non formal paket B dengan komposisi 25 orang klas 2 dan 18 orang
klas 3 dan yang mengikuti paket C berjumlah 43 orang dengan komposisi 22
orang klas 2 dan 21 orang klas 3. Berikut ini tabel narapidana yang mengikuti
pendidikan non formal Paket B dan Paket C
492.
493.
N
497. Nama
501.
495. Klas 3
498. Pi
500. Pi
499. Nama
a
503. 10
a
505. 9
th
506.
2
41.
th
510. 1
508. 14
507. Amud Bin Ala
511.
Casan
509. Ibrahim
th
512. Boby Saputra
513. 8
th
514. Taher
Maulana
th
515. 1
0
40.
38. 105
39.
T
h
520. 1
516.
518. S
519. Maman
517. Budiman
4
2
H
Suherman
th
525. 1
521.
523. S
524. Sigit
522. Edhy
5
2
H
Nugraha
th
530. 1
526.
528. 15
5
th
K
th
535. 1
531.
533. 19
532. Fandi
th
536.
538. S
539. Tan
th
540. 6
537. Hadi
8
541.
H
543. 14
Leonardo
544. Saeful
th
545. 6
th
Rohman
th
550. 1
548. 15
549. Mohamad
5
th
551.
41.
th
555. 8
553. S
552. Jojon
11
556.
Hendra
557. Mamad
554. Aripin
H
558. 15
th
560. 8
40.
38. 106
39.
12
561.
th
563. 20
562. Margi Sutrisno
13
th
564. Deni Laruci
565.
th
570. 2
566.
568. 9
567. Mustabiah
14
569. Herlambang
th
th
575. 1
571.
573. 13
572. Midi
15
574. Mujamil
th
th
580. 1
576.
578. 10
577. M. Saad
16
579. Hendra
th
581.
583. 15
th
585. 8
th
588. 20
th
590. 8
589. Daryanto
18
591.
Kicung
th
593. S
41.
594.
595.
599.
600.
604.
605.
H
598. 12
th
603. 20
th
th
40.
38. 107
39.
606.
608. 11
607. Ujang Iskandar
22
611.
609.
610.
614.
615.
619.
620.
th
613. 15
612. Chandra Putra
23
616.
th
618. 8
617. Agung Kurniawan
24
621.
th
623. 17
622. Heri Hermawan
624.
th
Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Cirebon
25
626.
627.
629. Klas 2
633. Pi
628.
N
625.
630. Klas 3
634. Nama
d
632. Nama
635. Pi
d
a
n
a
n
a
636.
639. Adi
Bing
Slamet
638. 14
637. Aab bin Pahrudin
th
641.
643. 8
642. Abdullah
2
646.
th
648. 12
644. Deni
Damhuri
649. Yadi Supriadi
650. 9
th
654. Fitra
Ramadani
655. 9
th
659. Agus
Rahman
660. 7
th
th
653. 12
652. Asep Supriyani
4
656.
th
658. 18
657. Ayut Saepudin
41.
640. 2
T
H
2
1
bl
n
645. 9
th
th
40.
38. 108
39.
661.
663. 20
664. Faisal
669. Dadang
Sujono
665. 1
7
th
670. S
H
674. Deden
Supriadi
675. 5
th
679. Cahaya
Ningrat
680. 5
th
6
bl
n
685. 5
th
th
668. 17
667. Dian Hermawan
7
671.
th
673. 20
672. Hendra
8
676.
th
678. 11
681.
683. S
1
684. Asep
Muhammad I
686.
690. 1
5
th
694. Achmad
Taufik
695. 1
1
th
n
3
bl
n
700. 4
th
688. 20
1
687. Marjo
th
691.
693. 13
1
692. Moch. Fajri
,6
th
696.
698. 17
1
699. Bambang
Sutrisno
701.
705. 6
th
709. Jamaludin
710. 1
2
th
703. 9
1
702. Suhendra
th
706.
708. 10
1
707. Sulaiman
th
41.
40.
38. 109
39.
711.
713. 8
1
715. 6
th
719. Muhamad
Arif
720. S
H
725. 8
th
729. Yogi
Firrmansyah
730. 6
th
735. 5
th
740. 2
0
th
744.
745.
716.
718. S
1
721.
723. 12
1
726.
728. 10
1
727. Yuswandy
th
731.
733. 15
2
736.
738. 20
2
741.
743. 15
2
742. Tursani
th
746.
747. Menurut pegawai Lapas, bagian staf penjagaan, Lapas hanya menyediakan
pendidikan untuk kelas 2 dan klas 3 sedangkan kelas 1 tidak
diselenggarakan.
41.
40.
38. 110
39.
748. penyelenggaraan pendidikan non formal hanya untuk kelas 2 dan kelas 3,
Lapas tidak menyelenggarakan kelas 1 karena keterbatasan kapasitas, lapas
hanya memiliki dua ruang kelas belajar97
749.
750. Selain tidak diselenggarakan pembelajaran untuk klas 3, lapas juga tidak
menyelenggarakan pendidikan non formal paket A. Penyebabnya sama yaitu
terbatasnya ruangan yang dimiliki oleh Lapas yang digunakan untuk proses
pembelajaran. Padahal menurut amanat Undang-Undang no... selain itu
berdasarkan perjanjian kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Lapas Klas 1
Cirebon pada pasal 3 ayat 2 mengenai pelaksanaan pekerjaan menyebutkan
bahwa penyelenggaraan program paket diperuntukan bagi mereka putus
sekolah dasar dan bagi mereka yang telah tamat keaksaraan fungsional
tingkat mandiri dan lama pendidikan ditempuh sampai dengan enam
semester. Ketika ditanyakan lebih lanjut kepada pegawai Lapas bagian staf
seksi Bimkemasy Laps Klas 1 Cirebon menyebutkan bahwa tugas tersebut
merupakan tugas Dinas Pendidikan
751. Lapas hanya menyediakan tempat dan narapidana, adapun mengenai
manajemen kami serahkan kepada Dinas Pendidikan dan PKBM98
752. Dalam pelaksanaannya pun tidak semua warga binaan termasuk tidak tamat
SD mengikuti pendidikan non formal. Warga binaan yang boleh mengikuti
pendidikan non formal dilihat dari hal sebagai berikut:
1. Telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar
97
Cecep Supriyatna, Pegawai Lapas Kelas 1 Cirebon bagian staf
penjagaan
98
Johari, Pegawai Lapas Kelas 1 Cirebon, staf seksi Bimkemasy
41.
40.
38. 111
39.
753.
formal yang ada di lapas hanya paket B dan paket C, tidak ada paket A
2. Tidak putus di klas 1 SMP atau SMA
754.
Hal ini jelas akan mengurangi hak warga binaan lain yang putus
sekolah dasar padahal pendidikan sembilan tahun adalah hak bagi setiap warga
negara tak terkecuali warga binaan. Jika dari SMP klas 3 langsung ke SMA klas 2
maka warga binaan tidak akan dapat menyerap ilmu secara maksimal sedangkan
soal ujian sama dengan pendidikan formal. Hal ini menandakan penyelenggaraan
pendidikan non formal belum dilaksanakan secara optimal.
756.
Johari, menyebutkan bahwa tidak ada paksaan mengenai warga binaan yang akan
menyelenggarakan pendidikan non formal
757. kami melakukan pemanggilan terhadap narapidana yang tidak tamat SMP
dan SMA kemudian menanyakan kesediaan mereka mengikuti pendidikan
non formal dan memberikan saran agar mereka mengikuti pendidikan non
formal, kalau mau ikut silahkan kalau tidak pun tidak apa-apa99
758. Tidak ada funishment bagi narapidana yang tidak mengikuti pendidikan non
formal namun dnegan mereka mengikuti pendidikan non formal merupakan
nilai tambah untuk nilai kelakuan baik mereka yang akn diakumulasi dan
99
ibid
41.
40.
38. 112
39.
100
ibid
41.
40.
38. 113
39.
764. Ha
ri
765. Waktu
766. Mata
Pelajar
an
767. Nama
Tutor
769. Se
nin
770. 08.0009.00
771. 09.0010.00
772. Matem
atika
773. PKN
774. Ayu
Yulian
775. Agus
780. Sel
asa
781. 08.0009.00
782. 09.0010.00
783. B.
Indone
sia
784. IPS
785. Wiwi
Turwi
786. Giril
Fidli
791. Ra
bu
792. 08.0009.00
793. 09.0010.00
794. B.
Inggris
795. IPA
796. Yanti
Yulianti
797. Eko
Widiati
802.
768. Keter
angan
776.
VI
777.
IX
787.
VI
788.
IX
798.
VI
799.
IX
778. I
X
779. V
I
I
I
789. I
X
790. V
I
I
I
800. I
X
801. V
I
I
I
803.
804.
805. H
ari
806. Waktu
810. K
a
m
is
811. 08.0009.00
812. 09.0010.00
807. Mata
Pelajara
n
813. Matema
tika
814. B.
Indones
ia
41.
808. Nama
Tutor
809. Ketera
ngan
815. Ayu
Yulian
816. Wiwi
Turwi
817.
XI
818.
XII
819.
XII
820.
XI
826. Darmawa
n
827. Erna
Aprilia
837. Eko
Widiati
838. Hadi
Purwadi
828.
XI
829.
XII
839.
XI
840.
XII
830.
XII
831.
XI
841.
XII
842.
XI
40.
38. 114
39.
844.
dilakukan selama 3 kali dalam seminggu. Hal ini sama seperti apa yang
diungkapkan oleh warga binaan
845. jam pembelajaran paket C ini dilaksanakan 3 hari dalam sepekan, karena 3
hari lainnya dalam setiap pekan untuk mengisi kegiatan lapas lainnya101
846. saya mengikuti pembelajaran paket dalam satu minggu tiga
kali102
847. Pendidikan non formal memang tidak harus diselenggarakan setiap hari
apalagi terhadap warga binaan yang juga memiliki aktivitas lainnya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu narapidana
didapat keterangan bahwa mereka sangat senang mengikuti pendidikan non
formal namun ada beberapa hal yang mereka usulkan
848. saya rasa pembelajaran yang seperti biasa dilaksanakan sudah cukup baik,
waktu dan jam pelajarannya pun tidak terlalu padat sehingga kami pun dapat
mengikuti pembelajaran dengan relax/santai (tidak menjenuhkan), namun
satu saran saya kalau bisa pihak lapas ataupun Dinas Pendidikan
mengadakan pembelajaran khusus seperti les les bahasa (asing/daerah)
kursus komputer, kursus music/seni ataupun pembelajaran khusus lainnya103
849. Berdasarkan penuturan narapidana tersebut ternyata selama ini tidak
diselenggarakan pengajaran pendidikan bahasa Inggris sedangkan dijadwal
101
Dadang Sujono Bin elon, warga binaan peserta program belajar
paket C
102
Budiman, warga binaan peserta program belajar paket B
103
Dadang Sujono Bin elon, warga binaan peserta program belajar
paket C
41.
40.
38. 115
39.
tercantum jadwal pelajaran bahasa Inggris. Selain itu ketika ujian nasional
dilaksanakan para peserta juga mengerjakan soal bahasa Inggris padahal
mereka tidak pernah mendapat pelajaran bahasa Inggris sama sekali. Ketika
masalah ini ditanyakan kepada pegawai Lapas, pihaknya menyebutkan
bahwa pihak lapas tidak pernah mengajukan kekurangan guru kepada Dinas
Pendidikan.
850. kami tidak pernah mengajukan terkait guru kepada Dinas Pendidikan
maupun PKBM karena bukan menjadi wewenang kami, tugas Lapas hanya
menyediakan tempat dan warga binaan, jadi kalau ada inisiatif pengadaan
guru ya itu menjadi wewenang Dinas Pendidikan dan PKBM.104
851. Hal ini jelas terlihat kurangnya koordinasi antara Dinas Pendidikan Kota
Cirebon dan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Cirebon. Padahal jika melihat
perjanjian kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Lembaga Pemasyarakan
Klas 1 Cirebon pada pasal 4 mengenai kewajiban pihak pertama yaitu Dinas
Pendidikan menyebutkan bahwa Dinas Pendidikan menyediakan tenaga
pendidik untuk mata pelajaran yang belum dapat dipenuhi oleh Lembaga
Pemasyarakaatan. Mungkin jika ada usulan dari Lembaga Pemasyarakatan
untuk pengadaan guru bahasa Inggris bisa dihadirkan apalagi perjanjiannya
sudah jelas tertera pada draft yang ditandatangani oleh kedua belah pihak
bahkan oleh Menteri Hukum dan Ham.
852.
41.
40.
38. 116
39.
853. Dulu ada yang mengajar bahasa Inggris namanya Ibu Lia tetapi sekarang
udah gak ada karena mungkin ibu Lia tersebut banyak mengajar di tempat
lain sehingga jadwalnya padat dan memilih mengajar di tempat lain karena
honornya mungkin lebih besar 105
854.
4.2 Suasana Kelas dalam Penyelenggaraan pendidikan non formal
855.
yang dipakai secara bergantian. Ruang klas tersebut memiliki luas kurang lebih 20
meter persegi. Didalamnya hanya dilengkapi fasilitas papan tulis dan kipas.
Menurut penuturan pegawai Lapas bagian penjagaan, Cecep Supriyatna
menyebutkan bahwa Dari pihak Dinas sendiri, warga binaan hanya diberikan
buku tulis.
856. Jadi ketika mereka pergi sekolah tinggal melipat buku tulisnya kemudian
dimasukkan ke dalam saku celana106
857.
105
Cecep Supriyatna, Pegawai Lapas Klas 1 cirebon, Staf Penjagaan
106
Ibid
41.
40.
38. 117
39.
859. LKS merupakan Lembar Kerja Siswa yang harus diisi oleh warga binaan
sedangkan bahan ajar adalah buku pelajaran dimana warga binaan dapat
membaca buku-buku tersebut sebagai tambahan pengetahuan bagi mereka.
Kondisi lingkungan yang tertutup dan bertemu dengan orang yang sama
setiap harinya akan membuat rasa jenuh bagi warga binaan. Dengan adanya
penyelenggaraan pendidikan non formal di Lapas Klas 1 Cirebon, warga
binaan mendapat atmosfer yang baru. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan terhadap dua orang warga binaan keduanya memiliki motivasi
untuk belajar
860.
tahun bekerja sebagai pengajar pendidikan non formal, mengajar warga binaan
lebih teratur karena dibantu oleh pihak Lapas untuk mendatangkan warga binaan
untuk datang tepat waktu ke klas. Hal ini berbeda dengan mengajar pendidikan
non formal di tempat lain, murid yang hadir sangat sedikit dan jarang yang hadir
tepat waktu. Selain itu warga binaan lebih antusias dibandingkan dengan murid
pendidikan non formal di tempat lain
861. Warga binaan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, mereka
banyak bertanya tentang dunia luar. Kebetulan karena saya mengajar
sosiologi jadi waktu mengajar saya lebih banyak membangun interaksi lewat
Tanya jawab108
862.
107
Eko Widiastuti, Pengajar Program Pendidikan Non formal di Lapas
Klas 1 Cirebon
108
Ibid
41.
40.
38. 118
39.
863. Mengobrol dengan warga binaan memang diperbolehkan asal terjadi pada
saat kegiatan belajar mengajar dan guru pengajar tidak diperkenankan
mengobrol dengan warga binaan pada saat di luar klas dan di luar jam
pelajaran. Hal ini sebagai salah satu bentuk perlindungan juga untuk tenaga
pengajar.
864. Walaupun saya memperbolehkan warga binaan untuk mengobrol dengan
saya di dalam klas namun saya juga harus membatasi diri dan bersikap tegas
terhadap mereka karena kalau kita terlalu open mereka akan melunjak.
Mba bayangkan warga binaan tidak pernah ketemu perempuan dan
sekalinya mereka ketemu dengan perempuan kalau kita gak tegas ya mereka
akan godain saya109
865.
866. Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada warga binaan
didasarkan kepada kurikulum yang sudah disediakan oleh Dinas Pendidikan
Kota Cirebon.
867. Sampai saat ini metode yang saya gunakan untuk mengajar adalah
menggunakan metode ceramah110
868.
869. Menurut penuturan dua orang narapidana yang diwawancarai yaitu Dadang
Sujono bin Elon yang mengikuti pendidikan non formal Paket C dan
Budiman yang mengikuti pendidikan non formal paket B, keduanya
menyebutkan dua hal yang berbeda. Menurut penuturan Dadang Sujono
menyebutkan bahwa suasana pembelajaran sangat mengasyikan dan terus
mendorong dia untuk menimba ilmu, karena menurutnya orang yang
beruntung adalah orang yang terus menimba ilmu dan haus akan ilmu
109
Ibid
110
Ibid
41.
40.
38. 119
39.
111
Ibid
41.
40.
38. 120
39.
contohnya adalah Ibu Eko yang ternyata merupakan lulusan Ilmu Sosial dan
Politik.
874.
Hal ini menjadi sala satu indikator bahwa pendidikan non formal
paket
menyebutkan
bahwa
dana
yang
didapat
PKBM
untuk
penuturan
ibu
Eko,
Dinas
Pendidikan
paling
suka
112
Ibid
41.
40.
38. 121
39.
878. lapas mah jadi anak emas Dinas Pendidikan mas, kalau mengajukan dana
untuk kegiatan lapas itu cairnya pasti selalu cepat beda dengan kelompok
belajar yang lain. Selain itu kalau ada liputan tentang pelaksanaan ujian
nasional pendidikan non formal pasti peliputannya di Lapas begitu pula jika
ada kunjungan dari pusat pasti diarahkannya ke kelompok belajar Beringin
113
879.
880.
4.3 Dampak Adanya Penyelenggaraan Pendidikan non formal di Lapas
Klas 1 Kota Cirebon
881. Tidak
semua
lembaga
pemasyarakatan
yang
ada
di
Indonesia
41.
40.
38. 122
39.
rehabilitasi dan reintegrasi. Hal ini sesuai dengan penuturan pegawai lapas
bagian staf bimkemasy
884.penyelenggaraan pendidikan non formal di Lapas Klas 1 Cirebon adalah
dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang114
885.Memang belum ada dampak yang signifikan dari adanya penyelenggaraan
pendidikan non formal mengingat juga masih banyak kendala-kendala yang
dihadapi. Namun berikut ini penuturan ke dua warga binaan terkait dampak
yang dirasakan dari mengikuti pendidikan non formal
886.untuk sementara saya masih di sini (lapas) selain pengetahuan saya
bertambah, setelah menempuh pembelajaran paket ini, memang belum ada
perubahan lain terhadap diri saya, namun saya yakin ke depannya pasti akan
ada perubahan positif yang lebih berguna khussunya untuk diri saya setelah
menempuh pembelajaran paket C ini115
887.perubahan yang saya dapatkan selama mengikuti pembelajaran paket,
pertama saya mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan, kedua perubahan
dari kesalahan tentang sudut pandang saya dulu, mungkin waktu dulu saya
menganggap sekolah itu biasa-biasa saja. Namun menurut pandangan saya
sekarang sekolah itu sangatlah penting karena ilmu pengetahuan yang
didapatkan dari bangku sekolah sangat bermanfaat baik buat diri sendiri
maupun buat orang lain116
888.Dari penuturan ke dua warga binaan tersebut dapat dilihat bahwa warga
binaan
yang
pertama
memang
belum
merasakan
dampak
dari
114
Johari, Pegawai Lapas Klas 1 Kota Cirebon, Staf Seksi Bimkemasy
115
Dadang Sujono Bin Elon, warga binaan peserta program belajar
paket C
116
Budiman, warga binaan, peserta program belajar paket B
41.
40.
38. 123
39.
41.
40.
38. 124
39.
890. alasan saya mengikuti pelajaran kejar paket di lapas pertama, selagi
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan saya dan yang ke
dua agar saya mendapatkan berbagai tambahan ilmu-ilmu yang
bermanfaat118
891. Warga binaan yang pertama, mengikuti pendidikan paket kesetaraan baru
delapan bulan namun dia memiliki optimisme dan harapan untuk kembali ke
tengah-tengah masyarakat, padahal dia divonis hukuman seumur hidup.
Dengan demikian pendidikan dan pembinaan yang ada di lembaga
pemasyarakatan mampu untuk menambah pengetahuan, menumbuhkan
optimisme dan harapan serta mampu merubah pola pikir. Warga binaan yang
ke dua karena pola pikirnya telah bergeser menjadi sangat menghargai
pendidikan maka alasan dia mengikuti pendidikan non formal adalah agar
ilmunya bertambah dan tingkat pendidikannya naik.
892. Selain dari kedua warga binaan tersebut, keterangan mengenai dampak
penyelenggaraan pendidikan non formal di lembaga pemasyarakatan klas 1
Cirebon didapat juga dari pegawai lapas bagian staf bimkemasy dan
dampak yang dirasakan dari adanya penyelenggaraan pendidikan non
formal ini adalah bertambahnya pengetahuan warga binaan
893. Sedangkan menurut bagian staf penjagaan, dampak dari adanya
penyelenggaraan pendidikan non formal ini dapat dilihat dari tata krama dan
kesopanan yang ditunjukan oleh warga binaan.
894. 4.4 Koordinasi antar Instansi Terkait
118
Budiman, warga binaan, peserta program belajar paket B
41.
40.
38. 125
39.
895.
hal ini merupakan pihak yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan untuk
menyelenggarakan Pendidikan non formal di Lembaga Pemasyarakatan klas 1
Cirebon. Koordinasi diantara instansi terkait penyelenggaraan pendidikan non
formal memang masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya guru yang
mengajar bahasa Inggris padahal dijadwalnya ada dan merupakan salah satu mata
pelajaran yang diujiankan. Pihak Lapas tidak mau mengajukan usul untuk
pengadaan guru bahasa Inggrris sedangkan pihak Dinas Pendidikan sendiri tidak
memiliki tindakan apapun begitupulan dengan PKBM, padahal pengadaan guru
merupakan tanggungjawab Dinas Pendidikan dan PKBM.
897.
berkewajiban
memantau
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
41.
40.
38. 126
39.
898. di perjanjiannya memang ada evaluasi yang harus dilakukan oleh Dinas
Pendidikan namun pada kenyataannya tidak pernah ada, paling Dinas
Pendidikan hadir saat ujian nasional diselenggarakan119
899. Pendapat yang serupa diungkapkan oleh Pihak Lapas
900. tidak ada evaluasi ataupun pertemuan karena yang seharusnya evaluasi itu
ya PKBM dengan Dinas Pendidikan, kan tugas Lapas hanya menyediakan
tempat dan warga binaan120
901. Tidak jauh berbeda dengan kedua pihak tersebut, warga binaan juga turut
memberikan pendapat
902. pihak lapas mengunjungi kami dan mengawal pelaksanaan Ujian nasional
berlangsung sedangkan dari pihak Dinas Pendidikan pernah mengunjungi
kami saat pelaksanaan Ujian Nasional berlangsung121
903. selama saya mengikuti pembelajaran paket dari dinas pendidikan selain
para guru belum pernah dikunjungi sedangkan pegawai lapas hadir disaat
mengabsen siswa dan disaat pengambilan photo saat sedang belajar122
904.
130.
41.
40.
38. 127
39.
41.
40.
38. 128
39.
41.
40.
38. 129
39.
kendala dan masalah belum bisa teratasi. Padahal dalam surat perjanjian
kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1
Cirebon. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan non
formal merupakan hal penting dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
non formal.
910.
41.
40.
38. 130
39.
918.
919.
920.
921.
922.
923.BAB V
924.KESIMPULAN DAN SARAN
925.
5.1 Kesimpulan
926.
41.
40.
38. 131
39.
formal di Lapas Kelas 1 Cirebon belum terlaksana secara optimal. Ada beberapa
pasal dalam perjanjian kerjasama yang tidak terjadi dalam penyelenggaraan
pendidikan formal tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1.
41.
40.
38. 132
39.
Program paket B maupun paket C dimulai dari kelas dua dan untuk kelas
satu tidak diselenggarakan pendidikan nonformal. Alasannya masih sama
yaitu terbatasnya kapasitas ruang belajar mengajar. Hal ini berarti tidak
sesuai dengan undang-undang sistem pendidikan nasional yang
memprogramkan pendidikan wajib belajar 12 tahun.
3.
Salah satu mata pelajaran yang sudah dijadwalkan tidak diajarkan dalam
kegiatan pembelajaran yaitu mata pelajaran bahasa inggris. Penyebabnya
adalah tidak adanya guru yang mengajar bahasa Inggris, diakui pihak
lapas sebelumnya pernah ada pembelajaran bahasa Inggris namun karena
jadwal guru yang padat menyebabkan pembelajaran di Lapas menjadi
terbengkalai. Sampai saat ini, PKBM belum menyediakan guru baru
untuk mata pelajaran bahasa Inggris padahal mata pelajaran bahasa
Inggris menjadi mata pelajaran yang disertakan dalam ujian nasional. Hal
ini mengindikasikan bahwa penyelenggaraan pendidikan non formal di
Lapas Klas 1 Cirebon belum berlangsung secara optimal.
4.
41.
40.
38. 133
39.
6.
41.
banyak
masalah
dan
kendala
yang
dihadapi
dalam
40.
38. 134
39.
2.
3.
Sebaiknya ada pengadaan guru bahasa Inggris yang sudah lama tidak
diajarkan. Langkah awal dari tahap ini adalah lembaga pemasyarakatan
mengajukan kepada Dinas Pendidikan atau PKBM dalam hal pengadan
guru
4.
5.
41.
40.
38. 135
39.
6.
929.
41.
40.